RINOSINUSITIS PADA ANAK A. PENDAHULUAN Rinosinusitis merupakan istilah yang lebih tepat karena sinusitis jarang tanpa didahului rinitis dan tanpa melibatkan inflamasi mukosa hidung. Rinosinusitis menjadi penyakit berspektrum inflamasi dan infeksi mukosa hidung dan sinus paranasal. Rinosinusitis didefinisikan sebagai gangguan akibat inflamasi mukosa hidung dan sinus paranasal; dikatakan kronik apabila telah berlangsung sekurangnya 12 minggu. Infeksi saluran nafas atas pada anak lebih sering terjadi dibandingkan orang dewasa yaitu sekitar 6-8 kali per tahun sedangkan pada orang dewasa 2-3 kali per tahun. Faktor predis posisi yang paling umum adalah infeksi saluran nafas atas oleh virus dan alergi. Sinus yang sering mengalami infeksi pada anak adalah sinus etmoid dan maksila karena kedua sinus tersebut sudah ada sejak lahir dan berkembang pada umur 3 tahun. Komplikasi sinusitis pada anak mencakup pada orbita, intra kranial, paru, mukokel dan osteomielitis. Penatalaksanaan lebih sering secara konservatif dengan medika mentosa empirik dan terapi operatif bila terjadi komplikasi pada sinusitis akut dan pada sinusitis kronis yang gagal dengan medika mentosa 1 . Secara klinis, rinosinusitis dapat dikategorikan sebagai rinosinusitis akut bila gejalanya berlangsung dari beberapa hari sampai 4 minggu, rinosinusitis subakut bila berlangsung dari 4 minggu sampai 3 bulan dan rinosinusitis kronis bila berlangsung lebih dari 3 bulan. Sinusitis kronik dengan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
RINOSINUSITIS PADA ANAK
A. PENDAHULUAN
Rinosinusitis merupakan istilah yang lebih tepat karena sinusitis jarang tanpa didahului
rinitis dan tanpa melibatkan inflamasi mukosa hidung. Rinosinusitis menjadi penyakit
berspektrum inflamasi dan infeksi mukosa hidung dan sinus paranasal. Rinosinusitis
didefinisikan sebagai gangguan akibat inflamasi mukosa hidung dan sinus paranasal;
dikatakan kronik apabila telah berlangsung sekurangnya 12 minggu. Infeksi saluran nafas
atas pada anak lebih sering terjadi dibandingkan orang dewasa yaitu sekitar 6-8 kali per tahun
sedangkan pada orang dewasa 2-3 kali per tahun. Faktor predis posisi yang paling umum
adalah infeksi saluran nafas atas oleh virus dan alergi. Sinus yang sering mengalami infeksi
pada anak adalah sinus etmoid dan maksila karena kedua sinus tersebut sudah ada sejak lahir
dan berkembang pada umur 3 tahun. Komplikasi sinusitis pada anak mencakup pada orbita,
intra kranial, paru, mukokel dan osteomielitis. Penatalaksanaan lebih sering secara
konservatif dengan medika mentosa empirik dan terapi operatif bila terjadi komplikasi pada
sinusitis akut dan pada sinusitis kronis yang gagal dengan medika mentosa1.
Secara klinis, rinosinusitis dapat dikategorikan sebagai rinosinusitis akut bila gejalanya
berlangsung dari beberapa hari sampai 4 minggu, rinosinusitis subakut bila berlangsung dari
4 minggu sampai 3 bulan dan rinosinusitis kronis bila berlangsung lebih dari 3 bulan.
