Page 1
Diabetes Melitus Tipe Lain Et Causa Sindrom Cushing
Apriandy Pariury
102011299
Kelompok C8
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat: Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat, 11510
E-mail: [email protected]
Pendahuluan
Sindrom Cushing adalah gangguan hormonal yang disebabkan kortisol
plasma berlebihan dalam tubuh (hiperkortisolisme), baik oleh pemberian glukokortikoid
jangka panjang dalam dosis farmakologik (iatrogen) atau oleh sekresi kortisol yang
berlebihan akibat gangguan aksis hipotalamus-hipofisis- adrenal (spontan). Penyakit ini
ditandai dengan obesitas badan (truncal obesity), hipertensi, mudah lelah, amenorea,
hirsutisme, striae abdomen berwarna ungu, edema, glukosuria, osteoporosis, dan tumor
basofilik hipofisis.1
Sindrom Cushing relatif langka dan paling sering terjadi pada usia 20 hingga 50
tahun. Orang yang menderita obesitas dan DM-tipe 2, disertai dengan hipertensi dan
gula darah yang tidak terkontrol, akan meningkatkan risiko terserang penyakit ini.1
Sebagian besar kasus sindrom Cushing disebabkan iatrogenik pemberian
glukokortikoid eksogen, sedangkan kejadian tahunan sindrom Cushing endogen telah
diperkirakan sebesar 13 kasus per juta individu. Dari kasus-kasus ini, sekitar 70%
disebabkan hiperplasi adrenal bilateral oleh hipersekresi ACTH hipofisis atau produksi
ACTH oleh tumor non endokrin (pituitary ACTH-producing tumor), 15% karena ACTH
ektopik, dan 15% karena tumor adrenal primer.1
Pembahasan
Anamnesis
Anamnesis didahului dengan menanyakan identitas pasien seperti nama, usia,
pekerjaan dan tempat tinggal. Sindrom cushing terjadi akibat kelebihan glukokortikoid
steroid. Sangat sering terjadi akibat pemberian kortikosteroid terapeutik.2
Keluhan Utama2
1
Page 2
Pasien datang dengan keluhan sering lemas sejak 1,5 bulan yang lalu. Rasa lemas
adalah keluhan yang sangat umum dan bisa merupakan manifestasi dari berbagai
penyakit fisik yang berbeda.
Riwayat penyakit sekarang2
Apa yang pasien maksud mengenai keluhan lemas?
Apakah pasien merasa lemas sepanjang waktu? Apakah lemas yang dimaksud adalah
tak bisa berolahraga, merasa lemas saat melakukan aktivitas, atau lelah?
Kapan pertama kali timbul gejala? Apa yang tampaknya memicu gejala? Adakah
gejala fisik lain? Adakah perubahan sosial yang signifikan saat ini?
Adakah sesak napas? Adakah penurunan berat badan, demam, atau hilang nya napsu
makan?
Adakah tanda-tanda anemia, hipotiroidisme, penyakit Addison?
Keluhan penyerta; pada malam hari terbangun 3-4 kali untuk buang air kecil.
Sejak kapan pasien mengalami gejala sering kencing?
Apakah pasien sedang menggunakan obat diuretik?
Apakah pasien memiliki riwayat infeksi saluran kemih, gula darah tinggi?
Tanyakan juga apakah pasien merasa timbulnya hirsutisme, berat badan bertambah,
perubahan bentuk badan atau wajah, mudah memar?2
Riwayat penyakit dahulu2
Adakah riwayat penggunaan kortikosteroid?
Adakah riwayat penyakit paru?
Adakah riwayat diabetes melitus sebelumnya?
Riwayat penyakit keluarga2
Adakah riwayat diabetes melitus dalam keluarga?
Riwayat pribadi dan sosial2
Bagaimana pola makan/diet pasien?
Apakah paien merokok, minum alkohol?
Apakah perubahan pada tubuh pasien mempengaruhi kehidupan?
Pada kasus, hasil anamnesis didapatkan hasil berikut:
Identitas: Laki-laki 44 tahun.
Keluhan utama: sering lemas sejak 1 bulan lalu
Keluhan lain: Pasien pada malam hari terbangun 3-4 kali untuk buang air kecil.
Riwayat penyakit dahulu: Pasien memiliki riwayat asma
Riwayat penyakit keluarga: pasien meiliki keluarga dengan diwayat dm tipe 2
2
Page 3
Riwayat sosial & obat: pasien mengkonsumsi prednison sehari sekali untuk asmanya.
