1 RINGKASAN DESERTASI INTERFERENSI GRAMATIKA BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA PRANCIS OLEH PEMBELAJAR BERBAHASA INDONESIA Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S3 (Doktor) Program Studi Linguistik Jurusan Ilmu-Ilmu Humaniora Oleh Roswita Lumban Tobing 09/293575/SSA/00306 PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS GAJAH MADA YOGYAKARTA 2012
17
Embed
RINGKASAN DESERTASI INTERFERENSI …repository.ugm.ac.id/digitasi/download.php?file=3141_RD...Tabel 1: frasa nominal bahasa Prancis dan bahasa Indonesia Frasa nominal bahasa Prancis
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
RINGKASAN DESERTASI
INTERFERENSI GRAMATIKA BAHASA INDONESIA
KE DALAM BAHASA PRANCIS
OLEH PEMBELAJAR BERBAHASA INDONESIA
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat
Sarjana S3 (Doktor) Program Studi Linguistik
Jurusan Ilmu-Ilmu Humaniora
Oleh
Roswita Lumban Tobing
09/293575/SSA/00306
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS GAJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
2
A. PENDAHULUAN
Masyarakat yang biasa menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian
untuk tujuan yang berbeda merupakan agen pengontak dua bahasa. Semakin besar jumlah
orang yang seperti ini, semakin intensif pula kontak antara dua bahasa yang mereka
gunakan. Kontak ini menimbulkan saling pengaruh, yang manifestasinya menjelma di
dalam penerapan kaidah bahasa pertama (L1) di dalam penggunaan bahasa kedua ( L2 ).
Keadaan sebaliknya pun dapat terjadi di dalam pemakaian sistem L2, pada saat
penggunaan L1. Salah satu dampak negatif dari praktek penggunaan dua bahasa secara
bergantian adalah terjadinya kekacauan pemakaian bahasa, yang lebih dikenal dengan
istilah interferensi.
Sebagai sebuah sistem, bahasa memiliki norma-norma yang selalu digunakan dan
ditaati oleh penutur bahasa. Norma antara suatu bahasa berbeda dengan bahasa yang
lainnya. Demikian pula dengan bahasa Prancis dan bahasa Indonesia, kedua bahasa ini
berasal dari rumpun bahasa yang berbeda. Bahasa Prancis termasuk dalam rumpun
bahasa Roman, bahasa yang menggunakan perubahan bentuk leksikalnya, seperti
konjugasi verba dan konkordasi yang disesuaikan dengan jenis dan jumlah subjek dalam
kalimat (Crystal, 1992: 297). Sementara itu, bahasa Indonesia termasuk dalam rumpun
Austronesia, tidak memiliki perubahan bentuk dalam setiap morfemnya (Keraf, 1990: 57,
Lehman, 1995: 67-68)). Oleh karena itu, bagi penutur berbahasa Indonesia, hal tersebut
sering menimbulkan masalah pada saat mereka menggunakan bahasa Prancis, terutama
bagi yang sedang mempelajari bahasa tersebut. Mereka akan mencampur kaidah bahasa
Indonesia, yang merupakan bahasa ibu, dengan kaidah bahasa Prancis yang akan
dikuasainya. Percampuran unsur-unsur bahasa oleh penutur ini sering menimbulkan
kesalahan-kesalahan pada saat mereka menggunakan bahasa yang sedang dipelajarinya,
yang diakibatkan oleh interferensi bahasa mereka (bahasa Indonesia) ke dalam bahasa
Prancis. Salah satu usaha untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah menganalisis
bentuk-bentuk interferensi bahasa Indonesia (L1) ke dalam bahasa Prancis (L2) yang
dilakukan oleh pembelajar berbahasa Indonesia. Analisis terhadap bentuk-bentuk
interferensi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan analisis struktural.
3
Selanjutnya Analisis terhadap penyebab terjadinya interferensi dilakukan dengan
membandingkan kaidah bahasa (Prancis dan Indonesia), yaitu dengan analisis kontrastif.
Analisis kontrastif adalah cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang sistem bahasa
dengan cara perbandingan dua bahasa atau lebih untuk menemukan persamaan dan
perbedaan bahasa-bahasa yang diperbandingkan (Poedjosoedarmo, 2003: 49,
Fisiak,1981: 1).
