Tatralok Kabupaten Nagekeo 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi. Karenanya sistem transportasi nasional (SISTRANAS) diharapkan mampu menghasilkan jasa transportasi yang berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara efisien dan efektif dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan; mendukung mobilitas manusia dan barang serta jasa; mendukung pola distribusi nasional serta mendukung pengembangan wilayah, peningkatan hubungan nasional dan internasional yang lebih memantapkan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara. MP3EI merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 dan melengkapi dokumen perencanaan. Saat ini sudah diidentifikasi lokasi Kawasan Perhatian Investasi (KPI) oleh KP3EI terkait dengan wilayah kabupaten/kota. Suksesnya pelaksanaan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia tersebut sangat tergantung pada kuatnya derajat konektivitas ekonomi nasional (intra dan interwilayah) maupun konektivitas ekonomi internasional Indonesia dengan pasar dunia. Dengan pertimbangan tersebut Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) menetapkan penguatan konektivitas nasional sebagai salah satu dari tiga strategi utama (pilar utama). Konektivitas Nasional merupakan pengintegrasian 4 (empat) elemen kebijakan nasional yang terdiri dari Sistem Logistik Nasional (Sislognas), Sistem Transportasi Nasional (Sistranas), Pengembangan Wilayah (RPJMN/RTRWN), Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT). Upaya ini perlu dilakukan agar dapat diwujudkan konektivitas nasional yang efektif, efisien, dan terpadu. Sebagaimana diketahui, konektivitas nasional Indonesia merupakan bagian dari konektivitas global. Oleh karena itu, perwujudan penguatan konektivitas nasional perlu mempertimbangkan keterhubungan Indonesia dengan pusat-pusat perekonomian lokal, regional dan dunia (global) dalam rangka meningkatkan daya saing nasional. Hal ini sangat penting dilakukan guna memaksimalkan Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) pada hakekatnya merupakan suatu Konsep Pembinaan Transportasi dalam pendekatan kesisteman yang mengintegrasikan sumber daya dan memfasilitasi upaya-upaya untuk mencapai tujuan
39
Embed
Ringkasan eksekutif nagekeo - elibrary.dephub.go.idelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000036... · PKL, yaitu perkotaan Mbay yang terletak di Kecamatan Aesesa;
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Tatralok Kabupaten Nagekeo
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi. Karenanya
sistem transportasi nasional (SISTRANAS) diharapkan mampu menghasilkan jasa
transportasi yang berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara efisien dan efektif dalam
menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan; mendukung mobilitas
manusia dan barang serta jasa; mendukung pola distribusi nasional serta mendukung
pengembangan wilayah, peningkatan hubungan nasional dan internasional yang lebih
memantapkan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka perwujudan
Wawasan Nusantara.
MP3EI merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan
ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai
dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional 2005 – 2025 dan melengkapi dokumen perencanaan. Saat ini sudah diidentifikasi
lokasi Kawasan Perhatian Investasi (KPI) oleh KP3EI terkait dengan wilayah kabupaten/kota.
Suksesnya pelaksanaan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
tersebut sangat tergantung pada kuatnya derajat konektivitas ekonomi nasional (intra dan
interwilayah) maupun konektivitas ekonomi internasional Indonesia dengan pasar dunia.
Dengan pertimbangan tersebut Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI) menetapkan penguatan konektivitas nasional sebagai salah satu dari tiga
strategi utama (pilar utama). Konektivitas Nasional merupakan pengintegrasian 4 (empat)
elemen kebijakan nasional yang terdiri dari Sistem Logistik Nasional (Sislognas), Sistem
Transportasi Nasional (Sistranas), Pengembangan Wilayah (RPJMN/RTRWN), Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT).
Upaya ini perlu dilakukan agar dapat diwujudkan konektivitas nasional yang efektif,
efisien, dan terpadu. Sebagaimana diketahui, konektivitas nasional Indonesia merupakan
bagian dari konektivitas global. Oleh karena itu, perwujudan penguatan konektivitas nasional
perlu mempertimbangkan keterhubungan Indonesia dengan pusat-pusat perekonomian lokal,
regional dan dunia (global) dalam rangka meningkatkan daya saing nasional. Hal ini sangat
penting dilakukan guna memaksimalkan Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) pada
hakekatnya merupakan suatu Konsep Pembinaan Transportasi dalam pendekatan kesisteman
yang mengintegrasikan sumber daya dan memfasilitasi upaya-upaya untuk mencapai tujuan
Tatralok Kabupaten Nagekeo
2
nasional. Dalam hal ini adalah penting untuk secara berkelanjutan memperkuat keterkaitan
fungsi atau keterkaitan aktivitas satu sama lainnya baik langsung maupun tidak langsung
dengan penyelenggaraan transportasi baik pada Tataran Transportasi Nasional (Tatranas),
Tataran Transportasi Wilayah (Tatrawil), maupun Tataran Transportasi Lokal (Tatralok). Di
sisi lain, sebagai unsur pendorong dalam pengembangan transportasi berfungsi menyediakan
jasa transportasi yang efektif untuk daerah berkembang yang berada di luar wilayahnya,
sehingga terjadi pertumbuhan perekonomian yang sinergis.