Selain itu hal-hal lain yang dapat ditanyakan adalah adanya penambahan berat badan
dan obesitas, perubahan penampilan, hirsutisme, amenore, infertilitas, adanya striae, lebam,
tulang mudah fraktur.1
Pemeriksaan Fisik
Bagaimana keadaan umum pasien? Apakah pasien tampak sakit ringan, sedang atau
berat?2
Apakah pasien sadar atau tidak sadar?2
Lakukan pemeriksaan antropometri pada pasien. Pasien dengan sindrom cushing
biasanya mengalami perubahan berat badan.2
BB: 80kg, TB: 150cm, lingkar perut: 110cm, lingkar pinggang: 85cm (pasien obesitas
sentral)
Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi, suhu, dan
pernapasan. Pada kasus hasil tekanan darah pasien 140/75mmHg yang menunjukan
pasien mengalami hipertensi.
Perubahan tanda vital dapat menjadi petunjuk penting tentang adanya sifat dan
gangguan endokrin. Sebagai contoh, hipertensi dapat terjadi pada sindroma cushing.
Demam dapat berhubungan dengan kadar glukokortikoid yang berlebihan atau
insufisiensi kadar insulin. Penambahan berat badan yang tidak dapat dijelaskan dengan
makan yang berlebihan atau kurangnya latihan dapat mengarah ke sindom cushing.
Pada sindrom cushing, sekresi glukokortikoid yang berhubungan dengan osteoporosis,
yang sering terjadi pada tiroidisme.3
Inspeksi3
1. Wajah dan leher: lihat adanya jerawat di wajah yang disebabkan karena kelebihan
androgen, wajah bulan (moon face), hirsutisme (munculnya rambut pada
perempuan dibagian dagu ataupun diatas bibir), tonjolan kerbau (buffalo hump).
Buffalo hump terjadi karena penumpukan lemak yang biasanya berkumpul di
wajah, leher, area interskapuler, badan, dan pelvis.
2. Kulit, kuku, rambut: pigmentasi abu-abu dan coklat pada leher dan aksila dapat
terjadi pada pasien dengan sindroma cushing. Striae ungu, biasanya pada abdomen
dan memar (ekimosis) merupakan tanda umum dari sindrom cushing. Edema juga
dapat terjadi pada penyakit ini. Pada pasien dengan sindrom cushing kulit pasien
menjadi tipis.
3
Page 4
3. Dada: pada pasien dewasa pria, ginekomastia dapat berhubungan dengan
hipogonadisme, hipotiroidisme, dan juga sindroma cushing. Pada wanita yang
tidak menyusui, rabas putting mengindikasikan kelebihan prolaktin atau esterogen,
diabetes melitus atau sindroma cushing.
Palpasi: bisa dilakukan pada daerah tiroid tetapi tidak spesifik untuk pasien sindrom
cushing.3
Auskultasi pada daerah tiroid hanya untuk menyingkirkan kelainan tiroid.3
Gambar 1. Physical findings in Cushing syndrome.1
Working Diagnosis
Problem diagnostik utama sindrom cushing adalah unutk membedakan pasien dengan
sindrom cushing ringan dari hiperkortisolisme fisiologik ringan yang disebut sebagai pseudo
cushing. Termasuk didalamnya fase depresi gangguan afektif, alkoholisme, penghentian dari
intoksikasi alkohol, atau gangguan makanan. Keadaan ini mempunyai gambaran sindrom
cushing, termasuk peninggian kortisol bebas urin, termasuk gangguan gambaran sekresi
kortisol diurnal, dan gangguan supresi kortisol setelah tes supresi tes deksametason tengan
malam. Meskipun pemeriksaan fisik bisa memberikan tanda spesifik untuk diagnosa yang
4
Page 5
tepat, konfirmasi biokimia bisa jadi mengalami kesulitan dan bisa membutuhkan pemeriksaan
ulang.4
Diagnosis sindrom cushing bergantung pada kadar produksi kortisol dan kegagalan
menekan sekresi kortisol secara normal bila diberikan deksametason. Sekali diagnosis
ditegakkan, selanjutnya pemeriksaan dirancang untuk menetukan etiologi. Bila kadar kortisol
bebas urin lebih tinggi dari 275nmol/dl (100µg/dl) adalah sugestif sindrom cushing.
