Top Banner
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH 2002 – 2004 BUKU II Program Pengembangan Industri Kecil Menengah DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI 2003
89

RI-PIKM_BukuII

Jun 11, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: RI-PIKM_BukuII

RENCANA INDUK PENGEMBANGANINDUSTRI KECIL MENENGAH

2002 – 2004

BUKU II

Program PengembanganIndustri Kecil Menengah

DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI2003

Page 2: RI-PIKM_BukuII

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Buku II yang merupakanbagian dari Buku I Rencana Induk Pengembangan Industri Kecil Menengah (RIP-IKM)untuk masa pembangunan Tahun 2002 – 2004 telah selesai disusun.

Buku I berisi tentang Kebijakan dan Strategi Umum Pengembangan Industri KecilMenengah yang disusun dengan tujuan sebagai pedoman umum yang berlaku secaranasional untuk digunakan sebagai arahan ke mana industri kecil menengah akandikembangkan. Buku II adalah merupakan penjelasan serta penjabaran Buku I, dimanadalam buku ini lebih dibahas dengan rinci tentang hal-hal yang disinggung dalam BukuI. Dalam buku ini dibahas pengertian, prioritas, misi serta sasaran pengembangankomoditi prioritas secara lebih rinci.

Buku II memuat Program Pengembangan Industri Kecil Menengah yang terdiri dari 5(lima) bab utama,yang terdiri atas :

Bab I : Memuat Perhitungan Target Kuantitatif Pengembangan Industri KecilMenengah.

Bab II : Memuat Program Pengembangan Industri Kecil Menengah PenggerakPerekonomian Daerah.

Bab III : Memuat Program Pengembangan Industri Kecil MenengahPendukung (Supporting Industry).

Bab IV : Memuat Program Pengembangan Industri Kecil MenengahBerorientasi Ekspor.

Bab V : Memuat Program Pengembangan Industri Kecil Menengah InisiatifBaru.

Perlu sedikit diulas bahwa terdapat sedikit perbedaan angka-angka antara angka totalPDB, unit usaha dan tenaga kerja, pada Buku I dan Buku II. Perbedaan angka yangdimaksud adalah karena pada Buku I data diambil dari Buku Pengukuran dan AnalisisEkonomi Kinerja Penyerapan Tenaga Kerja, Nilai Tambah dan Ekspor Usaha KecilMenengah serta Peranannya terhadap Tenaga Kerja Nasional dan Produk DomestikBruto, hasil kerjasama Proyek Pengembangan Sistem Informasi Koperasi Usaha Kecildan Menengah, Kantor Menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengahdengan Badan Pusat Statistik Tahun 2001, sedangkan pada Buku II digunakan datayang bersumber dari Badan Pusat Statistik yang meliputi Survey Usaha Terintegrasi,Profil Usaha Kecil dan Menengah Tidak Berbadan Hukum, Statistik Industri Besar danSedang serta hasil monitoring Direktorat Jenderal Industri dan Dagang KecilMenengah. Bahan-bahan tersebut diolah oleh Direktorat Jenderal Industri dan DagangKecil Menengah dalam rangka kebutuhan Buku II ini. Perbedaan terjadi karena Buku I

Page 3: RI-PIKM_BukuII

ii

menyajikan PDB, unit usaha dan tenaga kerja, tetapi tidak dapat ditelusuri lebih lanjutuntuk mendapatkan data-data menurut komoditi prioritas yang tingkatnya sudah sangatrinci.

Selanjutnya kepada semua pihak dan jajaran aparat terkait diharapkan menggunakanacuan program ini dalam melakukan upaya pengembangan industri kecil menengahsesuai dengan tugas dan misinya masing-masing.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberkati upaya kita dalam mengembangkanindustri kecil menengah sehingga dapat mencapai sasaran yang dituju.

Amin.

Jakarta, Maret 2003

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

RINI M SUMARNO SOEWANDI

Page 4: RI-PIKM_BukuII

iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………… i

Daftar Isi…………………………………………………………………………. iii

Daftar Tabel……………………………………………………………………… vi

Daftar Lampiran …………………………………………………………………. viii

BAB I. PERHITUNGAN TARGET KUANTITATIF PENGEMBANGANINDUSTRI KECIL DAN MENENGAH……………………….… 1

1.1 Pendahuluan …………………………………………………. 11.2 Simulasi Perhitungan Pertumbuhan IKM…………………… 21.3 Perhitungan Target PDB, Unit Usaha, Tenaga Kerja dan Nilai

Produksi IKM…………………………………………………. 4

BAB II. PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECILMENENGAH PENGGERAK PEREKONOMIAN DAERAH…. 8

2.1. Umum………..……………………………………..……….. 8a. Pengertian, Ciri/Kriteria dan Lingkup Komoditi

Prioritas…..….………………..…………………….…. 8b. Misi Serta Tujuan ……………………………………. 9c. Target Group Pembinaan dan Pengembangan……..….. 9d. Kondisi Umum Saat Ini………..……………….……… 9e. Sasaran Pengembangan Tahun 2003 - 2004…………… 10f. Arah Pengembangan……………………………..…….. 11g. Kebijakan Pengembangan………………………..……. 12h. Strategi Pengembangan…………………………..……. 12i. Program Pengembangan……………………………..… 13

2.2. Pengembangan IKM Penggerak Perekonomian Daerah PerKelompok Komoditi ………………………..……………… 13a. Industri Makanan Ringan ……..……………………… 13b. Industri Sutera Alam ..………………………………… 15c. Industri Penyamakan Kulit…….……………………… 16d. Industri Pengolahan Minyak Sawit (CPO-IKM)……… 17e. Industri Pupuk (Alam dan Organik)………………….. 19f. Industri Garam………………………………….……... 21g. Industri Genteng………………………………………. 22h. Industri Alsintani dan Pande Besi……………………… 23i. Pengembangan Motorisasi Kapal Nelayan……….…… 25j. Industri Kapal ≤100 GT……………..………………. 27

Page 5: RI-PIKM_BukuII

iv

k. Industri Tenun Tradisional………………..…………… 28l. Industri Perhiasan……………………..………………. 30m. Industri Kerajinan Anyaman………………….………. 32

BAB III. PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENE-NGAH PENDUKUNG (SUPPORTING INDUSTRY)………… 34

3.1. Umum…………………………………………………….… 34

a. Pengertian, Ciri/Kriteria dan Lingkup KomoditiPrioritas………………………………………………. 34

b. Misi serta Tujuan……………………………………. 34c. Target Group Pembinaan dan Pengembangan ……… 35d. Kondisi Umum Saat Ini ..…………………………… 35e. Sasaran Pengembangan Tahun 2003-2004………….. 36f. Arah Pengembangan ………………………………… 37g. Kebijakan Pengembangan…………………………… 38h. Strategi Pengembangan……………………………… 38i. Program Pengembangan……………………………… 39j. Lokasi Pengembangan……………………………….. 40

3.2. Pengembangan Kelompok Industri Komoditi Terpilih…. 41

a. Komponen KBM…………………………………….. 41b. Mesin dan Peralatan Pabrik..…………………………. 42c. Elektronika…………………………………………… 43d. Komponen (Barang Karet dan Plastik)………………. 44

BAB IV. PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENE-NGAH BERORIENTASI EKSPOR………….……….……….. 45

4.1 Umum…………………………..……….………………….. 45a. Pengertian, Ciri/Kriteria dan Lingkup Komoditi

Prioritas……………………………………………….. 45b. Misi Serta Tujuan……………..………………………. 46c. Target Group Pembinaan dan Pengembangan ……….. 46d. Kondisi Umum Saat Ini ………………..……….…….. 46e. Sasaran Pengembangan Tahun 2003-2004 ….………….. 47f. Arah Pengembangan …………………………………. 49g. Strategi Pengembangan ……………………………… 49h. Program Pengembangan………………………….….. 49

4.2 Pengembangan Kelompok Industri Komoditi Terpilih…. 50a. Industri Pengolahan Ikan……..……………………….. 50b. Industri Kerupuk ………………………………..……. 52c. Industri Barang Jadi Kulit…………………..………… 53d. Industri Alas Kaki/Sepatu Kulit…………………..….. 54e. Industri Pakaian Jadi……………………………..…… 55f. Industri Barang Jadi Tekstil…………………..………. 56g. Industri Minyak Atsiri..……………………..………… 57

Page 6: RI-PIKM_BukuII

v

h. Industri Arang Kayu/Tempurung……………….……. 59i. Industri Furniture Kayu/Rotan…..……….………….. 60j. Industri Batik………….……………….……………… 62k. Industri Perhiasan………………………………..……. 64l. Industri Sulaman/Bordir………………….…………… 65m. Industri Mainan Anak…………………………..…….. 66n. Industri Keramik/Gerabah……………………….……. 67o. Industri Kerajinan Kayu……………………….……… 69p. Industri Kerajinan Anyaman …………………………. 70

BAB V. PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENE-NGAH INISIATIF BARU….…………………………………… 72

