GAMBARAN KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT PEMUKIMAN KUMUH DI
PERKOTAAN (KASUS KELURAHAN MARISO KECAMATAN MARISO MAKASSAR)
DESCRIPTION OF SLUM SOCIETY SOCIAL LIFE IN THE CITY(CASE OF
MARISO VILLAGE MARISO SUB DISTRICT MAKASSAR)
SKRIPSI
RISHA FACHRIYAH SYAHIDE 411 07 039
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS
HASANUDDINMAKASSAR2012
GAMBARAN KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT PEMUKIMAN KUMUH DI
PERKOTAAN(KASUS KELURAHAN MARISO KECAMATAN MARISO MAKASSAR)
SKRIPSI
RISHA FACHRIYAH SYAHIDE411 07 039
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SarjanaPada Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
PolitikUniversitas Hasanuddin Makassar
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS
HASANUDDINMAKASSAR2012
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSIYang bertanda tangan di bawah
ini :Nama : Risha Fachriyah SyahidNim : E411 07 039Judul Skripsi :
GAMBARAN KEHIDUPAN SOSIAL PEMUKIMAN KUMUH DI PERKOTAAN (KASUS
KELURAHAN MARISO, KECAMATAN MARISO MAKASSAR)
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila
dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau
keseluruhan skripsi ini adalah hasil karya orang lain, saya
bersedia menerima sanksi apapun atas perbuatan tersebut.
Makassar, Mei 2012
Penulis
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini kupersembahkan kepada Ayahanda Drs. H. Waqid
Syahid, M.Si dan Ibunda tercinta Hj. Asidah, dengan doa yang
selalumengiringi langkahku. Semoga Allah Swt, melindungi dan
menyayangi keduanya. Saudara-saudaraku, Muh. Pratama Syahid, Risha
Yustika Syahid, dan Risha Hardianti Syahid.Suami tercinta Hendradi
Masry serta bidadari kecilku Huraadira Fayyaza.Sahabat yang selalu
memahami aku,semoga suatu saat kelakakan lebih mengerti dan lebih
bisamemahamiku. Serta sahabat karibkuMurni Ratnasari, Nursanti
Afikasari, serta Rahma doakan semogaaku bisa memahamimu.
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya dalam setiap aktivitas
kehidupan penulis hingga pada akhirnya skripsi ini dapat
dirampungkan. Shalawat dan Salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW
sebagai pembawa risalah kebenaran atas kebenaran-Nya.Dengan
memperhatikan bimbingan dan arahan dari pembimbing dan saran-saran
dari para penguji dalam seminar proposal penelitian dan hasil
penelitian terkait Gambaran Kehidupan Sosial Masyarakat Pemukiman
Kumuh di Perkotaan. Maka tanpa mengecilkan peran yang lain, dengan
segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang
setulusnya kepada :1. Ayahanda Waqid Syahid dan Ibunda Asidah atas
cinta kasih dan doa restunya yang selalu mengiringi setiap langkah
penulis selama ini.2. Bapak Drs. Suparman Abdullah M.Si, selaku
pembimbing I dan, Bapak Buchari Mengge, S.Sos, MA selaku pembimbing
II yang diantara kesibukannya berkenan meluangkan waktunya dengan
sabar membimbing penulis dalam merampungkan skripsi ini.
3. Bapak Dr. H. M. Darwis, MA, DPS selaku ketua jurusan
sosiologi dan Bapak Dr. Rahmat Muhammad, M.Si selaku sekretaris
jurusan sosiologi.4. Seluruh dosen, staff pengajar dan staff
akademik jurusan sosiologi FISIP UNHAS, serta staff akademik
Fakultas FISIP UNHAS.5. Keluarga besar penulis, adikku Risha
Yustika Syahid, Risha Hardianti Syahid, dan Muhammad Pratama
Syahid, serta suami tercinta Hendradi Masry. Terkhusus untuk
malaikat kecilku Hauraadira Fayyaza.6. Rekan-rekan penulis di
angkatan 2007 terkhusus kepada sobat-sobatku Miska, Irma, Murni,
Rahma, Heri atas bantuannya dalam penyelesaian skripsi mulai dari
tahap penelitian sampai rampungnya skripsi ini, serta rekan-rekan
lainnya yang tidak sempat penulis tuliskan satu persatu. 7. Para
responden yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi
kuesioner penelitian demi kelengkapan data penelitian.Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi
ini. Makassar, Januari 2012 Penulis
ABSTRAKRisha Fachriyah Syahid. NIM E41107039, jurusan Sosiologi
pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin
Makassar, dengan judul skripsi GAMBARAN KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT
PEMUKIMAN KUMUH DI PERKOTAAN, dibimbing oleh Suparman Abdullah
selaku pembimbing I dan Buchari Mengge selaku pembimbing
II.Penulisan skripsi ini merupakan suatu usaha dan upaya untuk
mengetahui bagaimana gambaran kehidupan sosial masyarakat pemukiman
kumuh di perkotaan, khususnya Kelurahan Mariso Makassar, di mana
terdapat bentuk interaksi sosial asosiatif maupun disosiatif.
Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah
seluruh kepala keluarga masyarakat Kelurahan Mariso Makassar.
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif dengan
dasar penelitian survey serta tipe penelitian deskriptif. Dalam
penelitian ini responden dipilih secara simple random sampling.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
kuesioner, observasi, wawancara, dan studi pustaka. Untuk
memperoleh data yang akurat dan terbaru, penulis mengambil data
dari Kantor Kelurahan Mariso kota Makassar, dan Kantor Kecamatan
Mariso kota Makassar.Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk
interaksi sosial yang terjadi pada masyarakat Kelurahan Mariso
sangat beragam. Baik dalam bentuk asosiatif maupun disosiatif,
seperti kerja bakti, kerja sama, saling membantu, silaturahmi.
Selain itu juga terdapat pertentangan, seperti tawuran antar
pemuda, pertengkaran suami istri. Hal ini didorong karena
keberagaman individu yang ada dalam masyarakat tersebut.
ABSTRACT
Risha Fachriyah Syahid, students number E41107039, department of
Sociology in Faculty of Social and Politic Science Hasanuddin
University Makassar, with title of thesis DESCRIPTION OF SLUM
SOCIETY SOCIAL LIFE IN THE CITY, adviced by Suparman Abdullah as
first advisor and Buchari Mengge as second advisor.Writing ofthis
thesisis aneffortandattempttofind outhow the image ofsocial life
inurban slums,particularly theVillageMarisoMakassar, where there
isa form of social interaction of associative and dissociative.As
for the unitof analysisin this study were all heads of families the
Village Mariso MakassarThis research was held by using quantitative
method with research basic survey and descriptive research type. In
this research, respondents were chosen by simple random sampling.
The data collection was held by using questionnaire, observation,
interview, and literature study. To find the accurate and newest
data, writer took the data from village office of Mariso, Makassar
city. The result of this research shows that social interaction
form of society in Mariso village were very diverse, either
associatively or dissociatively, such as working together, helping
each other and keeping brother hood. Beside that, there also many
oppositions, such as brawl and family violence. This situation is
triggered by individual diversity in that society.
DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL.iHALAMAN PENGESAHAN..iiLEMBAR PENGESAHAN
TIM EVALUASIiiiLEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI..ivLEMBAR
PERSEMBAHAN..vKATA PENGANTAR..viABSTRAKviiiDAFTAR ISI.xDAFTAR
TABELxiiDAFTAR GAMBARxivBAB I PENDAHULUAN1A. Latar Belakang1B.
Rumusan Masalah.5C. Tujuan
Penulisan.....................................................................6D.
Manfaat Penulisan..6E. Kerangka
Konseptual..............................................................7F.
Defenisi Operasional.11G. Metode Penelitian..13BAB II TINJAUAN
PUSTAKA.....16A. KONSEP PEMUKIMAN KUMUH.161. Pengertian
Kumuh...172. Pola Karakteristik Tata Ruang Pemukiman
Kumuh....23
B. TINJAUAN MENGENAI INTERAKSI SOSIAL281. Proses-proses
Interajsi Sosial....292. Faktor yang Mendasari Kelangsungan
Interaksi Sosial.333. Kebutuhan Dasar Manusia..36BAB III GAMBARAN
UMUM LOKASI PENELITIAN...40A. Kondisi Geografis...40B. Kondisi
Demografis....41C. Kondisi Sarana dan Prasarana43BAB IV HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....47A. Karakteristik Umum
Responden......50B. Kondisi Pemukiman dan Perumahan.53C.
Bentuk-bentuk Interaksi Sosial Masyarakat58D. Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Masyarakat68BAB V PENUTUP......72A. Kesimpulan.........72B.
Saran....74DAFTAR PUSTAKA..75LAMPIRAN
DAFTAR TABELTabel 3.1: Distribusi Luas Wilayah Kelurahan
Kecamatan Mariso40Tabel 3.2: Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan
jenis Kelamin42Tabel 3.3: Distribusi Jumlah Kepala
Keluarga....43Tabel 3.4: Distribusi Jumlah Sarana
Pendidikan....44Tabel 3.5: Distribusi Jumlah Sarana
Kesehatan.45Tabel 4.1: Disrtibusi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin.....50Tabel 4.2: Distribusi Responden Berdasarkan
Pendidikan...51Tabel 4.3: Distribusi Responden Berdasarkan
Agama..51Tabel 4.4: Distribusi Responden Berdasarkan Mata
Pencaharian..52Tabel 4.5: Distribusi Responden Berdasarkan
Umur.53Tabel 4.6: Distribusi Jenis Lantai Rumah Responden...54Tabel
4.7: Distribusi Jenis Atap Rumah Responden..55Tabel 4.8: Distribusi
Jenis Dinding Rumah Responden....55Tabel 4.9: Distribusi Kondisi
MCK Responden...56Tabel 4.10: Distribusi Responden yang Mendapatkan
Fasilitas Air Bersih dari PDAM..........57Tabel 4.11: Distribusi
Responden yang Menggunakan Fasilitas Tempat Sampah...58Tabel 4.12:
Distribusi Lama Bermukim Responden.....59Tabel 4.13: Distribusi
Responden yang Pernah Ikut kerja Bakti.59Tabel 4.14: Distribusi
Jenis Kerja Bakti yang Dilakukan Responden....60Tabel 4.15:
Distribusi Responden yang Pernah Melakukan Pertukaran Barang /
Jasa.........................61Tabel 4.16: Distribusi Jenis
Pertukaran Barang / Jasa yang Dilakukan Responden.62 Tabel 4.17:
Distribusi Responden yang Pernah Menerima Bantuan dari
Pemerintah62Tabel 4.18: Distribusi Jenis bantuan yang Pernah
Didapatkan Responden..63
Tabel 4.19: Distribusi Responden yang Pernah mengalami
Persaingan Sosial64Tabel 4.20: Distribusi Bentuk Persaingan Sosial
yang Pernah Terjadi.65Tabel 4.21: Distribusi Responden yang Pernah
Mendengar Isu66Tabel 4.22: Distribusi Jenis Isu yang Pernah
Terdengar oleh Responden..66Tabel 4.23: Distribusi Pernah Terjadi
Pertikaian atau Pertentangan.67Tabel 4.24: Distribusi Bentuk
Pertentangan atau Pertikaian yang Pernah Terjadi pada
Responden.....................................................68Tabel
4.25: Distribusi Status Kepemilikan Tempat Tinggal Responden69Tabel
4.26: Distribusi Intensitas Pembelian Pakaian dalam
Setahun...70Tabel 4.27: Distribusi Harga Pakaian yang Dimiliki
Responden............71
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Skema Kerangka Konseptual...10
BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangSalah satu masalah yang sering
dihadapi oleh kota-kota besar adalah masalah pemukiman kumuh,
terutama muncul dan berkembang di lokasi-lokasi yang strategis di
pusat kota. Munculnya pemukiman kumuh ini, disebabkan oleh makin
tingginya nilai dan harga lahan kota sebagai akibat pesatnya
perkembangan kota, sehingga tidak semua penduduk kota mampu
memenuhi kebutuhannya akan lahan, dan tingginya angka mobilitas
penduduk di daerah perkotaan turut mempengaruhi berkembangnya
pemukiman kumuh. Para penduduk yang pindah ke daerah perkotaan,
umumnya memiliki harapan agar dapat memperoleh kehidupan yang lebih
baik dibandingkan dengan kehidupan di daerah asalnya. Fenomena
terjadinya perpindahan penduduk ke daerah perkotaan ini, lebih
disababkan oleh tingginya upah yang dapat diperoleh di daerah
tujuan. Kesenjangan upah yang besar antara desa dan kota mendorong
penduduk desa untuk datang ke kota.Perkembangan lingkungan
pemukiman di daerah perkotaan, tidak terlepas dari pesatnya laju
pertumbuhan penduduk perkotaan baik karena faktor pertumbuhan
penduduk kota itu sendiri maupun karena faktor urbanisasi.
