BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Leukimia merupakan penyakit
akibat terjadinya proliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas
serta sering disertai adanya leukosit dengan jumlah berlebih yang
dapat menyebabkan terjadinya anemia dan trombositopenia. Leukimia
limfoid atau limfositik akut merupakan kanker jaringan yang
menghasilkan leukosit yang imatur dan berlebihan sehingga jumlah
menyusup ke berbagai organ seperti sumsum tulang dan mengganti umur
sel yang normal sehingga mengakibatkan jumlah eritrosit kurang
untuk mencukupi kebutuhan sel sehingga timbul pendarahan (Hidayat,
2006). ALL (Acute Lymphoid Lymphoid Leukemia) adalah insiden paling
tinggi terjadi pada anak anak yang berusia antara 3 dan 5 tahun.
Anak anak kulit hitam mempunyai frekuensi remisi yang lebih sedikit
dan angka kelangsungan hidup rata rata yang juga lebih rendah. ANLL
(Acute Nonlymphoid Leukemia) mencangkup 15% sampai 25% kasus
leukimia pada anak. Resiko terkena penyakit ini meningkat pada anak
yang mempunyai kelainan kromoson bawaan seperti Sindrom Down (Betz,
2000).Menurut WHO (2002) leukemia terjadi hampir di seluruh dunia.
Registrasi kanker mencatat sekitar 250.000 kasus per tahun dengan
CFR 76%. Dari 100.000 kasus baru kanker, leukemia Mielositik Akut
(LMA) sekitar 2,5%, sementara Leukemia Limfositik Akut (LMA)
sekitar 1,3%. Yayasan Onkologi Anak Indonesia menyatakan, setiap
tahun ditemukan 650 kasus kanker baru di seluruh Indonesia , 150
kasus di antaranya terdapat di jakarta sebanyak 70% merupakan
penderita leukemia atau kanker darah. Umumnya pasien kanker anak
datang setelah masuk stadium lanjut yang sulit untuk
disembuhkan.Seminar kanker pada anak (2001) di Jakarta, Djajadiman
(bagian Hematologi Anak) mengatakan leukemia merupakan kanker yang
paling banyak di jumpai pada anak anak yaitu 30 40% dari seluruh
kanker anak. Angka kejadian tertinggi antara usia 3 6 tahun dan
anak laki laki lebih banyak dari pada anak perempuan dengan
perbandingan 2 : 1. Berdasarkan data yang dimiliki oleh RSUD Dr.
Suetomo surabaya bahwa dalam 5 tahun terakhir jumlah kasus penyakit
kanker meningkat setiap tahunnya. Adapun pada tahun 2001 diperoleh
216 kasus dan kasus terbanyak adalak Leukemia akut.Leukemia dapat
menyebabkan tumbunh kembang anak terganggu. Penyebab leukemia belum
jelas tetapi ada gejala penyakit leukemia antara lain rasa lelah
atau lesu, wajah pucat yang mengarah pada gejala anemia. Anemia
merupakan berkurangnya volume eritrosit dan kadar hemoglobin (Hb)
di bawah batas nilai nilai yang di jumpai pada orang sehat. Volume
eritrosit menurun membuat suplai O2 dan nutrisi ke sel terganggu,
karena yang bertugas membawa O2 adalah sel darah merah (eritrosit).
Jika suplai O2 ke sel terganggu maka tubuh tidak dapat memproduksi
energi yang cukup sehingga dapat mengakibatkan respon tubuh berupa
kelelahan, letih, lesu dan pucat yang dapat megakibatkan seseorang
mengalami intoleransi aktivitas. Intoleransi aktivitas merupakan
ketidak cukupan energi secara fisiologi untuk meneruskan atau
menyelesaikan aktivitas yang diminta atau aktivitas sehari hari.
Peran perawat dalam masalah keperawatan aktivitas adalah dengan
pemeriksaan tanda tanda vital sebelum dan sesedah aktivitas dan
mengajari induvidu cara menghemat energi dengan cara lebih baik
duduk dari pada berdiri dengan dilakukan tindakan tersebut
diharapkan induvidu mampu berpartisipasi dalam aktivitas sehari
hari sesuai tingkat kemampuan dan menunjukkan penurunan tanda
fisiologi tidak toleran misalnya ; nadi, pernapsan dan tekanan
darah masih dalam batas normal. Berdasarkan latar belakang diatas
penulis tertarik untuk mengangkat masalah intoleransi aktivitas
pada kasus leukemia.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumus
masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimana Asuhan Keperawatan
Pada An. S Dengan Masalah Keperawatan Intoleransi Aktivitas Pada
Kasus Leukemia.1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan UmumMelakukan
asuhan keperawatan dan mempelajari lebih dalam tentang penyakit
anemia melalui pendekatan proses keperawatan secara komprehensif.
1.3.2 Tujuan Khusus Mahasiswa mengetahui dan mampu :a. Melakukan
pendekatan pengkajian pada anak dengan Leukemiab. Menganalisa dan
menemukan masalah keperawatan pada anak dengan Leukemiac.
Merencanakan tindakan keperawatan pada anak dengan Leukemia yang
dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang muncul d.
Melaksanakan tindakan keperawatan pada anak dengan Leukemia yang
telah direncanakan dalam pemecahan masalah keperawatane.
Mengevaluasi tindakan keperawatan pada anak dengan Leukemia yang
telah di laksanakan
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Dapat memperoleh
pengetahuan dan pengalaman penulis secara langsung terutama
mengenai asuhan keperawatan pada kasus leukemia. 1.4.2 Bagi
Institusi Sebagai masukan data dan memberikan sumbangan pemikiran
perkembangan ilmu pengetahuan untuk penelitian selanjutnya.1.4.3
Bagi Profesi Sebagai aplikasi penerapan asuhan keperawatan pada
pasien leukemia dengan masalah intoleransi aktivitas.
