Top Banner
RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM LEGISLASI NASIONAL DALAM PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG OLEH: MUSLIMAH P0400313415 PASCASARJANA PROGRAM DOKTOR FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018
96

RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

Feb 08, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

RINGKASAN DISERTASI

POLITIK HUKUM PROGRAM LEGISLASI NASIONAL DALAM

PEMBENTUKAN

UNDANG-UNDANG

OLEH:

MUSLIMAH

P0400313415

PASCASARJANA PROGRAM DOKTOR

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

Page 2: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...
Page 3: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, Segala Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT,

atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

disertasi dengan judul “Politik Hukum Program Legislasi Nasional dalam Pembentukan

Undang-Undang”, dapat dirampungkan. Salam dan shalawat kepada Rasulullagh SAW,

keluarga dan para sahabatnya, sebagai teladan bagi seluruh ummat manusia.

Penulis menyadari bahwa disertasi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih

banyak kekurangan, namun disinilah bukti keterbatasan kemampuan penulis sebagai

manusia biasa. Oleh karena itu kritik, saran dan masukan untuk perbaikan dan

penyempurnaan disertasi ini sangat penulis harapkan.

Ucapan terima kasih yang tulus, mendalam dan setinggi-tingginya penulis

sampaikan kepada Prof. Dr. Abdul Razak, S.H.,M.H. selaku Promotor ; Prof. Dr.

Achmad Ruslan, S.H.,M.H. selaku Ko-Promotor : dan Dr. Zulkifli Aspan, S.H.,M.H.

selaku Ko-Promotor, dengan segala ketulusan dan keikhlasan yang tidak mengenal

waktu dan tempat untuk memberikan bimbingan, dengan penuh keseriusan, serta

kecermatan dalam memberikan petunjuk-petunjukperihal prinsip penulisan karya ilmiah

kepada penulis sehingga penulisan disertasi ini dapat dirampungkan. Semoga Allah

SWT memberikan imbalan dengan limpahan rahmat dan berkah kepada bapak promotor

dan Ko-Promotor.

Penulis meyakini bahwa penulisan disertasi tidak dapat diselesaikan tanpa

bantuan, bimbingan, arahan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu, pada

Page 4: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

kesempatan yang baik ini perkenankan penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang

tak terhingga serta pengharapan yang setinggi-tingginya kepadasemua pihak dengan

diiringi doa “semoga Allah SWT senantiasa memberikan pahala yang berlipat ganda”

kepada:

1. Prof. Dr. Dwia aries Tina Palubuhu, MA., selaku Rektor Universitas

Hasanuddin;

2. Prof. Dr. Syamsul Bachri, S.H.,M.H. ; Prof. Dr. Aminuddin Ilmar,

S.H.,M.Hum. ; Prof. Dr. Andi Pengerang Moenta, S.H.,M.H.,DFM. ; Prof.

Dr. hamzah Halim, S.H.,M.H. ; selaku tim penguji yang telah banyak

memberi masukan dan kritikan, sehingga memperkaya substansi penulisan

disertasi ini.

3. Dekan Fakultas Hukum Unhas Prof. Dr. Farida Patittingi, S.H.,M.H. atas

motivasi dan bantuannya selama kuliah.

4. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen Fakultas Hukum Unhas dan jajarannya atas

bantuannya selama perkuliahan dan dalam penulisan disertasi.

5. Terima kasih kepada Bapak Dr. Abdul Gaffar La Tjokke, M.Si selaku Rektor

Universitas Ichsan Gorontalo yang telah memberikan rekomendasi dan izin

belajar sehingga saya dapat melanjutkan pendidikan pada Program Doktor

Ilmu Hukum.

6. Staf pegawai pada Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

Page 5: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

7. Rekan-rekan S3 angkatan 2013 atas dukungan, bantuan dan doa selama

memulai pendidikan S3 tahun 2013 sampai Alhamdulillah disertasi ini

penulis selesaikan

8. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Teristimewa rasa terima kasih penulis sampaikan kepada keluarga:

1. Ayahanda Mansur (Alm) dan ibunda Rumpa yang telah mendidik,

membesarkan dan senantiasa memberikan doa restukepada penulis sehingga

penulis dapat mengikuti jenjang S3, inilahkado untuk ayahanda selain Al-

Fatihah;

2. Suamiku Sardiman, S. Si. T. dan anak-anakku: Alika Naila Sardiman dan

Afiqah Azzahra Sardiman yang senantiasa mendoakan, memberi motivasi

dalam penyelesaian disertasi ini.

3. Saudaraku Askar, Hajal, Amru, Fitriani, Asrullah, Muh. Arif dan Linda Sari

atas doa dan motivasi yang diberikan.

Akhirnya penulis mengharap semoga denga hadirnya disertasi ini dapat

bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan teknologi, serta bermanfaat bagi bangsa dan

Negara, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan inayah-Nya kepada

kita semua. Amin.

Makassar, Desember 2018Penulis

Muslimah

Page 6: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...
Page 7: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...
Page 8: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL HALAMAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………. 40

C. Tujuan Penelitian …………………………………………… 40

D. kegunaan Penelitian …………………………………………… 41

E. Orisinalitas Penelitian ……………………………………………. 43

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. LandasanTeori …………………………………………. 44

1. Teori Politik Hukum …………………………………………… 44

2. Teori Legislasi …………………………………………. 57

3. Teori Kewenangan ……………………………………. 77

B. Landasan Perencanaan Pembentukan Legislasi………………… 87

1. Landasan Filosofis ………………………………………….. 90

2. Landasan Sosiologis ………………………………………… 91

3. Landasan Yuridis …………………………………………… 92

C. Konsep Prolegnas ………………………………………………. 95

1. Pengertian prolegnas ………………………………………... 95

2. Arah Kebijakan Prolegnas ………………………………….. 103

D. Tahap Pembentukan prolegnas ………………………………… 121

1. Penyusunan prolegnas dilingkungan DPR ………………….. 121

2. Penyusunan prolegnas dilingkungan pemerintah …………… 129

3. Penyusunan prolegnas dilingkungan DPD…………………… 130

E. Konsep Naskah Akademik ……………………………………… 136

F. Kerangka Fikir …………………………………………………. 146

G. Bagan Kerangka Fikir ………………………………………….. 147

Page 9: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

H. Definisi Operasional …………………………………………… 174

BAB III: METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian …………………………………………………. 149

B. Lokasi Penelitian …………….……………………………………. 150

C. Populasi Dan Sampel ……………………………………………… 150

D. Jenis Dan Sumber Data ……………………………………………. 150

E. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………… 151

F. Tenik Analisis Data ………………………………………………… 151

BAB IV: PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Hakikat Politik Hukum Prolegnas ………………………………….. 152

1. Urgensi Prolegnas Dalam Pembentukan Undang-Undang …….. 170

2. Tujuan dan kedudukan prolegnas ……………………………….. 173

B. Implementasi Prolegnas Tahun 2015-2019 …………………………. 177

1. Pelaksanaan Prolegnas jangka menengah dan prioritas tahunan 182

C. Konsep ideal perancangan Program legislasi…………………… 179

1. Koordinasi Antar Lembaga ……………………………………. 199

2. Harmonisasi ……………………………………………………. 206

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………… 209

B. Saran ……………………………………………………………….. 211

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahProgram Legislasi Nasional merupakan politik hukum indonesia

yang berisi rencana pembangunan peraturan perundang-undangan dalamperiode tertentu. Perencanaan program pembentukan undang-undangyang berencana, terpadu dan sistematis ini memuat skala prioritasprogram legislasi nasional jangka menengah (5 tahun) dan programlegislasi nasional tahunan yang sesuai dengan program pembangunannasional, dan perkembangan kebutuhan dalam masyarakat.

Selain sebagai instrumen mekanisme perencanaan hukum yangmenggambarkan sasaran politik hukum secara mendasar, programlegislasi nasional secara isi/materi hukum memuat daftar rancanganundang-undang yang dibentuk selaras dengan tujuan pembangunannasional yang tidak dapat di lepaskan dari rumusan pencapaian tujuannegara sebagaimana dimuat dalam pembukaan UUD Negara RepublikIndonesia Tahun 1945, yaitu guna melindungi segenap bangsa danseluruh tumpah darah indonesia; mencerdaskan kehidupan bangsa;memajukan kesejahteraan umum; dan ikut melaksanakan ketertibandunia. Dalam tataran konkrit, sasaran politik hukum nasinal harusmengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional(RPJPN) sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruhyang dilakukan secara bertahap untuk mewujudkan masyarakat adil danmakmur sebagaimana di amanatkan oleh Undang-Undang Dassar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945.

Politik hukum tertinggi terdapat dalam UUD NRI Tahun 1945 yangmemuat arah kebijakan hukum yang harus di jalankan sesuai dengantujuan nasional yang hendak dicapai dan berdasarkan pada pancasilayang termaktub dalam pembukaan UUD NRI Tahun 1945. Pancasilamerupakan nilai-nilai dasar yang menjadi rambu-rambu pembangunanhukum nasional, yang melahirkan empat kaidah penuntun hukum yangharus dipedomani dalam pembangunan hukum. Pertama, hukum yangdapat menjaga integrasi (keutuhan kesatuan) baik ideologi yang sesuaidengan tujuan nasional; Kedua, hukum nasional harus dibangun secarademokratis dan nomokratis, mengandung partisipasi dan menyerapaspirasi melalui mekanisme yang fair, transparan dan akuntabel; ketiga,hukum nasional harus mampu menciptakan keadilan sosial,memperpendek jurang kesenjangan; keempat, hukum harus menjamintoleransi beragama yang berkeadaban antar pemeluknya.

Page 11: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

Dalam penyelenggaraan pemerintahan, hukum merupakan tujuannamun hanya digunakan sebagai salah satu sarana untuk mencapai ideyang dicita-citakan oleh negara tersebut. Untuk itu, perlu diketahui terlebihdahulu masyarakat bagaimana yang ingin diwujudkan oleh suatu negara.Setelah di ketahui masyarakat yang bagaimana yang di cita-citakan olehsuatu negara, dapatlah dicari sistem hukum yang dapat membawa rakyatke arah masyarakat yang di cita-citakan, dan sekaligus dapat di tentukanpolitik hukum yang bagaimana yang dapat menciptakan sistem hukumyang dikehendaki tersebut.

Demikian juga, bagi indonesia politik hukum yang dipilih di arahkanuntuk membawa rakyat indonesia kearah masyarakat yang di cita-citakanoleh bangsa indonesia seperti yang di amanatkan oleh pembukaan UUD1945, yaitu untuk melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruhtumpah darah indonesia, memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertibandunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilansosial.

Untuk mencapai tujuan penyelenggaraan tersebut di atas, makadisusunlah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia sebagaiaturan dasar dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan indonesia, dankerakyatan yang dipimpin oleh hikmad kebijaksanaan dalampermusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan sosialbagi seluruh rakyat indonesia. Dengan kata lain tujuan ini harus di capaiberdasarkan falsafah pancasila.

Lebih lanjut, politik hukum menurut Mahfud MD adalah bagaimanahukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan arahnya dalamkondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan. Pembentukanundang-undang merupakan proses sosial dan proses politik yang sangatpenting dan mempunyai pengaruh yang luas, karena itu (undang-undang)akan memberi bentuk dan mengatur atau mengendalikan masyarakat.Undang-undang oleh penguasa digunakan untuk mencapai danmewujudkan tujuan sesuai dengan yang dicitia-citakan. Dengan demikian,dapat dikatakan bahwa Undang-undang mempunyai dua fungsi, yaitu:

1. Fungsi untuk mengekspresikan nilai, dan2. Fungsi instrumental.Politik hukum pasca perubahan UUD NRI 1945 juga dituangkan

dalam prolegnas dan sebagaimana yang di atur dalam UU Nomor 10Tahun 2004 yang sudah di ganti dengan UU Nomor 12 Tahun 2011.Program legislasi nasional merupakan penjabaran politik hukum untuk

Page 12: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

mencapai tujuan negara dalam periode tertentu. Di dalam programlegislasi nasional memuat rencana undang-undang yang akan dibuatdalam 5 tahun dan dapat dipenggal-penggal lagi berdasarkan perioritastahunan. dari program legislasi nasional ini dapat di ketahui politik hukumselama lima Tahun dan prioritas setiap tahunnya. Program legislasinasional bukan hanya berisi rencana hukum yang akan di buat melainkanjuga merupakan pedoman atau mekanisme pembuatan undang-undangyang mengikat. Oleh karena itu, untuk mencapai konsistensi pembuatansuatu undang-undang dengan konstitusi harus dilakukan melalui alurpolitik hukum nasional yang telah diatur dengan rapi agar setiap hukumselalu mengalir dan konsisten dengan tujuan Negara, sistem hukum,kaidah penuntun dan konstitusi.

Secara garis besar program legislasi nasional merupakan bagiandari sistem hukum nasional. Sistem hukum nasional terdiri atas 4 (empat)sub sistem atau unsur, yaitu budaya atau kesadaran hukum (legal culture),materi hukum (legal substance), aparatur hukum (legal opparatus), dansarana prasarana hukum (legal structure). Pendekatan kesisteman(sistem Approach) inilah yang digunakan dalam politik hukum nasionalsebagaimana tertuang dalam rencana pembangunan janagka menengah(RPJM). Menurut pendekatan ini, yang dimaksud hukum adalah undang-undang itu sendiri dan berada dalam sub-sistem materi hukum (legalsubstance).

Hukum merupakan landasan pembangunan di bidang lainnya yangbermakna teraktualisasinya fungsi hukum sebagai alat rekayasasosial/pembangunan (law astool of social engineering), instrumenpenyelesaian masalah (dispute resolution), dan instrumen pengaturperilaku masyarakat (social control). Begitu pun untuk konteks indonesia,hukum telah memberikan peran penting melalui tiga fungsinya tersebut.

Di era reformasi, pasca perubahan atas UUD 1945, strategipembangunan hukum nasional berpedoman pada apa yang di kenalsebagai visi dan misi pembangunan hukum nasional. Visi pembangunanhukum nasional adalah terwujudnya negara hukum yang adil dandemokratis melalui pembangunan sistem hukum nasional yang mengabdikepada kepentingan rakyat dan bangsa di dalam bingkai negara kesatuanrepublik indonesia untuk melindungi segenap rakyat dan bangsa, sertatumpah darah indonesia, memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertibandunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilansosial berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945.

Page 13: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

Visi tersebut kemudian diimplementasikan dalam misipembangunan hukum nasional dengan; (1) mewujudkan materi hukum disegala bidang dalam rangka penggantian terhadap peraturan perundang-undangan warisan kolonial dan hukum nasional yang sudah tidak sesuaidengan perkembangan masyarakat yang mengandung kepastian,keadilan, dan kebenaran dengan memerhatikan nilai-nilai hukum yanghidup dalam masyarakat. (2) mewujudkan budaya hukum dan masyarakatyang sadar hukum. (3) mewujudkan aparatur hukum yang berkualitas,profesional, bermoral dan berintegrasi tinggi; serta (4) mewujudkanlembaga hukum yang kuat, terintegrasi, dan berwibawa.1

Salah satu materi yang penting dalam menunjang pembangunanhukum nasional secara terencanah, terpadu dan sistematis adalahperencanaan pembentukan undang-undang dalam program legislasinasional.2 Program legislasi nasional (prolegnas) sebagai intrumenperencanaan pembentukan undang-undang merupakan salah satuelemen penting dalam kerangka pembangunan hukum, khususnya dalamkonteks pembangunan materi hukum (legal substance).3

Proses pembentukan undang-undang dimulai dari perencanaan,yaitu melalui program legislasi nasional. Oleh karena itu program legislasinasional diharapkan menjadi pedoman dan pengendali penyusunanundang-undang yang mengikat semua lembaga yang berwenangmembentuknya.4 Demikian pentingnya program legislasi nasional dalampranata pembentukan peraturan perundang-undangan, maka sejakberlakunya Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 dan yang kemudiandiganti dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentangPembentukan Peraturan Perundang-Undangan, program legislasinasional (prolegnas) ditetapkan menjadi salah satu syarat atau prosesyang wajib dilalui dalam pembentukan suatu undang-undang.5 Haltersebut dapat dilihat pada bunyi Pasal 16 Undang-Undang No. 12 Tahun

1 Aziz Syamsuddin, Proses dan Teknik Penyusunan Undang-Undang, Sinar Grafika,Jakarta Timur, Tahun 2014, Halaman.1-2.

2 Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-Undangan , Kanisius,Yogyakarta,2007, halaman48

3 Ahmad Yani, Pembentukan Undang-Undang dan Perda, Raja Grafindo Persada, Jakarta,2011, halaman 29

4 Andi Matalata dalam Badan Pembinaan Hukum Nasional, tiga dekade prolegnas danperan BPHN,BPHN,Jakarta 2008 halaman 6

5 berdasarkan UU No 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Pembentukan Undang-Undang dilakukan dengan tahapan Perencanaan, Penyusunan,Pembahasan, Pengesahan, dan Pengundangan. Prolegnas merupakan salah satu prosespembentukan undang-undang pada tahap perencanaan, dimana suatu undang-undang yang akandi bentuk harus di rencanakan terlebih dahulu dalam prolegnas

Page 14: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

2011 yang menegaskan bahwa perencanaan penyusunan undang-undangdilakukan dalam program legislasi nasional (prolegnas).

Definisi yuridis dari pada program legislasi nasional itu sendirimenurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 adalah instrumenperencanaan program pembentukan undang-undang yang disusun secaraterencana, terpadu, dan sistematis.6

Merujuk pada pengertian program legislasi nasional sebagaimanayang didefinisikan dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2011, programlegislasi nasional tidak lain adalah suatu instrumen perencanaan programpembentukan undang-undang. Maksudnya, program legislasi nasionalmerupakan pembentukan suatu undang-undang yang direncanakansecara terencana, terpadu, dan sistematis dalam rangka pembangunan(materi) hukum nasional.

Senada dengan pernyataan diatas, Mahfud MD menyatakan,bahwa program legislasi nasional adalah instrumen perencanaanpembentukan undang-undang yang di susun secara berencana, terpadu,dan sistematis yang memuat potret rencana hukum dalam periode tertentudisertai prosedur yang harus ditempuh dalam pembentukannya.7

Secara teknis, program legislasi nasional memuat daftar skalaprioritas Rancangan Undang-Undang (RUU) yang akan di bentuk padasuatu periode tertentu. Periode tersebut ada yang 5 tahun, yang disebutsebagai program legislasi nasional jangka menengah atau 5 tahunan danada juga untuk periode 1 tahun, yang disebut sebagai program legislasinasional prioritas tahunan. Program legislasi nasional 5 tahunan tersebutpada pelaksanaannya dipenggal-penggal menjadi prioritas tahunan atauprolegnas tahun. Prolegnas 5 tahun itu dapat di evaluasi atau di sesuaikandengan perkembangan setiap tahunnya bersamaan dengan ditetapkannyaprogram legislasi nasional tahunan.

Dalam daftar tersebut, dimuat judul Rancangan Undang-Undang,materi yang di atur, dan keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya. Yang dimaksud dengan materi yang diaturketerkaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya yakni,adalah keterangan mengenai konsepsi Rancangan Undang-Undang yangterdiri dari:

1. Latar belakang dan tujuan penyusunan

6 Vide pasal 1 angka 9 UU No.12 tahun2011 Tentang Pembentukan Perundang-Undangan

7 Mahfud M.D, Permasalahan Aktual Koordinasi Prolegnas, makalah disampaikan padaloka karya 30 tahun prolegnas oleh badan pembinaan hukum nasional, Jakarta 19 -21 November2007

Page 15: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

2. Sasaran yang ingin di wujudkan3. Jangkauan dan arah pengaturan.8Adapun program legislasi nasional sebagai instrument

perencenaan pembentukan undang-undang bertujuan agar adanya suatuperencanaan yang matang dan mendalam dalam pembentukan undang-undang, sehingga undang-undang yang dihasilkan kemudian adalahundang-undang yang berkualitas, sinkron dengan peraturan yang lainnya,serta efektif dalam pelaksanaannya.9

Kebijakan pembentukan undang-undang atau legislasi merupakansubsistem dan bagian dari strategi pembangunan hukum nasional,khususnya dalam konteks pembangunan materi hukum, yang bertujuanmencapai kesejahteraan rakyat dan kemajuan bangsa indonesia di tengaharus besar globalisasi. Visi dan misi pembangunan hukum nasionalmenjiwai materi hukum atau undang-undang yang akan di bentuk.Kebijakan legislasi di arahkan pada terbentuknya undang-undang diberbagai bidang kehidupan seperti, hukum, ekonomi, politik, agama,pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, sosial budaya,pembangunan daerah, sumber daya alam, lingkungan hidup, sertapertahanan dan keamanan.

Pembentukan undang-undang tersebut merupakan pengaturanlebih lanjut dari UUD 1945, yang materinya mencakup aspek-aspek; hakasasi manusia (HAM), hak dan kewajiban warga negara, pelaksanaan danpenegakan kedaulatan negara, wilayah negara dan pembagian daerah,kewarganegaraan dan kependudukan serta keuangan negara. Kebijakanpembentukan undang-undang di landasi oleh tujuan yang jelas sebagaiberikut; 1). Mendukung upaya kearah mewujudkan supermasi hukum,terutama penggantian terhadap peraturan perundang-undangan warisankolonial dan hukum nasional yang sudah tidak sesuai denganperkembangan masyarakat. 2). Menyempurnakan peraturan perundang-undangan yang sudah ada selama ini, namun tidak sesuai dengantuntutan dan kebutuhan masyarakat. 3). Membentuk peraturanperundang-undangan baru yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhanmasyarakat.

Adapun fungsi peraturan perundang-undangan menurut BagirManan dalam Abdul Razak10 ada dua kelompok utama fungsi peraturan

8 pasal 19 UU No.12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan9 lihat juga tujuan prolegnas menurut Sunaryati dalam makalahnya, program legislasi

nasional antara kenyataan dan harapan, makalah disampaikan pada lokakarya 30 tahunprolegnas oleh badan pembinaan hukum nasional, Jakarta, 19-21 November 2007

10 Bagir Manan dalam Abdul Razak. 2012. Peraturan kebijakan (Beleidsregels).Mahakarya Rangkang Offset Yogyakarta.hlm. 55-59

Page 16: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

perundang-undangan yaitu fungsi internal dan fungsi eksternal sebagaiberikut:

1. Fungsi internalFungsi internal merupakan fungsi sebagai sub hukum (hukum

perundang-udangan) terhadap system hukum pada umumnya. Secarainternal peraturan peraturan perundang-undangan menjalankan beberapafungsi yaitu:

a. Fungsi penciptaan hukum (rechts chepping) melahirkansistem kaidah hukum yang berlaku dilakukan atau terjadi.Melalui beberapa cara yaitu keputusan hakim(yurisprudensi), kebiasaan yang dalam praktek dalamkehidupan masyarakat atau dan peraturan perundang-undangan. Secara langsung hukum dapat pula terbentukmelalui hukum (doktrin) yang diterima dan digunakanpembentukan hukum. Di Indonesia peraturan perundanganmerupakan cara utama penciptaan merupakan sendi utamasistem hukum nasional. Pemakaian perundang-undangansebagai utama system hukum nasional karena:

Sistem hukum inddonesia sebagai akibat hukumbelanda lebih menempatkan hukum continental yangmengutamakan bentuk sistem hukum tertulis.

Politik pembangunan hukum nasionalmengutamakan penggunaan peraturan perundang-undangan sebagai instrument utamanyadibandingkan dengan hukum yurisprudensi danhukum kebiasaan. Hal ini antara lain karenabangunan hukum nasional yang menggunakanperundang-undangan sebagai instrument dapatdisusun secara berencana (dapat direncanakan).

b. Fungsi pembaharuan hukumPembentukan perundang-undangan dapat direncanakan,sehingga pembaharuan hukum dapat pula direncanakan.Peraturan perundang-undangan tidak hanya melakukanfungsi pembaharuan terhadap peraturan perundang-undangan yang sudah ada, tetapi dapat pula dipergunakansebagai sarana memperbaharui yurisprudensi, hukumkebiasaan, atau hukum adat. Fungsi pembaharuan terhadapperundang-undangan antara lain dalam rangka menggantiperaturan perundang-undangan dari masa hukum belanda.Tidak kalah pentingnya memperbaharui peraturan

Page 17: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

perundang-undangan nasional (dibuat setelah merdeka)yang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan danperkembangan baru. Di bidang hukum adat dan kebiasaanperaturan perundng-undangan berfungsi mengganti hukumkebiasaan dan hukum adat yang tidak sesuai dengankeyataan-kenyataan baru. Pemanfaatan perundang-undangan sebagai instrument pembaharuan hukumkebiasaan dan hukum adat sangat bermanfaat karena dalamhal-hal tertentu kedepan hukum yang disebut belakangantersebut sangat rigid terhadap perubahan.

c. Fungsi integrasiFluralisme sistem hukum pada saat ini di Indonesia masihberlaku berbagai system hukum (empat macam sistemhukum), yaitu system hukum continental (barat), systemhukum adat, system hukum agama (khususnya islam), dansistem hukum nasional. Pluralisme system hukum yangberlaku hingga saat ini merupakan salah satu warisancolonial yang harus ditata kembali.Pembaharuan sistem hukum nasional adalah dalam rangkamengintegrasikan berbagai system hukum tersebut sehinggatersusun dalam satu tatanan yang harmonis satu sama lain.Mengenai pluralism sistem hukum sepenuhnyadigantungkan pada kebutuhan hukum masyarakat, kaidahhukum dapat berbeda, antara berbagai kelompokmasyarakat, tergantung pada keadaan dan kebutuhanmasyarakat yang bersangkutan.

d. Fungsi kepastian hukumKepastian hukum merupakan asas penting dalam tindakanhukum dan penegakan hukum. Telah menjadi pengetahuanumum, bahwa peraturan perundang-undangan dapatmemberikan kepastian hukum yang lebih tinggi dari padahukum kebiasaan dan hukum adat atau hukumyurisprudensi.