Studi SISTRANAS pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Kabupaten Nagekeo,
Provinsi NTT dilakukan dalam rangka mendukung prioritas pembangunan sentra produksi di
koridor ekonomi Bali-Nusa Tenggara. Secara umum, metodologi yang digunakan dalam
pengerjaan pekerjaan ini disajikan pada Gambar 2-1.
2.1.Pendekatan Umum
Secara umum dapat dikemukakan bahwa dalam melakukan kegiatan studi ini hasil yang
diharapkan dapat diperoleh adalah konsep penyelenggaraan sistem transportasi Kabupaten
Nagekeo, Provinsi NTT yang mampu memfasilitasi pergerakan di masa depan, sebagai akibat
dari berbagai kebijakan ekonomi, kebijakan tata ruang maupun kebijakan sektor lainnya,
termasuk implementasi MP3EI.
Dengan mengacu pada keluaran akhir ini, maka pendekatan yang dilakukan pada
kegiatan ini adalah pendekatan kesisteman, di mana tinjauan dilakukan pada seluruh
komponen yang ada dalam sistem. Dalam hal ini yang dimaksud dengan sistem dibatasi
hanya pada lingkup wilayah Kabupaten Nagekeo dan sekitarnya. Tentu saja perhatian dalam
skala yang lebih besar juga dilakukan, misalnya dalam konteks koridor Bali – Nusa
Tenggara.
Dengan dasar ini maka dalam pelaksanaannya, studi ini akan dilakukan dalam lima
tahapan kegiatan, yaitu:
Tahap 1 : Desk Study (Kajian Pustaka)
Tahap 2 : Survey dan pengumpulan data
Tahap 3 : Kajian dan Analisis Data
Tahap 4 : Pengembangan Konsep
Tahap 5 : Rencana Sistem Pengembangan
Kelima tahapan kegiatan ini meskipun merupakan tahapan dengan aspek bahasan yang
berbeda satu dengan lainnya, tetapi dalam pelaksanaannya merupakan aspek yang terkait
secara intens. Akibatnya, dalam melakukan pendekatan pekerjaan, kesemua aspek itu ditinjau
secara menyeluruh, dan pelaksanaannya dilakukan secara mendalam.
Tahapan-tahapan di atas dapat dilihat secara lebih rinci dalam diagram alir yang
diperlihatkan dalam Gambar 2-1. Pada diagram tersebut terlihat jelas bahwa keterkaitan
Tatralok Kabupaten Nagekeo
6
antara setiap aspek kajian sangatlah erat. Untuk masing-masing aspek kejian rinciannya
dilakukan dalam bentuk alir kegiatan dan alir data. Satu kegiatan dihubungkan dengan
kegiatan lainnya dalam bentuk transformasi data ataupun alir data. Karena keterkaitan antara
aspek kajian sangatlah erat, maka pemilahan yang transparan antara satu aspek kajian dengan
aspek kajian lainnya secara diagramatis sangatlah sukar dilakukan. Meskipun demikian
pemilahan aspek kajian dapat dilihat secara mudah.