5.1. Umum……………………………………………………….. 72a. Pengertian, Ciri/Kriteria dan Lingkup Komoditi

Prioritas……………………………………………….. 72b. Misi Serta Tujuan……………..…………..………… 72c. Target Group Pembinaan dan Pengembangan .…..…… 72d. Kondisi Umum Saat Ini…………..…………..………. 73e. Sasaran Pengembangan Tahun 2003 – 2004…………. 74f. Arah Pengembangan………………………………….. 75g. Kebijakan Pengembangan……………………………. 75h. Strategi Pengembangan……………………………….. 75i. Program Pengembangan………………………………. 76

5.2. Pengembangan Kelompok Komoditi………………….….. 76a. Industri Software Komputer……………………..……. 76b. Industri Pangan Pengaplikasi Bioteknologi …………. 78c. Industri Kimia Hasil Pertanian / Perkebunan Pengaplikasi Bioteknologi ……………………… 79d. Industri Kimia Pemanfaat Limbah Pengaplikasi Bioteknologi………………………………………….. 80

BAB VI. PENUTUP………………………………………………………… 81

LAMPIRAN – LAMPIRAN …………………………………………………... 82

---------------------

Page 7: RI-PIKM_BukuII

1

BAB I

PERHITUNGAN TARGET KUANTITATIFPENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH

1.1 PENDAHULUAN

Sektor industri Indonesia selama enam Repelita dari tahun 1965 sampaidengan tahun 1999 tumbuh dengan laju rata-rata diatas 10%/tahun, hal ini selarasdengan pertumbuhan PDB ekonomi yang tumbuh dengan rata-rata 7%/tahun.Pada periode ini negara tetangga ASEAN seperti Malaysia dan Thailand tumbuhdengan rata-rata 7,8% dan 7,2%.

Krisis telah menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan hebatdimana untuk pertama kalinya sejak 30 tahun, yaitu pada tahun 1998perekonomian terkontraksi hingga 14,6%. Namun secara berangsur-angsurekonomi Indonesia mampu membaik kembali walaupun belum dapat mencapaitingkat pertumbuhan sejauh 30 tahun yang lalu, disamping masih berfluktuasi.Tahun 2001 PDB Indonesia hanya tumbuh 3,98% atau lebih rendah dibandingkandengan pertumbuhan tahun 2000 yang mencapai 5,19%. Tahun 2002pertumbuhan sedikit lebih baik dari tahun 2001 dan diharapkan pada tahun 2003ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5%.

Peran PDB sektor industri terhadap PDB Nasional sedikit meningkatdari 25,24% naik menjadi 25,71% dan 26,01% pada tahun 1999, 2000 dan 2001.Namun hal ini tidak diikuti peningkatan peran PDB Industri Kecil Menengah(IKM). Peran PDB sektor ini hanya berkisar antara 38 hingga 39% pada tahun1999 hingga tahun 2001, sektor industri perannya sangat didominasi oleh industribesar. Hingga saat ini sumbangan sektor industri besar sekitar 61% terhadap PDBsektor industri secara keseluruhan.

Propenas 2000 – 2004 menggariskan bahwa salah satu tujuanpembangunan sektor industri adalah pengembangan pengusaha kecil menengahdan koperasi yang mampu memperluas basis ekonomi dan dapat memberikankontribusi yang signifikan dalam mempercepat perubahan struktural, yaitu denganmeningkatnya perekonomian daerah dan ketahanan ekonomi nasional. Perubahanstruktur dalam pembangunan sektor industri yang dimaksud mencerminkantuntutan peningkatan pada dimensi jenis maupun skala industri, yaitu bahwaselain sektor ini tumbuh, tetapi juga memiliki struktur yang kuat. Kekuatanstruktur tercermin dari sumbangan sektor yang makin berarti dari setiap sub-subsektor industri yang merupakan elemen-elemen industri. Sub-sub sektor yangdimaksud seperti misalnya sub-sub (cabang industri) pangan, sandang, kimia,engineering dan sebagainya. Kekuatan struktur dimaksud juga mencerminkanbahwa semakin meningkatnya peran sektor IKM terhadap sektor industri secarakeseluruhan.

Page 8: RI-PIKM_BukuII

2

Secara kuantitatif apa yang diamanatkan oleh Propenas mengindikasikanbahwa sektor industri harus dibangun sehingga PDB-IKM mampu menyamai ataubahkan melebihi PDB-Industri Besar (IB). Pertanyaan kini yaitu berapa besarpertumbuhan industri kecil, industri menengah dan berapa industri besarnyasendiri, serta kapan kondisi keseimbangan antara peran IKM dan IB tercapai.

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dilakukan simulasi untukmenghitung pertumbuhan industri kecil maupun industri menengah yangselanjutnya disebut dengan IKM dalam mencapai target Program PembangunanNasional (Propenas) dimaksud dengan asumsi umum dalam simulasi yaitupertumbuhan ekonomi akan konstan pada tingkat 5% setelah tahun 2004.

1.2 SIMULASI PERHITUNGAN PERTUMBUHAN IKM

Proses simulasi untuk menentukan berapa pertumbuhan IKM ke depanuntuk mencapai target Propenas disajikan dengan rinci pada Lampiran 1 dan 2.Hasil yang tersaji pada kedua lampiran tersebut adalah merupakan hasilperhitungan dengan proses iterasi sebagai berikut :

a. Iterasi PertamaAsumsi-asumsi awal pada iterasi pertama ditetapkan sebagai berikut : (1)melihat pertumbuhan ekonomi (PDB) pada tahun 1999, 2000 dan 2001,maka diasumsikan bahwa pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2003 dan2004 adalah sebesar 4% dan 5%, (2) kontribusi PDB Industri terhadap PDBNasional kedepan adalah tetap sama dengan rata-rata kontribusi industri daritahun 1997 s/d 2001; (3) kontribusi PDB Industri Kecil (IK) dan IndustriMenengah (IM) kedepan terhadap industri nasional adalah sama seperti rata-rata kontribusi tahun 1997 s/d 2001; (4) kondisi yang ingin dicapai yaitukontribusi PDB IB sama dengan PDB Industri-PDB IKM.Dengan kondisi-kondisi yang ditetapkan tersebut, hasil perhitunganmemperlihatkan bahwa kondisi yang dikehendaki Propenas tercapai bilapertumbuhan IK 6,6% per tahun dan IM 7,4% per tahun atau IKM secararata-rata akan tumbuh 6,96%. Dengan kedua laju pertumbuhan ini makadalam 10 tahun yang akan datang atau pada tahun 2012 akan tercapaikeseimbangan antara PDB-IKM dengan PDB-IB.Dalam iterasi ini ternyata PDB IB hanya tumbuh antara 3 s/d 3,45% pertahun, kondisi ini tidak mungkin dan boleh dikatakan terlalu kecil jikadibandingkan dengan fakta bahwa perkembangan industri besar selama 6Repelita yang lalu selalu tumbuh rata-rata 10% per tahun. Dilain pihakindustri kecil berdasarkan pengalaman selama ini pertumbuhannya hanya 1s/d 2% diatas pertumbuhan ekonomi. Untuk itu pendekatan perhitunganharus disesuaikan dan dicoba pada iterasi berikutnya.

b. Iterasi Kedua

Laju pertumbuhan industri besar diperbesar menjadi 6% (rata-rata tahun2000 s/d 2001) sedangkan asumsi pertumbuhan IKM tetap dijaga agar tetap6,96% (= 7%) seperti pada iterasi 1. Ternyata hasilnya memperlihatkanbahwa dalam 10 tahun target Propenas seperti hasil pada iterasi pertama kinitidak lagi dapat dicapai. Hal ini mengindikasikan bahwa perlu pertumbuhan

Page 9: RI-PIKM_BukuII

3

IKM yang lebih besar, sehingga proses iterasi perlu dilanjutkan denganmencoba merubah skenario pertumbuhan.

c. Iterasi Ketiga

Dengan pendekatan yang sama, selanjutnya dilakukan suatu set iterasidengan mempertimbangkan perilaku industri berdasarkan pengalaman enamRepelita yang lalu. Bila ditetapkan pertumbuhan industri besar antara 7 –8% (lebih mendekati rata-rata 6 Repelita terdahulu) dan industri menengah14%, maka keseimbangan IKM dengan IB ternyata dapat tercapai. Secaralengkap sub-iterasi pada iterasi ketiga tersaji dalam Lampiran 1 dan 2.Secara lengkap ringkasan dari hasil iterasi tersaji pada Tabel 1.1

Tabel 1.1Set Iterasi Ketiga Pertumbuhan IK, IM dan IBserta Ketercapaian Keseimbangan IKM dan IB