2. Fungsi EksternalFungsi eksternal sebagi ketentuan peraturan perundang-undangan dengan dilingkungan tempatnya berlaku. Fungsi inidapat disebut fungsi sosial hukum dengan demikian berlakujuga terhadap hukum kebiasaan dan hukum adat serta hukumyurisprudensi. Fungsi sosial akan lebih baik dipergunakan oleh

Page 18: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

peraturan perundang-undangan karena berbagai pertimbanganyaitu:a. Fungsi perubahan

Fungsi perubahan ini, yaitu hukum sebagai sarana rekayasasosial (law as a tool of social engineering) adalah peraturanperundang-undangan diciptakan atau dibentuk untukmendorong perubahan masyarakat dibidaang ekonomisosial, maupun budaya misalnya masyarakat patrilineal ataumatrilineal dapat didorong menuju masyarakat parentalmelalui peraturan perundang –undangan dibidangperkawinan.

b. Fungsi stabilisasiPeraturan perundang-undangan dibidaang pidana, dibidangketertiban dan keamanan merupakan kaidah-kaidah yangterutama bertujuan menjamin stabilitas masyarakat. Kaidahstabilitas dapat pula mencakup kegiatan ekonomi sepertipengaturan kerja, peraturan tata cara perdagangan dansebagainya. Demikian pula dilapanagan pengawasanterhadap budaya luar, dapat pula berfungsi menstabilkansystem sosial budaya yang telah ada.

c. Fungsi kemudahanFungsi kemudahan dapat berfungsi sebagai saranamengatur berbagai kemudahan (fasilitas) peraturan yangberisi intensip seperti keringanan. Pajak, penundaanpersewaan atau penagihan pajak, penyederhanaan tata caraperizinan, struktur permohonan dalam penamaan modalmerupakan kaidah kemudahan. Namun perlu diperhatikan,tidak selamanya peraturan kemudahan akan serta mertamembuahkan tujuan pemberian kemudahan. Dalampenanaman modal misalnya, selain kemudahan sepertidisebutkan diatas diperlukan juga persyaratan lain sepertistabilitas politik, sarana dan prasarana ekonomi,ketenagakerjaan dan sebagainya.

Berdasarkan uraian diatas Abdul Razak11 menyatakan bahwafungsi hukum tidak dapat dipersamakan dengan fungsi perundang-undangan. Fungsi hukum dimaksudkan sebagai fungsi dari setiap sumberhukum, sedangkan fungsi peraturan perundang-undangan adalah fungsi

11 Abdul Razak. 2012. Peraturan kebijakan (beleidsregels). Mahakarya Rangkang OffsetYogyakarta. Hlm. 59

Page 19: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

dari salah satu sumber hukum yaitu peraturan perundang-undangan itusendiri.

Sementara itu, sasaran baru undang-undang yang akan dibentukdisesuaikan dengan arah kebijakan program pembentukan undang-undang di berbagai bidang yang meliputi antara lain; a) rancanganundang-undang yang merupakan perintah dari UUD 1945. b) rancanganundang-undang yang merupakan perintah dari ketetapan MPR RI. c)rancangan undang-undang yang terkait dengan pelaksanaan UU lain. d)rancangan undang-undang yang merupakan ratifikasi terhadap perjanjianinternasional. e) rancangan undang-undang yang mendorong percepatanreformasi.

Mantan ketua Mahkamah Konstitusi, Jimly Asshiddiqie12 di sebuahkesempatan seminar hukum mengatakan, bahwa sistem hukum yangkomprehensif harus terdiri atas tiga elemen hukum, yaitu kelembagaan(institusional), kaidah aturan (instrumental), dan perilaku para subjekhukum yang menyandang hak dan kewajiban yang ditentukan oleh normadan aturan hukum. Salah satu kegiatan dari tiga elemen hukum tersebutadalah kegiatan pembuatan hukum (law making).

Kekuasaan pembuatan atau pembentukan hukum tersebutdipegang oleh DPR RI. ketentuan dalam pasal 20 ayat (1) UUD 1945perubahan I menegaskan, DPR RI memegang kekuasaan membentukundang-undang. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesiaberkewajiban melaksanakan fungsi legislasi yang di amanatkan olehkonstitusi tersebut. Pelaksanaan fungsi legislasi DPR RI sendiri adalahimplementasi dari konsep negara hukum, yaitu konsep negara yangmenjunjung supermasi hukum. Menjunjung supermasi hukummensyaratkan pengakuan dari segenap lapisan masyarakat terhadaphukum atau produk legislasi, sebagai pedoman berperilaku dalam segalaaspek kehidupan.

Supermasi hukum menegaskan bahwa produk hukum yangdihasilkan, undang-undang misalnya, bukan hanya memiliki legitimasiformal (formal legitimacy) tetapi secara substansial juga mengikatmasyarakat untuk tunduk dan taat pada aturan-aturan di dalam undang-undang tersebut (substantive legitimacy). Fungsi legislasi DPR RI, selainimplementasi konsep negara hukum, merupakan pelaksanaan dari konsepnegara kesejahteraan, yaitu konsep negara yang mengakomodasi adanyainterpensi (tanggung jawab) negara atau pemerintah dalam ranah

12 Jimly As-Shiddiqie, ‘Implikasi Perubahan UUD 1945 terhadap Pembangunan HukumNasional, makalah di sampaikan pada pembukaan seminar pengkajian hukum nasional (KHN) diJakarta, 21 November 2005.

Page 20: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

kehidupan (sosial, ekonomi, politik, keamanan, dan budaya) masyarakat,yaitu dalam rangka mensejahterakan rakyat. Campur tangan negara ataupemerintah tersebut melalui pembentukan instrumen hukum atau produkundang-undang.

Kebijakan legislasi merupakan proses perumusan kebijakan publik,sehingga undang-undang yang di hasilkan biasa di sebut sebagai bentukformal dari kebijakan publik. Sebagai suatu kebijakan publik, substansiundang-undang memuat ketentuan yang berkaitan dengan kepentinganmasyarakat yang terkait dengan materi yang di atur. Dengan demikian,wewenang legislasi yang dimiliki DPR RI dan anggota DPR RI adalahmerumuskan kebijakan publik. Melalui wewenang legislasi, DPR RI dananggota DPR RI melakukan salah satu fungsi Negara, yakni mewujudkankeadilan distributif ( distributive justice ).13

Agung Laksono14 Melalui wewenang legislasi tersebut, DPR RImengartikulasikan dan merumuskan berbagai kepentingan kelompokmasyarakat yang menjadi sasaran dari undang-undang yang di buat.Kendati demikian, menurut pendapat Romli Atmasasmita15 dalam salahsatu artikelnya yang berjudul Reorientasi Politik Perundang-Undangan RI,bahwa semangat perubahan UUD 1945 dalam pembentukan undang-undang yang meletakan tugas dan tanggung jawab penuh kepada DPR RIdalam membentuk undang-undang yang dapat kita sebut perubahanpolitik perundang-undangan (legislation policy) memerlukan keterampilandalam penyusunan Rancangan Undang-Undang, ketajaman pengamatandan ketelitian dalam mempertimbangkan faktor-faktor kultur, geografi,etnis, dan agama masyarakat Indonesia.

Tujuannya, adalah agar undang-undang yang akan di hasilkandalam jangka panjang tidak menimbulkan masalah baru atau bahkan tidakdapat di terapkan dengan efektif. Masalah etika dan moral pembangunanhukum di indonesia juga mulai harus di pertimbangkan sejak penyususnanprogram legislasi nasional sampai kepada implementasi Undang-Undangdan pemberlakuannya di tengah-tengah masyarakat. Faktor etika danmoral yang melandasi kedua tahap sangat penting dan sangat strategisdalam pembangunan Bangsa dan Negara ini dan sangat menentukanbentuk dan wujud serta karakter undang-undang yang dihasilkan dan

13 Aziz Syamsuddin, Proses dan Teknik penyusunan Undang-Undang, Sinar Grafika,Jakarta Timur, 2014, Halaman. 4

14 Agung Laksono, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Pasca PerubahanUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam Jurnal Majelis, Volume 1No. 1, Jakarta: Setjen MPR RI, Agustus 2009.

15Romli Atsasmita, Reorientasi Politik Perundang-Undangan, Artikel 2006.

Page 21: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

kondisi masyarakat dan bangsa yang akan diciptakan dengan undang-undang tersebut.

Program legislasi nasional (prolegnas) memuat daftar dan skalaperioritas program legislasi jangka menengah dan tahunan yang di susunsecara berencana, terpadu dan sistematis oleh Dewan Perwakilan RakyatRI bersama Pemerintah sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukummasyarakat dalam mencapai tujuan negara pada tahap dan periodetertentu.

Secara operasional program legislasi nasional memuat daftarrancangan undang-undang yang disusun berdasarkan metode danparameter tertentu serta di jiwai oleh visi dan misi pembangunan hukumnasional. Visi yang di emban dalam penyusunan program legislasinasional Tahun 2015-2019, adalah “terwujudnya pembangunan hukumyang berkeadilan melalui kualitas penegakan Hukum dan Hak AsasiManusia untuk meningkatkan daya saing perekonomian bangsa”.

Untuk mencapai visi sebagaimana tersebut di atas, programlegislasi nasional di susun dengan misi; menciptakan penegakan hukumyang berkualitas dan berkeadilan, meningkatkan kontribusi hukum untukpeningkatan daya saing ekonomi bangsa, dan meningkatkan kesadaranhukum di segala bidang.

Dengan demikian, menjadi jelas bahwa maksud penyusunanprogram legislasi nasional, adalah agar dapat merencanakan danmemberi arahan yang sistematis mengenai pembangunan hukumnasional yang akan dilakukan pada tahun 2015-2019, serta menyusunprioritas rancangan undang-undang yang akan dibentuk dalam periodetersebut sebagai landasan operasional dalam pencapaian tujuanpembangunan nasional. Maksud dari penyusunan prolegnas tersebut diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan program legislasinasional (prolegnas) adalah dengan tersedianya perencanaan dan arahanyang sistematis dalam melaksanakan program pembangunan hukumnasional, dan tersusunnya daftar rancangan undang-undang yang sesuaidengan arah kebijakan pembangunan nasional, serta terwujudnyaundang-undang yang aspiratif dan memenuhi kebutuhan masyarakat.

Penyusunan program legislasi nasional (prolegnas) memiliki dasarpertimbangan yaitu, landasan filosofis. Proses pembentukan undang-undang memberikan arah dan pedoman bagi terwujudnya cita-citakehidupan bangsa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesiaberdasarka Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945. Program legislasi nasional yang menitikberatkanpada pembentukan undang-undang yang terencana, sistematis, terarah,

Page 22: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

terpadu dan menyeluruh diharapkan dapat mengarahkan pembangunanhukum, mewujudkan konsistensi peraturan perundang-undangan, sertameniadakan pertentangan antara undang-undang yang ada (vertikalmaupun horizontal) yang bermuara pada terciptanya hukum yang dapatmelindungi hak-hak warga negara dan dapat menjadi saranah untukmencapai tujuan berbangsa dan bernegara.

Landasan sosiologis, yaitu menciptakan ketertiban dalamkehidupan bermasyarakat dan bernegara merupakan salah satu tujuanhukum dan sebagai perwudannya pembentukan undang-undang harussesuai dengan nilai yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat,sekalipun memang tidak mungkin semua nilai yang ada didalammasyarakat dimuat dalam suatu undang-undang.

Adapun wujud dari penempatan rakyat sebagi subjek dalamlegislasi adalah pelibatan masyarakat dalam proses pembentukanundang-undang. Artinya pembentukan undang-undang harus dilakukansecara transparan, partisipatif, dan demokratis sehingga masyarkat dapatterlibat dalam pembentukan suatu undang-undang. Dalam rangkapendapatan gambaran keutuhan hukum dalam masyarakat,perencanaanProlegnas Tahun 2015-2019 telah mendapat masukan dari berbagaikalangan masyarakat yang meliputi kalangan akademisi, organisasikemasyarakatan, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat,kalangan pelaku usaha, lembaga yang bergerak dalam pemberdayaanpetani, nelayan, pekerja dan unsur masyarakat lainnya. Melalui prolegnasdiharapkan dapat dihasilkan kebijakan yang sesuai dengan aspirasimasyarakat, mengandung perlindungan dan penghormatan terhadap hakasasi manusia, serta mempunyai daya guna yang efektif dalammasyarakat.

Landasan yuridis, Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa negara Indonesiaadalah negara hukum. Konsep negara hukum mempunyai tujuanterciptanya kehidupan demokratis, melindungi hak asasi manusia dankesejahteraan yang berkeadilan. Untuk mewujudkan konsep negarahukum tersebut negara harus menjamin dan melindungi hak asasimanusia, mengakui persamaan kedudukan didalam hukum sertamemberikan kedudukan tertinggi terhadap supermasi hukum.

Supermasi hukum merupakan landasan operasional dalampenyelenggaraan negara dalam wujud penyelenggaraan hukum yangmenjadi dasar tatanan kehidupan nasional baik dalam bidang politik,ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Bentuk dari hukum

Page 23: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

dalam konsep Negara hukum adalah pembangunan hukum melaluipembentukan undang-undang.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mempunyai peran penting dalampembentukan undang-undang melalui fungsi legislasi sebagaimanadisebutkan dalam Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa DPRmemegang kekuasaan membentuk undang-undang. Dalam prosespembentukan undang-undang tersebut, rancangan undang-undang dapatdiajukan oleh:

a. DPR, sesuai dengan ketentuan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Presiden, sesuai dengan ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

c. DPD, sesuai dengan ketentuan Pasal 22D ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 junctoPasal 249 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan PerwakilanRakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan RakyatDaerah dapat mengajukan rancangan undang-undang kepadaDPR yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusatdan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungandaerah, pengelolaan sumber alam dan sumber daya ekonomilainnya serta yang berkaitan dengan perimbangan keuanganpusat dan daerah.16

Pasal 20 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa dalam setiap pembahasanrancangan undang-undang oleh DPR harus mendapatkan persetujuanbersama dengan Presiden. Dalam konteks itulah, maka konstitusi jugamengamanatkan adanya tata cara pembentukan undang-undang yang diatur dengan undang-undang sebagaaimana disebutkan dalam Pasal 22AUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yangkemudian dilaksanakan melalui program legislasi nasional (prolegnas)sebagai instrumen perencanaan penyusunan undang-undang yangmerupakan skala prioritas program pembentukan undang-undang dalamrangka mewujudkan sistem hukum nasional sesuai dengan ketentuandalam Pasal 16 dan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

16 Badan Legislasi DPR RI, Program Legislasi Nasional, Rancangan Undang-Undang Tahun2015-2019 dan Program Legislasi Nasional Rancangan Undang-Undang Prioritas Tahun 2015,Jakarta, pebruari 2015. hal.10-12.

Page 24: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

Pembuatan undang-undang haruslah di dasarkan pada programlegislasi nasional, namun dengan alasan tertentu program legislasinasional dapat disisipi dengan materi Rancangan Undang-Undang (RUU)baru jika ada alasan-alasan yang kuat, yaitu karena ada putusan MK yangmenyebabkan terjadinya kekososngan hukum yang harus segera di isi,karena ada perppu yang mau atau tidak mau harus di bahas padapersidangan DPR berikutnya, karena ada perjanjian internasional yangharus diratifikasi dalam waktu singkat, dan karena keadaan luar biasa,keadaan konflik, atau bencana alam, serta karena alasan keadaantertentu lainnya yang memastikan adanya urgensi nasional atas suaturancangan undang-undang yang dapat disetujui bersama oleh BadanLegislasi (baleg) Dewan Perwakilan Rakyat dan Menteri Hukum dan HAM.

Program legislasi nasional merupakan potret politik hukum nasionalyang memuat tentang rencana materi dan sekaligus merupakan instrumen(mekanisme) pembuat hukum. Sebagai materi hukum program legislasinasional dapat dipandang sebagai potret rencana isi atau substansihukum, sedangkan instrumen program legislai nasional dapat dipandangsebagai pengawal atau pengawas dalam pembentukan hukum nasional.

Sebagai suatu instrumen perencanaan, prolegnas seharusnyamampu berperan strategis dalam proses legislasi, yaitu sebagai landasandalam pelaksanaan serta patokan dalam evaluasi dan pengawasan.Bahkan prolegnas juga dapat berperan sebagai gambaran dari arahpolitik hukum Indonesia, yang melengkapi Rencana PembangunanJangka Menengah Nasional (RPJMN). Sebagai panduan arah kebijakanpembangunan di Indonesia. Dokumen prolegnas pun memiliki legitimasiyang kuat karena disepakati oleh dua pemegang kekuasaan Negara, yaitueksekutif dan legislatif. Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12Tahun 2011 menyebutkan bahwa hasil penyusunan program legislasinasional antara DPR dan Pemerintah di sepakati menjadi prolegnas dandi tetapkan dalam rapat paripurna DPR.

Arti penting keberadaan program legislasi nasional juga dapatdilihat dari sejarah kelahirannya. Pada masa sebelun reformasi,perencanaan legislasi hanya di lakukan berdasarkan kesepakatan antaraDepartemen saat ini disebut kementerian dan lembaga pemerintahanyang terkait. Pada periode itu, tidak ada dokumen yang menjadi panduankebijakan dalam legislasi, terutama terkait dengan politik hukum. AdapunGaris Besar haluan Negara (GBHN) adalah panduan yang sangat umumterkait dengan arah pembangunan di indonesia, sedangkan khusus untukbidang hukum lebih banyak merupakan bentuk interpretasi atau cerminankehendak dari pemegang kekuasaan, dalam hal ini presiden. Selain itu,

Page 25: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

sebelum masa reformasi, pembentukan legislasi tidak dilakukan secaraterarah dan terencana.

Pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno, kebijakan legislasidi arahkan pada program untuk mengganti hukum kolonial, sedangkanpada masa kepemimpinan Presiden Soeharto, selain untuk meneruskanperubahan hukum kolonial, legislasi juga fokus untuk mengganti peraturanperundang-undangan yang dibentuk pada masa orde lama. Kondisi itumenggambarkan bahwa perencanaan legislasi sangat di dominasi olehpaham politik sang pemegang kekuasaan, khususnya presiden saat itu.

Paradigma itu coba diubah pada saat masuk dalam masareformasi. Dengan dipengaruhi oleh adanya transisi politik di indonesia.Dari rezim otoritarian menuju kepada demokrasi baru, cara pandanganakan perencanaan legislasi di lakukan berdasarkan atas hukum, bukankekuasaan. Hal itu merupakan suatu bentuk perkembangan yang positif,karena perencanaan legislasi yang awalnya masih banyak bersifatgentleman aggrement, berubah dengan didasarkan kepada programpembangunan nasional (Propenas) pada periode 2000-2004, danselanjutnya masuk pada penggunaan Program Legislasi Nasional(Prolegnas) pada periode 2004 sampai sekarang, yang di atur secarakhusus dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentangPembentukan Peraturan Perundang-undangan. Keberadaan programlegislasi nasional dilanjutkan, bahkan di perkuat dalam pengaturanUndang-undang Nomor 12 Tahun 2011 sebagai pengganti dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004.

Regulasi dapat dimaknai sebagai tindakan mengatur (the act ofregulating). Di Indonesia pembuatan regulasi atau peraturan perundang-undangan dilaksanakan melalui tahapan perencanaan, penyusunan,pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan PeraturanPerundang-undangan (UU P3) menentukan bahwa perencanaanpenyusunan Undang-Undang dilakukan dalam Program Legislasi Nasional(Prolegnas). Ia merupakan skala prioritas program pembentukan undang-undang dalam rangka mewujudkan sistem hukum nasional. PenyusunanProlegnas dilakukan secara terencana, terpadu, dan sistematis.Terencana, yakni dimulai dengan perencanaan substansial yangdidasarkan pada ketentuan Pasal 18 UU P3. Dasar penyusunan daftarprioritas RUU dalam Prolegnas, yakni sebagai berikut: a. perintahUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b.perintah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; c. perintah Undang-Undang lainnya; d. sistem perencanaan pembangunan nasional; e.

Page 26: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

rencana pembangunan jangka panjang nasional; f. rencana pembangunanjangka menengah; g. rencana kerja pemerintah dan rencana strategisDPR; dan h. aspirasi dan kebutuhan hukum masyarakat.

Penyusunan Prolegnas dilaksanakan secara terpadu, artinyaterdapat hubungan koordinatif antar-lembaga negara, yaitu Presiden,DPR, dan DPD. Penyusunan Prolegnas antara Pemerintah, DPR, danDPD dikoordinasikan oleh DPR melalui alat kelengkapan DPR yangkhusus menangani bidang legislasi, dalam hal ini Badan Legislasi (Baleg).Di lingkungan Pemerintah, penyusunan prolegnas dikoordinasikan olehmenteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum,dalam hal ini Menteri Hukum dan HAM (Menkumham). Di lingkunganDPR, penyusunan Prolegnas dikoordinasikan oleh Baleg, sementaradilingkungan DPD, dikoordinasikan oleh alat kelengkapan DPD yangmenangani legislasi.

Penyusunan Prolegnas dilaksanakan secara sistematis, yaknidisusun dengan cara, metode, dan syarat tertentu, baik di lingkunganDPR, DPD, maupun Pemerintah, serta dilakukan periodisasi dalampenetapan prioritas Prolegnas. Hal ini berkorelasi erat dengan penentuanarah politik pembangunan substansi hukum pada periode tersebut.Prolegnas Jangka Menengah misalnya, penyusunan dan penetapannyadilakukan pada awal masa keanggotaan DPR sebagai Prolegnas untukjangka waktu 5 (lima) tahun. Sementara Prolegnas Prioritas Tahunan,penyusunan dan penetapannya dilakukan setiap tahun sebelumpenetapan Rancangan Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatandan Belanja Negara (RUU APBN) Dalam menyusun Prolegnas, DPRmemiliki mekanisme yang diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPR (TatibDPR). Dalam Tatib DPR ditentukan bahwa Baleg merupakan koordinatorpenyusunan Prolegnas di lingkungan DPR dan merupakan koordinatorpenyusunan Prolegnas antara DPR, Pemerintah, dan DPD. Dalammenyusun Prolegnas, DPR mempertimbangkan usulan dari Fraksi,komisi, dan/atau masyarakat. Setelah hasil koordinasi penyusunanProlegnas antara Baleg DPR, DPD, dan menteri yang menyelenggarakanurusan pemerintahan di bidang hukum disepakati menjadi Prolegnas,Baleg DPR selanjutnya melaporkan ke rapat Paripurna DPR untukditetapkan.

Latar belakang pemikiran penyusunan prolegnas, sesungguhnyamengandung cita-cita hukum yang hendak diwujudkan, selain sebagaiinstrument perencanaan pembentukan undang-undang secara terencana,

Page 27: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

terpadu, dan sistematis dalam bentuk daftar RUU.17 Prolegnas jugadimaksudkan untuk menjadi salah satu sarana meningkatkan produk UUbaik dari aspek kuantitas maupun kualitas dengan dengan arah hukumyang dikehendaki dalam kurun waktu tertentu. Melalui prolegnasdiharapkan akan terjadi peningkatan produk UU dari aspek kuantitas dankualitas.

Pada hakikatnya, konsepsi Prolegnas memiliki banyak fungsi, diantaranya dapat memberikan gambaran obyektif tentang kondisi umumpembentukan undang-undang; memberikan susunan skala prioritaspenyusunan RUU sebagai program yang berkesinambungan dan terpadusehingga dapat menjadi pedoman bagi lembaga yang berwenang untukmembentuk undang-undang; sebagai sarana untuk mewujudkan sinergiantar-lembaga dalam pembentukan undang-undang; dan sebagai deteksidini untuk mencegah tumpang tindih peraturan perundang-undangan.Ironisnya dalam tataran praktis, kedudukan Prolegnas ternyata masihbanyak menimbulkan persoalan dan dipandang belum terlaksana secaraoptimal. Persoalan pelaksanaan Prolegnas setidak-tidaknya dapat dikritisidari 3 (tiga) sudut, yakni persoalan kualitas, kuantitas, dan prosedur.Pertama, persoalan kualitas terkait dengan beberapa kelemahan yangada di antaranya: 1) masih terjadi disharmoni antar–rancangan peraturanperundang-undangan (vertical dan horizontal), mulai dari sumber hukumPancasila hingga tingkat paling bawah dalam hierarki PeraturanPerundang-undangan, 2) ada kecenderungan proses harmonisasi barudilakukan pada saat penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, yang idealnya sudah dimulai sejak perencanaan, 3) tidakintegralnya regulasi dengan RPJPN, RPJMN, dan Rencana KerjaPemerintah (RKP). Selain itu, buruknya kualitas rancangan peraturanperundang-undangan juga dipengaruhi oleh faktor ego-sektoral lembaga,ego-kedaerahan, faktor kualitas penelitian, faktor Naskah Akademik (NA),dan lain-lain. Terkait masalah NA, secara khusus hal ini telah lama

17 Cita-cita hukum yang hendak diwujudkan lazimnya disebut politik hukum. MenurutPadmo Wahyono, politik hukum adalah kebijakan dasar yang menentukan arah, bentuk, da nisihukum yang akan dibentuk. Menurut Teuku Mohammad Radhie, politik hukum adalahpernyataan kehendak penguasa Negara mengenai hukum yang berlaku diwilayahnya danmengenai arah perkembangan hukum yang dibangun.lihat keduanya di dalam Teuku MohammadRadhie, “Pembaharuan dan politik Hukum Dalam Rangka Pembangunan Nasional”, Prisma,Nomor 6 Tahun II Desember 1973 (Jakarta: LP3ES,1973), hlm. 4. Adapun menurut Soedarto,politik hukum adalah kebijaksanaan dari Negara dengan perantaraan badan-badan yangberwenang untuk menetapkan peraturan perundang-undangan yang dikehendaki dan yangdiperkirakan dapat digunakan untuk mengekspresikan norma yang terkandung dalam masyarakatdan untuk mencapai tujuan yang di cita-citakan, Aruan Sakijo dan Bambang Poernomo, HukumPidana: Aturan Umum Hukum Pidana Kodifikasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990) hlm. 5

Page 28: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

menjadi perhatian. NA sering terkesan seadanya dan isinya tidakmenjawab substansi yang yang akan diatur dalam draf undang-undang.Dalam praktek, sering usulan RUU dalam Prolegnas tidak disertai denganNA, bahkan tidak jarang NA disusun setelah draft RUU dibuat. PadahalNA memiliki fungsi yang sangat penting dan strategis dalam pembentukanundang-undang. NA juga harus dapat dipertanggungjawabkan secarailmiah dan semestinya menjadi dasar dalam setiap pembentukan undang-undang, termasuk sebagai dasar bila undang-undang tersebut diuji materidi Mahkamah Konstitusi (MK).

