Page 1
i
PENGARUH METODE TUTOR SEBAYA DALAM PEMBELAJARAN
ANSAMBEL REKORDER SOPRAN TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 2 BANJARMASIN
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata-1
Pendidikan Sendratasik
Oleh:
Riza Rosadi
NIM A1B309238
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI DRAMA, TARI, DAN MUSIK
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2013
Page 2
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi oleh Riza Rosadi NIM: A1B309238 dengan judul Pengaruh Metode Tutor
Sebaya dalam Pembelajaran Ansambel Rekorder Sopran terhadap Hasil Belajar
Siswa di Kelas VIII SMP Negeri 2 Banjarmasin. Ini telah dipertahankan di depan
dewan penguji pada tanggal.
Banjarmasin, 17 Juli 2013
Dewan Penguji
Penguji I,
Maryanto, M.Sn
NIP 19750913 200912 1 001
Penguji II,
Rusma Noortyani
NIP 19790614 200501 200
Penguji Ahli,
Sumasno Hadi, S.Pd., M.Phil
Mengetahui:
Ketua Program Studi
Pendidikan Sendratasik
Dra. Nanik Mariani M.Pd
NIP 19590928 199010 2 001
Page 3
iii
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, :
Nama : Riza Rosadi
NIM : A1B309238
Jurusan/Program Studi : PBS/Pendidikan Sendratasik
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang saya tulis ini benar-
benar tulisan saya, dan bukan merupakan plagiasi, baik sebagian atau seluruhnya.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa Skripsi ini
hasil plagiasi, baik sebagian atau seluruhnya, saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Banjarmasin, Juli 2013
Riza Rosadi
NIM A1B309238
Page 4
iv
ABSTRAK
Rosadi, Riza. 2013. Pengaruh Metode Tutor Sebaya dalam Pembelajaran Ansambel
Rekorder Sopran terhadap Hasil Belajar Siswa di Kelas VIII SMP Negeri 2
Banjarmasin. Skripsi. Program Studi Pendidikan Seni Drama, Tari, dan
Musik, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Pembimbing : (I)
Maryanto, M.Sn. (II) Rusma Noortyani, M.Pd.
Kata kunci: tutor sebaya, pembelajaran ansambel rekorder sopran, hasil belajar
Pembelajaran ansambel musik dianggap penting untuk mengembangkan
potensi bermusik karena didalamnya terkandung tentang pembelajaran tempo,
harmoni, ketepatan nada dan irama. Akan tetapi, ketika praktik secara ansambel,
terdapat beberapa siswa yang tidak mampu mengikuti temannya dalam bermain
rekorder secara ansambel. Metode tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang
tuntas terhadap bahan pelajaran dan memberikan bantuan kepada siswa yang
mengalami kesulitan memahami pelajaran. Dalam pelaksanaannya, metode tutor
sebaya memerlukan pelatihan kepada para tutor dan peranan guru sebagai
fasilitator untuk bisa membantu para tutor menjelaskan kepada teman asuhnya.
Berdasarkan hasil diskusi dengan guru mata seni musik di SMP Negeri 2
Banjarmasin dapat diketahui bahwa guru menggunakan metode konvensional
dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Metode konvensional adalah metode
tradisional dimana guru memberikan penjelasan materi dan mendemonstrasikan.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hasil belajar siswa dengan metode tutor sebaya,
mengetahui hasil belajar siswa dengan metode konvensional, dan mengetahui
perbedaan dari hasil belajar siswa yang menggunakan metode tutor sebaya dengan
metode konvensional.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi seluruh siswa
kelas VIII SMP Negeri 2 Banjarmasin yang berjumlah 220 orang . Pengambilan
sampel menggunakan teknik purposive random sampling, yaitu untuk mengambil 2
kelas secara acak yang tidak mempunyai perbedaan yang signifikan, sehingga
diperoleh kelas VIII D dengan jumlah siswa 32 orang sebagai kelas eksperimen dan
kelas VIII E dengan jumlah siswa 32 orang sebagai kelas kontrol. Pada kelas
eksperimen pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode tutor sebaya,
sedangkan kelas kontrol menggunakan metode konvensional. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah tes dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan
adalah statistik deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) hasil belajar siswa yang
menggunakan metode tutor sebaya berada pada kualifikasi baik dengan nilai rata-
rata 82,91; (2) hasil belajar siswa yang menggunakan metode konvensional berada
pada kualifikasi lebih dari cukup dengan nilai rata-rata 78,90; dan (3) berdasarkan
uji statistik menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil
belajar siswa antara kelas eksperimen yang menggunakan metode tutor sebaya
dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional. Menurut uji
statistik menunjukan hasil belajar kelas eksperimen lebih baik daripada hasil
belajar kelas kontrol.
Page 5
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul ”Pengaruh Metode Tutor Sebaya dalam Pembelajaran
Ansambel Rekorder Sopran terhadap Hasil Belajar Siswa di Kelas VIII SMP
Negeri 2 Banjarmasin” pada waktunya.
Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala
dukungan dan bantuan yang telah diberikan, kepada.
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unlam Banjarmasin.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra FKIP Unlam Banjarmasin.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Sendratasik FKIP Unlam Banjarmasin.
4. Bapak Maryanto, S.Sn., M.Sn. selaku Dosen Pembimbing I.
5. Ibu Rusma Nortyani, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II.
6. Kepala Sekolah, Bapak Fikri Bakti selaku guru Seni Musik, Staf Tata Usaha
dan Siswa SMP Negeri 2 Banjarmasin.
7. Bapak Drs. H. Karim, M.Si. selaku dosen Pend. Matematika FKIP Unlam
Banjarmasin yang mengajarkan metodologi penelitian eksperimen dan
mengajarkan perhitungan statistik kepada peneliti.
8. Semua pihak yang telah membantu selama penyusunan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini mungkin masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, diharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
Banjarmasin, Juli 2013
Peneliti
Page 6
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN . ................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iii
ABSTRAK ................................................ iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR DIAGRAM ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ . x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5
E. Penjelasan Istilah ............................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan ........................................................................ 6
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 8
A. Pembelajaran ..................................................................................... 8
1. Pengertian Belajar ........................................................................ 8
2. Pengertian Pembelajaran .............................................................. 10
B. Ansambel Rekorder .......................................................................... 16
1. Pengertian Ansambel Menurut Ahli ............................................. 16
2. Jenis Ansambel ............................................................................. 18
3. Ansambel Rekorder ...................................................................... 18
4. Organologi Rekorder .................................................................... 19
5. Teknik Penjarian........................................................................... 21
6. Teknik Memainkan Rekorder ....................................................... 22
C. Metode Pembelajaran ...................................... .................................. 24
D. Tutor Sebaya.................................................... .................................. 29
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 33
A. Metode Penelitian ............................................................................. 33
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ............................................................ 33
C. Populasi dan Sampel .......................................................................... 34
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 34
Page 7
vii
1. Tes ................................................................................................ 35
2. Dokumentasi ................................................................................. 35
E. Instrumen Penelitian ......................................................................... 35
1. Validitas Instrumen ..................................................................... 35
2. Reliabilitas Instrumen................................................................... 36
3. Kriteria Pemberian Nilai .............................................................. 37
F. Teknik Analisis Data ......................................................................... 38
1. Uji Pendahuluan ........................................................................... 38
2. Uji T ............................................................................................. 40
3. Uji Mann Whitney ........................................................................ 42
G. Prosedur Penelitian ............................................................................ 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 44
A. Gambaran Umum Pembelajaran Ansambel Rekorder di SMP Negeri 2
Banjarmasin ...................................................................................... 44
B. Pemilihan Materi Lagu ..................................................................... 45
C. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran ................................................. 47
1. Proses Pembelajaran pada Kelas Eksperimen .............................. 47
2. Proses Pembelajaran pada Kelas Kontrol ..................................... 54
D. Hasil Belajar ....................................................................................... 56
1. Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen ........................................ 56
2. Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol ............................................... 57
3. Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Belajar ................................. 59
E. Uji Perbedaan Hasil Belajar antara Kelas Eksperimen dengan Kelas
Kontrol .............................................................................................. 61
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 66
A. Kesimpulan . ...................................................................................... 66
B. Saran-saran ........................................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 68
Page 8
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1. Distribusi jumlah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Banjarmasin ..................... 34
3.2. Kualifikasi Hasil Belajar Siswa ...................................................................... 38
4.1. Distribusi Hasil Belajar Individu Kelas Eksperimen ...................................... 56
4.2. Distribusi Hasil Belajar Kelompok Kelas Eskperimen ................................... 57
4.3. Distribusi Hasil Belajar Individu Kelas Kontrol .............................................. 57
4.4. Distribusi Hasil Belajar Kelompok Kelas Kontrol .......................................... 58
4.5. Deskripsi Hasil Belajar Kelas Eskperimen dan Kelas Kontrol ........................ 61
4.6. Uji Normalitas Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............... 62
4.7. Uji Beda Rata-rata Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ......... 63
Page 9
ix
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Halaman
4.1. Nilai Rata-rata Hasil Belajar Individu Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ............. 59 4.2. Nilai Rata-rata Hasil Belajar Ansambel Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen .......... 60
Page 10
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Rekorder Sopran dan Rekorder Alto .............................................................. 20
2.2. Organologi Rekorder Sopran ......................................................................... 21
2.3. Kode Penjarian ................................................................................................ 21
2.4. Range Suara Rekorder Sopran ........................................................................ 22
2.5. Cara Meniup Rekorder yang Benar 1 ............................................................. 22
2.6. Cara Meniup Rekorder yang Benar 2 ............................................................. 22
2.7. Cara Meniup Rekorder yang Benar 3 ............................................................. 22
2.8. Cara Memegang .............................................................................................. 23
2.9. Jari Menutup Lubang yang Benar dan Salah .................................................. 23
4.1. Guru Sedang Melakukan Tes Satu-persatu (Pemilihan Tutor) ....................... 47
4.2. Peneliti Sedang Memberikan Pengarahan dan Tutoriall kepada Para Tutor .. 49
4.3. Tutor Sedang Mengajari Teman Asuhnya ...................................................... 50
4.4. Para Tutor Sedang Mengajari Teman Asuhnya .............................................. 51
4.5. Tutor Sedang Mengajari Teman Asuhnya di Luar Jam Pelajaran (Sepulang
Sekolah) ......................................................................................................... 51
4.6. Peneliti Membantu Tutor Menjelaskan kepada Teman Asuhnya ................... 53
4.7. Evaluasi (Pengambilan Nilai) ......................................................................... 53
4.8. Guru Menyampaikan Materi Pelajaran ........................................................... 54
4.9. Guru Melakukan Tes dan Pembenahan Satu-persatu kepada Siswa .............. 55
Page 11
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Program Semester dan Silabus Semester Genap Kelas VIII .......................... 70
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Guru Seni Musik ......................... 75
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Peneliti ........................................ 77
4. Tabel Kelompok dan Nilai Tes Awal Kelas VIII-D (Eksperimen) ................. 80
5. Tabel Kelompok dan Nilai Tes Awal Kelas VIII-E (Kontrol) ........................ 82
6. Tabel Kelompok dan Nilai Tes Akhir Kelas VIII-D (Eksperimen) ................. 84
7. Tabel Kelompok dan Nilai Tes Akhir Kelas VIII-E (Kontrol) ........................ 86
8. Outpot SPSS Hasil Belajar ............................................................................... 88
9. Jurnal Konsultasi Skripsi Pembimbing 1 ......................................................... 89
10. Jurnal Konsultasi Skripsi Pembimbing 2 ......................................................... 91
11. Surat izin penelitian kepada kepala SMP Negeri 2 Banjarmasin..................... 92
12. Surat izin penelitian kepada kepala dinas pendidikan kota Banjarmasin ........ 93
13. Surat izin penelitian dari Dinas Pendidikan kota Banjarmasin ........................ 94
14. Surat telah melaksanakan penelitian dari SMP Negeri 2 Banjarmasin ............ 95
15. Denah SMP Negeri 2 Banjarmasin .................................................................. 96
16. Dokumentasi .................................................................................................... 97
17. Persetujuan Sidang ........................................................................................... 98
Page 12
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah Menengah Pertama (disingkat SMP) adalah jenjang pendidikan
dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau
sederajat). Sekolah Menengah Pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai
dari kelas 7 sampai kelas 9. Rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan
pelajaran serta yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan belajar
mengajar di SMP adalah kurikulum pendidikan dasar memuat program
kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Salah satu isi program kurikuler
pendidikan SMP pada jenjang kelas VII, VIII, dan IX adalah mata pelajaran
Seni Budaya yang terdiri dari Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni
Teater. Fungsi mata pelajaran Seni Budaya adalah untuk mengembangkan sikap
apresiatif terhadap kebudayaan, meningkatkan kemampuan kreativitas,
musikalitas, kepekaan citarasa terhadap seni dan perasaan cinta kepada seni.