PERTUMBUHAN (%)ITERASI KE TIGASUB-ITERASI KE IK IM IB

KESEIMBANGAN IKM =IB TERCAPAI PADA

TAHUN KE

1 6 10 7,8,9,10 ~2 6 12 7 183 6 12 8,9,10 ~4 6 14 7 125 6 14 8 166 6 14 9 227 6 14 10 ~8 7 10 7,8,9,10 ~9 7 12 7 1610 7 12 8,9,10 ~11 7 14 7 1412 7 14 8 1813 7 14 10 ~14 8 10 7,8,9,10 ~15 8 12 7 1516 8 12 8,9,10 ~17 8 14 7 1318 8 14 8 1719 8 14 10 ~20 9 10 7 1821 9 10 8,9,10 ~22 9 12 7 1423 9 12 9,10 ~24 9 14 7 1225 9 14 8 1626 9 14 10 ~27 10 10 7 1528 10 10 8,9,10 ~29 10 12 7 1230 10 12 8 1731 10 12 9,10 ~32 10 14 7 1033 10 14 8 1334 10 14 9 1835 10 14 10 ~

Page 10: RI-PIKM_BukuII

4

d. Hasil yang Diperoleh

Dengan mempertimbangkan bahwa angka ideal untuk industri kecil adalahpada tingkat sebesar 7% dan industri besar pada tingkat sekitar 8%, sertakeinginan untuk mencapai keseimbangan struktur seperti yang ditargetkanoleh Propenas harus dipenuhi, maka iterasi ketiga diatas menginformasikanbahwa yang harus dipacu adalah industri menengah dengan angkapertumbuhan sebesar 14%. Dengan kondisi ini diharapkan pada tahun 2020atau 18 tahun yang akan datang kondisi keseimbangan yang dimaksud dapattercapai. Angka-angka ini selanjutnya akan dijadikan pegangan menghitungpertumbuhan IKM kedepan dengan pendekatan pada asumsi pertumbuhanseperti yang tersaji Tabel 1.2.

Tabel 1.2Pola Perhitungan Target Pertumbuhan IK, IM , IB

TAHUNJENIS INDUSTRI

2003 2004 2005 ……… 2020

Industri Kecil 7% 7% 7% ……… 7%

Industri Menengah 10% 12% 14% ……… 14%

Industri Besar 7% 7% 8% ……… 8%

1.3 PERHITUNGAN TARGET PDB, UNIT USAHA, TENAGA KERJA DAN

NILAI PRODUKSI IKM

Untuk menghitung target PDB tahun 2003 dan 2004 akan digunakan PDB industrikecil menengah tahun 1998-2001 sebagaimana yang tersaji pada Tabel 1.3

Tabel 1.3Perkembangan PDB IKM tahun 1998-2001

Menurut Harga Konstan tahun 1993 (Rp. juta)

NO. URAIAN 1998 1999 2000 2001

INDUSTRI KECIL MENENGAH 32.822.602 33.863.614 36.184.500 38.260.0981. IKM Pangan 9.740.100 9.015.405 8.367.506 8.908.343

2. IKM Sandang 3.473.659 3.908.628 5.274.767 5.808.898

3. IKM Kimia Bahan Bangunan 12.123.331 12.655.929 12.421.721 12.593.841

4. IKM Logam dan Elektronika 4.969.321 5.186.752 6.237.814 6.741.450

5. IKM Kerajinan 2.516.190 3.096.900 3.882.692 4.207.566

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS diolah Ditjen IDKM)

PDB IKM tahun 1998-2001 yang tersaji dalam Tabel 1.3. selanjutnyadiaplikasikan untuk menghitung proyeksi PDB IKM tahun 2003 dan 2004 denganlaju pertumbuhan IK sebesar 7% dan IM 9% untuk tahun 2003, dan 12% untuktahun 2004, sedangkan IB dihitung dengan laju pertumbuhan 7% untuk tahun2003 dan 2004, yang hasilnya tersaji pada Tabel 1.4.

Page 11: RI-PIKM_BukuII

5

Tabel 1.4Proyeksi PDB IKM tahun 2002-2004

(Rp. juta)

NO. URAIAN 2002 2003 2004

INDUSTRI KECIL MENENGAH 40.766.940 44.165.566 48.256.216

1. IKM Pangan 9.485.260 10.368.239 11.034.393

2. IKM Sandang 6.231.785 6.898.363 7.357.271

3. IKM Kimia Bahan Bangunan 13.239.012 13.743.705 15.169.328

4. IKM Logam dan Elektronika 7.260.082 8.123.745 9.226.785

5. IKM Kerajinan 4.550.802 5.031.513 5.468.440

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) diolah Ditjen IDKM

Sama hasilnya seperti perhitungan PDB proyeksi perkembangan unit usaha sertatenaga kerja industri kecil menengah untuk tahun 2003 dan 2004 dihitungberdasarkan angka populasi unit usaha, tenaga kerja dan nilai produksi tahun1998-2004 seperti yang tersaji pada Tabel 1.5 s/d Tabel 1.10.

Tabel 1.5.Perkembangan Unit Usaha Industri Kecil Menengah

tahun 1998-2001 (unit)

NO. URAIAN 1998 1999 2000 2001

INDUSTRI KECIL MENENGAH 2.114.400 2.536.220 2.724.670 2.885.820

1. IKM Pangan 721.490 838.947 897.629 950.3252. IKM Sandang 175.995 223.089 213.497 303.7673. IKM Kimia Bahan Bangunan 422.077 522.777 548.278 536.7604. IKM Logam dan Elektronika 61.030 60.145 59.634 57.7335. IKM Kerajinan 733.809 891.262 1.005.632 1.037.235

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) diolah Ditjen IDKM

Tabel 1.6.Proyeksi Unit Usaha Industri Kecil Menengah

tahun 2002-2004 (unit)

NO. URAIAN 2002 2003 2004

INDUSTRI KECIL MENENGAH 2.901.454 2.988.519 3.078.202

1. IKM Pangan 978.834 1.008.199 1.038.445

2. IKM Sandang 312.880 322.267 331.935

3. IKM Kimia Bahan Bangunan 552.863 569.449 586.533

4. IKM Logam dan Elektronika 61.853 63.730 65.669

5. IKM Kerajinan 995.024 1.024.874 1.055.621

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) diolah Ditjen IDKM

Page 12: RI-PIKM_BukuII

6

Tabel 1.7Perkembangan Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah

tahun 1998-2001 (ribu orang)

NO. URAIAN 1998 1999 2000 2001

INDUSTRI KECIL MENENGAH 8.329,53 10.135,52 10.708,42 11.363,76

1. IKM Pangan 2.457,95 3.064,56 3.129,10 3.342,45

2. IKM Sandang 1.628,59 1.848,93 1.813,05 2.116,91

3. IKM Kimia Bahan Bangunan 2.307,80 2.797,42 2.990,08 3.023,25

4. IKM Logam dan Elektronika 590,08 626,06 614,46 655,51

5. IKM Kerajinan 1.345,11 1.798,55 2.161,73 2.225,64

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) diolah Ditjen IDKM

Tabel 1.8Proyeksi Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah

tahun 2002-2004 (ribu orang)

NO. URAIAN 2002 2003 2004

INDUSTRI KECIL MENENGAH 11.919,15 12.515,11 13.140,86

1. IKM Pangan 3.509,57 3.685,05 3.869,30

2. IKM Sandang 2.222,76 2.333,90 2.450,59

3. IKM Kimia Bahan Bangunan 3.174,42 3.333,14 3.499,79

4. IKM Logam dan Elektronika 688,28 722,70 758,83

5. IKM Kerajinan 2.324,12 2.440,33 2.562,34

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) diolah Ditjen IDKM

Tabel 1.9Perkembangan Nilai Produksi Industri Kecil Menengah tahun 1998-2001

Menurut Harga Konstan tahun 1993 (Rp juta)

NO. URAIAN 1998 1999 2000 2001

INDUSTRI KECIL MENENGAH 87.777.433 93.606.297 100.453.677 94.893.822

1. IKM Pangan 31.993.127 28.653.283 28.930.188 27.589.516

2. IKM Sandang 9.548.948 11.502.744 15.413.056 15.996.143

3. IKM Kimia Bahan Bangunan 28.746.039 30.223.172 33.865.111 28.720.149

4. IKM Logam dan Elektronika 11.711.649 12.075.717 14.038.876 15.473.954

5. IKM Kerajinan 5.777.670 11.151.381 8.206.446 7.114.060

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) diolah Ditjen IDKM

Page 13: RI-PIKM_BukuII

7

Tabel 1.10Proyeksi Nilai Produksi Industri Kecil Menengah tahun 2002-2004

Menurut Harga Konstan tahun 1993 (Rp juta)

NO. URAIAN 2002 2003 2004

INDUSTRI KECIL MENENGAH 103.163.702 112.218.793 122.140.657

1. IKM Pangan 29.763.182 32.108.159 34.637.953

2. IKM Sandang 17.346.925 18.813.552 20.406.110

3. IKM Kimia Bahan Bangunan 30.862.385 33.176.451 35.677.001

4. IKM Logam dan Elektronika 17.383.219 19.546.402 21.998.667

5. IKM Kerajinan 7.807.991 8.574.230 9.420.926

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) diolah Ditjen IDKM

Page 14: RI-PIKM_BukuII

8

BAB II

PROGRAM PENGEMBANGANINDUSTRI KECIL MENENGAH PENGGERAK PEREKONOMIAN DAERAH

2.1. UMUM

a. Pengertian, Ciri/Kriteria dan Lingkup Komoditi Prioritas

1) Pengertian:IKM Penggerak Perekonomian Daerah adalah industri yang memproduksibarang dan jasa yang menggunakan bahan baku utamanya berbasis padapendayagunaan sumber daya alam, bakat dan karya seni tradisional daridaerah setempat.