Kedua, persoalan kuantitas. Rasio kemampuan pembahasan RUUdi DPR tidak seimbang. Capaian Prolegnas Jangka Menengah 2005-2009misalnya, dari 284 RUU, hanya 54 RUU (19%) yang disahkan menjadiundang- undang, ditambah 67 RUU yang merupakan daftar KomulatifTerbuka. Sementara capaian Prolegnas Jangka Menengah 2010-2014,dari 261 RUU dalam Prolegnas Tahun 2009-2014, yang berhasil menjadiundang-undang hanya 71 RUU atau sekitar 27,2%. Data tersebutmenunjukkan bahwa eskalasi jumlah RUU terus bertambah dari tahun ketahun. Salah satu penyebabnya adalah mekanisme Prolegnas yangberjalan secara bottom up, yaitu dengan menginventarisasi kebutuhanperaturan perundang-undangan Kementerian/Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (K/LPNK). Secara empirik, data menunjukkan adanyakecenderungan masing-masing K/LPNK untuk terus membentuk peraturanperundang-undangan yang menyangkut tugas dan fungsinya tanpadibarengi dengan evaluasi terhadap kedudukanya selama ini. Kondisi inijuga terjadi di tingkat daerah. Dampaknya adalah over regulated,tumpang-tindih, dan terjadi disharmoni antar-peraturan perundang-undangan.

Ketiga, persoalan prosedur. Hal ini terkait dengan masih adanyaRUU yang tidak melalui prosedur yang telah ditentukan. Salah satunya,yakni tidak terpenuhinya syarat teknis. Ada pula kecenderungan keinginanbaik Pemerintah maupun DPR untuk mengajukan pembahasan RUU non-Prolegnas melalui mekanisme penambahan Prolegnas Prioritas. Sehinggakomitmen terhadap prolegnas sebagai satu-satunya instrumentperencanaan pembentukan peraturan perundang-undangan, belumsepenuhnya ditaati baik oleh pemerintah maupun DPR. Akibatnya masihsering terjadi masuknya RUU yang sebelumnya tidak tercantum dalamdaftar prolegnas, menjadi RUU yang diagendakan untuk dibahas di DPR.Hampir setiap tahun selalu muncul rencana legislasi baru baik yang

Page 29: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

diusulkan DPR maupun pemerintah pada setiap tahunnya.18 DPR danPemerintah juga cenderung lebih banyak membahas RUU KomulatifTerbuka dan RUU yang berasal dari aspirasi masyarakat daripada RUUyang telah ditetapkan dalam daftar Prolegnas.

Kenyataannya program legislasi nasional yang sudah disusunternyata tidak mampu memberikan warna dominan terhadap proseslegislasi. Dari aspek kuantitas target Rancangan Undang-Undang yangtercantum dalam program legislasi nasional selalu tidak tercapai. Bahkancapaiannyapun tidak murni dari rancangan Undang-Undang yang sedariawal sudah direncanakan. Dari awal penggunaannya, tahun 2005,program legislasi nasional selalu berjalan dengan pola yang sama, yaitu diawali dengan target yang ambisius dan di akhiri dengan capaian yangtidak bagus.19

Tingginya target program legislasi nasional dari tahun 2005-2014selalu di jawab dengan capaian rancangan undang-undang yang selalujauh lebih rendah, rata-rata capaian pembentukan Undag-undang setiaptahunnya hanya 32 Undang-undang, angka itu jauh lebih kecildibandingkan dengan target rata-rata pengesahan rancangan undang-undang yang mencapai 74 Rancangan Undang-Undang. Apa bila melihatpada periode waktu, dalam tahun 2005-2014 indonesia memiliki duakepengurusan DPR yang berbeda, yaitu periode 2004-2009 dan 2009-20014. Hal itu tidak membuat prestasi capaian program legislasi nasionalberubah, karena tidak ada evaluasi yang mampu memberikan hasil yangsignifikan.

Dari aspek kualitas, keberadaan daftar rancangan undang-undang(RUU) pada suatu program legislasi nasional tidak mencerminkan politikhukum yang terencana, terpadu dan sistematis. Program legislasi nasionaltidak ubahnya seperti wish list atau daftar harapan, yang lebih dominanmenonjolkan ego sektoral dari pada stakeholder, baik Dewan PerwakilanRakyat, Pemerintah, Dewan Perwakilan Daerah, atau masyarakat. Parastakeholder itu berupaya memasukkan Rancangan Undang-Undangaspirasinya dalam program legislasi nasional tanpa mampumenyesuaikannya dengan dokumen arah kebijakan pembangunannasional, seperti Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional(RPJMN). Kondisi itu di perberat dengan proses seleksi rancangan

18 Bambang Plasara, Peran program Legislasi nasional Dalam Pembangunan Hukum diIndonesia. Disampaikan dalam acara forum koordinasi harmonisasi perundang-undanagaDirektorat jenderal peraturan perundang-undangan Kementerian Hukum dan HAM.

19 Fajri Nursyamsi, 2015, Menggagas Prolegnas Berkualitas, (online),(https://www.selaras.com, diakses 17 juli 2016).

Page 30: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

undang-undang (RUU) yang lemah untuk masuk dalam program legislasinasional, sehingga terbentuklah daftar prioritas Rancangan Undang-Undang yang ambisius tersebut.

Selain itu, permasalahan lain yang menyangkut kualitas undang-undang adalah masih ada rancangan undang-undang yang tidak layakmenjadi undang-undang, karena mengatur materi muatan dari PeraturamPemerintah (PP). hal itu di ungkapkan oleh Bayu Dwi Anggono yangmelakukan penelitian untuk di sertasinya di universitas indonesia. Contohundang-undang yang tidak layak itu antara lain UU nomor 12 Tahun 2012tentang pendidikan tinggi, yang seharusnya di atur dalam PP sesuaiamanat UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional; UUNo. 16 Tahun 2012 tentang industri pertahanan, yang seharusnya di aturdalam PP sesuai amanat UU No. 5 Tahun 1984 tentang perindustrian; danUU No. 15 Tahun 2011 tentang penanganan fakir miskin, yangseharusnya diatur PP sesuai amanat UU No. 11 Tahun 2009 tentangkesejahteraan sosial.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Lucius Karus, bahwa darisesi kualitas, RUU hasil kerja DPR juga banyak bermasalah, khususnyaRancangan Undang-Undang (RUU) di bidang politik yang terkait langsungdengan ketentuan para pembuat undang-undang. Lucius melihatRancangan Undang-Undang (RUU) di bidang politik ini selalu menjadiobjek untuk direvisi setiap akan menjelang hajatan politik seperti pemilu.UU Pilkada merupakan contoh bagaimana DPR untuk mengamankankepentingannya dan mengorbankan kepastian hukum dalam pelaksanaanPilkada karena UU yang selalu berubah. Belum setahun disahkan, kiniRUU Pilkada sudah akan direvisi kembali.

Sementara Rancangan Undang-Undang (RUU) di bidang ekonomidan sumber daya alam (SDA) juga kerap diubah-ubah mengikutikepentingan para anggota DPR. Di bidang ekonomi dan SDA, kerapmuncul dugaan adanya jual beli pasal. Dugaan ini telah lama menjadirahasia umum tanpa pernah ada upaya klasifikasi serius dari DPR. "Jualbeli pasal merusak mutu dan aspek keadilan yang ingin dijamin olehkehadiran UU tertentu."20

Persoalan lain terkait kinerja legislasi Dewan Perwakilan Rakyat(DPR) adalah kapasitas anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalammenyusun dan membahas Rancangan Undang-Undang (RUU).Menurutnya, kapasitas yang tak memadai mengakibatkan tak efektif danefisiennya penyusunan dan pembahasan Rancangan Undang-Undang

20 www.rmol.co/read/2016/04/02/241740/kualitas dan kuantitas legislasi dpr masihbermasalah

Page 31: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

(RUU). Pembahasan daftar inventarisasi masalah sebagai satu tahapandalam proses pembuatan Undang-Undang memakan waktu terlalu lamakarena semua anggota Dewan Perwakilan Rakyat diharapkan untukberpendapat yang kadang tak terlalu substantif.

Masalah ini masih terus berlanjut pada pelaksanaan programlegislasi nasional dari tahun 2005-2014 belum berakhir. Pola lama kembaliterulang dalam pembentukan program legislasi nasional (prolegnas) 2015-2019. Sang instrumen perencanaan masih dipandang sebagai daftarharapan dan proses pembentukaannya masih dilakukan seadanya dansesempatnya. Dikatakan seadanya karena pembentukan program legislasinasional dilakukan dengan tingkat kesiapan yang rendah. Hal itu tercermindari apa yang terjadi pada rapat Badan Legislasi (baleg), yang merupakankoordinator pembentukan program legislasi nasional di DPR, 29 Januari2015.Lebih lanjut dijelaskan bahwa pada saat rapat tidak semua komisi danfraksi siap dalam mengajukan rancangan undang-undang prioritas, untukmasuk dalam program legislasi nasional 2015-2019 dan program legislasinasional 2015. Dari hasil pemantauan rapat terlihat bahwa komisi V dankomisi VII tidak menyampaikan usulan RUU prioritas, begitu pula denganFraksi Demokrat, Fraksi PDIP, Fraksi Hanura, dan Fraksi Nasdem.Adapun Fraksi PDIP dan Fraksi Hanura tidak menyampaikan usulan RUUprioritas sebagai bentuk keberatan karena belum selesainyapermasalahan perihal penentuan satu kursi pimpinan di Baleg. Kondisi itumempertontonkan bahwa pembahasan program legislasi nasional 2015-2019 dilakukan dengan persiapan yang minim. Hal itu belummemperhatikan akan kualitas dari RUU yang sudah diusulkan, yang belumtentu sesuai dengan arah pembangunan, atau memenuhi syaratkesesuaian materi muatan.

Proses pembentukan program legislasi nasional pun dilakukandengan sesempatnya, karena waktu yang diberikan sangat sempit. Dalamagenda awal di DPR prolegnas sedianya akan diselesaikan pada akhir2014. Bahkan wacana penyusunan prolegnas sudah ada pada bulanSeptember akhir, yaitu satu bulan pasca pelantikan anggota DPR 2014-2019. Namun proses terus tertunda seiring dengan komplikberkepanjangan antara Kualisi Merah Putih (KMP) dan Kualisi IndonesiaHebat (KIH). Komplik itu berakibat pada urusan administrasi sampai fungsikelembagaan terbengkalai. Proses pemilihan pimpinan alat kelengkapanDPR yang paling berpengaruh terhadap lambatnya kinerja DPR. Dengantidak adanya pimpinan pada alat kelengkapan, maka tidak ada keputusanyang bisa diambil. Hal itulah yang juga berdampak kepada penyusunan

Page 32: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

prolegnas, yang bahkan pada alat kelengkapan baleg, sampaipembahasan prolegnas 2015-2019 dimulai, masih belum menyelesaikanpermasalahan untuk pengisian satu kursi pimpinannya.

Dalam kondisi itu praktis proses yang baru dimulai pada 29 januari2015 lalu, harus segera selesai pada akhir masa sidang DPR, yaitu pada15 Pebruari 2015. Bahkan dalam agendanya, DPR akan menuntaskanpembahasan prolegnas 2015-2019 pada rapat kerja (raker) yangdiselenggarakan oleh Badan Legislasi (baleg) DPR, dengan mengundangPemerintah dan DPD pada 2-3 Pebruari 2015. Dengan begitu, prosessinkronisasi dan harmonisasi dari RUU usulan DPR, Pemerintah, danDPD hanya dilakukan dalam waktu kurang dari satu minggu. Alokasiwaktu yang terlalu singkat untuk membentuk dokumen penting sepertiprolegnas. Keseluruhan gambaran itu memperlihatkan belum berpihaknyapara pembentuk prolegnas untuk membangun suatu dokumenperencanaan yang terencana, terpadu, dan sistematis.

Proses seleksi dengan melakukan sinkronisasi dan harmonisasimenjadi sangat penting dalam menciptakan prolegnas yang berkualitas.Dalam praktiknya selama ini, proses sinkronisasi dan harmonisasi di awalpembentukan prolegnas dilakukan dalam waktu yang singkat, sehinggahanya mampu dilakukan berdasarkan judul Rancangan Undang-Undangdan penjelasan singkat terkait materi muatan dari Rancangan Undang-Undang. Adapun draf Rancangan Undang-Undang dan naskahakademik, yang sudah mulai menjadi syarat pengajuan RancanganUndang-Undang pasca UU Nomor 12 Tahun 2011, tidak banyakmembantu karena tidak jarang draf dan naskah akademik suaturancangan undang-undang mengandung materi yang kompleks dan perluproses pendalaman secara khusus untuk mencapai suatu pemahamanyang utuh.

Sebagai contoh, dalam prolegnas 2010-2014 ada tiga rancanganundang-undang yang secara judul berbeda, tetapi substansibersinggungan, yaitu rancangan undang-undang tenaga kesehatan,rancangan undang-undang keperawatan, dan rancangan undang-undangpraktik bidan (yang dalam perkembangannya judul berubah menjadirancangan undang-undang kebidanan). Ketiga rancangan undang-undangitu mengatur perihal profesi di bidang medis atau kesehatan. SeharusnyaDewan Perwakilan Rakyat (DPR), Pemerintah dan Dewan PerwakilanDaerah (DPD) mampu melakukan sinkronisasi dan harmonisasi terhadapketiga rancangan undang-undang tersebut. Penyatuan ketiga rancanganundang-undang itu merupakan langkah yang baik, sehingga satu

Page 33: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

rancangan undang-undang dapat mengatur secara komprehensif suatuisu tertentu.

B. Rumusan Masalah1. Bagaimanakah hakikat politik hukum program legislasi nasional

dalam pembentukan undang-undang?2. Bagaimanakah implementasi program legislasi nasional 2015-

2019?3. Bagaimanakah konsep ideal politik hukum program legislasi

nasional dalam pembentukan undang-undang?C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan penelitian dapatdirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mengkaji dan menganalisis politik hukum program legislasinasional dalam pembentukan Undang-Undang.

2. Untuk mengkaji dan menganalisis implementasi program legislasinasional Tahun 2015-2019.

3. Untuk mengkaji dan menganalisis konsep ideal politik hukumprogram legislasi nasional dalam pembentukan Undang-undang

D. Kegunaan Penelitian1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu

dibidang hukum terutama dalam Hukum Tata Negara terkaitdengan politik hukum program legislasi nasional dalampemnbentukan Undang-Undang.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pihakyang terlibat dalam penyusunan program legislasi nasional dalampembentukan undang-undang.

E. Orisinalitas Penelitian1. Achmad Ruslan (2005), menulis disertasi pada universitas

hasanuddin Makassar dengan judul “Pembentukan PeraturanPerundang-undangan Dan Kualitas Produk Hukumnya” (kajian atasperaturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah diSulawesi selatan). Fokus penelitian ini adalahpada pembentukanperaturan daerah mengenai pajak dan retribusi daerah dan kualitasproduknya.

2. Sukardi (2009), menulis disertasi pada Universitas AirlanggaSurabaya dengan judul “Pembatalan Peraturan Daerah dan AkibatHukumnya. Focus penelitian ini adalah pembatalan peraturandaerah, bukan pada keberadaan prolegda dalam pembentukanperaturan daerah

Page 34: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

3. Muntoha (2010), menulis disertasi pada Universitas IndonesiaJakarta dengan judul “Otonomi Daerah dan PerkembanganPeraturan daerah Bernuansa Syariah”. Focus penelitian ini adalahpembentukan peraturan daerah bernuansa syari’ah di beberapadaerah di Indonesia dan relevansinya dengan UUD NRI 1945.

4. Rosmini (2011), menulis disertasi pada Universitas HasanuddinMakassar, dengan judul “Pembentukan Program Legislasi DaerahDalam Mewujudkan Peraturan Daerah Yang Baik”. Focus penelitianini adalah pembentukan prolegda dalam mewujudkan perda yangbaik

5. Iman Lukmanul Hakim (2012), menulis disertasi pada UniversitasHasanuddin Makassar, dengan judul “Eksistensi Peraturan DaerahDalam Sistem Perundang-undangan Di Indonesia”. Fokuspenelitian ini adalah hakikat peraturan daerah serta parameterperaturan daerah yang baik dan eksistensi nilai lokal dalampembentukan peraturan daerah yang baik.

Page 35: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori1. Teori Politik Hukum

Istilah politik hukum terbentuk dari kata politik dan hukum. Keduakata tersebut mengandung maknanya masing-masing, sehingga paduankata tersebut akan melahirkan pengertian tersendiri. Pengertian tersebuttentunya tetap menyimpan makna dari kata asalnya.

Secara etimologis, politik hukum merupakan terjemahan bahasaIndonesia dari istilah hukum Belanda rechtspolitiek, yang merupakanbentukan dari dua kata recht dan politiek. Dalam bahasa Indonesia katarecht berarti hukum21.

Di dalam kamus bahasa Belanda yang di tulis oleh Van Der Tas,kata politiek mengandung arti baleid22. Kata baleid dalam bahasaIndonesia berarti kebijakan23. Dari istilah tersebut politik hukum secarasingkat berarti kebijakan hukum. Sedangkan kebijakan sendiri berartirangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencanadalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak24.Dengan kata lain, politik hukum adalah rangkaian konsep dan dasarrencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan carabertindak dalam bidang hukum.

Menurut Miriam Budiardjo, pada umumnya politik (politics) diartikansebagai bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (suatunegara) yang menyangkut proses menentukan tujuan dari sistem politikdan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Pengambilan keputusan (decisionmaking) mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itumenyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skalaprioritas dari tujuan-tujuan yang telah di pilih itu.25

Dari pengertian tersebut dapat ditarik unsur-unsur pokok politik,yaitu:

b. Negara (state), yang memusatkan perhatian padalembaga-lembaga kenegaraan serta bentuk formalnya;

21 Imam Syaukani, A. Ahsin Thohari, Dasar Dasar Politik Hukum, 2007, RajagrafindoPersada, Jakarta, hlm 19.

22 S. Wojowasito, Kamus Umum Belanda-Indonesia, 1997, Ichtiar baru, Jakarta, hlm 66.23 Yan Paramadya Puspa, kamus Hukum, 1977, Aneka Ilmu, Semarang, hlm 130.24 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, Cet. 1,

2001, balai Pustaka, Jakarta, hlm 149.25 Mirian Budiardjo, Dasar Dasar Ilmu Politik (Edisi revisi), 2008, Gramedia Pustaka

utama, Jakarta, hlm 5-6.

Page 36: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

c. Kekuasaan (power), yang menganggap politik sebagaisemua kegiatan yang menyangkut masalah merebut danmempertahankan kekuasaan. Perjuangan kekuasaan inimempunyai tujuan untuk kepentingan seluruhmasyarakat;

d. Mengartikan politik sebagai keputusan-keputusan yangdiambil secara kolektif dan mengikat seluruh masyarakat.Keputusan-keputusan itu dapat menyangkut tujuanmasyarakat dan dapat pula menyangkut kebijaksanaan-kebijaksaan untuk mencapai tujuan itu;

e. Kebijaksanaan (policy, beleid) adalah suatu kumpulankeputusan yang diambil oleh seseorang pelaku ataukelompok politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan dancara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan itu;

f. Pembagian (distribution) atau alokasi (allocation) adalahpembagian dan penjatahan dari nilai-nilai (values) dalammasyarakat. Dalam hal ini politik dianggap sebagaimembagikan dan mengalokasikan nilai-nilai secaramengikat.26

Padmo Wahyono mendefinisikan politik hukum sebagai kebijakandasar yang menentukan arah, bentuk maupun isi dari hukum yang akandibentuk27. Definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian dilengkapidengan sebuah artikelnya yang berjudul menyelisik proses terbentuknyaperundang-undangan, yang dikatakan bahwa politik hukum adalahkebijakan penyelenggara Negara tentang apa yang dijadikan kriteria untukmenghukumkan sesuatu. dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitandengan pembentukan hukum, penerapan hukum dan penegakannyasendiri.28

Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa politik hukum adalahkebijakan penyelenggara Negara yang bersifat mendasar dalammenentukan arah, bentuk maupun isi dan hukum yang akan dibentuk dantentang apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu. dengandemikian pilitik hukum berkaitan dengan hukum yang berlaku dimasadatang (ius constituendum).

26 Ibid, hlm 17-21.27 Padmo Wahyono. 1986. Indonesia Negara Berdasarkan Atas Hukum, Cet II, Ghalian

Indonesia, Jakarta, hlm 160.28Padmo Wahyono. 1991. Menyelisik Proses Terbentuknya Perundang-Undangan. Forum

Keadilan. N0. 29 April 1991, hlm. 65

Page 37: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

Teuku Mohammad Radhie, mendefinisikan politik hukum sebagaisuatu pernyataan kehendak penguasa Negara mengenai hukum yangberlaku diwilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum yangdibangun.29

Pernyataan mengenai hukum yang berlaku diwilayahnya,mengandung pengertian hukum yang berlaku pada saat ini (iusconstitutum). Dengan demikian politik hukum menurut Teuku MohammadRadhie, memiliki dua makna yang saling berkaitan dan berkelanjutan,yaitu ius constituendum dan ius constitutum.

Adapun menurut Soedarto, politik hukum adalah dari Negaramelalui badan-badan Negara yang berwenang untuk menetapkanperaturan-peraturan yang dikehendaki, yang diperkirakan akan digunakanuntuk mengekpresikan apa yang terkandung dalam masyarakat dan untukmencapai apa yang dicita-citakan.30

Satjipto Raharjo, mendefinisikan politik hukum sebagai aktifitasmemilih cara yang hendak dipakai sebagai aktifitas memilih dan carayang hendak dipakai untuk mencapai suatu tujuan sosial dan hukumtertentu dalam masyarakat.31 Dari defnisi diatas politik hukum lebihmenitiberatkan dengan menggunakan pendekatan sosiologis.

Terdapat beberapa pernyataan mendasar yang muncul dalam studipolitik hukum32, yaitu :

1. Tujuan apa yang hendak dicapai dengan sistem hukum yangada.

2. Cara-cara apa dan yang mana, yang dirasa paling baik untukbias dipakai untuk mencapai tujuan tersebut.

3. Kapan waktunya hukum itu perlu dirubah dan melalui cara-carabagaimana perubahan itu sebaiknya dilakukan.

4. Dapatkah dirumuskan suatu pola yang baku dan mapan, yangbias membantu kita memutuskan proses pemilihan tujuan sertacara-cara untuk mencapai tujuan tersebut secara baik.

Pengertian tersebut diatas sependapat dengan Utrech33, yangmengatakan bahwa,

29 Teuku Mohammad Radhie, Pembangunan Dan Politik Hukum dalam RangkaPembangunan Nasional. Jurnal Prisma Nomor 6 Tahun II Desember 1973, hlm 4.

30 Soedarto, Perkembangan Ilmu Hukum dan Politik Hukum, Dalam Hukum dan Keadilan,1979, Sinar baru, bandung, hlm 20.

31 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Cet. III, 1991, Citra Aditya Bakti, Bandung hlm 32.32 Ibid, hlm, 352-353.33 Utrech, E., Pengantar Dalam Hukum Indonesia, 1983, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,

Hlm. 48

Page 38: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

“politik hukum berusaha membuat kaidah-kaidah yang akanmenentukan bagaimana seharusnya manusia bertindak. Politikhukum menyelidiki perubahan-perubahan apa yang harus diadakandalam hukum yang sekarang berlaku supaya sesuai dengankenyataan sosial. Boleh dikatakan, politik hukum meneruskanperkembangan hukum dengan berusaha melenyapkan sebanyak-banyaknya ketegangan antara positifitas dan realitas sosial. Politikhukum membuat suatu ius constituendum (hukum yang akanberlaku), dan berusaha agar ius constituendum itu pada harikemudian berlaku sebagai ius constitutum (hukum yang berlakuyang baru)”.

Walaupun politik hukum belum memiliki struktur-struktur keilmuanyang masih muda dan belum mapan34, tapi pengertian diatas dapatdijelaskan bahwa politik hukum adalah suatu bidang studi hukum, yangkegiatannya memilih atau menentukan hukum mana yang sesuai dengantujuan yang hendak dicapai oleh masyarakat.

Soedjono Dirdjosisworo, mengatakan bahwa politik hukum sebagaidisiplin ilmu hukum yang menghususkan dirinya pada usaha memerankanhukum mana yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai olehmasyarakat.35

Teuku Mohammad Radhie dalam Riduan Syahrani, mengartikanpolitik hukum sebagai pernyataan kehendak penguasa Negara mengenaihukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah kemena hukumhendak di kembangkan. Selanjutnya dijelaskan bahwa kata “politik” dalamperkataannya “politik hukum” dapat berarti kebijaksanaan atau disebutdengan “policy” dari penguasa. Jadi keikutsertaan Negara dengan alatperlengkapannya36.

Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa didalam politikhukum ada tiga bagian, yaitu:

a. Melaksanakan hukumb. Mempengaruhi perkembangan hukumc. Menciptakan hukum37.

34 Imam Syaukani dan A. Ahsin Thohari, OP. Cit. hlm. 335 Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, 1983, Rajawali, Jakarta, Hlm. 48.36 Riduan Syahrani, Op. cit.37 Satjipto Raharjo dan Fauzi, Pengantar Ilmu Hukum, Buku Materi Pokok 5. Pengantar

Tata Hukum Indonesia, 1985, karunika, Jakarta, Hlm 165

Page 39: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

Hal ini kemudian menjadi permasalahan yang mendasar dalamhubungan antara hukum dan politik bahwa apakah hukum yangmempengaruhi politik ataukah politik yang mempengaruhi hukum.

Terhadap hubungan antara hukum dan politik, Mahfud MDmengatakan bahwa ada tiga macam yang dapat dijelaskan38, yaitu :

a. Hukum determinan atas politik dalam arti bahwa kegiatan-kegiatan politik diatur oleh dan harus tunduk pada aturan-aturan hukum.

b. Politik determinan atas hukum, karena hukum merupakanahsil atau kristalisasi dari kehendak-kehendak politik yangsaling berinteraksi dan (bahkan) saling bersaingan.

c. Politik dan hukum sebagai sub sistem kemasyarakatanberada pada posisi yang derajat determinannya seimbangantara yang satu dengan yang lainnya, karena meskipunhukum merupakan produk keputusan politik tetapi begituhukum ada maka semua kegiatan politik harus tunduk padaaturan-aturan baru.