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) tahun 2006, sekolah
diperbolehkan melaksanakan pembelajaran Seni Budaya (seni rupa dan seni
musik) sesuai dengan ketersedian guru yang ada. Sekolah diberi kebebasan
dalam mengembangkan materi pembelajaran. Siswa di beri kebebasan memilih
seni yang sesuai dengan minatnya, selama guru masih tersedia. KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) pelajaran Seni Budaya menurut
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus diketahui anak secara
keseluruhan mencakup dua aspek yaitu: apresiasi dan kreasi.
Page 13
2
Pelajaran Seni Budaya di Sekolah Menengah Pertama terdiri dari Seni
Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Mata pelajaran Seni Budaya
adalah pelajaran yang berhubungan dengan keindahan yang bertujuan
meningkatkan citarasa, kemampuan mengekspresikan diri dan kemampuan
mengapresiasi keindahan dalam harmoni.
Tujuan dalam pembelajaran Seni Musik untuk sebagai penanaman rasa
musikalitas (pengalaman rasa musik), pengembangan sikap dan kemampuan
berkreasi, menghargai seni, dan meningkatkan kreativitas pada siswa. Materi
yang diajarkan dalam pembelajaran seni musik meliputi teori dan praktik. Guru
seni budaya harus mampu menguasai materi teori maupun praktek pada materi
yang diajarkan, menggunakan metode atau model pembelajaran yang tepat,
mampu mengelola kelas, menggunakan media atau alat peraga yang tersedia
sesuai dengan materi, mampu menggunakan waktu yang tersedia dengan baik.
Salah satu materi seni musik yang diajarkan di SMP Negeri 2
Banjarmasin khususnya kelas VIII adalah materi tentang ansambel musik.
Pada saat ini, siswa SMP Negeri 2 Banjarmasin menerima materi tentang
ansambel musik yang sejenis dan alat musik yang sering digunakan adalah
rekorder. Salah satu alasannya karena rekorder mudah didapat karena
harganya yang cukup murah. Selain itu, rekorder lebih praktis untuk dibawa.
Namun ketika praktik, masih ada beberapa siswa yang tidak mahir
dalam memainkan alat musik rekorder. Sehingga siswa tersebut sulit untuk
bermain bersama siswa lainnya dan selalu tertinggal ketika memainkan lagu
secara ansambel. Padahal teori tentang alat musik rekorder telah lebih dulu
diberikan oleh guru. Masalahnya, kadangkala siswa masih segan dan
Page 14
3
merasa malu untuk bertanya kepada guru. Sehingga guru mengalami
kesulitan untuk mengetahui siswa yang sudah menguasai materi dan siswa
yang belum menguasai materi. Dan mungkin juga metode yang digunakan guru
dalam pembelajaran di kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional sudah
membosankan bagi siswa sehingga siswa tidak bersemangat dalam belajar.
Pembelajaran konvensional menjadikan pembelajaran di kelas berpusat hanya pada
guru (teacher centered). Pada akhirnya, ketika praktik ansambel rekorder,
masih ada anak yang belum bisa memainkan rekordernya dengan baik.
Masalah inilah yang menghambat peningkatan hasil belajar siswa terhadap
materi ansambel rekorder.
Pembelajaran ansambel rekorder yang dilakukan siswa di SMP
Negeri 2 Banjarmasin lebih banyak menekankan pada keahlian keterampilan
dalam memainkan rekorder. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti
penerapan metode yang bersifat student centered yaitu siswa mengembangkan
kemampuan dan keterampilan mereka secara mandiri dalam proses
pembelajaran yang terjadi. Metode yang diterapkan haruslah sesuai dengan
keadaan dan tujuan, dimana siswa harus secara merata bisa menguasai materi
yang telah diajarkan.
Untuk itulah, diperlukan suatu metode agar semua siswa dapat
menguasai dan memahami materi tentang ansambel rekorder tanpa harus
diajarkan satu persatu oleh guru. Salah satu metode yang bisa digunakan
adalah dengan menggunakan metode “tutor sebaya”. Tutor sebaya adalah
sumber belajar selain guru, yaitu teman sebaya yang lebih pandai
memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di sekolah.
Page 15
4
Metode tutor sebaya lebih menekankan pada keaktifan siswa dalam
pembelajaran ansambel rekorder karena metode ini menggunakan teman
atau siswa itu sendiri sebagai tutor atau pengajar selama proses kegiatan
belajar mengajar berlangsung. Melalui metode ini, interaksi diantara siswa
akan terbina kerena tidak ada kecanggungan yang biasanya ada ketika
berhadapan dengan guru
Dari penjelasan di atas, maka peneliti mempunyai gagasan untuk
mengangkat masalah tersebut ke dalam penelitian dan dijadikan skripsi yang
berjudul Pengaruh Metode Tutor Sebaya dalam Pembelajaran Ansambel
Rekorder Sopran Terhadap Hasil Belajar Siswa di Kelas VIII SMP Negeri
2 Banjarmasin.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang di atas,
maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. bagaimana hasil belajar ansambel rekorder sopran melalui metode tutor
sebaya di kelas VIII SMP negeri 2 Banjarmasin?
2. bagaimana hasil belajar ansambel rekorder sopran melalui metode
konvensional di kelas VIII SMP negeri 2 Banjarmasin?
3. apakah ada perbedaan hasil belajar ansambel rekorder sopran antara metode
tutor sebaya dengan metode konvensional di kelas VIII SMP negeri 2
Banjarmasin?
Page 16
5
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka dapat dikemukakan suatu
tujuan penelitian berikut ini:
1. mengetahui hasil belajar ansambel rekorder sopran melalui metode tutor
sebaya di kelas VIII SMP Negeri 2 Banjarmasin?
2. mengetahui hasil belajar ansambel rekorder sopran melalui metode
konvensional di kelas VIII SMP Negeri 2 Banjarmasin?
3. mengetahui perbedaan hasil belajar ansambel rekorder sopran antara metode
tutor sebaya dan metode konvensional di kelas VIII SMP Negeri 2
Banjarmasin?
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. bagi siswa, dapat meningkatkan keterampilan bermain rekorder sopran
secara ansambel tanpa ketertinggalan keterampilan dari teman sekelasnya.
2. bagi guru, terutama pengajar di tingkat SMP, agar menjadi bahan
masukan dan alternatif pilihan dalam menambah ragam sistem pengajaran di
sekolah untuk meningkatkan kualitas belajar guna memperoleh hasil yang
diharapkan.
3. bagi peneliti, untuk masukan dalam menggunakan metode yang tepat dan
menarik dalam pembelajaran musik Ansambel khususnya rekorder sopran
pada siswa tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Page 17
6
E. Penjelasan Istilah
Untuk menyamakan pemahaman terhadap istilah yang digunakan dalam
penelitian ini, maka perlu dijelaskan penggunaan istilah itu sebagai berikut:
1. metode Tutor Sebaya adalah metode pembelajaran melalui siswa yang
lebih pandai dari temannya membantu dan mengajari teman lain yang
belum bisa terhadap suatu materi.
2. metode konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau metode
yang sering digunakan oleh guru dalam kegiatan mengajar sehari-harinya.
Dalam pembelajaran ini guru menjelaskan materi pelajaran, siswa
mendengarkan dan mencatat penjelasan yang disampaikan guru, siswa
belajar tidak dalam kelompok, kemudian guru memberikan latihan dan siswa
mengerjakan latihan yang diberikan guru, dan siswa diperbolehkan bertanya
apabila ada pelajaran yang tidak dimengerti.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi terdiri dari tiga bagian, yaitu.
1. Bagian Awal : halaman judul, halaman pengesahan, halaman
pernyataan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar
gambar, dan daftar lampiran.
2. Bagian Isi :
a. Bab I : Pendahuluan, terdiri atas latar belakang masalah,
Rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
Page 18
7
b. Bab II : Landasan teori, memuat pendapat-pendapat yang
dikemukakan oleh para ahli yang dapat digunakan
sebagai landasan dalam pelaksanaan dan penulisan
laporan.
c. Bab III : Metode penelitian, subjek dan lokasi penelitian
populasi dan sampel, teknik pengumpulan data,
instrumen penelitian, teknik analisis data, dan
prosedur penelitian.
d. Bab VI : Hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.
e. Bab V : Kesimpulan hasil penelitian dan saran
3. Bagian Akhir : Daftar pustaka, lampiran-lampiran.
Page 19
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran
Belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan
dari kehidupan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan
potensi-potensi yang ada di dalam dirinya dan sangat berguna bai manusia
untuk dapat menyesuaikan diri demi memenuhi kebutuhannya. Tanpa belajar
manusia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Kebutuhan belajar dan pembelajaran dapat berlangsung dimana-mana, misalnya
dilingkungan keluarga, di sekolah, dan di masyarakat (Darsono, dkk, 2000: 1).
Istilah Pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar,
mengajar dan pembelajaran. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi
bersama-sama. Belajar merupakan serangkaian proses belajar yang
mengakibatkan perubahan pada diri individu.
1. Pengertian Belajar
Menurut Yulaelawati (2004: 50-54) pengertian belajar dibagi
menjadi tiga, yaitu.
1. Behavioris
Behavioris berdasarkan pada perubahan perilaku dan menekankan
pada pola perilaku baru yang diulang-ulang sampai menjadi otomatis.
Implikasi dari teori behavioris dalam pendidikan sangat mendalam. Guru
menulis tujuan instruksional dalam persiapan mengajar, yang kemudian
akan diukur pada akhir pembelajaran. Guru tidak memperhatikan hal-hal
Page 20
9
apa yang telah diketahui peserta didik, atau apa yang peserta didik
pikirkan selama proses pengajaran berlangsung. Guru mengatur strategi
dengan memberikan ganjaran (berupa nilai atau pujian) dan hukuman
(nilai rendah atau hukuman lain). Guru lebih menekankan pada tingkah
laku apa yang harus dikerjakan peserta didik bukan pada pemahaman
peserta didik terhadap sesuatu.
2. Kognitif
Kognitif merupakan teori yang berdasarkan proses berpikir di
belakang perilaku. Perubahan perilaku diamati dan digunakan sebagai
indikator terhadap apa yang terjadi dalam otak peserta didik. Penganut
teori kognitif mengakui bahwa belajar melibatkan penggabungan-
penggabungan (associations) yang dibangun melalui keterkaitan atau
pengulangan. Mereka juga mengakui pentingnya penguatan, walaupun
lebih menekankan pada pemberian balikan (feedback) pada tanggapan
yang benar dalam perannya sebagai pendorong (motivator).
3. Konstruktivis
Menurut para penganut konstruktivis, pengetahuan dibina secara
aktif oleh seorang yang berpikir. Seseorang tidak akan menyerap
pengetahuan dengan pasif. Untuk membangun suatu pengetahuan baru,
peserta didik akan menyesuaikan informasi baru atau pengetahuan yang
disampaikan guru dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah
dimilikinya melalui berinteraksi sosial dengan peserta didik lain atau
dengan gurunya.