1.4.4 Bagi Lahan Penelitian Dapat digunakan sebagai bahan
masukan dalam merencanakan serta pemberian pelayan asuhan
keperawatan pada klien dengan masalah intoleransi aktivitas pada
kasus leukemia.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Medis Leukemia 2.1.1 Definisi Leukemia adalah suatu
keganasan pada alat pembuatan sel darah berupa proliferasi
patologis sel hemopoetik muda yang di tandai oleh adanya kegagalan
sumsum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya
infiltrasi ke jaringan tubuh lain (Mansjoer, 2000).Leukemia adalah
golongan penyakit yang di tandai oleh penimbunan sel darah putih
abnormal dalam sumsum tulang. Sel abnormal ini dapat menyebabkan
kegagalan sumsum tulang, hitung sel darah putih sirkulasi meninggi
dan menginfiltrasi orang lain. Dengan demikian gambaran umum tetapi
tidak esensial mencangkup sel darah putih abnormal dalam darah
tepi, hitung sel darah putih total meninggi, bukti kegagalan sumsum
tulang (misalnya anemia, neutropenia, trombositopenia) dan
keterlibatan organ lain (misalnya hati, limfa, limfo nodus,
meningen, otak, kulit atau testis) (Hoffbrand, 1996)Leukemia adalah
proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sumsum tulang menggantikan elemen sumsum tulang normal, juga
terjadi proliferasi di hati limpa dan nodus limfatikus dan invansi
organ non hematologis seperti meningen, traktus gastrointestinal,
ginjal dan kulit (Brunner & Suddarth, 2002).Leukemia
Granulositik Kronik (LGK) adalah suatu penyakit mieloproferatif
yang ditandai dengan produksi berlebih seri granulosit yang relatif
(Mansjoer, 2000).Leukemia Mieloblastik Akut (LMA) adalah suatu
keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasi sel
hemapoetik muda yang di tandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang
dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan
tubuh kita (Mansjoer, 2002).
2.1.2 Klasifikasi Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasi
berdasarkan maturasi sel dan tipe sel asal yaitu : 1. Leukemia Akut
Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat
terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal
(blastosit) yang disertai dengan penyebaran ke organ organ lain.
Leukemia akut memiliki perjalanan klinis yang cepat, tanpa
pengobatan penderita akan meninggal rata rata dalam 4 6 bulan.
Macam leukemia akut antara lain : a. Leukemia Limfositik Akut
(LLA)LLA merupakan jenis karakteristik leukemia dengan
karakteristik adanya proliferasi dan akumulasi sel sel patologis
dari sitem limfopoetik yang mengakibatkan organomegali (pembesaran
alat alat dalam) dan kegagalan organ.LLA lebih sering ditemukan
pada anak anak akan (82%) dari pada dewasa (18%). Insiden LLA akan
mencapai puncaknya pada umur 3 7 tahun. Tanpa pengobatan sebagai
anak anak akan hidup 2 3 bulan setelah terdiagnosis terutama
diakibatkan oleh kegagalan dari sumsum tulang.b. Leukemia
Mielositik Akut (LMA)LMA merupakan leukemia yang mengenai sel
sistem hematopoetik yang akan berdiferensiasi ke semua sel mieloid.
LMA merupakan leukemia non-limfositik yang paling sering terjadi.
LMA atau leukemia Nonlimfositik Akut (LNLA) lebih sering ditemukan
pada orang dewasa (85%) di bandingkan dengan anak anak (15%).
Permulaannya mendadak dan progresif dalam masa 1 sampai 3 bulan
dengan durasi gejala yang singkat. Jika tidak di obati LNLA fatal
dalam 3 sampai 6 bulan.2. Leukemia KronikLeukemia kronik merupakan
suatu penyakit yang ditandai proliferasi neoplastik dari salah satu
yang berlangsung atau terjadi karena keganasan hematologi. Macam
macam leukemia kronik antara lain : a. Leukemia Limfositik (LLK)LKK
adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada limfosit T).
Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan dengan akumulasi progesif
yang berjalan lambat dari limfosit kecil yang berumur panjang. LKK
cenderung dikenal sebagai kelainan ringan yang menyerang induvidu
yang berusia 50 sampai 70 tahun dengan perbandingan 2 : 1 untuk
laki laki.b. Leukemia Granulositik / Mielositik Kronik (LGK /
LMK)LGK / LMK adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai
dengan produksi berlebihan sel mieloid (seri gramulosit) yang
relatif matang. LGK / LMK mencangkup 20% leukemia dan paling sering
dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan (40 50 tahun).
Abnormalitas genetik yang dinamakan kromosom philadelphia ditemukan
pada 90 95% penderita LGK / LMK. Sebagian besar penderita LGK / LMK
akan meninggal setelah memasuki fase akhir yang disebut fase krisis
blastik yaitu produksi berlebih sel muda leukosit, biasanya berupa
mieloblas / promielosit, disertai produksi neutrofil, trombosit dan
sel darah merah yang amat kurang. (Hoffbrand, 1996)
2.1.3 Manifestasi Klinis Tanda dan gejala awal leukemia dapat
termasuk demam, anemia, pendarahan, kelemahan, nyeri tulang atau
sendi dengan atau tanpa pembengkakan. Purpura merupakan hal yang
umum serta hepar dan lien membesar. Jika terdapat infiltrasi
kedalam susunan saraf pusat dapat ditemukan tanda meningitis.