Walaupun definisi atau pengertian politik hukum masing-masingberbeda, tetapi pembahas akan sependapat dengan yang dikatakanBintan Regent Saragih bahwa politik hukum adalah kebijakan yangdiambil (ditempuh) oleh Negara (melalui kelembagaan atau pejabatnya)untuk menetapkan hukum yang mana yang perlu dipertahankan, atauhukum mengenai apa yang perlu diatur atau dikeluarkan agar dengankebijakan itu penyelenggaraan Negara dan pemerintahan dapatberlangsung dengan baik dan tertib sehingga tujuan Negara (sepertimensejahterakan rakyat) secara bertahap dan terencana dapat terwujud39.

Lebih lanjut Bagir Manan dalam Winardi40, mengemukakan bahwapolitik hukum terdiri dari politik hukum yang bersifat tetap (permanen) danpolitik hukum yang bersifat temporer, yang tetap berkaitan dengan sikaphukum yang akan selalu menjadi dasar kebijakan pembentukan danpenegakkan hukum. Bagi Indonesia, politik hukum yang tetap antara lain :

a. Ada satu sistem hukum Indonesiab. Sistem hukum nasional yang dibangun berdasarkan dan untuk

memperkokoh pancasila dan UUD 1945c. Tidak ada hukum yang memberikan hak istimewah pada warga

Negara tertentu berdasarkan suku, ras, atau agama. Kalaupun ada

38 Moh. Mahfud MD, Politik Hukum Di Indonesia, 2006, PT. Pustaka LP3ES Indonesia,Jakarta, Hlm 8.

39 Bintan Regen Saragih, OP.Cit. hlm 1740 Winardi, Op.Cit, hlm 5

Page 40: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

perbedaan semata-mata didasarkan pada kepentingan nasionaldalam rangka persatuan dan kesatuan bangsa

d. Pembentukan hukum memperhatikan kemajemukan masyarakate. Hukum adat dan hukum yang tidak tertulis lainnya diakui sebagai

sub sistem hukum nasional sepanjang nyata-nyata hidup dandipertahankan dalam pergaulan masyarakat.

f. Pembentukan hukum sepenuhnya didasarkan pada partispasimasyarakat

g. Hukum dibentuk dan ditegakkan demi kesejahteraan umum(keadilan sosial bagi seluruh rakyat) terwujudnya masyarakatIndonesia yang demokratis dan mandiri serta terlaksananya negaraberdasarkan hukum dan berkonstitusi.Politik hukum temporer adalah kebijaksanaan yang ditatapkan dari

waktu kewaktu sesuai dengan kebutuhan. Termasuk dalam kategori inihal-hal seperti penentuan prioritas pembentukan peraturan perundang-undangan kolonial, pembaharuan peraturan perundang-undangan yangmenunjang pembangunan nasional dan sebagainya41.

Kemudian M. Mahfud MD, memberikan defenisi politik hukumsebagai legal policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasionaloleh pemerintah Indonesia yang meliputi: pertama, pembangunan hukumyang berintikan pembuatan dan pembaruan terhadap materi-materi hukumagar dapat sesuai dengan kebutuhan; kedua, pelaksanaan ketentuanhukum yang telah ada termasuk penegasan fungsi lembaga danpembinaan para penegak hukum 42.

Butir ajaran Plato yang relevan dengan politik hukum, adalahajarannya mengenai penggunaan hukum sebagai sarana keadilan.Berangkat dari idealismenya tentang negara ideal dimana tiap orangberkesempatan menikmati keadilan, Plato menyodorkan dua jalan untukmewujudkan tujuan tersebut.

Dalam bukunya Republic, Plato memandang penting kehadiran Thephilosopher-kings sebagai pemimpin Negara. Karena mereka ini adalahorang-orang pilihan kaum arif-bijaksana, maka dibawah pemerintahanmereka dimungkinkan adanya partisipasi semua orang dalam gagasankeadilan.

Kaum arif ini, tidak saja memerintah secara bijaksana dan adil,melainkan juga menjadi guru moral bagi warganya. Dalam negara yangdipimpin oleh para guru moral inilah, maka manusia yang menjadi

41 Winardi, Dinamika Politik Hukum Pasca Perubahan Konstitusi dan Implementasi Otonomidaerah, 2008, Setara Press dan S 5TIKP PGRI Jombang, Malang, Hlm 5.

42 Moh. Mahfud MD, Op.Cit.

Page 41: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

warganya dimungkinkan mencapai kesempurnaan jiwa, yang dalam artimenjadi pelaku dan serentak penikmat keadilan.

Namun dengan merosotnya negara dalam bentuk timokrasimaupun oligarki, maka tidak mungkin adanya partisipasi semua orangdalam keadilan. Di sinilah Plato mengusulkan pentingnya hukum. Hukumdibutuhkan sebagai sarana keadilan. Sarana keadilan melawanketidakadilan penguasa yang serakah, melawan pengusaha yangmemonopoli sumber daya negara, melawan wakil rakyat yang korup, danmelawan kesewenang-wenangan.

Untuk memastikan tercapainya tujuan tersebut, maka hukum yangmembawa misi keadilan itu, haruslah: pertama, aturan-aturan hukummesti dihimpun dalam satu kitab, supaya tidak muncul kekacauan hukum.Kedua, setiap undang-undang harus didahului preambule tentang motifdan tujuan undang-undang tersebut. Manfaatnya adalah setiap orangdapat mengetahui dan memahami kegunaan menaati hukum itu. Ketiga,tugas hukum adalah membimbing para warga negara pada suatu hidupyang saleh dan sempurna. Keempat, orang yang melanggar undang-undang harus dihukum. Tapi hukuman itu bukan balas dendam,melainkan memperbaiki sikap moral si penjahat.

Itulah sumbangan Plato bagi politik hukum, ada tujuan ideal yangingin di raih, yakni partisipasi semua orang dalam keadilan. Untukmencapai tujuan tersebut, negara harus dipimpin oleh The Philosoper-kings, karena selain sebagai mitra dalam menghadirkan keadilan, paraarif-bijaksana ini juga berfungsi sebagai guru moral bagi warganya.

Jika pada akhirnya negara mengalami kemorosotan, ketikadipimpin oleh orang yang kurang bijaksana, maka hukum harus dipakaisebagai alat penjamin keadilan untuk melawan ketidakadilan. Demimemastikan bahwa hukum berfunsi efektif, makasistem hukum harusterkodifikasi, memiliki kejelasan maksud/tujuan, serta menghukum tiapkejahatan.

Jadi terlihat jelas, bahwa Plato berbicara dalam konteks politikhukum, bukan dalam konteks hukum dan politik. Ia tidak membuka ruangsedikitpun bagi terjadinya manipulasi hukum yang mengabdi padakepentingan orang atau kelompok tertentu. justru melalui gagasan ThePhilosoper-Kings sebagai pimpinan Negara, serta pentingnya kehadiranhukum sebagai sarana keadilan, maka segala peluang hukum bagikepentingan penguasa dan golongan tertentu, ditutup rapat oleh Plato.

Meski Plato berbicara tentang kemorosotan negara (dinamika tarikmenarik antara hukum dan politik) dari bentuk yang ideal (aristokrasi)kebentuk yang lain, seperti timokrasi, oligarki, demokrasi, dan tirani,

Page 42: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

namun kemorosotan tersebut menjadi alas an bagi Plato untukmenghadirkan hukum sebagai sarana keadilan melawan ketidakadilandalam system timokrasi, oligarki, demokrasi dan tirani itu sendiri.

Politik hukum yang kita peroleh dari ajaran Plato tersebut, adabeberapa implikasi yang sangat bermanfaat bagi kita di Indonesia.Pertama, faktor yang sangat penting dalam politik hukum, adalahkehadiran para decision maker yang arif dan bijaksana dalammerumuskan arah kebijakan dibidang hukum yang menempatkan tujuanbersama sebagai politik hukum.

Hal ini penting sekali ditekankan, karena paling mudah dan efektifuntuk memaksakan kepentingan, memonopoli hak, serta menindas pihaklain, adalah lewat kebijakan hukum. Dengan adanya penyusupan agenda-agenda tersembunyi lewat hukum, maka tidak saja menimbulkanketidakadilan dan penindasan terselubung, namun juga tujuan-tujuanbersama tidak akan tercapai.

Kedua, pentingnya kepemimpinan dan tatanaan hukum yangmemungkinkan rakyat berpartisipasi dalam keadilan. Konsep Platotentang partisipasi dalam keadilan, sebenarnya bertolak dari fungsi gandayang dimiliki The Philosoper-Kings. Yakni, kaum arif ini, tidak sajamemerintah secara bijaksana dan adil, melainkan juga menjadi guru miralbagi warganya. Dalam negara yang dipimpin para guru moral inilah, makarakyat dimungkinkan menjadi pelaku dan serentak penikmat keadilan.

Kata kuncinya adalah keteladanan. Kepemimpinan yang adil danbijaksana, akan membuat rakyat respek dan terdorong untuk berbuatseperti pemberi teladan. Dalam psikologi phenomena tersebut dikenaldengan identifikasi. Ada usaha meniru pada took yang di idolakan.Demikian pula, tatanan hukum yang adil akan memotifasi orang untukmenaruh hormat pada hukum. Paduan antara teladan dan tatanan yangadil, akan melahirkan kewibawaan hukum. Di bawah hukum yangberwibawa, semua orang merasa akan terlindungi dan memperolehmanfaat. Di sinilah terjadi partisipasi dalam keadilan.

Ketiga, keadilan harus menjadi alat perjuangan. Ini penting dalampolitik hukum, oleh karena politik hukum itu sendiri merupakan sebuahperjuangan mencapai tujuan.menempatkan keadilan sebagai alatperjuangan, berarti keadilan harus menjadi realitasnyata dalam semuasegi kehidupan. Dan hukumlah yang menjadi pengawal keadilan itu.Ukuran normalitas suatu bidang kehidupan, pertama-tama harus dilihatdari adakah keadilan merupakan realitas dalam bidang tersebut.43

43 Bernard L. Tanya, Politik Hukum Agenda Kepentingan Bersama, Yogyakarta,GentaPublishing 2011, hal. 50-51

Page 43: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

Berdasarkan berbagai pendapat para ahli tentang pengertianpolitik hukum sebagaimana di paparkan di atas, maka penulismenggunakan teori politik hukum menurut Padmo Wahyono yaitu bahwapolitik hukum adalah kebijakan dasar penyelenggara Negara dalambidang hukum yang akan, sedang dan telah berlaku, yang bersumber darinilai-nilai yang berlaku dimasyarakat untuk mencapai tujuan Negara yangdicita-citakan.

Kata kebijakan diatas berkaitan dengan strategi yang sistematis,terperinci dan mendasar. Dalam merumuskan dan menetapkan hukumyang telah dan akan dilakukan, politik hukum menyerahkan otoritaslegislasi kepada penyelenggara Negara, tetapi dengan tetapmemperhatikan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat, semuanyadiarahkan dalam rangka mencapai tujuan Negara yang dicita-ciatakan44.

Politik hukum suatu Negara berbeda dengan politik hukum Negarayang lain. Perbedaan ini nisebabkan karena adanya perbedaan latarbelakang kesejarahan, pandangan dunia (world-view), sosio kultural, danpolitical will dari masing-masing pemerintah. Dengan kata lain politikhukum bersifat lokal dan particular (hanya berlaku dari dan untuk Negaratertentu saja), bukan universal. Namun bukan berarti bahwa politik hukumsuatu Negara mengabaikan realitas dan politik hukum internasional.

Menurut Sunaryati Hartono45 faktor-faktor yang akan menentukanpolitik hukum tidak semata-mata ditentukan oleh apa yang kita cita-citakanatau tergantung pada kehendak pementuk hukum, praktisi atau parateoretisi belaka, akan tetapi ikut ditentukan pula oleh kenyataan sertaperkembangan hukum internasional. Perbedaan politik hukum suatuNegara tertentu dengan Negara lain inilah yang kemudian menimbulkanapa yang disebut dengan politik hukum nasional.

2. Teori Legislasi.Teori legislasi merupakan teori yang mengkaji atau menganalisis

tentang cara atau teknik pembentukan perundang-undangan, yangmencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahanatau penetapan, dan pengundangannya. Teori ini dikembangkan oleh AanSeidman, dkk., Hans Kelsen, Hans Nawiasky, Julius Stahl, danMontesquieu. Teori ini digunakan untuk mengkaji dan menganalisisapakah peraturan perundang-undangan yang dibuat dan ditetapkan telahsesuai dengan teori legislasi, misalnya apakah undang-undang yang

44 Frans Magnis Suseno.1994. Etika Politik: Prinsip-Prinsip Dasar Kenegaraan Modern.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hlm. 310-314.

45Sunaryati Hartono. 1991. Politik Hukum Menuju Suatu Sistem Hukum Nasional. Alumnibandung. Hlm. 23

Page 44: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

dibuat itu sesuai dengan hierarki peraturan perundang-undangan atautidak.46

a. Pengertian Teori LegislasiTeori legislasi merupakan salah satu teori yang sangat penting

didalam kerangka menganalisis tentang proses penyusunan peraturanperundang-undangan. Karena dengan adanya teori ini, dapat digunakanuntuk menilai tentang produk perundang-undangan yang akan dibuattersebut, sesuai atau tidak dengan teori legislasi. Istilah teori legislasiberasal dari terjemahan bahasa Ingris, yaitu legislation of theory, bahasaBelandanya, disebut dengan theorie van de wetgeving (teori membuatatau menyusun undang-undang), sedangkan dalam bahasa Jermandisebut theorie der gesetzgebung.

Ada dua suku kata yang terdapat dalam teori legislasi, yaitu teoridan legislasi. Pengertian legislasi disajikan dari pandangan para ahli danyang tercantum dalam kamus hukum. Anis Ibrahim menyajikan pengertianlegislasi. Legislasi sebagai:

“Suatu proses pembuatan hukum dalam rangka melahirkan hukumpositif (dalam arti hukum perundang-undangan/peraturanperundang-undangan). Legislasi ini dimulai dari tahap perencanaanpembuat hukum, penyusunan, formulasi, pembahasan,pengesahan, pengundangan, hingga sosialisasi produk hukum”.47

Definisi legislasi yang disajikan oleh Anis Ibrahim sangat luas,karena tidak hanya dilihat dari proses pembuatannya, namun juga padatahap untuk menyampaikan hasil penyusunan undang-undang kepadamasyarakat. Ini berarti bahwa tahap sosialisasi merupakan tahap telahselesai kegiatan legislasi yang dilakukan pejabat yang berwenang.Sementara itu Aan Seideman, dkk, mengartikan teori legislasi atauperundang-undangan. Teori peundang-undangan ini mengidentifikasi :

“kategori untuk membantu seorang dalam pembuatan rancanganundang-undang memformulasikan suatu hipotesis penyebab yangterperinci untuk merancang undang-undang yang efektif”.48

Konstruksi teori perundang-undangan yang disajikan oleh AanSeideman, dkk, dilihat dari aspek formulasi dari undang-undang yang

46Salim HS, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis Dan Disertasi, RajaGrafindoPersada, Jakarta. 2013. Hlm. 2

47 Anis Ibrahim, Legislasi Dalam Perspektif Demokrasi: Analisis Interaksi Politik danHukum Dalam Proses Pembentukan Peraturan Daerah di Jawa Timur, Program Doktor IlmuHukum Undip, Semarang, 2008, hlm. 114.

48 Aan Seideman, dkk, Penyusunan Rancangan Undang-Undang dalam PerubahanMasyarakat yang Demokratis, diterjemahkan Johannes Usfunan, Jakarta:ELIPS, 2002, hlm. 117.

Page 45: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

akan dibuat. Yang diformulasikan adalah mengenai faktor penyebabterperinci untuk merancang undang-undang.

Pandangan Aan Seideman, dkk, tidak lengkap karena yangdilihatnya, hanya faktor penyebabnya saja, tetapi tidak mengkaji tentangcara penyusunan peraturan perundang-undangan, yaitu dari sejakpenyusunan naskah akademiknya sampai kepada penetapannya.49

Burkrardt Krems mengemukakan bahwa:“Ilmu pengetahuan perundang-undangan merupakan ilmu yangbersifat interdisipliner yang berhubungan dengan ilmu politik dansosiologi yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian,yaitu

a. Teori perundang-undangan yang berorientasi padamencari kejelasan dan kejernihan makna atau pengrtian-pengertian, dan bersifat kognitif; dan

b. Ilmu perundang-undangan yang berorientasi padamelakukan perbuatan dalam hal pembentukan peraturanperundang-undangan dan bersifat normative”.50

Dalam konstruksi ini, dibedakan antara teori perundang-undangandengan ilmu perundang-undangan. Orientasi teori perundang-undanganpada:

a. Mencari kejelasan dan kejernihan makna ataupengertian-pengertian dan

b. Bersifat kognitif.Orientasi ilmu perundang-undangan, yaitu pada:

a. Pembentukan peraturan perundang-undangan; danb. Bersifat normatif.

Defenisi yang di paparkan oleh Burkrardt Krems hanya difokuskanpada kejelasan makna atau pengertian, dan tidak menganalisis dariproses penyusunan peraturan perundang-undangan sampai padapenetapannya.

Dengan demikian, maka pengertian teori legislasi tersebut perludisempurnakan. Teori legislasi merupakan:

“Teori yang mengkaji dan menganalisis tentang cara atau teknikpembentukan perundang-undangan, yang mencakup tahapan

49 Salim HS, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis dan Disertasi, RajaGrafindoPersada, 2013, Jakarta, hlm. 35.

50 Sirajuddin, dkk, Legislative Drafting Pelembagaan MetodePartisipatif dalamPembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Malang:Malang Corruption Watch (MCW)dengan Yappika, 2006, hlm. 3-4.

Page 46: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan ataupenetapan, dan pengundangan”.51

Fokus teori legislasi adalah pada proses pembentukan peraturanperundang-undangan dan beserta tahapan-tahapan didalampenyusunannya. Pembentukan peraturan perundang-undangan adalah :

“Pembuatan peraturan perundang-undangan yang mencakuptahapan perencanaa, penyusunan, pembahasan, pengesahan ataupenetapan dan pengundangan”.52

Yang dibuat, yaitu peraturan perundang-undangan. Peraturanperundang-undangan adalah:

“Peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikatsecara umum dan dibentuk atau diterapkan oleh lembaga Negaraatau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkandalam peraturan perundang-undangan”.53

Peraturan perundang-undangan yang dibuat, meliputi:a. Undang-Undang;b. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang;c. Peraturan Pemerintah;d. Peraturan Presiden;e. Peraturan Daerah Provinsi;f. Peraturan Daerah Kabupaten/kota;dan peraturan Desa

(Perdes).Ada lima tahap dalam penyusunan peraturan perundang-undangan

atau legislasi di Indonesia, yang meliputi:a. Perencanaan;b. Penyusunan;c. Pembahasan;d. Pengesahan atau Penetapan; dane. Pengundangan.

Tahap perencanaan merupakan proses, perbuatan atau caramerencanakan peraturan perundang-undangan. Merencanakan adalah

51 Salim HS, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis dan Disertasi, Rajawali Pers,Jakarta, 2013. Hlm. 36

52 Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang PembentukanPeraturan Perundang-Undangan.

53 Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang PembentukanPeraturan Perundang-Undangan.

Page 47: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

kegiatan untuk membuat konsep dan merancang peraturan perundang-undangan yang akan dibuat. Tahap penyusunan merupakan tahap untukmenyusun dan membuat peraturan perundang-undangan. Penyusunanitu, dimulai dari penyusunan:

a. Naskah akademik;b. Landasan filosofis;c. Landasan yuridis;d. Landasan sosiologis;e. Substansi; danf. Penutup.

Tahap pembahasan merupakan untuk mengupas, membicarakan,memperdebatkan, mengkritik dan membantahi peraturan perundang-undangan yang telah disusun. Tahap pengesahan atau penetapan adalahmerupakan tahap untuk menyatakan, mengakui, membenarkan danmenetapkan (tidak berubah, meneguhkan, dan menguatkan) peraturanperundang-undangan. Tahap pengundangan merupakan tahappenempatan peraturan perundang-undangan dalam Lembaran NegaraRepublik Indonesia, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia,berita Negara Republik Indonesia, tambahan berita Negara RepublikIndonesia, lembaran daerah, tambahan lembaran daerah, atau beritadaerah.54

b. Landasan Filosofis, Yuridis, dan Sosiologis PenyusunanLegislasi

Undang-undang yang mengatur tentang penyusunan legislasi telahditentukan dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentangPembentukan Peraturan Perundang-Undangan, dan terakhir telahdisempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentangPembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Didalam Undang-UndangNo. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan telah ditentukan landasan filosofis, sosiologis dan yuridispembentukan peraturan perundang-undangan.

Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yangmenggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkanpandangan hidup, kesadaran dan cita hukum yang meliputi suasanakebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasiladan Pembentukan Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945. Landasan filosofis penyusunan undang-undang Nomor 12

54 Pasal 1 Angka 12 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang PembentukanPeraturan Perundang-Undangan.

Page 48: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

Tahun 2011, tercantum dalam pertimbangan hukum pada huruf a, yangberbunyi:

“Untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara hukum, negaraberkewajiban melaksanakan pembangunan hukum nasional yangdilakukan secara terencana, terpadu dan berkelanjutan dalamsistem hukum nasional yang menjamin perlindungan hak dankewajiban segenap rakyat Indonesia berdasarkan Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945’.Apabila dikaji pertimbangan hukum tersebut, maka landasan

filosofis penyusunan legislasi di Indonesia adalah dalam rangka menjaminperlindungan hak dan kewajiban segenap rakyat Indonesia. Perlindunganitu, meliputi perlindungan preventif maupun represif. Tujuan perlindunganitu, adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yangmenggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhikebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan sosiologissesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai perkembanganmasalah dan kebutuhan masyarakat dan negara. Landasan sosiologispenyusunan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, tercantum dalampertimbangan hukum pada huruf b, yang berbunyi:

“Bahwa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas peraturanperundang-undangan yang baik, perlu dibuat peraturan mengenaipembentukan peraturan perundang-undangan yang dilaksanakandengan cara dan metode yang pasti, baku dan standar yangmengikat semua lembaga yang berwenang membentuk peraturanperundang-undangan”.Landasan sosiologis penyusunan Undang-Undang No. 12 Tahun

2011 adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas peraturanperundang-undangan yang baik. Peraturan yang baik harus dapatdilaksanakan dengan:

a. Cara dan metode yang pasti;b. Baku dan standar; danc. Mengikat semua lembaga yang berwenang membentuk

peraturan perundang-undangan.Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang

menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasipermasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum denganmempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan di ubah, atau yangakan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilanmasyarakat. Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang

Page 49: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

berkaitan dengan substansi atau materi yang diatur sehingga perludibentuk peraturan perundang-undangan yang baru. Beberapa persoalanhukum itu, antara lain :

a. Peraturan yang sudah ketinggalan;b. Peraturan yang tidak harmonis atau tumpang tindih;c. Jenis peraturan yang lebih rendah dari undang-undang

sehingga daya berlakunya lemah;d. Peraturannya sudah ada tetapi tidak memadai; dane. Peraturannya memang sama sekali belum ada.

Landasan yuridis penyusunan Undang-Undang No. 12 Tahun2011, tercantum dalam pertimbangan hukum pada huruf c, yang berbunyi:

“Bahwa dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentangPembentukan Peraturan Perundang-Undangan masih terdapatkekurangan dan belum dapat menampung perkembangankebutuhan masyarakat mengenai aturan pembentukan peraturanperundang-undangan yang baik sehingga perlu diganti”.Dari pertimbangan diatas, dapat dikemukakan bahwa landasan

yuridis Pembentukan Undang-Undang No. 12 Tahun 2011, karenaUndang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan PeraturanPerundang-undangan terdapat:

a. Kekurangan; danb. Belum dapat menampung perkembangan kebutuhan

masyarakat.55

Kekurangan atau kelemahan-kelemahan Undang-Undang Nomor10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan,sehingga perlu di ganti, meliputi :

a. Materi dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004banyak yang menimbulkan kerancuan atau multitafsirsehingga tidak memberikan suatu kepastian hukum;

b. Teknik penulisan rumusan banyak yang tidak konsisten;c. Terdapat materi baru yang perlu diatur sesuai dengan

perkembangan atau kebutuhan hukum dalampembentukan peraturan perundang-undangan;dan

d. Penguraian materi sesuai dengan yang diatur dalam tiapbab sesuai dengan sistematika.56

55 Salim HS, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis dan Disertasi, RajaGrafindoPersada, Jakarta. Hlm. 40

56 Penjelasan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan PeraturanPerundang-Undangan

Page 50: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

c. Asas-asas Hukum dalam Penyusunan LegislasiPada hakikatnya, penyusunan peraturan perundang-undangan

dimaksudkan untuk mengatur kepentingan manusia dan peraturanperundang-undangan yang dibuat itu harus dapat dilaksanakan, baik olehpenegak hukum maupun masyarakat. Untuk menyusun dan merancangperaturan perundang-undangan harus memperhatikan asas-asas hukumyang baik. Untuk mengkaji asas-asas hukum yang baik, maka perludibandingkan antara asas-asas hukum yang tercantum dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 dan Undang-Undang No. 12 Tahun 2011.

Didalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2004, dikenal tigakualifikasi asas, yaitu:

a. Pembentukan peraturan perundang-undangan yangbaik;

b. Materi muatan peraturan perundang-undangan; danc. Asas hukum lainnya.

Asas hukum pembentukan peraturan perundang-undangan yangbaik merupakan asas hukum yang harus diperhatikan didalampenyusunan dan pembentukan peraturan perundang-undangan. Adaenam asas hukum pembentukan perundang-undangan yang baik, yangmeliputi:

a. Kejelasan tujuan;b. Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat;c. Kesesuaian antara jenis dan materi muatan;d. Dapat dilaksanakan;e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan;f. Kejelasan rumusan; dang. Keterbukaan.

Sementara itu, materi muatan perundang-undangan harusmengandung asas-asas hukum, yang meliputi:

a. Pengayoman;b. Kemanusiaan;c. Kebangsaan;d. Kekeluargaan;e. Kenusantaraan;f. Bhinneka tunggal ika;g. Keadilan;h. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;i. Ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau

Page 51: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

j. Keseimbangan, keserasian dan keselarasan.57

Asas lain sesuai dengan bidang hukum peraturan perundang-undangan yang bersangkutan, antara lain:

a. Dalam hukum pidana, misalnya, asas legalitas, asastiada hukuman tanpa kesalahan, asas pembinaannarapidana, dan asas praduga tak bersalah;

b. Dalam hukum perdata, misalnya dalam hukumperjanjian, antara lain, asas kesepakatan, kebebasanberkontrak, dan iktikad baik.