Page 21
10
Belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar
berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa perubahan
pada individu-individu yang belajar. Perubahan ini tidak hanya berkaitan
dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan,
sikap, keterampilan, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian
diri (Sardiman, 2007: 10).
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 17) belajar merupakan
peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks.
Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari
siswa dan dari guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses.
Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Bahan
belajar tersebut berupa keadaan alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia,
dan bahan yang telah terhimpun dalam buku-buku pelajaran.
2. Pengertian Pembelajaran
Berdasarkan teori belajar, menurut Sudjana (2005: 70) ada beberapa
macam pengertian pembelajaran, yaitu:
1. pembelajaran adalah upaya mengorganisasikan lingkungan untuk
menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.
2. pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi
warga masyarakat yang baik.
3. pembelajaran adalah suatu proses membawa siswa menghadapi
masyarakat sehari-hari.
Page 22
11
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 17) Pembelajaran
adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Proses
belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Proses
belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu menurut
Moch. Uzer Usman dalam (Suryosubroto, 2002: 19). Menurut Buku
Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam terbitan Depag RI dalam
Suryobroto (2002: 19) belajar mengajar sebagai proses dapat mengandung
dua pengertian, yaitu: rentetan tahapan atau fase dalam mempelajari sesuatu,
dan dapat pula berarti sebagai rentetan kegiatan perencanaan oleh guru,
pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran
merupakan aktivitas yang paling utama. Keberhasilan pencapaian tujuan
pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat
berlangsung secara efektif. Pemahaman seorang guru terhadap pengertian
pembelajaran akan sangat mempengaruhi cara guru itu mengajar.
Pernyatan tersebut juga diperkuat oleh pernyataan Winkel dalam
(Sutikno, 2013: 31) yang mengartikan pembelajaran sebagai seperangkat
tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik,
dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperanan
terhadap rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam
diri peserta didik.
Page 23
12
Dari beberapa pendapat ahli yang dimuat di atas, dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran adalah interaksi sebuah komponen dan merupakan
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan untuk mencapai tujuan dan didalam
proses belajar mengajar, guru berperan sebagai perencana, pembimbing,
pelaksana serta penilai. Pembelajaran merupakan usaha dari guru untuk
membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa yang belajar, yang mendapat perubahan dengan didapatkannya
kemampuan-kemampuan baru yang cenderung bertahan dalam waktu yang
relatif lama.
Dengan demikian dapat diketahui beberapa komponen yang terlibat
dalam kegiatan pembelajaran, yaitu:
1. siswa adalah seorang yang berperan sebagai pencari, penerima, dan
penyimpan isi pelajaran yang berguna untuk mencapai tujuan.
2. guru adalah seorang yang berperan sebagai pengelola, fasilitator, dan
peran lainnya yang membuat terjadinya kegiatan belajar mengajar yang
efektif.
3. metode pembelajaran adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik
untuk mencapai suatu maksud atau jalan yang ditempuh guru untuk siswa
bisa mencapai tujuan yang diharapkan.
4. model pembelajaran adalah prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
5. media pembelajaran adalah bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan
yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa.
Page 24
13
6. tujuan pembelajaran adalah pernyataan tentang perubahan perilaku
(kognitif, psikomotorik, afektif) yang diinginkan terjadi pada siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
7. evaluasi pembelajaran adalah cara tertentu yang telah diatur guru yang
digunakan untuk menilai keberhasilan suatu proses dan nilainya.
Menurut Suryobroto (2002: 36) pelaksanaan proses belajar mengajar
adalah proses berlangsungnya belajar mengajar di kelas yang merupakan inti
dari kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan proses belajar mengajar
terjadi interaksi guru dengan siswa dalam rangka menyampaikan bahan
pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Pelaksanaan
proses belajar mengajar meliputi 3 tahap yaitu.
1. Tahap Pra Instruksional
Tahap pra instruksional yakni tahap yang ditempuh pada saat
akan memulai suatu proses belajar mengajar, seperti guru menanyakan
kehadiran siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk boleh
bertanya, mengajukan pertanyaan kepada siswa, mengulang materi
pelajaran yang telah diajarkan.
2. Tahap Instruksional
Tahap instruksional adalah tahap pemberian bahan pelajaran yang
meliputi beberapa kegiatan, seperti menjelaskan tujuan pengajaran,
menjelaskan pokok materi, membahas pokok materi, memberikan
contoh-contoh yang jelas pada materi yang sudah dibahas, penggunaan
alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan, menyimpulakan
hasil pembahasan dari semua pokok materi.
Page 25
14
3. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tahap
instruksional, kegiatan yang terjadi pada tahap ini antara lain seperti guru
mengajukan pertanyaan kepada beberapa siswa mengenai semua aspek
pokok materi yang telah dibahas pada tahap instruksional, bila pertanyaan
yang diajukan belum dapat dijawab (kurang dari 70%) maka guru harus
mengulang pengajaran, untuk memperkaya pengetahuan siswa, guru
dapat memberikan tugas atau PR, mengakhiri pelajaran dengan
menjelaskan pokok materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
Pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam
model pembelajaran kelompok, yaitu: adanya peserta dalam kelompok,
adanya aturan didalam kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota
kelompok, dan adanya tujuan yang harus dicapai. Peserta adalah siswa yang
melakukan proses pembelajaran dalam setiap kelompok belajar.
Pengelompokan siswa bisa ditetapkan berdasarkan beberapa pendekatan,
diantaranya pengelompokan yang didasarkan atas minat dan bakat siswa,
latar belakang kemampuan, campuran baik (campuran ditinjau dari minat
maupun dari kemampuan). Pendekatan apa pun yang digunakan, tujuan
pembelajaran haruslah menjadi pertimbangan utama (Sanjaya, 2006: 239).
Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah menengah pertama
(SMP) adalah pembelajaran seni budaya. Pembelajaran seni budaya adalah
suatu proses pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar untuk
Page 26
15
mengembangkan keterampilan di bidang seni dan menumbuhkan rasa cinta
terhadap kesenian.
Pendidikan seni budaya dan keterampilan memiliki peranan dalam
pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan memeperhatikan
kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai kecerdasan intrapersonal,
interpersonal, visual spasial, musical, linguistic, logic, naturalis serta
kecerdasan advertises, kreativitas, spiritual dan moral. (BSNP, 2006: 1).
Salah satu pembelajaran seni budaya adalah seni musik.
Pembelajaran seni musik bisa diberlakukan untuk semua usia dan tidak
terbatas untuk kalangan tertentu, karena musik adalah salah satu bagian
kebutuhan manusia. Melalui musik manusia dapat mengekspresikan
pengalaman dan pengetahuan estetiknya, dan musik juga berguna untuk
sarana sosial dan terapi kesehatan bahkan terapi tumbuh-tumbuhan. Sebagai
kebutuhan mendasar dalam kehidupan manusia untuk itulah pembelajaran
seni musik sangat penting untuk diajarkan dan mejadi bagian dalam
kurikulum dunia pendidikan.
Menurut Nursantara (2007: 22) Musik adalah seni menata bunyi
menjadi suatu harmoni yang indah didengar. Pembelajaran seni musik
meliputi pada bunyi dan suara yang di dalamnya terkandung unsur-unsur
musik. Unsur-unsur pokok musik ada empat yaitu.
1. Melodi
Melodi adalah serangkaian nada (suara yang memiliki
interval/tinggi rendah suara) yang tersusun membentuk kalimat lagu,
yang tersusun dalam frase dan motif.
Page 27
16
2. Ritme / Irama
Ritme adalah pengaturan (nilai) bunyi pada suatu waktu. Panjang,
pendek dan temponya menjadi karakter pada setiap musik.
3. Harmoni
Harmoni mempunyai arti umum yaitu keselarasan, pengertian
harmoni dalam ilmu musik adalah keselarasan nada dengan nada yang
lainnya, keselarasan bunyi dengan bunyi lainnya.
4. Timbre
Timbre adalah warna dan kualitas bunyi.
B. Ansambel Rekorder
Materi dalam pembelajaran seni musik di sekolah, salah satunya adalah
materi tentang ansambel musik. Ansambel berasal dari kata Ensemble
(Perancis) yang berarti bersama-sama.
1. Pengertian Ansambel Menurut Ahli
Musik ansambel dapat dimaknai sebagai sebuah sajian musik yang
dilagukan secara bersama-sama dengan menggunakan satu jenis alat musik
atau berbagai jenis alat musik (Sugiyanto dkk, 2004: 89). Menurut Adiarto
(1996: 7) pengertian ansambel dalam musik adalah permainan bersama
dalam kelompok kecil dengan pemain berkisar antara 2 samapai 15 orang.
Menurut Basuki (1994: 2) musik ansambel adalah bentuk penyajian
musik yang dimainkan oleh beberapa orang dengan menggunakan alat-alat
musik tertentu, serta memainkan lagu-lagu sederhana. Menurut peranan dan
fungsinya alat-alat musik yang digunakan dalam bermain musik ansambel
Page 28
17
dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu alat musik melodis, alat
musik ritmis, dan alat musik harmonis.
Agar penyajian musik ansambel berhasil baik, hal yang harus
diperhatikan adalah pengaturan perbandingan jumlah alat-alat musik yang
dipakai, setiap jenis alat musik memiliki partitur tersendiri, latihan-latihan
yang dilakukan secara rutin, teratur dan terbimbing. Untuk meningkatkan
keterampilan para pemain, diperlukan latihan memainkan alat-alat musik
yang dipakai dalam berbagai macam dasar nada atau tangga nada. Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan kualitas permainan dalam penyajian musik
Ansambel seoptimal mungkin (Basuki, 1994: 2).
Ansambel musik sebagai konsep musik serius. Keseriusan ansambel
musik dilihat dari permainan alat yang digunakan, aransemen yang digarap,
penikmatnya, dan suasana keheningan (Suara Merdeka. http://www.
suaramerdeka. com/ harian/ 0508/15/bud 2.htm).
Dalam ansambel musik terdapat dua jenis musik ansambel, yaitu
musik ansambel sejenis dan musik ansambel musik campuran. Musik
ansambel sejenis terdapat satu jenis alat musik dalam jumlah banyak yang
dibagi dalam beberapa permainan suara. Biasanya nama musik ansambel
sejenis disebutkan menurut alat musiknya, misalnya ansambel rekorder.
Musik Ansambel campuran menggunakan alat musik yang berbeda-beda dan
alat musiknya dapat dikelompokkan menjadi alat musik melodis, harmonis,
dan ritmis yang diainkan secara bersamaan.
Page 29
18
2. Jenis Ansambel
Macam-macam ansambel dibagi menjadi 3 macam yaitu.
1. Ansambel Instrumen
Ansambel instrumen merupakan kelompok musik yang terdiri
dari permainan alat-alat musik, baik alat musik sejenis maupun alat musik
campuran.
2. Ansambel Vokal
Ansambel vokal terdiri dari ansambel suara manusia yang terdiri
dari : jenis suara sopran (suara tinggi wanita), alto (suara rendah wanita),
tenor (suara tinggi pria), dan bass (suara rendah pria).
3. Ansambel Campuran
Ansambel campuran merupakan kelompok musik yang terdiri dari
vokal dan alat-alat musik. Kedua komponen tersebut dalam
penggarapannya mempunyai kedudukan yang sama kuat susunan
instrumen dan jumlah instrumen.
3. Ansambel Rekorder
Salah satu materi ansambel yang diberikan di SMP Negeri 2
Banjarmasin adalah ansambel instrumen. Instrumen yang digunakan adalah
suling rekorder. Rekorder adalah alat musik yang dimainkan dengan cara
ditiup. Alasan penggunaan suling rekorder adalah karena rekorder mudah
dibawa-bawa dan harganya murah sehingga setiap siswa bisa membelinya.
Ansambel rekorder adalah ansambel musik sejenis yang alat
musiknya hanya rekorder yang suaranya dibagi menjadi beberapa permainan
suara tergantung yang mengaransir lagu tersebut. Rekorder tergolong kepada
Page 30
19
alat musik aerofon, yaitu alat musik yang suaranya dihasilkan dari angin
atau tiupan udara yang berhembus melalui lubang-lubang pada alat musik.