Kedatangan migran baik yang bersifat permanen maupun non permanen
di daerah perkotaan, berdampak positif maupun negatif tergantung
pada sudut pandang masing-masing pihak yang terlibat. Arus migrasi
ke kota yang cukup besar, pada umumnya dipandang negatif bagi
kepentingan kota yang memerlukan peningkatan kualitas dan kuantitas
fasilitas sosial, lingkungan, keindahan dan ketertiban. Dampak
negatif urbanisasi yang telah berlangsung selama ini juga
disebabkan oleh tidak seimbangnya peluang untuk mencari nafkah di
daerah pedesaan dan perkotaan, sehingga memunculkan adanya tarik
kota yang dianggap mampu memberikan masa depan yang lebih baik bagi
masyarakat pedesaan atau luar kota, sementara latar belakang
kapasitas dan kemampuan para pendatang sangat marjinal. Pelaku
migrasi ke kota, utamanya kelompok pendatang, dengan kualitas
rendah menimbulkan berbagai masalah, antara lain berkembangnya
kawasan pemukiman kumuh, degradasi lingkungan, kerawanan sosial dan
tindak kriminal, serta permasalahan pengangguran. Akibat dari
peningkatan jumlah penduduk di perkotaan, terjadi penurunan
kualitas lingkungan ini juga disebabkan oleh belum memadainya
pelayanan di lingkungan pemukiman. Sehingga, banyak kawasan
perumahan dan pemukiman yang telah melebihi daya tampung dan daya
dukung lingkungan.Di samping kerusakan lingkungan yang bersifat
biofisik terdapat pula kerusakan lingkungan sosial-budaya. Penduduk
desa yang bermigrasi ke kota umumnya mempunyai pendidikan yang
rendah dan tidak terampil. Di desa, hubungan kerabat dan nilai
sosial-budaya sedikit banyak memberikan perlindungan terhadap
kelaparan dan kelakuan kesusilaan, tetapi di kota, perlindungan
seperti itu tidak ada atau tidak seberapa, karena tidak adanya
keterampilan, mereka sukar mendapatkan pekerjaan atau hanya
mendapatkan pekerjaan dengan upah kecil (Soemarwoto,
1991:206-207)Perumahan dan pemukiman selain merupakan salah satu
kebutuhan dasar manusia, juga mempunyai fungsi yang sangat
strategis dalam perannya sebagai pusat pendidikan keluarga,
peningkatan kualitas generasi yang akan datang, dan merupakan
pengejewantahan jati diri. Terwujudnya kesejahteraan rakyat dapat
ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan
bermartabat, antara lain melalui pemenuhan kebutuhan papannya.
Tingginya nilai dan harga lahan pemukiman di daerah perkotaan,
telah menyebabkan masyarakat yang tidak memiliki kemampuan terpaksa
mencari lahan untuk mendapatkan tempat tinggal seadanya baik secara
legal, maupun illegal, sehingga tanpa disadari perkembangannya
telah mengakibatkan munculnya pemukiman kumuh di kota. Banyak
diantara perkampungan penduduk di daerah pinggiran kota, merupakan
kondisi lingkungan yang jorok dan terkesan kumuh. Ketidakmampuan
masyarakat kumuh dalam memenuhi sebagian kebutuhannya, menimbulkan
kehidupan mereka jauh dibawah garis kemiskinan, yang menggambarkan
rumah tempat tinggal mereka terbuat dari kayu, tidak mempunyai
listrik dan tingkat pendidikan yang rendah.Rumah tinggal adalah
suatu institusi, bukan sekedar struktur yang dibuat untuk
serangkaian tujuan yang sangat kompleks. Bangunan rumah adalah
suatu gejala yang bentuk organisasinya sangat dipengaruhi oleh
lingkungan budaya yang dimiliki (Agussalim, 1998:40). Selanjutnya,
rumah merupakan suatu gejala struktural yang erat hubungannya
dengan kehidupan penghuninya, makna simbolisme dan fungsi akan
mencerminkan status penghuninya, manusia sebagai penghuni, rumah,
budaya serta lingkungannya merupakan satu kesatuan yang erat,
sehingga rumah sebagai lingkungan binaan merupakan refleksi dari
kekuatan sosial budaya seperti kepercayaan, hubungan keluarga,
organisasi sosial serta interaksi sosial antar individu (Rapport,
1969:47). Rumah bukan hanya sebagai sarana kehidupan semata, tetapi
lebih merupakan suatu proses bermukim, yaitu kehadiran manusia
sebagai penghuni dalam menciptakan ruang hidup dalam rumah dan
lingkungan sekitarnya. Nilai-nilai seutuhnya menempati tempat yang
utama dalam proses perancangan rumah, sehingga perilaku penghuni,
keinginan serta kebutuhan penghuni merupakan hal yang sangat
menentukan kualitas sosialisasi dan lingkungannya.Seperti telah
dikemukakan sebelumnya, bahwa masalah perumahan dan pemukiman
merupakan suatu masalah kompleks, yang harus dapat teratasi. Hal
ini bukan saja demi kepentingan komunitas-komunitas tertentu,
melainkan juga untuk kepentingan seluruh warga negara yang
berbudaya dan berkpribadian. Walaupun harus diikuti banyak hambatan
dan keterbatasan. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup
dengan sendirinya. Manusia saling berinteraksi dengan manusia yang
lain. Ini disebabkan karena tidak ada manusia yang mampu mencukupi
kebutuhannya tanpa adanya bantuan orang lain. Interaksi sosial
dapat juga dikatakan sebagai proses sosial. Interaksi sosial
merupakan syarat terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi
sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan-hubungan antara orang-perorangan, antara
kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang-perorangan dengan
kelompok-kelompok manusia.
B. Rumusan Masalah Dari deskripsi yang telah dipaparkan pada
bagian latar belakang di atas, maka untuk memudahkan proses
penulisan guna menghindari pembahasan yang terlalu meluas
diperlukan adanya perumusan masalah. Berangkat dari pernyataan
tersebut di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah
yang selanjutnya dirumuskan sebagai berikut:1. Bagaimana bentuk
interaksi sosial masyarakat pemukiman kumuh di Kelurahan Mariso
Kecamatan Mariso Makassar ?2. Bagaimana pola pemenuhan kebutuhan
masyarakat pmukiman kumuh di Kelurahan Mariso Kecamatan Mariso
Makassar ?
C. Tujuan PenulisanBerdasarkan permasalahan tersebut di atas,
maka penulisan ini dilaksanakan dengan beberapa tujuan, yaitu :1.
Untuk mengetahui bagaimana bentuk interaksi sosial masyarakat
pemukiman kumuh di Kelurahan Mariso Kecamatan Mariso Makassar.2.
Untuk mengetahui bagaimana pola pemenuhan kebutuhan masyarakat
pemukiman kumuh di Kelurahan Mariso Kecamatan Mariso Makassar.D.
Manfaat PenulisanManfaat penulisan ini adalah :1. Dari hasil
penelitian ini diharapkan dapat berguna memberikan bantuan
informasi lanjut bagi teman-teman yang lain atau siapa saja yang
berminat dalam bidang ini dan sebagai tambahan literatur bagi
peneliti.2. Sebagai salah satu syarat untuk menciptakan karya
ilmiah guna meraih gelar sarjana pada jurusan Sosiologi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar.
E. Kerangka KonseptualMenurut Soerjono Soekanto (2001),
interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antar orang-perorang, antara kelompok-kelompok
manusia, maupun antara antara orang perorangan dengan kelompok
manusia. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya
aktivitas-aktivitas sosial. Berlangsungnya suatu proses interaksi
sosial didasarkan pada pelbagai faktor antara lain, faktor imitasi,
sugesti, identifikasi, dan simpati.Menurut George Herbert Mead
(dalam Narwoko Suyanto, 2007), agar interaksi sosial bisa berjalan
dengan tertib dan teratur serta anggota masyarakatnya dapat
berfungsi secara normal, maka yang diperlukan bukan hanya kemampuan
untuk bertindak sesuai dengan konteks sosialnya, tetapi juga
memerlukan kemampuan untuk menilai secara objektif perilaku kita
sendiri dari sudut pandang orang lain.Interaksi sosial merupakan
hubungan antara dua orang atau lebih, di mana perilaku atau
tindakan seseorang akan mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki
perilaku atau tindakan individu maupun sebaliknya. Sebuah interaksi
dapat terjadi apabila salah seorang (individu) melakukan aksi dan
mendapatkan balasan yang berupa reaksi tetapi apabila salah satu
pihak melakukan aksi danpihak yang lain tidak melakukan reaksi,
maka tidak akan terjadi interaksi.
Adapun syarat terjadinya suatu interaksi sosial adalah sebagai
berikut :1) Kontak sosialMenurut Soerjono Soekanto (2002: 65),
kontak sosial berasal dari kata con atau cum (bersama-sama) dan
tango (menyentuh), jadi secara harfiah berarti bersama-sama
menyentuh. Secara fisik, kontak sosial baru terjadi apabila adanya
hubungan fisikal, sebagai geja sosial itu bukan semata-mata
hubungan badaniah, karena hubungan sosial terjadi tidak saja secara
menyentuh seseorang, namun orang dapat berhubungan dengan orang
lain tanpa harus menyentuhnya. Misalnya kontak sosial sudah terjadi
ketika seseorang berbicara dengan orang lain, bahkan kontak sosial
juga dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi, seperti melalui
telepon, telegraf, radio, surat, televisi, internet, dan
sebagainya.Kontak sosial dapat berlangsung dalam lima bentuk, yaitu
:a) Dalam bentuk proses sosialisasi yang berlangsung antar pribadi
orang per orang. Proses sosialisasi ini memungkinkan seseorang
mempelajari norma-norma yang terjadi di masyarakatnya. Berger dan
Luckmann (Bungin, 2001: 14), mengatakan bahwa proses ini terjadi
melalui proses objektivasi, yaitu interaksi sosial yang terjadi
dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses
institusionalisasi.b) Antara orang per orang dengan suatu kelompok
masyarakat atau sebaliknya.c) Antara kelompok masyarakat dengan
kelompok masyarakat lainnya dalam sebuah komunitas.d) Antara orang
per orang dengan masyarakat global di dunia internasional.e) Antara
orang per orang, kelompok, masyarakat dan dunia global, di mana
kontak sosial terjadi secara simultan di antara mereka.
2) KomunikasiKomunikasi adalah suatu proses memaknai yang
dilakukan oleh seseorang terhadap informasi, sikap dan perilaku
orang lain yang berbentuk pengetahuan, pembicaraan, gerak-gerik,
atau sikap, perilaku, dan perasaan-perasaan sehingga seseorang
membuat rekasi-reaksi terhadap informasi, sikap, dan perilaku
tersebut berdasarkan pengalaman yang dialami.Abraham Maslow,
seorang sosiolog memperkenalkan pemikirannya mengenai motivasi
dihubungkan dengan kebutuhan manusia. Ia menjelaskan mengenai
hirarki kebutuhan manusia dengan konsep Piramid Kebutuhan
Maslow.Maslow menjelaskan bahwa kebutuhan manusia bertingkat, mulai
dari kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi pada bagian bawah
piramid, dan kebutuhan manusia meningkat terus ke atas apabila
jenis kebutuhan yang dasar sudah terpenuhi. Mulai dari kebutuhan
yang paling dasar adalah kebutuhan fisiologis, kemudian berlanjut
ke kebutuhan akan keamananan (safety), kebutuhan dicintai
(Love/belonging), kebutuhan untuk rasa percaya diri (Esteem), dan
kebutuhan puncak, yaitu aktualisasi diri (self-actualization).
