Top Banner
ROSASEA I. PENDAHULUAN Rosasea adalah suatu penyakit peradangan yang bersifat kronik pada kulit, berbentuk seperti akne yang umumnya terjadi pada kelenjar pilosebaseus di wajah dan dapat merusak kontur wajah sehingga tampak lebih cembung, terutama pada bagian hidung, pipi, dagu, dan dahi. Penyakit ini ditandai juga dengan adanya eritema yang berkepanjangan dan telangiektasi disertai dengan papul atau pustul. Selain itu, pada periode tertentu wajah tampak kemerahan dan terasa panas terbakar yang terjadi hanya dalam beberapa menit (flushing). 1,2 Pada kenyataannya tidak semua kasus sesuai dengan gambaran ini, di mana tidak semua ciri-ciri selalu muncul. Suatu usaha dilakukan baru-baru ini untuk menentukan kriteria diagnosis menyimpulkan bahwa adanya satu atau lebih dari tanda-tanda berikut dengan distribusi pada bagian sentral wajah dipikirkan sebagai rosasea yaitu flushing (kulit kemerahan dan terasa panas terbakar), eritema non transient, papul, pustul, dan telangiektasis. 2 Sebagian besar para ahli meyakini bahwa perubahan vaskular, terutama flushing merupakan suatu gambaran yang khas dan konstan yang diikuti dengan progresifitas ke arah inflamasi (papul dan pustul) dan adanya limfedema kronik, penebalan kulit, dan rinofima merupakan suatu 0
25