Menurut Nursantara (2007: 27) aerofon adalah jenis instrumen musik yang
sumber bunyinya berasal dari getaran udara tabung, cara memainkanya
dengan ditiup.
Dalam aerofon rekorder tergolong dalam alat musik wood wind,
yaitu alat musik tiup kayu, walaupun sekarang rekorder terbuat dari fiber
namun karakteristik suaranya masih tergolong dalam alat musik tiup kayu.
Suling atau rekorder untuk menghasilkan nada-nada tinggi seperti
mengucapkan kata ti, dan untuk nada rendah seperti mengucapkan kata tu.
Untuk menghasilkan suara suling yang jernih, sikap badan tegap dalam
posisi duduk atau berdiri membentuk sudut 40-60 derajat. Posisi jari tangan
kiri ditempatkan di atas, berdekatan dengan mulut. Suling menghasilkan
nada indah dan menggugah. Butuh latihan dan kesabaran untuk mengasah
kepekaan bersahabat dengan lubang-lubang nada di tubuh alat musik
rekorder. Nada-nada rendah dan tinggi atau pergantian nada secara cepat
sulit dilakukan jika tidak terbiasa bermain rekorder (Kompas, http://
www.kompas.com/ kompas-cetak/0603/16/jogja/22120.htm).
4. Organologi Rekorder
Rekorder saat ini terbuat dari bahan fiber namun dulu ada juga yang
terbuat dari bahan kayu. Rekorder yang banyak digunakan di sekolah-
sekolah saat ini adalah rekorder yang terbuat dari fiber. Berikut contoh
gambar rekorder yang terbuat dari fiber. Jenis-jenis rekorder diantaranya
Page 31
20
Gambar 2.1
Rekorder Sopran dan Rekorder Alto
adalah rekorder sopran dan rekorder alto yang ukurannya lebih besar seperti
yang tampak pada gambar di bawah ini.
Namun yang sering digunakan oleh siswa adalah rekorder sopran
karena ukurannya lebih kecil dan harganya lebih murah.
Rekorder sopran dibagi dalam 3 bagian yaitu.
1. Bagian Kepala terdiri dari.
a. Mouthpiece, berfungsi sebagai jalur udara (wind way) tempat
masuknya udara.
b. Aperture (celah), berfungsi sebagai pintu udara tempat keluarnya
udara.
2. Bagian badan terdiri dari 7 buah lubang nada (tone hole), 5 buah lubang
nada dan 1 buah lubang nada ganda (double tone hole)berada di bagian
badan depan sedangkan 1 buah lubang nada berada di bagian badan
belakang.
3. Bagian kaki terdiri dari 1 buah lubang nada ganda (double tone hole) dan
1 buah lubang udara yang berfungsi sebagai tempat keluar udara.
Page 32
21
Gambar 2.3
Kode Penjarian
Gambar 2.2
Organologi Rekorder Sopran
5. Teknik Penjarian
Teknik jari dalam memainkan rekorder bisa dilihat pada gambar
dibawah ini.
Page 33
22
Gambar 2.4
Range Suara Rekorder Sopran
Gambar 2.5, 2.6, dan 2.7
Cara Meniup Rekorder yang Benar
Gambar 1
Rekorder Sopran dan Rekorder Alto
6. Teknik Memainkan Rekorder
Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan ketika memainkan alat
musik rekorder, diantaranya adalah:
1. letakkan mouthpiece atau lubang tiupan diantara dua bibir. Bibir menutup
rapat. Jangan sampai ada celah untuk keluarnya udara. Bibir menutup
lubang tiupan dengan lembut dan nyaman. Jangan terlalu keras hingga
mulut menjadi kaku. Jangan juga terlalu dalam dan jangan pula digigit
dengan gigi.
Page 34
23
Gambar 2.8
Cara Memegang
Rekorder
Gambar 1
Rekorder Sopran dan Rekorder Alto
Gambar 2.9
Jari Menutup Lubang yang Benar dan Salah
2. tangan kiri memegang bagian atas rekorder sedangkan tangan kanan
memegang bagian bawah rekorder, bagi yang bertangan kidal maka
dilakukan dengan cara kebalikannya. Tugas tiap jari menutup lubang-
lubang tertentu. Posisi jari pada lubang nada adalah dengan menutup
lubang nada dengan menggunakan jari bagian dalam dan bukan dengan
ujung jari.
3. rekorder diarahkan ke depan dengan sudut kemiringan 30-45 derajat.
4. tiuplah rekorder dengan vokal “tu”. Caranya dengan menghembuskan
udara dari mulut dengan kuat dan pendek. Ketika menghembuskan napas,
lidah bergerak turun naik. Karena apabila kita meniup rekorder dengan
vocal lain maka akan boros pernapasan seperti vokal “ha, hu dan hi”
5. posisi lidah tidak kaku. Hal ini dimaksudkan untuk membantu kelancaran
pernafasan pada waktu menghembuskan udara. Selain itu, posisi lidah
juga membantu memberikan tekanan-tekanan, baik tekanan lemah
maupun tekanan kuat.
6. gerakan jari dilakukan dengan rileks dan usahakan bergerak
senyamannya.
Page 35
24
7. posisi badan tegap namun tetap rileks dan tidak kaku, posisi badan tetap
sama walau dilakukan dengan posisi duduk.
8. aturlah napas dengan baik. Jangan meniup rekorder dengan tergesa-gesa.
Fungsi pernapasan adalah untuk meniupkan udara melalui mulut kepada
lubang suara pada rekorder. Untuk membedakan oktaf-oktaf nada pada
rekorder, diperlukan tiga macam tiupan. Tiga tiupan tersebut dibedakan
atas kuat lemahnya tiupan. Ketiga tiupan tersebut adalah tiupan lemah,
sedang, dan kuat.
Tiupan yang lemah berfungsi untuk menghasilkan nada-nada yang
rendah. Tiupan yang sedang berfungsi untuk menghasilkan nada-nada yang
sedang. Tiupan yang kuat/ keras berfungsi untuk menghasilkan nada-nada
yang tinggi. Untuk tiupan yang lemah dan sedang dapat dibantu dengan
pernapasan perut. Untuk tiupan yang kuat atau keras dapat dibantu dengan
pernapasan dada dan juga pernapasan perut.
C. Metode Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran seni musik di SMP Negeri 2 Banjarmasin,
guru menggunakan beberapa metode pembelajaran yang menunjang dalam
pemberian materi ansambel rekorder. Metode pembelajaran ini digunakan
untuk mempermudah penyerapan materi sehingga bisa meningkatkan hasil
belajar siswa. Selain itu, metode pembelajaran dimaksudkan juga sebagai pola
interaksi siswa dengan guru, yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar di kelas. Menurut Sutikno (2013: 91) membagi metode
pembelajaran ke dalam 19 macam yaitu.
Page 36
25
1. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan metode pembelajaran yang dilakukan
dengan penyajian materi melalui penjelasan lisan oleh seorang guru kepada
siswa-siwanya. Dalam hal ini biasanya guru memberikan uraian mengenai
topik tertentu di tempat tertentu dan dengan alokasi waktu tertentu. Metode
ceramah lazim pula disebut metode kuliah ataupun pidato. Metode ini
adalah sebuah cara melaksanakan pembelajaran yang dilakukan guru secara
monolog dan hubungan satu arah. Aktivitas siswa dalam pembelajaran yang
menggunakan metode ini hanya menyimak sambil sesekali mencatat.
2. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk
pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi
dapat pula dari siswa kepada guru. Metode ini dimaksudkan untuk
memotivasi berpikir dan membimbing siswa dalam mencapai kebenaran.
3. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyampaian pelajaran di mana
guru bersama-sama siswa mencari jalan pemecahan atas persoalan yang
dihadapi.
4. Metode Demonstrasi
Demonstrasi dalam hubungnya dengan penyajian informasi dapat
diartikan sebagai upaya peragaan tentang suatu cara melakukan sesuatu.
Metode demonstrasi adalah metode membelajarkan dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu
Page 37
26
kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan yang sedang disajikan.
5. Metode Kisah/Cerita
Al-Quran dan al-hadits banyak meredaksikan kisah untuk
mnyampaikan pesan-pesanya. Seperti kisah malaikat, para Nabi, umat
terkemuka pada zaman dahulu dan sebagainya. Dalam kisah itu tersimpan
nilai-nilai pedagogis religious yang memungkinkan siswa mampu
meresapinya.
6. Metode Simulasi
Dalam simulasi para siswa dapat mencoba menempatkan diri atau
berperan sebagai tokoh atau pribadi tertentu, misalnya sebagai dokter, guru,
dan lain-lain.
7. Metode Karyawisata
Metode karyawisata adalah metode dalam proses pembelajaran siswa
perlu diajak keluar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang
mengandung sejarah, hal ini bukan rekreasi, tetapi untuk belajar atau
memperdalam peajarannya dengan melihat langsung atau kenyataan.
8. Metode Tutorial
Metode tutorial ini diberikan dengan bantuan tutor. Setelah siswa
diberikan bahan/materi pembelajaran, kemudian siswa diminta untuk
mempelajari bahan pembelajaran tersebut. Pada bagian yang dirasakan sulit,
siswa dapat bertanya pada tutor.
Page 38
27
9. Metode Suri Teladan
Metode yang dapat diartikan sebagai “keteladanan yang baik.”
Dengan adanya teladan yang baik, maka akan menumbuhkan hasrat bagi
orang lain untuk meniru atau mengikutinya.
10. Team Teaching
Team teaching yaitu suatu cara penyajian materi pelajaran yang
dilakukan oleh tim (terdiri dari dua, tiga atau beberapa orang guru). Hal ini
dilakukan apabila mata pelajaran itu terdiri dari berbagai dimensi studi yang
perlu diketahui kaitan atau hubungan dimensi yang satu dengan yang
lainnya.
11. Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok ialah upaya saling membantu antara dua
orang atau lebih, antara individu dengan kelompok lainnya dalam
melaksanakan tugas atau menyelesaikan problema yang dihadapi dan
menggarap berbagai program yang bersifat prospektif guna mewujudkan
kemaslahatan dan kesejahteraan bersama.
12. Metode Penugasan
Metode penugasan adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara
guru memberi tugas tertentu kepada siswa dalam waktu yang telah
ditentukan dan siswa mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan
kepadanya.
Page 39
28
13. Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka
menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari
semua peserta.
14. Metode Latihan
Metode latihan (drill), yaitu suatu cara menyampaikan materi
pelajaran untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu.
15. Metode Praktek Lapangan
Metode praktek lapangan bertujuan untuk melatih dan
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan
pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya.
16. Metode Simposium
Metode simposium merupakan metode yang memaparkan suatu seri
pembicara dalam berbagai kelompok topik dalam bidang materi tertentu.
17. Metode Pembelajaran dengan Modul
Metode pembelajaran dengan modul adalah metode pembelajaran
yang dilakukan dengan menyiapkan suatu paket belajar yang berisi satu
satuan konsep tunggal bahan pembelajaran untuk dipelajari sendiri oleh
siswa dan jika ia telah menguasainya baru boleh pindah ke satuan paket
belajar berikutnya.
18. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di
mana siswa melakukan aktivitas percobaan denga mengalami dan
membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya.
Page 40
29
19. Metode Permainan (Games)
Metode permainan (games), popular dengan sebutan pemanasan (ice-
breaker). Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi
kebekuan pikiran atau fisik peserta didik. Pemilihan metode permainan
diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam
suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat.
Dari beberapa metode pembelajaran di atas, yang sering digunakan
untuk pembelajaran ansambel rekorder adalah metode pembelajaran latihan dan
demonstrasi. Karena pembelajaran ansambel rekorder lebih menekankan
kepada praktek daripada teori. Sehingga dalam penyampaian materi, guru
diharuskan bisa memberikan materi sambil mendemonstrasikannya kepada
siswa.