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat digambarkan dalam skema kerangka konseptual berikut: Gambar
1.1 Skema Kerangka Konseptual
F. Defenisi Operasional1. Perilaku sosialPerilaku sosial
merupakan perbuatan atau tindakan dan perkataan seseorang dalam
berinteraksi dengan orang lain yang sifatnya dapat diamati,
digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang
melakukannya.
2. MasyarakatMasyarakat (society) adalah kumpulan manusia yang
relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama,
tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta
melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok atau kumpulan
manusia tersebut.Society berasal dari bahasa latin, societas, yang
berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan
dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society
berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society
mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan
kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.Kata
"masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak.
Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan
hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah
komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain).
Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok
orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.3.
Pemukiman kumuhPermukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di
luar kawasan lindung, dapat merupakan kawasan perkotaan dan
perdesaan, berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian
dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Sedangkan kata kumuh menurut kamus besar bahasa Indonesia diartikan
sebagai kotor atau cemar. Jadi, bukan padat, rapat becek, bau,
reyot, atau tidak teraturnya, tetapi justru kotornya yang
menjadikan sesuatu dapat dikatakan kumuh. Menurut Johan Silas
Permukiman Kumuh dapat diartikan menjadi dua bagian, yang pertama
ialah kawasan yang proses pembentukannya karena keterbatasan kota
dalam menampung perkembangan kota sehingga timbul kompetisi dalam
menggunakan lahan perkotaan. Sedangkan kawasan permukiman
berkepadatan tinggi merupakan embrio permukiman kumuh. Dan yang
kedua ialah kawasan yang lokasi penyebarannya secara geografis
terdesak perkembangan kota yang semula baik, lambat laun menjadi
kumuh.
G. Metode Penelitian1. Tipe dan Dasar PenelitianDasar penelitian
yang digunakan, yaitu survei di mana penelitian ditujukan pada
sejumlah besar individu atau kelompok. Pada survei, fokus
perhatiannya hanya ditujukan ke beberapa variabel saja, mengingat
unit yang ditelaah dalam jumlah besar. Tipe penelitian yang
digunakan adalah deskriptif, di mana data serta informasi bertujuan
untuk menggambarkan permasalahan secara sistematis, faktual, dan
aktual yang terjadi di lokasi penelitian. Dari hasil penelitian
dianalisa dalam bentuk uraian yang menggambarkan perilaku sosial
terkait masyarakat penghuni pemukiman kumuh di perkotaan.2.
Populasi dan SampelPopulasi adalah jumlah keseluruhan subjek,
objek, atau sesuatu yang ada yang mempunyai ciri yang sama. Yang
menjadi populasi adalah seluruh kepala keluarga Kelurahan Mariso
Kecamatan Mariso Makassar, sebanyak 1681 kepala keluarga.Sedangkan
sampel diambil dari populasi yang dianggap representatif dengan
menggunakan simple random sampling atau sistem acak sederhana.
Sampel diambil dari unit sampel atau unit analisa, yaitu Kepala
Keluarga (KK) berjumlah 84 KK dengan persentase 5% dari 1681 KK
seluruh yang terdapat di Kelurahan Mariso Kecamatan Mariso.
3. Teknik Pengumpulan DataBerkaitan dengan jenis dan sumber
data, penulis menggunakan teknik pengumpulan data yaitu:a.
KuesionerTeknik pengumpulan data ini dilakukan untuk memperoleh
data responden dengan sejumlah pertanyaan tertulis, yang sifatnya
terbuka yang dijadikan sebagai pegangan untuk menggambarkan
fenomena yang ada sesuai dengan data yang diperoleh.b.
WawancaraTekhnik pengumpulan data ini dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan secara lisan dan langsung (bertatap muka) dengan
responden. Hal ini lebih mempertajam pada kuesioner, sehingga data
yang tidak dapat diperoleh melalui kuesioner dapat dilakukan dengan
wawancara secara langsung kepada responden.c. ObservasiYaitu dengan
melakukan penelitian langsung pada objek penelitian agar diperoleh
keterangan yang jelas. Penulis mengamati secara langsung perilaku
sosial pada masyarakat Kelurahan Mariso Kecamatan Mariso
Makassar.d. Studi Kepustakaan Didukung dengan cara menggunakan
literatur-literatur di perpustakaan dan bacaan lainnya yang ada
kaitannya dengan masalah yang diteliti untuk mengumpulkan hal-hal
yang bersifat teoritis.4. Teknik Analisa DataDari semua data serta
informasi yang telah penulis dapatkan, dianalisa secara kuantitatif
melalui tabel frekuensi atau tabel yang sangat sederhana, serta
uraian-uraian untuk mendapatkan kesimpulan akhir. Selain itu di
dukung oleh data-data kualitatif.5. Waktu dan Lokasi
PenelitianPenelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, mulai bulan
Februari 2011 sampai Maret 2011 yang dilakukan di Kelurahan Mariso
Kecamatan Mariso.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pemukiman KumuhPerumahan dan pemukiman adalah dua hal
yang tidak dapat kita pisahkan dan berkaitan erat dengan aktivitas
ekonomi, industrialisasi dan pembangunan. Pemukiman dapat diartikan
sebagai perumahan atau kumpulan rumah dengan segala unsur serta
kegiatan yang berkaitan dan yang ada di dalam pemukiman. Pemukiman
dapat terhindar dari kondisi kumuh dan tidak layak huni jika
pembangunan perumahan sesuai dengan standar yang berlaku, salah
satunya dengan menerapkan persyaratan rumah sehat. Dalam pengertian
yang luas, rumah tinggal bukan hanya sebuah bangunan (struktural),
melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi syarat-syarat
kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan. Rumah
dapat dimengerti sebagai tempat perlindungan untuk menikmati
kehidupan, beristirahat dan bersuka ria bersama keluarga. Di dalam
rumah, penghuni memperoleh kesan pertama dari kehidupannya di dalam
dunia ini. Rumah harus menjamin kepentingan keluarga, yaitu untuk
tumbuh, memberi kemungkinan untuk hidup bergaul dengan tetangganya.
Lebih dari itu, rumah harus memberi ketenangan, kesenangan,
kebahagiaan dan kenyamanan pada segala peristiwa hidup
penghuninya.Rumah dan fasiliitas pemukiman yang memadai merupakan
kebutuhan pokok yang sangat penting bagi manusia dalam
melangsungkan kehidupannya sebagai manusia.Sedangkan pemukiman
sering disebut perumahan dan atau sebaliknya. Pemukiman berasal
dari kata housing dalam bahasa Inggris yang artinya adalah
perumahan dan kata human settlement yang artinya pemukiman.
Perumahan memberikan kesan tentang rumah atau kumpulan rumah
beserta prasarana dan sarana ligkungannya. Perumahan
menitikberatkan pada fisik atau benda mati, yaitu houses dan land
settlement. Sedangkan pemukiman memberikan kesan tentang pemukim
atau kumpulan pemukim beserta sikap dan perilakunya di dalam
lingkungan, sehingga pemukiman menitikberatkan pada sesuatu yang
bukan bersifat fisik atau benda mati yaitu manusia (human). Dengan
demikian perumahan dan pemukiman merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan dan sangat erat hubungannya, pada hakekatnya saling
melengkapi.
1. Pengertian KumuhKumuh adalah kesan atau gambaran secara umum
tentang sikap dan tingkah laku yang rendah dilihat dari standar
hidup dan penghasilan kelas menengah. Dengan kata lain, kumuh dapat
diartikan sebagai tanda atau cap yang diberikan golongan atas yang
sudah mapan kepada golongan bawah yang belum mapan. Gambaran
seperti itu diungkapkan oleh Herbert J. Gans :
Obsolescence per se is not harmful and designation of an area as
a slum for the reason alone is merely a reflection of middle class
standards and middle class incomes.
Di negara-negara sedang berkembang masalah kualitas perumahan
dan fasilitas pemukiman di kota-kota besar amat terasa. Ini
disebabkan oleh pertambahan penduduk kota yang sangat pesat karena
migrasi dan terbatasnya lahan yang diperuntukkan bagi pemukiman
yang memadai. Terbatasnya dana dalam penataan dan pengelolaan kota
dalam menghadapi masalah kependudukan tersebut di atas juga telah
menyebabkan fasilitas perumahan dan pemukiman menjadi terbatas dan
mahal pembiayaannya.Di daerah perkotaan, warga yang paling tidak
terpenuhi kebutuhan fasilitas perumahan dan pemukimannya secara
memadai adalah mereka yang berpenghasilan rendah (Abrams, 1964:1).
Misalnya, seseorang dihadapkan pada sebuah masalah mengenai
pengeluaran yang harus dilakukan untuk pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan hidupnya, makan, berpakaian,dan pengobatan
untuk kesehatan, maka yang pertama dikorbankan adalah pengeluaran
untuk rumah dan tempat tinggalnya.Masalah utama bagi mereka yang
berpenghasilan rendah adalah tidak dapat mengabaikan begitu saja
kebutuhan akan rumah dan tempat tinggal karena masalah ini penting
bagi kehidupan mereka, tetapi mereka juga tidak mampu untuk
mengeluarkan biaya prioritas bagi pengembangan dan pemeliharaan
rumah dan lingkungan pemukimannya agar layak dihuni. Semakin kecil
bagian dari penghasilan yang dapat disisihkan guna pembiayaan
pemeliharaan rumah dan fasilitas pemukiman, maka semakin kumuh
kondisinya.Urbanisasi sering disebutkan sebagai hasil dua kekuatan
besar, yaitu pada satu pihak dorongan desa dan tarikan dari kota.
Dorongan dari desa ialah kepadatan penduduk yang melampaui daya
dukung lingkungan, sehingga pangan tidak mencukupi dan lingkungan
mengalami kerusakan. Dorongan ini disebut tekanan penduduk. Mereka
yang tidak menyerah pada nasib lalu mencari kesempatan baru di
tempat lain, umumnya di kota. Dorongan lain untuk meninggalkan desa
antara lain juga berupa buruknya keamanan dan bencana alam. Kedua
faktor ini mempunyai aspek ekologi yang lain dari kepadatan
penduduk. Kedua faktor ini juga mempunyai efek negative terhadap
daya dukung lingkungan (Soemarwoto, 1991:203).Tempat-tempat yang
diserbu oleh para pendatang akan bertambah padat, baik penduduk
maupun bengunannya. Keadaan lingkungan akan bertambah parah dan
kondisi bangunan akan menjadi makin jelek, makin sempitnya ruang
terbuka untuk penyegaran, tidak adanya kesadaran penduduk tentang
kebersihan, tingkat pendidikan yang rendah yang mengakibatkan pola
pikirnya kurang, dan rawan terjadi konflik. Dengan keadaan
lingkungan yang demikian itu maka merupakan cirri-ciri dari
perkampungan kota yang dikenal dengan kawasan kumuh (slum area).