2) Ciri/Kriteria:

(1) Bahan bakunya mudah diperoleh, utamanya karena tersedia didaerah.

(2) Menggunakan teknologi sederhana sehingga mudah dilakukan alihteknologi.

(3) Keterampilan dasar umumnya sudah dimiliki secara turun temurun.(4) Bersifat padat karya atau menyerap tenaga kerja yang cukup

banyak.(5) Peluang pasar cukup luas, sebagian besar produknya terserap di

pasar lokal/domestik dan tidak tertutup sebagian lainnya berpotensiuntuk diekspor.

(6) Beberapa komoditi tertentu memiliki ciri khas terkait dengan karyaseni budaya daerah setempat

(7) Melibatkan masyarakat ekonomi lemah setempat.(8) Secara ekonomis menguntungkan.

3) Lingkup Komoditi Prioritas :

(1) Makanan ringan.(2) Sutera alam.(3) Penyamakan kulit.(4) Minyak sawit (CPO-IKM).(5) Pupuk (alam dan organik).(6) Garam.(7) Genteng.(8) Alsintani dan pande besi.(9) Kapal < 100 GT.

Page 15: RI-PIKM_BukuII

9

(10) Motorisasi kapal nelayan.(11) Alat pertanian tradisional.(12) Tenun tradisional.(13) Perhiasan.(14) Anyaman.

b. Misi serta Tujuan

1) Memanfaatkan potensi SDA andalan lokal secara optimal, masyarakatIKM setempat dan sebagai pemasok utama pasar lokal.

2) Meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah.3) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.4) Memperluas kesempatan kerja (mengurangi pengangguran).5) Melestarikan dan mengembangkan seni tradisional budaya daerah.6) Mengisi kebutuhan pasar lokal, domestik dan ekspor.7) Meningkatkan perolehan devisa.8) Memajukan daerah.

c. Target Group Pembinaan dan Pengembangan

1) Sasaran pembinaan kelompok masyarakat meliputi: petani, nelayan,masyarakat pedesaan dan kelompok pencari kerja lainnya.

2) Sasaran lokasi pengembangan yang secara geografis memerlukanpenanganan yang lebih intensif antara lain: daerah perbatasan, daerahterbelakang, Kawasan Timur Indonesia, kantong-kantong penganggurandi perkotaan serta daerah pedesaan yang potensial untuk dibina.

d. Kondisi Umum Saat Ini

1) Lingkungan Internal

Kekuatan

(1) Bahan baku tersedia di pasaran setempat/mudah diperoleh.(2) Keterampilan dasar sudah dimiliki secara turun temurun.(3) Teknologi tersedia dan mudah untuk dikuasai atau ditransfer.(4) Dapat dijadikan usaha andalan/mata pencaharian masyarakat

banyak.(5) Adanya dukungan kebijakan dan program dari swasta maupun

semua tataran pemerintahan.

Kelemahan

(1) Manajemen, teknologi dan mesin/peralatan yang digunakan masihsederhana sehingga kurang efisien.

(2) Mutu produk beragam dan belum ada standarisasi.(3) Akses informasi pasar masih terbatas/belum dikuasai.(4) Kemasan belum memenuhi persyaratan teknis dan tidak menarik

konsumen.

Page 16: RI-PIKM_BukuII

10

2) Lingkungan Eksternal

Peluang

(1) Pangsa pasar dalam negeri cukup luas.(2) Fundamental ekonomi makro Indonesia mulai membaik(3) Dapat dikembangkan untuk pasar ekspor.

Tantangan/Ancaman

(1) Daya saing produk masih lemah.(2) Persaingan semakin ketat baik dari produksi dalam negeri maupun

barang impor.(3) Iklim usaha belum kondusif bila dibandingkan fasilitasi negara-

negara pesaing terhadap IKM-nya.(4) Kebijakan pemerintah di berbagai bidang seperti tarif BBM, tarif

transport dan tarif listrik telah meningkatkan biaya yang tidak kecil.(5) Pemahaman/interpretasi otoda belum terstandardisasi antar daerah

menjadikan iklim usaha tidak kondusif.

e. Sasaran Pengembangan Tahun 2003 - 2004

1) Kualitatif

(1) Tersedianya informasi peluang pasar dalam negeri untuk berbagaikelompok dan komoditi industri dengan teknologi sederhana.

(2) Terbukanya kesempatan usaha baru dengan bahan baku berbasisSDA setempat.

(3) Meningkatnya nilai tambah/pendapatan yang diterima perajin.(4) Mengurangi pengangguran.(5) Meningkatnya daya saing industri dengan melakukan penerapan

teknologi produksi sederhana dan mudah dikuasai untukdiversifikasi produk dan desain dalam membuat inovasi.

(6) Tersedianya bahan baku alternatif yang dapat dijadikan sebagaipilihan.

(7) Meningkatnya bantuan permodalan, perpajakan, dan insentiflainnya.

(8) Meningkatnya informasi untuk pengembangan manajemen maupunmutu produk.

(9) Tumbuh dan berkembangnya perekonomian daerah.

2) Kuantitatif

Sasaran kuantitatif pengembangan industri penggerak perekonomiandaerah dapat dilihat pada Tabel 2.1 :

Page 17: RI-PIKM_BukuII

11

Tabel 2.1Sasaran Peningkatan Jumlah Unit Usaha,

Penyerapan Tenaga Kerja dan Nilai ProduksiIKM Penggerak Perekonomian Daerah

tahun 2003 - 2004

UNIT USAHA (Unit) TENAGA KERJA (Orang) NILAI PRODUKSI (Juta Rp.)

Proyeksi Proyeksi ProyeksiNO INDUSTRI Posisi2002 2003 2004

Posisi2002 2003 2004

Posisi2002 2003 2004

1 Makanan Ringan 66.288 68.277 70.325 240.650 252.680 265.310 1.996.2

012.154.3

142.324.9

53

2 Sutera Alam 32.547 33.524 34.530 187.870 197.260 207.120 347.898 374.068 402.212

3 Penyamakan Kulit 386 398 405 12.050 12.650 13.280 141.367 148.638 156.279

4 CPO-IKM 10 10 11 10.330 10.850 11.390 1.114.607

1.222.613

1.341.084

5 Pupuk 412 425 437 9.660 10.150 10.660 142.133 152.407 163.481

6 Garam 2.866 2.952 3.041 30.190 31.700 33.290 156.239 170.333 185.734

7 Genteng 197.909 203.846 209.962 941.710 988.800 1.038.2

403.870.1

774.095.5

054.334.3

13

8 Alsintani 404 416 429 5.230 5.490 5.760 32.403 36.214 40.506

9 Motorisasi Kapal Nelayan 2.516 2.591 2.669 17.110 17.960 18.860 83.604 91.003 99.166

10 Kapal < 100 GT 2.010 2.070 2.132 26.370 27.690 29.070 350.150 386.214 426.446

11 Mesin alat pertaniantradisional

24.324 25.054 25.806 66.360 69.680 73.160 467.352 496.130 526.721

12 Tenun Tradisional 185.458 191.021 196.752 381.840 400.930 420.980 1.119.1

541.219.6

501.329.4

61

13 Perhiasan 18.955 19.524 20.110 49.400 51.870 54.460 866.379 947.801 1.037.2

94

14 Anyaman 659.967 679.766 700.159 1.087.8

101.142.2

001.199.3

101.567.7

961.705.6

221.855.7

96

f. Arah Pengembangan

Pengembangan IKM penggerak perekonomian daerah diarahkan pada :

1) Menetapkan suatu kerangka kebijakan pengembangan IKM penggerakperekonomian daerah yang selaras antara kebijakan pengembangan IKMnasional dan kebijakan pembangunan di daerah.

2) Meningkatkan IKM penggerak pembangunan daerah di bidang teknologi,manajemen dan kualitas SDM yang didukung oleh berbagai pihak:Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, BUMN, BUMD dan lembaga-lembaga terkait.

3) Memperluas kesempatan berusaha dan kesempatan kerja di daerahsehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya didaerah.

Page 18: RI-PIKM_BukuII

12

4) Memperluas jangkauan pasar, dari lokal menjadi pasar antar provinsibahkan pasar ekspor melalui peningkatan daya saing dan informasi pasarluar negeri.

g. Kebijakan Pengembangan

Untuk mewujudkan visi, misi dan arah pengembangan IKM penggerakperekonomian daerah ditetapkan kebijakan sebagai berikut :

1) Pengembangan industri ditekankan pada upaya optimalisasi penggunaansumber daya alam lokal untuk meningkatkan nilai tambah, memperkuatstruktur industri, memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri danmemperkuat daya saing produk terutama dalam pasar bebas AFTA tahun2003.