Rosasea

Dec 13, 2015

Download

Documents

rasasea
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Rosasea

ROSASEA

I. PENDAHULUAN

Rosasea adalah suatu penyakit peradangan yang bersifat kronik pada

kulit, berbentuk seperti akne yang umumnya terjadi pada kelenjar

pilosebaseus di wajah dan dapat merusak kontur wajah sehingga tampak

lebih cembung, terutama pada bagian hidung, pipi, dagu, dan dahi. Penyakit

ini ditandai juga dengan adanya eritema yang berkepanjangan dan

telangiektasi disertai dengan papul atau pustul. Selain itu, pada periode

tertentu wajah tampak kemerahan dan terasa panas terbakar yang terjadi

hanya dalam beberapa menit (flushing).1,2

Pada kenyataannya tidak semua kasus sesuai dengan gambaran ini, di

mana tidak semua ciri-ciri selalu muncul. Suatu usaha dilakukan baru-baru

ini untuk menentukan kriteria diagnosis menyimpulkan bahwa adanya satu

atau lebih dari tanda-tanda berikut dengan distribusi pada bagian sentral

wajah dipikirkan sebagai rosasea yaitu flushing (kulit kemerahan dan terasa

panas terbakar), eritema non transient, papul, pustul, dan telangiektasis.2

Sebagian besar para ahli meyakini bahwa perubahan vaskular,

terutama flushing merupakan suatu gambaran yang khas dan konstan yang

diikuti dengan progresifitas ke arah inflamasi (papul dan pustul) dan adanya

limfedema kronik, penebalan kulit, dan rinofima merupakan suatu komplikasi

lanjut. Walaupun demikian, banyak kasus yang tidak menunjukkan pola yang

jelas tentang hal tersebut.2,3

II. EPIDEMIOLOGI

Rosasea menyerang hampir 3% diantara populasi dunia. Rosasea

lebih sering terjadi pada bangsa kulit putih (ras kaukasoid). Namun, tidak

menutup kemungkinan orang Afrika dan orang Asia juga dapat menderita

rosasea. Pada bangsa kulit putih ditemukan penderita rosasea sekitar 10%

dari jumlah total bangsa kulit putih.1,2,4

Puncak insiden dan beratnya penyakit terjadi pada dekade ketiga dan

keempat, pada usia 30-50 tahun, dengan insiden puncak antara 40-50

0

Page 2: Rosasea

tahun. Walaupun demikian, anak-anak, remaja, dewasa muda dan usia

lanjut dapat menderita rosasea.1,4,5

Berdasarkan jenis kelamin, pada umumnya rosasea lebih sering terjadi

pada perempuan dibanding laki-laki. Tapi rinofima, salah satu jenis rosasea,

lebih sering menyerang laki-laki dibanding perempuan.2

Data insiden rosasea pada kelompok etnik yang berbeda sangat

bervariasi dan secara umum data ini masih kurang dan lemah, tetapi dapat

disimpulkan bahwa insiden dan mungkin deteksi rosasea tertinggi pada

individu dengan kulit tipe I dan II, diikuti ras Asia dan insiden terendah pada

populasi berkulit hitam. Insidensi penyakit ini juga sering didapatkan pada

penduduk di Celtic (fototipe kulit I dan II) dan Mediterania Selatan. Frekuensi

yang rendah atau jarang terdapat pada orang yang berwarna kulit gelap

(fototipe kulit V dan VI, warna kulit coklat dan hitam).1

III. ETIOPATOGENESIS

Etiologi dari rosasea tidak diketahui. Ada beberapa faktor yang terlibat

dalam patogenesis terjadinya rosasea yakni pembuluh darah, paparan

iklim/musim, makanan dan obat-obatan, mikroorganisme, imunologi, reactive

oxygen species (ROS), peningkatan angiogenesis, dan lainnya.2

a. Pembuluh darah

Peningkatan aliran darah ke pembuluh darah wajah dan peningkatan

jumlah pembuluh darah yang letaknya lebih dekat ke permukaan wajah

diduga menjadi faktor terjadinya eritema dan flushing. Selain itu, vasodilatasi

dan respon normal terhadap hipertermia lebih menonjol pada orang-orang

dengan rosasea.4,6

Beberapa perbedaan tersebut mencakup reaktivitas vaskular pada

daerah wajah, komposisi atau struktur jaringan penyambung kulit, komposisi

matriks, struktur pilosebasea, atau kombinasi antara respon jaringan kutan

terhadap berbagai faktor pencetus rosasea. Baik mekanisme neural maupun

humoral menimbulkan reaksi kemerahan yang hanya terbatas pada area

wajah. Hal ini disebabkan karena aliran darah pada bagian bawah wajah

lebih tinggi dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya. Selain itu