Kawasan pemukiman kumuh adalah kawasan pemukiman yang dikenal
dengan kawasan padat dan tidak teratur. Kawasan ini dapat dikatakan
sebagai kampung yang berada di perkotaan dengan kondisi yang buruk
serta memprihatinkan. Pemukiman kumuh merupakan kawasan di
perkotaan yang tumbuh dan berkembang secara spontan di luar kontrol
tanpa sarana dan prasarana lingkungan. Keadaan penduduknya sangat
padat dan berpenghasilan rendah, rumah-rumah dalam keadaan darurat
yang dibangun dengan material bangunan yang tidak bertahan
lama.Dalam konteks budaya kota, komunitas kumuh di kota, kiranya
dapat pula dipandang sebagai sub budaya tersendiri, terutama yang
berkaitan dengan proses sosialisasi dalam menghadapi kompleksitas
kehidupan suatu kota yang berkembang pesat. Adams (Poewanto
2005:246) mengartikan slum sebagai perkampungan yang memiliki
tempat-tempat dengan kepadatan berlebihan dan pemukiman liar yang
menampilan kesengsaraan hidup manusia di kota. Berdasarkan tingkat
pedpatannya, jumlah yang mampu diperoleh para penghuni hunian
kumuh, hanya cukup hanya cukup untuk memenuhi keubuhan fisik semata
atau sekitar tingkt subsistensi. Kondisi social ekonomi mereka yang
miskin dan terisolasi, disebabkan oleh aktifitas ekonmi mereka yang
tidak dapat mencukupi kebutuhannya. Lebih lanjut mengemukakan bahwa
penduduk pemukiman kumuh disebut massa apung, yaitu masyarakat yang
memiliki pekerjaan berganti-ganti dan dominan pada sektor informal.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa ciri mereka adalah menghasilkan
barang dan jasa hanya untuk konsumsi hari ini bagi anggota keluarga
yang bersangkutan.Silas (Hasanuddin, 2003:15) kawasan pemukiman
kumuh adalah kawasan informal tanpa perencanaan dan fasilitas
pelayanan umum, merupakan tempat tinggal para penghuni liar
(squatter) juga merupakan kawasan transisi atau peralihan di
perkotaan. Menurut Kurniasih (2007:1) pemukiman kumuh adalah
pemukiman yang tidak layak huni karena tidak memenuhi persyaratan
untuk hunian, baik secara teknis maupun non teknis. Suatu pemukiman
kumuh dapat dikatakan sebagai pengejewantahan dari kemiskinan,
karena pada umumnya di pemukiman kumuhlah masyarakat miskin tinggal
dan banyak kita jumpai di kawasan perkotaan. Dalam karyanya yang
berjudul Social Research and Design yang ditulis oleh Brolus
(1985:228) dikatakan bahwa kumuh (slum) dari suatu lingkungan
mengandung arti slum fisik dan slum sosial. Slum fisik berkaitan
dengan suatu daerah dimana kondisi sebagian besar fasilitas
pemukimannya berada di bawah standar normal, sedangkan slum sosial
ditandai dengan berkembangnya nilai-nilai yang tidak baik dalam
interaksi sosial dan komunikasi social serta aktifitas negatif
lainnya seperti perbuatan kriminal, bentrokan antar warga,
pembunuhan, dan sebagainya. Dikemukakan pula bahwa secara fisik
pemukiman kumuh yang berada di tengah kota terjadi karena
perkampungan yang legal tidak dapat menampung penghuninya yang
terus bertambah dengan cepat, sehingga berkembang menjadi pemukiman
kumuh. Pemukiman kumuh yang berada di pinggir kota terjadi akibat
adanya pemukiman yang menyerobot tanah denagn cara melanggar hukum
dan mendirikan bangunan di atasnya. Terbentuknya pemukiman kumuh di
Makassar khususnya di Kelurahan Mariso ini disebabkan oleh
tingginya tingkat migrasi masyarakat desa ke kota tanpa batasan.
Menurut Sumalyo (1993:20), pemukiman kumuh adalah suatu kawasan di
perkotaan yang penduduknya hidup dalam kondisi soaial ekonomi yang
rendah dan penduduknya berasal dari pedesaan. Kedatangan penghuni
migran atas dasar adanya kontak atau hubungan dengan saudara,
kerabat yang sudah berada terlebih dahulu di kota pendidikan
bukanlah masalah bagi mereka datang ke kota, dasar pendidikan yang
dimilikinya adalah pendidikan rendah (di bawah SMA) serta tidak
memiliki keterampilan. Maka penyesuaian pola hidup para pendatang
dengan dengan kehidupan social ekonomi perkotaan tidak dapat
berlangsung secara cepat dan gaya hidup pedesaan atau tradisional
masih dijalankan. Kondisi ini menyebabkan sebagian besar penghuni
pemukiman kumuh bergerak dalam kehidupan sektor informal dangan
pendapatan yang terbatas dalam menghadapi kehidupan perkotaan.
Dengan keterbatasan ekonomi dan pola hidup pedesaan, rumah-rumah
dihuni secara terbatas dalam hal kontribusi material bangunan dan
fasilitas lingkungan seadanya.
2. Pola Karakteristik Tata Ruang Pemukiman KumuhKawasan kumuh
adalah sebuah kawasan dengan tingkat kepadatan populasi tinggi di
sebuah kota yang umumnya dihuni oleh masyarakat miskin. Kawasan
kumuh dapat ditemui diberbagai kota besar besar di dunia. Kawasan
kumuh umumnya dihubung-hubungkan dengan tingkat kemiskinan dan
pengangguran tinggi. Kawasan kumuh dapat pula menjadi sumber
masalah sosial seperti kejahatan, obat-obatan terlarang dan minuman
keras. Diberbagai Negara miskin, kawasan kawasan kumuh juga menjadi
pusat masalah kesehatan karena kondisinya yang tidak higienis. Di
berbagai kawasan kumuh, khususnya di Negara-negara miskin, penduduk
tinggal di kawasan yang sangat berdekatan sehinga sangat sulit
untuk dilewati kendaraan seperti ambulans dan pemadam kebakaran.
Kurangnya pelayanan pembuangan sampah juga mengakibatkan sampah
yang bertumpuk-tumpuk. (Budiharjo, 1984:64).Menurut Schrool
(1974:286), penghuni hunian kumuh di daerah kumuh di daerah
perkotaan berasal dari kalangan keluarga tak mampu, dalam
pengertian kumuh terkandung berbagai aspek antara lain : 1) aspek
fisik seperti bobrok, tua, dan tidak terencana, 2) menggambarkan
posisi sosial-ekonomi para penghunninya, melarat dan terisolasi,
dan 3) menunjukkan pada hal negatif seperti kejahatan, tidak aman
dan berbahaya.Ciri lain dari pemukiman kumuh adalah letak dan
bentuk perumahan yang tidak teratur, sarana infra struktur kota
sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali, tingkat pendidikan
yang rendah, kepadatan rumah tangga dan pendapatan penduduk yang
rendah, serta pada umumnya penduduknya bekerja disektor informal.
Bangunan yang padat dan material bangunannya dalam keadan darurat
tetapi karakteristk pemukiman kumuh sebenarnya terbagi-bagi dan
tertentu. Menurut Silas (Anas, 1995:40), ada tiga bentuk dasar
pemukiman kumuh, yaitu : a. Opostumis, yaitu pemukiman kumuh yang
tumbuh karena adanya spekulasi demi mendapatkan ganti rugi bila
digusur. Kondisi ini berlangsung secara perlahan-lahan menempati
lahan kosong yang ada pada tempat terlarang di pusat kota.b.
Menetap dan permanen, yaiu pemukiman kumuh yang terjadi secara
organis akibat semakin patnya penduduk pada suatu kawasan.
Pemukiman ini berasal dari lingkungan yang teratur tetapi lambat
laun menjadi kumuh akibat kurang kontrolnya penendalian pembangunan
oleh penghuni pemukiman tersebut.c. Transito, yaitu bentuk
pemukiman yang kumuh yang sifatnya sementara dan sebagian besar
penghuninya menetap untuk sementara waktu.Bentuk dasar pemukiman
kumuh menjadi bahan perbedaan untuk menilai jenis pemukiman yang
cepat berkembang dan meluas di wilayah perkotaan. Menurut Subakti
(1984), karakteristik khusus lingkungan kawasan pemukiman kumuh,
yaitu :a. Permukiman tersebut dihuni oleh penduduk yang padat
karena migrasi tinggi dari desa.b. Perkampungan tersebut dihuni
oleh warga yang berpenghasilan rendah dan hidup di bawah garis
kemiskinan.c. Permukiman tersebut berkualitas rendah dan masuk
dalam kategori kumuh darurat yaitu bangunan yang terbuat dari
bahan-bahan tradisional seperti bambu, kayu, alang-alang dan
bahan-bahan yang cepat hancur.d. Kondisi kesehatan dan sanitasi
yang rendah, perkampungan miskin ini selalu ditandai dengan
tersebarnya penyakit menular dan lingkungan fisik yang kotor.e.
Kurangnya pelayanan kota (urban service) seperti: air minum,
fasilitas mandi, cuci, wc, listrik, sistem buangan kotoran dan
sampah serta perlindungan kebakaran.f. Pertumbuhan tidak terencana
sehingga penampilan fisiknya tidak teratur dalam bangunan, halaman
dan jalan-jalan, juga sempitnya ruang antar bangunan.g. Penghuni
permukiman ini memiliki gaya hidup pedesaan, karena sebagian besar
penghuninya adalah migran dari desa yang masih mempertahankan pola
kehidupan tradisional, barsuasana seperti di desa dan bergotong
royong.h. Secara sosial terisolasi dari permukiman masyarakat
lainnya.i. Perkampungan ini pada umumnya berlokasi di sekitar pusat
kota dan seringkali tidak jelas status hukum tanah yang
ditempati.Judohusodo (1991:1) mengemukakan bahwa, kriteria
pemukiman kumuh adalah suatu kawasan permukiman yang tingkat
kepadatan penghuninya lebih dari 600 jiwa/ha, bentuk hunian tidak
teratur, tidak tersedia fasilitas umum, bantuk bangunan yang tidak
layak dan secara regular kebanjiran. Selanjutnya dikataka bahwa,
masalah permukiman kumuh di daerah perkotaan menyangkut sifat
mental penghuninya dimana mereka dapat hidup dan menikmati
lingkungan kumuhnya dengan baik tanpa merasa tinggal pada
lingkungan yang kurang layak.Pengertian permukiman kumuh juga
dikemukakan oleh Judohusodo (1991:1) mengemukakan bahwa kriteria
pemukiman adalah suatu kawasan permukiman yang tingkat kepadatan
penghuninya lebih dari 600 jiwa/ha, bentuk hunian tidak teratur,
tidak tersedianya fasilitas umum, bentuk bangunan yang tidak layak
secara regular kebanjiran, dan rata-rata penghuninya tidak mampu
atau miskin.Dengan keadaan permukiman tersebut diatas menunjukkan
bahwa bukan hanya kondisi lingkungan yang sangat jelek tetapi juga
tingkat kemiskinan yang sangat tinggi dari suatu perkampungan.
Kebudayaan kemiskinan berkembang dalam kehidupan masyarakat orang
miskin yang dari generasi ke generasi berikutnya hidup dalam
kemiskinan (Lewis, 1984:6).Menurut Silas (dalam Latif, 1997:20)
kawasan permukiman kumuh adalah kawasan informal tanpa perencanaan
dan fasilitas pelayanan umum, merupakan tempat tinggal para
penghuni liar juga merupakan kawasan transisi atau peralihan
kehidupan di desa dan di kota. Permukiman kumuh memang merupakan
wajah kota yang buruk. Ending (1985:45) mengemukakan bahwa secara
fisik permukiman kumuh yang berada di tengah kota terjadi karena
perkampungan yang legal dan tidak dapat menampung penghuninya yang
terus bertambah dengan cepat, sehingga berkembang menjadi
permukiman kumuh.Evers (1980:4) permukiman kumuh di pinggir kota
terjadi akibat pemukim yang menyerobot tanah secara melanggar hokum
dan mendirikan bangunan di atasnya. Jika dilihat dari sejarah
tumbuhnya kota-kota besar di Indonesia maka keberadaan permukiman
kumuh sebenarnya berawal dari konsep pembangunan kota kolonial.
Kota sengaja dibuat berkelompok-kelompok sesuai dengan etnis dan
status sosial penduduknya, seperti kawasan untuk orang-orang Eropa
dan bangsawan, kawasan untuk orang-orang timur non pribumi seperti
Cina, Arab, India dan sebagainya serta kawasan untuk orang pribumi,
yang selanjutnya permukiman tersebut disebut kampong.Kawasan
kampong yang dihuni oleh pribumi ini sengaja dibuat serba kurang
sepeti sarana jalan, saluran air, lembah dan prasarana lingkungan
lainnya dibuat serba terbatas. Di samping itu pembangunan
perumahannya dilakukan tanpa pedoman dan rencana yang baik sehingga
kampong tumbuh dan berkembang secara organis. Kondisi ini lambat
laun berkembang menjadi permukiman kumuh. Dalam permukiman, ruang
dilihat sebagai wadah di mana keseluruhan interaksi sistem sosial
yang meliputi manusia dngan seluruh kegiatan sosial, ekonomi, dan
budaya dengan ekosistem baik sumberdaya alam maupun sumberdaya
buatan berlangsung (Budiman 2003:1).