Diagnosis definitif ditetapkan bila gagal menurunkan kortisol urin menuju ke <80nmol/dl
(30µg/dl) atau kortisol plasma turun ke <140nmol/L (5µg/dl) setelah tes supresi
deksametason dosis rendah-standar (0,5 mg setiap 6 jam selama 48 jam).4
Respon kortisol pada hari ke 2 supresi
deksametason (2mg per 6 jam)
Pencitraan pituitary dan/atau pengambilan sampel darah vena yang selektif
Gambar 2. Alur diagnostik untuk mengevalasi pasien tersangka menderita sindrom cushing.4
5
Tes skiriningKortisol plasma pada jam 08.00 >140nmol/L (5g/dl)
setelah 1 mg deksametason pada tengah malam; kortisol bebas urin >275nmol/L (100µg/hari)
Tanda klinikOsteoporosis
DMHipertensi diastolicAdipositas sentral
Hirsutisme dan amenora
Tes supresi deksametasonRespon kortisol pada hari ke 2 menjadi 0,5mg per 6
jam
Respon normal Respon abnormalSindrom cushing
Tidak ada respon-Hyperplasia adrenal sekunder terhadap tumor yang menghasilkan ACTH-Neoplasma adrenal
SupresiHyperplasia adrenal sekunder terhadap sekresi ACTH hipofisis
ACTH tinggiHyperplasia adrenal sekunder terhadap tumor yang menghasilkan ACTH
ACHT rendahNeoplasma adrenal
PositifAdenoma hipofisis
NegatifTumor ektopik
Tinggi (>6cm)Ca adrenal
Normal-rendah (<3cm)Adenoma adrenal
Page 6
Pemeriksaan Penunjang
Untuk skrining awal dilakukan tes supresi deksametason tengah malam. Pada kasus
sulit (obesitas), pengukuran korisol bebas urin 24 jam juga bisa digunakan sebagai tes
skiring. Bila kadar kortisol bebas urin lebih tinggi dari 275nmol/dl (100µg/dl) adalah
sugestif sindrom cushing. Diagnosis definitif ditetapkan bila gagal menurunkan kortisol urin
menuju ke <80nmol/dl (30µg/dl) atau kortisol plasma turun ke <140nmol/L (5µg/dl) setelah
tes supresi deksametason dosis rendah-standar (0,5 mg setiap 6 jam selama 48 jam).
Pemeriksaan kadar ACTH plasma dapat digunakan untuk membedakan
berbagai penyebab Sindrom Cushing, terutama memisahkan penyebab dependen
ACTH dan independen ACTH. Pada sindrom ACTH ektopik, kadar ACTH bisa jadi
meningkat > 110 pmol/L (500pg/mL), dan pada kebanyakan pasien, kadar ACTH
berada di atas 40 pmol/L (200pg/mL). Pada sindrom Cushing sebagai akibat
mikroadenoma atau disfungsi hopotalamik pituitari, kadar ACTH berkisar 6-
30pmol/L (30-150pg/mL) [normal : < 14 pmol/L (< 60pg/mL).4
Pada pemeriksaan laboratorium juga biasanya ditemukan leukositosis dengan
granulositosis dan limpopenia relatif. Hipokalemia, hipokloremi, dan alkalosis
metabolik biasanya ditemukan pada kasus ACTH ektopik. Diagnosis adenoma adrenal yang
menghasilkan kortisol disangkakan dengan peningkatan tidak proporsional kadar
kortisol bebas basal urin dengan hanya perubahan sedang pada 17-ketosteroid urin
atau DHEA sulfat plasma. Sekresi estrogen adrenal menurun pada pasien ini
sehubungan dengan supresi ACTH yang diinduksi kortisol dan involusi zona retikularis
yang menghasilkan androgen. CT scan biasanya menunjukkan pembesaran adrenal pada
pasien dengan dependen ACTH dan massa adrenal pada pasien dengan adenoma adrenal.4
Pemeriksaan radiologi untuk memeriksa adrnal adalah pencitraan tomografi computer
(CT scan) abdomen. CT scan bernilai untuk menentukan lokasi tumor adrenal dan untuk
mendiagnosis hiperplasia bilateral. Semua pasien yang mengalami hipersekresi ACTH
hipofisi harus menjalani pemeriksaan pencitraan MRI scan hipofisis dengan bahan kontras
gadolinium. Dengan teknik ini, mikroadenoma kecil bisa ditemukan. Pasien dengan produksi
ACTH ektopik, tomografi menjadi pilihan utama.4
6
Page 7
Differential Diagnosis
Cushing Disease
Penyakit Cushing adalah kondisi dimana hipofisis mensekresi ACTH terlalu banyak.
Penyakit ini merupakan salah satu penyebab Sindrom Cushing. Penyakit Cushing disebabkan
oleh tumor atau hiperplasia dari hipofisis. Keadaan terlalu banyaknya ACTH bisa
mengakibatkan meningkatnya produksi dan pengeluaran kortisol, suatu hormon stress.
Biasanya kortisol dikeluarkan pada saat seseorang mengalami keadaan yang stress, hormon
ini mengatur penggunaan karbohidrat, lemak, dan protein tubuh serta menolong penurunan
imun sehingga reaksi radang tidak terlalu parah.5
Gejala yang diberikan adalah obesitas badan, dengan tangan dan kaki yang kurus,
muka bulan, dan terhambatnya pertumbuhan pada anak-anak. Perubahan kulit ditandai
dengan jerawat dan infeksi kulit, striae ungu, dan kulit yang tipis dan mudah robek.