vaskularisasi lapisan kutaneus wajah terletak lebih superfisial dan terdiri atas

1

Page 3: Rosasea

pembuluh darah yang lebih besar dan lebih banyak dibandingkan dengan

area tubuh yang lain.6

b. Paparan iklim/musim

Peran musim panas atau musim dingin, termasuk di dalamnya peran

sinar ultraviolet matahari yang dapat menimbulkan kerusakan pembuluh

darah kulit penyebab eritema persisten masih terus diselidiki karena belum

jelas dan bertentangan hasilnya.2

c. Makanan dan obat-obatan

Makanan pedas, alkohol, dan minuman panas dapat memicu flushing

pada penderita rosasea.2,3

Adanya peningkatan bradikinin yang dilepas oleh adrenalin pada saat

kemerahan kulit flushing menimbulkan dugaan adanya peran obat, baik

sebagai penyebab maupun yang dapat digunakan sebagai terapi rosasea,

seperti amiodarone, steroid topikal, dan vitamin B-6 dan B-12 dosis tinggi.3

d. Mikroorganisme

Demodex folliculorum (tungau yang biasa hidup di folikel rambut

manusia) dahulu dianggap berperan pada etiologi rosasea, namun akhir-

akhir ini mulai ditinggalkan.2-4

Kutu yang hidup pada lumen folikel sebaceous pada area kepala dan

diduga dapat menyebabkan rosasea dalam berapa dekade, tetapi

kebenarannya mesti dikaji lebih dalam. Kutu Demodex hidup pada sebagian

besar folikel sebasea pada area tengah wajah dan lebih banyak didapatkan

pada pasien rosasea dibandingkan dengan individu normal. Folikel yang

didiami oleh Demodex menunjukkan respons inflamasi di sekitarnya. Akan

tetapi, masalah-masalah yang menyangkut teori ini termasuk kesulitan

dalam pengambilan sampel folikel dan perlunya penjelasan mengapa

sebagian besar pengobatan rosasea memberikan perubahan yang nyata

namun tidak memberikan efek terhadap kutu tersebut.4

e. Imunologi

Dari lapisan dermo-epidermal penderita rosasea ditemukan adanya

deposit imunoglobulin oleh beberapa peneliti, sedang di kolagen papiler

ditemukan antibodi antikolagen dan antinuklear antibodi sehingga ada

dugaan faktor imunologi pada rosasea.2

2

Page 4: Rosasea

f. Angiogenesis dan ekspresi berlebihan dari vascular endothelial growth

factor (VEGF)

Studi yang dilakukan dengan menggunakan capillaroscopy video pada

lesi rosasea eritematotelangiektasia menunjukkan neoangiogenesis

meningkat dan pembesaran pembuluh darah. Studi imunohistokimia multipel

menunjukkan ekspresi VEGF meningkat pada endotel pembuluh darah pada

kulit lesi dibandingkan dengan yang non lesi pada pasien rosasea. Cuevas

dkk menggunakan dobesilat topikal, penghambat faktor pertumbuhan

angiogenik, untuk pengobatan rosasea eritematotelangiektasia dan

melaporkan adanya perbaikan dalam eritema dan telangiektasia setelah 2

minggu.3

g. Lainnya

Stress psikis diduga merupakan faktor penyebab. Defisiensi vitamin,

hormonal dan seborre juga pernah disangka berperan pada etiologi rosasea

namun tidak dapat dibuktikan.2

IV. GAMBARAN KLINIS

Tempat predileksi rosasea adalah di sentral wajah, yaitu hidung, pipi,

dagu, kening, dan alis. Kadang-kadang meluas ke leher bahkan pergelangan

tangan atau kaki. Lesi umumnya simetris.2-4

Gejala utama rosasea adalah eritema, telangiektasi, papul, edema, dan

pustul. Komedo tak ditemukan dan bila ada mungkin kombinasi dengan akne

(komedo solaris, akne kosmetika). Adanya eritema dan telangiektasia adalah

persisten pada setiap episode dan merupakan gejala khas rosasea. Papul

kemerahan pada rosasea tidak nyeri, berbeda dengan akne vulgaris, dan

hemisferikal. Pustul hanya ditemukan pada 20% penderita, sedang edema

dapat menghilang atau menetap antara episode rosasea.2-4

Meskipun gejala klinis dari rosasea sangat bervariasi, National

Rosacea Society (NRS) Expert Committee pada tahun 2002 telah membagi

rosasea menjadi empat sub-tipe, yakni: eritematotelangiektasis (sub-tipe 1),

papulopustular (sub-tipe 2), phymatosa (sub-tipe 3), dan okuler (sub-tipe 4)

dengan tingkat keparahan dari setiap derajat sub-tipe sebagai derajat 1

(ringan), derajat 2 (sedang), atau derajat 3 (berat). Terdapat beberapa varian

rosasea, yakni granulomatosa, periorifisial dermatitis dan pioderma fasialis.2,3

3

Page 5: Rosasea

a. Erythematotelangiectatic Rosacea (ETR)

Fase paling awal dari sub-tipe ini adalah kemerahan yang bersifat

rekuren akibat berbagai macam stimulus seperti stres emosional, minuman

panas, alkohol, makanan pedas, latihan fisik, dan cuaca panas atau dingin.