B. TINJAUAN MENGENAI INTERAKSI SOSIALBentuk umum proses sosial
adalah interaksi sosial, karena interaksi sosial merupakan syarat
utama terjadinya aktivitas-aktiivitas sosial. Bentuk lain proses
sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial.
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis
yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara
kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan
kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial
dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur,berjabat tangan,
saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas
semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial. Walaupun
orang-orang yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara atau
tidak saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi,
karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan
perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang-oranng yang
bersangkutan, yang disebaabkan oleh misalnya bau keringat, minyak
wangi, suara berjalan, dan sebagainya. Semuanya itu menimbulkan
kesan di dalam pikiran seseorang kemudian menentukan tindakan apa
yang akan dilakukannya. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok
manusia terjadi antara kelompok tersebut sebagai kesatuan dan
biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya. Interaksi
sosial antara kelompok-kelompok manusiaterjadi pula di dalam
masyarakat. Interaksi tersebut lebih mencolook ketika
terjadiperbenturan antara kepentingan perorangan dengan kepentingan
kelompok. Misalnya di kalangan banyak suku bangsa di Indonesia. 1.
Proses-proses Interaksi SosialMenurut Gillin dan Gillin dalam
Soekanto (2002: 71-104), menjelaskan bahwa ada dua golongan proses
sosial sebagai akibat dari interaksi sosial, yaitu proses sosial
asosiatif dan proses sosial disosiatif. Proses AsosiatifProses
asosiatif adalah sebuah proses yang terjadi saling pengertian dan
kerja sama timbal balik antara orang per orang atau kelompok satu
dengan yang lainnya, di mana proses ini menghasilkan pencapaian
tujuan-tujuan bersama.a) Kerja SamaKerja sama (cooperation) adalah
usaha bersama antara individu atau kelompok untuk mencapai satu
atau beberapa tujuan bersama. Proses terjadinya cooperation lahir
apabila di antara individu atau kelompok tertentu menyadari adanya
kepentingan dan ancaman yang sama. Tujuan-tujua yang sama akan
menciptakan cooperation di antara individu dan kelompok yang
bertujuan agar tujuan-tujuan mereka tercapai. Begitu pula apabila
individu atau kelompok merasa adanya ancaman dan bahaya dari luar,
maka proses cooperation ini akan bertambah kuat di antara mereka.
Ada beberapa bentuk cooperation :a. Kerukunan yang mencakup gotong
royong dan tolong menolongb. Bargainning, yaitu pelaksanaan
perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara
dua organisasi atau lebih.c. Co-optation, yakni suatu
prosespenerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau
pelaksanaan politik dalam suatu organisasisebagai salah satu cara
untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas
organisasi yang bersangkutan. d. Coalition, yakni kombinasi antara
dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama. Koalisi
dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabiluntuk sementara
waktukarena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan
mempunyai struktur yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan
tetapi, karena maksud utama adalah untuk mencapai satu atau
beberapa tujuan bersama, maka sifatnya adalah kooperatif. e.
Joint-venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek
tertentu, misalnya pengeboran minyak, pertambangan batubara,
perfilman, perhotelan dan seterusnya.b) AccomodationAccomodation
adalah proses sosial dengan dua makna, pertama adalah proses sosial
yang menunjukkan pada suatu keadaan yang seimbang (equilibrium)
dalam interaksi sosial antara individu dan antara kelompok di dalam
masyarakat, terutama yang ada hubungannya dengan norma-norma dan
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Kedua, adalah
menuju pada proses yang sedang berlangsung, di mana accomodation
menampakkan suatu proses untuk meredakan suatu pertentangan yang
terjadi masyarakat, baik pertentangan yang terjadi di antara
individu, kelompok dan masyarakat, maupun dengan norma dan nilai
yang ada di masyarakat itu. Proses accomodation ini menuju pada
suatu tujuan yang mencapai kestabilan.Proses sosial tidak berhenti
sampai di situ, karena accomodation berlanjut dengan proses
berikutnya yaitu asimilasi, yaitu suatu proses pencampuran dua atau
lebih budaya yang berbeda sebagai akibat dari proses sosial,
kemudian menghasilkan budaya tersendisr yang berbeda dengan budaya
asalnya. Proses DisosiatifProses sosial yang disosiatif merupakan
proses perlawanan (oposisi) yang dilakukan oleh individu-individu
dan kelompok dalam proses sosial di antara mereka pada suatu
masyarakat. Oposisi diartikan sebagai cara berjuang melawan
seseorang atau kelompok tertentu atau norma dan nilai yang dianggap
tidak mendukung perubahan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
diinginkan. Bentuk-bentuk proses diasosiatif adalah :
PersainganPersaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu
proses sosial, dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing
mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu
masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baim perseorangan
maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian public atau
mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman
atau kekerasan. Persaingan mempunyai dua tipe umu, yakni yang
bersifat pribadi dan tidak pribadi. Persaingann yang bersifat
pribadi, orang-perorangan, atau individu secara langsung bersaing
untuk, misalnya, memperoleh kedudukan tertentu di dalam suatu
organisasi. Tipe ini juga dinamakan rivalry Kontravensi
(Contravention)Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk
proses sosial yang berbeda antara persaingandan pertentangan atau
pertikaian. Kontravensi terutama ditandai oleh gejala-gejala adanya
ketidakpastian mengenai diri seseorangatau suatu rencanadan
perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian, atau
keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang. Pertentangan
(pertikaian atau conflict)Pertentangan atau pertikaian adalah suatu
prosessosial dimana individu atau kelompok berusaha memenuhi
tujuannyadengan jalan menantang pihak lawan dengan ancaman atau
kekerasan.
a. Faktor-Faktor yang Mendasari Kelangsungan Interaksi
SosialBerlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada
berbagai faktor, antara lain faktor imitasi, sugesti, identifikasi,
dan simpati. Faktor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri
secara terpisah maupun dalam keadaan tergabung.1. Faktor
ImitasiMenurut Gabriel Tarde (dalam Yusuf, 2000) berpendapat bahwa
masyarakat tiada lain dari pengelompokan manusia di mana
individu-individu yang satu mengimitasi (meniru) dari yang lain dan
sebaliknya, bahkan masyarakat baru menjadi masyarakat yang
sebenarnya jika manusia mulai mengimitasi kegiatan manusia lainnya.
Imitasi tidak berlangsung dengan sendirinya (otomatis), namun ada
faktor lain yang ikut berperan yaitu adanya sikap mau menerima,
sikap mengagumi apa yang diimitasi. Hal-hal yang diimitasi biasanya
berupa ucapan, kata-kata, tingkah laku, dan lain-lain.Orang
mengimitasi karena beberapa hal yaitu :a. Minat atau perhatian yang
cukup besar akan hal tersebut.b. Sikap menjunjung tinggi atau
mengagumi hal-hal yang diimitasi.c. Pandangan/tingkah laku yang
mempunyai penghargaan sosial yang tinggi.
2. Faktor sugestiFaktor ini berlaku apabila seseorang memberi
pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang
kemudian diterima oleh pihak lain. Jadi, proses ini sebenarnya
hampir sama dengan imitasi tetapi titik tolaknya berbeda.
Berlangsungnya sugesti dapat terjadi karena pihak yang menerima
dilanda oleh emosi, ada suatu hal yang menghambat daya pikirnya
secara rasional (Soekanto, 2001).Menurut Yusuf (2000) ada beberapa
hal agar sugesti mudah diterima oleh orang lain yaitu :a. Sugesti
mudah diterima orang lain jika daya berpikir kritisnya dihambat.b.
Kemampuan berpikirnya terpecah-pecah (dissosiasi) atau orang lain
mengalami kebingungan karena berbagai macam masalah yang
dihadapinya.c. Jika materinya mendapatkan dukungan orang banyak
(sigesti mayorotas).d. Jika yang memberikan materi orang yang
mempunyai otoritas.e. Jika orang yang bersangkutan telah ada
pendapat yang mendahuluinya yang searah.
3. Faktor identifikasiFaktor identikasi merupakan dorongan untuk
menjadi identik atau sama dengan orang lain. Misalnya cara-cara
seorang anak belajar norma-norma sosial dari orang tuanya,
dikarenakan ia menyadari bahwa dalam kehidupan ada norma-norma dan
peraturan yang harus dipatuhi, maka ia mempelajarinya. Seluruh
sistem norma, sikap dan tingkah laku orang tuanya akan dijadikan
norma-norma, cita-cita dari anak itu sendiri, juga sikap dan
tingkah lakunya sehari-hari.
4. Faktor simpatiFaktor simpati juga memegang peran dalam
interaksi sosial, sebab simpati merupakan perasaan rasa tertarik
kepada orang lain, maka timbul secara logis-rasional, namun atas
dasar emosional atau perasaan. Simpati akan menjalin hubungan
saling pengertian yang mendalam dalam interaksi antar individu,
ingin mengerti dan ingin kerja sama dengan orang lain serta saling
melengkapi satu sama lain (Yusuf, 2000).Kebutuhan Dasar
ManusiaKebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang
dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologi
maupun psikologis.Faktor faktor yang mempengaruhi kebutuhan dasar
manusia1. Penyakit.Jika dalam keadaan sakit maka beberapa fungsi
organ tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan lebih besar dari
biasanya.2. HubunganDkeluarga.Hubungan keluarga yang baik dapat
meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling
percaya.3. KonsepDdiri.Konsep diri yang positif memberikan makna
dan keutuhan bagi seseorang. Konsep diri yang sehat memberikan
perasaan yang positif terhadap diri. Orang yang merasa positif
tentang dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan dan
mengembangkan cara hidup yang sehat sehingga lebih mudah memenuhi
kebutuhan dasarnya4. TahapDperkembangan.Setiap tahap perkembangan
manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda, baik kebutuhan biologis,
psikologis, sosial, maupun spiritual.Menurut Maslow, manusia
termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai
dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang
paling tinggi (aktualisasi diri). Hierarchy of needs (hirarki
kebutuhan) dari Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki 5 macam
kebutuhan yaitu physiological needs (kebutuhan fisiologis), safety
and security needs (kebutuhan akan rasa aman), love and belonging
needs (kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki), esteem
needs (kebutuhan akan harga diri), dan self-actualization
(kebutuhan akan aktualisasi diri).1.
KebutuhanDfisiologisD(Physiological)Jenis kebutuhan ini berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan dasar semua manusia seperti, makan,
minum, menghirup udara, dan sebagainya. Termasuk juga kebutuhan
untuk istirahat, buang air besar atau kecil, menghindari rasa
sakit, dan seks. Jika kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, maka
tubuh akan menjadi rentan terhadap penyakit, terasa lemah, tidak
fit, sehingga proses untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya dapat
terhambat. Hal ini juga berlaku pada setiap jenis kebutuhan
lainnya, yaitu jika terdapat kebutuhan yang tidak terpenuhi, maka
akan sulit untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.2. Kebutuhan
rasa aman dan perlindungan (Safety and security needs)Ketika
kebutuhan fisiologis seseorang telah terpenuhi secara layak,
kebutuhan akan rasa aman mulai muncul. Keadaan aman, stabilitas,
proteksi dan keteraturan akan menjadi kebutuhan yang meningkat.
Jika tidak terpenuhi, maka akan timbul rasa cemas dan takut
sehingga dapat menghambat pemenuhan kebutuhan lainnya3. Kebutuhan
akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki (love and Belonging
needs)Ketika seseorang merasa bahwa kedua jenis kebutuhan di atas
terpenuhi, maka akan mulai timbul kebutuhan akan rasa kasih sayang
dan rasa memiliki. Hal ini dapat terlihat dalam usaha seseorang
untuk mencari dan mendapatkan teman, kekasih, anak, atau bahkan
keinginan untuk menjadi bagian dari suatu komunitas tertentu
seperti tim sepakbola, klub peminatan dan seterusnya. Jika tidak
terpenuhi, maka perasaan kesepian akan timbul.4.