Cairan serebro spinal mengandung protein yang meningkatkan dan
glukosa yang menurun. Tempatnya juga terdapat beberapa hubungan
antara leukemia dan sindrom down (mongolisme). Tanda dan gejala
antara lain : Pucat Malaise Keletihan (latergi) Mudah memar Petekia
dan ekimosis Nyeri abdomen yang tidak jelas Berat badan turun
Iritabilitas Muntah Sakit kepala (pusing)(Hidayat, 2006)2.1.4
Etiologi Penyebab leukemia belum diketahui, tetapi hal ini dapat
diakibatkan oleh interaksi sejumlah faktor. Faktor faktor tersebut
adalah : a. Neoplasma Ada persamaan jelas antara leukemia dan
penyakit neoplastik lain, misalnya proliferasi sel yang tidak
terkendali, abnormalitas morfologi sel dan infiltrasi organ. Lebih
dari itu, kelainan sumsum kronis lain dapat berubah bentuk akhirnya
menjadi leukaemia akut, misalnya polisitaemia vena, mielosklerosis
atau anemia aplastik. Leukemia nyata menunjukkan perluasan klonal
yang timbul dengan mutasi somatik sumsum tulang tunggal, sel
limfoid tepi atau timus seperti diperlihatkan dengan teknik
kromosomal, isoenzim, imunologis dan kultur in-vitro. Leukemia
selanjutnya dapat mengembangkan subclone dengan perkembangan
abnormalitas baru dan satu atau lebih subclone dapat menjadi lebih
besar dan menggantikan clone permulaan, seperti diperlihatkan oleh
perubahan leukemia granulositik kronis (CGL = chronic granulocytic
leukemia) dari fase kronis ke fase akut. Biasanya subclone lebih
ganas dan sering terdapat abnormalitas kromosom
(cytogenetic)(Hoffbrand, 1996)b. Infeksi Pada manusia terdapat
bukti kuat untuk etiologi virus baik satu jenis leukemia / limfoma
sel T. Beberapa hasil penelitian yang menyongkong teori sebagai
penyebab leukemia antara lain : enzyme reverase transciptase
ditemukan dalam darah penderita leukemia. Seperti diketahui enzim
ini di temukan dalam darah penderita leukemia. Seperti diketahui
enzim ini ditemukan di dalam virus onkogenik seperti retrovirus
tipe C, yaitu jenis virus RNA yang menyebabkan leukemia pada
binatang. Enzim tersebut menyebabkan virus yang bersangkutan dapat
membentuk bahan genetik yang kemudian bergabung dengan ganom sel
yang terinfeksi.c. RadiasiRadiasi khususnya sumsum tulang, bersifat
leukaemogonik. Terdapat insiden leukemia tinggi pada orang yang
tetap hidup setelah bom atom di jepang, pada pasien ankylosing
spondylitis yang telah menerima penyinaran spinal dan pada anak
anak yang ibunya menerima sinar X abdomen selama hamil.d. Keturunan
Ada laporan beberapa kasus yang terjadi pada satu kelurga dan pada
kembar identik. Lebih dari itu ada insiden yang meninggal pada
beberapa penyakit herediter, khususnya Sindrom Down (dimana
leukemia terjadi dengan peningkatan frekuensi 20 30 kali lipat),
anemia Fanconi, sindrom Blom dan ataksia talangiektasia.e. Zat
Kimia Terkena bensin kronis, yang dapat menyebabkan displasia
sumsum tulang dan perubahan kromosom, merupakan penyebab leukemia
yang tidak biasa. Zat pelarut dan kimia industri lainya dapat
menyebabkan leukemia lebih jarang tetapi sukar membuktikan ini pada
kasus induvidual. Zat kemoterapi merupakan penyebab yang ditetapkan
mantap, khususnya obat yang mengalkilasi seperti khlorambusil,
mustin dan melfalan dan eritroleukaemik (M6), biasa pada pasien
limfoma yang diobat dengan radiasi dan dengan obat obatan ini
(Hoffbrand, 1996)2.1.5 Patofisologi Leukemia adalah jenis gangguan
pada sistem hemapoetik yang fatal dan terkait dengan sumsum tulang
dan pertumbuhan limfe ditandai dengan tidak terkendalinya
proliferasi dari leukosit. Jumlah besar dari sel pertama tama
mengumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang,
limfosit di dalam limfe node) dan menyebar ke organ hematopoetik
dan berlanjut ke organ yang lebih besar sehingga mengakibatkan
hematomegali dan splenomegaliLimfosit imatur berproliferasi dalam
sumsum tulang dan jaringan perifer serta mengganggu perkembangan
sel normal. Akibatnya hematopoesis normal terhambat, mengakibatkan
penurunan jumlah leukosit, eritrosit dan trombosit. Eritrosit dan
trombosit jumlahnya dapat rendah atau tinggi tetapi selalu terdapat
sel imatur.Proliferasi dari satu sel sering mengganggu produksi
normal sel hematopoetik lainnya dan mengarah ke pembelahan sel yang
cepat dan sitopenia atau penurunan jumlah. Pembelahan dari sel
darah putih meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi karena
penurunan imun.Trombositopeni mengakibatkan pendarahan yang
dinyatakan oleh petekie dan ekimosis atau pendarahan dalam kulit,
epistaksis atau pendarahan hidung, hematoma dalam membran mukosa,
serta perdarahan saluran cerna dan saluran kemih. Tulang mungkin
sakit dan lunak yang disebabkan oleh infark tulang.(Long, 1996)
2.1.6 Komplikasi 1. Anemia (kurang darah)Hal ini di karenakan
produksi sel darah merah kurang atau akibat pendarahan.2.
Terinfeksi berbagai penyakit Hal ini di karenakan sel darah putih
yang ada kurang berfungsi dengan baik meskipun jumlahnya berlebihan
tetapi sudah berubah menjadi ganas sehingga tidak mampu melawan
infeksi dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh, disamping itu
pada leukemia obat obatan anti-leukemia menurunkan kekebalan.3.
Pendarahan Hal ini sebagai akibat penekanan sel leukemia pada
sumsum tulang sehingga sel pembeku darah produksinya berkurang.4.