Kelemahan dan penipisan tulang juga bisa terjadi. Pada pria ini juga berdampak pada
penurunan libido dan impotensi.5
Secara umum, langkah pertama dalam menentukan diagnosis adalah memastikan
keadaan kortisol yang berlebihan dalam darah (sindrom Cushing). Hal ini dilakukan dengan
tes hormon. Setelah diagnosis didirikan, diperlukan pemeriksaan MRI untuk menetukan
apakah terdapat tumor hipofisis. Pada penyakit Cushing, biasanya ditemukan tumor yang
sangat kecil (microadenoma). Jika tidak terdapat tumor, maka nilai inferior petrosal sinus
sampling (IPSS) akan rendah. Dalam beberapa kasus, MRI gagal untuk mengidentifikasi
kelainan dengan demikian dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan IPSS. IPSS harus
dilakukan oleh neuroradiologist yang berpengalaman karena memiliki resiko, dan jika
dilakukan tidak tepat, dapat memberikan hasil yang menyesatkan. Jika tingkat ACTH pada
IPSS sama dengan vena di bawah jantung, maka dapat menunjukan adanya tumor di bagian
tubuh yang lain (tumor ektopik) yang memproduksi ACTH. Pada penyakit Cushing, tingkat
ACTH dalam IPSS jauh lebih tinggi dibandingkan dengan vena di bawah jantung.5
Untuk penatalaksanaan, yang perlu dilakukan adalah operasi untuk menghilangkan
tumor hipofisis bila memungkinkan. Setelah operasi, hipofisis akan perlahan-lahan kembali
ke arah normal. Selama proses ini mungkin diperlukan penambahan kortisol sementara.
Selain pembedahan, radiasi hipofisis juga mungkin digunakan. Bila kedua cara diatas gagal,
maka pemberian obat yang membuat tubuh berhenti mengeluarkan kortisol juga bisa
diberikan. Bila gagal juga, adrenelektomi adalah jalan lain untuk mengurangi sekresi kortisol.
7
Page 8
Prognosis bila tidak diobati adalah buruk, operasi bisa mengobati, tetapi tumor mungkin saja
tumbuh kembali.5
Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik endokrin kronik yang ditandai dengan
adanya hiperglikemia kronik. DM dibagi mejadi beberapa tipe yaitu tipe 1,tipe 2, tipe lain
dan diabetes gestasional. DM tipe dua dulu dikenal sebagai tipe dewasa dan sering berkaitan
dengan obesitas. DM tipe 2 disebabkan kegagalan relatif sel beta pankreas dan resistensi
insulin, yaitu turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh
jaringan perifer. Manifestasi klinisnya yang khas yaitu polidipsi, poliuri, dan polifagi. Selain
itu lemas, kesemutan, juga mata kabur.6
Diabetes melitus tipe 2; bervariasi mulai dari predominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama
resistensi insulin. Diabetes melitus ditandai dengan kenaikan gula darah dan disebabkan oleh
berkurangnya sekresi atau efektivitas kerja insulin. Diabetes melitus bisa timbul akut berupa
ketoasidosis diabetik, koma hiperglikemik, disertai efek osmotik diuretik dari hiperglikemia
(poliuria, polidipsia, polifagia, dan nokturia).2
Manifestasi Klinis
Pasien dengan sindrom Cushing dapat mengeluhkan berat badannya
bertambah, terutama di wajah, daerah supraclavicula, punggung atas, dan dada. Pasien
sering melihat perubahan di kulit mereka, termasuk stretch mark ungu, mudah memar, dan
tanda-tanda lain dari kulit yang menipis. Karena kelemahan otot proksimal yang progresif,
pasien mungkin mengalami kesulitan naik tangga, keluar dari kursi yang rendah, dan
mengangkat tangan mereka. Haid tidak teratur, amenore, infertilitas, dan penurunan
libido dapat terjadi pada wanita karena inhibisi sekresi berdenyut dari luteinizing
hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH), yang kemungkinan disebabkan
gangguan luteinizing hormone-releasing hormone (LHRH). Pada pria, penghambatan
LHRH dan FSH/LH fungsi dapat menyebabkan penurunan libido dan impotensi. Masalah-
masalah psikologis seperti depresi, disfungsi kognitif, dan emosional.
Memburuknya hipertensi dandiabetes mellitus, kesulitan dengan penyembuhan
luka, peningkatan infeksi, osteopenia, dan osteoporosis sehingga dapat terjadi fraktur.
Pasien dengan tumor pituitari yang menghasilkan ACTH (penyakit Cushing) dapat
mengeluh sakit kepala, poliuria dan nokturia, masalah penglihatan, atau galaktorea. Gejala
kelebihan glukokortikoid dalam hubungannya dengan virilisasi pada wanita atau
8
Page 9
feminisasi pada pria menunjukkan sebuah karsinoma adrenal sebagai penyebab dari
sindrom Cushing.
Etiologi4
Pemberian steroid eksogen; Pemberian steroid eksogen dapat menyebabkan
terjadinya sindrom Cushing. Gejala kelebihan glukokortikoid umumnya terjadi
dengan pemberian steroid oral, namun kadang-kadang suntikan steroid ke dalam
sendi dan penggunaan inhaler steroid juga dapat menyebabkan sindrom Cushing.