Gambar 2-1 Tahapan dan Metode Pendekatan Studi
Review Studi
terdahulu
Review
Aspek Legal
Review
RTRW Prov. dan
MP3EI
Pengumpulan Data
Prasarana Eksisting
Inventarisasi
Data
OD Matriks
ReviewKebijakan
Pengembangan
Transportasi
Analisis
Pola pembebanan
jaringan Eksisting
Alternatif Pola
Penyelenggaraan
Transportasi
Pengumpulan Data
Karakteristik Opr
Transportasi
Analisis
Struktur Jaringan
Transportasi
Inventarisasi
.Pengembangan
Sist. Transportasi
Analisis
Kondisi Sistem
Transportasi
Analisis dan
Prediksi Kinerja
Transportasi
Pengumpulan
Data
Kependudukan
Alternatif
Pengemb. Sistem
Transportasi
Identifikasi
Masalah
Eksisting
Inventarisasi
Karakteristik
Pergerakan
Inventarisasi
Pola Pemanfaatan
Ruang
Review
Metoda Analisis &
Perencanaan
Penyusunan
tahapan
Penegembangan
Penyusunan
Skejul Pelaksanaan
Penyusunan
Skejul Pembiayaan
Analisis Kinerja
Transportasi
Eksisting
Pengumpulan Data
Pola Aktifitas
Wilayah
Analisis dan
Peramalan Pola
Pergerakan (OD)
Peramalan
Pola pembebanan
“Do Nothing Case”
Evaluasi &
Penetapan
Pengembangan
Sist. Transportasi
Identifikasi
Masalah pada
“Do Nothing Case”
Tatralok Kabupaten Nagekeo
7
Selanjutnya, jika dikaji lebih dalam, masing-masing tahapan ini merupakan sekumpulan
aktifitas yang cukup beragam di mana uraian dari masing-masing aktifitas tersebut dapat
dilihat pada Tabel 2-1 berikut:
Tabel 2-1 Rincian Aktifitas Studi
Tahapan Nama
Kegiatan Rincian Aktifitas
Tahap 1 Desk Study (Kajian Literatur)
a. Review studi Terdahulu b. Review kebijakan pengembangan sistem transportasi wilayah
(Tatrawil eksisting) c. Review RTRWN, RTRWP, RTRWK dan MP3EI d. Review aspek legal bidang transportasi e. Review metoda perencanaan transportasi
Tahap 2 Pengumpulan data
a. Inventarisasi prasarana transportasi eksisting (dimensi, kapasitas dan kondisi)
b. Inventarisasi karakteristik operasional prasarana transportasi c. Pengumpulan datapola pergerakan lalu lintas (OD Matriks) d. Inventarisasi karakteristik pergerakan orang dan barang e. Inventarisasi pola pemanfaatan ruang f. Inventarisasi rencana pengembangan prasarana transportasi g. Inventarisasi data kependudukan h. Inventarisasi pola aktifitas wilayah
Tahap 3 Kajian & Analisis Data
a. Analisis kinerja makro sistem transportasi eksisting b. Analisis kondisi prasarana transportasi eksisting c. Analisis pola pembebanan jaringan transportasi eksisting d. Analisis struktur jaringan transportasi eksisting e. Analisis dan peramalan pola pergerakan lalu lintas (OD
Matriks forecasting) f. Identifikasi masalah pada kondisi eksisting
Tahap 4 Pengembangan Konsep
a. Peramalan pola pembebanan pada skenario “donothing case” b. Identifikasi masalah pada skenario “do nothing case” c. Perumusan alternatif strategi dan rencana pengembangan
sistem transportasi d. Analisis dan prediksi kinerja sistem transportasi pada “do
something case” Tahap 5 Rencana Sistem
Pengembangan a. Evaluasi dan Penetapan Strategi Rencana Pengembangan
Sistem Transportasi b. Penyusunan Tahapan Pengembangan c. Penyusunan Skejul Pelaksanaan d. Penyusunan Skejul Pembiayaan
Tatralok Kabupaten Nagekeo
8
III. PERKIRAAN KONDISI MENDATANG
3.1. Kebijakan Kewilayahan
Rencana Struktur ruang wilayah Kabupaten Nagekeo meliputi, rencana sistem perkotaan
wilayah dan rencana sistem jaringan prasarana skala kabupaten. Rencana sistem perkotaan
wilayah meliputi:
a. PKL, yaitu perkotaan Mbay yang terletak di Kecamatan Aesesa;
b. PKLp, yaitu Perkotaan Boawae yang meliputi wilayah Kelurahan Nagesapadhi,
Kelurahan Natanage, Kelurahan Olakile, Kelurahan Natanage Timur, Kelurahan
Nageoga, Kelurahan Wolopogo dan Kelurahan Rega;
c. PPK, yaitu kawasan perkotaan meliputi:
• Mauponggo di Kecamatan Mauponggo
• Mbaenuamuri di Kecamatan Keo Tengah
• Nangaroro di Kecamatan Nangaroro
• Tengatiba di Kecamatan Aesesa Selatan
• Tendakinde di Kecamatan Wolowae
d. PPL, yaitu meliputi desa:
• Nagerawe di Kecamatan Boawae
• Sawu di Kecamatan Mauponggo
• Maukeli di Kecamatan Mauponggo
• Wajo di Kecamatan Keo Tengah
• Tonggo di Kecamatan Nangaroro
• Langedhawe di Kecamatan Aesesa Selatan
• Anakoli di Kecamatan Wolowae
• Marapokot di Kecamatan Aesesa
3.2. Rencana Pengembangan JaringanTransportasi
Kabupaten Nagekeo memiliki wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan strategis
kepentingan ekonomi daratan, oleh karena itu dalam penyelenggaraan transportasi diharapkan
Tatralok Kabupaten Nagekeo
9
dapat memberi kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi dan tidak berpotensi menghambat
pertumbuhannya.