2) Selalu mengacu kepada pengaruh lingkungan internal dan eksternal, yaitufaktor-faktor kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yangdimiliki masing-masing komoditi terpilih dari kelompok IKM penggerakperekonomian daerah.

3) Memperkuat struktur industri melalui hubungan vertikal hulu hilir antarapemasok/penghasil dengan pengguna bahan baku dan hubungankemitraan antara lembaga terkait dengan IKM atau antara perusahaanbesar dengan IKM terpilih.

4) Menciptakan iklim usaha yang semakin kondusif, antara lain:kemudahan-kemudahan yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan, fasilitasi untuk dukungan akses permodalan, akses pasar, aksesteknologi informasi, peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan danpelatihan.

h. Strategi Pengembangan

Berdasarkan misi yang diemban, strategi pengembangan industri ini ditempuhmelalui 2 langkah, yaitu:

1) Meningkatkan Permintaan (Pull Factors):

(1) Memperkuat hubungan kemitraan antara IKM (yang termasukpenggerak perekonomian daerah) dengan industri besar/BUMNmaupun lembaga-lembaga pendukung permodalan dan pemasaran.

(2) Menciptakan kebijakan iklim usaha yang lebih kondusif seperti:peraturan pajak, bea masuk, distribusi, pemberian insentif,kemudahan kredit, dll.

(3) Memberikan dukungan litbang dan prasarana serta fasilitasipromosi dan pemasaran baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

2) Meningkatkan Pengembangan Usaha (Push Factors):

(1) Menjaga kontinuitas dan standarisasi mutu bahan baku.

Page 19: RI-PIKM_BukuII

13

(2) Memperbaiki dan meningkatkan produktivitas mesin/peralatan.(3) Meningkatkan kualitas SDM.(4) Fasilitasi akses permodalan, informasi dan pemasaran.

Penerapan strategi disesuaikan dengan kemampuan internal (kekuatan dankelemahan) di IKM masing-masing daerah serta faktor-faktor eksternal(peluang dan ancaman) untuk setiap komoditi IKM penggerak perekonomiandaerah.

i. Program Pengembangan

1) Pengembangan Teknologi(1) Pengenalan/sosialisasi teknologi pengolahan yang lebih baik.(2) Bantuan peralatan pengolahan bagi IKM tertentu.(3) Fasilitasi pengembangan mutu.

2) Peningkatan kualitas SDM

(1) Memberi bimbingan dan pelatihan teknis/keterampilan danpeningkatan manajemen.

(2) Sosialisasi peraturan-peraturan menyangkut IKM.(3) Sosialisasi penemuan balai-balai penelitian.

3) Fasilitasi Bantuan Permodalan

Fasilitasi akses terhadap lembaga permodalan Bank/Non Bank.

4) Bantuan Pemasaran

(1) Fasilitasi pendirian trading house.(2) Fasilitasi penyediaan informasi pasar dan peningkatan teknologi

informasi.(3) Fasilitasi untuk mengikuti pameran.

5) Memfasilitasi Kerjasama/Kemitraan

Fasilitasi kemitraan antara BUMN/Swasta besar dengan IKM.

6) Iklim dan Sarana Usaha

(1) Fasilitasi penyediaan sarana dan prasarana usaha.(2) Penyusunan dan peninjauan kembali kebijakan dan peraturan yang

membantu IKM (penciptaan iklim usaha yang kondusif).

7) Pemanfaatan hasil Litbang dan Peningkatan Mutu Produk

(1) Penyediaan jasa pengujian dan assessment mutu produk.(2) Sosialisasi penemuan yang baru dari Balai-balai Litbang.

2.2. PENGEMBANGAN IKM PENGGERAK PEREKONOMIAN DAERAH PERKELOMPOK KOMODITI.

Page 20: RI-PIKM_BukuII

14

a. Industri Makanan Ringan

1) Keadaan Spesifik

(1) Kurang memperhatikan aspek higienis.(2) Masih ada penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) tidak

benar/bahan tambahan yang dilarang.(3) Pengelolaan/manajemen usaha masih sederhana.(4) Mutu sangat beragam dan masih banyak yang belum memenuhi

standar.(5) Kemasan sangat sederhana, tidak menarik dan label tidak sesuai

dengan isi.(6) Masuknya produk-produk makanan ringan dari negara lain yang

mempunyai daya saing cukup tinggi.

2) Sasaran Pengembangan

Sasaran peningkatan jumlah Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usahadan Tenaga Kerja yang ingin dicapai pada tahun 2003-2004, tersaji padaTabel 2.2 :

Tabel 2.2Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha dan

Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah Makanan Ringantahun 2003 – 2004

SASARANNO. INDIKATOR POSISI

2002 2003 2004LAJU PERTUMBUHAN/THN

1. Nilai Tambah (Rp. Juta) 532.508 581.400 619.926 7,86%

2. Nilai Produksi (Rp Juta) 1.996.201

2.154.314

2.324.953

7,88%

3. Unit Usaha (Unit) 66.288 68.277 70.325 3,00%

4. Tenaga Kerja (Orang) 240.650 252.680 265.310 5,00%

3) Program Pengembangan tahun 2003 - 2004

(1) Peningkatan Mutu Produk dan Kemasan IKM Makanan Ringan.(a). Fasilitasi pengadaan peralatan produksi makanan ringan.(b). Bimbingan dan sertifikasi sistem mutu.(c). Pengembangan klinik pelayanan kemasan dan label.

(2) Peningkatan Sumber Daya Pemberdayaan IKM Makanan Ringan(a). TOT-GMP bagi aparat pembina di daerah.(b). TOT cleaner production industri kecil menengah pangan.

(3) Pengembangan Promosi dan Pemasaran IKM Makanan Ringan.

Page 21: RI-PIKM_BukuII

15

(a). Partisipasi pamasaran.(b). Penyediaan dan penyusunan informasi bisnis IKM makanan

ringan.(c). Fasilitasi pendirian pusat pelayanan bisnis makanan ringan.

(4) Pengembangan Iklim Usaha IKM Makanan Ringan.(a). Fasilitasi kerjasama antara IKM dengan perusahaan besar.(b). Pemasyarakatan peraturan mengenai makanan ringan.

4) Lokasi Pengembangan

(1) Deli Serdang – Sumatera Utara.(2) Tanjung Karang – Lampung.(3) Ciamis, Bandung – Jawa Barat.(4) Kebumen, Salatiga - Jawa Tengah.(5) Kota Yogyakarta – DI Yogyakarta.

b. Industri Sutera Alam

1) Keadaan Spesifik

(1) Tingkat utilitas produksi benang sutera rendah.(2) Belum menggunakan teknologi tepat guna yang memadai.(3) Bahan baku kokon yang berasal dari petani tidak mampu memenuhi

kebutuhan industri pemintalan baik kualitas maupun kuantitas.(4) Bahan baku benang yang berasal dari industri pemintalan tidak

mampu memenuhi permintaan industri pertenunan.(5) Ancaman negara pesaing (China, Thailand dan India).(6) Harga produk sutera impor lebih murah.

2) Sasaran Pengembangan

Sasaran peningkatan jumlah Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usahadan Tenaga Kerja tahun 2003 – 2004 yang ingin dicapai, tersaji padaTabel 2.3 berikut :

Tabel 2.3 Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha

dan Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah Sutera Alamtahun 2003 – 2004

SASARANNO.

INDIKATOR POSISI2002 2003 2004

LAJU PERTUMBUHAN/THN

1. Nilai Tambah (Rp. Juta) 91.286 98.768 105.650 8,66%

2. Nilai Produksi (Rp Juta) 347.898 374.068 402.212 8,48%

Page 22: RI-PIKM_BukuII

16

3. Unit Usaha (Unit) 32.547 33.524 34.530 3,00%

4. Tenaga Kerja (Orang) 187.870 197.260 207.120 5,00%

3) Program Pengembangan

(1) Penerapan teknologi tepat guna.(2) Fasilitasi kemitraan suplai bahan baku.(3) Pengembangan desain.(4) Bantuan tenaga ahli desain dan pengembangan produk sutera.(5) Penerapan teknis pencelupan dengan menggunakan cat warna alam

dan alternatif lainnya(6) Promosi Pemasaran(7) Promosi penggunaan merek sendiri dan pendaftaran HaKI.(8) Pengembangan BDS.(9) Pengembangan layanan informasi.