Pasien yang sedang mendapat terapi steroid dapat mengalami sindrom Cushing
dengan gangguan yang mencakup berbagai penyakit rematologi, paru, saraf, dan
nefrologi. Pasien yang telah mengalami transplantasi organ juga beresiko terkena
sindrom Cushing karena steroid eksogen diperlukan sebagai bagian dari rejimen
obat antipenolakan.
Overproduksi glukokortikoid endogen
Adenoma penghasil ACTH hipofisis
1. Adenoma hipofisis yang mensekresi ACTH berasal dari corticotrophs
di hipofisis anterior.
2. ACTH yang disekresi oleh corticotrophs dilepaskan ke dalam sirkulasi
dan bekerja pada korteks adrenal untuk menghasilkan hiperplasia dan
merangsang sekresi steroid adrenal.
3. Adenoma yang besar dapat menyebabkan hilangnya produksi hormon
lainnya dari hipofisis anterior (TSH, FSH, LH, hormon pertumbuhan, dan
prolaktin) dan hormon vasopresin di hipofisis posterior.
Adrenal lesi Primer
1. Overproduksi glukokortikoid dapat disebabkan adanya adeno adrenal, karsinoma
adrenal, makronodular atau hiperplasia adrenal mikronodular. Para zona
fasikulata dan retikularis zona lapisan korteks adrenal biasanya menghasilkan
glukokortikoid dan androgen.
2. Kompleks Carney adalah bentuk familial micronodular hiperplasia kelenjar
adrenal. Ini merupakan gangguan dominan autosomal dan ACTH yang
menyebabkan sindrom Cushing independen. Hiperpigmentasi merupakan
salah satu ciri gangguan tersebut.4
Ektopik ACTH kadang-kadang disekresi oleh sel oat atau small-cell lung tumors
atau oleh tumor karsinoid.
9
Page 10
Epidemiologi
Sebagian besar kasus sindrom Cushing disebabkan iatrogenik pemberian
glukokortikoid eksogen, sedangkan kejadian tahunan sindrom Cushing endogen telah
diperkirakan sebesar 13 kasus per juta individu. Dari kasus-kasus ini, sekitar 70%
disebabkan hiperplasi adrenal bilateral oleh hipersekresi ACTH hipofisis atau produksi
ACTH oleh tumor non endokrin (pituitary ACTH-producing tumor), 15% karena ACTH
ektopik, dan 15% karena tumor adrenal primer.1,7
Insiden hiperplasia hipofisis adrenal tiga kali lebih besar pada wanita dari pada
laki laki, kebanyakan muncul pada usia dekade ketiga atau keempat. Insiden puncak dari
sindrom Cushing, baik yang disebabkan oleh adenoma adrenal maupun hipofisis terjadi
sekitar usia 25-40 tahun. Pada ACTH ektopik, insiden lebih sering pada laki-laki
dibanding wanita.1,7
Mengingat kejadiannya yang masih relatif langka dan namanya yang masih
terdengar asing di masyarakat luas, tentunya penyakit ini masih jarang diperbincangkan
baik dalam segi patofisiologi, diagnosis maupun penatalaksanaan. Oleh karena itu,
diperlukan suatu bahan pembahasan yang mungkin dapat menambah wawasan mengenai
sindrom Cushing dan membantu para praktisi kesehatan dalam menatalaksana pasien-
pasien tersebut.1,7
Patofisiologi
Secara fisiologis hipotalamus berada di otak dan kelenjar hipofisis berada tepat
di bawahnya. Inti paraventrikular (PVN) dari hipotalamus melepaskan Corticotrophin-
releasing hormone (CRH), yang merangsang kelenjar hipofisis untuk melepaskan
adrenocorticotropin (ACTH). ACTH bergerak melalui darah ke kelenjar adrenal kemudian
merangsang pelepasan kortisol. Kortisol disekresi oleh korteks kelenjar adrenal dari
daerah yang disebut zona fasciculate sebagai respons terhadap ACTH. Peningkatan kadar
kortisol menyebabkan umpan balik negatif (negative feedback) pada hipofisis sehingga
menurunkan jumlah ACTH yang dilepaskan dari kelenjar hipofisis.5
Sindrom Cushing mengacu terhadap kelebihan kortisol berdasarkan etiologi apapun,
baik kelebihan kadar pemberian glukokortikoid eksogen ataupun overproduksi kortisol
endogen. Overproduksi glukokortikoid endogen atau hiperkortisolisme yang independen
ACTH biasanya disebabkan oleh neoplasma yang mensekresi kortisol dalam korteks
10
Page 11
kelenjar adrenal (neoplasma adrenocortical primer). Biasanya merupakan sebuah adenoma
dan jarang karsinoma.5
Adenoma ini menyebabkan kadar kortisol dalam darah sangat tinggi, terjadinya
umpan balik negatif terhadap hipofisis dari tingkat kortisol yang tinggi akan menyebabkan
tingkat ACTH sangat rendah.5
Pada kasus lain dengan dependen ACTH, sindrom Cushing hanya merujuk kepada
hiperkortisolisme sekunder akibat produksi berlebihan ACTH dari corticotrophic pituitary
adenoma. Hal ini menyebabkan kadar ACTH dalam darah meningkat bersamaan dengan
kortisol dari kelenjar adrenal. Kadar ACTH tetap tinggi karena tumor menyebabkan
hipofisis menjadi tidak responsif terhadap umpan balik negatif dari kadar kortisol yang
tinggi. ACTH juga dapat disekresi berlebihan pada pasien-pasien dengan neoplasma yang
memiliki kapasitas untuk menyintesis dan melepaskan peptida mirip ACTH baik
secara kimia maupun fisiologik. ACTH berlebihan yang dihasilkan dalam keadaan
ini menyebabkan rangsangan yang berlebihan terhadap sekresi kortisol oleh korteks
adrenal dan disebabkan oleh penekanan pelepasan ACTH hipofisis. Jadi, kadar ACTH yang
tinggi pada penderita ini berasal dari neoplasma dan bukan dari kelenjar hipofisisnya.