Gangguan metabolisme Berat badan turun Demam tanpa infeksi yang
jelas Kalium dan kalsium darah meningkat malah ada yang rendah
Gejala asidosis sebagai akibat asam laktat meningkat 5. Penyusunan
sel sel pada organ Terlihat organ limpa membesar Gejala gangguan
saraf otak Gangguan kesuburan serta tanda tanda bendungan pembuluh
darah paru 2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik1. Pemeriksaan Laboratorium
Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan
sumsum tulang berupa adanya pansitopenia, limfositosis yang kadang
kadang menyebabkan gambaran darah tepi monoton dan terdapat sel
blas. Terdapatnya sel blas dalam darah tepi merupakan gejala
patognomik untuk leukemia. Kolesterol mungkin rendah, asam urat
dapat meningkat, hipogamaglobinemia. Dari pemeriksaan sumsum tulang
akan ditemukan gambaran yang monoton, yaitu hanya terdiri dari sel
limfopoietik patologis sedangkan sistem lain terdesak (aplasia
sekunder). Pada LMA selain gambaran yang monoton, terlihat pula
adanya hiatus leukemia ialah keadaan yang memperlihatkan banyak sel
blas (mieblas), beberapa sel tua (segmen) dan sangat kurang bentuk
pematangan sel yang berada di antranya (promielosit, mielosit,
metamielosit dan sel batang).2. Biopsi LimpaPemeriksaan ini
memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari
jaringan limpa yang terdesak, seperti limfosit normal, RES,
granulosit dan pulp cell3. Cairan serebrospinal Bila terdapat
peninggian jumlah sel patologis dan protein, berarti suatu leukemia
meningeal. Kelainan ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan
penyakit baik dalam keadaan remisi maupun keadaan kambuh. Untuk
mencegah nya diberikan metotreksat (MTX) secara intratekal secara
rutin pada setiap pasien baru atau pasien yang menunjukkan gejala
tekanan intrakranial meninggi.4. Sitogenik Pada kasus LMK 70 90%
menunjukkan kelainan kromosom yaitu kromosom 21 (kromosom
philadelphia atau Ph 1). 50 70% dari pasien LLA dan LMA mempunyai
kelainan berupa : Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n),
hiploid (2n-a), hiperploid (2n + a) Koriotip yang pseudodiploid
pada kasus dengan jumlah kromosom yang diploid Bertambah atau
hilangnya bagian kromosom (partial depletion) Terdapat marker
chromosome yaitu elemen yang secara morfologis bukan merupakan
kromosom normal dari bentuk yang sangat besar sampai yang sangat
kecil. Untuk menentukan pengobatannya harus diketahui jenis
kelainan yang ditemukan. Pada leukemia biasanya didapatkan dari
hasil darah tepi beerupa limfosittosis lebih dari 80% atau terdapat
sel blas. Juga diperlukan pemeriksaan dari sumsum tulang dengan
menggunakan mikroskop elektron akan terlihat adanya sel patologis.
(Ngastiyah, 2005)2.1.8 Penatalaksanaan Medis 1. Tranfusi Darah
Diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 gr%. Pada trombositopenia
yang berat dan perdarahan yang masih dapat diberikan tranfusi
trombosit2. Kortikostiroid seperti prednisone, kortison,
deksametason dan sebagainya. Setelah dicapai remisi (sel kanker
sudah tidak ada lagi dalam tubuh dan gejala klinis membaik), dosis
dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.3.
Imunoterapi merupakan cara pengobatan yang baru. Setelah tercapai
remisi dan jumlah sel leukimia yang cukup rendah (105-106),
imunoterapi diberikan. Pengobatan yang spesifik dilakukan dengan
pemberian imunisasi BCG atau dengan Crynae bacterium dan dimasutkan
agar terbentuk antibodi yang dapat memperkuat daya tahan tubuh.
Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukimia yang
telah diradiasi4. Transplantasi sumsum tulang 5. Sitostatika bentuk
terapi utama adalah kemoterapi dengan kombinasi : vinkristine,
asparaginase, prednisone, untuk terapi awal dan dilanjutkan dengan
kombinasi mercaptopurine, metotrexate, vincristinre, dan prednisone
untuk pemeliharaan. Radiasi untuk daerah kraniospinal dan injeksi
intratekal obat kemotrapi dapat membantu mencegah kekambuhan pada
sistem saraf pusat.Cara pengonbatan berbeda beda pada setiap klinik
bergantung dari pengalaman, tetapi prinsipnya sama yaitu dengan
pola dasar : Induksi. Dimaksudkan untuk mencapai remisi dengan
berbagai obat tersebut sampai sel blas dalam sumsum tulang kurang
dari 5% Konsolidasi. Bertujuan agar sel yang tersisa tidak cepat
memperbanyak diri lagi Rumat. Untuk mempertahankan masa remisi agar
lebih lam. Biasanya dengan memberikan sitostatika setengah dosis
biasa Reinduksi. Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Biasanya
dilakukan setiap 3 6 bulan dengan pemberian obat obat seperti pada
induksi selama 10 14 hari. Mencegah terjadinya leukemia pada
susunan saraf pusat. Diberikan MTX secara intratekal dan radiasi
kranial Pengobatan imunologikPola ini dimaksudkan menghilangkan sel
leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien dapat sembuh sempurna
(dengan berbagai cara yang dilakukan di bagian IKA). Pengobatan
seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun resmi terus menerus. Fungsi
sumsum tulang diulang secara rutin setelah induksi pengobatan
(setelah 6 minngu)(Ngastiyah, 2005)2.1.9 Pencegahan 1. Pencegahan
Primer Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat
menghentikan kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu
terjadi. a. Pengendalian Terhadap Permaparan Sinar Radioaktif
Pencegahan ini ditunjukkan kepada petugas radiologi dan pasien yang
penatalaksanaan medisnya menggunakan radiasi. Untuk petugas
radiasi, mengurangi paparan terhadap radiasi dan pergantian atau
rotasi kerja. Untuk pasien dapat dilakukan dengan memberikan
pelayanan diagnostik radiologi serendah mungkin sesuai kebutuhan
klinis.b. Pengendalian Terhadap Pmaparan Lingkungan KimiaPencegahan
ini dilakukan pada pekerja yang sering terpapar dengan benzene dan
zat aditif serta senyawa lainya. Dapat di lakukan dengan memberikan
pengetahuan atau informasi mengenai bahan bahan karsinogen agar