4) Lokasi Pengembangan

(1) Kab. Wajo, Enrekang, Soppeng – Sulawesi Selatan.(2) Kab. Garut, Sukabumi, Tasik Malaya – Jawa Barat.(3) Kab. Boyolali, Purworejo, Magelang, Banyumas, Pemalang – Jawa

Tengah.(4) Kab. Sleman, Kota Yogyakarta – DI. Yogyakarta.(5) Kab. Tanah Datar – Sumatera Barat.(6) Kota Denpasar – Bali.

c. Industri Penyamakan Kulit

1) Keadaan Spesifik

(1) Tingkat utilitas produksi penyamakan rendah.(2) Suplai kulit mentah dalam negeri terbatas.(3) Mesin peralatan umumnya relatif tua.(4) Kualitas produksi kulit samak belum memenuhi persyaratan industri

besar.(5) Persaingan yang ketat dengan negara pesaing, seperti: Korea.(6) Pencemaran lingkungan.

2) Sasaran Pengembangan

Sasaran peningkatan jumlah Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usahadan Tenaga Kerja tahun 2003 – 2004, disajikan pada Tabel 2.4 berikut :

Page 23: RI-PIKM_BukuII

17

Tabel 2.4Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha,

Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah Penyamakan Kulittahun 2003 – 2004

SASARAN

NO. INDIKATORPOSISI

2002 2003 2004

LAJU PERTUMBUHAN/THN

1. Nilai Tambah (Rp. Juta) 43.379 48.907 47.968 8,66%

2. Nilai Produksi (Rp. Juta) 141.367 148.636 156.279 8,46%

3. Unit Usaha (Unit) 386 398 405 3,00%

4. Tenaga Kerja (Orang) 12.050 12.650 13.280 5,00%

3) Program Pengembangan

(1) Fasilitasi pengadaan bahan baku dari berbagai sumber di luarnegeri.

(2) Fasilitasi kemitraan dalam rangka peningkatan produksi danpemasaran.

(3) Fasilitasi relokasi industri.(4) Penyusunan panduan pengolahan limbah.(5) Penerapan cleaner production/teknologi produksi bersih.(6) Penerapan Sertifikasi Penerapan Sistem Mutu (SPSM)/ISO 9000.(7) Fasilitasi pendirian sarana untuk proses penyamakan kulit, dari kulit

mentah hingga menjadi wet blue (beam house).(8) Diversifikasi bahan baku kulit hewan lain seperti: kulit ikan, kulit

reptil dan lainnya.

4) Lokasi Pengembangan

(1) Kab. Padang Panjang – Sumatera Barat.(2) Kota Jakarta Barat –DKI Jakarta(3) Kab. Sukaregang (Garut) – Jawa Barat.(4) Kab. Batang – Jawa Tengah.(5) Kab. Bantul, Kota Yogyakarta – DI. Yogyakarta.(6) Kab. Magetan – Jawa Timur.(7) Kab. Kupang – Nusa Tenggara Timur.(8) Kota Medan – Sumatera Utara.

Page 24: RI-PIKM_BukuII

18

(9) Papua

d. Industri Pengolahan Minyak Sawit (CPO-IKM)

Hasil dari pengolahan minyak sawit ini misalnya adalah minyak goreng sawit,sabun, margarine, oleo kimia, bio gas, bio diesel, dan bio lubricant.

1) Keadaan Spesifik

(1) CPO digunakan sebagai bahan baku utama untuk produk industriminyak.

(2) Posisi tawar petani/pekebun kelapa sawit rakyat rendah, karenahasil TBS perkebunan rakyat masih diolah pada pabrik pengolahanindustri besar.

(3) Keinginan petani perkebunan rakyat dan dunia usaha untukmengelola pabrik CPO mini sangat besar. Luas areal perkebunanrakyat ± 1 juta Ha akan mampu menghasilkan 3 juta ton CPO pertahun apabila memiliki industri pengolah CPO IKM sendiri dengankapasitas/skala antara 500 kilo TBS per jam sampai dengan 3 tonTBS per jam.

(4) Telah mulai dihasilkan teknologi tepat guna permesinan CPO Minidalam negeri yang telah terandalkan.

(5) Sebuah pabrik mini akan dapat menyerap tenaga kerja ± 20 orangper unit dengan melibatkan ± 200 kepala keluarga sehingga mampumenumbuhkan usaha baru.

(6) Akan menjadi penggerak sektor ekonomi lainnya di daerah.(7) Bantuan mesin dan peralatan pendirian minyak goreng terpadu dari

produk olahan CPO

2) Sasaran Pengembangan

Sasaran peningkatan jumlah Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usahadan Tenaga Kerja tahun 2003–2004 disajikan pada Tabel 2.5 berikut

Tabel 2.5Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha

dan Tenaga Kerja Pengolahan Minyak Sawit (CPO-IKM) tahun 2003 – 2004

SASARAN

NO. INDIKATORPOSISI

2002 2003 2004

LAJU PERTUMBUHAN/THN

1. Nilai Tambah (Rp. Juta) 275.241 283.842 331.349 7,04%

2. Nilai Produksi (Rp. Juta) 1.114.607 1.222.613 1.341.084 7,52%

3. Unit Usaha (Unit) 10 10 11 3,00%

Page 25: RI-PIKM_BukuII

19

4. Tenaga Kerja (Orang) 10.330 10.850 11.390 5,00%

3) Program Pengembangan

(1) Promosi investasi mini plant CPO IKM.(2) Kajian pemasaran/perdagangan dan distribusi CPO IKM.(3) Pilot project pendirian industri minyak goreng terpadu dari produk

olahan CPO, di Kab. Pasaman, Deli Serdang dan Lampung Selatan.(4) Pilot project pendirian industri CPO – IKM terpadu di Kab.

Lampung Selatan, Mamuju, Pasir dan Sanggau.(5) Pengembangan industri pupuk kompos berbahan baku tandan

kelapa sawit.(6) Pengembangan industri biodiesel dan biolubricant bahan baku CPO

untuk skala IKM.

4) Lokasi Pengembangan

(1) Kab. Aceh Selatan, Kab. Aceh Timur, Kab. Aceh Barat, Kab. AcehUtara – Nanggore Aceh Darusalam.

(2) Kab. Tapanuli Selatan, Kab. Tapanuli Tengah, Kab. Tapanuli Utara,Kab. Labuhan batu, Kab. Asahan, Kab. Simalungun, Kab. DeliSerdang – Sumatera Utara.

(3) Kab. Pesisir Selatan, Kab. Sawahlunto/Sijunjung, Kab. Pasaman,Kab. Solok, Kab. Agam – Sumatera Barat.

(4) Kab. Batanghari, Kab. Bungo Tebo, Kab. Tanjung Jabung, Kab.Sarolangun Bangko – Jambi.

(5) Kab. Bengkulu Utara, Kab. Bengkulu Selatan – Bengkulu.(6) Kab. Lampung Selatan, Kab. Lampung Tengah. Kab. Lampung

Utara, Kab. Lampung Barat, Kab. Tulang Bawang – Lampung.(7) Kab. Sanggau, Kab. Ketapang, Kab. Sintang, Kab. Sambas, Kab.

Pontianak – Kalimantan Barat.(8) Kab. Kota Waringin Barat, Kab. Kota Waringin Timur, Kab. Barito

Utara – Kalimantan Tengah.(9) Kab. Pasir, Kab. Kutai – Kalimantan Timur.(10) Kab. Poso - Sulawesi Tengah.(11) Kab. Luwu, Kab. Mamuju – Sulawesi Selatan.(12) Kab. Manokwari, Kab. Jayapura – Papua .

e. Industri Pupuk (Alam dan Organik)

1) Keadaan Spesifik

(1) Mutu produk pupuk skala kecil menengah belum terjaminkonsistensi kandungan haranya.

(2) Masih sederhananya peralatan produksi yang dimiliki IKM.(3) Belum disosialisasikannya standar mutu (SNI) pupuk IKM.

Page 26: RI-PIKM_BukuII

20

(4) Berkembangnya agro industri, meningkatkan kebutuhan penyediaanpupuk alternatif yang diproduksi oleh produsen pupuk skala kecilmenengah.

(5) Perlu adanya pengaturan yang serasi antara produsen pupuk besardengan produsen pupuk IKM.

(6) Masih lemah didalam masalah permodalan

2) Sasaran Pengembangan

Sasaran peningkatan jumlah Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usahadan Tenaga Kerja tahun 2003 – 2004 disajikan pada Tabel 2.6 berikut

Tabel 2.6Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha,

Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah Pupuktahun 2003 – 2004

SASARAN

NO. INDIKATORPOSISI

2002 2003 2004

LAJU PERTUMBUHAN/THN

1. Nilai Tambah (Rp. Juta) 30.325 31.357 35.777 7,04%

2. Nilai Produksi (Rp. Juta) 142.133 152.407 163.481 7,52%

3. Unit Usaha (Unit) 412 425 437 3,00%

4. Tenaga Kerja (Orang) 9.660 10.150 10.660 5,00%

3) Program Pengembangan

(1) Peningkatan keterampilan pembuatan pupuk IKM.(2) Sosialisai SNI pupuk IKM di wilayah Jawa dan Sumatera.(3) Pengadaan peralatan dan sarana laboratorium uji pupuk di Jatim

(Kab. Sidoarjo).(4) Peningkatan kemitraan antara pengusaha pupuk IKM dengan

BUMN Pupuk dan PTP(5) Menghilangkan peraturan yang menghambat peredaran pupuk IKM

dalam upaya mendukung sektor pertanian dan perkebunan.(6) Fasilitasi sertifikasi SNI khususnya SNI wajib bagi IKM pupuk.