Sementara itu, di dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011tentang pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dikenal duamacam asas, yang meliputi:

a. Asas pembentukan peraturan perundang-undanganyang baik; dan

b. Asas yang berkaitan dengan materi muatan peraturanperundang-undangan.

Asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik,meliputi:

a. Kejelasan tujuan;b. Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat;c. Kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan;d. Dapat dilaksanakan;e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan;f. Kejelasan rumusan;g. Keterbukaan.58

Di dalam penjelasan pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 tahun2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan telahdisajikan rumusan dari masing-masing asas hukum tersebut:

a. Asas kejelasan tujuan adalah bahwa setiappembentukan peraturan perundang-undangan harusmempunyai tujuan yang jelas yang hendak di capai.

b. Asas kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepatadalah bahwa setiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga Negara ataupejabat pembentuk peraturan perundang-undanganyang berwenang. Peraturan perundang-undangantersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum apabila

57 Pasal 6 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 200458 Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan

Page 52: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

dibuat oleh lembaga negara atau pejabat yang tidakberwenang.

c. Asas kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materimuatan adalah bahwa dalam pembentukan peraturanperundang-undangan harus benar-benar memperhatikanmateri muatan yang tepat sesuai dengan jenis danhierarki peraturan perundang-undangan.

d. Asas dapat dilaksanakan adalah bahwa setiappembentukan peraturan perundang-undangan harusmemperhitungkan efektifitas peraturan perundang-undangan tersebut didalam masyarakat, baik secarafilosofis, sosiologis, maupun yuridis.

e. Asas kedayagunaan dan kehasilgunaan adalah bahwasetiap peraturan perundang-undangan dibuat karenamemang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalammengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, danbernegara.

f. Asas kejelasan rumusan adalah bahwa setiap peraturanperundang-undangan harus memenuhi persyaratanteknis penyusunan peraturan perundang-undangan,sistematika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa hukumyang jelas dan mudah dimengerti sehingga tidakmenimbulkan berbagai macam interpretasi dalampelaksanaannya.

g. Asas keterbukaan adalah bahwa dalam pembentukanperaturan perundang-undangan mulai dari perencanaan,penyusunan, pembahasan, pengesahan ataupenetapan, dan pengundangan bersifat transparan danterbuka.

Dengan demikian seluruh lapisan masyarakat mempunyaikesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalampembentukan peraturan perundang-undangan.

Asas yang mencerminkan materi muatan peraturan perundang-undangan, meliputi:

a. Pengayoman;b. Kemanusiaan;c. Kebangsaan;d. Kekeluargaan;e. Kenusantaraan;f. Bhinneka tunggal ika;

Page 53: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

g. Keadilan;h. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;i. Ketertiban dan kepastianhukum; dan atauj. Keseimbangan, keserasian dan keselarasan.59

Didalam penjelasan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan telahdisajikan rumusan dari masing-masing asas hukum tersebut:

a. Asas pengayoman adalah bahwa setiap materimuatan peraturan perundang-undangan harusberfungsi memberikan perlindungan untukmenciptakan ketenteraman masyarakat.

b. Asas kemanusiaan adalah bahwa setiap materimuatan peraturan perundang-undangan harusmencerminkan perlindungan dan penghormatan hakasasi manusia serta harkat dan martabat setiap warganegara dan penduduk Indonesia secara proporsional.

c. Asas kebangsaan adalah bahwa setiap materi muatanperaturan perundang-undangan harus mencerminkansifat dan watak bangsa Indonesia yang mejemukdengan tetap menjaga prinsip Negara kesatuanRepublik Indonesia.

d. Asas kekeluargaan adalah bahwa setiap materimuatan peraturan perundang-undangan harusmencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakatdalam setiap pengambilan keputusan.

e. Asas kenusantaraan adalah bahwa setiap materimuatan peraturan perundang-undangan senantiasamemperhatikan kepentingan seluruh wilayahIndonesia dan materi muatan peraturan perundang-undangan yang dibuat didaerah merupakan bagiandari sistem hukum nasional yang berdasarkanPancasila dan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia tahun 1945.

f. Asas bhineka tunggal ika adalah bahwa metarimuatan peraturan perundang-undangan harusmemerhatikan keragaman penduduk, agama, sukudan golongan, kondisi khusus daerah serta budaya

59 Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan PeraturanPerundang-Undangan

Page 54: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, danbernegara.

g. Asas keadilan adalah bahwa setiap materi muatanperaturan perundang-undangan harus mencerminkankeadilan secara proporsional bagi setiap wargaNegara.

h. Asas kesamaan kedudukan dalam hukum danpemerintahan adalah bahwa setiap materi muatanperaturan perundang-undangan tidak boleh memuathal yang bersifat membedakan berdasarkan latarbelakang antara lain, agama, suku, ras, golongan,gender, atau status sosial.

i. Asas ketertiban dan kepastian hukum adalah bahwasetiap materi muatan peraturan perundang-undanganharus dapat mewujudkan ketertiban dalammasyarakat melalui jaminan kepastian hukum.

j. Asas keseimbangan, keserasian, keselarasan adalahbahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan keseimbangan,keserasian, dan keselarasan, antar kepentinganindividu, masyarakat dan kepentingan bangsa danNegara

d. Hieararki Perundang-undangan di IndonesiaHierarki peraturan perundang-undangan adalah penjenjangan

setiap jenis peraturan perundang-undangan yang didasarkan pada asasbahwa peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak bolehbertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Hierarki peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesiaselalu mengalami perkembangan yang disesuaikan dengan kehidupanberbangsa dan bernegara. Hierarki peraturan perundang-undangan yangtercantum dalam UU No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan PeraturanPerundang-undangan, kini telah dicabut dengan UU No. 12 Tahun 2011tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan talah ditentukanjenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan yang berlaku diIndonesia. Jenis dan hierarki itu, meliputi:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945;

b. Ketetapan majelis permusyawaratan Rakyat;c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang;

Page 55: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

d. Peraturan Pemerintah;e. Peraturan Presiden;f. Peraturan Daerah Provinsi;dang. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Undang-Undang Dasar 1945 merupakan hukum dasar tertulisNegara Republik Indonesia, memuat dasar dan garis hukum dalampenyelenggaraan negara. Ketetapan Majelis Permusyawaratan RakyatRepublik Indonesia merupakan putusan Majelis Permusyawaratan Rakyatsebagai pengemban kedaulatan rakyat yang ditetapkan dalam sidang-sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat.

3. Teori KewenanganAspek kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah menjadi urgen

untuk dipersoalkan mengingat kewenangan itu merupakan perbuatanpemerintah/administrasi negara yang harus dilandaskan pada peraturanperundang-undangan. Menurut Aminuddin Ilmar60 berbicara soalkewenangan apalagi kewenangan pemerintahan tidak dapat dilepaskandari asas legalitas (legaliteit benginsel) sebagai salah satu prinsip utamanegara hukum yang harus dijadikan sebgaai dasar penyelenggaraanpemerintah. Lebih lanjut Aminuddin Ilmar mengungkapkan bahwa dalamkonsep hukum tata negara dan hukum administrasi hal itu memiliki makna,bahwa pemerintah tunduk kepada peraturan perundang-undangan (dathet bestuur aan de wet is onder werpen). Dalam arti kata, adanya asaslegalitas menentukan bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahanharuslah didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang jugamerupakan prinsip negara hukum (rechsstaat atau rule of law) danmengikat bagi semua pihak baik penyelenggara pemerintahan maupunmasyarakat (wet matigheid van bestuur).

a. Pengertian Teori KewenanganMasalah kewenangan merupakan masalah yang banyak

didiskusikan, bahkan menjadi objek sengketa yang diajukan keMahkamah Konstitusi. Salah satu lembaga yang pernah mengajukansengketa ke Mahkamah Konstitusi adalah Pemerintah. Pemerintahmengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi karena dihalangi olehDewan Perwakilan Rakyat untuk membeli saham yang di difestasikan olehPT Newmont Nusa Tenggara. Timbulnya sengketa ini adalah disebabkankarena masing-masing lembaga Negara menganggap dirinya mempunyai

60 Aminuddin Ilmar, 2007, Hubungan Kewenangan Antara Pemerintah DenganPemerintah Daerah Dalam Rangka Meningkatkan Demokratisasi Pemerintahan. Naskah,dibacakan pada upacara penerimaan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Hukum Tata Negaradan Administrasi Negara pada Fakultas Hukum Unhas, tanggal 6 juni, hlm. 8

Page 56: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

kewenangan yang diberikan oleh undang-undang kepadanya, sementaralembaga yang lainnya juga menganggap dirinya mempunyai kewenanganuntuk itu. Masing-masing lembaga Negara tidak ada yang mau mengalahantara yang satu dengan yang lain. Teori yang menggkaji tentang hal itu,yaitu teori kewenangan.

Istilah teori kewenangan berasal dari terjemahan Bahasa Ingris,yaitu authority of theory, istilah yang digunakan dalam Bahasa Belanda,yaitu theory van hat gezag, sedangkan dalam bahasa Jerman, yaitutheorie der autoritat. Teori kewenangan berasal dari dua suku kata, yaituteori dan kewenangan. Sebelum dijelaskan pengertian teori kewenangan,berikut ini disajikan konsep theoretis tentang kewenangan. H.D. Stoud,seperti dikutip Ridwan HR, menyajikan pengertian tentang kewenangan.Kewenagan adalah:

“keseluruhan aturan-aturan yang berkenan dengan perolehan danpenggunaan wewenang pemerintahan oleh subjek hukum publikdidalam hubungan hukum publik.” 61

Ada dua unsur yang terkandung dalam pengertian konsepkewenangan menurut H.D. Stoud, yaitu :

a. Adanya aturan-aturan hukum; danb. Sifat hubungan hukum.

Sebelum kewenangan itu dilimpahkan kepada institusi yangmelaksankannya, maka terlebih dahulu harus ditentukan dalam peraturanperundang-undangan apakah dalam bentuk undang-undang, peraturanpemerintah maupun aturan yang lebih rendah tingkatannya. Sifathubungan hukum adalah sifat yang berkaitan dan mempunyaisangkutpaut atau ikatan atau pertalian atau berkaitan dengan hukum.Hubungan hukumnya adalah yang bersifat publik dan privat.

Ateng Syafrudin mengemukakan pengertian wewenang adalah :‘ada perbedaan antara pengertian kewenangan dengan wewenang.Kita harus membedakan antara kewenangan (authority, gezag)dengan wewenang (compotence, bevoegheid). Kewenanganadalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yangberasal dari kekuasaan yang diberikan oleh undang-undang,sedangkan wewenang hanya mengenai sesuatu ‘onderdeel’(bagian) tertentu saja dari kewenangan. Didalam kewenanganterdapat wewenang-wewenang (rechtsbe voegdheden). Wewenangmerupakan lingkup tindakan hukum publik, lingkup wewenangpemerintahan, tidak hanya meliputi wewenang membuat keputusan

61 Ridwan H.R. Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta 2008. Hlm.110

Page 57: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

pemerintah (bestuur), tetapi meliputi wewenang dalam rangkapelakasanaan tugas, dan memberikan wewenang serta distribusiwewenang utamanya ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan,”62

Ateng Syafrudin, tidak hanya menyajikan konsep tentangkewenangan, tetapi juga konsep tentang wewenang. Unsur-unsur yangtercantum dalam kewenangan, meliputi:

a. Adanya kekuasaan formal; danb. Kekuasaan diberikan oleh undang-undang.

Unsur-unsur wewenang, yaitu hanya mengenai sesuatu “onderdeel”(bagian) tertentu dari kewenangan.

Indroharto mengemukakan pengertian wewenang. Wewenangdalam arti yuridis adalah “suatu kemampuan yang diberikan olehperaturan perundang-undangan yang berlaku untuk menimbulkan akibat-akibat hukum”.63

Dalam konstruksi ini, kewenangan tidak hanya diartikan sebagaihak untuk melakukan praktik kekuasaan, namun kewenangan jugadiartikan:

a. Untuk menerapkan dan menegakkan hukum;b. Ketaatan yang pasti;c. Perintah;d. Memutuskan;e. Pengawasan;f. Yurisdiksi; ataug. Kekuasaan.

Pada umumnya kewenangan diartikan sebagai kekuasaan.Kekuasaan merupakan:

“Kemampuan dari orang atau golongan untuk menguasai orang lainatau golongan lain berdasarkan kewibawaan, kewenangan,kharisma atau kekuatan pisik” 64

Konstruksi kekuasaan dalam definisi ini, yaitu adanya kemampuanuntuk menguasai orang lain. Kemampuan untuk menguasai orang lain,yaitu didasarkan pada:

a. Kewibawaan;

62 Ateng Syafrudin, Menuju Penyelenggaraan Pemerintahan Negara Yang Bersih DanBertangguang Jawab. Jurnal Pro Justisia Edisi IV, Bandung Universitas Parahyangan, 2000,hlm.22.

63 Indroharto, op.cit, hlm. 6864 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, hlm 48

Page 58: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

b. Kewenangan;c. Kharisma; ataud. Kekuatan fisik

Kewibawaan adalah menyangkut wibawa. Wibawa adalahpembawaan atau kekuasaan untuk dapat menguasai dan memengaruhiorang lain melalui sikap dan tingkahlaku yang mengandungkepemimpinan dan penuh daya tarik. Kewenangan adalah hak dankekuasaan yang dipunyai untuk melakukan sesuatu. kharisma adalahkeadaan atau bakat yang dihubungkan dengan kemampuan yang luarbiasa dalam hal kepemimpinan seseorang untuk membangkitkan rasakagum masyarakat terhadap dirinya. Kekuatan fisik adalah tenaga ataukekuasaan badan atau jasmani yang dipunyai oleh seseorang pemimpin.65

Pada hakikatnya kewenangan merupakan kekuasaan yangdiberikan kepada alat-alat perlengkapan negara untuk menjalankan rodapemerintahan.

Wewenang merupakan bagian yang sangat penting dan menjadibagian awal dari hukum administrasi karena pemerintahan baru dapatmenjalankan fungsinya atas dasar wewenang yang diperolehnya. Artinyakeabsahan bertindak pemerintah atas dasar wewenang yang diatur dalamperaturan perundang-undangan (legaliteit beginselen66)

Dalam hukum administrasi Belanda soal wewenang ataukewenangan selalu menjadi bagian penting dan bagian awal dari hukumadministrasi karena obyek administrasi adalah wewenang pemerintahan(bestuurs bevoegdheid). Demikian pentingnya kedudukan kewenanganini, sehingga F.A.M. Stroink dan J.G Steen Beek menyebutnya sebagaikonsep inti dalam hukum tata negara dan hukum administrasi.67

Menurut Henc Van Maarseveen, sebagaimana dikutip oleh Hadjonbahwa dalam hukum tata Negara, wewenang (bevdegdheid)dideskripsikan sebagai kekuasaan hukum (rechtsmacht), jadi dalamkonsep hukum publik, wewenang berkaitan dengan kekuasaan. Olehkarena itu sebagai suatu konsep hukum publik, wewenang terdiri atassekurang-kurangnya tiga komponen, yaitu:

a. Pengaruh;

65 Salim HS, Penerapan Teori Hukum Pada Peneltian Tesis Dan DIsertasi, Rajawali Pers,Jakarta, 2013. hlm.186

66 Sadjijono, 2008, Memahami Beberapa Bab Pokok Hukum Administrasi,LaksebangPressindo, Yogyakarta, hlm. 49

67 Ridwan, H.R. Ibid hlm. 72

Page 59: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

Komponen pengaruh ialah bahwa penggunaanwewenang dimaksudkan untuk mengendalikan perilakuhukum

b. Dasar hukum;Komponen dasar hukum ialah bahwa wewenang ituselalu harus dapat ditunjuk dasar hukumnya.

c. Konformitas hukum.Komponen komformitas hukum, mengandung maknaadanya standar wewenang.68

Berkaitan dengan hal tersebut dalam wacana akademik dikenaladanya tiga sifat wewenang pemerintahan, yaitu bersifat terikat, fakultatifdan bebas, terutama dalam kaitannya dengan kewenangan pembuatandan penerbitan ketetapan (beschikking) oleh organ pemerintahan,sehingga dikenal adanya keputusan/ketetapan yang bersifat terikat danbebas. Menurut Askari Razak69 dengan mengutip pendapat Indronotomenyatakan bahwa pertama, wewenang pemerintahan yang bersifatterikat, yaitu terjadi apabila peraturan dasarnya menentukan kapan dandalam keadaan yang bagaimana wewenang tersebut dapat digunakanatau peraturan dasarnya sedikit banyaknya menentukan isi dan keputusanyang harus diambil, dengan kata lain, terjadi apabila peraturan dasar yangmenentukan isi dari keputusan yang harus diambil secara rinci, makawewenang pemerintah semacam itu merupakan wewenang terikat. Kedua,wewenang fakultatif, terjadi dalam hal badan atau pejabat tata usahaNegara yang bersangkutan tidak wajib menerapkan wewenangnya atausedikit banyak masih ada pilihan, sekalipun pilihan itu hanya dapatdilakaukan dalam keadaan-keadaan tertentu sebagaimana ditentukandalam peraturan dasarnya. Ketiga, wewenang bebas yaitu terjadi ketikaperaturan dasarnya memberi kebebasan kepada badan atau pejabat tatausaha negara untuk menentukan sendiri mengenai isi dari keputusan yangakan dikeluarkannya atau peraturan dasarnya memberikan ruang lingkupkebebasan kepada pejabat tata usaha negara yang bersangkutan.70

68 Philipus M. Hadjon, 1997, Tentang Wewenang, Yuridika, Fakultas Hukum UniversitasAirlangga, Surabaya, No. 5 dan 6 Tahun XII, Edisi September-Desember.

69 Askari Razak, 2009, Penyelenggaraan Otonomi Daerah Dalam MeningkatkanPelayanan Publik, Disertasi, Makassar: Universitas Hasanuddin, hlm. 38.

70 Syamsul Bachri, Berkaitan Dengan Keputusan Tata Usaha Negara (beschikking) yangmerupakan salah satu Instrumen Penyelenggaraan Pemerintah Yang Paling Sering DipergunakanOleh Badan Atau Pejabat Tata Usaha Negara, Tidak Selalu Dilakukan Secara Tertulis, tetapiadakalahnya dikeluarkan dalam bentuk lisan, sebagaimana dikenal dengan nama keputusan lisan.Keputusan lisan dapat dijadikan alas an untuk menggugat pejabat tata usaha Negara dihadapanperadilan umum.hlm. 5

Page 60: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

b. Jenis-Jenis KewenanganKewenangan dapat dibedakan menurut sumbernya,

kepentingannya, teritoria, ruang lingkupnya, dan menurut urusanpemerintahan. Kewenangan ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a. Wewenang; danb. Wewenang ofisial.71

Wewenang personal yaitu wewenang yang bersumber padainteligensi, pengalaman, nilai atau norma dan kesanggupan untukmemimpin. Sedangkan wewenang ofisial merupakan wewenang resmiyang diterima dari wewenang yang berada diatasnya.

Max Weber yang di kutip oleh Soerjono Soekanto membagikewenangan menjadi empat macam, yaitu:

a. Wewenang kharismatis, tradisional dan rasional (legal);b. Wewenang resmi dan tidak resmi;c. Wewenang pribadi dan territorial; dand. Wewenang terbatas dan menyeluruh.72

Wewenang kharismatis merupakan wewenang yang didasarkanpada kharisma yang merupakan suatu kemampuan khusus yang melekatpada diri seseorang, kemampuan mana yang diyakini sebagaipembawaan seseorang sejak lahir. Wewenang tradisional merupakanwewenang yang dapat dipunyai oleh seseorang atau kelompok orang.Ciri-ciri wewenang tradisional meliputi:

a. Adanya ketentuan-ketentuan tradisional yang mengikatpenguasa yang mempunyai wewenang, serta orang-orang lainnya dalam masyarakat;

b. Adanya wewenang yang lebih tinggi daripada kedudukanseseorang diri hadir secara pribadi;

c. Selama tidak ada pertentangan dengan ketentuan-ketentuan tradisional, orang-orang dapat bertindaksecara bebas.

Wewenang rasional atau legal, yaitu wewenang yang disandarkanpada sistem hukum yang berlaku dalam masyarakat, sistem hukum manadipahamkan sebagai kaidah-kaidah yang telah diakui serta ditaati olehmasyarakat, dan bahkan yang telah diperkuat oleh negara.

71 Diah Restuning Maharani, Teori Kewenangan,http://restuningmaharani.blogspot.com/2009/10/teori kewenangan.html, diakses pada tanggal20 Juli 2016.

72 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2005,hlm. 280-288.

Page 61: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

Wewenang tidak resmi merupakan hubungan-hubungan yangtimbul antarpribadi yang sifatnya situasional, dan sifatnya sangatditentukan pihak-pihak yang saling berhubungan tadi. Wewenang resmisifatnya sistematis, dapat diperhitungkan dan rasional. Biasanyawewenang ini dapat dijumpai pada kelompok-kelompok besar yangmemerlukan aturan tata tertib yang tegas dan bersifat tepat.

Wewenang pribadi lebih didasarkan pada tradisi, dan/ataukharisma. Wewenang territorial merupakan wewenang dilihat dari wilayahtempat tinggal. Wewenang terbatas adalah wewenang yang sifatnyaterbatas, dalam arti tidak mencakup semua sektor atau bidang kehidupan,akan tetapi hanya terbatas pada salah satu sektor atau bidang saja.Misalnya, seorang Jaksa di Indonesia mempunyai wewenang atas namanbegara menuntut seorang warga masyarakat yang melakukan tindakpidana, akan tetapi jaksa tersebut tidak berwenang untuk mengadilinya.Wewenang menyeluruh merupakan wewenang yang tidak dibatasi olehbidang-bidang kehidupan tertentu. Suatu contoh adalah, misalnya bahwasetiap negara mempunyai wewenang yang menyeluruh atau mutlak untukmempertahankan kedaulatan wilayahnya.

Kewenangan juga dibagi berdasarkan urusan pemerintahan.Urusan pemerintahan adalah:

“fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan kewajibansetiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengaturdan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannyadalam rangka melindungi, melayani, meberdayakan, danmenyejahterakan masyarakat.73

B. Landasan Perencanaan Pembentukan Program LegislasiPembentukan peraturan perundang-undangan adalah proses

pembentukan atau pembuatan peraturan perundang-undangan yang padadasarnya dimulai dari proses perencanaan, penyusunan, pembahasan,pengesahan atau penetapan, dan pengundangan terdapat dalam pasal 1angka 1 UU No. 12 Tahun 2011. Peraturan perundang-undangan adalahperaturan tertulis Yang dibentuk oleh lembaga negara, lingkungan jabatanatau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum. Pasal 2 joPasal 7 UU No.12 Tahun 2011 jenis hierarki peraturan perundang-undangan, adalah:

Pasal 1 ayat (1) : jenis dan hierarki peraturan perundang-undanganterdiri atas:

73 Pasal 1 angka 5 Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian UrusanPemerintahan.

Page 62: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945;

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang;d. Peraturan Pemerintah;e. Peraturan Presiden;f. Peraturan Daerah Provinsi; dang. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

Pasal 7 ayat (2) : kekuatan hukum peraturan perundang-undangan sesuaidengan hierarki sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Dalam pembicaraan sehari-hari kata hukum berkaitan denganundang-undang, adalah aturan dan peraturan. Donald Black74 yangsederhana dan ringkas bahwa hukum adalah control sosial daripemerintah control sosial ini sebagai aturan dan proses sosial yangmencoba mendorong perilaku yang baik dan berguan atau mencegahperilaku yang buruk.

H.L.A Hart75 menamai aturan sebagai aturan sekunder (secondaryrules). Hard menamai aturan mengenai perilaku nyata sebagai aturanprimer (primary rules). Selanjutnya Hart menyatakan bahwa hukum adalahkesatuan dari aturan primer dan sekunder. Semua aturan termasuk aturansekunder setidaknya merupakan pedoman bagaimana cara berperilaku.Pendapat Hart tersebut, maka hukum sekunder atau peraturan tentangpembentukan peraturan perundang-undangan merupakan pedoman bagipara perancang mulai dari tahap perencanaan sanpai pada tahappengundangan. Perencanaan program peraturan perundang-undangansebagai produk hukum, dibuat dengan maksud untuk dipatuhi olehmasyarakat atau dengan kata lain untuk efektif atau hukum tersebutberperan sesuai dengan fungsinya, apabila yang dibicarakan masalahberfungsi atau efektifnya hukum dalam masyarakat, biasanya perhatiandiarahkan pada kenyataan bahwa apakah hukum itu benar-benar berlakuatau tidak.

Dalam teori hukum biasanya dibedakan dalam 3 macamberlakunya hukum sebagai kaidah76, yaitu :

1. Hukum berlaku secara yuridis, apabila ketentuannya didasarkanpada norma yang lebih tinggi tingkatannya (Hans Kelsen), atau

74 Lawrence M. Friedman, 2001, American Law An Introduction, penerjemah WishnuBasuki, PT Tanusa, Jakarta Indonesia, hlm. 3-4.

75 ibid76 Achmad Ruslan, Op. Cit, hlm. 49

Page 63: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

apabila terbentukmenurut cara yang telah ditetapkan (W.Zevenbergen), atau apabila menunjukan seharusnya antarsuatu kondisi dan akibatnya (J.H.A. Logemann).

2. Hukum berlaku secara sosiologis, apabilakaidah tersebut efektif,artinya kaidah tersebut dapat dipaksakan berlakunya olehpenguasa walaupun tidak diterima oleh masyarakat (teorikekuasaan), atau kaidah tadi berlaku karena diterima atau diakui oleh masyarakat (teori Pengakuan).

3. Hukum tersebut berlaku secara filosofis, artinya sesuai dengancita-cita hukum sebagai nilai positif tertinggi (Soekanto).

Agar hukum dapat berfungsi, maka harus memenuhi ketiga unsurtersebut diatas, disebabkan karena77, yaitu:

1. Bila hukum berlaku secara yuridis, maka kemungkinan besarkaidah tersebut merupakan kaidah mati (dode regel)

2. Kalau hukum berlaku secara sosiologis (maka mungkin hukumberlaku dalam arti teori kekuasaan), maka kaidah tersebutmenjadi aturan memaksa.