pekerja dapat bekerja dengan hati hati. Hindari paparan langsung
terhadap zat zat kimia tersebut.c. Mengurangi Frekuensi Merokok
Pencegahan ini ditunjukkan kepada kelompok perokok berat agar dapat
berhenti atau mengurangi merokok. Satu dari empat kasus LMA
disebabkan oleh rokok. Dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan
tentang bahaya merokok yang bisa menyebabkan kanker termasuk
leukemia (LMA).d. Pemeriksaan Kesehatan Pranikah Pencegahan ini
lebih ditunjukkan pada pasangan yang akan menikah. Pemeriksaan ini
memastikan status kesehatan masing masing pasangan atau salah satu
dari pasangan tersebut mempunyai riwayat keluarga yang menderita
sindro Down atau kelainan gen lainnya, dianjurkan untuk konsultasi
dengan ahli hematologi. Jadi pasangan tersebut dapat memutuskan
untuk tetap menikah atau tidak.2. Pencegahan Sekunder Pencegahan
sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan penyakit atau
cedera menuju suatu perkembangan ke arah kerusakan atau
ketidakmampuan. Dapat dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit
secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat.2.2 Konsep Anak
2.2.1 Definisi Anak diartikan sebagai seorang yang berusia kurang
dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan
khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan
spiritual.(Hidayat, 2005)
2.2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan 1. Konsep Pertumbuhan Anak
Usian Sekolah Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam
besar, Jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel,organ maupun
individu, yang biasa di ukur dengan ukuran berat (gram, pound
,kilogram) ,ukuran panjang (cm ,meter). Ukuran tulang dan
keseimbangan metabolik ( retensi kalsium dan nitrogen tubuh )
(soetjiningsih,1999) Ledakan pertumbuhan dimulai. Berbagai variasi
masih normal.Bagan perkembangan biaya digunakan untuk referensi
saja. .Anak perempuan mungkin mengembangkan cara sekundernya dan
mulai menstruasi pada tahap ini. Usia Awitan menstruasi telah
menurun pada dekade terakhir ini.a. Berat badan akan bertambah 2
sampai 4 kg per tahunb. Tinggi badan pada usia 8 tahun, secara
profesional lengan tumbuh lebih panjang dari pada badan, tinggi
bertambah pada usia 9 tahun.c. Gigi mulai meninggalkan gigi susu,
memiliki 10 sampai 11 gigi permanen saat berusia 8 tahun dan kira
kira 26 permanen saat berusia 12 tahun (Betz, 2002)2. Konsep
Perkembangan Anak Usia Sekolah Perkembangan adalah Bertambahnya
kemampuan struktur dan fungsi yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dalam proses pematangan
( Soetjiningsih,1999) Pada anak usia sekolah menurut Erikson, telah
mencapai tahap perkembangan psikososial industri dan inisiatif.
Pada tahap ini anak mempertahankan hubungan baru dengan teman
sebaya di luar keluarga dan anak belajar mengkoordinasi ketrampilan
untuk menyelesaikan proyek, aplikasi gerak motorik halus dan
mengembangkan kemampuan fisik.Aktivitas motorik kasar di bawah
kendali ketrampilan kognitif dan kesadaran, secara bertahap
meningkatkan irama, kehalusan dan keanggunan gerakan otot
,meningkatkan minat dalam penyempurnaan ketrampilan fisik, kekuatan
dan daya tahan juga meningkat. Perkembangan motorik halus
menunjukkan peningkatan ketrampilan seperti menjahit dan bermain
musik. Perkembangan kognitif yaitu dengan pemikiran anak yang
menjadi sangat abstrak dan simbolik.memahami konsep dulu, sekarang
dan yang akan datang, dapat berfokus pada lebih dari satu aspek
pada suatu situasi. Perkembangan bahasa yaitu menggunakan bahasa
sebagai alat pertukaran verbal, tidak begitu egosentris dalam
orientasi dan kebanyakan mengerti kata kata abstrak ( Betz and
Sowden, 2002 )2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang 1.
Faktor Genetik Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai
hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik
yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat
ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan
intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensivitas jaringan
terhadap rangsangan, umur purbertas dan berhentinya pertumbuhan
tulang. Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor
bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau
bangsa. Potensi genetik yang bermutu hendaknyan dapat berinteraksi
dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir
yang optimal. Gangguan pertumbuhan di negara yang sedang
berkembang, gangguan pertumbuhan selain diakibatkan oleh faktor
genetik, juga faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh
kembang yang optimal, bahkan kedua faktor ini dapat menyebabkan
kematian anak anak sebelum mencapai usia balita.Disamping itu
banyak penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan kromosom,
seperti sindrom Dwon, sindrom Turner, dll. 2. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau
tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan
memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik
akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan
bio-fisiko-psiko-sosial yang mempengaruhi induvidu setiap hari,
mulai konsepsi sampai akhir hayat.Faktor lingkungan ini secara
garis besar dibagi menjadi :a. Faktor lingkungan yang mempengaruhi
anak pada waktu masih di dalam kandungan (faktor pranatal)b. Faktor
lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir
(faktor postnatal)(dr. Soetjiningsih, 1995) 2.2.4 Hospitalisasi
Konsep hospitalisasi pada usia sekolah ini adalah ketakutan fisik
terhadap kesakitan, dimana anak toleransi terhadap nyeri dari pada
ia tidak bergerak. Ragu- ragu terhadap kesembuhanya atau
kemungkinan meninggal. Anak dengan penyakit kronis lebih suka
mengidentifikasi prosedur sebagai tekanan ( Whaley and Wong, 1999
).Pada usia anak saat ini mempunyai permasalahan hospitalisasi
yaitu rasa takut, ansietas, tidak berdaya dan gangguan citra diri.