D. Tutor Sebaya
Tutor sebaya adalah sumber belajar selain guru, yaitu teman sebaya
yang lebih pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya
di sekolah. Karena di dalam penelitian ini peneliti menggunakan istilah Tutor
Sebaya, maka disini peneliti akan mencoba menjelaskan pengertian tutor
sebaya menurut pendapat beberapa para ahli.
Menurut Hamalik (1990: 73) menyatakan tutorial adalah bimbingan
pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, arahan, dan
motivasi agar para siswa belajar secara efisien dan efektif.
Subjek atau tenaga yang memberikan bimbingan dalam kegiatan tutorial
dikenal tutor. Tutor dapat berasal dari guru atau pengajar, pelatih, pejabat
struktural, dan bisa juga teman sebaya atau siswa yang dipilih dan ditugaskan
Page 41
30
guru untuk membantu teman-temanya dalam belajar di kelas. Siswa yang
dipilih guru adalah teman sekelas yang memiliki kemampuan lebih cepat
memahami materi yang diajarkan dan kemampuan menjelaskan ulang materi
yang diajarkan pada teman-temanya. Karena siswa yang dipilih menjadi tutor
ini seumur (sebaya) dengan teman-temannya yang akan diberikan bantuan,
maka tutor tersebut dikenal dengan sebutan tutor sebaya.
Metode ini dilakukan dengan cara memberdayakan kemampuan siswa
yang memiliki daya serap yang tinggi, siswa tersebut mengajarkan materi atau
latihan kepada teman-temannya yang belum paham. Metode ini banyak sekali
manfaatnya baik dari sisi siswa yang berperan sebagai tutor maupun bagi siswa
yang diajarkan. Peran guru adalah mengawasi kelancaran pelaksanaan metode
ini dengan memberi pengarahan.
Menurut Kuswaya Wihardit dalam (Djalil, 1997: 38) mengatakan
bahwa pengertian tutor sebaya adalah seorang siswa pandai yang membantu
belajar siswa lainnya dalam tingkat kelas yang sama. Jadi, tutor sebaya sebagai
upaya lebih lanjut dalam memberdayakan keaktifan dan prestasi belajar siswa
di sekolah tersebut dan dengan metode ini siswa menjadi lebih aktif berpikir
selama kegiatan belajar mengajar.
Pembelajaran tutor sebaya adalah pembelajaran yang terpusat kepada
siswa. Dalam hal ini siswa belajar dari siswa lain yang memiliki umur dan
kematangan yang tidak jauh berbeda dari dirinya sendiri. Siswa tidak merasa
malu, segan atau terpaksa menerima materi pelajaran dari teman sebayanya
sendiri. Dalam tutor sebaya, siswa yang lebih pandai memberikan bantuan
kepada teman sekelasnya di sekolah.
Page 42
31
Seperti yang dikemukakan oleh Suherman dalam (Nurjanah dkk, 2003:
277) bahwa:
Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan
kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, selain itu dengan
teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya,
sehingga diharapkan siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk
mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
Dengan penerapan metode tutor sebaya, para tutor bisa menambah
pengalaman dan pengetahuan. Karena dalam metode ini, mereka (para tutor)
dituntut untuk bisa menjadi “guru” bagi teman-teman sebayanya. Bagaimana
mereka mengembangkan interaksi sosial di dalam kelas. Dan juga
mengembangkan kecakapan intelektualnya.
Selain itu, metode ini juga bisa menjadikan para siswa lebih
komunikatif dengan siswa lainnya. Sehingga tidak ada batasan bagi tiap siswa
untuk lebih terbuka dalam menuangkan ide-ide kreatif mereka. Dengan
demikian hasil belajar mereka diharapkan bisa mengalami peningkatan.
Menurut Nasution (2003: 77) terdapat beberapa kelebihan metode tutor
sebaya diantaranya:
1. lebih cepat tercapainya taraf tuntas bagi siswa yang mengalami kegagalan,
hal tersebut disebabkan siswa lebih mampu mengajar temannya sendiri
daripada guru, karena telah mengalami kesukaran-kesukaran yang dialami
temannya, dan bahasa siswa lebih mudah dimengerti oleh temannya.
2. dapat meningkatkan taraf sosialisasi siswa karena siswa lebih berkomunikasi
antar siswa untuk memberikan penjelasan kepada temannya.
Page 43
32
3. dapat menciptakan suasana kompetisi prestasi secara sehat. Hal ini
disebabkan karena siswa dievaluasi temannya sendiri. Jika seorang siswa
gagal mencapai taraf tuntas, maka dia merasa tersaingi oleh temannya
sendiri.
Metode ini dilakukan dengan cara memberdayakan kemampuan siswa
yang memiliki daya serap yang tinggi, siswa tersebut mengajarkan materi atau
latihan kepada teman-temannya yang belum faham. Metode ini banyak sekali
manfaatnya baik dari sisi siswa yang berperan sebagai tutor maupun bagi siswa
yang diajarkan. Peran guru adalah mengawasi kelancaran pelaksanaan metode
ini dengan memberi pengarahan dan lain-lain.
Page 44
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
dengan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan
mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol. Tujuan
dari penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan
sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara
memberikan perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dan
menyediakan kontrol untuk perbandingan (Nazir, 2005). Pada penelitian ini
yang akan diteliti adalah pengaruh metode tutor sebaya pada pembelajaran
ansambel rekorder sopran terhadap hasil belajar siswa di kelas VIII SMP Negeri
2 Banjarmasin.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri 2 Banjarmasin yang beralamat di Jl. Batu Benawa No. 33
Banjarmasin.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian (Populasi) adalah siswa kelas VIII dan guru
pengajar seni musik yang bernama Fikri Bakti.
Alasan peneliti memilih penelitian dilakukan di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Negeri 2 Banjarmasin karena di sekolah tersebut
Page 45
34
melaksanakan pembelajaran ansambel musik instrumen seperti ansambel
rekorder dan ansambel pianika. Dan satu-satunya sekolah yang ada di
Banjarmasin yang menggunakan ansambel instrumen tiup (rekorder dan
pianika) untuk mengiringi lagu wajib nasional ketika upacara bendera pada
setiap hari senin.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Banjarmasin tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 220 siswa.
Tabel 3.1
Distribusi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Banjarmasin
No. Kelas Jumlah
1. VIII-A 32
2. VIII-B 31
3. VIII-C 32
4. VIII-D 32
5. VIII-E 32
6. VIII-F 30
7. VIII-G 31
Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian adalah teknik
purposive random sampling, yaitu bertujuan mengambil 2 kelas secara acak
yang tidak mempunyai perbedaan rata-rata hasil belajar. Dua kelas tersebut
yakni kelas VIII D dengan jumlah siswa 32 orang sebagai kelas eksperimen
yang menggunakan metode tutor sebaya dan kelas VIII E dengan jumlah siswa
32 orang sebagai kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
Page 46
35
1. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Penelitian ini menggunakan tes prestasi atau achievement test, yaitu tes yang
digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang mempelajari sesuatu
(Arikunto, 2010). Bentuk tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar
berupa unjuk kemampuan memainkan rekorder sopran dalam bentuk
ansambel.
2. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mengetahui informasi tentang
kemampuan awal siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Banjarmasin dengan
mengambil data nilai ulangan tengah semester pada semester genap tahun
pelajaran 2012/1013. Salah satu bentuk dokumentasi yang telah didapatkan
oleh peneliti adalah berupa nilai, foto-foto kegiatan ketika berlangsungnya
proses belajar mengajar dan video ketika tes akhir.
E. Instrumen Penelitian
1. Validitas Instrumen
Validitas adalah tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur yang
digunakan. Intrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang
dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2004: 137).
Page 47
36
Menurut Narbuko dan Achmadi (2003: 147) validitas maksudnya
bahwa antara alat pengukur dengan tujuan pengukuran haruslah sesuai.
Dengan demikian, instrumen yang valid merupakan instrumen yang benar-
benar tepat untuk mengukur apa yang hendak diukur.
Alat ukur atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lagu wajib nasional Indonesia Raya yang dimainkan C=do dan tidak di
aransir. Alasan kenapa dipilihnya lagu Indonesia Raya sebagai instrumen
karena peneliti menyesuaikan dengan materi yang di ajarkan di kelas VIII
SMP Negeri 2 Banjarmasin yaitu, lagu wajib nasional.
Lagu Indonesia Raya tergolong cukup sulit karena range suara
mencakup C1 sampai A
2. Dari lagu tersebut akan mengukur hasil belajar
dan kemampuan siswa dalam memainkan rekorder sopran secara ansambel.
2. Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang
dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak
oleh responden yang sama akan menghasilkan data yang konsisten.
Menurut Narbuko dan Achmadi (2003: 147) Reliabilitas maksudnya
adalah alat pengukur dengan yang diukur haruslah ada persesuaian, artinya
alat ukur haruslah terpercaya. Dengan kata lain, reliabilitas instrumen adalah
konsistensi suatu tes untuk mengukur atau mengamati sesuatu yang menjadi
objek ukur.
Alat ukur atau instrumen dalam penelitian ini yaitu partitur lagu
Indonesia Raya dalam bentuk notasi balok dan berjumlah 32 birama yang
dimainkan dengan rekorder sopran secara ansambel. Alat ukur tergolong
Page 48
37
reliabilitas karena lagu tidak berubah-ubah walaupun dimainkan beberapa
kali oleh siswa yang sama tetapi dalam praktiknya bisa saja tidak dapat
menghasilkan nilai yang tetap apabila diujikan dengan beberapa kali pada
siswa yang sama. Ini dikarenakan sifat instrument adalah praktik yang
berhubungan dengan kemahiran bukan bersifat pengetahuan. Dalam kegiatan
praktik banyak hal yang membuat terjadinya perubahan kemampuan atau
skill individu masing-masing.
3. Kriteria Pemberian Nilai
Penilaian terhadap ansambel rekorder sopran menggunakan kriteria:
1. teknik memainkan rekorder sopran (skor maksimal 100),
2. ketepatan bunyi (ketepatan nada) (skor maksimal 100), dan
3. kelancaran (tempo dan irama) (skor maksimal 100).
Cara menghitung hasil belajar adalah sebagai berikut:
Selanjutnya, kualifikasi hasil belajar siswa dikatgorikan sebagai berikut:
Tabel 3.2
Kualifikasi Hasil Belajar Siswa
No Nilai Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
≥90,00
86,00 - 89,90
80,00 - 85,90
76,00 - 79,90
70,00 - 75,90
66,00 – 69,90
<66
Istimewa
Amat baik
Baik
Lebih dari cukup
Cukup
Kurang
Amat kurang
(Sumber : Sekolah SMP Negeri 2 Banjarmasin)
Page 49
38
F. Teknik Analisis Data
1. Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan ini dilakukan untuk menentukan kelas yang akan
dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data yang digunakan
sebagai data awal dalam penelitian ini adalah nilai ulangan tengah semester
genap tahun pelajaran 2012/2013. Analisis data menggunakan software
komputer yaitu program IBM SPSS versi 20. Uji asumsi pada uji
pendahuluan ini adalah uji normalitas dan uji homogenitas.
Berikut ini uraian uji normalitas dan homogen menggunakan
program SPSS:
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data yang diperoleh
dalam peneltian ini mengguanakan metode Kolmogrov Smirnov.
Hipotesis:
H0 : data berdistribusi normal
H1 : data tidak berdistribusi normal
Kaidah : tolak Ho jika P-value uji K-S . Dengan .
Langkah – langkah pengujian normalitas data menggunakan SPSS
(Priyatno, 2011) adalah sebagai berikut:
(1) Buat variabel dengan klik tab Variabel View. Pada kolom Name
baris pertama ketik Nilai VIII-A, baris kedua ketik Nilai VIII-B,
baris ketiga ketik Nilai VIII-C, baris keempat VIII-D, dan baris
Page 50
39
kelima VIII-E. Untuk kolom decimals ubah menjadi 2 untuk semua
variabel. Untuk kolom- kolom lainnya boleh dihiraukan.