Seiring berjalannya waktu, kemerahan akan timbul dalam durasi yang lebih

lama hingga akhirnya menjadi permanen. Timbul rasa terbakar dan

menyengat, edema pada area wajah yang berbentuk cembung, dan kadang

disertai pengelupasan. Telangiektasis akan terbentuk pertama kali di alae

nasi, kemudian pada hidung dan pipi. Pada beberapa individu, dapat

ditemukan spider angioma atau papular angioma yang berukuran lebih

besar. Perpanjangan episode atau memberatnya gejala kemerahan yang

diikuti gejala sistemik seperti diare, wheezing, nyeri kepala, palpitasi, atau

kelemahan mengindikasikan diperlukannya investigasi untuk menyingkirkan

keadaan yang jarang terjadi yang mungkin memberikan gejala berupa

kemerahan seperti sindrom karsinoid, feokromositoma, atau

mastositosis.2,3,5,7

Gambar 1. Sub-tipe eritematetolangiektasis

Sumber: Pelle MT. Rosacea. Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine.

b. Papulopustular Rosacea (PPR)

4

Page 6: Rosasea

Gambar 2. A. Tipe papulopustul ringan B. Tipe papulopustul

berat.

Sumber: Pelle MT. Rosacea. Fitzpatrick’s Dermatology In

General Medicine.

Sub-tipe ini bermanifestasi sebagai eritema yang persisten pada

daerah sentral wajah dengan papul dan pustul yang dominan pada area

wajah yang berbentuk cembung. Sesuai teori vaso reaktivitas, pada

pasien-pasien rosasea terdapat papul-papul yang nampak berwarna

merah dan

lebih gelap

dibandingkan

dengan lesi

yang sama pada

akne. Derajat

sub-tipe ini juga

dibagi menjadi

derajat ringan,

sedang, dan

berat. Rasa

terbakar dan

menyengat pada

wajah juga

ditemukan pada

sub-tipe ini, tetapi tidak seberat pada sub-tipe eritematotelangiektasis. Pada

kedua sub-tipe ini (ETR dan PPR), eritema dapat menyebar sampai pada

area periorbital. Edema dapat bersifat ringan atau berat. Edema yang berat

dapat memberikan gambaran morfologi berupa plak yang padat pada

wajah.2,3,7

c. Phymatosa

Rosasea phymatosa memiliki karakteristik yakni adanya penebalan

kulit, nodul-nodul, kontur permukaan yang ireguler pada area wajah yang

cembung. Phyma sering muncul pada hidung (rhinophyma), tetapi dapat

juga terbentuk pada dagu (gnathophyma), dahi (metaphyma), kelopak mata

(blepharophyma), dan telinga (otophyma). Pada wanita yang menderita

rosasea tidak terbentuk phyma.3,7

5

Page 7: Rosasea

Gambar 4. Rosasea okuler.

Sumber: American Academy of Dermatology.

Rosacea: Sign & Symptoms

Diunduh dari: http://www.aad.org/dermatology-

a-to-z/diseases-and-treatments/q---t/rosacea/

signs-symptoms

Gambar 3. Tipe phymatosa dengan rinofima.

Sumber: Wolff K, Johnson RA. Rosacea.

Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of

Clinical Dermatology.

d. Rosasea okuler

Rosasea okuler dapat

muncul sebelum gejala-gejala

kutaneus pada 20% kasus

rosasea. Separuh jumlah pasien

baru mendapatkan gejala okuler

setelah muncul gejala pada kulit.

Gejala pada kulit dan mata

timbul secara simultan pada

sejumlah kecil kasus. Derajat

keparahan rosasea okuler tidak

berkaitan dengan rosasea pada

kulit.3,7,8

Manifestasi dari rosasea

okuler adalah blefaritis, konjungtivitis, iritis, skleritis, hipopion, keratitis,

neovaskularisasi pada kornea, ulserasi kornea dan sampai pada ruptur

kornea. Blefaritis adalah manifestasi klinis yang sering ditemukan, ditandai

dengan eritema pada tepi kelopak mata, terkelupas, dan terbentuk krusta,

dan pada beberapa kasus ditemukan kalazion dan infeksi stafilokokus

karena adanya disfungsi glandula meibom. Gejala-gejala lain yang dapat

ditemukan adalah fotofobia, nyeri, rasa terbakar, gatal, dan sensasi adanya

benda asing dalam mata. Pada kasus yang berat, keratitis rosasea dapat

menyebabkan kebutaan.3,7,8

6

Page 8: Rosasea

Gambar 5. Rosasea granulomatousa

Sumber: Pelle MT. Rosacea. Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine.