Dimana sebagai perawat harus memiliki manajemen keperawatan yaitu
batas aturan anjurkan orang tua kunjungi anak, rencanakan kontak
dengan guru dan teman, rencanakan aktivitas bermain dan
bergerak,ijinkan anak memilih dalam batasan yang di terima, berikan
anak cara - cara dapat membantu pengobatan dan puji atas
kerjasamanya ( Betz and Sowden, 2002 ). 2.3 Konsep Asuhan
Keperawatan pada Anak dengan Leukemia 2.3.1 Pengkajian Fokus 1)
Demografi a. Usia :Lebih sering terjadi pada anak yang berusia 2 5
tahun. Jenis leukemia (Leukemia Myeloid Akut), lebih sering di
temukan anak umur 15 tahun.b. Ras: lebih sering terkena kulit putih
c. Lingkungan: banyak polutan d. Jenis kelamin: sering menyerang
kaum laki laki
2) Data Fokus a. Aktivitas Gejala : kelemahan, malaise,
kelelahan, ketidak mampuan melakukan aktivitas biasanya.Tanda :
kelelahan otot, peningkatan kebutuhan tidur, somolen b. Sirkulasi
Gejala : palpitasiTanda : takikardi, membran mukosa pucat dan tanda
perdarahan serebral c. EliminasiGejal : diare, nyeri tekan
perianal, darah merah terang pada usus, feses hitam, darah pada
urine, penurunan haluaran urind. Integritas EgoGejala : perasaan
tak berdaya / tidak ada harapan Tanda : depresi, menarik diri,
ansietas, takut, marah, mudah tersinggung, perubahan alam perasaan
e. Nutrisi dan CairanGejala : kehilangan napsu makan, anoreksia,
muntah, penurunan berat badan, faringitis disfagiaTanda : distensi
abdominal, penurunan bunyi usus, splenomegali, hepatomegali,
ikterik, hipertropi gusi (infiltrasi gusi mengindikasikan leukemia
monositik)f. Neuro SensoriGejala : penurunan koordinasi, perubahan
alam perasaan, kacau, kurang konsentrasi, kebas, kesemutanTanda :
otot mudah terangsang, aktivitas kejang g. Nyeri dan Kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang atau sendi,
nyeri tekan eksternal, kram ototTanda : perilaku berhari hari /
distraksi, gelisah, focus pada diri sendiri h. PernapasanGejala :
napas pendek dengan kerja minimal Tanda : dispnue, takipnea, batuk,
ronkhii. KeamananGejala : riwayat saai ini / dahulu jatuh, gangguan
penglihatan, pendarahan spontan tak terkontrol dengan trauma
minimal Tanda : demam infeksi, kemerahan, purpura, pendarahan gusi
epistaksis, pembesaran nodul limfe (sehubungan dengan invasi
jaringan)3) Data Penunjang a. Hitung darah lengkap 1. Hemoglobin :
dapat kurang dari 10 g / 100 ml2. Jumlah trombosit : mungkin sangat
rendah (kurang dari 50.000/mm)3. Sel darah putih : mungkin lebih
dari 50.000/cm dengan peningkatan sel darah putih imatur (mungkin
menyimpang kekiri) mungkin ada sel blas leukemia b. Pemeriksaan sel
darah tepi asam urat serum / urine : mungkin meningkat Biasanya
menunjukkan anemia dan trombositopenia, tetapi juga dapat
menunjukkan leucopenia, leukositosis terganggu pada jumlah sel yang
beredarc. Biopsi modus limpa Sel darah merah abnormal biasanya
lebih dari 50% atau lebih dari sel darah putih pada sumsum tulang,
sering 60% - 90% dari sel blast, dengan prekursor eritrosit, sel
matur dan megakariositis menurun(Doengoes, 2000)
1.) 35
2.3.2 Pohon Masalah
Faktor Ektrogen :Sinar X, radioaktifBahan kimia, hormonInfeksi
Faktor Endogen Ras Kelainan Kromoson herediter
Proliferasi lokal dari sel neoplastik dalam sumsum tulang
Akut limfa blastik leukemia
Proliferasi sel darah putih imatur
Pansitopeni
eritropeni
Hb menurun
Jarimgan kekurangan O2Suplai O2 dalam darah menurun
Kelemahan
Intoleransi AktivitasSumber : ( Hidayat, 2006 ; Price, 1999 ;
Long 1996)Gambar.
2.3.3 Maslah Keperawatan Intoleransi Aktifitas Definisi :
Intoleransi Aktivitas adalah penurunan dalam kapasitas fisiologis
seseorang untuk melakukan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan
atau yang dibutuhkan (Magnan, 1987)Intoleransi Aktivitas adalah
penilaian diagnostik yang menjelaskan seseorang induvidu yang
mengalami kondisi fisik membahayakan. Induvidu ini dapat mengikuti
terapi yang meningkatkan kekuatan dan ketahan. Intoleransi
Aktivitas berbeda dengan keletihan karena ini dapat menghilang
dengan istirahat dan sasarannya adalah meningkatkan toleransi
terhadap aktivitas (lynda juall, 2005) Batasan KarakteristikMayor :
Selama aktivitas Pusing Kelemahan dispnea Tiga menit setelah
aktivitas Pusing Dispnea Keletihan akibat aktivitas Frekuensi
pernapasan > 24 Frekuensi nadi > 95Minor : Pucat atau
sianosis Konfusi vertigo Faktor faktor yang Berhubungan Semua
faktor yang mengganggu transport oksigen, yang mengarah pada
dekondisi (perubahan dari kondisi normal) fisik atau menimbulkan
kebutuhan energi berlebihan diluar batas kemampuan fisik dan
psikologis seseorang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas.