Sinusitis kronik dengan penyebab rhinogenik umumnya merupakan lanjutan dari sinusitis
akut yang tidak terobati secara tuntas.1
Gambar 1. Klasifikasi rhinosinositis1
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Perkembangan dari dinding lateral nasal dimulai dengan struktur yang lembut dan
undiferensiasi. Perkembangan yang pertama adalah maksiloturbinal yang akan secepatnya
menjadi turbinate inferior. Setelah itu, mesenchyme membentuk ethmoturbinal. Pertumbuhan
ini diikuti oleh perkembangan sel nasi agger, processus uncinatus dan infundibulum
ethmoidalis. Sinus kemudian berkembang.2
Anantomi Sinus Paranasal
1. Dinding Lateral Nasal
Dinding lateral nasal meliputi bagian os ethmoid, os maksila, os palatine, os larimal,
lamina pterygoideus medial os sphenoid, os nasal dan turbinate inferior. Tiga dari empat
turbin dari dinding supreme, superior dan medial menjadi proyeksi dari os ethmoid. Bagian
inferior merupakan suatu struktur yang independen. Masing-masing dari struktur ini disebut
dengan meatus. Tulang kecil dari proyeksi os ethmoid yang menutup, membuka ke samping
menempatkan sinus maksilaris dan membentuk suatu palung dibelakang pertengahan
turbinate. Sekat bertulang tipis ini dikenal sebagai suatu processus uncinatus. Dinding
superior nasal terdiri dari ethmoid sel sinus terletak sebelah lateral dari epithelium olfaktorius
dan cribiform plate yang mudah pecah. Bagian posterior superior dari dinding nasal lateral
menjadi dinding anterior dari sinus sphenoidalis yang mendekap di bawah sella turcica dan
sinus cavernosus.2
Gambar 2. Dinding lateral cavum nasi2
Sinus paranasalis terdiri atas empat pasang, yang terbesar adalah sinus maksila, frontal,
ethmoid, dan sfenoid kanan dan kiri. Sinus anterior terdiri atas sinus frontalis, maksilaris, dan
ethmoid anterior, sedangkan sinus posterior terdiri atas sinus ethmoid posterior dan sfenoid.
Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk
rongga dalam tulang2.
Semua sinus memiliki muara (ostium) ke dalam rongga hidung. Sinus-sinus umumnya
mencapai besar maksimal pada usia antara 15-18 tahun2.
Gambar 3. Sinus paranasalis potongan coronal2
Sinus Maksilaris
Sinus maksilaris disebut juga antrum Highmore, yang telah ada saat lahir. Saat lahir
sinus bervolume 6-8 ml, sinus kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai
ukuran maksimal yaitu 15 ml saat dewasa. Sinus Maksilaris merupakan sinus terbesar dan
terletak di maksila pada pipi yang berbentuk piramid. Dinding anterior sinus adalah
permukaan fasial os maksilaris yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya adalah
permukaan infra-temporal maksilaris, dinding medialnya adalah dinding lateral rongga
hidung, dinding superiornya adalah dasar orbita dan dinding inferiornya adalah prosesus
alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksilaris berada disebelah superior dinding medial
sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid2.
Dari segi klinik yang perlu diperhatikan adalah anatomi sinus maksila, adalah 1) dasar
sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu premolar (P1 dan P2),
molar (M1 dan M2), kadang-kadang juga pada gigi taring (C) dan gigi molar M3, bahkan
akar-akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus, sehingga infeksi gigi geligi mudah
naik ke atas menyebabkan sinusitis ; 2) Sinus maksilla dapat menimbulkan komplikasi orbita;
3) Ostium sinus maksila terletah lebih tinggi daripada dasar sinus sehingga drainase hanya
tergantung gerak siliater(meatus medius) , kemudian disekitar hiatus semilunaris yang sempit
sehingga mudah tersumbat apabila terjadi pembengkakan akibat radang atau alergi pada
daerah ini2.
Sinus Frontalis
Sinus frontalis terdiri dari 2 sinus yang terdapat di setiap sisi pada daerah dahi, di os
frontal. Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm tingginya, lebar 2,4 cm dan dalamnya 2 cm. Sinus
frontal berkembang dari sinus etmoid anterior pada pada usia 8 tahun dan mencapai ukuran
maksimal pada usia 20 tahun2.
Dinding medial sinus merupakan septum sinus tulang interfrontalis yang biasanya
berada dekat garis tengah, tetapi biasanya berdeviasi pada penjalarannya ke posterior,
sehingga sinus yang satu bisa lebih besar daripada yang lain. Sinus frontalis bermuara ke
dalam meatus medius melalui duktus nasofrontalis. kedua sinus frontalis tidak terbentuk atau
yang lebih lazim tidak terbentuk salah satu sinus. Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang
relatif tipis dari orbita yang disebut dengan tulang compacta dan fosa serebri anterior,
sehingga infeksi dari sinus frontal mudah menjalar ke daerah ini. Sinus frontal berdrainase
melalui ostiumnya yang terletah di resesus frontal, yang berhubungan dengan infundibulum
etmoid2.