Sejumlah besar neoplasma dapat menyebabkan sekresi ektopik ACTH.
Neoplasma-neoplasma ini biasanya berkembang dari jaringan-jaringan yang berasal dari
lapisan neuroektodermal selama perkembangan embrional. Karsinoma sel oat paru,
karsinoid bronkus, timoma, dan tumor sel-sel pulau di pankreas, merupakan contoh-
contoh yang paling sering ditemukan. Beberapa tumor ini mampu menyekresi CRH ektopik.
Pada keadaan ini, CRH ektopik merangsang sekresi ACTH hipofisis, yang menyebabkan
terjadinya sekresi kortisol secara berlebihan oleh korteks adrenal. Jenis sindrom Cushing
yang disebabkan oleh sekresi ACTH yang berlebihan -hipofisis atau ektopik-
seringkali disertai hiperpigmentasi. Hiperpigmentasi ini disebabkan oleh sekresi peptida
yang berhubungan dengan ACTH dan kerusakan bagian-bagian ACTH yang memiliki
aktivitas melanotropik. Pigmentasi terdapat pada kulit dan selaput lendir.5
Hiperplasia bilateral micronodular dan hiperplasia macronodular merupakan
penyebab Cushing sindrom yang langka. Sindrom Cushing juga merupakan penyakit
autoimun pertama kali diidentifikasi pada manusia.5
Glukokortikoid meningkat karena berbagai faktor baik dari luar maupun dalam tubuh,
seperti yang sudah dijelaskan pada poin etiologi chusing syndrome. Fungsi metabolik
glukokortikoid atau kortisol yang stabil dipengaruhi oleh jumlah sekresi glukokortikoid atau
11
Page 12
kortisol. Kelebihan glukokortikoid dapat menyebabkan perubahan berbagai kondisi di dalam
tubuh khususnya fungsi metabolik seperti dibawah ini:
Metabolisme protein
Efek katabolik dan antianabolik pada protein yang dimiliki glukokortikoid
menyebabkan menurunnya kemampuan sel-sel pembentuk protein untuk mensistesis protein.
Kortisol menekan pengangkutan asam amino ke sel otot dan mungkin juga ke sel
ekstrahepatika seperti jaringan limfoid menyebabkan konsentrasi asam amino intrasel
menurun sehingga sintesis protein juga menurun. Sintesis protein yang menurun memicu
peningkatan terjadinya proses katabolisme protein yang sudah ada di dalam sel. Proses
katabolisme protein ini dan proses kortisol memobilisasi asam amino dari jaringan
ekstrahepatik akan menyebabkan tubuh kehilangan simpanan protein pada jaringan perifer
seperti kulit, otot, pembuluh darah, dan tulang atau seluruh sel tubuh kecuali yang ada di hati.
Oleh karena itu secara klinis dapat ditemukan kondisi kulit yang mengalami atropi dan
mudah rusak, luka-luka sembuh dengan lambat. Ruptura serabut-serabut elastis pada kulit
menyebabkan tanda regang pada kulit berwarna ungu (striae). Otot-otot mengalami atropi dan
menjadi lemah. Penipisan dinding pembuluh darah dan melemahnya jaringan penyokong
pembuluh darah menyebabkan mudah timbul luka memar. Matriks protein tulang menjadi
rapuh dan menyebabkan osteoporosis, sehingga dapat dengan mudah terjadi fraktur patologis.
Kehilangan asam amino terutama di otot mengakibatkan semakin banyak asam amino
tersedia dalam plasma untuk masuk dalam proses glukoneogenesis di hati sehingga
pembentukan glukosa meningkat.