Rencana pengembangan pelayanan transportasi baik dalam Kota Mbay maupun ke
seluruh wilayah Nagekeo sebagai berikut:
1. Pengembangan angkutan umum massal atau angkutan umum dalam kota kapasitas di
atas 24 seat yang berwawasan lingkungan.
2. Optimalisasi angkutan perdesaan, angkutan antarkota dalam provinsi dan
pengembangan angkutan penumpang jenis bisnis dan eksekutif.
3. Pengembangan angkutan perintis untuk menghubungkan pusat kegiatan dengan
daerah pedalaman dan untuk membuka keterisolasian wilayah.
4. Pengembangan angkutan barang dan peti kemas.
5. Pengembangan Sistim Informasi, Pengendalian dan Peningkatan Keselamatan
Transportasi.
6. Pengembangan penyajian data base transportasi berbasis internet.
7. Pengembangan ATCS untuk kawasan terminal transportasi jalan, kawasan pasar,
kawasan pusat kegiatan, kawasan pelabuhan dan bandara.
8. Penataan daerah rawan kecelakaan dengan penempatan fasilitas Lalu Lintas
Angkutan Jalan.
9. Pembatasan kendaraan pada tempat dan waktu tertentu.
10. Pengembangan jaringan jalan dan peningkatan kapasitas jalan baik dalam wilayah
Kota Mbay maupun jalan lokal yang menghubungkan antarkecamatan serta
menghubungkan sentra produksi .
11. Pengembangan terminal tipe C Danga Mbay sebagai pusat pengendalian angkutan
kota.
12. Pengembangan terminal tipe C di ibukota kecamatan.
Rencana sistem jaringan prasarana skala kabupaten meliputi, rencana sistem prasarana
utama dan rencana sistem prasarana lainnya. Rencana sistem prasarana utama terdiri dari:
1. Sistem jaringan transportasi darat, meliputi:
• Jaringan jalan, terdiri atas jaringan jalan arteri primer, kolektor primer dan lokal
primer
• Terminal penumpang tipe B di Kecamatan Aesesa
Tatralok Kabupaten Nagekeo
10
• Rute angkutan
� Kota Bajawa di Kabupaten Ngada – Kecamatan Golewa di Kabupaten Ngada –
Kecamatan Boawae – Kecamatan Nangaroro – Ende di Kabupaten Ende –
Maumere di Kabupaten Sikka;
� Kecamatan Aesesa – Kecamatan Nangaroro Ende di Kabupaten Ende –
Maumere di Kabupaten Sikka;
� Kecamatan Aesesa – Kecamatan Wolowae – utara Kabupaten Ende ke arah
Maumere di Kabupaten Sikka;
� Kecamatan Aesesa – Kecamatan Boawae – Kota Bajawa di Kabupaten Ngada;
dan
� Kecamatan Aesesa – Kecamatan Riung di Kabupaten Ngada – Kota Bajawa di
Kabupaten Ngada.
• Jaringan sungai, danau dan penyeberangan; pelabuhan penyeberangan Marapokot
Mbay di Kecamatan Aesesa sebagai pelabuhan penyeberangan antarpulau dan lintas
provinsi dari Kabupaten Nagekeo.
2. Sistem jaringan transportasi laut, meliputi:
• Tatanan kepelabuhanan berupa Pelabuhan Marapokot di Kecamatan Aesesa dan
Pelabuhan Marapokot II di Kecamatan Mauponggo yang berfungsi sebagai
pelabuhan pengumpan.
• Alur pelayaran terdiri atas alur pelayaran dari wilayah kabupaten menuju
Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan daerah lain di Kawasan Timur/ Barat Indonesia.
3. Sistem jaringan transportasi udara, terdiri atas:
• Tatanan kebandarudaraan yaitu Bandar Udara Surabaya II peninggalan Jepang di
Kecamatan Aesesa akan dikembangkan menjadi bandara domestik dan internasional
yang mendukung sistem transportasi udara di kabupaten dan sekitarnya.