Penguasaan bahasa pertama dapat membantu pembelajar dalam upaya
mempelajari bahasa keduanya jika mereka menemukan persamaan-persamaan diantara
kedua bahasa tersebut. Namun perbedaan antara bahasa Prancis dan bahasa Indonesia
lebih banyak daripada persamaannya. Oleh karena itu, hal ini merupakan salah satu yang
perlu mendapatkan perhatian, dan dicari solusi pemecahannya. Seperti yang dikatakan
Richards (1977: 192) dan Chaer (1995: 158) bahwa adanya perbedaan kaidah bahasa
sering kali menyebabkan pembelajar mengalami kesulitan dan melakukan kesalahan
dalam mempersepsikan dan menginternalisasikan konsep bahasa asing yang
dipelajarinya. yang mengakibatkan interferensi dari bahasa ibu (L1) ke bahasa sedang
mereka pelajari (L2). Beranjak dari uraian di atas, perbedaan sistem bahasa Prancis dan
bahasa Indonesia yang mengakibatkan terjadinya interferensi berbahasa (dalam hal ini
interferensi bahasa Indonesia ke dalam bahasa Prancis) merupakan masalah yang menarik
dan penting untuk diteliti, sehingga diangkat menjadi masalah utama dalam penelitian ini.
Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh bentuk-bentuk interferensi
bahasa Indonesia ke dalam bahasa Prancis oleh pembelajar berbahasa Indonesia.
Selanjutnya, hasil analisis akan memberi sumbangan secara teoretis terhadap teori
pemerolehan bahasa. Informasi yang diperoleh dari analisis tersebut dapat digunakan
sebagai penentu langkah yang harus dilakukan penutur berbahasa Indonesia menuju ke
arah tercapainya kompetensi yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan. Selain itu,
penelitian ini juga dapat digunakan sebagai masukan bagi para dwibahasawan yang ingin
memiliki kemampuan berbahasa Prancis dalam usahanya mencapai keberhasilan
berbahasa Prancis.
Analisis tentang perbedaan konstruksi kedua bahasa ini (bahasa Prancis dan
bahasa Indonesia), juga dapat digunakan untuk membantu meramalkan masalah-masalah
4
yang akan dihadapi penutur berbahasa Indonesia yang disebabkan perbedaan linguistik
antara bahasa ibu dan bahasa sasaran.
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan menggunakan teori yang berhubungan dengan
(1) interferensi, (2), kontak bahasa (3), teori analisis kontrastif, dan (4) bahasa dan budaya.
1. Interferensi
Weinreich menjelaskan bahwa interferensi sebagai suatu bentuk penyimpangan
dalam penggunaan bahasa dalam norma-norma yang ada sebagai akibat adanya kontak
bahasa atau pengenalan lebih dari satu bahasa (penggunaan unsur bahasa yang satu pada
bahasa yang lain ketika berbicara atau menulis). Interferensi terjadi jika unsur-unsur
bahasa lain digunakan dalam suatu bahasa yang berbeda yang mengakibatkan terjadinya
penyimpangan-penyimpangan terhadap kaidah atau aturan bahasa yang digunakan (chaer,
1995; Beardsmore, 1982; Bialystok,1990).
2. Kontak Bahasa
Menurut Romaine (1995: 54) bilingualism adalah pemakaian dua bahasa secara
bergantian. Oleh karena itu, penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seseorang akan
mengakibatkan terjadinya pengaruh diantara bahasa-bahasa yang dikuasai. Saling
pengaruh antara bahasa-bahasa yang dikuasai tersebut dapat mengakibatkan saling
kontak bahasa. Hal ini sejalan dengan yang diutarakan oleh Wijana (2004: 4-5), Romaine
(1989: 39), Kridalaksana (1985: 25), Weinreich (1979: 11) bahwa kontak bahasa dapat
terjadi karena adanya penggunaan dua bahasa atau lebih dan terjadi persentuhan antara
bahasa-bahasa tersebut yang mengakibatkan adanya kemungkinan pergantian pemakaian
bahasa-bahasa yang dipergunakan oleh penutur dalam konteks sosialnya. Peristiwa ini
tampak dalam wujud kedwibahasawan. Mereka yang meng- gunakan dua bahasa, tingkat
penguasaan bahasa keduanya bermacam-macam, dari tingkat pemula, yaitu mereka yang
sedang mempelajari bahasa pada tahap awal, hingga mereka yang telah menguasai bahasa
keduanya dengan baik. Tingkat kedwibahasawan dapat dilihat dari penguasaan unsur
gramatika, leksikal dan semantik (Chaer , 2004: 85-86).