Metabolisme karbohidrat
Efek kortisol terhadap metabolisme karbohidrat untuk merangsang glukoneogenesis
yaitu pembentukan karbohidrat dari protein dan beberapa zat lain oleh hati. Seringkali
kecepatan glukoneogenesis sebesar 6 sampai 10 kali lipat. Salah satu efek glukoneogenesis
yang meningkat adalah jumlah penyimpanan glikogen dalam sel-sel hati yang juga
meningkat.
Kortisol juga menyebabkan penurunan kecepatan pemakaian glukosa oleh kebanyakan
sel tubuh. Glukokortikoid menekan proses oksidasi nikotinamid-adenin-dinukleotida
(NADH) untuk membentuk NAD+. Karena NADH harus dioksidasi agar menimbulkan
glikolisis, efek ini dapat berperan dalam mengurangi pemakaian glukosa sel.
Peningkatan kecepatan glukoneogenesis dan kecepatan pemakaian glukosa oleh sel
12
Page 13
berkurang dapat meningkatkan konsentrasi glukosa darah. Glukosa darah yang meningkat
merangsang sekresi insulin. Peningkatan kadar plasma insulin ini menjadi tidak efektif dalam
menjaga glukosa plasma seperti ketika kondisi normal. Tingginya kadar glukokortikoid
menurunkan sensitivitas banyak jaringan, terutama otot rangka dan jaringan lemak, terhadap
efek perangsangan insulin pada ambilan dan pemakaian glukosa.
Efek metabolik meningkatnya kortisol dapat menganggu kerja insulin pada sel-sel
perifer, sebagai akibatnya penderita dapat mengalami hiperglikemia. Pada seseorang yang
mempunyai kapasitas produksi insulin yang normal, maka efek dari glukokortikoid akan
dilawan dengan meningkatkan sekresi insulin untuk meningkatkan toleransi glukosa.
Sebaliknya penderita dengan kemampuan sekresi insulin yang menurun tidak mampu untuk
mengkompensasi keadaan tersebut, dan menimbulkan manifestasi klinik DM.
Metabolisme lemak
α gliserofosfat yang berasal dari glukosa dibutuhkan untuk penyimpanan dan
mempertahankan jumlah trigliserida dalam sel lemak. Jika α gliserofosfat tidak ada maka sel
lemak akan melepaskan asam lemak. Asam lemak akan dimobilisasi oleh kortisol sehingga
konsentrasi asam lemak bebas di plasma meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan
pemakaian untuk energi dan penumpukan lemak berlebih sehingga obesitas. Distribusi
jaringan adiposa terakumulasi didaerah sentral tubuh menimbulkan obesitas wajah bulan
(moon face). Memadatnya fossa supraklavikulare dan tonjolan servikodorsal (punguk bison),
Obesitas trunkus dengan ekstremitas atas dan bawah yang kurus akibat atropi otot
memberikan penampilan klasik perupa penampilan Chusingoid.
Sistem kekebalan
Ada dua respon utama sistem kekebalan yaitu pembentukan antibodi humoral oleh
sel-sel plasma dan limfosit B akibat ransangan antigen yang lainnya tergantung pada reaksi-
reaksi yang diperantarai oleh limfosit T yang tersensitasi.
Pemberian dosis besar kortisol akan menyebabakan atrofi yang bermakna pada
jaringan limfoid di seluruh tubuh. Hal ini akan mengurangi sekresi sel-sel T dan antibodi dari
jaringan limfoid. Akibatnya tingkat kekebalan terhadap sebagian besar benda asing yang
memasuki tubuh akan berkurang.
Glukokortikoid mengganggu pembentukan antibodi humoral dan menghambat pusat-
pusat germinal limpa dan jaringan limpoid pada respon primer terhadap anti gen. Gangguan
respon imunologik dapat terjadi pada setiap tingkatan berikut ini yaitu proses pengenalan
13
Page 14
antigen awal oleh sel-sel sistem monosit makrofag, Induksi dan proleferasi limfosit
imunokompeten, produksi anti bodi, reaksi peradangan,dan menekan reaksi hipersensitifitas
lambat.
Elektrolit
Glukokortikoid memiliki efek minimal pada kadar elektrolit serum. Glukokortikoid
yang diberikan atau disekresikan secara berlebih akan menyebabkan retensi natrium dan
pembuangan kalium sehingga menyebabkan edema, hipokalemia dan alkalosis metabolik.
Sekresi lambung
Sekeresi asam lambung dapat ditingkatkan sekresi asam hidroklorida dan pepsin dapat
meningkat. Faktor-faktor protekitif mukosa diubah oleh steroid dan faktor-faktor ini dapat
mempermudah terjadinya tukak.
Fungsi otak
Perubahan psikologik terjadi karena kelebihan kortikosteroid, hal ini ditandai dengan
oleh ketidak stabilan emosional, euforia, insomnia, dan episode depresi singkat.