Selain keempat subtipe rosasea di atas, terdapat pula varian rosasea,

yaitu rosasea granulomatous dan rosasea glandular. Rosasea

granulomatous memiliki gambaran histologi berupa formasi granuloma,

dengan gambaran klinis papul/nodul merah atau kuning coklat yang

monomorfik dan berukuran sama, serta berlokasi pada pipi dan kulit di

antara kulit wajah periorifisium.2,3,7

Pada uji diaskopi, papul ini akan menunjukkan perubahan warna

seperti apel-jelli sama seperti pada sarkoidosis atau lupus vulgaris. Tidak

ada kelainan pada kulit sekitarnya.2,3,7

Rosasea glandular lebih sering mengenai kulit laki-laki yang

berminyak tebal. Lesi ditandai dengan papul edematous, pustul berukuran

0.5 - 1 cm, dan nodulokistik.3

Lesi cenderung berkumpul pada area sentral wajah, namun bila

diderita perempuan, rosasea glandular tidak mengenai dagu. Sering kali

7

Page 9: Rosasea

Gambar 7. Gambaran histopatologi dari rosasea

Sumber: Pathology of Rosacea. Roy S.

Diunduh dari:

http://www.histopathology-india.net/ros.htm

diserai dengan riwayat akne saat remaja dan skar. Kemerahan kulit jarang

terjadi dibanding rosasea eritematotelangiektasis, namun sering terjadi

edema pesisten yang menjadi masalah.3

Gambar 6. Rosasea glandular

Sumber: Pelle MT. Rosacea. Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Histopatologi

Perubahan histologi tergantung stadium dari proses yang terjadi.

Biasanya terdapat ketidakteraturan pada jaringan ikat kulit bagian atas,

ditandai dengan adanya edema, kerusakan serabut otot dan sering terjadi

elastosis yang berat. Fase inflamasi ditandai adanya sel limfosit, histiosit,

polimorfonuklear, sel plasma, dan benda asing tipe giant cell. Demodex

folliculorum seringkali ditemukan pada folikel rambut daerah yang

mengalami gangguan.4

Tidak ada gambaran

histologis yang spesifik

untuk rosasea, tetapi

kombinasi dari beberapa

tanda-tanda klinik dapat

digunakan untuk

menegakkan diagnosis.

Gambaran histopatologis

yang paling sering 8

Page 10: Rosasea

ditemukan pada rosasea adalah infiltrasi sel radang limfohistiosit dalam

jumlah besar yang letaknya agak berjauhan satu dengan yang lain di sekitar

pembuluh darah kulit, telangiektasis, edema, elastosis, dan terdapat

gangguan struktur kulit bagian atas.3

b. Pemeriksaan Laboratorium

Tidak ada tes diagnostik yang spesifik sebab diagnosis utamanya

didasarkan atas gambaran klinik saja. Kultur bakteri dapat dilakukan jika

dicurigai terdapat infeksi Staphylococcus aureus dan secara khusus infestasi

Demodex folliculorum.3

VI. DIAGNOSIS

Diagnosis rosasea ditegakkan berdasarkan adanya satu atau lebih

gambaran klinis. Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan

untuk mengkonfirmasi adanya rosasea. Pemeriksaan biopsi dilakukan hanya

untuk menyingkirkan diagnosa alternatif, namun gambaran histopatologi

yang didapat tidak bersifat diagnostik.3-5

  Pedoman Diagnosis Rosasea 

  Gambaran Primer (terdapat satu atau lebih)  

   

Kemerahan (eritema yang bersifat sementara)

Eritema yang tidak bersifat sementara

Papul dan pustul

Telangiektasi  

  Gambaran Sekunder (terdapat satu atau lebih)  

   

Terbakar atau menyengat

Plak

Kering

Edema

Gejala pada mata

Lokasi perifer

Perubahan phymatosa  

   