(2) Klik tab Data View, kemudian isikan datanya sesuai variabelnya.
(3) Untuk melakukan analisis klik Analyze. Nonparametic Tests, Legacy
Dialogs, 1 sampel K-S.
(4) Masukkan semua variabel ke kotak Test variabel List. Pada Test
Dstribution pilih Normal.
(5) Klik OK.
Dari output lihat nilai signifikansi (Asymp.Sig.2-tailed) jika nilai
signifikansi maka Ho diterma. Namun jika signifikansi
maka Ho ditolak.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas ini untuk mengetahui apakah beberapa variansi
populasi data adalah sama atau tidak. Jika nilai signifikansi lebih dari
0,05. Maka dapat dikatakan bahwa variansi dari dua atau lebih kelompok
data adalah sama.
Hipotesis:
H0 :
H1 :
Kaidah : Tolak Ho jika P-value uji-F (lavene’s) Dengan
Berikut ini langkah analisis dengan SPSS (Priyatno, 2011):
(1) Pada halaman SPSS klik tab Variabel View. Pada kolom Name baris
pertama ketik Kelas, baris kedua ketik Nilai.
Page 51
40
(2) Untuk kolom value, klik tombol kotak kecil pada baris Kelas. Pada
Value ketik “I”, dan pada label ketikan “VIII-A”. Kemudian klik
Add kemudian lanjutkan untuk kelas lainnya dengan angka 2, 3, dan
4 dengan langkah yang sama. Jika sudah klik tombol OK.
(3) Selanjutnya untuk kolom Measure. Pada baris kelas ganti menjadi
Nominal (karena berjenis data nominal).
(4) Kemudian klik Data View. Kemudian isikan datanya sesuai
variabelnya. Untuk pengisian data variabel kelas yaitu dengan angka
1 = kelas VIII-A, 2 = kelas VIII-B, 3 = kelas VIII-C, dan 4 = kelas
VIII-D, dan 5 = kelas VIII-E.
(5) Selanjutnya klik Analyze, ComparemMeans, One-was ANOVA.
(6) Klik variabel Nilai dan masukkan ke kotak Dependent List.
Kemudian klik variabel kelas dan masukkan ke kontak Factor.
Selanjutnya klik tombol Options, pada kotak dialog One Way Anova:
Options, beri tanda pada Homogencity of variance test.
(7) Klik tombol Continue. Pada kotak dialog sebelumnya klik tombol
OK.
Lihat hasil output pengujian homogenitas pada Test of
Homogenity of Variance. Apabila nilai signifikansi (Sig) maka H0
diterima. Namun jika sig maka H0 di tolak.
2. Uji T
Uji T digunakan untuk mengetahui rata – rata dari variabel apakah
kedua data tersebut memiliki rata – rata yang sama atau berbeda.
Menentukan Hipotesis:
Page 52
41
H0:
H1:
Kaidah: tolak H0 jika P-value uji-F dengan
Uji t menggunakan SPSS dengan uji t 2 sampel bebas (Priyatno,
2011) dengan langkah – langkah sebagai berikut:
(1) Buat variabel dan data sama dengan langkah uji homogenitas.
(2) Untuk melakukan uji 2 sampel bebas, maka klik Analyze, Compare
Means, Independent-Sampel T Test.
(3) Klik Nilai dan masukkan ke kontak Test Variabel(s). Kemudian klik
variabel Kelas dan masukkan ke kontak Grouping Variabels, kemudian
klik tombol Define Groups.
(4) Masukkan kelas yang ingin dipasangkan, misalnya kelas VIII-A dan
VIII-B. Maka pada Group 1 ketik angka 1, dan pada Group 2 ketik
angka 2. Kemudian klik tombol Continue. Pada kotak dialog
sebelumnya klik tombol OK.
Pada tabel ouput yang dilihat adalah nilai signifikansi pada uji t (sig
(2-tailed)), jika pada uji homogenitas variannya sama maka uji t
menggunakan output Wqual Variances Assumed dan jika variannya berbeda
menggunakan output Wqual Variances Not Assumed. Jika nilai signifikansi
pada uji t (sig (2 tailed)) lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan
sebaliknya jika nilai signifikan pada uji t (sig (2-tailed)) lebih kecil dari 0,05
maka H0 ditolak.
Page 53
42
3. Uji Mann Whitney
Uji Mann Whitney digunakan untuk menguji apakah ada perbedaaan
antara dua kelompok sampel independen. Uji ini sebagai pengganti uji t. jika
data tidak berdistribusi normal.
Berikut ini langkah analisis dengan SPSS:
(1) Langkah membuat variabel dan input data sama dengan langkah uji T.
(2) Kemudian klik Analiyze, Nonparametric Test, 2 Independent samples.
Hipotesis
H0: tdak ada perbedaan nilai antara kelas 1 dan 2.
H1: ada perbedaan nilai antara kelas 1 dan 2.
Kaidah:
H0 ditolak jika signifikansi (Asym.Sig 2-tailed)
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
1. Melakukan pengumpulan data awal siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Banjarmasin yaitu nilai Ulangan Tengah Semester (UTS), semester genap
tahun pelajaran 2012/2013.
2. Melakukan uji pendahuluan untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
3. Menyusun materi pembelajaran dengan menggunakan metode tutor sebaya.
4. Melaksanakan kegiatan belajar-mengajar pada bulan April 2013
5. Menyusun instrumen evaluasi dan melaksanakan tes tersebut terhadap kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
6. Memberikan skor penilaian terhadap hasil evaluasi.
Page 54
43
7. Melakukan analisis terhadap data yang sudah dikumpulkan.
8. Membuat laporan dan simpulan hasil penelitian.
Page 55
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Pembelajaran Ansambel Rekorder di SMP Negeri 2
Banjarmasin
Pembelajaran ansambel rekorder di SMP Negeri 2 Banjarmasin
mengacu pada kurikulum dalam proses belajar mengajar. Kurikulum yang
digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dibuat,
disusun, dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan di Indonesia,
sehingga pihak sekolah diberikan kebebasan untuk membuat kurikulum sesuai
dengan kondisi dan keadaan lingkungan di sekolah tersebut.
Pembelajaran kurikuler Seni Budaya khususnya seni musik di SMP
Negeri 2 Banjarmasin lebih mengutamakan pembelajaran alat musik tiup
(rekorder dan pianika) dalam bentuk ansambel.
Pembelajaran seni musik di SMP Negeri 2 Banjarmasin dilaksankan di
ruang seni musik dan sistem pembelajaran ansambel musik di SMP Negeri 2
Banjarmasin yaitu, guru pengajar seni musik memberikan materi lagu sesuai
tingkatan kelas tersebut sesudah diberikan penjelasan tentang teori musik dan
teknik dasar bermain rekorder. Materi lagu untuk kelas VII biasanya materi
lagu mencakup range suara C1 sampai G
2, kelas VIII materi lagunya adalah
lagu wajib nasional yang mempunyai range suara C1 sampai A
2, dan kelas IX
materi lagunya adalah lagu wajib nasional dan lagu modern yang mempunyai
range suara C1 sampai B
2/ C
3 dan sudah di aransemen oleh guru pengajar seni
musik.
Page 56
45
B. Pemilihan Materi Lagu
Dalam pemilihan lagu, peneliti harus menyesuaikan dengan
pembelajaran yang terjadi di kelas VIII SMP Negeri 2 Banjarmasin, karena
peneliti tidak mau merubah sistem pembelajaran yang sudah disusun oleh guru
pengajar. Pada kelas VIII di SMP Negeri 2 Banjarmasin, materi lagu adalah
lagu wajib nasional. Materi lagu yang diberikan kepada siswa harus disesuaikan
dengan range nada/suara. Karena range nada/suara di dalam rekorder antara C1
sampai dengan D3, maka nada-nada di dalam lagu yang akan dipilih tidak boleh
terlalu rendah dan terlalu tinggi.
Materi lagu yang dipilih untuk materi ansambel rekorder adalah lagu
wajib nasional Indonesia Raya yang nada dasarnya C=do. Alasan kenapa
dipilihnya lagu Indonesia Raya yang nada dasarnya C=do adalah karena lagu
Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan Indonesia yang dinyanyikan pada
setiap upacara bendera pada hari senin, sehingga para siswa kelas VIII bisa
menggantikan kelas IX dalam mengiringi lagu Indonesia Raya ketika upacara
pada hari senin karena kelas IX akan melaksanakan ujian nasional. Dan
dipilihnya nada dasar C=do adalah karena di dalam tangga nada C tidak ada
nada yang ber-kruis dan ber-mol jadi akan mempermudah siswa dalam
memainkannya, dan nada-nadanya masih bisa dimainkan dengan rekorder,
yaitu C1 sampai A
2. Berikut adalah partitur lagu Indonesia Raya dalam bentuk
notasi balok C=do.
Page 58
47
C. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran
Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua kelas yaitu, kelas kontrol
dan kelas eksperimen. Sebelum dilakukan tindakan pembelajaran, peneliti
memberikan tes awal (pretest) kepada kelompok kelas kontrol dan kelompok
kelas eksperimen, untuk mengetahui nilai sebelum di berikan tindakan dan
pembanding ketika sudah diberikan tindakan.
1. Proses Pembelajaran pada Kelas Eksperimen
Pada pertemuan pertama yang dilaksanakan pada hari selasa tanggal
9 April 2013 pada jam ke-6 dan ke-7, pembelajaran di kelas eksperimen
(VIII D) dimulai dengan pemberian materi lagu berupa salinan partitur lagu
Indonesia Raya dalam bentuk notasi balok. Lagu Indonesia Raya dimainkan
dengan rekorder secara bersama-sama dan kemudian guru melakukan tes
kemampuan satu-persatu kepada siswa dalam memainkan lagu Indonesia
Raya. Langkah ini digunakan peneliti untuk memilih para tutor dengan
melihat hasil tes dari guru.
Gambar 4.1
Guru Sedang Melakukan Tes Satu-persatu (Pemilihan Tutor)
Page 59
48
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika peneliti memilih
seorang tutor, yaitu:
1. tutor yang dipilih adalah siswa yang memiliki kepandaian dan
kemampuan skill bermain rekorder di atas teman-teman yang akan
menjadi teman asuhnya. Yaitu, dalam hal membaca notasi balok, dan
dalam memainkan rekorder. Hal ini dilakukan agar nantinya siswa yang
menjadi tutor bisa menyampaikan materi dengan baik kepada teman
sebayanya karena dia sudah lebih paham tentang materi yang diberikan
oleh guru pengajar.
2. siswa yang menjadi tutor harus memiliki jiwa sosial yang baik. Hal ini
berkaitan dengan interaksi sesama siswa. Bila siswa tersebut tidak bisa
berbaur atau berkomunikasi dengan teman sebayanya, maka siswa
tersebut akan sulit untuk memberikan materi. Sehingga proses belajar
mengajar tidak akan berjalan dengan lancar.
Setelah guru mengetahui kemampuan masing-masing siswa, baik
dari segi intelektual maupun sikap, maka guru dan peneliti memilih 14 orang
siswa. Siswa-siswa ini dianggap telah memenuhi kriteria-kriteria untuk
menjadi seorang tutor.
Setelah itu pembentukan kelompok, siswa dibagi perkelompok yang
berjumlah 5 sampai 6 orang dalam satu kelompok dan didalam kelompok
tersebut terdapat 2 sampai 3 orang tutor. Dan kemudian peneliti melakukan
tes awal (pretest) kepada semua kelompok.
Saat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tutor
sebaya dilaksanakan, peneliti menyampaikan tujuan pembelajran secara
Page 60
49
jelas, guru memberikan materi pelajaran sesuai dengan model pembelajaran
tutor sebaya yang digunakan, dan kemudian peneliti memberi pengarahan
kepada para tutor agar tutor bisa menguasai materi pelajaran dan bisa
menyampaikan kepada teman asuhnya.