Eritropoesis
Kortisol mengurangi jumlah eosinofil dan limfosit di dalam darah. Involusi jaringan
limfosit, menyebabkan rangsangan untuk pelepasan neutrofil dan peningkatan eritropoiesis.
Penatalaksanaan
Neoplasma Adrenal
Bila diagnosis adenoma atau karsinoma ditegakkan, dilakukan eksplorasi
adrenal dengan eksisi tumor. Oleh karena kemungkinan atrofi adrenal kontralateral, pasien
diobati pra- dan pascaoperatif jika akan dilakukan adrenalektomi total, bila disangkakan
lesi unilateral, rutin menjalani tindakan bedah efektif sama dengan pasien Addison.
Obat utama untuk pengobatan karsinoma kortikoadrenal adalah mitotan (o,p’-DDD),
isomer dari insektisida DDT. Obat ini menekan produksi kortisol dan menurunkan
kadar kortisol plasma dan urin. Obat ini biasanya diberikan dalam dosis terbagi tiga sampai
empat kali sehari, dengan dosis ditingkatkan secara bertahap menjadi 8 sampai 10g per
hari. Pada kebanyakan pasien, mitotan hanya menghambat steroidogenesis dan tidak
menyebabkan regresi metastasis tumor.4
14
Page 15
Hiperplasia Bilateral
Pasien dengan hiperplasia bilateral mengalami peningkatan kadar ACTH
absolut atau relatif. Terapi harus ditujukan untuk mengurangi kadar ACTH,
pengobatan ideal adalah pengangkatan. Kadang-kadang eksisi tidak memungkinkan oleh
karena penyakit sudah lanjut. Pada keadaan ini, medik atau adrenalektomi bisa
memperbaik hiperkortisolisme. Penghambatan steroidogenesis juga bisa diindikasikan pada
subjek cushingoid berat sebelum intervensi pembedahan. Adrenalektomi kimiawi
mungkin lebih unggul dengan pemberian penghambat steroidogenesis ketokonazol
(600-1200mg/hari). Mitotan (2-3g/hari) dan penghambat sintesis steroid aminoglutetimid (1
g/hari) dan metirapon (2-3 g/hari) mungkin efektif secara tunggal atau kombinasi.4
Komplikasi
Sindrom Cushing, jika tidak diobati, menghasilkan morbiditas serius dan bahkan
kematian. Pasien mungkin menderita dari salah satu komplikasi hipertensi atau
diabetes. Kerentanan terhadap infeksi meningkat. Kompresi patah tulang belakang
osteoporosis dan nekrosis aseptik kepala femoral dapat menyebabkan kecacatan.3
Nefrolisiasis dan psikosis dapat terjadi. Setelah adrenalektomi bilateral, seorang
dengan adenoma hipofisis dapat memperbesar progresifitas, menyebabkan kerusakan lokal
(misalnya, penurunan bidang visual) dan hiperpigmentasi; komplikasi ini dikenal
sebagai sindrom Nelson.3
Prognosis
Adenoma adrenal yang berhasil diobati dengan pembedahan mempunyai
prognosis baik dan tidak mungkin kekambuhan terjadi. Prognosis bergantung pada efek
jangka lama dari kelebihan kortisol sebelum pengobatan, terutama aterosklerosis dan
osteoporosis.4
Prognosis karsinoma adrenal adalah amat jelek, disamping pembedahan.
Laporan-laporan memberi kesan survival 5 tahun sebesar 22% dan waktu tengah survival
adalah 14 bulan. Usia kurang 40 tahun dan jauhnya metastasis berhubungan dengan
prognosis yang jelek.4
Kesimpulan
Sebagian besar kasus sindrom Cushing disebabkan iatrogenik pemberian
glukokortikoid. Hal ini harus didasarkan pada etiologi serta mekanisme patofisiologi penyakit
15
Page 16
tersebut, sehingga dapat ditentukan penatalaksanaan yang paling tepat untuk pasien.
Daftar Pustaka
1. Prerika K. Sindrom Cushing. Diunduh dari http://www.scribd.com/doc/Sindrom-
Cushing, 22 November 2015.
2. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2007.h.
70, 142.
3. Morton PG. Panduan pemeriksaan kesehatan. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2005.h.435-8.
4. Piliang S, Bahri C. Hiperkortisolisme. Dalam: Sudoyo AW, Setyohadi B, dkk, editor.
Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing; 2009.h.1877,
2062-8.
5. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Vol 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.h.1240-1.
6. Mansjoer A, Kuspuji T, Savitri R. Kapita selekta kedokteran. Edisi ke-3. Jilid 1.
Jakarta: Media Aesculapius; 2008.
7. Sarlis NJ, Chanock SJ, Nieman LK, 2000, Cortisolemic Indices Predict Severe
Infections in Cushing Syndrome due to Ectopic Production of Adrenocorticotropin.
Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism 85(1); 42-7.
16