 Diadaptasi dari Wilkin J, et al: J Am Acad

Dermatol 2002; 46:584 

9

Page 11: Rosasea

Pada tahap awal atau stadium 1 rosasea dimulai dengan timbulnya

eritem tanpa sebab atau akibat sengatan matahari. Eritem ini menetap lalu

diikuti timbulnya beberapa telangiektasis. Pada stadium 2 diselingi episode

akut yang menyebabkan timbulnya papul, pustul dan udem, terjadilah eritem

persisten dan banyak telangiektasis, papul dan pustul. Pada stadium 3

terlihat eritema persisten yang dalam, banyak telangiektasia, papul, pustul,

nodul, dan edema.3-5

VII. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding rosasea terbagi atas dua kelompok gejala klinik

rosasea yaitu papul/pustul wajah dan flushing atau eritema.3

a. Papul atau pustul pada wajah

1. Akne vulgaris

Dapat terjadi pada umur remaja, kulit seboroik, terdapat komedo,

papul, pustul, nodus, kista. Tempat predileksi muka, leher, bahu,

dada, dan punggung bagian atas. Tidak ada telangiektasis.

Sedangkan pada rosasea, tidak terdapat komedo, ditemukan dilatasi

vaskular, terjadi pada usia pertengahan, dan umumnya terbatas pada

2/3 wajah.3,9

Gambar 8. Akne VulgarisDiambil dari: Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick;s: Color Atlas & Synopsis of

Clinical Dermatology.

2. Dermatitis perioral

Terjadi pada wanita muda, tempat predileksi sekitar mulut dan

dagu, polimorfi tanpa telangiektasis dan keluhan gatal. Berbeda

10

Page 12: Rosasea

dengan rosasea, pada dermatitis perioral tidak terdapat telangiektasis

dan flushing.3,9

Gambar 9. Dermatitis perioral

Diambil dari: Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick;s: Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology.

b. Flushing atau eritema pada wajah

1. Dermatitis Seboroik

Dermatitis seboroik sering terjadi bersama-sama dengan rosasea,

tetapi yang membedakannya yaitu pada dermatitis seboroik terdapat

skuama berminyak dan agak gatal dengan tempat predileksi

retroaurikular, alis mata, dan sulkus nasolabialis.3,9

Gambar 10. Dermatitis seboroik

Diambil dari: Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick;s: Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology.

11

Page 13: Rosasea

2. Lupus Eritematosus Sistemik

Meskipun SLE dapat menstimulasi terjadinya rosasea, namun

klinis terlihat eritema dan atrofi pada pipi dan hidung dengan batas

tegas dan berbentuk kupu-kupu.3,9

Gambar 11. Lupus Eritematosus Sistemik

Diambil dari: Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick;s: Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology.

3. Dermatomiositis

Dermatomiositis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik

yang menyerang kulit dan atau otot rangka. Dermatomiositis ditandai

oleh adanya edema dan inflamasi periorbita, eritema pada wajah,

leher, dan bagian atas tubuh.3,9

Gambar 12. Dermatomiositis

Diambil dari: Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick;s: Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology.

12

Page 14: Rosasea

VIII. KOMPLIKASI

a. Rinofima

Rinofima adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan pembesaran

hidung yang tidak teratur, merah dan terbentuknya seperti bola lampu

akibat peradangan yang tidak ditangani dengan baik ataupun

peradangan kronik pada kulit hidung. Rinofima berhubungan dengan

kelenjar sebasea yang terletak dibawah permukaan kulit hidung.2

Gambar 13. Rinofima

Sumber: Dermatology Information System.

Diunduh dari: http://www.dermis.net/dermisroot/pt/30760/image.htm

b. Inflamasi (peradangan okular)

c. Jaringan parut dapat terbentuk pada kasus yang parah

IX. PENATALAKSANAAN

Topikal

Penatalaksanaan awal yang dapat dilakukan adalah menjauhkan dari

faktor pencetus seperti bahan – bahan yang dapat mengiritasi kulit contoh:

sabun, alkohol, larutan obat, dan yang dapat merusak kulit. Melindungi diri

dari sinar matahari sangat penting dilakukan yaitu dengan faktor pelindung

15 atau yang lebih tinggi selalu di rekomendasikan seperti spektrum UVA

dan UVB.10,11

13

Page 15: Rosasea

Biasanya antibiotik efektif pada pasien dengan akne. tetrasiklin,

eritromisin dan doksisiklin dengan konsentrasi 0,5% - 2% sering diberikan.