4) Lokasi Pengembangan(1) Provinsi NAD(2) Provinsi Sumatera Utara.(3) Provinsi Lampung.(4) Provinsi Banten(5) Provinsi DKI Jakarta(6) Provinsi Jawa Barat.(7) Provinsi Jawa Tengah.(8) Provinsi DI. Yogyakarta.

Page 27: RI-PIKM_BukuII

21

(9) Provinsi Jawa Timur.(10) Provinsi Bali(11) Provinsi Nusa Tenggara Barat(12) Provinsi Sulawesi Utara(13) Provinsi Sulawesi Tengah(14) Provinsi Sulawesi Selatan

f. Industri Garam

1) Keadaan Spesifik(1) Umumnya kualitas garam rakyat masih rendah, sehingga tidak

dapat diproses secara langsung untuk garam beryodium (garamkonsumsi).

(2) Peralatan produksi garam beryodium (IKM) masih sederhana.(3) Masih kurangnya kesadaran produsen garam beryodium untuk

produksi sesuai dengan SNI 01-3556-1994.(4) Masih adanya produsen garam beryodium yang belum memiliki ijin

industri tetapi telah memasarkan hasil produksinya.(5) Masih rendahnya kesadaran konsumen untuk mengkonsumsi garam

beryodium.(6) Kualitas garam impor lebih baik dan harganya lebih murah,

sehingga impor garam curah dari luar negeri, khususnya Australia,India dan RRC makin meningkat dari tahun ke tahun.

2) Sasaran Pengembangan

Sasaran peningkatan jumlah Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usahadan Tenaga Kerja tahun 2003–2004 disajikan pada Tabel 2.7 berikut:

Tabel 2.7Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Nilai Produksi,

Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah Garam tahun 2003 – 2004

SASARAN

NO. INDIKATORPOSISI

2002 2003 2004

LAJU PERTUMBUHAN/THN

1. Nilai Tambah (Rp. Juta) 51.852 53.703 60.452 7,04%

2. Nilai Produksi (Rp. Juta) 156.239 170.333 185.734 7,52%

3. Unit Usaha (Unit) 2.866 2.952 3.041 3,00%

4. Tenaga Kerja (Orang) 30.190 31.700 33.290 5,00%

3) Program Pengembangan

(1) Membantu peningkatan produktivitas dan kualitas garam rakyat diNTB, NTT, Sulteng, NAD.

Page 28: RI-PIKM_BukuII

22

(2) Peningkatan kemampuan pengemasan dan yodisasi untuk IKMgaram di provinsi NTT, NTB, Sulteng, NAD.

(3) Pelatihan peningkatan mutu IKM garam di provinsi Jabar, Banten,Jateng dan Jatim.

(4) Sosialisasi penerapan mutu garam beryodium terhadap petaniprodusen dan pedagang di 2 provinsi (Jatim, Jateng).

(5) Monitoring dan evaluasi industri IKM garam yang tidak memilikiijin.

4) Lokasi Pengembangan

(1) Kab. Aceh Utara, Kab. Pidie – Nanggroe Aceh Darusalam(2) Kab./Kota Tangerang – Banten(3) DKI Jakarta.(4) Kab. Indramayu, Kab. Cirebon – Jawa Barat.(5) Kab. Pati, Kab. Rembang – Jawa Tengah.(6) Kab. Sampang, Kab. Pamekasan, Kab. Pasuruan – Jawa Timur.(7) Kab. Bima, Kab, Sumbawa – Nusa Tenggara Barat.(8) Kab. Ngada, Kab. Ende – Nusa Tenggara Timur.(9) Kab. Takalar, Kab. Jeneponto – Sulawesi Selatan.

g. Industri Genteng

1) Keadaan Spesifik

(1) Umumnya kualitas genteng yang diproduksi IKM mutunya masihrendah.

(2) Peralatan dan mesin produksi yang digunakan IKM masihsederhana.

(3) Masih kurangnya kesadaran produsen genteng dalam menerapkanSNI.

(4) Diberlakukannya perdagangan bebas akan memberikan peluangproduk genteng untuk memperluas pemasarannya.

(5) Masuknya produk genteng terutama dari Itali perlu diwaspadai olehindustri genteng dalam negeri.

2) Sasaran PengembanganSasaran peningkatan jumlah Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usahadan Tenaga Kerja tahun 2003–2004 disajikan pada Tabel 2.8 berikut:

Tabel 2.8Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha dan

Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah Gentengtahun 2003 – 2004

SASARANNO. INDIKATOR

POSISI2002 2003 2004

LAJUPERTUM

BUHAN/THN

Page 29: RI-PIKM_BukuII

23

1. Nilai Tambah (Rp. Juta) 2.602.114 2.709.748 2.911.136 7,04%

2. Nilai Produksi (Rp. Juta) 3.870.177 4.095.505 4.334.313 7,52%

3. Unit Usaha (Unit) 197.909 203.846 209.962 3,00%

4. Tenaga Kerja (Orang) 941.710 988.800 1.038.240 5,00%

3) Program Pengembangan

(1) Sosialisasi dan penerapan SNI genteng(2) Meningkatkan mutu dan desain produk melalui penyediaan tenaga

ahli, instruktur dan fasilitator.(3) Melaksanakan pelatihan teknis, magang dan studi banding untuk

meningkatkan kemampuan teknis dan desain.(4) Fasilitasi akses permodalan dan pemasaran.

4) Lokasi Pengembangan

(1) Kab. Cirebon – Jawa Barat.(2) Kab. Jepara – Jawa Tengah.(3) Kab. Malang – Jawa Timur.(4) Kab. Bima – Nusa Tenggara Barat.(5) Kab. Deli Serdang – Sumatera Utara.(6) Kab. Makasar – Sulawesi Selatan.(7) Kab. Pandeglang – Banten.(8) Kab. Bantul – DI Yogyakarta.

h. Industri Alsintani dan Pande Besi

1) Keadaan Spesifik

(1) Memproduksi alat-alat dan mesin-mesin pertanian baik denganmenggunakan teknologi tepat guna maupun modern, dalam rangkamembantu meningkatkan produktivitas sektor pertanian.

(2) Produk-produk tersebut antara lain: hand tractor, reaper, tresher dancasava mills.

(3) Pandai besi membuat alat-alat pertanian yang berskala kecil dandilaksanakan dengan teknologi sederhana seperti: cangkul, sekop

(4) Masih berorientasi pada pasar dalam negeri.(5) SDM yang handal sesuai dengan kebutuhan sulit ditemukan.(6) Penguasaan teknologi manufaktur modern jumlahnya masih

terbatas.(7) Untuk mencapai kualitas ekspor, produk dibanyak sektor belum

memadai.(8) Tingkat kepercayaan konsumen akan kualitas dan keandalan produk

dalam negeri, terlebih lagi IKM belum juga membaik.

Page 30: RI-PIKM_BukuII

24

(9) Globalisasi memaksa produk IKM langsung harus berbenturandengan produk-produk perusahaan multinasional.

(10) Tuntutan masyarakat/konsumen akan mutu produk/hasil produksiyang kian tinggi dengan bench-mark pada produk-produk luarnegeri.

(11) Minat bekerja generasi muda di industri alsintani terus berkurang.

2) Sasaran PengembanganSasaran peningkatan jumlah Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usahadan Tenaga Kerja tahun 2003–2004 disajikan pada Tabel 2.9 berikut

Tabel 2.9Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha dan

Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah Alsintanitahun 2003 – 2004

SASARANNO. INDIKATOR

POSISI2002 2003 2004

LAJU PERTUMBUHAN/THN

1. Nilai Tambah (Rp. Juta) 13.054 14.198 15.705 12,73%

2. Nilai Produksi (Rp. Juta) 32.403 36.214 40.506 12,49%

3. Unit Usaha (Unit) 404 416 429 3,04%

4. Tenaga Kerja (Orang) 5.230 5.490 5.760 5,00%

3) Program Pengembangan

Alsintani

(1) Memperkenalkan desain-desain dan prototipe sederhana tetapibermanfaat (teknologi tepat guna).

(2) Mendorong bengkel-bengkel alsintani untuk memproduksi alat-alattersebut bekerjasama antar IKM dan atau menjalin kemitraandengan industri besar pemegang merek.

(3) Meningkatkan mutu produk melalui bantuan penyediaan tenaga ahlidan instruktur serta fasilitator.

(4) Sosialisasi dan penerapan Gugus Kendali Mutu (GKM) danStandardisasi seperti SNI dan ISO-9000.

(5) Melaksanakan pelatihan teknis, magang, studi banding dansejenisnya untuk lebih meningkatkan kemampuan teknis danmemperkenalkan budaya manufaktur.