3. Apabila hanya berlaku secara filosofis, maka mungkin hukumtersebut hanya merupakan hukum yang dicita-citakan (iusconstituendum).

Pernyataan tersebut dihubungkan denagn pendapat BurkhardtKrems dalam Attamimi78, pembentukan peraturan perundang-undanganmeliputi dua hal pokok, yaitu kegiatan pembentukan isi peraturan disatupihak, dan kegiatan menyangkut pemenuhan bentuk peraturan, yaitumetode pembentukan peraturan dan proses sertaprosedur pembentukanperaturan dilain pihak. Dua kegiatan tersebut dilaksanakan serentak,setiap kegiatan tersebut harus memenuhi persyaratan-persyaratan sendiri-sendiri, apabila peraturan perundang-undangan tersebut diharapkanberlaku sebagaiman mestinya, baik secara filosofis, yuridis dan sosiologis.

Berdasarkan pemaparan diatas, peraturan perundang-undangandibuat hasilnya dapat efektif, maka dasar pemikiran yang mendasaripembuat suatu perencanaan program peraturan perundang-undanganadalah dasar pemikiran filosopis, yuridis dan sosiologis.

1. Landasan FilosofisProses pembentukan undang-undang memberikan arah dan

pedoman bagi terwujudnya cita-cita kehidupan bangsa dalam kerangka

77 Soekanto Soerjono, 1979, Kegunaan Sosiologi Hukum Bagi Kalangan Hukum, Cet. II,Alumni Bandung, hlm. 47

78 A. Hamid Attamimi, 1990, Peranan Keputusan Presiden Dalam PenyelenggaraanPemerintahan Negara, Disertasi Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta, Hlm 317-318

Page 64: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila danUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Prolegnas yang menitipberatkan pada pembentukan undang-undang yang terencana, sistematis, terarah, terpadu dan menyeluruhdiharapkan dapat mengarahkan pembangunan hukum, mewujudkankonsistensi peraturan perundang-undangan, serta meniadakanpertentangan antara undnag-undang yang ada (vertikal maupaunhorizontal) yang bermuarah pada terciptanya hukum yang dapatmelindungi hak-hak warga Negara dan dapat menjadi sarana untukmencapai tujuan berbangsa dan bernegara.

2. Landasan sosiologisMenciptakan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat dan

bernegara merupakan salah satu tujuan hukum dan sebagaiperwujudannya pembentukan undang-undang harus sesuai dengan nilaiyang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, sekalipun memangtidak mungkin semua nilai yang ada di dalam masyarakat dimuat dalamsuatu undang-undang.

Adapun wujud dari penempatan rakyat sebagai subyek dalamlegislasi adalah melibatkan masyarakat dalam proses pembentukanundang-undang. Artinya pembentukan undang-undang harus dilakukansecara transparan, partisipatif, dan demokratis sehingga masyarakatdapat terlibat dalam pembentukan suatu undang-undang. Dalam rangkamendapatkan gambaran kebutuhan hukum dalam masyarakat,perencanaan Prolegnas Tahun 2015-2019 telah mendapat masukan dariberbagai kalangan masyarakat yang meliputi kalangan akademisi,organisasi kemasyarakatan, organisasi propesi, lembaga suadayamasyarakat, kalangan pelaku usaha, lembaga yang bergerak dalampemberdayaan petani, nelayan, pekerja dan unsur masyarakat.

Melalui Prolegnas diharapkan dapat dihasilkan kebijakan yangsesuai dengan aspirasi masyarakat, mengandung perlindungan danpenghormatan terhadap hak asasi manusia, serta mempunyai daya gunayang efektip dalam masyarakat.

3. Landasan yuridisPasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negarahukum. Konsep Negara hukum mempunyai tujuan terciptanya kehidupandemokratis, melindungi hak asasi manusia dan kesejahteraan yangberkeadilan. Untuk mewujudkan konsep Negara hukum tersebut Negaraharus menjamin dan melindungi hak asasi manusia, mengakui persamaan

Page 65: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

kedudukan dihadapan hukum serta memberikan kedudukan tertinggiterhadap supremasi hukum.

Supremasi hukum merupakan landasan operasional dalampenyelenggaraan Negara dalam wujud penyelenggaraan hukum yangmenjadi dasar tatanan kehidupan nasional baik dalam bidang politik,ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Bentuk dari hukumdalam konsep Negara hukum adalah pembangunan hukum melaluipembentukan undang-undang.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mempunyai peran penting dalampembentukan undang-undang melalui fungsi legislasi sebagaimanadisebutkan dalam Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa DPRmemegang kekuasaan membentuk undang-undang. Dalam prosespembentukan undang-undang tersebut, rancangan undang-undang dapatdiajukan oleh:1. DPR, sesuai dengan ketentuan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.2. Presiden, sesuai dengan ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.3. DPD, sesuai dengan ketentuan Pasal 22D ayat (1) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juncto Pasal 249 ayat(1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MajelisPermusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, DewanPerwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapatmengajukan rancangan undang-undang kepada DPR yang berkaitandengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukandan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumberdaya alam dan sumber daya ekonomi lainnya serta yang berkaitandengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.

Pasal 20 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa dalam setiap pembahasanrancangan undang-undang oleh DPR harus mendapat persetujuanbersama dengan Presiden. Dalam konteks itulah, maka konstitusi jugamengamanatkan adanya tata cara pembentukan undang-undang yangdiatur dengan undang-undang sebagaimana disebutkan dalam Pasal 22AUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yangkemudian dilaksanakan melalui Program Legislasi Nasional (Prolegnas)sebagai instumen perencanaan penyusunan undang-undang yangmerupakan skala proritas program pembentukan undang-undang dalamrangka mewujudkan sistem hukun nasional sesuai dengan ketentuan

Page 66: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

dalam Pasal 16 dan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.C. Konsep Prolegnas

1. Pengertian prolegnasProlegnas merupakan instrument perencanaan program

pembentukan undang-undang yang disusun secara berencana, terpadu,dan sistematis yang memuat daftar RUU yang akan dibahas DPRbersama Pemerintah dalam kurun waktu 5 (lima) tahunan dan 1 (satu)tahunan (prolegnas prioritas). Penyusunan prolegnas dimaksudkan untukmemberikan gambaran obyektif tentang kondisi umum dibidang peraturanperundang-undangan ditingkat pusat dan skala prioritas penyusunan RUUsebagai suatu program yang berkesinambungan dan terpadu sebagaipedoman bersama dalam pembentukan peraturan perundang-undangandalam mewujudkan sistem hukum nasional.

Pada ketentuan umum pasal 1 angka 9 Undang-Undang No. 12Tahun 2011 di tegaskan prolegnas adalah instrument perencanaanprogram pembentukan undang-undang yang di susun secara berencana,terpadu dan isitematis. Perencanaan penyusunan Undang-Undangdilakaukan dalam prolegnas.79

Dalam penyusunan program legislasi nasional di tetapkan skalaprioritas sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum masyarakat.Untuk maksud tersebut, maka program legislasi nasional membuatprogram legislasi jangka panjang, menengah dan tahunan. Programlegislasi nasional hanya membuat program penyusunan peraturanperundang-undangan tingkat pusat (UU/PERPU). Dalam penyusunanprogram tersebut perlu di tetapkan pokok-pokok materi yang hendak diatur serta kaitannya dengan undang-undang lainnya. Oleh karena itu,penyusunan prolegnas disusun secara terkoordinasi, terarah, dan terpaduyang disusun bersama oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan pemerintah.

Pembentukan undang-undang melalui fungsi legislasi DPR RImerupakan bagian dari pembangunan hukum, khususnya pembangunanmateri hukum. Manfaat dari prolegnas bagi pelaksanaan fungsi legislasiDPR RI adalah menjamin agar pembangunan materi hukum dilaksanakansecara terarah, menyeluruh, dan terpadu. Oleh karena itu, penyususnanprolegnas di dasarkan pada visi dan misi pembangunan hukum nasional.

Secara operasional, program legislasi nasional memuat daftarRancangan Undang-Undang yang disusun berdasarkan metode danparameter tertentu serta di jiwai oleh visi dan misi pembangunan hukumnasional untuk jangka waktu lima tahunan dan satu tahunan. Jadi, visi dan

79 Pasal 16 UU P3

Page 67: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

misi pembangunan hukum nasional menjiwai materi hukum yang akan dibentuk. Dengan demikian, program legislasi nasional tidak sekedar daftarkeinginan, melainkan juga daftar yang dilandasi kebutuhan serta visipembangunan hukum nasional.

Pada dasarnya, program legislasi nasional adalah hasil darirumusan atau kesepakatan bersama antara pemerintah dan DPR RI. Olehkarena itu, sebelum melahirkan satu prolegnas, baik Dewan PerwakilanRakyat maupun Pemerintah menyusun prolegnas masing-masing. Pasal20 UU No.12 Tahun 2011 merumuskan:

1. Penyusunan prolegnas di laksanakan oleh DewanPerwakilan Rakyat dan Pemerintah.

2. Prolegnas ditetapkan untuk jangka menengah dantahunan berdasarkan skala perioritas penbentukanrancangan undang-undang.

3. Penyusunan dan penetapan prolegnas jangka menengahdi lakukan pada awal masa keanggotaan DPR sebagaiprolegnas untuk jangka waktu lima tahun.

4. Prolegnas jangka menengah dapat di evaluasi setiapakhir tahun bersamaan dengan penyusunan danpenetapan prolegnas prioritas tahunan.

5. Penyususnan dan penetapan prolegnas prioritas tahunansebagai pelaksanaan prolegnas jangka menengahdilakukan setiap tahun sebelum penetapan RUU APBN.

Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia sebagaikoordinator proses penyususnan program legislasi nasional antara DewanPerwakilan Rakyat dan Pemerintah, menempatkan peran dan tanggungjawab Dewan Perwakilan Rakyat dalam penyusunan program legislasinasional sangatlah penting. Peran dan tanggung jawab ini mengarahkepada pengembangan Dewan Perwakilan rakyat sebagai pusat daripembentukan hukum (law Center).

Penyusunan prolegnas merupakan salah satu tugas dari badanlegislasi (Baleg) DPR RI. Tugas baleg DPR RI dirumuskan dalam pasal 42ayat (1) huruf a Peraturan Tata Tertib DPR RI dengan kalimat sebagaiberikut:

“menyusun program legislasi nasional yang memuat daftar urutanRUU untuk satu masa keanggotaan dan prioritas setiap tahunanggaran, yang selanjutnya dilaporkan dalam rapat paripurna untukditetapkan dengan keputusan DPR.”Penyusunan program dan urutan prioritas tersebut dilaksanakan

Baleg DPR RI melalui beberapa tahap, yaitu :

Page 68: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

1. Menginventarisasi masukan dari anggota fraksi, kondisi, DPD RI,dan masyarakat untuk ditetapkan menjadi keputusan badanlegislasi;

2. Keputusan sebagaimana yang dimaksud pada angka (1)merupakan bahan konsultasi dengan pemerintah;

3. Hasil konsultasi dengan pemerintah dilaporkan dalam rapatparipurna DPR RI untuk ditetapkan.Penyusunan program dan urutan prioritas disertai pula dengan

evaluasi. Oleh karena itu, badan legislasi DPR RI juga memiliki wewennguntuk melakukan evaluasi terhadap program dan urutan prioritasRancangan Undang-Undang. Dalam program legislasi nasionaldinyatakan, pembentukan undang-undang secara komprehensip perlumemperhatikan 2 (dua) dimensi, yaitu:

a. Dimensi masa lalu yang terkait dengan sejarah perjuanganbangsa;

b. Dimensi masa kini yang kondisi objektif yang ada sekarangdengan lingkungan strategisnya dengan memandang kemasadepan yang di cita-citakan.

Tujuan penyusunan program legislasi nasional untuk mempercepatproses pembentukan hukum, meningkatkan fungsi hukum sebagai saranarekayasa pembangunan masyarakat, dan menyempurnakan peraturanperundang-undangan yang sudah ada namun tidak sesuai lagi denganperkembangan zaman.

Kendatipun secara operasional memuat daftar Rancangan Undang-Undang, namun program legislasi nasional sejatinya tidak sekedarinstrument perencanaan pembentukan undang-undang. Oleh sebab itu,jika di amati dari aspek substansi materi hukum (legal substance)-nya,program legislasi nasional juga merupakan arah dan kebijakan politikhukum indonesia. Dalam persfektif inilah, program legislasi nasional diharapkan dapat mengarahkan pembangunan hukum nasional sehinggaterwujud konsistensi dan harmonisasi seluruh peraturan perundang-undangan mulai dari tingkat pusat sampai ke daerah.

Oleh karena itu, persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat untukmenetapkan suatu program legislasi nasional harus dilatarbelakangi olehsejumlah dasar pemikiran penting. Dasar-dasar pemikiran yang dimaksud,antara lain:

(1) Prinsip-prinsip dasar pembentukan UU;(2) Tujuan-tujuan prolegnas;(3) Kondisi objektif permasalahan dalam pembentukan

peraturan perundang-undangan;

Page 69: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

(4) Visi dan misi pembangunan hukum nasional;(5) Arah kebijakan prolegnas; dan(6) Skala prioritas prolegnas tahunan.

Keputusan DPR RI No. 41A/DPR RI/2009-2014 mengisyaratkanprinsip-prinsip dasar pembentukan UU yaitu sebagai berikut:

1. Kesetiaan pada cita-cita sumpah pemuda, proklamasikemerdekaan 17 agustus, nilai-nilai filosofis yang terkandungdalam pancasila, dan nilai-nilai konstitusional yang termaktubdalam UUD 1945.

2. Terselenggaranya Negara hukum Indonesia yang demokratis,adil, sejahtera, dan damai.

3. Dikembangkannya norma-norma hukum dan pranata hukumbaru guna mendukung dan melandasi masyarakat secaraberkelanjutan, tertib, lancar, dan damai, serta mengayomiseluruh tumpah darah dan segenap bangsa Indonesia.

Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, prolegnas diharapkan bisamenjadi pedoman dan pengendali penyusunan peraturan perundang-undangan tingkat pusat yang mengikat lembaga yang berwenangmembentuk Undang-undang. Program legislasi nasional juga di harapkandapat menghasilkan Undang-Undang yang baik untuk mendukung tugasumum pemerintahan dan pembangunan , serta untuk memenuhikebutuhan hukum di dalam masyarakat.

Beberapa tujuan prolegnas yang diharapkan dapat tercapai, antaralain :

1. Mempercepat proses pembentukan peraturan perundang-undangan sebagai bagian dari pemebntukan system hukumnasional;

2. Pembentukan peraturan perundang-undangan sebagailandasan dan perekat bidang pembangunan lainnya, sertamengaktualisasikan fungsi hukum sebagai sarana rekayasasosial/pembangunan, instrument pencegah/penyelesaiansengketa, pengatur perilaku anggota masyarakat, dan saranapenintegrasian hukum dalam wadah NKRI;

3. Mendukung upaya mewujudkan supermasi hukum, terutamamengganti peraturan perundang-undangan warisan colonial danhukum nasional yang sudah tidak sesuai denganperkembangan masyarakat;

4. Menyempurnakan peraturan perundang-undangan yang sudahada selama ini, namun tidak sesuai dengan tuntutan dankebutuhan masyarakat; dan

Page 70: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

5. Membentuk peraturan perundang-undangan baru sesuaidengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat.

Berdasrkan Pasal 21 ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 2011 tentangPembentukan Peraturan Perundang-undangan jo Pasal 106 PeraturanDPR RI Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata Tertib ditegaskan bahwa“Penyusunan prolegnas antra DPR, Pemerintah, dan DPD dikoordinasikanoleh DPR melalui alat kelengkapan DPR yang khusus menangani bidanglegislasi (badan legislasi)”. Badan legislasi melakukan koordinasi dalampenyusunan prolegnas di lingkungan DPR, di lingkungan Pemerintahpenyusunan prolegnas dikoordinasikan oleh menteri Hukum dan HAM,adapun di lingkungan DPD dikoordinasikan oleh panitia perancangundang-undang. Prolegnas sebagai suatu instrument perencanaan dalampelaksanaannya bisa saja tidak dapat menampung semua kebutuhanhukum yang mendesak, sehingga dalam Pasal 23 ayat (2) UU Nomor 12Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undanganmenegaskan bahwa “dalam keadaan tertentu DPR atau Presiden dapatmengajukan RUU di luar Prolegnas yang mencakup:

a. Untuk mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik,atau bencana alam; dan

b. Keadaan tertentu lainnya yang memastikan adanyaurgensi nasional ataas suatu RUU yang dapatdisetujui bersama oleh alat kelengkapan DPR yangkhusus menangani bidang legislasi dan menteri yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan dibidanghukum”.

2. Arah kebijakan Prolegnas 2015-2019Upaya pembangunan sistem hukum nasional mencakup beberapa

hal. Pertama, pembangunan substansi hukum, baik hukum tertulismaupun hukum tidak tertulis dengan mekanisme pembentukan hukumnasional yang lebih baik sesuai dengan kebutuhan pembangunan danaspirasi masyarakat, kedua, penyempurnaan struktur hukum yang lebihefektif, ketiga, pelibatan seluruh komponen masyarakat dengan kesadaranhukum tinggi untuk mendukung pembentukan sistem hukum nasionalyang dicita-citakan.

Ketentuan Pasal 1 ayat (9) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan mendefinisikanProgram Legislasi Nasional (prolegnas) sebagai instrument perencanaanprogram pembentukan undang-undang yang disusun secara terencana,terpadu dan sistematis. Perencanaan penyusunan undang-undangdilakukan dalam program legislasi nasional yang merupakan skala

Page 71: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

prioritas program pembentukan undang-undang dalam rangkamewujudkan sistem hukum nasional.

Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terarahmelaului prolegnas diharapkan dapat mengarahkan pembangunan hukum,mewujudkan konsistensi peraturan perundang-undangan, sertamewujudkan pertentangan antara peraturan perundang-undangan yangada (vertikal maupun horizontal) yang bermuara pada terciptanya hukumnasional yang adil. Selain itu, melalui program legislasi nasionaldiharapkan akan menghasilkan kebijakan yang sesuai dengan aspirsimasyarakat, mengandung perlindungan dan penghormatan terhadap hakasasi manusia serta mempunyai daya laku yang efektif dalam masyarakat.

Selain sebagai instrumen mekanisme perencanaan hukum yangmenggambarkan sasaran politik hukum secara mendasar, programlegisalsi nasional secara isi/materi hukum (legal substance) memuat daftarrancangan undang-undang yang dibentuk selaras dengan tujuanpembangunan nasional yang tidak dapat dilepaskan dari rumusanpencapaian tujuan negara sebagaimana dimuat dalam PembukaanUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaituguna melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia;mencerdaskan kehidupan bangsa; memajukan kesejahteraan umum; danikut melaksanakan ketertiban dunia. Dalam tataran konkrit, sasaran politikhukum nasional harus mengacu pada Rencana Pembangunan JangkaPanjang Nasional (RPJPN) sebagai arah dan prioritas pembangunansecara menyeluruh yang dilakukan secara bertahap untuk mewujudkanmasyarakat adil dan makmur sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945. Terkait dengan itu,secara operasional penyusunan program legisalsi nasional 2015-2019hendaknya dijiwai oleh arah kebijakan Rencana Pembangunan JangkaMenengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.

Pembangunan materi hukum diarahkan untuk melanjutkanpembaruan produk hukum untuk menggantikan peraturan perundang-undangan warisan kolonial yang mencerminkan nilai-nilai sosial dankepentingan masyarakat Indonesia serta mampu mendorong tumbuhnyakreativitas dan melibatkan masyarakat untuk mendukung pelaksanaanpenyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional yangbersumber pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara republicIndonesia Tahun 1945, yang mencakup perencanaan hukum,pembentukan hukum, penelitian dan pengembangan hukum. Di sisi lain,perundang-undangan yang baru juga harus mampu mengisikekurangan/kekosongan hukum sebagai pengarah dinamika lingkungan

Page 72: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

strategis yang sangat cepat berubah. Perencanaan hukum sebagai bagiandari pembangunan materi hukum harus diselenggarakan denganmemerhatikan berbagai aspek yang mempengaruhi, baik di dalammasyaraakatsendiri maupun dalam pergaulan masyarakat internasionalyang dilakukan secara terpadu dan meliputi semua bidang pembangunansehingga produk hukum yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhankehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara serta dapat mengantisipasiperkembangan zaman, dengan mengedepankan kepentingan nasional.Pembentukan hukum diselenggarakan melalui proses terpadu dandemokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945, sehingga menghasilkan produk hukumbeserta peraturan pelaksanaan yang dapat diaplikasikan secara efektifdengan di dukung oleh penelitian dan pengembangan hukum yangdidasarkan pada aspirasi dan kebutuhan masyarakat.

Berdasarkan pada pemahaman di atas, maka program legislasinasional (prolegnas) tahun 2015-2019 diperlukan sebagai potret politikperundang-undangan atau substansi politik hukum nasional untukmencapai tujuan Negara dalam kurun waktu tahun 2015-2019 baikdengan membentuk hukum baru maupun mengganti atau merubah hukumlama.

Adapun visi dan misi serta maksud dan tujuan penyusunanprolegnas80 adalah:Visi

Penyusunan prolegnas Tahun 2015-2019 didasarkan pada visi:“terwujudnya pembangunan hukum yang berkeadilan melalui kualitaspenegakkan hukum dan Hak Asasi Manusia untuk meningkatkan dayasaing perekonomian bangsa”.Misi

Menciptakan penegakan hukum yang berkualitasdan berkeadilan;Meningkatkan konstribusi hukum untuk meningkatkan daya saing ekonomibangsa; dan Meningkatkan kesadaran hukum di segala bidang.Maksud dan TujuanMaksud penyusunan program legislasi nasional adalah:

1. Merencanakan dan memberi arahan yang sistematis mengenaipembangunan hukum nasional yang akan dilakukan pada tahun2015-2019

80 DPR RI, 2015, daftar Program Legislasi Nasional Rancangan Undang-Undang Tahun2015-2019 dan Program Legislasi Nasional rancangan Undag-Undang Prioritas Tahun 2015,Badan Legislasi DPR RI, Jakarta Februari 2015.hlm.9-10

Page 73: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

2. Menyusun prioritas rancangan undang-undang yang akan dibentukdalam periode 2015-2019 sebagai landasan operasionaldalampencapaian tujuan pembangunan nasional.

Tujuan penyusunan program legislasi nasional adalah:1. Tersedianya perencanaan dan arahan yang sistematis dalam

melaksanakan program pembangunan hukum nasional.2. Tersusunnya daftar rancangan undang-undang yang sesuai

dengan arah kebijakan pembangunan nasional.3. Terwujudnya undang-undang yag aspiratif dan memenuhi

kebutuhan hukum masyarakat.Periodisasi dalam penetapan prioritas Prolegnas berkorelasi erat

dengan penentuan arah politik pembangunan periode tersebut. Agarrencana pembentukan undang-undang dalam periode 2015-2019 selarasdan berkorelasi positif dengan rencana kebijakan pembangunan politikhukum nasional, diperlukan adanya formulasi penentuan prioritas rencanalegilasi jangka menengah 2015-2019 disamping penentuan prioritasrencana legilasi tahunan.

Dalam rangka konsistensi arah pembangunan nasional dengansasaran politik hukum sebagaimana tercermin dalam arah kebijakanProlegnas 2015-2019 ditentukan beberapa kriteria dan indikator darirancangan undang-undang yang diprioritaskan dalam periode tersebut.Adapun beberapa kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. RUU yang merupakan perintah dari Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. RUU yang merupakan perintah dari ketetapa MPR.3. RUU yang merupakan perintah dan/atau terkait dengan

pelaksanaan undang-undang lain.4. RUU yang harus segera diubah/diganti/dicabut berdasarkan

keputusan uji materiil Mahkamah Kostitusi.5. RUU Perubahan atau Penggantian dari Undang-Undang

warisan kolonial.6. RUU yang terkait dengan pelaksanaan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019:a. Bidang sosial budaya dan kehidupan beragama.b. Bidang ekonomi, penanggulangan kemiskinan dan

pemerataan pembangunan.c. Bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.d. Bidang politik.e. Bidang pertahanan dan keamanan.f. Bidang pembangunan wilayah dan tata ruang.

Page 74: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

g. Bidang penyediaan sarana dan prasarana.h. Bidang pengelolaan sumber daya alam dan

lingkungan hidup.7. RUU yang merupakan ratifikasi perjanjian internasional.

Penentuan arah dan kebijakan dalam Prolegnas 5 (lima) tahunanperlu memperhatikan arah dan kebijakan umum pembangunan nasionaldan rencana pembangunan jangka menengah ke-3 (tiga) 2015-2019 yangdiatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RencanaPembangunan Jangka Panjang (RPJP).

Secara garis besar, arah kebijakan umum pembangunan nasional2015-2019 adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan daya saing perekonomian nasional.Daya saing Indonesia terlihat melalui kemampuan untuk

memproduksi suatu barang dan jasa yang memenuhi uji pasarinternasional ataupun produktivitas berbasiskan sumber daya manusia,modal dan sumber daya alam. Faktor utama yang mendorongpeningkatan daya saing Indonesia adalah menekankan daya saingkompetitif perekonomian yang berlandaskan keunggulan sumber dayaalam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu danteknologi yang terus meningkat.

Daya saing kompetitif perekonomian sesuai dengan arah kebijakandalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2014-2019 untuk MasyarakatEkonomi ASEAN (MEA) 2015 yaitu meningkatkan pemahaman dankesiapan Indonesia dalam menghadapi MAE 2015 yang memilikikarakteristik: pasar tunggal dan basis produksi, kawasan ekonomi budayasaing tinggi, kawasan dengan pembangunan ekonomi yang setara, dankawasa yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global.

Salah satu perangkat penting yang perlu untuk dipersiapkan dalammenghadapi MEA 2015 adalah pembangunan perangkat hukum berupaperaturan perundang-undangan yang mendukung kebutuhan MEA 2015yang sejalan dengan arah pembangunan hukum nasional sebagai dasardalam menciptakan dan membentuk peraturan perundang-undangan.Berdasarkan blueprint MEA terdapat beberapa pengaturan di bidanghukum yang perlu untuk asegera dilakukan penyesuaian yang dapatdilakukan dengan melakukan perubahan atau penggantian terhadapperaturan perundang-undangan yang saat ini berlaku yang sudah tidaksesuai atau mendukung terhadap pelaksanaan MEA tersebut denganpenekanan terhadap 6 (enam) bidang prioritas, yaitu: bidangpersainganusaha, perlindungan konsumen, hak kekayaan intelektual,pembangunan infrastruktur, perpajakan dan e-commerce.