• Ruang udara untuk penerbangan yaitu berupa rute penerbangan yang akan
dikembangkan menuju bandar udara terdekat yang ada dalam maupun luar wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Tatralok Kabupaten Nagekeo
11
3.3. Analisis Kebutuhan Transportasi
3.3.1. Timeframe
Dalam studi ini analisis kebutuhan transportasi dilakukan dalam dalam 4 (empat) jangka
waktu selama 20 tahun mendatang. Pertimbangan yang diambil di sini adalah bahwa
lazimnya perencanaan dilakukan dalam jangka waktu tersebut. Untuk itu prediksi MAT
diposisikan pada tahun 2015, tahun 2020, tahun 2025, dan tahun 2030.
3.3.2. Sistem Zona
Untuk keperluan pemodelan transportasi maka wilayah penelitian dibagi menjadi
beberapa subdaerah yang disebut zona, yang masing−masing diwakili oleh pusat zona. Zona
juga dapat dianggap sebagai satu kesatuan atau keseragaman tata guna lahan.Pusat zona
dianggap sebagai tempat awal pergerakan lalulintas dari zona tersebut dan akhir pergerakan
lalulintas yang menuju ke zona tersebut. Pembagian zona pada studi ini didasarkan pada batas
administrasi kecamatan. Sehingga sistem zona dikembangkan menjadi 10 zona. Data nomor
zona dan nama zona untuk wilayah studi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3-1.
Tabel 3-2 Sistem Zona Kabupaten Nagekeo
No. Zona Nama Zona Jenis Zona
1 Kota MBAY Internal Zone
2 Kec. AESESA dan AESESA SELATAN Internal Zone
3 Kec. BOAWAE Internal Zone
4 Kec. KEO TENGAH dan MAUPONGGO Internal Zone
5 Kec. NANGARORO Internal Zone
6 Kec. WOLOWAE Internal Zone
7 Kab. NGADA, MANGGARAI, dst External Zone
8 Kab. ENDE, MAUMERE LARANTUKA External Zone
9 Kota KUPANG External Zone
10 SULAWESI External Zone
3.3.3. Model Sistem Jaringan
Untuk melihat pola pergerakan melalui jaringan jalan maka selain sistem zona perlu
dikembangkan juga model jaringan jalannya. Sistem jaringan jalan yang dikembangkan
diupayakan cukup detail untuk mendapatkan pola pergerakan yang lebih baik. Berdasarkan
peta dasar yang ada maka dibuatlah model jaringan jalan Kabupaten Nagekeo. Jaringan jalan
yang dikaji dalam studi ini adalah Jalan Nasional (non tol), Jalan Provinsi dan Jalan
Tatralok Kabupaten Nagekeo
12
Kabupaten.Gambar 3-1 menampilkan secara kewilayahan jaringan jalan yang dikaji dalam
proyeksi permintaan perjalanan ini.
Gambar 3-1 Model Sistem Jaringan Jalan Kabupaten Nagekeo
3.3.4. Tahapan Pemodelan
Pokok pekerjaan yang dilakukan secara kronologis sesuai dengan urutan yang tersaji
pada beberapa butir berikut ini:
1. Melakukan survey asal tujuan untuk memperoleh Matriks Asal Tujuan di wilayah studi.
Survey asal tujuan dilakukan dengan metode Home Interview (HI) dan Road Side
Interview (RSI). Dari survey tersebut didapatkan Matriks Asal Tujuan Penumpang
Kabupaten Nagekeo untuk tahun 2013.
2. Membuat model bangkitan dan tarikan pergerakan yang dikaitkan dengan data sosial
ekonomi wilayah studi untuk memprediksi bangkitan dan tarikan tahun rencana.
3. Menyebarkan hasil prediksi bangkitan dan tarikan ke semua zona pergerakan sehingga
dihasilkan Matriks Asal Tujuan (MAT) Pergerakan setiap tahun rencana.
4. Membebankan MAT setiap tahun rencana ke jaringan transportasi sehingga diketahui
arus (volume) pergerakan di semua ruas.
5. Menghitung kinerja jaringan transportasi.
6. Menyusun rencana pengembangan transportasi sesuai dengan analisis kebutuhan
transportasi.
Tatralok Kabupaten Nagekeo
13
3.3.4.1. Peramalan Bangkitan Pergerakan
Hasil proyeksi bangkitan pergerakan di Kabupaten Nagekeo dapat dilihat pada Tabel 3-
2.Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa bangkitan terbesar pergerakan ada di Zona
1.Sedangkan bangkitan terkecil pergerakan terdapat di Zona 10.