Metronidazole adalah derivate synthetic antibacteri dan antiprotozoa. Dari

peneitian klinis, metronidazole 0,75% gel tropikal atau krim 1% dapat

menyembuhkan lesi hingga 68% – 91%. Bentuk gel adalah yang paling

efektif untuk papul dan pustul rosasea.5,13,14

Imidazole juga biasa digunakan untuk rosasea. Mekanisme kerjanya

adalah sebagai anti inflamasi dan imunosupresan dan bakterisidal. Efek

toksin imidazole sangat rendah dan bisa mentoleransi kulit pasien yang

sensitif.14

Adapalene Neftoic acid derivate terbaru dengan poten retinoid acid

reseptor agonis dan anti inflamasi. Adapalene terbukti aman sebagai

penatalaksanaan topikal untuk akne dan kulit yang teriritasi. Adapalene gel

0,1% berefek kuat pada papul dan pustul tapi kurang signifikan pada eritem

dan telangiektasis.14

Retinoid topikal adalah pilihan lain. Contohnya isotretinoin 0,2% yang

mengurangi iritasi dan inflamasi lesi di stage II dan stage III. Topikal

kortikosteroid hanya digunakan untuk rosasea stadium berat.2,14

Sistemik

Rosasea sangat berespon baik terhadap antibiotik oral. Eritromycin

biasanya efektif tetapi tetrasiklin yang paling efektif. Tetrasiklin dan

doksisiklin biasanya efektif dalam mengontrol papul dan pustul dari rosasea

dan mengurangi eritem. Dapat dimulai dengan dosis 250 mg – 1 g/hari

tetrasiklin, doksisiklin . Tetrasiklin oral efektif pada rosasea oftalmica.2,13

Isotretionin juga efektif meskipun mempunyai resiko yang lebih

daripada tetrasiklin. Obat ini bisa digunakan untuk rosasea yang resisten

terutama yang tidak berespon terhadap antibiotik, seperti rosasea lupoid,

rosasea stage III, rosasea gram negatif, rosasea conglobata, rosasea

fulminant. Dosisnya 0,5 – 1 mg/kg/hari. Efek samping pada mata yang paling

sering terjadi.14

Pemberian kortikosteroid biasanya diberikan pada rosasea fulminant

contohnya prednisolon 1 mg/kg/hari diberikan selama 7 hari.14 Untuk terapi

14

Page 16: Rosasea

pada ocular rosacea ditambahkan air mata buatan dan metronidazole gel

mata.15

Tindakan yang dapat dilakukan untuk rosasea adalah untuk grade 2-3

dengan rinofima adalah operasi eksisi, electrosurgery atau terapi laser

carbon dioxide ternyata tindakan tersebut mendapat respon perbaikan.5

X. PROGNOSIS

Rosasea umumnya persisten, berangsur bertambah berat melalui

episode akut. Namun ada pula yang remisi secara spontan.2

XI. PENCEGAHAN

Untuk mencegah terjadinya rosasesa maka hal-hal dibawah ini perlu

dilakukan:

a. Menjaga kebersihan kulit. Bersihkan dengan lembut beberapa kali

sehari. Gunakan pembersih yang lembut dan menghindari pembersih

muka yang kasar sehingga dapat menyebablan iritasi kulit.

b. Pakailah tabir surya yang lembut, jika ragu dengan suatu produk,

gunakan tabir surya yang diformulasikan untuk bayi, saat pergi dan

beraktivitas. Matahari dapat memperburuk kondisi klinis.

c. Menjaga kelembaban kulit. Tinggal di lingkungan yang ber-AC pada

cuaca yang panas, maka semprotkan wajah dengan air dingin. Minum

air putih minimal satu hari 8 gelas. Gunakan pelembab yang alami

sesuai dengan jenis kulit.

d. Jangan mengkonsumsi makanan atau minuman yang terlalu panas,

untuk menghindari uap panas dapat membuat iritasi pada wajah.

e. Hindari sauna, mandi uap dan kolam air panas serta facial steam.

f. Evaluasi program diet. Makanan tertentu dapat memperparah kondisi.