Page 75: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

b. Mewujudkan penegakan dan kesadaran hukum.Penyusunan arah kebijakan dan strategi pembangunan bidang

hukum penting untuk memerhatikan aspek daya saing perekonomianpembangunan hukum hendaknya diarahkan untuk mewujudkan keadilanbagi masyarakat Indonesia melalui kualitas penegakan hukum dan hakasasi manusia yang baik. Penegakan hukum yang berkualitas danberkeadilan secara pararel akan meningkatkan kontribusi hukum terhadapdaya saing perekonomian bangsa dan meningkatkan kesadaran hukum disegala bidang. Dengan demikian, hal ini akan sejalan dengan cita-cita dantujuan Negara Indonesia untuk mewujudkan masyarakat yang adil danmakmur. Adapun strategi dalam mewujudkan penegakan dan kesadarahhukum di Indonesia dapat dilakukan melalui penegakan hukum yangberkualitas, pencegahan dan pemberantasan korupsi yang efektif, sertapenghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak asasi manusia, melaluiharmonisasi dan sinkronisasi tatanan hukum yang sudah ada.

Adapun arah kebijakan pembangunan sebagaimana yang diaturdalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RencanaPembangunan Jangka Panjang (RPJP) menyebutkan bahwa rencanapembangunan jangka menengah ketiga ditujukan untuk:

1. Memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagaibidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitifberdasarkan keungulan sumber daya alam dan sumber dayamanusia yang berkualitas serta meningkatkan kemampuan dalambidang ilmu dan teknologi.

2. Memperkuat ketahanan nasional dan keamanan dalam negeridengan membangun profesionalisme lembaga pertahanan dankeamanan Negara.

3. Memperkuat kepemimpinan dan kontribusi Indonesia dalamberbagai kerjasama internasional dalam rangka mewujudkantatanan dunia yang adil dan damai dalam berbagai aspekkehidupan.

4. Meningkatkan kesadaran dan penegakan hukum dalam berbagaiaspek kehidupan dengan menekankan pada profesionalismeaparatur Negara di pusat dan daerah yang mampu mendukungpembangunan nasional.

5. Meningkatkan kesejahteraan rakyat guna mendorong pertumbuhanekonomi yang berkualitas melalui:

a. Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berbasiskeunggulan lokan dan didukung oleh manajemen pelayananpendidikan yang efisien dan efektif;

Page 76: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

b. Peningkatan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat;c. Peningkatan kesejahteraan gender;d. Peningkatan tumbuh kembang optimal dan kesejahteraan

serta perlindungan anak;e. Pertumbuhan penduduk yang seimbang; danf. Pemantapan budaya dan karakter bangsa.

6. Melaksanakan pembanguan yang berkelanjutan denganmemperhatikan daya dukung lingkungan dan kemampuanpemulihan untuk mendukung kualitas kehidupan sosial ekonomiyang serasi, seimbang, dan lestari.

7. Meningkatkan daya saing perekonomian Indonesia dalam wujudterpadunya industri manufaktur dengan pertanian, kelautan, dansumber daya alam lainnya secara berkelanjutan.

8. Menyediakan infrastuktur yang sesuai dengan rencana tata ruangyang di tandai oleh:

a. Berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi;b. Terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang efisien sesuai

kebutuhan sehingga elektrifikasi rumah tangga danpedesaan tercapai, serta mulai dimanfaatkannya tenaganuklir untuk pembangkit listrik dengan mempertimbangkanfaktor keselamatan secara ketat;

c. Terselenggaranya layanan pos dan telematika yang modernguna terciptanya masyarakat informasi Indonesia;

d. Terwujudnya konservasi sumber daya air dengan menjagakeberlanjutan fungsi dan pengembangan sumber daya airserta terpenuhinya penyediaan air minum untuk memenuhikebutuhan dasar masyarakat;

e. Pengembangan infrastruktur pedesaan untuk mendukungpembangunan pertanian; dan

f. Pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengansarana dan prasarana pendukung bagi seluruh masyarakatyang di dukung oleh sistem pembiayaan perumahanjangka panjang dan berkelanjutan, efisien dan akuntabelsehingga mendorong terwujudnya kota tanpa pemukimankumuh.

Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RencanaPembangunan Jangka Panjang, dan proyeksi kebutuhan hukummasyarakat, maka arah dan kebijakan Prolegnas tahun 2015-2019 adalahmembentuk undang-undang dalam rangka untuk:

Page 77: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dankesejahteraan rakyat yang berkeadilan.

b. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif danberkelanjutan.

c. Menyiapkan landasan pembangunan yang kokoh.d. Mengembangkan dan memeratakan pembangunan daerah.e. Mempercepat pembangunan infrastuktur untuk pertumbuhan

dan pemerataan.f. Meningkatkan pengelolaan dan nilai tambah sumber daya

alam yang berkelanjutan.g. Memperkuat kapasitas kelembagaan mitigasi bencana alam

untuk mengurangi resiko bencana, mempercepat rehabilitasidaerah terkenak bencana, dan memperkuat kapasitasmitigasi serta adaptasi perubahan iklim.

h. Mewujudkan penegakan dan kesadaran hukum melaluipenegakan hukum yang berkualitas, pencegahan sertapemberantasan korupsi yang efektif, dan penghormatan,perlindungan serta pemenuhan hak asasi manusia.

Dengan menelaah arah kebijakan program legislasi nasional Tahun2015-2019 bahwa pembuatan regulasi atau peraturan perundang-undangan dilaksanakan melalui tahapan perencanaan, penyusunan,pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturanperundang-undangan dilakukan dalam program legislasi nasional(prolegnas). Ia merupakan skala prioritas program pembentukan undang-undang dalam rangka mewujudkan sistem hukum nasional.

Penyusunan program legislasi nasional dilakukan secaraterencana, terpadu, dan sistematis. Terencana, yakni dimulai denganperencanaan substansial yang didasarkan pada ketentuan pasal 18 UUPPP. Dasar penyusunan daftar prioritas Rancangan Undandang-Undang(RUU) dalam program legislasi nasional, yakni sebagai berikut :

a. Perintah Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945;

b. Perintah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;c. Perintah Undang-Undang lainnya;d. Sistem perencanaan pembangunan nasional;e. Rencana pembangunan jangka panjang nasional;f. Rencana pembangunan jangka menengah;g. Rencana kerja pemerintah dan rencana strategis DPR; danh. Aspirasi dan kebutuhan hukum masyarakat.

Page 78: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

Penyusunan prolegnas dilaksanakan secara terpadu, artinyaterdapat hubungan koordinatif antara lembaga negara, yaitu presiden,DPR, dan DPD. Penyusunan program legislasi nasional antarapemerintah, DPR, dan DPD dikoordinasikan oleh DPR melalui alatkelengkapan DPR yang khusus menangani bidang legislasi, dalam hal iniBadan Lgislasi (Baleg). Di lingkungan Pemerintah, penyusunan programlegislasi nasional dikoordinasikan oleh menteri yang menyelenggarakanurusan pemerintahan dibidang hukum, dalam hal ini Menteri Hukum danHam (Menkumham). Di lingkungan DPR, penyusunan program legislasinasional dikoordinasikan dengan Baleg, sementara dilingkungan DPD,dikoordinasikan oleh alat kelengkapan DPD yang menangani legislasi.

Selain itu, penyusunan program legislasi nasional dilaksanakansecara sistematis, yakni disusun dengan cara, metode, dan syarattertentu, baik dilingkunagan DPR, DPD, maupun Pemerintah, sertadilakukan periodisasi dalam penetapan perioritas prolegnas. Hal iniberkolerasi erat dengan penentuan arah politik pembangunan substansihukum pada periode tersebut. Prolegnas jangka menengah misalnya,penyusunan dan penetapannya dilakukan pada awal masa keanggotaanDPR sebagai prolegnas untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. Sementaraprolegnas prioritas tahunan, penyusunan dan penetapannyadilakukansetiap tahun sebelum penetapan Rancangan Undang-Undang tentangAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RUU APBN).

Dalam menyusun prolegnas, DPR memiliki mekanisme yang di aturdalam Peraturan Tata Tertib DPR (Tatib DPR). Dalam Tatib DPRditentukan bahwa Baleg merupakan koordinator penyusunan prolegnasdilingkungan DPR dan merupakan koordinator penyusunan prolegnasantara DPR, Pemerintah, dan DPD. Dalam menyusun prolegnas DPRmempertimbangkan usulan dari fraksi, komisi dan/atau masyarakat.Setelah hasil koordinasi penyusunan prolegnas antara Baleg DPR, DPD,dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidanghukum disepakati menjadi prolegnas Baleg DPR selanjutnya melaporkanke rapat paripurna DPR untuk ditetapkan.

Persoalan kelemahan dalam penyusunan Prolegnas pernahdiungkapkan pada saat Rapat Kerja Baleg dengan Menteri Hukum danHAM dalam rangka penyusunan Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2014, 10Desember 2013. Menteri Hukum dan HAM pada saat itu menyampaikanbahwa perjalanan penyusunan Prolegnas sejak kurun waktu RPJMN I2005-2009 dan RPJMN II 2010-2014 memang masih menemui banyak halyang perlu dievaluasi baik dari segi kualitas, kuantitas, maupunprosedural. Kelemahan dalam penyusunan Prolegnas antara lain terjadi

Page 79: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

karena adanya ego-sektoral dengan implikasi pemikiran bahwa setiappersoalan harus diselesaikan dengan membentuk undang-undang.81

Akibatnya, terjadi fenomena tumpang- tindih atau justru over regulatedterhadap suatu bidang tertentu. Menteri tersebut juga menyatakan bahwakeberadaan Prolegnas selama ini masih tampak hanya sekedar “daftar”RUU yang ingin dibahas (wishlist) bukan program yang diarahkan untukmendukung pencapaian tujuan pembangunan yang telah dituangkandalam dokumen perencanaan pembangunan nasional.

Pernyataan tersebut hendaknya menjadi perhatian bersama parapemangku kepentingan, dalam hal ini DPR, DPD, dan Pemerintah.Penentuan arah dan kebijakan dalam Prolegnas lima tahun ke depanperlu memperhatikan arah dan kebijakan umum pembangunan nasionaldan RPJMN III 20152019 yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17Tahun 2007 tentang RPJP. Pada dasarnya, sebagai landasan pencapaiantujuan pembangunan nasional, regulasi merupakan suatu hal yang mutlak.Oleh sebab itu, Prolegnas sudah semestinya sesuai dengan rencanapembangunan nasional Indonesia. Adapun rencana pembangunannasional Indonesia telah digariskan dalam RPJPN 2005-2025. Tahapandan skala prioritas pembangunan jangka panjang yang akan menjadiagenda dalam RPJMN. Tahapan dan skala prioritas yang ditetapkandalam RPJPN mencerminkan urgensi permasalahan krusial yang hendakdiselesaikan dan tentunya tanpa menegasikan permasalahan lainnya.Oleh karena itu, prioritas pembangunan dalam setiap tahapan berbeda-beda. Namun demikian, semuanya harus dilaksanakan secaraberkesinambungan dari satu periode ke periode berikutnya.

Indonesia akan memasuki tahap RPJMN III dengan sasaran yangditujukan untuk memantapkan pembangunan secara menyeluruh diberbagai bidang dengan menekankan pada daya saing ekonomi yangkompetitif dengan berlandaskan pada keunggulan sumber daya alam(SDA), sumber daya manusia (SDM) berkualitas, dan peningkatankemampuan ilmu dan teknologi. Sejauh ini, pembangunan hukum nasionaldilaksanakan sesuai amanat RPJMN I dan RPJMN II yangmenitikberatkan pada peningkatan kesadaran hukum dan penegakanhukum. Arah kebijakan pembangunan hukum pada RPJMN 2010-2014diarahkan untuk mewujudkan penegakan hukum; menjaga ketertibanumum; dan meningkatnya penghormatan, perlindungan, dan pemenuhanHAM. Berbagai arah kebijakan ini kemudian dikonkritkan ke dalamsejumlah strategi: (a) peningkatan efektivitas dan kualitas peraturan

81 Laporan Singkat Rapat Kerja Badan Legislasi Dengan Menteri Hukum dan HAM dalamrangka penyusunan Prolegnas RUU Prioritas Tahun 2014 Tanggal 10 Desember 2013.

Page 80: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

perundang-undangan; (b) peningkatan kualitas dan integritas SDMhukum; (c) pembenahan hubungan dan penguatan koordinasiantarkelembagaan hukum; dan (d) peningkatan kesadaran hukum diseluruh instansi pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah. Padatahap RPJMN III, pembangunan hukum nasional ditujukan untuk semakinmengembangkan kesadaran dan penegakan hukum dalam berbagaiaspek kehidupan, serta meningkatkan profesionalisme aparatur negara dipusat dan daerah agar makin mampu mendukung pembangunannasional.

Sasaran pembangunan nasional di atas menggambarkan bahwapembangunan di bidang hukum ditekankan pada dua aspek, yaknikesadaran hukum sebagai aspek preventif dan penegakan hukum sebagaiaspek represif. Berdasarkan tahapan sasaran pembangunan jangkapanjang dan menengah nasional dalam RPJMN III yang telah diuraikanmaka dapat disimpulkan beberapa poin penting dalam rencanapembangunan hukum jangka menengah nasional periode 2015-2019,yakni (a) menciptakan penegakan hukum yang berkualitas danberkeadilan; (b) meningkatkan kontribusi hukum untuk peningkatan dayasaing ekonomi bangsa; dan (c) meningkatkan kesadaran hukum di segalabidang.82

Dengan demikian, penyusunan arah kebijakan dan strategipembangunan bidang hukum dalam lima tahun ke depan menjadi sangatpenting untuk memerhatikan aspek daya saing perekonomian. Kaitandaya saing ekonomi dengan hukum sendiri memiliki beberapa kendala,antara lain belum banyaknya referensi yang mengaitkan korelasi antaradaya saing ekonomi dengan hukum, serta aspek pembangunan hukumyang luas dan kompleks akan tereduksi jika hanya dikaitkan denganaspek ekonomi, yang lazimnya merupakan ranah hukum perdata. Olehkarenanya, dibutuhkan elaborasi mengenai kaitan hukum dengan dayasaing perekonomian.D. Tahapan Pembentukan Prolegnas

1. Penyusunan Prolegnas dilingkungan DPR RIProlegnas sebagai instrument perencanaan pembentukan

peraturan perundang-undangan disusun dalam 2 (dua) jangka waktu,yaituprolegnas jangka menengah (5 tahunan) dan prolegnas jangka pendek (1tahun) yang sering disebut prolegnas prioritas tahunan. Dalampenyusunan prolegnas jangka menengah dilingkungan DPR dilakukanmelalui tahapan sebagai berikut:

82 Info Singkat, Vol. VI, No. 21/I/P3DI/November/2014.online, di akses pebruari 2018

Page 81: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

1. Penyusunan prolegnas di lingkungan DPR dikoordinasikanoleh Badan Legislasi.

2. Badan legislasi dalam menyusun prolegnas di lingkunganDPR meminta usulan daftar RUU yang akan diusulkan darifraksi, komisi dan masyarakat paling lambat 1 (satu) masasiding sebelum dilakukan penyusunan prolegnas.

3. Usulan yang disampaikan oleh fraksi, komisi, ataumasyarakat paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja dalammasa siding sebelum dilakukan penyusunan prolegnas.

4. Usulan dari fraksi atau komisi disampaikan oleh pimpinankomisi kepada pimpinan badan legislasi.

5. Usulan dari masyarakat disampaikan secara langsungkepada pimpinan badan legislasi.

6. Apabila dipandang perlu dalam penyusunan prolegnas,badan legislasi dapat mengundang pimpinan faraksi,pimpinan masyarakat, atau masyarakat.

7. Masukan disampaikan secara tertulis kepada pimpinanbadan legislasi dengan menyebutkan daftar judul RUUdisertai dengan dengan alas an yang memuat: a) urgensidan tujuan penyusunan; b) sasaran yang ingin diwujudkan;c) pokok pikiran, lingkup, atau obyek yang akan diatur; dand) jangkauan serta arah pengaturan.

8. Usulan RUU yang diajukan oleh fraksi, komisi ataumasyarakat diinventarisasi oleh sekretariat Badan Legislasi,selanjutnya dibahas dan ditetapkan oleh badan legislasiuntuk menjadi bahan koordinasi dengan menteri yang tugasdan tanggung jawabnya di bidang peraturan perundang-undangan.

9. Daftar usulan RUU dari fraksi,komisi, dan masyarakat yangtelah diinventarisasi selanjutnya dibahas dan ditetapkan olehbadan legislasi untuk menjadi bahan koordinasi denganMenteri Hukum dan HAM.

Selanjutnya adalah koordinasi Badan Legislasi dengan DPD danPemerintah. Salah satu tahapan penting dalam penyusunan prolegnasadalah koordinasi dengan pemerintah yang meliputi:

1. Badan legislasi melakukan koordinasi dengan DPD danMenteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang hukum untuk menyusun dan menetapkanprolegnas jangka menengah (5 tahunan) atau prolegnasjangka pendek (prioritas tahunan).

Page 82: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

2. Koordinasi badan legislasi dengan DPD dan Menteriyang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidanghukum dalam penyusunan prolegnas dilakukan menuruttahap pembahasan, yaitu: a) rapat kerja; dan/atau b)rapat panitia kerja (panja).

3. Dalam rapat koordinasi membahas bersama daftarusulan RUU dari DPR, daftar usulan RUU dari DPD, dandaftar usulan RUU dari Pemrintah.

4. Prolegnas jangka menengah dan hasil pembahasandisepakati menjadi prolegnas.

Dan yang terakhir adalah penetapan prolegnas jangka menengah.Hasil persetujuan bersama yang dilakukan dalam rapat koordinasi antaraDPR, DPD, dengan Pemerintah kemudian ditetapkan menjadi prolegnasjangka menengah atau 5 (lima) tahunan. Adapun tahapan penetapanprolegnas adalah sebagai berikut:

1. Kesepakatan panja badan legislasi dengan DPD danPemerintah dilaporkan dalam rapat pleno badan legislasiuntuk disetujui/mendapat persetujuan.

2. Hasil rapat pleno badan legislasi mengenai persetujuanataspenyusunan prolegnas kemudian dilaporkan oleh badanlegislasi dalam rapat paipurna DPR untuk ditetapkan.

3. Hasil rapat paripurna mengenai penetapan prolegnaskemudian ditetapkan dengan keputusan DPR.

4. Keputusan DPR mengenai prolegnas kemudian menjadidasar penyusunan RUU baik dari DPR, DPD, maupunPresiden.

Dalam penyusunan prolegnas prioritas tahunan, sesuai denganamanat UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan PeraturanPerundang-undangan, maka setiap tahun anggaran ditetapkan prolegnasRUU prioritas tahunan yang merupakan pilihan-pilihan dari RUU yangterdapat dalam prolegnas jangka menengah dengan indicator-indikatordan urgensi yang disepakati bersama oleh Badan Legislasi, DPD danPemerintah. Prolegnas RUU prioritas tahunan ini memuat daftar RUUyang akan dibahas dalam periode tahun berjalan (tahun anggaran).

Pada prinsipnya penyusunan prolegnas RUU prioritas tahunansama dengan penyusunan prolegnas jangka menengah, namun untukpenyusunan prolegnas RUU prioritas tahunan dilakukan setiap tahundengan mengacu pada tahun anggaran. Sesuai dengan ketentuann Pasal20 ayat (5) UU Nomor 12 Tahun 2011 jo Pasal 105 ayat (6) PeraturanDPR RI Nomor 1 Tahun 2014 Penyusunan prolegnas RUU prioritas

Page 83: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

tahunan dilaksanakan pada masa siding I sebelum penetapan RUUtentang Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

Penyusunan prolegnas RUU prioritas tahunan di DPR dilakukanmelalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Penyusunan prolegnas RUU prioritas tahunan di lingkunganDPR dikoordinasikan oleh Baleg.

2. Badan legislasi dalam menyusun prolegnas RUU prioritastahunan meminta usulan daftar RUU yang akan diusulkandari fraksi, komisi, dan masyarakat paling lambat 1 (satu)masa sidang sebelum dilakukan penyusunan prolegnas.

3. Usulan disampaikan oleh fraksi, komisi, dan masyarakatpaling lambat 20 (dua puluh) hari kerja dalam masa sidingsebelum dilakukan penyusunan prolegnas RUU prioritastahunan.

4. Usulan dari fraksi atau komisi disampaikan oleh pimpinanfraksi atau pimpinan komisi kepada pimpinan badanlegislasi.

5. Usulan dari masyarakat disampaikan kepada pimpinanbadan legislasi.

6. Badan legislasi dapat mengundang pimpinan fraksi,pimpinan komisi, dan/atau masyarakat dalam melakukanpenyusunan prolegnas.

7. Usul RUU yang diajukan oleh fraksi, komisi, dan masyarakatdiinventarisasi oleh sekretariat badan legislasi,selanjutnyadibahas dan ditetapkan oleh badan legislasi untuk menjadibahan koordinasi dengan menteri yang menyelenggarakanurusan pemerintahan dibidang hukum.

8. Daftar usulan RUU dari fraksi, komisi, dan masyarakat yangtelah diinventarisasi selanjutnya dibahas dan ditetapkanoleh badan legislasi untuk menjadi bahan koordinasi denganDPD dan menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan dibidang hukum.

9. Penyusunan prolegnas RUU prioritas tahunan dilakukandengan memperhatikan pelaksanaa prolegnas tahunsebelumnya. RUU yang ditetapkan sebagai prolegnas RUUprioritas tahunan diutamakan yang telah memilikikelengkapan teknis. Berupa Naskah Akademik (NA) dandraft RUU.

Koordinasi Badan Legislasi dengan DPD dan Pemerintah.Prolegnas RUU prioritas tahunan merupakan hasil kesepakatan bersama

Page 84: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

antara DPR, DPD, dengan Pemerintah. Salah satu tahapan penting dalampenyusunan prolegnas RUU prioritas tahunan adalah koordinasi denganDPD dan Pemerintah yang dilakukan sebagai berikut:

1. Badan Legislasi melakukan koordinasi dengan DPD danMenteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahandibidang hukum untuk menyusun dan menetapkan prolegnasRUU prioritas tahunan.

2. Koordinasi Badan Legislasi dengan DPD dan Pemerintahdalam penyusunan prolegnas RUU prioritas tahunandilakukan menurut tahap pembahasan, yaitu: a) Rapat Kerja(raker); dan/atau b) rapat panitia kerja (panja).

3. Dalam rapat koordinasi dibahas daftar usulan RUU dariDPR, daftaer usulan RUU dari DPD, dan daftar usulan RUUdari Pemerintah yang akan diprioritaskan dalampembahasan tahun berjalan.

4. Prolegnas RUU prioritas tahunan hasil pembahasan yangdisepakati bersama kemudian diputuskan menjadi prolegnasRUU prioritas tahunan.

Penetapan prolegnas RUU prioritas tahunan. Tahapan penetapanprolegnas RUU prioritas tahunan adalah sebagai berikut:

1. Kesepakatan panja badan legislasi dengan DPD danPemerintah dilaporkan dalam rapat pleno badan legislasiuntuk dilakukan penetapan hasil panja prolegnas kemudiandisampaikan dalam rapat paripurna DPR untuk mendapatpersetujuan bersama.

2. Hasil rapat paripurna mengenai penetapan prolegnaskemudian ditetapkan dengan keputusan DPR.

3. Keputusan DPR mengenai prolegnas kemudian menjadidasar penyusunan RUU baik dari DPR, DPD, maupunPresiden.

Mekanisme penyampaian RUU non prilegnas. Tahapan pengusulanRUU di luar prolegnas adalah sebagai berikut:

1. RUU yang diajukan di luar prolegnas dapat diajukan olehanggota, komisi, dan gabungan komisi kepada badanlegislasi.

2. RUU yang diajukan di luar prolegnas tersebut harusdisepakati terlebih dahulu oleh badan legislasi.

3. Badan legislasi selanjutnya melakukan koordinasi denganmenteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

Page 85: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

bidang hukum untuk mrndapatkan persetujuan bersamaterhadap RUU diluar prolegnas tersebut.

4. Apabila disepakati maka dilakukan penetapan terhadap RUUdiluar prolegnas tersebut dalam rapat pleno badan legislasidengan pemerintah.

5. Hasil koordinasi badan legislasi dengan pemerintahkemudian disampaikan dalam rapat paripurna untukmendapatkan persetujuan bersama dan di tetapkan dalamkeputusan DPR.

Penyebarluasan dan sosialisasi prolegnas dilakukan dalam rangkamendesiminasikan hasil keputusan prolegnas, sehingga dapat diketahuisemua pemangku kepentingan yang terkait dengan prolegnas.Penyebarluasan dan sosialisasi prolegnas dilaksanakan oleh:

1. Badan legislasi kepada anggota, fraksi, komisi danmasyarakt;

2. Pimpinan DPR kepda pimpinan DPD; dan3. Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan

dibidang hukum kepada instansi pemerintahan di bidanghukum kepada instansi pemerintah dan masyarakat.

2. Penyusunan Prolegnas dilingkungan PemerintahPenyusunan prolegnas jangka menengah dalam Pasal 11 ayat (1)

Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 bahwa menteri menyiapkanrancangan awal prolegnas jangka menengah dilingkungan pemerintahsebagai penjabaran dari Visi, misi dan program presiden kedalamstrategipembangunan nasional, kebijakan umum, dan program prioritasPresiden jangka menengah.

Lebih lanjut di ayat (2) di jelaskan bahwa penyusunan prolegnassebagaimana di maksud pada ayat (1) berupa daftar rancangan undang-undang atau arah kerangka regulasi yang didasarkan pada:

a. Perintah Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945;

b. Perintah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;c. Perintah Undang-Undang lainnya;d. System perencanaan pembangunan nasional;e. Rencana pembangunan jangka panjang nasional;f. Rencana pembangunan jangka menengah;g. Rencana kerja pemerintah; danh. Aspirasi dan kebutuhan hukum masyarakat.