Tabel 3-3 Proyeksi Bangkitan Pergerakan Kabupaten Nagekeo (smp/hari)
Zona Proyeksi Trip Generation (smp/hari)
2013 2015 2020 2025 2030
1 498 539 641 765 910
2 421 457 542 646 768
3 326 355 420 500 595
4 264 289 341 406 483
5 381 414 491 584 697
6 283 307 366 435 518
7 177 194 229 272 325
8 176 194 228 271 323
9 28 32 38 45 52
10 12 15 17 20 23
Jumlah 2.566 2.796 3.313 3.944 4.694
3.3.4.2. Peramalan Tarikan Pergerakan
Hasil proyeksi tarikan pergerakan di Kabupaten Nagekeo dapat dilihat pada Tabel 3-
3.Daritabeltersebut dapat dilihat bahwa nilai tarikan terbesar pergerakan terdapat di Zona
1.Sedangkan nilai tarikan terkecil pergerakan terdapat di Zona 10.
Tabel 3-4
Proyeksi Tarikan Pergerakan Kabupaten Nagekeo (smp/hari) Zona Proyeksi Trip Attraction (smp/hari)
2013 2015 2020 2025 2030
1 550 595 708 843 1.003
2 441 479 569 676 807
3 339 370 437 521 620
4 254 277 327 391 464
5 363 395 468 556 664
6 217 237 279 334 397
7 194 212 252 299 356
8 184 201 239 283 337
9 15 19 21 26 29
10 9 11 13 15 17
Jumlah 2.566 2.796 3.313 3.944 4.694
Tatralok Kabupaten Nagekeo
14
Gambar 3-2 Proyeksi Bangkitan dan Tarikan Pergerakan Kabupaten Nagekeo Tahun 2015
Gambar 3-3 Proyeksi Bangkitan dan Tarikan Pergerakan Kabupaten Nagekeo Tahun 2020
Tatralok Kabupaten Nagekeo
15
Gambar 3-4 Proyeksi Bangkitan dan Tarikan Pergerakan Kabupaten Nagekeo Tahun 2025
Gambar 3-5 Proyeksi Bangkitan dan Tarikan Pergerakan Kabupaten Nagekeo Tahun 2030
3.3.5. Prediksi MAT dan Desire Line Angkutan
Berdasarkan hasil prediksi bangkitan tarikan perjalanan sebelumnya dapat diestimasi
MAT perjalanan di masa datang. Dalam studi ini digunakan pendekatan model prediksi
sebaran perjalanan Metoda Furness.
Tatralok Kabupaten Nagekeo
16
Model Furness merupakan basis termudah dalam meramalkan matriks perjalanan di mana
perilaku matriks di masa datang akan mirip dengan yang ada pada saat ini. Dengan demikan
model Furness, cocok untuk wilayah studi yang sudah stabil tanpa perubahan yang berarti
dalam basis data sistem zona dan sistem jaringan jalannya. Proses kalibrasi matriks dengan
Model Furness disajikan pada Gambar 3-6.
Gambar 3-6 Metodologi Perhitungan MAT dengan Teknik Furness
Dalam studi ini prediksi lalu lintas dilakukan dalam empat jangka waktu yaitu tahun 2015,
2020, 2025, dan 2030.
Hasil prediksi matriks asaltujuan pergerakan penumpang di atas dapat digambarkan
dalam garis keinginan (desire lines), dimana ketebalan garis menggambarkan besarnya
pergerakan. Desire lines pergerakan penumpang setiap tahun rencana dapat dilihat pada
Gambar 3-7 s.d. Gambar 3-10.
MAT saat ini
Prediksi bangkitan perjalanan di
tahun ke-n
(Oi (n) dan Dd (n))
Total bangkitan perjalanan
saat ini
(Oi(0)dan dd(0))
Jumlah perjalanan antarzona saat
ini (Tid(0)) Tingkat pertumbuhan
perjalanan (Eidan Ed)
Iterasi (1): Tid (1) = Tid(0)x Ei
Iterasi (2): Tid (2) = Tid (1) x Ei
Jumlahkan Tid (2) untuk setiap asal dan tujuan
sehingga diperoleh
Oi (2) dan Dd (2)
Oi (2) =Oi (n)
Dd (2) = Dd (n)
?