Guru menegaskan kepada siswa bahwa pada pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran tutor sebaya, siswa akan dibantu oleh
tutor-tutor sebaya yang tak lain adalah temannya sendiri. Penunjukan siswa
sebagai tutor sebaya berdasarkan pada kemampuannya dalam memainkan
materi lagu dengan rekorder secara langsunga, sehingga didapatkan siswa-
siswa yang dianggap berkompeten untuk dapat menjadi tutor-tutor sebaya.
Sebelum memulai pembelajaran para tutor tersebut diberikan
pelatihan tutorial oleh peneliti, sehingga mereka tahu dengan tugas mereka
sebagai tutor. Pelatihan ini diadakan sebanyak 2 kali pertemuan yang
dilakukan di jam ke-2 pada pertemuan pertama pelajaran seni musik dan di
luar jam pelajaran sekolah (sepulang sekolah).
Gambar 4.2
Peneliti Sedang Memberikan Pengarahan dan Tutoriall kepada Para Tutor
Page 61
50
Kegiatan selanjutnya yaitu pemberian materi oleh guru. Guru
menjelaskan secara umum tentang materi yang dipelajari dan teknik-teknik
memainkan rekorder dalam membunyikan nada-nada tinggi. Kemudian guru
memberikan contoh bagaimana memainkan materi lagu tersebut secara
keseluruhan.
Tahap selanjutnya yaitu pemberian materi oleh tutor. Masing-masing
tutor disebar pada tiap-tiap kelompok, sehingga dalam suatu kelompok
masing-masing terdapat tutor sebaya untuk membantu dan membimbing
kelompok tersebut dalam memahami materi yang diberikan. Selama proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tutor sebaya
berlangsung. Setiap siswa duduk dengan kelompoknya masing-masing.
Kemudian tutor mulai memberikan materi kepada setiap teman asuhnya.
Para tutor membantu teman-temannya yang mengalami kesulitan
dalam memahami lembar materi lagu yang diberikan oleh guru, tetapi jika
tutor tersebut juga mengalami kesulitan maka dapat meminta bantuan
kepada guru, sehingga guru dapat memberikan bimbingan dan arahan
kepada siswa agar mereka dapat memahami materi yang telah diajarkan.
Gambar 4.3
Tutor Sedang Mengajari Teman Asuhnya
Page 62
51
Bahkan proses pembelajaran masih berlangsung setelah jam
pelajaran seni musik habis (sepulang sekolah). Yaitu para tutor masih
mengajarkan dan membantu teman asuhnya dalam memahami dan
memainkan materi lagu Indonesia Raya yang diberikan oleh guru setelah
para tutor diberikan bimbingan oleh peneliti sepulang sekolah.
Gambar 4.4
Para Tutor Sedang Mengajari Teman Asuhnya
Gambar 4.5
Tutor Sedang Mengajari Teman Asuhnya di Luar Jam Pelajaran (sepulang sekolah)
Page 63
52
Pertemuan kedua kelas eksperimen (VIII D) yang dilaksanakan pada
hari selasa tanggal 16 April 2013 pada jam ke-6 dan ke-7 bertempat di
rungan seni musik SMP Negeri 2 Banjarmasin. Pada pertemuan kedua, guru
dan peneliti merencanakan jam pertama pelajaran digunakan untuk
pembelajaran menggunakan model pembelajaran tutor sebaya dan jam kedua
pelajaran seni musik digunakan untuk evaluasi atau tes akhir (Post test).
Pada pertemuan ini, tutor melanjutkan pengajaran materi kepada
teman-teman asuhnya dan ikut latihan memainkan lagu Indonesia Raya
dalam bentuk ansambel. Selain itu, tutor juga mengevaluasi setiap teman
asuhnya dengan cara melakukan tes satu-persatu, untuk mengetahui sejauh
mana materi lagu dihapal dan dikuasai.
Pada tahap ini, guru bertindak sebagai pengamat dan peneliti
bertindak sebagai fasilitator Peneliti memberikan arahan dan bimbingan
kepada setiap tutor dan teman asuh mereka. Apabila diantara tutor atau
teman asuh ada yang tidak mengerti mengenai apapun yang berhubungan
dengan materi lagu yang sedang diajarkan, maka peneliti membantu para
tutor menjelaskan kepada teman asuhnya. Hal ini dilakukan agar proses
belajar mengajar bisa berjalan dengan baik dan materi yang diajarkan tidak
keluar dari apa yang seharusnya diajarkan.
Selain itu, guru juga mengamati setiap tutor yang sedang
memberikan materi kepada teman asuhnya. Apakah mereka mengajarkan
materi dengan baik. Apakah mereka bisa berkomunikasi dengan teman
asuhnya atau tidak. Apakah mereka bisa menjadi “guru” yang baik untuk
temannya atau tidak. Hal-hal inilah yang dinilai dan diamati oleh guru.
Page 64
53
Selanjutnya pada jam kedua pelajaran seni musik diadakan evaluasi
atau pengambilan nilai tes akhir (post test) secara ansambel atau
berkelompok menurut kelompok yang sudah disusun oleh guru pada
pertemuan sebelumnya. Bentuk tes adalah memainkan lagu Indonesia Raya
dengan ansambel rekorder sopran.
Dari hasil evaluasi atau tes akhir (post test) maka, didapatkan nilai dan
hasil pembelajaran siswa menggunakan model pembelajaran tutor sebaya.
Gambar 4.6
Peneliti Membantu Tutor Menjelaskan Kepada Teman Asuhnya
Gambar 4.7
Evaluasi (Pengambilan Nilai)
Page 65
54
2. Proses Pembelajaran pada Kelas Kontrol
Pertemuan pertama di kelas kontrol (VIII E) yang dilaksanakan pada
hari kamis tanggal 11 April 2013. Pembelajaran dimulai dengan pembagian
kelompok oleh guru dan melakukan tes secara kelompok, dari tes tersebut
didapatkan nilai tes awal (pre test).
Pada kegiatan pembelajaran, guru mengamati setiap siswa untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan siswa memahami dan memainkan
materi yang diajarkan, yaitu tentang teknik memainkan rekorder, cara
meniup, penjarian dan ketepatan bunyi. Guru menerangkan dan
menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
yang konvensional, disini siswa mendengarkan apa yang disampaikan oleh
guru, mempraktikan dan mencatat hal-hal penting di buku catatan mereka
masing-masing.
Gambar 4.8
Guru Menyampaikan Materi Pelajaran
Page 66
55
Selanjutnya guru melakukan tes satu-persatu kepada siswa untuk
mengetahui apakah siswa sudah benar dalam memainkan materi lagu dengan
rekorder, jika siswa salah dalam memainkan rekorder, guru akan
menjelaskan letak kesalahan siswa tersebut dan guru menjelaskan cara yang
benar dalam memainkan materi lagu serta memberikan contoh memainkan
materi lagu yang benar.
\
Pertemuan kedua di kelas kontrol dilaksanakan pada hari sabtu
tanggal 13 April 2013. Pada pertemuan ini, Pelaksanaan pembelajaran
diawali dengan apersepsi dengan cara guru mengulang materi yang telah
dipelajari pada pertemuan sebelumnya dan melanjutkan pengajaran materi
kepada siswa dan guru mendemonstrasikan melodi lagu Indonesia Raya
dengan rekorder sopran kepada setiap siswa yang tidak bisa mengikuti irama
pada melodi lagu Indonesia Raya, kemudian siswa menirukan contoh dari
guru dalam memainkan melodi lagu Indonesia Raya tahap demi tahap.
Gambar 4.9
Guru Sedang Melakukan Tes dan Pembenahan Satu-persatu kepada Siswa
Page 67
56
Selanjutnya guru memberikan kesempatan siswa berlatih secara
bersama-sama dan kemudian berlatih secara kelompok memainkan lagu
Indonesia Raya dalam bentuk ansambel sebelum pengambilan nilai.
Selanjutnya diadakan evaluasi atau pengambilan nilai tes akhir (post test).
D. Hasil Belajar
1. Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen
a. Individu
Tabel 4.1.
Distribusi Hasil Belajar Individu Kelas Eksperimen
Dari tabel 4.1 di atas menunjukan hasil belajar individu kelas
eksperimen dengan nilai ≥90, frekuensi 1 orang siswa atau sebesar 3,13
% dengan kriteria istimewa, nilai 80 – 85,90, frekuensi 29 orang siswa
atau sebesar 90,63% dengan kriteria baik dan nilai 70 – 75,90, frekuensi 2
orang siswa atau sebesar 6,24% dengan kriteria cukup.
No Nilai Frekuensi Persentase
(%) Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
90
86 – 89,90
80 – 85,90
76 – 79,90
70 – 75,90
66 – 69,90
< 66
1
0
29
0
2
0
0
3,13
0
90,63
0
6,24
0
0
Istimewa
Sangat baik
Baik
Lebih dari cukup
Cukup
Kurang
Sangat kurang
Jumlah 32 100,00
Page 68
57
b. Kelompok
Tabel 4.2.
Distribusi Hasil Belajar Kelompok Kelas Ekperimen
No Kelompok Nilai Huruf Keterangan
1
2
3
4
5
6
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6
84
83
83
83
84
86
B
B
B
B
B
B+
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Sangat Baik
Dari tabel 4.2 menunjukan hasil belajar kelas eksperimen secara
kelompok atau ansambel dengan nilai 83 – 84 berjumlah 5 kelompok
dengan nilai huruf B dan kriteria baik, dan dengan nilai 86 berjumlah 1
kelompok dengan nilai B+ dan kriteria sangat baik.
2. Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol
a. Individu
Tabel 4.3.
Distribusi Hasil Belajar Individu Kelas Kontrol
No Nilai Frekuensi Persentase
(%) Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
90
86 – 89,90
80 – 85,90
76 – 79,90
70 – 75,90
66 – 69,90
< 66
0
0
14
15
2
0
0
0
0
43,75
46,88
6,24
0
0
Istimewa
Sangat baik
Baik
Lebih dari cukup
Cukup
Kurang
Sangat kurang
Absen 1 3,13
Jumlah 32 100,00
Page 69
58
Dari tabel 4.3 di atas menunjukan hasil belajar individu kelas
kontrol dengan nilai 80 – 85,90, frekuensi 14 orang siswa atau sebesar
43,75% dengan kriteria baik, nilai 76 – 79,90, frekuensi 15 orang siswa
atau sebesar 46,88% dengan kriteria lebih dari cukup, nilai 70 – 75,90,
frekuensi 2 orang siswa atau sebesar 6,24% dengan kriteria cukup, dan
siswa yang tidak hadir dengan frekuensi 1 orang siswa atau sebesar
3,13%.
b. Kelompok
Tabel 4.4.
Distribusi Hasil Belajar Kelompok Kelas Kontrol
No Kelompok Nilai Huruf Keterangan
1
2
3
4
5
6
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6
76
80
79
77
80
78
C+
B
C+
C+
B
C+
Lebih dari cukup
Baik
Lebih dari cukup
Lebih dari cukup
Baik
Lebih dari cukup
Dari tabel 4.4 menunjukan hasil belajar kelas kontrol secara
kelompok atau ansambel dengan nilai 76 – 78 berjumlah 4 kelompok
dengan nilai huruf C+ dan kriteria lebih dari cukup, dan dengan nilai 80
berjumlah 2 kelompok dengan nilai B+ dan kriteria baik.
Page 70
59
3. Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Belajar
a. Nilai rata-rata individu
Dari diagram 4.1 menunjukan nilai individu hasil pretes kelas eksperimen
lebih rendah dibandingkan dengan nilai individu hasil pretes kelas kontrol dan nilai
individu hasil postes kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai
individu hasil postes kelas kontrol. Dari diagram tersebut dapat dilihat peningkatan
yang signifikan terhadap hasil belajar individu dikelas eksperimen setelah
diberikan tindakan.
64
66
68
70
72
74
76
78
80
82
84
Pretes Postes
Kontrol
Ekperimen
Diagram 4.1.