Dalam ayat (3) dijelaskan dalam menyiapkan penyusunanprolegnas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menteri berkoordinasi

Page 86: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidangPerencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan PerencanaanPembangunan Nasional. Menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan dibidang kesekretariatan negara, menteri yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang keuangan,dan menteriyang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang dalam negerisesuai dengan kewenangannya.

3. Penyusunan prolegnas dilingkungan DPDSistem kekuasaan pembentukan Undang-Undang yang disebut di

dalam UUD itu dielaborasi lebih lanjut dalam UUP3 dan UUMD3sebagaimana ditafsirkan oleh MK. Dalam peaturan perundang-undanganitu disebutkan bahwa penyusunan RUU harus dilakukan dalam suatuprogram yang disebut prolegnas yang disusun sedemikian rupa menurutdasar tertentu.

Sebagaimana halnya dengan kewenangan DPD dalammengajukan RUU terkait dengan bidang-bidang yang disebut dalamkonstitusi, DPD juga berwenang untuk mengajukan rancangan prolegnasseperti halnya DPR dan Presiden. DPD seperti halnya juga DPR danPresiden, menyiapkan rancangan prolegnas dilingkungannya masing-masing sebelum dibicarakan bersama dalam Koordinasi Badan legislasiDPR (baleg) untuk kemudian disepakati dan ditetapkan dalam rapatparipurna DPR.

Naskah rancangan prolegnas yang dihasilkan DPD samakualifikasinya dengan naskah rancangan prolegnas yang disiapkan olehDPR dan Presiden. Karena itu, masing-masing naskah yang disusun olehmasing-masing lembaga itu patut mendapat perlakuan yang sama dalampembahasan. Jadi dalam penyiapan dan pembahasan rancanganprolegnas yang berkaitan dengan bidang undang-undang yang terkaitdengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan danpemekaran serta penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah,pengelolaan sumber daya alam dan sumber ekonomi lainnya, serta yangberkaitan dengan perimbangan keuangan pusa tdan daerah, DPR,Presiden (pemerintah), dan DPD memiliki kewenangan yang sama.Namun, penetapan prolegnas tentunya dilakukan daalam rapat paripurnaDPR.

a. Penyiapan Rancangan Prolegnas DPDPenyusunan dan penetapan rancangan program legislasi nasional

(prolegnas) lima tahun atau jangka menengah dilakukan pada awal masakeanggotaan DPD dan rancangan prolegnas prioritas tahunan mulaidilakukan pada akhir tahun sembari mengevaluasi prolegnas jangka

Page 87: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

menengah DPD jika diperlukan. Baik penyusunan rancangan prolegnaslima tahunan maupun rancangan prolegnas prioritas tahunandikoordinasikan oleh Panitia Perancang Undang-Undang (PPUU). Inidilakukan dengan meminta masukan dan pandangan melalui suatu bidanggabungan guna menginventarisasi daftar usulan RUU yang akandisampaikan kepada DPR yang kemudian disusun sebagai rancanganprolegnas dari DPD.

Rancangan prolegnas yang penyiapan atau penyusunannyadikoordinasikan oleh PPUU itu, dilakukan dengan mempertimbangkanusulan dari anggota DPD, masyarakat, dan/atau daerah. Khusus untukanggota atau alat kelengkan DPD, usulan dimaksud disampaikan dalambentuk tertulis dengan menyebut judul usulan RUU disertai dengan alasan yang memuat:

1) Latar belakang dan tujuan penyusunan;2) Sasaran yang ingin diwujudkan; dan3) Jangkauan dan arah pengaturan.

Untuk penyusunan rancangan prolegnas prioritas tahunan, selainmenyebut judul usulan RUU dengan latar belakang/tujuan yang hendakdicapai, sasaran yang ingin diwujudkan, dan jangkauan serta arahpengaturan, juga disusun dengan memperhatikan alas an yang memuat :

1) Pelaksanaan prolegnas tahun sebelumnya;2) Tersusunnya naskah akademik; dan/atau3) Tersusunnya naskah usulan RUU.

Kemudian, usul rancangan prolegnas baik lima tahunan maupunprioritas tahunan dibahas dan ditetapkan sebagai rancangan prolegnasdari DPD. Namun, sebelum disampaikan kepada Sidang Paripurna,usulan rancangan prolegnas itu diagendakan terlebih dahulu dalam sidingpanmus.

b. Penetapan dan Pengajuan Rancangan ProlegnasDalam siding paripurna, usulan raancangan prolegnas jangka

menengah dan prioritas tahunan yang disusun oleh PPUU dapat langsungditerima tanpa perubahan, diterima dengan perubahan, atau ditolak. Jikaditerima dengan perubahan, naskah rancangan prolegnas diperbaiki olehPPUU. Setelah diperbaiki tidak diperluakn siding paripurna untukmenerima atau menolak perbaikan dimaksud. Namun, jika ditolak, naskahusulan rancangan prolegnas dikembalikan kepa PPUU dan sidangparipurna akan dilangsungkan kembali untuk menerima atau menolakhasil perbaikan dimaksud.

Setelah usulan rancangan prolegnas diputuskan dan ditetapkansebagai rancangan prolegnas DPD dalam sidang paripurna, pimpinan

Page 88: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

DPD kemudian menyampaikan rancangan prolegnas dimaksud kepadapimpinan DPR untuk diteruskan kepada Baleg sebagaimana diatur dalamPeraturan Tata Tertib DPR dan Peraturan Tata Tertib DPD. Naskahrancangan prolegnas dimaksud tidak dipandang sebagai masukan DPDkepada DPR melainkan sebagai rancangan prolegnas DPD yang setaradengan rancangan prolegnas DPR dan Pemerintah.

Untuk rancangan prolegnas prioritas tahunan, rancangan prolegnasDPD itu sudah diterima DPR (baleg) paling lambat dua puluh hari kerjadalam masa sidang sebelum dilakukan penyusunan prolegnas.

c. Tindak Lanjut Rancangan Prolegnas DPD: pembahasanbersama balegDPD melalui Timja yang diputuskan, membahas rancangan

prolegnas bersama Pemerintah dan DPR yang siap dengan rancanganprolegnasnya masing-masing dalam rapat baleg. Rancangan prolegnasdari DPD sama derajatnya dengan rancangan prolegnas DPR danPresiden. Setelah pembahasan selesai, baleg menyampaikan hasilkesepakatan pembahasan dari ketiga lembaga Negara ini kepadapimpinan DPR untuk diagendakan dalam rapat paripurna DPR. Dalamrapat paripurna DPR inilah prolegnas diputuskan dan ditetapkan.

d. Penerimaan Prolegnas dari DPRProsese penyusunan usulan RUU berawal sejak diterimanya

prolegnas dari DPR oleh pimpinan DPD yang kemudianmenginformasikan hal tersebut kepada rapat panmus dan sidingparipurna. Dari banyak ragam topik konsepsi RUU dalam prolegnas yangdisampaikan DPR kepada DPD, tidak selalu dapat ditentukan secara jelaskomite mana yang akan menyiapkan RUU yang berasal dari DPD. Dalamsituasi seperti ini, jika suatu topic usulan RUU tidak masuk kedalambidang tugas komite tertentu, usulan RUU dimaksud disiapkan olehPPUU.

e. Pengajuan RUU diluar prolegnasDPD, DPR, dan Pemerintah dapat mengajukan RUU di luar

prolegnas, dasar DPD untuk mengajukan RUU di luar prolegnas adalah:1) Untuk mengatasi keadaan luar biasa,keadaan konflik, atau

bencana alam; dan2) Keadaan tertentu lainnya yang memastikan adanya urgensi

nasional atas suatu RUU yang dapat disetujui bersama olehalat kelengkapan DPR yang khusus menangani bidanglegislasi dan menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang hukum.

Page 89: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

Usulan RUU di luar prolegnas ini dapat diajukan oleh masyarakat,anggota DPD, Komite, Panitia Perancang Undang-Undang, sertagabungan alat kelengkapan. Usul tersebut disampaikan secara tertuliskepada pimpinan panitia musyawarah dengan dilengkapi dengan lampiranberupa :

1) Latar belakang dan tujuan penyusunan;2) Sasaran yang ingin di wujudkan;3) Jangkauan dan arah pengaturan;4) Kesesuaian dengan tugas dan wewenang DPD; dan5) Daftar nama dan tanda tangan pengusul.

Selanjutnya panitia musyawarah menentukan alatkelengkapan/gabungan alat kelengkapan yang berkompeten untukmenindaklanjuti. Alat kelengkapan/gabungan alat kelengkapan yangditunjuk oleh panitia musyawarah menelaah apakah usul rancanganundang-undang memenuhi ketentuan/syarat RUU diluar prolegnas. Dalamhal usul rancangan undang-undang memenuhi ketentuan/syarat pimpinanalat kelengkapan/gabungan alat kelengkapan menyampaikan usultersebut kepada panitia musyawarah untuk diagendakan pengambilankeputusan disidang paripurna.

E. Konsep Naskah AkademikEksistensi Naskah Akademik Rancangan Peraturan Perundang-

undangan tidak diatur dalam UU No. 10 Tahun 2004, baik dalampenjelasan undang-undang tersebut, maupun dalam lampiran sama sekalitidak menyinggung eksistensi Naskah Akademik. Lahirnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Naskah Akademik ditempatkan di dalamPasal 44 adalah ayat(1) penyusunan Naskah akademik Rancanganundang-Undang dilakukan sesuai dengan teknik penyusunan NaskahAkademik.

Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 NaskahAkademik adalah:

“Naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasilpenelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapatdipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai masalah tersebutdalam suatu Rancangan Undang-Undang, Rancangan PeraturanProvinsi, atau Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kotasebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukummasyarakat”.

Page 90: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

Menurut Harry Alexander83 yang dimaksud Naskah Akademikadalah naskah awal yang memuat gagasan-gagasan pengaturan danmateri muatan perundang-undangan bidang tertentu. bentuk dan isinaskah akademik memuat gagasan pengaturan suatu materi hukumbidang tertentu yang telah ditinjau secara holistic-futuristik dan dariberbagai aspek ilmu, dilengkapi dengan referensi yang memuat: urgensi,konsepsi,landasan, alas an hukum, prinsip-prinsip yang digunakan sertapemikiran tentang norma-norma yang telah dituangkan kedalam bentukpasal-pasal dengan mengajukan beberapa alternative, yang disajikandalam bentuk uraian yang sistematis dan dapat dipertanggungjawabkansecara ilmu hukum dan sesuaidengan politik hukum yang telahdigariskan.84

Dalam Pasal 1 angka (7) Peraturan Presiden Nomor 68 tahun 2005tentang tata Cara mempersiapkan Rancaangan Undang-Undang,Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Peraturan Presidendisebutkan bahwa Naskah Akademik adalah naskah yang dapatdipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai konsepsi yang berisi latarbelakang, tujuan penyusunan, sasaran yang ingin diwujudkan dan lingkup,jangkauan, obyek atau arah pengaturan Rancangan Undang-Undang.Kemudian dalam Pasal 5 disebutkan:(1) Pemrakarsa dalam menyusun Rancangan Undang-Undang dapat

terlebih dahulu menyusun Naskah Akademik mengenai materi yangakan diatur dalam Rancangan Undang-Undang.

(2) Penyusunan Naskah Akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan oleh pemrakarsabersama-sama dengan departemen yangtugas dan tanggungjawabnya dibidang peraturan perundang-undangandan pelaksanaannya dapat diserahkan kepada perguruan tinggi ataupihak ketiga lainnya yang mempunyai keahlian untuk itu.

Keberadaan Naskah Akademik yang menyertai suatu RancanganUndang-Undang sifatnya adalah optional (tidak wajib). Hal ini mengingatdalam ketentuan diatas produk hukum ini menggunakan kata “dapat”. Halini berarti keberadaan suatau Naskah Akademik yang menrtai suatuRancangan Undang-Undang sifatnya hanya sebuah anjuran. Denganlahirnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Naskah Akademik

83 Lihat Sirajuddin dkk, 2008, Legislative Drafting, Pelembagaan Metode Partisipatifdalam Pembentukan Peraturan Perundang-Unadangan, Penerbit Malang corruption Watch(MCW), hlm 123.

84 Harry Alexander, 2004, Panduan Perancangan Undang-Undang di Indonesia, JakartaXSYS Solusindo, hlm 120.

Page 91: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

mendapatkan posisi sebagai salah satu syarat dalam penyusunanRancangan Undang-Undang.

Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentangpembentukan peraturan perundang-undangan dikatakan merupakan salahsatu syarat yang harus dalam rancangan peraturan perundang undangan.Hal tersebut didalam ilmu perundang-undangan, NA merupakanpersyaratan untuk menyusun rancangan peraturan perundang-undangan85

keberadaan NA pada proses pembentukan peraturan perundang-undangan dirasakan semakin penting. Pemikiran tentang pentingnya NAini setidaknya dilatarbelakangi oleh dua alasan, adalah alas an pertamasubstantive dan alasan kedua teknik. Alasan substantive dimaksudkanuntuk memperoleh RUU yang baik, aplikatif. Selain itu ketika suatu RUUsudah didukung oleh NA yang memadai, maka perdebatan dalampembahasan RUU dilembaga legislatif dapat lebih efisien. Karena seringsekaliperdebatan terjadi terhadap masalah yang seharusnya telah dijawabdalam NA. sedangkan alasan teknis. Dimaksudkan untuk membatasidaftar prioritas yang selalu bayak namun tidak didukung dokumen yangmemadai.

Untuk mendapatkan sebuah peraturan perundang-undangan yangbaik, maka dalam proses penyusunan Naskah Akademik sangat pentingmemperhatikan agenda Roccipi. Agenda Roccipi disusun melalui prosesyang panjang oleh tiga orang pakar perancangan peraturan, adalahRobert B Seidman, Aan Seidman dan Nalin Abeyesekere.86 Roccipimerupakan singkatan dari tujuh kategori pokok yang menyusunnya,adalah: Rule (peraturan), Opportunity (peluang/kesempatan), Capacity(kemampuan), Communication (komunikasi), Interest (kepentingan),Process (proses), Ideology (nilai dan sikap). Roccipi merupakanidentifikasi 7 (tujuh) faktor yang seringkali menimbulkan masalah berkaitandengan berlakunya suatu peraturan perundang-undangan. Ketujuh faktortersebut dibagi dalam dua kategori, adalah faktor subyektif yang terdiri darikepentingan (interst) mereka, Ideology (nilai-nilai, sikap) dan faktorobyektif terdiri dari Rule (peraturan), opportunity (peluang/kesempatan),Apacity (kemampuan), Communication (komunikasi), dan process(proses).

85 Aan eko Widiarto, 2010, Metode dan Teknik Penyusunan Naskah Akademik, makalah,www.Legislasi.org

86 Robert B. Seidman, Aan Seidman dan Nalin Abeyeskere, 2001, Penyusunan RancanganUndang-Undang Dalam Perubahan Masyarakat yang Demokratis: Sebuah panduan UntukPembuat Rancangan Undang-Undang, Jakarta Business Advisory Indonesia University ofSanFrancisco School of Law Indonesia Program (diterjemahkan oleh Johanes Usfunan dkk), hlm 116-121

Page 92: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

ROCCIPI bermanfaat untuk mempersempit dan mensistematiskanruang lingkup hipotesis yang muncul dalam benak perancang peraturantentang penyebab suatu perilaku bermasalah. Masing-masing kategoriagenda ROCCIPI yang dikemukakan Robert B. Seidman dkk yang dikutipHamzah Halim87 dapat dijelaskan sebagai berikut:1. Rule (peraturan)

Ketika seseorang memutuskan untuk patuh atau tidak patuhterhadap suatu peraturan, ia tidak hanya berharap suatu peraturan.Timbul pertanyaan apa yang harus di atur? Apabila sudah ada aturannya,apakah sudah dilaksanakan? Apabila hanya satu pasal atau dua pasal.Seseorang harus berhadapan dengan banyak peraturan yang mungkintumpang tindih antara yang satu dengan yang lainnya. Beberapaperaturan yang mungkin juga tidak jelas, bisa ditafsirkan sesuka hatimasing-masing orang.

Setidaknya ada 5 (lima) kelemahan yang membuat peraturanmenyebabkan perilaku bermasalah, antara lain:

1) Bahasa yang digunakan peraturan rancu atau membingungkan.Peraturan tidak menjelaskan apa yang harus dan apa yang dilarangdilakukan;

2) Beberapa peraturan malah memberi peluang terjadinya perilakubermasalah bisa karena bertentangan atau saling tidakmendukung;

3) Peraturan tidak menghasilkan penyebab-penyebab perilakubermasalah. Penyebab dihilangkan sebagian atau tidak samasekali;

4) Peraturan membuka peluang bagi perilaku yang tidak transparan,tidak akuntabel dan partisipatif; dan

5) Peraturan mungkin memberikan wewenang yang berlebihankepada pelaksana peraturan dalam mengatasi perilakubermasalah.Kelima kelemahan tersebut menunjukan kemampuan perancang

untuk mampu menyelesaikan masalah yang ada dan pertanyaan-pertanyaan, sehingga hasilnya bisa dimengerti dan dipahami seluruhmasyarakat yang ada.2. Opportunity (kesempatan/Peluang)

Apakah tidak ada kesempatan/peluang membuat peraturan atauperencanaan terlebih dahulu?, sebagaimana diatur dalam UU No. 12

87 Hamzah Halim dan Kemal Redindo Syahrul Putera, 2009, Cara Praktis Menyusun &Merancang Peraturan daerah (suatu kajian Teoritis & Praktis di Sertai Manua) Konsepsi TeoritisMenuju Artikulasi Empiris, Kencana Prenada media Group, Jakarta,hlm 137.

Page 93: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

Tahun 2011. Kalau ada peluang maka perlu dipersiapkan SDM yangmemadai untuk pendidikan. Mungkin sebuah peraturan secara tegasmelarang perilaku tertentu namun jika terbuka kesempatan untuk tidakmematuhinya, orang dengan mudah melakukan perilaku bermasalah.

3. Capacity (kemampuan)Peraturan tidak dapat memerintahkan seseorang untuk melakukan

sesuatu yang dia tidak mampu. Dengan demikian kita mesti mengetahuikondisi-kondisi yang dia tidak mampu dan juga mengetahui kondisi-kondisiyang berada dalam diri orang yang menjadi subyek peraturan.Kemampuan dalam diri orang dapat dirinci kedalam kemampuan politik,kemampuan ekonomi dan kemampuan sosial budaya.4. Communication (komunikasi)

Komunikasi perlu dibangun baik secara vertikal maupun secarahorizontal, sehingga dapat terjalin komunikasi yang baik. Contoh, kenapaperlu Prolegda Provinsi atau Prolegda Kabupaten/Kota, supaya tidak adakesan bahwa tidak ada perintah dari atasan pada hal kalau kita mau patuhpada aturan tidak perlu ada perintah dari atasan karena UU sudahmemerintahkan demikian. Kemudian muncul pertanyaan berikutnyakenapa atasan tidakmemberikan perintah?, disinilah perlu komunikasiatasan dan bawahan sehingga terjalin harmonisasi dalm menjalankanpekerjaan.

Walaupun dalam ilmu hukum dikenal adanya fiksi hukum yangmenyatakan bahwa semua orang dianggap tahu hukum, namunkenyataan fiksi ini tidak bisa diberlakukan begitu saja karena masalahkomunikasi seringkali muncul karena selama ini Negara tidak tertib dalammengumumkan peraturannya. Media komunikasi yang digunakanpun tidakmenentu, bahkan kacaunya pengumuman karena disengaja, supayamasyarakat tidak tahu cacat yang ada dalam suatu peraturan.5. Interest (kepentingan)

Apakah pentingnya membuat prolegda provinsi atau prolegdakabupaten/kota? Apakah ada yang lebih penting yang diprioritaskan dariprolegda provinsi atau prolegda abupaten/kota? Yang sangat pentingadalah yang mana perlu diprioriitaskan untuk satu tahun sehinggah perluada suatu wadah perencanaan yang terencana , terpadu dan sistematissemua kepentingan dan golongan dapat terakomodir.

Interest terkait dengan manfaat bagi pelaku peran (pembuatperaturan maupun yang akan terkena). Kepentingan ini bias terdiri darikepentingan ekonomi, kepentingan politik dan kepentingan sosial budaya.6. Process (proses)

Page 94: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

Apakah ada proses? Kalau ada seperti apa? Contohnya prosessecara umum diartikan sebagai kumpulan nilai yang dianut oleh suatumasyarakat untuk merasa, berpikir, dan bertindak. Termasuk di dalamnyaantara lain, sikap mental, pandangan tentang dunia, pemahamankeagamaan. Kadang-kadang ideologi juga disamakan dengan budayayang sangat luas cakupannya. Dalam masyarakat yang sangat pluralseperti masyarakat Indonesia, nilai-nilai yang ada sangat beragam,sebagian malah saling bersaing, misalnya konflik norma hukum yangdibentuk negara dengan norma hukum adat.7. Ideology (nilai dan sikap)

Kepercayaan terhadap nilai-nilai yang diyakini kebenarannyakategori ideology secara umum di artikan sebagai kumpulan yang dianutoleh suatu masyarakat untuk merasa, berpikir, dan bertindak. Termasukdidalmnya antara lain sikap mental. Pandangan tentang dunia,pemahaman keagamaan.kadang-kadang ideology juga disamakandengan budaya yang sangat luas cakupannya. Dalam masyarakat yangsangat plural seperti masyarakat Indonesia, nilai-nilai yang ada sangatberagam, sebagian malah saling bersaing, misalnya konflik norma hukumyang dibentuk negara dengan norma hukum adat.

Tujuh kategori yang telah disebutkan diatas merupakan gambaranseorang perancang untuk meramu rancangannya dan membuat suatuundang-undang, untuk itu perlu penelitian atau pengkajian hukum danhasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapatdipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalahtersebut dalam suatu Rancangan Undang-Undang, Rancangan PeraturanDaerah Provinsi, Rancangan Peraturan daerah Kabupaten/Kota sebagaisolusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum untuk dapatberfungsi dan bermaanfaat.

Lampiran Undang-Undang nomor 12 tahun 2011 tentangpembentukan Peraturan Perundang-Undangan mengenai sistematikaNaskah Akademik adalah sebagai berikut:

Judul., kata pengantar., Daftar isi., Bab I Pendahuluan., Bab IIKajian teoritis dan praktek empiris., Bab III Evaluasi dan analisisPeraaturan prundang-Undangan Terkait., Bab IV Landasan filosofis,Sosiologis, dan yuridis., Bab V Jangkauan, arah pengaturan, daan ruanglingkup materi muatan undang-undang, peraturan daerah provinsi, atauperaturan daerah kabupaten/kota., Bab VI Penutup.

Melihat sistematika pengaturan NA merupakan kajian yang dalam,hal ini mempunyai landasan filosofis, sosiologis dan yuridis sebagai suatupersyaratan dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang atau

Page 95: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

Rancangan Peraturan Daerah provinsi dan Rancangan Peraturan DaerahKabupaten/Kota.F. Kerangka Pikir

Hakikat Politik Hukum Program Legislasi Nasional dalamPembentukan Peraturan Perundang-Undangan dapat di bahas dalam tigahal yaitu: 1) hakikat politik hukum program legislasi nasional dilihat dariurgensi politik hukum program legislasi nasional, tujuan dan kedudukanprolegnas. 2) implementasi program legislasi nasional pada periode Tahun2015-2019 atau prolegnas jangka menengah dan prolegnas prioritastahunan. 3) konsep ideal program legislasi nasional dalam pembentukanundang-undanga yaitu, koordinasi antar lembaga, dan harmonisasi.

Berdasarkan pada ketiga poin tersebut, maka akan terwujudprogram legislasi nasional yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.Berdasarkan uaraian tersebut, maka dapat di buatkan beberapa variabelyang menjadi fokus penelitian, sebagaimana tergambar pada baganberikut.

G. Bagan Kerangka Pikir

H. Definisi OperasionalAgar terdapat kesamaan penafsiran dan terhindar dari kekaburan

dalam pemahaman dari objek penelitian ini, maka penulis kemukakandefinisi operasional, sebagai berikut:

Implementasi Prolegnas2015-2019- Pelaksanaan

Prolegnas JangkaMenengah danProlegnas PrioritasTahunan

Politik Hukum Prolegnas- Urgensi Prolegnas

DalamPembentukanUndang-Undang

- Tujuan dankedudukanprolegnas

Konsep Ideal:

1. Koordinasi AntarLembaga

2. Harmonisasi

Terwujudnya Program Legislasi NasionalYang efektif dan efesien

Politik Hukum Program Legislasi Nasional Dalam PembentukanUndang-Undang

Dalam pembentukan Undang-Undang

Page 96: RINGKASAN DISERTASI POLITIK HUKUM PROGRAM ...

1. Politik hukum adalah kebijakan dasar yang menentukan arah, bentuk,maupun isi hukum yang akan dibentuk.

2. Perancangan adalah perencanaan dan pembentukan undang-undang3. Prolegnas adalah instrumen perencanaan program pembentukan

undang-undang yang disusun secara berencana, terpadu dansistematis yang memuat daftar RUU yang akan dibahas DPR bersamaPemerintah dalam kurun waktu 5 (lima) tahunan dan 1 (satu) tahunan(prolegnas prioritas).

4. Urgensi adalah pentingnya program legislasi nasional dalampembentukan undang

5. Implementasi prolegnas 2015-2019 adalah pelaksanaan prolegnasperiode tahun 2015-2019

6. Pelaksanaan prolegnas jangka menengah adalah pelaksanaanprolegnas dalam jangka waktu 5 (lima) tahun untuk 1 (satu) masakeanggotaan DPR.

7. Pelaksanaan prolegnas prioritas tahunan adalah pelaksanaanprolegnas jangka menengah yang dilakukan setiap tahun.

8. Konsep ideal adalah konsep untuk menyempurnakan terhadap suatupermasalahan

9. Koordinasi antar lembaga adalah koordinasi penyusunan danpembahasan prolegnas yang dilakukan oleh DPR, Pemerintah, danDPD yang diatur oleh DPR.

10.Harmonisasi dimaksudkan disini adalah upayah untuk menyelaraskan,menyesuaikan, memantapkan dan membulatkan konsepsi suaturancangan peraturan perundang-undangan dengan peraturanperundang-undangan lain, baik yang lebih tinggi, sederajat, maupunyang lebih rendah, sehingga tersusun secara sistematis, tidak salingbertentangan atau tumpang tindih.