Mengurangi makanan pemicu yang dapat menimbulkan rosacea.

XII. KESIMPULAN

Rosasea adalah suatu kondisi peradangan kronik pada kulit wajah

yang mempengaruhi pembuluh darah dan unit pilosebasea yang ditandai

15

Page 17: Rosasea

dengan kemerahan pada kulit dan telangiektasi disertai episode

peradangan yang memunculkan erupsi papul, eritema, kekasaran kulit,

papulopustular inflamasi menyerupai jerawat dan edema. Diagnosis

banding rosasea adalah akne vulgaris, dermatitis seboroik, dermatitis

perioral dan SLE. Pengobatan yang diberikan berupa topikal dan sistemik.

Komplikasi yang ditimbulkan oleh rosasea antara lain rinofima,

inflamasi okular, dan rosasea limfadema. Umumnya persisten, berangsur

bertambah berat melalui episode akut. Namun adapula yang remisi secara

spontan.

16

Page 18: Rosasea

DAFTAR PUSTAKA

1. Wolff K, Johnson RA. Rosacea. Disorders of Sebaceous and Apocrine

Glands. In: Wolff K, Johnson RA, editors. Fitzpatrick’s Color Atlas and

Synopsis of Clinical Dermatology. 6th ed. New York: McGraw-Hill

Companies; 2009.

2. Wasitaatmajaya SM. Rosasea. Akne, Erupsi, Akneiformis, Rosasea,

Rinofima. In: Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.

6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009. p. 261-3.

3. Pelle MT. Rosacea. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller

AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. 6th ed.

New York: McGraw-Hill Companies; 2003. p. 782-92.

4. Jarmuda S, O’Reilly N, Zaba R, et al. The Potential Role of Demodex

folliculorum Mites and Bacteria in the Introduction of Rosacea. Poland:

Journal of Medical Microbiology Papers in Press. Published August 29, 2012.

5. Cowell FC. Rosacea. England: The New England Journal of Medicine; 2005.

6. Gawkrodger DJ. Dermatology: An Illustrated Colour Text. Sebaceous and

Sweat Glands – Acne, Rosacea and Other Disorders. 3rd ed. UK: Churcill

Livingstone; 2002. p.61.

7. Banasikowska AK. Elston D, editor. Rosacea. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/1071429-overview#showall.

Accessed on May 5th, 2014.

8. Randleman JB. Roy H, editor. Occular Rosacea Clinical Presentation.

Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1197341-

clinical#showall. Accessed on May 5th, 2014.

9. Buxton PK. ABC of Dermatology. 4th ed. London: BMJ Publishing Group;

2003. p.50.

10. Anonymous. Rosacea. Available from:

http://www.skinsight.com/adult/rosacea.htm. Accessed on 5th May, 2014.

11. Anonymous. What is Rosacea? Available from:

http://www.niams.nih.gov/Health_Info/Rosacea/rosacea_ff.asp. Accessed on

4th May, 2014.

17

Page 19: Rosasea

12. 4509American Academy of Dermatology. Rosacea. Available from: o9.

Accessed on 5th May, 2014.

13. Cohen AF, Jeffry D, Tiemstra. Diagnosis and Treatment of Rosacea. 2002.

14. Gooderham M. Rosacea and It’s Topical Management. Skin Therapy Letter;

2007.

15. Baldwin HE. Systemic Therapy for Rosacea. Skin Therapy Letter; 2007.

16. Anonymous. Rosacea. Available from:

http://www.nhs.uk/conditions/rosacea/Pages/Introduction.aspx. Accessed on

4th May, 2014.

18