Anggap Tid (2) = Tid(0)
Selesai
ya
tidak
Tatralok Kabupaten Nagekeo
17
Gambar 3-7 Desire Lines Matriks Asal Tujuan Kabupaten Nagekeo Tahun 2015
Gambar 3-8 Desire Lines Matriks Asal Tujuan Kabupaten Nagekeo Tahun 2020
Tatralok Kabupaten Nagekeo
18
Gambar 3-9 Desire Lines Matriks Asal Tujuan Kabupaten Nagekeo Tahun 2025
Gambar 3-10 Desire Lines Matriks Asal Tujuan Kabupaten Nagekeo Tahun 2030
3.3.6. Analisis dan Prediksi Kinerja Ruas Jalan Kondisi Do-Nothing
Pembebanan untuk tahun 2013, 2015, 2020, 2025 dan 2030 dilakukan dengan bantuan
software SATWIN. Adapun input parameter dan jaringan jalan diasumsikan sama seperti
pemodelan pada tahun dasar 2013, ini berarti bahwa prasarana jaringan jalan (supply)
diasumsikan tidak mengalami perubahan sampai pada tahun 2030. Input yang berbeda adalah
Tatralok Kabupaten Nagekeo
19
data matrik asal tujuan perjalanan yang digunakan adalah sesuai dengan tahun rencana yang
dianalisa pada prediksi Trip Distribution tahun 2013, 2015, 2020, 2025 dan 2030.Kinerja
jaringan jalan wilayah studi pada kondisi do-nothing masing-masing tahun rencana, hasil
pembebanan MAT pada jaringan jalan eksisting dapat dilihat padaTabel 3-4.
Dari tabel tersebut dapat dilihat kinerja jaringan jalan semakin lama semakin
menurun.Konsumsi waktu perjalanan yang digunakan seluruh pengguna jalan dari setiap
asal-tujuan semakin lama semakin besar.Jarak yang ditempuh oleh seluruh pengguna jalan
dari setiap asal-tujuan juga semakin lama semakin jauh.Akibatnya kecepatan rata-rata dari
seluruh ruas jalan juga semakin menurun.
Tabel 3-4 Kinerja Jaringan Jalan Kondisi Do-Nothing Setiap Tahun Rencana
TAHUN WAKTU
TEMPUH
JARAK
TEMPUH
KECEPATAN
RATA-RATA
(smp-jam) (smp-km) (km/jam)
2013 284,2 11.380,8 40,0
2015 307,8 12.323,2 40,0
2020 360,4 14.378,8 39,9
2025 434,1 17.243,7 39,7
2030 521,0 20.544,1 39,4
Kecepatan rata-rata seluruh ruas jalan di wilayah studi saat ini (tahun 2013) sekitar 40
km/jam. Dan kecepatan rata-ratanya semakin menurun pada tahun-tahun rencana berikutnya
dan di tahun 2030 kecepatan rata-ratanya menurun menjadi 39,4 km/jam. Dengan melihat
hasil prediksi kinerja jaringan jalan ini akan dilakukan beberapa skenario penanganan (do-
something) untuk meningkatkan kinerja jaringan jalan pada tahun-tahun mendatang.
Beberapa ruas jalan yang mempunyai volume terbesar di jaringan jalan do-nothing tiap-
tiap tahun rencana hasil assignment sub program SATASS dapat dilihat pada Tabel 3-5.Dari
tabel tersebut dapat dilihat bahwa ruas dengan volume terbesar adalah ruas Boanai-W Koli,
dimana pada tahun 3030 ruas tersebut menampung jika hingga 128 smp/jam.
Tabel 3-5 Prediksi Volume Ruas Jalan Setiap Tahun Rencana (smp/jam)
Nama Ruas Volume (smp/jam)
2013 2015 2020 2025 2030
W Koli - Boanai 69 77 88 105 127
Boanai - W Koli 72 76 90 107 128
Aegela - Aemale 77 81 97 114 125
Aemale - Aegela 75 84 95 113 124
Tatralok Kabupaten Nagekeo
20
Prediksi arus (demand flow) di jaringan jalan setiap tahun rencana secara visual dapat
dilihat pada Gambar 3-11s.d. Gambar 3-15. Dari gambar dapat dilihat ruas-ruas jalan yang
mempunyai demand flow terbesar, dilihat dari ketebalan garis.
Gambar 3-11 Demand FlowKabupaten Nagekeo Tahun 2013
Gambar 3-12 Demand FlowKabupaten Nagekeo Tahun 2015 (Do Nothing)
Tatralok Kabupaten Nagekeo
21
Gambar 3-13 Demand FlowKabupaten Nagekeo Tahun 2020 (Do Nothing)
Gambar 3-14 Demand FlowKabupaten Nagekeo Tahun 2025 (Do Nothing)
Tatralok Kabupaten Nagekeo
22
Gambar 3-15 Demand FlowKabupaten Nagekeo Tahun 2030 (Do Nothing)
Jika volume ruas jalan diketahui, maka VCR jalan tersebut juga dapat dicari dengan cara
membagi volume dengan kapasitas jalan. Tabel 3-6 memperlihatkan prediksi kinerja
beberapa ruas jalan pada tahun 2013.Tampak bahwa kinerja semua ruas jalan masih baik,
dimana ruas berada pada tingkat pelayanan A.