Sinus Etmoidalis
Sinus etmoidalis berongga-rongga, terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang tawon,
yang terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak diantara konka media
dan dinding medial orbita. Sama halnya dengan sinus maksilaris, bahwa sinus etmoidalis ini
telah ada saat lahir. Ukurannya dari anterior ke posterior 4-5 cm, tinggi 2,4 cm dan lebarnya
0,5 cm di bagian anterior dan 1,5 ml cm dibagian posterior. Berdasarkan letaknya, sinus
etmoid dibagi menjadi sinus etmoid anterior yang bermuara di meatus medius dan sinus
etmoid posterior yang bermuara di meatus superior dengan perlekatan konka media2.
Di bagian terdepan sinus etmoid anterior ada bagian yang sempit, disebut resesus
frontal, yang berhubungan dengan sinus frontal. Sel etmoid yang terbesar disebut bula
etmoid. Di daerah etmoid anterior terdapat suatu penyempitan yang disebut infundibulum,
tempat bermuaranya sinus ostium sinus maksila. Pembengkakan atau peradangan di resesus
frontal dapat menyebabkan sinusitis frontal dan pembengkakan di infundibulum dapat
menyebabkan sinusitis maksila2.
Atap sinus etmoid yang disebut fovea etmoidalis berbatasan dengan lamina kribrosa.
Dinding lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis dan membatasi sinus etmoid
dari rongga orbita. Di bagian belakang sinus etmoid posterior berbatasan dengan dinding
anterior sinus sfenoid. Berhubungan dengan orbita, sinus etmoid dilapisi dinding tipis yakni
lamina papirasea. Jika melakukan operasi pada sinus ini kemudian dindingnya pecah maka
darah akan masuk ke daerah orbita sehingga terjadi brill hematoma2.
Sinus Sfenoidalis
Sinus sfenoidalis terletak di dalam os sfenoidalis dibelakang sinus etmoid posterior.
Ukurannya adalah 2 cm tingginya, dalamnya 2,3 cm dan lebarnya 1,7 cm. Volumenya
bervariasi dari 5 sampai 7,5 ml. Pneumatisasi sinus spenoidalis dimulai pada usia 8-10 tahun.
Biasanya berbentuk tidak teratur dan sering terletak di garis tengah. Sinus sfenoid dibagi dua
oleh sekat yang disebut septum intersfenoid. Saat sinus berkembang, pembuluh darah dan
nervus dibagian lateral os sfenoid akan menjadi sangat berdekatan dengan rongga sinus dan
tampak sebagai indentasi pada dinding sinus sfenoid2.
Batas sinus sfenoidalis adalah sebelah anterior dibentuk oleh resesus sfenoetmoidalis
di medial dan oleh sel-sel etmoid posterior di lateral. Dinding posterior dibentuk oleh os
sfenoidale. Sebelah lateral berkontak dengan sinus kavernosus, arteri karotis interna, nervus
optikus dan foramen optikus. Penyakit-penyakit pada sinus sfenoidalis dapat mengganggu
struktur-struktur penting ini, dan pasien dapat mengalami gejala-gejala oftalmologi akibat
penyakit sinus primer. Dinding medial dibentuk oleh septum sinus tulang intersfenoid yang
memisahkan sinus kiri dari yang kanan. Superior terdapat fosa serebri media dan kelenjar
hipofisa dan sebelah inferiornya atap nasofaring2.
Rinosinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat sinus yang ada yaitu maksilaris,
etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis. Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis,
sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis. Yang paling sering
terkena dalah sinus etmoidalis dan maksila, sedangkan sinus frontal lebih jarang dan sinus
sphenoid lebih jarang lagi. Sinus maksila disebut juga antrum highmore, letaknya dekat akar
gigi rahang atas, maka infeksi gigi mudah menyebar ke sinus, disebut sinus dentogen.
Sinusitis dentogen merupakan salah satu penyebab penting sinusitis kronik2.
Sinusitis dapat menjadi berbahaya karena menyebabkan komplikasi ke orbita dan
didalam rongga kepala , serta menyebabkan peningkatan serangan asma yang sulit diobati2.
Fungsi Sinus Paranasal
Fisiologi dan fungsi dari sinus banyak menjadi penelitian. Sampai saat ini belum ada
persesuaian pendapat mengenai fisiologi sinus paranasal. Ada yang berpendapat bahwa sinus
paranasal ini tidak mempunyai fungsi apa-apa, karena terbentuknya sebagai akibat
pertumbuhan tulang muka3.
Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi dari sinus paranasal antara lain4:
1. Sebagai pengatur kondisi udara (air connditioning).
Sinus berfungsi sebagai ruangan tambahan untuk memanaskan dan mengatur
kelembaban udara inspirasi. Keberatan terhadap teori ini ialah karena ternyata tidak terdapat
pertukaran udara di dalam sinus dan rongga hidung. Volume pertukaran dalam ventilasi sinus
kurang lebih 1/1000 voulume sinus tiap kali bernafas, sehingga dibutuhkan beberapa jam
untuk pertukaran udara total dalam sinus. Lagipula mukosa sinus tidak mempunyai
vaskularisasi dan kelenjar yang sebanyak mukosa hidung.
2. Sebagai penahan suhu (thermal isolators)
Sinus paranasal berfungsi sebagai penahan (buffer) panas, melindungi orbita dan fossa
serebri dari suhu rongga hidung yang berbeda-beda. Akan tetapi kenyataannya sinus-sinus
tidak terletak diantara hidung dan organ-organ yang dilindunginya.
3. Membantu keseimbangan kepala.
Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang muka. Akan
tetapi bila udara dalam sinus diganti dengan tulang, hanya akan memberikan pertambahan
sebesar 1% dari berat kepala, sehingga teori ini dianggap tidak bermakna.
4. Membantu resonansi suara.
Sinus mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonansi suara dan mempengaruhi
kualitas suara. Akan tetapi ada yang berpendapat, posisi sinus dan ostiumnya tidak
memungkinkan sinus berfungsi sebagai resonator yang efektif. Lagipula tidak ada korelasi
antara resonansi suara dan besarnya sinus pada hewan-hewan tingkat rendah.
5. Peredam perubahan tekanan udara.
Fungsi ini berjalan jika ada perubahan tekanan yang beasar dan mendadak, misalnya
pada waktu bersin dan mebuang ingus.
6. Membantu produksi mukus untuk membersihkan rongga hidung.
Mukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal jumlahnya kecil bila dibandingkan dengan
mukus yang dihasilkan dari rongga hidung, namun efektif untuk membersihkan partikel yang
turut masuk dengan udara inspirasi karena mukus ini keluar dari meatus media, tempat yang
paing strategis.
C. INSIDEN
Sinusitis pada anak lebih banyak ditemukan karena anak-anak mengalami infeksi
saluran nafas atas 6 – 8 kali per tahun dan diperkirakan 5%– 10% infeksi saluran nafas atas
akan menimbulkan sinusitis. Menurut Rachelevsky, 37% anak dengan rinosinusitis kronis
didapatkan tes alergi positif sedangkan Van der Veken dkk mendapatkan tidak ada perbedaan
insiden penyakit sinus pada pasien atopik dan non atopik. Menurut Takahasi dan Tsuttumi
sinusitis sering di jumpai pada umur 6-11 tahun. Sedangkan menurut Gray terbanyak di
jumpai pada anak umur 5-8 tahun dan mencapai puncak pada umur 6-7 tahun5.
Rinosinusitis mempengaruhi sekitar 35 juta orang per tahun di Amerika dan jumlah yang
mengunjugi rumah sakit mendekati 16 juta orang Menurut National Ambulatory Medical
Care Survey (NAMCS), kurang lebih dilaporkan 14 % penderita dewasa mengalami
rinosinusitis yang bersifat episode per tahunnya dan seperlimanya sebagian besar didiagnosis
dengan pemberian antibiotik. Pada tahun 1996, orang Amerika menghabiskan sekitar $3.39
miliyar untuk pengobatan rinosinusitis Sekitar 40 % rinosinusitis akut merupakan kasus yang
bisa sembuh dengan sendirinya tanpa diperlukan pengobatan. Penyakit ini terjadi pada semua
ras, semua jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan dan pada semua kelompok umur.5
Di Indonesia, di mana penyakit infeksi saluran napas akut masih merupakan penyakit
utama di masyarakat. Insiden kasus baru rinosinusitis pada penderita dewasa yang
berkunjung di Divisi Rinologi Departemen THT RS Cipto Mangunkusumo, selama Januari–
Agustus 2005 adalah 435 pasien. Di Makassar sendiri, terutama di rumah sakit pendidikan
selama tahun 2003–2007, terdapat 41,5% penderita rinosinusitis dari seluruh kasus rawat inap
di Bagian THT. 5
D. ETIOLOGI
Etiologi rinosinusitis pada anak biasanya terjadi antara umur 4 sampai 10 tahun.
Keadaan iklim memegang peran penting. Adanya peradangan yang disebabkan infeksi
saluran nafas atas dan alergi. Yang termasuk faktor mekanis antara lain deformitas septum /