3. Analisis Kontrastif
Menurut Fisiak (1981), analisis kontrastif merupakan subdisiplin dalam bidang
linguistik yang membandingkan ciri-ciri linguistik tertentu secara sistematik terhadap dua
5
bahasa atau lebih dengan tujuan untuk melihat perbedaan dan persamaan antara bahasa-
bahasa yang diteliti. Selanjutnya menurut James (1998), analisis kontrastif ialah analisis
yang digunakan untuk mencari perbedaan yang sering membuat pembelajar bahasa kedua
mengalami kesulitan dalam memahami dan menguasai bahasa tersebut. Dengan adanya
analisis kontrastif ini diharapkan pembelajar dapat memahami bahasa kedua atau bahasa
asing yang sedang dipelajarinya dengan lebih mudah. Secara khusus analisis kontrastif
adalah kegiatan membandingkan struktur bahasa ibu atau bahasa pertama (Ll) dengan
bahasa yang diperoleh atau dipelajari setelah bahasa ibu, yang lebih dikenal dengan
bahasa kedua (L2) untuk mengidentifikasi perbedaan antara kedua bahasa tersebut.
4. Bahasa dan Budaya
Wijana (2004: 109), yang mengatakan bahwa keterkaitan antara bahasa dan
budaya serta permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan hal tersebut akan
selalu tampak dalam segala aktivitas komunikasi suatu masyarakat tutur. Selanjutnya
Gunarwan (2003: 40-41) mene- kankan bahwa bahasa memegang peran penting sebagai
alat transmisi budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian,
pengungkapan nilai-nilai budaya dan pandangan dunia hanya dapat dilakukan secara
tepat dengan menggunakan bahasa.
Demikian pula dalam penggunaan bahasa Prancis akan selalu terkait dengan
budaya masyarakat Prancis, misalnya pada bentuk sapaan tutoiyer dan vousvoyer.
Bentuk sapaan tutoiyer digunakan untuk teman sebaya atau untuk seseorang yang berada
pada level lebih rendah dari penyapa, misal: Ferme la porte, il fait froid dehors (tutuplah
pintu itu, udara dingin di luar). Ujaran ini bisa dilakukan oleh seseorang kepada orang
lain yang berusia sama dengannya, atau oleh seorang ayah kepada anaknya dan
sebaliknya ujaran di atas bisa juga diujarkan oleh seorang adik kepada kakaknya. Namun
jika ujaran ini dilakukan oleh seorang atasan kepada bawahannya maka bentuk sapaan
vousvoyer yang akan digunakan. Dengan demikian ujaran di atas akan berubah menjadi:
Fermez la porte, il fait froid dehors (tutuplah pintu itu, udara dingin di luar). Bentuk-
bentuk seperti contoh ini juga perlu mendapat perhatian agar komunikasi dapat berjalan
baik.
6
Penelitian ini menggunakan data tulis dari buku gramatikal bahasa Prancis dan
bahasa Indonesia dan data tulis yang merupakan hasil tulisan berbahasa prancis
mahasiswa Jurusan Pendidikan bahasa Prancis Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas
Negeri Yogyakarta. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini,
untuk melihat sistem gramatika bahasa Indonesia dan bahasa Prancis, adalah pendekatan
struktural dan fungsional. Pendekatan struktural untuk melihat hal-hal yang berhubungan
dengan kaidah bahasa standard (bahasa Indonesia dan bahasa Prancis), seperti yang
dikatakan oleh Kramsch (1998: 75-76) bahwa standard language is always a written
form of the language (bahasa standard selalu bahasa tulis). Pendekatan fungsional
digunakan untuk melihat fungsi /penggunaannya. Kedua pendekatan linguistik tersebut
oleh Leech (1984: 46-47) disebut dengan formalism (formalism) dan functionalism
(fungsionalisme). Menurut Leech, penjelasan-penjelasan gramatika bersifat formal,
sebaliknya pejelasan-pejelasan pragmatik bersifat fungsional. Dalam pejelasan mengenai
bahasa harus memperhatikan kedua hal tersebut, karena bahasa merupakan fenomena
sosial. Bentuk tuturan yang diutarakan secara tertulis tentu harus menggunakan kaidah
linguistik bahasa yang digunakan (bahasa Indonesia dan bahasa Prancis). Selanjutnya,
metode yang digunakan untuk menganalisis per- bedaan yang mengakibatkan terjadinya
bentuk-bentuk interferensi bahasa Indonesia ke dalam bahasa Prancis adalah metode
analisis kontrastif.
B. Bentuk-Bentuk Interferensi Bahasa Indonesia Ke Dalam Bahasa Prancis
1. Interfernsi pada Tataran Frasa
Bentuk-bentuk interferensi bahasa Indonesia ke dalam bahasa Prancis, dalam hasil
tulisan berbahasa Prancis pembelajar, pada tataran frasa terdapat pada (1) konstruksi