Tabel 3-6 Kinerja Jalan di Kabupaten Nagekeo Pada Tahun 2013
Nama Ruas Kapasitas (smp/jam)
Volume (smp/jam)
VCR 2013
Tingkat Pelayanan
W Koli - Boanai 1100 69 0,06 A
Boanai - W Koli 1100 72 0,07 A
Aegela - Aemale 2500 77 0,03 A
Aemale - Aegela 2500 75 0,03 A
Tabel 3-7 memperlihatkan prediksi kinerja beberapa ruas jalan pada tahun 2015 sampai
tahun 2030.Tampak bahwa kinerja semua ruas jalan masih baik, dimana ruas berada pada
tingkat pelayanan A.
Tabel 3-7 Prediksi Kinerja Jalan di Kabupaten Nagekeo Tahun 2015, 2020, 2025, dan 2030 (Do-Nothing)
Nama Ruas Volume Capacity Ratio (VCR)
2015 2020 2025 2030
W Koli - Boanai 0,07 0,08 0,10 0,12
Boanai - W Koli 0,07 0,08 0,10 0,12
Aegela - Aemale 0,03 0,04 0,05 0,05
Aemale - Aegela 0,03 0,04 0,05 0,05
Tatralok Kabupaten Nagekeo
23
IV. ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI
4.1. Faktor Kekuatan dan Kendala
Dalam menyusun kebijakan dan program perlu memperhatikan potensi dan kendala
memperhatikan faktor internal Pemerintah dan faktor eksternal di luar Pemerintah, dari hasil
diskusi yang telah dilakukan didapat hasil sebagai berikut:
Kekuatan
1. Kabupaten Nagekeo memiliki sumber daya alam yang cukup besar seperti; pertanian,
perkebunan, peternakan, kelautan dan perikanan.
2. Kabupaten Nagekeo memiliki potensi garam yang cukup besar untuk dikelola.
3. Kota Mbay dan Marapokot sebagai kota yang berada di bagian utara Pulau Flores yang
dapat terkoneksi dengan Sulawesi Selatan.
Kelemahan
1. Kabupaten Nagekeo merupakan daerah dengan luas wilayah yang relatif luas yang
belum sepenuhnya didukung oleh pelayanan transportasi.
2. Struktur ekonomi Kabupaten Nagekeo relatif masih lemah dan masih bertumpuh pada
sektor pertanian, peternakan dan perkebunan.
3. Permasalahan utama di bidang pendidikan dengan masih rendahnya kualitas, relevansi,
pemerataan dan efisiensi pendidikan, kualitas pendidikan, masih rendah dibandingkan
dengan tuntutan untuk berkompetisi.
4. Pelayanan dasar kesehatan bagi masyarakat Kabupaten Nagekeo masih menjadi salah
satu aspek yang perlu mendapat perhatian khusus.
5. Kondisi infrastruktur khususnya prasarana jalan kolektor (penghubung) antar SKN/PKN
dengan SKW/PKW dengan Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten serta kota
kecamatan lainnya sebagai SKL/PKL belum memadai dan perlu menjadi prioritas
pembangunan pada tahun tahun yang akan datang.
Peluang
1. Semakin terbukanya kesempatan kerjasama investasi dengan investor lokal maupun
asing guna meningkatkan produksi garam dan pengelolaan hasil pertanian, perkebunan,
peternakan dan perikanan.
Tatralok Kabupaten Nagekeo
24
2. Sesuai arah pembangunan nasional maka Kabupaten Nagekeo melalui KAPET
Mbayakan menjadi kawasan strategis kepentingan ekonomi daratan.
3. Memiliki kondisi iklim dan cuaca yang relatif stabil menjadikan kawasan Mbay dan
Marapokot diusulkan menjadi salah alternatif pengembangan bandara sebagai bandara
pengumpan.
Ancaman
1. Masih relatif rendahnya pendanaan pembangunan dan penyediaan sarana-prasarana guna
meningkatkan aksesibilitas antarwilayah kecamatan di Kabupaten Nagekeo.
2. Kondisi perekonomian nasional dan regional NTT masih lemah berdampak pada
rendahnya daya beli masyarakat, tingkat pengangguran relatif besar berbanding terbalik
dengan kelompok usia angkatan kerja yang tinggi dan cenderung bertambah tiap
tahunnya.
3. Pesatnya permintaan jasa transportasi di masa yang akan datang menimbulkan
1) Peningkatan fasilitas bandar udara Surabaya II Nagekeo meliputi fasilitas bandar udara, run way, taxiway, apron dan fasilitas keselamatan penerbangan.