Beberapa faktor yang umum tertera dibawah ini : Patofisiologis
Berhubungan dengan gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat
: Jantung Stenosis subaortik hipertrofik idiopatik Penyakit jantung
kongenital Kardiomiopati Gagal jantung kongetif Disritmia Angina
Infark miokard Penyakit katup Pernapasan Penyakit paru obstruksi
menahun Atelektasis Displasia bronkopulmoner Sirkulasi Anemia
Penyakit arteri perifer hipovolemiaBurhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolisme sekunder akibat infeksi akut atau kronik
infeksi virus mononukleosis hepatitis gangguan endokrin atau
metabolik penyakit kronik ginjal hepar inflamasi muskuloskeletal
neurologis Berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber energi
sekunder akibat: obesitas malnutrisi ketidak adekuatan diet
Berhubungan dengan penurunan transpor oksigen sekunder akibat:
hipovolemiaTindakan yang Berhubungan Berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder akibat : operasi pemeriksaan
diagnostik jaadwal tindakan / pengobatan
(frekuensi)SituasionalBerhubungan dengan efek deconditioning dari
tirah baring Berhubungan dengan ketidak efektifan sekunder akibat
depresi, kurang motivasi, gaya hidup monoton Berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolisme sekunder akibat : alat bantu
(walker, kruk, brace) stres ekstrem nyeri hambatan lingkungan (mis
: anank tangga) iklim yang ekstrem (terutama panas, iklim yang
lembab)Berhubungan dengan penurunan ketersediaan oksigen sekunder
akibat tekanan yang berkaitan dengan atmosfer (mis : baru pindah ke
tempat tinggal di dataran tinggi)(lynda juall, 2000)2.3.4 Masalah
Keperawatan yang Lazim Muncul Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
(anemia/hipoksia)2.3.5 Intervensi Keperawatan Tujuan : pasien dapat
melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannyaKreteria hasil :
Laporan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur
Berpartisipasi dalam aktivitas sehari hari sesuai tingkat kemampuan
Menunjukkan penurunan tanda fisiologi tidak toleran, misalnya nadi,
pernapasan dan TD masih dalam batas normal.Intervensi : 1) Pantau
respon induvidu terhadap aktivitas. Misalnya ; a) periksa denyut
nadi, tekanan darah dan pernapasanb) pertimbangkan frekuensi, irama
dan kualitasnyac) biarkan induvidu menjalani aktivitas d)
pemeriksaan tanda tranda vital segera setelah aktivitas e) biarkan
klien istirahat selama 3 menit Rasional : mengetahui perkembangan
tanda tanda vital klien setelah dan sebelum melakukan aktivitas 2)
tingkatkan aktivitas secara bertahap misalnya ; a) tingkatkan
toleransi induvidu terhadap aktivitas dengan nmenjalani
aktivitasnya secara perlahan lahan b) tingkatkan ambulasi dengan
atau tanpa alat bantu (berikan songkongan induvidu ingin berdiri)c)
izinkan induvidu untuk mengatur ambulasi d) berikan cukup dukungan
untuk menjamin keamanan dan mencegah jatuh Rasional : mencegah
terjadinya hipoksia 3) Ajarkan klien teknik penghemat energi
Misalnya ; lebih baik duduk dari pada berdiri, penggunaan kursi
untuk mandi, bantu ambulasi / aktivitas lain sesuai indikasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
4) Jadwalkan makan sekitar kemoterapi. Berikan kebersihan mulut
sebelum makan dan berikan antiemetik sesuai indikasi Rasional :
dapat meningkatkan pemasukan energi dan penurunan mual 5) Diskusi
dengan induvidu tentang persepsinya tentang kondisi dan pengaruhnya
terhadap tanggung jawab peran pekerjaan dan keuanga Rasional :
menumbuhkan motivasi pada induvidu 6) Berikan lingkungan tenang dan
periode istirahat tanpa gangguan. Dorong istirahat sebelum makan
Rasional : menghemat energi untuk aktivitas dan regenerasi
seluler/penyembuhan jaringan.2.3.6 Implementasi Keperawatan 1)
Memantau respon induvidu terhadap aktivitas 2) Meningkatkan
aktivitas induvidu secara bertahap 3) Mengajari induvidu tekhnik
menghemat energi 4) Menjadwalkan makan sekitar kemoterapi. Berikan
kebersihan mulut sebelum makan dan berikan antiemetik sesuai
indikasi 5) Mendiskusikan dengan induvidu tentang persepsinya
tentang kondisi dan pengaruhnya terhadap tanggung jawab peran,
pekerjaan dan keuangan.6) Memberikan lingkungan tenang dan periode
tanpa gangguan. Mendorong istirahat sebelum makam.2.3.7 Evaluasi
Keperawatan 1) Klien mampu berpartisipasi dalam aktivitas sehari
hari 2) Klien menunjukkan penurunan tanda tanda kelemahan 3) Klien
menyerap makanan dan cairan, tidak mengalami muntah 4) Klien
menunjukkan tanda tanda adanya peningkatan toleran terhadap
aktivitas
BAB IIIMETODOLOGI3.1 Jenis Penelelitian Jenis penelitian yang
digunakan oleh penelitian adalah jenis penelitian observasional
diskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu studi kasus yang
dilaksanakan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu
kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal disini dapat
berarti satu orang. Unit yang menjadi masalah tersebut secara
mendalam dianalisa baik dari segi yang berhubungan dengan kasusnya
sendiri, faktor resiko, yang mempengaruhi, kejadian yang
berhubungan dengan kasus maupun tindakan dan reaksi dari kasus
maupun tindakan dan reaksi dari kasus terdapat sesuatu perilaku
atau pemaparan tertentu. Meskipun yang diteliti dalam kasus
tersebut hanya berbentuk unit tunggal, namun dianalisis secara
mendalam. Tujuan dari penelitian studi kasus adalah untuk
mempelajari intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan
interaksi lingkungan sesuatu unit sosial, induvidu, kelompok,
lembaga atau masyarakat (Setiadi, 2007)Pada penelitian ini
menggunakan jenis penelitian observasional diskriptif dimana
dilakukan suatu penelitian pada anak dengan diagnosa keperawatan
Intoleransi Aktivitas pada kasus Leukemia.3.2 Temapt dan Waktu
Pengambilan Data Study kasus dilakukan di RSUD Gambiran Kedir di
Ruangan anak pada tanggal 6 April 20143.3 Subyek Penelitian Subjek
penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti
atau subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti
(Arikunto, 2006).
3.4 Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data 1. Data Primer a.
Wawancara Metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data secara
lisan dari responden atau bercakap cakap berhadapan muka dengan
responden.b. Pengamatan (observasi)Metode pengamatan terlibat
(observasi partisipasi) yaitu di mana pengamat / peneliti benar
benar mengambil bagian dalam kegiatan kegiatan yang dilakukan
dengan kata lain pengamat ikut aktif berpartisipasi pada aktivitas
yang telah diselidiki.(Setiadi, 2007)2. Data Sekunder Dilakukan
dengan cara melihat atau mencatat hasil dokumentasi dari rekam
medik yang ada dan catatan perkembangan harian klien. Sesuai dengan
judul kasus yaitu asuhan keperawatan Intoleransi Aktivitas pada
kasus Leukemia, maka data sekunder dari rekam medik adalah
pemeriksaan diagnostik.