KebutuhanDakanDhargaDdiriD(esteemDneeds)Kemudian, setelah ketiga
kebutuhan di atas terpenuhi, akan timbul kebutuhan akan harga diri.
Menurut Maslow, terdapat dua jenis, yaitu lower one dan higher one.
Lower one berkaitan dengan kebutuhan seperti status, atensi, dan
reputasi. Sedangkan higher one berkaitan dengan kebutuhan akan
kepercayaan diri, kompetensi, prestasi, kemandirian, dan kebebasan.
Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka dapat timbul perasaan
rendah diri dan inferior.5.
KebutuhanDaktualisasiDdiriD(SelfDActualization)Kebutuhan terakhir
menurut hirarki kebutuhan Maslow adalah kebutuhan akan aktualisasi
diri. Jenis kebutuhan ini berkaitan erat dengan keinginan untuk
mewujudkan dan mengembangkan potensi diri. Menurut Abraham Maslow,
kepribadian bisa mencapai peringkat teratas ketika
kebutuhan-kebutuhan primer ini banyak mengalami interaksi satu
dengan yang lain, dan dengan aktualisasi diri seseorang akan bisa
memanfaatkan faktor potensialnya secara sempurna.
BAB IIIGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANa. Kondisi
GeografisKelurahan Mariso merupakan bagian dari Kecamatan Mariso
Kota Makassar. Kecamatan Mariso sendiri terbagi ke dalam 9
Kelurahan dengan luas keseluruhan wilayah 184,23 Ha.Tabel 3.1 :
Distribusi Luas Wilayah Kelurahan Kecamatan Mariso
Sumber data : Kantor Kelurahan Mariso Kecamatan Mariso Tahun
2011
Sedangkan batas-batas wilayah di Kecamatan Mariso adalah :1.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ujung Pandang2. Sebelah
Timur berbatasan dengan Kecamatan Mamajang3. Sebelah Selatan
berbatasan dengan Kecamatan Tamalate4. Sebelah Barat berbatasan
dengan Selat Makassar
Sedangkan Kelurahan Mariso sendiri terbagi atas 7 ORW dimana
luas wilayah keseluruhannya adalah 20 Ha.1. Luas wilayah untuk RW
01 Kelurahan Mariso yaitu 3,5 Ha.2. Luas wilayah untuk RW 02
Kelurahan Mariso yaitu 3,7 Ha.3. Luas wilayah untuk RW 03 Kelurahan
Mariso yaitu 3,5 Ha.4. Luas wilayah untuk RW 04 Kelurahan Mariso
yaitu 2,8 Ha.5. Luas wilayah untuk RW 05 Kelurahan Mariso yaitu 2,2
Ha.6. Luas wilayah untuk RW 06 Kelurahan Mariso yaitu 2,3 Ha.7.
Luas wilayah untuk RW 07 Kelurahan Mariso yaitu 2,0 Ha.
Adapun batas-batas wilayah dari Kelurahan Mariso meliputi :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Lette Sebelah Timur
berbatasan dengan Kelurahan Mario Sebelah Selatan berbatasan dengan
Kelurahan Kampung Buyang Sebelah Barat berbatasan dengan Metro
Tanjung Bunga.
b. Kondisi DemografisDalam sebuah pembangunan jumlah penduduk
sangatlah berpengaruh dalam wilayah, apabila ditunjang dengan
tingkat partisipasi masyarakat dan kualitas penduduk. Berdasarkan
data sekunder tahun 2011 yang diperoleh dari kantor Kelurahan
Mariso Kecamatan Mariso Kota Makassar, Kelurahan Mariso mempunyai
penduduk sebanyak 6.919 jiwa dengan penduduk laki-laki sebesar
3.144 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 3.505 jiwa dengan jumlah
sebanyak 1.681 Kepala Keluarga (KK).
Tabel 3.2 : Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis
KelaminKelurahan Mariso Kecamatan Mariso Kota MakassarTahun
2011
Sumber : Data Sekunder, 2011Berdasarkan tabel 1 yang didapatkan
dari data sekunder di Kantor Kantor Kelurahan Mariso dapat dilihat
bahwa jumlah Rukun Warga (RW) sebanyak 7 dan Rukun Tetangga
sebanyak 39 yang mana terdiri dari 3.411 jiwa penduduk laki-laki,
dan 3.505 jiwa penduduk perempuan dengan total keseluruhan 6.919
jiwa.
Tabel 3.3 : Distribusi Jumlah Kepala Keluarga PendudukKelurahan
Mariso Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2011
Berdasarkan tabel 3.3 di atas dapat dilihat bahwa jumlah Kepala
Keluarga (KK) Kelurahan Mariso yaitu sebanyak 1.681 KK.c. Kondisi
Sarana dan PrasaranaPembangunan dalam penyediaan sarana dan pra
sarana dalam memberikan pelayanan sosial dapat dilihat dari
tersedianya sarana dan prasarana dalam menyediakan segala kebutuhan
masyarakat dalam lingkungan. Seperti sarana dan prasarana
pendidikan, kesehatan,dan sarana keagamaan.a. Sarana
pendidikanPendidikan merupakan suatu hal yang memiliki peranan
penting dalam kehidupan. Pendidikan sangat berperan dalam
pembentukan pola pikir dalam pengembangan kualitas hidup
masyarakat, dan ketersediaan sarana mauipun prasarana. Pendidikan
merupakan suatu kebutuhan masyarakat yang sangat mendukung dalam
pengembangan masyarakat. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut :Tabel 3.4 : Distribusi Jumlah Sarana
PendidikanSarana PendidikanFrekuensiProsentase(%)
Taman kanak-kanak120
TPA120
Sekolah Dasar240
SMA/SMK120
Total5100
Sumber : Kantor Kelurahan Mariso 2011 Berdasarkan data tersebut
menunjukkan bahwa Kelurahan Mariso memiliki jumlah sarana
pendidikan seperti yang ditunjukkan dari tabel diatas yang terdiri
dari 5 gedung yaitu sekolah dasar berjumlah 2 unit (40%) , taman
kanak-kanak sebanyak 1 unit (20%), taman TPA 1 unit (20%), dan
SMA/SMK 1 unit(20%).b. Sarana keagamaan Dalam hal keagamaan
penduduk kelurahan Mariso rata-rata menganut agama islam. Sarana
keagamaan di Kelurahan Mariso hanya terdiri dari sarana peribadatan
berupa Masjid yang berjumlah 3 buah dan tidak terdapat rumah
peribadatan yang lain.c. Sarana kesehatan Terpenuhnya kebutuhan
masyarakat dalam hal kebutuhan akan kesehatan dapat dilihat dari
tersedianya sarana dan prasarana kesehatan yang ada di dalam
lingkungan masyarakat. Seperti di Kelurahan Mariso terdapat 2 macam
sarana kesehatan seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut
ini.
Tabel 3.5 : Distribusi Jumlah Sarana Kesehatan Sarana/ prasarana
Frekuensi Prosentase(%)
Puskesmas/pustu 1 25,0
Posyandu 3 75,0
Total 4 100,00
Sumber : Kantor Kelurahan Mariso 2011Dari data diatas
menunjukkan bahwa sarana kesehatan yang ada di Kelurahan Mariso
terdapat 1 unit puskesmas/pustu (25,0%) dan posyandu berjumlah 3
unit (75,0%).d. Sarana air bersihAir merupakan kebutuhan pokok
manusia. Air bersih juga merupkan faktor yang sangat menunjang
kebutuhan akan kesehatan suatu masyarakat. Akan tetapi di Kelurahan
Mariso tidak adanya pelayanan air bersih seperti PAM, dan MCK yang
layak. Jika dilihat dari letak geografis Kelurahan Mariso, sebagian
besar merupakan pemukiman penduduk yang dilintasi oleh sungai kecil
(kanal) yang berasal dari perairan tanjung bunga dan terdapat
banyak pemukiman penduduk yang padat. Para anggota masyarakat
menjadikan daerah sungai (kanal) tersebut sebagai tempat pembuangan
sampah. Sehingga sungai-sungai kecil maupun SPAL (Saluran
pembuangan Air Limbah) yang ada di sekitar wilayah pemukiman
penduduk menjadi tercemar dan menghasilkan bau yang tidak enak
serta merupakan tempat bersarangnya berbagai macam penyakit.
Pembangunan merupakan proses mengadakan atau membuat dan mengatur
sesuatu yang belum ada termasuk memajukan, memperbaiki atau
meningkatkan daya guna sesuatu yang sudah ada. Pembangunan nasional
bertujuan menciptakan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Dalam
usaha pencapaian tujuan pembangunan nasional tersebut, harus ada
usaha dan kerja keras dari semua pihak yang terkait. Pemerintah,
perencana, dan masyarakat itu sendiri. Tuntutan dari perkembangan
zaman membawa pembangunan dalam dimensi yang senantiasa mengalami
dinamika perubahan. Hal ini manjadikan pembangunan haruslah
memiliki sistem perhitungan kompleks. Perencana pembangunan harus
mampu memperhitungkan aspek yang melandasi terjadinya pembangunan
yang sinergis dan sesuai dengan perkembangan zaman.
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecara administrasi Kota
Makassar berfungsi sebagai ibu kota Propinsi Sulawesi Selatan, yang
biasa disebut sebagai Kota Anging Mammiri ataupun Kota Daeng yang
terletak antara 119 2411738 Bujur Timur dan 5 8619 Lintang Selatan.
Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Pangkajene Kepulauan,
sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten Gowa, dan sebelah Barat
Selat Makassar. Daerah ini terletak sekitar khatulistiwa dengan
iklim tropis, disamping terletak pula pada pesisir pantai,
kelembaban udarahnya berkisar antara 77 90 persen, curah hujan 144
hari, temperatur udara sekitar 26, 5 29,8 c, dan rata-rata
kecepatan angin 4 km/jam.Daerah ini mempunyai letak yang sangat
strategis sebagai perkembangan wilayah-wilayah Indonesia Bagian
Timur atau dikenal sebagai pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia,
pada khususnya kota ini dikenal sebagai kota pendidikan dan kota
maritim, juga sekaligus sebagai pusat perdagangan di kawasan Timur
Indonesia.Kota Makassar mempunyai luas wilayah 175,77 Km persegi,
atau 0,28 persen dari luas Sulawesi Selatan. Setiap saat penduduk
suatu daerah salalu mengalami perubahan, demikian pula yang dialami
oleh Kelurahan Mariso Kecamatan Mariso Kota Makassar. Perubahan
penduduk tidak hanya disebabkan oleh tingkat kelahiran (fertilitas)
melainkan juga kematian (mortalitas) dan migrasi netto. Migrasi
netto adalah selisih antara jumlah penduduk yang masuk dan keluar
dari daerah yang bersangkutan. Kedua faktor ini menyebabkan
pertambahan dan pengurangan jumlah penduduk.Jumlah penduduk yang
besar di satu pihak merupakan potensi dalam pembangunan, akan
tetapi di pihak lain jumlah penduduk yang besar tanpa diimbangi
dengan peningkatan kesejahteraan, maka suatu saat akan berbalik
menjadi suatu ancaman bencana dan kesulitan akan rasakan oleh
masyarakat itu sendiri termasuk generasi di masa mendatang. Untuk
itulah diperlukan perencanaan dan pengendalian penduduk lebih
terpadu dan terarah, sehingga ketegangan sosial ekonomi dapat
teratasi.Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat dan
mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pembangunan dan
perkembangan masyarakat dan bangsa.Keluarga sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 adalah keluarga yang dibentuk
atas perkawinan yang sah di mana dalam suatu keluarga terdiri dari
ayah-ibu dan anak-anaknya ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya di
sebutkan sebagai keluarga inti.Dalam budaya tiga etnis di Sulawesi
Selatan yakni Bugis Makassar, Mandar dan Tator, tidak hanya dikenal
adanya keluarga inti, tetapi juga dikenal adanya keluarga besar
tidak hanya dipengaruhi oleh adanya hubungan darah atau perkawinan,
akan tetapi dalam satu rumah tangga tidak hanya keluarga inti yang
terdapat di dalamnya akan tetapi ada orang lain yang tinggal
bersama dalam satu rumah, kemungkinan orang tua, mertua, kakek,
nenek yang berasal dari keturunan suami maupun istri.Dalam
pembahasan ini Kepala Keluarga lebih luas dari pada rumah tangga,
dimana dalam rumah tangga tidak terdapat orang lain kecuali suami
istri dan anak-anaknya, sedangkan dalam pengertian kepala keluarga
mungkin terdapat kemungkinan ada orang lain yang tinggal serumah,
yang mungkin dari keturunan suami atau istri, atau juga pembantu
rumah tangga atau orang kontrakan. Dengan demikian dalam suatu
kepala keluarga memungkinkan lebih dari satu rumah dan tinggal
dalam satu rumah.Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Mariso
Kecamatan Mariso Kota Makassar. Penelitian ini berlangsung selama
kurang lebih dua bulan terhitung mulai bulan Mei-Juli 2011.