Nilai Rata-rata Hasil Belajar Individu Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Page 71
60
b. Nilai rata- rata kelompok atau ansambel
Dari diagram 4.2 menunjukan nilai kelompok atau ansambel hasil pretes
kelas eksperimen lebih rendah dibandingkan dengan nilai kelompok atau ansambel
hasil pretes kelas kontrol dan nilai kelompok atau ansambel hasil postes kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kelompok atau ansambel hasil
postes kelas kontrol. Dari diagram tersebut dapat dilihat peningkatan yang
signifikan terhadap hasil belajar kelompok atau ansambel dikelas eksperimen
setelah diberikan tindakan.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Pretes Postes
Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen
Diagram 4.2.
Nilai Rata-rata Hasil Belajar Ansambel Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Page 72
61
E. Uji Perbedaan Hasil Belajar antara Kelas Eksperimen dengan Kelas
Kontrol
Hasil belajar ansambel rekorder sopran kelas eksperimen dan kelas
kontrol secara ringkas dinyatakan dalam bentuk rata-rata dan standar deviasi
seperti tertera pada tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5
Deskripsi Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Jumlah Siswa Rata-rata Standar Deviasi
Eksperimen
Kontrol
32
31
82,91
78,90
3,32
1,96
Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar kelas
eksperimen 82,91 dengan standar deviasi 3,32 , sedangkan rata-rata hasil
belajar kelas kontrol 78,90 dengan standar deviasi 1,96.
Untuk menguji apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan
antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, maka akan dilakukan uji beda.
Sebelum uji beda dilakukan, terlebih dahulu akan diuji asumsi, apakah data
hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut berdistribusi normal
atau tidak. Pada BAB III telah dikemukakan, bahwa jika data hasil belajar kelas
eksperimen dan kelas kontrol tersebut berdistribusi normal maka statistik uji
beda yang akan digunakan adalah uji-t, tetapi bila tidak normal maka akan
digunakan uji U_Mann Whitney.
Hipotesis statistik yang akan diuji pada uji normalitas adalah :
H0 : Data berdistribusi normal.
Ha : Data tidak berdistribusi normal.
Page 73
62
Hasil uji asumsi normalitas secara ringkas dikemukakan seperti tertera
pada tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6.
Uji Normalitas Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas
Nilai
Kolmogorov-
Smirnov
Sig. (2-tailed) Kesimpulan
Ekperimen
Kontrol
1,126
1,983
0,158
0,001
Normal
Tidak Normal
Berdasarkan data pada tabel 4.6 di atas dapat dketahui bahwa untuk
tingkat signifikansi (0,05), nilai Sig. (2-tailed) uji Kolmogorv-Smirnov
data hasil belajar kelas eksperimen = 0,158 > (0,05), sehingga H0
diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar kelas
eksperimen berdistribusi normal. Selanjutnya, untuk tingkat signifikansi
(0,05), nilai Sig. (2-tailed) uji Kolmogorv-Smirnov data hasil belajar
kelas kontrol = 0,001 < (0,05), sehingga H0 ditolak. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar kelas kontrol tidak berdistribusi
normal.
Karena data hasil belajar kelas eksperimen berdistribusi normal, tetapi
data hasil belajar kelas kontrol tidak berdistribusi normal, maka untuk uji beda
akan menggunakan uji U_Mann Whitney.
Hipotesis statistik yang akan diuji pada uji beda adalah :
H0 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar ansambel rekorder sopran antara
kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar ansambel rekorder sopran antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol.
Page 74
63
Hasil uji beda dengan menggunakan statistik uji U_Mann Whitney
secara ringkas dikemukakan pada tabel 4.7 berikut ini.
Tabel 4.7.
Uji Beda Rata-rata Hasil Belajar Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol
U_Mann Whitney Z Sig. (2-tailed) H0
136,500 -5,054 0,000 Ditolak
Berdasarkan data pada tabel 4.7 di atas dapat dketahui bahwa untuk
tingkat signifikansi (0,05), nilai Sig. (2-tailed) uji U_Mann Whitney =
0,000 bernilai < (0,05), sehingga H0 ditolak. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar ansembel rekorder sopran
yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Berdasarkan
tabel 4.5, rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih baik jika dibandingkan
dengan kelas kontrol. Jadi hasil belajar ansambel rekorder sopran yang
diajarkan dengan metode tutor sebaya lebih baik jika dibandingkan dengan
metode konvensional.
F. Pembahasan
Pembelajaran ansambel rekorder sopran menggunakan metode tutor
sebaya pada kelas eksperimen dimulai dengan guru memberikan partitur lagu
Indonesia Raya dan memilih para tutor dengan melakukan tes kemampuan satu-
persatu kepada para siswa, tutor yang dipilih adalah siswa yang memiliki
kepandaian dan kemampuan skill bermain rekorder yang baik. Kemudian guru
membagi para siswa menjadi 6 kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 orang
siswa dan memiliki 2 hingga 3 tutor. Selanjutnya guru melakukan tes
kemampuan secara kelompok atau ansambel, langkah ini digunakan peneliti
Page 75
64
untuk mendapatkan nilai pretes dan kemudian pembelajaran dimulai dengan
menggunakan metode tutor sebaya. Pembelajaran dengan metode tutor sebaya
dimulai dengan peneliti memberikan arahan kepada semua siswa dan tutorial
kepada para tutor.
Pembelajaran konvensional (ekspositori) pada kelas kontrol dimulai
dengan guru memberikan partitur lagu Indonesia Raya dan membagi para siswa
menjadi 6 kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 orang siswa, dan guru
melakukan tes secara kelompok atau ansambel. Kemudian guru menjelaskan
materi lagu yang diberikan kemudian guru mendemonstrasikan dilanjutkan
dengan siswa latihan memainkan materi lagu tersebut. Selanjutnya guru
melakukan tes satu-persatu kepada siswa untuk mengetahui kemampuan siswa,
jika ada siswa yang tidak mampu, maka guru akan mengajari dan
mendemonstrasikan kepada siswa tersebut.
Kelemahan atau kendala yang terjadi ketika pembelajaran ansambel
rekorder menggunakan metode tutor sebaya, yaitu:
1. terkadang ada beberapa tutor yang tidak bisa menjawab dan
mendemonstrasikan pertanyaan dari teman asuhnya.
2. ada terdapat beberapa siswa yang tidak serius belajar dari temannya atau
para tutor.
Cara mengatasi kelemahan tersebut dengan bertindaknya peneliti
sebagai fasilitator atau mengamati proses pembelajaran menggunakan metode
tutor sebaya, jika terdapat masalah tersebut, maka peneliti akan membantu tutor
menjawab pertanyaan dan mendemonstrasikan pertanyaan dari teman asuhnya
sedangkan siswa yang tidak serius akan diberi pengarahan oleh peneliti.
Page 76
65
Berdasarkan uji statistik hasil tes pembelajaran ansambel rekorder
sopran dapat dilihat perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan siswa.
Kemampuan siswa kelas VIII-D (eksperimen) dalam pembelajaran ansambel
rekorder sopran menerapkan metode tutor sebaya memperoleh skor rata-rata
82,91 lebih tinggi bila dibandingkan dengan skor rata-rata pembelajaran
ansambel rekorder sopran menggunakan metode konvensional 78,90.
Walaupun hasil perhitungan uji-t membuktikan bahwa data hasil eksperimen
berdistribusi normal dan data hasil control tidak berdistribusi normal.
Selanjutnya dilakukan uji U_mann whitney dan mendapatkan tingkat signifikan
dari hasil uji perbedaan tersebut.
Menurut uji statistik, terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar kelas VIII-D yang menggunakan metode tutor sebaya dengan hasil
belajar kelas VIII-E yang menggunakan metode konvensional pada
pembelajaran ansambel rekorder sopran, dimana kelas VIII-D yang
menggunakan metode tutor sebaya lebih baik dibandingkan dengan kelas VIII-
E yang menggunkan metode konvensional.
Page 77
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa kelas VIII D SMP Negeri 2 Banjarmasin (kelas
eksperimen) dengan menggunakan metode tutor sebaya berada pada
kualifikasi baik dengan nilai rata-rata 82, 91.
2. Hasil belajar siswa VIII E SMP Negeri 2 Banjarmasin (kelas kontrol)
dengan menggunakan metode konvensional berada pada kualifikasi lebih
dari cukup dengan nilai rata-rata 78,90.
3. Berdasarkan uji statistik, terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil
belajar siswa antara kelas VIII D SMP Negeri 2 banjarmasin (kelas
eksperimen) yang menggunakan metode tutor sebaya dengan kelas VIII E
SMP Negeri 2 Banjarmasin (kelas kontrol) yang menggunakan metode
konvensional dalam pembelajaran ansambel rekorder sopran, dimana hasil
belajar kelas VIII D SMP Negeri 2 Banjarmasin (kelas eksperimen) lebih
baik dari hasil belajar kelas VIII E SMP Negeri 2 Banjarmasin (kelas
kontrol).
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti dapat
mengemukakan saran-saran sebagai berikut:
Page 78
67
1. bagi siswa, agar lebih serius dalam mengikuti pembelajaran ansambel musik
(rekorder sopran) dan serius dalam belajar kepada temannya atau para tutor,
supaya dapat meningkatkan kemampuan dalam bermain alat musik (rekorder
sopran) serta dapat mengembangkan potensi dalam bermain musik.
2. bagi guru seni musik yang akan melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan metode tutor sebaya diharapkan bisa menjadi fasilitator bagi
para tutor dan bisa memberikan pengarahan kepada siswa terlebih dahulu
serta pemberian tutoriall atau pelatihan kepada para tutor agar para tutor bisa
membantu teman asuhnya tanpa kesulitan dalam menjelaskan dan
mendemonstrasikan.
3. bagi sekolah, pembelajaran seni budaya di SMP Negeri 2 Banjarmasin
sangat bagus dan berhasil dalam mengembangkan potensi seni budaya pada
siswa baik mata pelajaran kurikuler maupun ekstrakurikuler, untuk
kedepannya alangkah baiknya menambah jenis bentuk seni musik seperti
ansambel vokal (paduan suara) pada pelajaran kurikuler.
4. bagi peneliti yang ingin mengadakan penelitian sejenis, diharapkan
menggunakan metode latihan (drill) dan metode praktek lapangan agar
kegiatan pembelajaran menjadi lebih efektif dan menyenangkan karena
siswa bisa menampilkan hasil dari latihannya tersebut kepada penonton.
Page 79
68
DAFTAR PUSTAKA
Alwi,.Hasan,dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Adiarto. 1996. Kerajinan Tangan dan Kesenian. Semarang: Adiswara.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Basuki, A.Yudana. 1996. Kerajinan Tangan dan Kesenian Musik. Surakarta:
Cahaya Ilmu.
BSNP. 2006. Peraturan Mendiknas. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan.
Jakarta: Depdiknas.
Darsono dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV IKIP Semarang
Press BSNP. 2006. Peraturan Mendiknas. Standar Isi dan Standar
Kompetensi Lulusan. Jakarta: Depdiknas.
Dimyati, & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djalil, Aria. 1997. Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung:
Tarsito.
http://www. suaramerdeka. com/ harian/ 0508/15/bud 2.htm (15Ag.2005).
http:// www.kompas.com/ kompas-cetak/0603/16/jogja/22120.htm (16Mar.2006).
Narbuko, Cholid. Achmadi, H. Abu. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi
Aksara.
Nasution. 2003. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Cetakan VIII.
Jakarta: Bumi Aksara.
Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nurjanah dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung.
JICA
Nursantara, Yayat. 2007. Seni Budaya untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Priyatno, Duwi. 2011. Buku Pintar Statistik Komputer. Jakarta: Media Kom.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Page 80
69
Sudjana, Nana. 2005. Pembinaan dan Pengembangan kurikulum di Sekolah.
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sugiyanto dkk. 2004. Kerajinan Tangan dan Kesenian. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Sutikno, M. Sobry. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Lombok: Holistica.
Yulaelawati, Ella. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Pakar.