3.5 Pengumpulan Data dan Analisa Data1. Instrumen Penelitian
Instumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan
penelitian dalam mengumpulkan data penelitian (Arikunto, 2006).
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah format asuhan
keperawatan. Format yang dimaksud terdiri dari pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.2. Pengumpulan Data
a. Proses pengumpulan data didahulukan dengan prosedur birokrasi
atau surat perijinan dari Direktur Akademi Keperawatan Dharma
Husada Kediri yang ditunjukkan kepada RSUD gambiran Kedir atau
lahan penelitian yang kemudian ditembuskan ke Kepala Bidang
Keperawatan. Selanjutnya surat perijinan diteruskan ke Instalasi
Rawat Inap yang kemudian ditanggapi oleh instalasi yang
bersangkutan dengan menghubungi kepala ruangan yang dituju sebagai
lahan penelitian agar memberi perijinan untuk pengambilan data
serta melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan penelitian.b. Cara
pengumpulan data dimulai dari penelitian mencari klien yang sesuai
dengan kasus atau judul penelitian. Setelah klien yang sesuai
ditemukan, penelitian melakukan tindakan preorientasi atau
memperkenalkan diri serta menjelaskan maksud dan tujuan pada klien.
Kemudian lebih lanjut penelitian melakukan inform consent berkaitan
dengan meminta kesediaan klien untuk dijadikan subyek penelitian
secara sukarela tanpa keterpaksaan. Setelah klien menyatakan
kesediaannya untuk menjadi subyek penelitian maka peneliti harus
meminta bukti kesediaan klien secara tertulis dengan menandatangani
surat persetujuan menjadi subyek penelitian. Setelah persetujuan
didapatkan, peneliti mulai melakukan pengkajian pada klien kemudian
merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun rencana keperawatan,
melakukan tindakan keperawatansesuai rencana dan mengevaluasi hasil
dari tindakan keperawatan. 3. Analisa Data Analisa data dilakukan
secara diskriptif menggunakan prinsip prinsip manajemen asuhan
keperawatan.3.6 Etika Penelitian Etika penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :1. Informed Concent (surat
persetujuan)Sebelum pengambilan data dilakukan, peneliti
memperkenalkan diri, memberikan penjelasan tentang judul studi
kasus. Deskriptif tentang tujuan pencatatan, menjelaskan hak dan
kewajiban responden. Setelah dilakukan penjelasan pada responden
peneliti melakukan persetujuan sesuai dengan responden tentang
dilakukannya penelitian (Nursalam, 2008)
2. Anominity ( tanpa nama)Peneliti melindungi hak hak dan
privasi responden, nama tidak digunakan serta menjaga kerahasiaan
responden, peneliiti hanya menggunakan inisial sebagai identitas
(Nursalam, 2008)3. Confidentiality ( kerahasiaan)Semua informasi
yang diberikan responden kepada peneliti akan tetap dirahasiakan
(Nursalam, 2008)4. Bebas dari penderitaan (penelitian ini
dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan pada subjek)Peneliti
harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada subjek
khususnya jika menggunakan tindakan khusus. (Nursalam, 2008)5.
Bebas dari eksploitasi (partisipasi responden dalam penelitian
tidak akan digunakan untuk hal hal yang dapat merugikan dalam
bentuk apapun. Partisipasi subjek dalam penelitian, harus
dihindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek harus di
yakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang
telah diberikan, tidak akan dipergunakan dalam hal hal yang dapat
merugikan subjek dalam bentuk apapu (Nursalam, 2008)6. Resiko
(penelitian telah mempertimbangkan resiko dan keuntungan setiap
tindakan yang dilakukan responden)Peneliti harus berhati hati
mempertimbangkan resiko dan keutungan yang akan berakibat kepada
subjek pada setiap tindakan. (Nursalam, 2008)7. Rigth to selt
determination (subjek penelitian tidak boleh dipaksa untuk menjadi
responden tanpa ada sanksi apapun)Subjek harus diperlukan secara
manusiawi, subjek mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia
menjadi subjek ataupun tidak, tanpa adanya sanksi apapun (Nursalam.
2008)8. Right to full disclosure (subjek memiliki hak untuk
mendapatkan jaminan dari perilaku yang diberikan)Seorang peneliti
harus memberikan penjelasan secara rinci dan bertabggung jawab jika
ada sesuatu yang terjadi kepada subjek (Nursalam, 2008)9. Rigth in
fair treatment (subjek harus diperlakukan secara adil sebelum,
selama dan setelah penelitian dilaksanakan tanpa ada diskriminasi
walau klien drop out dari penelitian)Subjek harus diperlakukan
secara adil baik sebelum, selama dan sesudah keikut sertaannya
dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila ternyata mereka
bersedia atau dikeluarkan dari penelitian (Nursalam, 2008) 10.
Right to privacy (hak untuk dijaga kerahasiaannya)Subjek mempunyai
hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan,
untuk itu perlu adanya tanpa nama dan rahasia. (Nursalam, 2008)
DAFTAR PUSTAKA Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2.
Jakarta : EGC.Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi 3, jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.Notoatmodjo.S. 2002.
Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rhineka CiptaNursalma dan
pariani S. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika Doengoes, Marilyn. 2002. Rencana Asuhan
Keperawatan. Jakarta : EGCWong, Donna L. 2009. Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik. Jakarta : ECG Aziz Alimul Hidayat. 2008.
Pengatar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba medika Carpenito,
Lynda Juall. 2005. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta :
EGCSetiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan.
Jogjakarta : Graha ilmuLong, Barbara. 1996. Medika Bedah. Unpad
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah. Jakarta : EGC