Penelitian ini mengangkat judul Gambaran Kehidupan Sosial
Masyarakat Pemukiman Kumuh di Kota Makassar Adapun sasaran dari
penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Mariso Kecamatan Mariso
Kota Makassar. Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 84
orang dari total populasi sebanyak 1681 kepala keluarga. Jumlah
yang relatif kecil ini dikarenakan keterbatasan waktu dan tenaga
yang peneliti miliki.Data diperoleh dari hasil pembagian kuesioner
secara langsung kepada responden, di mana responden diberikan
kesempatan untuk menjawab sendiri pertanyaan pada lembar kuesioner
yang dibagikan. Dari data yang diperoleh tersebut kemudian
disajikan dalam bentuk tabel frekuensi yang disertai dengan narasi
sesuai dengan tujuan penelitian dalam rangka memudahkan setiap
orang yang ingin mengetahui hasil penelitian ini. Adapun hasil
penelitian diuraikan sebagai berikut.A. Identitas Responden1. Jenis
KelaminJenis kelamin merupakan pembedaan alamiah dalam masyarakat
seperti yang dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa teknik penarikan
sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling, maka
pemilihan sampel responden yang telah dilakukan oleh jumlah
keseluruhan responden sebanyak 84 orang. Dari ke 84 orang tersebut
mempunyai latar belakang yang berbeda-beda baik itu dari segi jenis
kelamin, umur, pendidikan dan mata pencaharian. Dengan itu dari
jenis kelamin dapat dilihat pada table sebagai berikut :
Tabel 4.1 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis
Kelamin Frekuensi Prosentase(%)
Laki-laki 62 73.8
Perempuan 22 26.2
Jumlah 84 100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011 Berdasarkan pada tabel
diatas menunjukan bahwa responden laki-laki sebanyak 68 orang
(73,8%), sedangkan perempuan sebanyak 22 orang (26,2%).
2. PendidikanPendidikan sangat berpengaruh pada seseorang
terhadap cara berpikir dan tingkah laku dalam kehidupan masyarakat.
Oleh karena itu dapat dilihat pada tabel berikut :Tabel 4.2 :
Distribusi Responden Berdasarkan PendidikanPendidikan Frekuensi
Prosentase(%)
Tidak Tamat SD29 34.5
SD49 58.3
SLTP4 4.8
SMA2 2.4
Jumlah84 100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011Berdasarkan pada tabel di
atas menunjukkan bahwa frekuensi yang tertinggi adalah tamatan SD
sebanyak 49 orang (58,3%), sedangkan yang terendah adalah SMA
sebanyak 2 orang (2,4%). Hal ini berarti bahwa masyarakat dalam
pemukiman kumuh ini lebih dominan tidak memiliki pendidikan yang
tinggi, sehingga mereka pun sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang
layak.3. AgamaAgama merupakan bagian penting dalam kehidupan
masyarakat dalam menjaga keteraturan social. Dari hasil observasi
yang telah dilakukan di kelurahan untia rata-rata responden
semuanya beragama islam, seperti pada table dibawah ini :Tabel 4.3:
Distribusi Responden Berdasarkan Agama Agama Frekuensi
Prosentase(%)
Islam 84 100
Jumlah 84 100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011Berdasarkan tabel di atas
dapat dilihat bahwa seluruh responden beragama islam sebanyak 84
orang (100%). Sehingga dapat dikatakan bahwa di Kelurahan Mariso
mayoritas beragama islam.
4. Mata PencaharianKeadaan penuduk yang berdasarkan mata
pencaharian dapat digambarkn sebagai kehidupan sosial ekonomi dari
sumber masyarakat tersebut. Oleh karena itu dapat dilihat pada
tebel berikut :Tabel 4.4 : Distribusi Responden Berdasarkan Mata
PencaharianPekerjaan Frekuensi Prosentase(%)
pedagang 2125
petani 3440.5
Buruh bangunan 1113.1
Lain-lain1821.4
Jumlah 84100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011Berdasarkan tabel diatas
menunjukkan bahwa yang bermata pencaharian sebagai petani lebih
dominan dibandingkan dengan yang lain yaitu sebanyak 34 orang
(40,5%). Responden yang memiliki mata pencaharian sebagai petani
merupakan pekerjaan mereka untuk menghidupi keluarga mereka untuk
sementara, sembari mereka mencari pekerjaan yang lebih layak
(pekerjaan tetap) agar kebutuhan keluarga mereka dapat terpenuhi.
5. Umur Umur menjadi indikator potensi kerja atau produktivitas
kerja seseorang. Jumlah umur untuk melihat seberapa besar potensi
sumber daya manusia yang ada sehingga dapat membantu perencanaan
yang lebih baik.Tabel 4.5 : Distribusi Responden Berdasarkan
UmurUmur Frekuensi Prosentase(%)
20-29 tahun1214.3
30-39 tahun2833.3
40-49 tahun3136.9
50 tahun keatas1315.5
Jumlah84100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011Berdasarkan tabel diatas
menunjukkan bahwa responden yang berumur dominan tinggi sebanyak 31
orang (36,9%) yaitu berumur 40-49 tahun, sedangkan yang rendah
sebanyak 12 orang (14,3%) yang berumur 20-29 tahun.
B. Kondisi Pemukiman Dan PerumahanMasyarakat pemukiman kumuh
yang terdapat di Keluraham Mariso Makassar memiliki pemukiman yang
beraneka ragam. Ada yang memiliki pemukiman yang layak huni dan
adapun yang belum layak huni. Berikut ini akan dijelaskan kondisi
permukiman masyarakat kelurahan Mariso Makassar.Sebagian besar
masyarakat yang menetap di sekitar pemukiman kumuh kelurahan Mariso
Makassar memiliki pemukiman yang layak huni. Hal ini disebabkan
karena mereka memiliki pemukiman dari lantai yang terbuat dari
semen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 4.6 : Distribusi Jenis Lantai Rumah RespondenJenis Lantai
Frekuensi Prosentase(%)
Keramik2428.6
Semen3642.9
Kayu1517.9
Tanah910.7
Jumlah84100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011Pada tabel di atas
menunjukkan bahwa perumahan masyarakat pemukiman kumuh yang
memiliki jenis lantai keramik sebanyak 24 responden (28,6%), yang
memiliki jenis lantai semen sebanyak 36 respoanden (42,9%), yang
memiliki jenis lantai kayu sebanyak 15 responden (17,9%), dan yang
memiliki jenis lantai tanah sebanyak 9 responden (10,7%).Hal ini
berarti bahwa kondisi pemukiman yang terdapat pada masyarakat
pemukiman kumuh sebagian besar masih berada dalam kondisi rumah
yang layak huni karena mereka rata-rata memiliki rumah yang
memiliki lantai dari jenis semen yaitu sebanyak 36 responden
(42,9%). Kondisi lantai yang memungkinkan belum tentu memiliki
kondisi atap rumah yang memungkinkan pula. Berikut ini akan dibahas
tentang jenis atap yang digunakan pada pemukiman masayarakat
kelurahan Mariso Makassar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 4.7 : Distribusi Jenis Atap Rumah RespondenJenis Atap
Frekuensi Prosentase(%)
Seng6263.3
Genteng2236.6
Jumlah84100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011Dari tabel di atas
menunjukkan bahwa masyarakat kelurahan Mariso yang memiliki jenis
atap dari seng sebanyak 62 responden atau 63,3%, dan yang memiliki
jenis atap dari genteng sebanyak 22 responden atau 36,6%. Hal ini
berarti bahwa kondisi atap masyarakat tersebut sudah dalam tahap
yang layak huni dan mampu untuk melindungi mereka dari sengatan
matahari dan hujan.Masyarakat kelurahan Mariso juga memiliki
kondisi dinding rumah yang sangat beraneka jenis. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.8 :
Distribusi Jenis Dinding Rumah RespondenJenis
DindingFrekuensiProsentase(%)
Dinding papan3145.3
Dinding batako2936.9
Dinding triplek1113.1
Dinding seng1315.5
Jumlah84100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011Pada tabel di atas
menunjukkan bahwa terdapat 31 responden atau 45,3 % yang memiliki
dinding rumah dari papan, 29 responden atau 36,9 % yang memiliki
dinding rumah dari batako, 1 responden atau 13,1% yang memiliki
dinding rumah dari triplek, dan 13 responden yang memiliki dinding
rumah dari seng. Hal ini berarti bahwa kondisi dinding rumah dari
masyarakat tersebut pun masih dalam kondisi yang layak huni, karena
sebagian besar responden yang memiliki dinding rumah dari
batako.Selain kondisi rumah di atas, salah satu hal yang terpending
dalam sebuah rumah layak huni dan sehat adalah memiliki MCK (Mandi,
Cuci, Kakus). Berikut ini akan dibahas tentang MCK dari pemukiman
masyarakat kelurahan Mariso. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini :Tabel 4.9 : Distribusi Kondisi MCK
RespondenKondisi MCKFrekuensiProsentase(%)
MCK di rumah sendiri6273.8
MCK umum1720.2
MCK di sungai56
Jumlah84100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011Pada tabel di atas
menunjukkan bahwa masyarakat di kelurahan Mariso yang memiliki MCK
di rumah sendiri sebanyak 62 responden atau 73,8%, yang MCK umum
sebanyak 17 responden atau 20,2%, dan yang melakukan MCK di sungai
sebanyak 5 responden atau 6%. Hal ini berarti bahwa masyarakat yang
bermukim di tempat tersebut sebagian besar sudah memiliki MCK
sendiri sehingga mereka dapat menjalankan hidup bersih, tetapi
masih ada saja yang melakukan MCK di sungai. Hal ini diharapkan
bisa dikurangi, karena apabila berlanjut dapat mengganggu kesehatan
dan mengurangi pola hidup bersih.Kondisi air bersih pun sangat
penting untuk memnuhi kebutuhan sehari-hari. Berikut ini akan di
bahas tentang fasilitas air bersih di pemukiman masyarakat
kelurahan Mariso. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini :Tabel 4.10 : Distribusi Responden yang Mendapatkan
Fasilitas Air Bersih dari PDAMMendapatkan Air
BersihFrekuensiProsentase(%)
Ya2732.1
Kadang-kadang4148.8
Tidak1619.1
Jumlah84100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011Pada tabel di atas
menunjukkan bahwa responden yang mendapatkan fasilitas air bersih
sebanyak 27 responden atau 32,1%, yang kadang-kadang mendapatkan
fasilitas air bersih sebanyak 41 responden atau 48,8%, dan yang
tidak mendapatkan fasilitas air bersih sebanyak 16 responden atau
19,1%. Hal ini berarti bahwa masyarakat yang menetap di tempat ini
belum dapat menggunakan fasilitas air bersih untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari, sehingga mereka kadang-kadang
mengkonsumsi air yang tidak layak untuk dikonsumsi. Oleh karena
itu, hal ini harus segera diatasi untuk mengurangi datangnya wabah
penyakit yang semakin merajalela.Fasilitas tempat sampah dalam
sebuah pemukiman pun dianggap sangat penting. Berikut ini akan
dibahas tentang fasilitas tempat sampah di setiap pemukiman
masyarakat kelurahan Mariso. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut :Tabel 4.11 : Distribusi Responden yang
Menggunakan Fasilitas Tempat SampahMenggunakanTempat
SampahFrekuensiProsentase(%)
Ya1315.5
Kadang-kadang2226.6
Tidak3960.9
Jumlah84100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011Dari tabel di atas
menunjukkan bahwa terdapat 13 responden atau 15,5% yang menggunakan
fasilitas tempat sampah, 22 responden atau 26,6% yang kadang-kadang
menggunakan fasilitas tempat sampah, dan 39 responden atau 60,9%
yang tidak menggunakan fasilitas tempat sampah. Hal ini berarti
bahwa masyarakat tersebut sebagian besar belum memiliki fasilitas
tempat sampah yang digunakan untuk menampung sampah-sampah produksu
rumah tangganya sehingga mereka menggunakan pinggir jalan, sungai,
atau kanal pun sebagai tempat untuk menampung sampah-sampah
mereka.
C. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial MasyarakatDalam kehidupan
sosial, proses berinteraksi antara individu yang satu dengan
individu yang lainnya sangat dibutuhkan. Hal ini disebabkan karena
manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang
lain. Oleh karena itu, interaksi harus berjalan dalam sebuah
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan bersama. Berikut ini akan
dibahas tentang bentuk-bentuk interaksi sosial masyarakat kelurahan
Mariso Makassar.Kelurahan Mariso memiliki penduduk yang sangat
banyak, ada yang menetap sudah lama bahkan ada yang baru menetap di
tempat ini. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
ini :Tabel 4.12 : Distribusi Lama Bermukim RespondenLama Bermukim
Frekuensi Prosentase(%)
10 tahun2630.9
Jumlah84100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011Pada tabel di atas
menunjukkan bahwa terdapat 31 responden atau 36,9% yang sudah
menetap selama < 5 tahun, 26 responden atau 30,9% yang sudah
menetap selama 5-10 tahun, dan 26 responden atau 30,9% yang sudah
menetap selama >10 tahun. Hal ini berati bahwa masyarakat ini
lebih dominan baru menetap di tempat ini yaitu sekitar >5
tahun.Dalam setiap daerah pasti pernah melakukan kerja bakti di
daerahnya. Berikut ini akan dijelaskan tentang pernah ikut kerja
bakti di lingkungan masyarakat kelurahan Mariso Makassar. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :Tabel 4.13 :
Distribusi Responden yang Pernah Ikut Kerja BaktiPernah Ikut Kerja
BaktiFrekuensiProsentase(%)
Ya5363.1
Tidak3136.9
Jumlah84100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011Pada tabel di atas
menunjukkan bahwa terdapat 53 responden atau 63,1% yang pernah ikut
kerja bakti dan 31 responden atau 36,9% yang tidak pernah ikut
kerja bakti. Hal ini berarti bahwa pada masyarakat ini masih
meimilki rasa kebersamaan yang tinggi karena sebagian besar
responden yang masih meluangkan waktunya untuk ikut kerja
bakti.Adapun beberapa bentuk kerja bakti yang mereka lakukan
bermacam-macam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 19
berikut ini :Tabel 4.14 : Distribusi Jenis Kerja Bakti Yang
DilakukanRespondenKerja Bakti yang
DilakukanFrekuensiProsentase(%)
Membangun Mesjid2343.4
Membuat Pos Ronda713.2
Membersihkan Lingkungan1833.9
Membangun Jembatan59.4
Jumlah53100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011Dari 53 responden yang
pernah melakukan kerja bakti (lihat tabel 4.14) maka terdapat 23
responden atau 43,4% yang ikut membangun mesjid, 7 responden atau
13,2% yang ikut membuat pos ronda, terdapat 18 responden atau 33,9%
yang ikut membersihkan lingkungan, dan terdapat 5 responden atau
9,4% yang ikut membangun jembatan. Hal ini berarti bahwa tingkat
kerja sama antar sesama masih sangat tinggi dalam lingkungan
masyarakat pemukiman kumuh.Bentuk interaksi lainnya yang pernah
terjadi dalam masyarakat ini adalah melakukan pertukaran
barang-barang atau jasa dengan anggoata masyarakat lainnya. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :Tabel 4.15 :
Distribusi Responden yang Pernah Melakukan Pertukaran
Barang/JasaPertukaran barang/jasaFrekuensiProsentase(%)
Ya2327.4
Tidak6172.6
Jumlah84100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011Pada tabel di atas
menunjukkan bahwa terdapat 23 responden atau 27,4% yang pernah
melakukan pertukaran barang atau jasa dan 61 responden atau 72,6%
yang tidak pernah melakukan pertukaran barang atau jasa. Hal ini
berarti bahwa pada masyarakat ini masih terjadi saling tolong
menolong antar sesama untuk menutupi kekurangan
masing-masing.Adapun beberapa bentuk pertukaran barang atau jasa
yang mereka lakukan bermacam-macam. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.16 : Distribusi Jenis Pertukaran Barang atau Jasa yang
Dilakukan oleh RespondenPertukaran Barang atau Jasa yang
DilakukanFrekuensiProsentase(%)
Proses Jual Belidengan Menyicil834.8
Menyewa sebuahRuangan atau Rumah55.6
Meminjam Barang Rumah Tangga1043.5
Jumlah23100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011
Dari 23 responden yang pernah melakukan pertukaran barang atau
jasa (lihat tabel 4.16) maka terdapat 8 responden atau 34,8% yang
melakukan proses jual beli, 5 responden atau 5,6% yang menyewa
rumah atau ruangan, dan terdapat 10 responden atau 43,5% yang
meminjam barang-barang rumah tangga. Hal ini berarti bahwa tingkat
kerja sama dan saling toleransi antar sesama masih tertanam pada
lingkungan masyarakat pemukiman kumuh.Pada masyarakat pemukiman
kumuh ini masih terdapat masyarakat yang menerima bantuan dari
pemerintah pusat atau daerah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini :Tabel 4.17 : Distribusi Responden yang
Pernah Menerima Bantuan dari PemerintahPernah Menerima Bantuan Dari
PemerintahFrekuensiProsentase(%)
Ya84100
Jumlah84100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 84 responden atau
100% yang pernah menerima bantuan dari pemerintah pusat atau
daerah. Hal ini berarti bahwa mereka masih memerlukan bantuan
pemerintah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Adapun beberapa
bantuan yang pernah mereka dapatkan beraneka ragam. Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut ini :Tabel 4.18 : Distribusi Jenis
Bantuan yang Pernah Didapatkan RespondenBantuan yang Pernah
DidapatkanFrekuensiProsentase(%)
Bantuan Langsung Tunai1821.4
Pembagian Raskin6273.8
Penyuluhan44.8
Jumlah84100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 18 responden atau
21,4% yang pernah menerima Bantuan Langsung Tunai, terdapat 62
responden atau 73,8% yang menerima pembagian beras Raskin, dan
terdapat 4 responden atau 4,8% yang mendapatkan penyuluhan. Hal ini
berarti bahwa masyarakat ini masih membutuhkan bantuan pemerintah
dalam rangaka memenuhi kebutuhan hidupnya seharu-hari. Hal ini
disebabkan karena tidak mencukupinya gaji yang didapatkan untuk
memenuhi kebutuhannya.Masyarakat pemukiman kumuh tidak pernah
melakukan suatu kerjasama atau perjanjian dengan masyarakat lainnya
dalam bidang ekonomi, misalnya membuka kios serba ada ataupun
membuka kios pulsa. Hal ini disebabkan karena tidak adanya modal
untuk melakukan kerjasama ini.Selain itu, masyarakat ini pun tidak
pernah melakukan kerjasama dengan suatu perusahaan dengan jalan
memberikan modal usaha. Misalnya memberikan bantuan modal berupa
material, hal ini pun disebabkan karena tidak adanya modal yang
menunjang untuk melakukan hal Ini.Pada masyarakat pemukiman
inimjuga pernah trjadi persaingan sosial dalam lingkungan
sekitarnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :Tabel
4.19 : Distribusi Responden yang Pernah Mengalami Persaingan
SosialPersaingan sosialFrekuensiProsentase(%)
Ya3339.3
Tidak5160.7
Jumlah84100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 33 responden atau
39,3% yang pernah melakukan persaingan sosial dan 51 responden atau
60,7% yang tidak pernah melakukan persaingan sosial. Hal ini
berarti bahwa sebagian besar masyarakat masih mampu menghindari
konflik antar sesamanya.Dalam sebuah kehidupan persaingan pun
pernah terjadi. Baik itu persaingan antar pribadimaupun antar
golongan. Adapun beberapa bentuk persaingan sosial yang pernah
terjadi beraneka ragam. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut
ini :Tabel 4.20 : Distribusi Bentuk Persaingan Sosial yang Pernah
TerjadiBentuk Persaingan SosialFrekuensiProsentase(%)
Sengketa Tanah39.1
Persaingan dalam pemilihan ketua RT/TRW1751.5
Perbedan pendapatantar suku1030.3
Lainnya39.1
Jumlah33100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011
Dari responden yang pernah melakukan persaingan sosial (lihat
tabel 4.20) maka terdapat 3 responden atau 9,1% yang pernah
bersaing dalam sengketa tanah, 17 responden atau 51,5% yang
bersaing dalam pemilihan RT/RW, terdapat 10 responden atau 30,3%
perbedan pendapat antar suku, dan lainnya sebanyak 3 responden atau
9,1%. Hal ini berarti bahwa dalam masyarakat ini masih sering
terjadi konflik antar sesamanya.Selain persaingan yang terjadi
dalam suatu masyarakat, pertengkaran atau isu-isu yang sering
terdengar pun maih marak terjadi dalam sebuah masyarakat. Berikut
ini akan dibahas tentang pernah terdengar isu tentang seseorang
dalam masyarakat kelurahan Mariso. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.21 : Distribusi Responden yang Pernah Mendengar
IsuMendengar isuFrekuensiProsentase(%)
Ya1821.4
Tidak6678.6
Jumlah84100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 18 responden atau
21,4% yang pernah mendengar isu tentang orang lain dan 66 responden
atau 78,6% yang tidak pernah mendengar isu tentang orang lain. Hal
ini berarti bahwa sebagian besar responden masih mampu menjaga
kebersamaan denga tidak membeberkan konflik-konflik yang terjadi
pada keluarga atau kelompok orang lain.Setiap isu yang terdengar di
masyarakat bermacam-macam. Mulai dari isu keretakan rumah tangga
orang lain, atau bahkan keretakan hubungan antara orang tua dan
anaknya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini
:Tabel 4.22 : Distribusi Jenis Isu yang Pernah Terdengar oleh
RespondenIsu yang Pernah TerdengarFrekuensiProsentase(%)
Perpecahan Rumah Tangga Orang Lain844.4
Keretakan Hubungan Orang Tua dan Anak738.9
Menghasut Masyarakat Untuk Memilih Suatu Partai Politik316.7
Jumlah18100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011
Dari responden yang pernah mendengar isu orang lain (lihat tabel
4.22) maka terdapat 8 responden atau 44,4% yang pernah mendengar
isu tentang perpecahan rumah tangga orang lain, 7 responden atau
38,9% yang mendengar tentang keretakan hubungan orang tua dan
anaknya, dan terdapat 3 responden atau 16,7% yang mendenar tentang
menghasut masyarakat untuk memilih suatu partai politik. Hal ini
berarti bahwa sebagian kecil masyarakat ini masih sering terdengar
isu-isu tentang orang lain walaupun hal tersebut belum tentu
benar.Selain konflik, isu, persaingan, maka dalam sebuah masyarakat
pun sering terjadi suatu pertentangan atau pertikaian antar warga.
Hal tersebut akan dibahas pada tabel berikut ini :Tabel 4.23 :
Distribusi Pernah Terjadi Pertikaian atau PertentanganPernah
Terjadi Pertikaian atau PertentanganFrekuensiProsentase(%)
Ya1416.7
Tidak7083.3
Jumlah84100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 14 responden atau
16,7% yang mengatakan bahwa pernah terjadi pertikaian atau
pertentangan, dan 70 responden atau 83,3% yang mengatakan bahwa
tidak pernah terjadi pertikaian atau pertentangan. Hal ini berarti
bahwa dalam lingkungan masyarakat ini pun pernah terjadi pertikaian
atau pertentangan antar individu maupun antar kelompok.Pertentangan
ataupun pertikaian yang terjadi dalam sebuah masyarakat, tentu
bervariasi. Berikut akan dibahas tent