(6) Fasilitasi pertemuan-pertemuan (business matching) diantara parapengusaha IKM yang saling terkait dan saling membutuhkan dalampeningkatan bisnisnya.

Page 31: RI-PIKM_BukuII

25

(7) Penguatan pasar spesifik alsintani di daerah-daerah SumateraSelatan, DKI Jakarta dan Jawa Timur.

(8) Memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya bagi kelompokIKM Alsintani untuk memperkuat kelembagaan dalam kaitanpengembangan usaha.

Pande Besi

(1) Memberikan bantuan tenaga ahli untuk teknologi tepat guna pandebesi dan peningkatan Quality, Cost dan Delivery (QCD).

(2) Membantu akses pinjaman modal dana bergulir.(3) Fasilitasi pembangunan pasar spesifik alat pertanian.(4) Fasilitasi pasar alat pertanian di BUMN dan pembelian pemerintah

lainnya.(5) Membantu akses kemudahan pengadaan bahan baku.

4) Lokasi Pengembangan

(1) Bengkel Alsintani : Kota Bukittinggi (Sumbar); Kab. Sidrap,Pinrang (Sulsel); Kab. Pringsewu (Lampung); Kab. Serang(Banten); Kab. Bandung (Jabar); Kab. Kulonprogo (DIY); dan Kab.Pasuruan (Jatim).

(2) Bengkel Pande Besi : Kab. Labuhan Batu, Simalungun, Nias,Tapanuli Selatan (Sumut); Kab. 50 Koto, Agam, Pasaman(Sumbar); Kota Palembang, Kab. OKI (Sumsel); Kab. Serang,Lebak (Banten); Kab. Garut, Majalengka, Bogor, Sukabumi (Jabar);Kab. Pati, Kudus, Banjarnegara, Wonosobo (Jateng); Kab.Bondowoso, Pamekasan, Lumajang, Jombang, Blitar, Bangkalan(Jatim); Kab. Karang Asem, Klungkung, Gianyar, Tabanan (Bali);Kab. Sumbawa, Lombok Tengah (NTB); Kab. Manggarai, SumbaBarat, Kota Kupang (NTT); Kab. Hulu Sungai Selatan (Kalsel);Kab. Bolaang Mongondow, Sangir Talaud (Sulut); Kab. Buton(Sultra); Kab. Poso (Sulteng) dan Kab. Gorontalo (Gorontalo).

i. Pengembangan Motorisasi Kapal Nelayan

1) Keadaan Spesifik

(1) Penggunaan kapal nelayan bermotor kecil < 100 GT belumberkembang.

(2) Sebagai sarana mekanisasi/modernisasi dengan harga yangterjangkau oleh nelayan sehingga dapat meningkatkanproduktivitas.

(3) Adanya saingan produk motor penggerak dari luar negeri menjadiancaman.

Page 32: RI-PIKM_BukuII

26

(4) Teknologi yang dikembangkan perajin kapal kayu masihtradisional.

(5) Fasilitas penunjang galangan serta peralatan produksi sebagianbesar masih manual.

(6) Peraturan tentang penyediaan kayu sebagai konstruksi kapal belumada.

(7) Terbatasnya jangkauan pelayanan/operasi kapal karena disampingukuran kapal kecil juga karena belum dimotorisasi.

(8) Kemampuan permodalan perajin kapal kayu maupun nelayanpemilik kapal rendah.

2) Sasaran Pengembangan

Sasaran peningkatan jumlah Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usahadan Tenaga Kerja tahun 2003 – 2004 disajikan pada Tabel 2.10 berikut :

Tabel 2.10Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Nilai Produksi,

Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Kecil MenengahProduksi Motorisasi Kapal Nelayan

tahun 2003 – 2004

SASARANNO. INDIKATOR

POSISI2002 2003 2004

LAJU PERTUMBUHAN/THN

1. Nilai Tambah (Rp. Juta) 41.250 44.684 49.240 12,73%

2. Nilai Produksi (Rp. Juta) 83.604 91.003 99.166 12,49%

3. Unit Usaha (Unit) 2.516 2.591 2.669 3,04%

4. Tenaga Kerja (Orang) 17.110 17.960 18.860 5,00%

3) Program Pengembangan

(1) Demo teknologi, temu bisnis, akses pasar IKM.(2) Bantuan tenaga ahli/kerjasama dengan industri motor penggerak <

100 GT.(3) Mapping penggunaan motor penggerak pada kapal nelayan.(4) Penumbuhan bengkel perawatan dan perbaikan.

4) Lokasi Pengembangan

(1) Kab. Bagansiapiapi - Riau.(2) Kab. Kuala Tungkal - Jambi.(3) Kab. OKI, Kota Palembang - Sumsel.(4) Kab. Belitung - Babel.

Page 33: RI-PIKM_BukuII

27

(5) Kab. Lampung Selatan - Lampung.(6) Kab. Indramayu - Jabar.(7) Kab. Serang - Banten.(8) Kab. Tegal - Jateng.(9) Kab. Banyuwangi - Jatim.(10) Kab. Badung - Bali.(11) Kab. Lombok Barat - NTB.(12) Kota Samarinda - Kaltim.(13) Kota Banjarmasin - Kalsel.(14) Kota Pontianak - Kalbar.(15) Kab. Bulukumba - Sulsel.(16) Kab. Donggala - Sultra.(17) Kota Kendari - Sultra.(18) Kota Menado - Sulut.(19) Kab. Kota Baru - Maluku Utara.(20) Kota Jayapura - Papua.

j. Industri Kapal ≤≤ 100 GT

1) Keadaan Spesifik

(1) Kurang tenaga trampil di bidang teknik produksi (sangattradisional).

(2) Peralatan produksi sederhana/manual.(3) Konstruksi tradisional.(4) Kualitas pembuatan kapal belum memenuhi standar kelaikan BKI.(5) Bahan baku kayu, fiberglass, aluminium, ferrocement, atau

laminasi.

2) Sasaran Pengembangan

Sasaran peningkatan jumlah Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usahadan Tenaga Kerja tahun 2003 – 2004 disajikan pada Tabel 2.11 berikut :

Tabel 2.11Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Nilai Produksi,

Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah Kapal <100 GTtahun 2003 – 2004

SASARAN

NO. INDIKATORPOSISI

2002 2003 2004

LAJU PERTUMBUHAN/THN

1. Nilai Tambah (Rp. Juta) 167.501 182.474 202.152 12,73%

Page 34: RI-PIKM_BukuII

28

2. Nilai Produksi (Rp. Juta) 350.150 386.214 426.466 12,49%

3. Unit Usaha (Unit) 2.010 2.070 2.132 3,04%

4. Tenaga Kerja (Orang) 26.370 27.690 29.070 5,00%

3) Program Pengembangan

(1) Mendorong penggunaan standar BKI dalam pembuatan kontruksikapal kayu; yang meliputi antara lain :• Menyusun panduan konstruksi kapal kayu berdasarkan BKI.• Sosialisasi panduan konstruksi ke IKM kapal kayu.• Mendorong pelatihan pembuatan kapal kayu berdasarkan BKI

dibeberapa daerah potensi melalui temu usaha bekerjasamadengan pemerintah Kabupaten/Kota.

(2) Memberikan fasilitasi pemasaran kapal seperti ke perusahaanKOPELRA, Himpunan Nelayan Indonesia (HNI), dan lain-lain.

(3) Melakukan sinergi program lain yang mendukung langsungekonomi daerah (transportasi laut, pengembangan galangan kapal,motorisasi, elektronisasi kapal, peningkatan SDM dll).

(4) Bantuan tenaga ahli.

4) Lokasi Pengembangan

(1) Kota Medan, Kab.Belawan-Sumut.(2) Kab. Bengkalis, Kota Pekanbaru-Riau.(3) Kota Padang-Sumbar(4) Kota Pelembang-Sumsel.(5) Kab. Belitung-Babel(6) Kab. Cirebon-Jabar(7) Kab. Serang-Banten(8) Kota Jakarta Utara-DKI Jakarta(9) Kab Batang-Jateng(10) Kab. Banyuwangi-Jatim(11) Kab. Badung-Bali(12) Kab Lombok Barat-NTB(13) Kota Samarinda-Kaltim(14) Kota Banjarmasin, Sanggata-Kalimantan Selatan.(15) Kota Palangkaraya-Kalimantan Tengah(16) Kota Pontianak-Kalimantan Barat(17) Kab. Bulukumba-Sulawesi Selatan(18) Kab. Buton-Sulawesi Tenggara(19) Kota Manado-Sulawesi Utara

Page 35: RI-PIKM_BukuII

29

(20) Kab. Gorontalo-Gorontalo

k. Industri Tenun Tradisional

1) Keadaan Spesifik

(1) Sebagai bahan dasar adibusana/busana resmi dan kebutuhan interiorserta cinderamata.

(2) Desain didominasi corak tradisional yang cenderung bertahandalam pola-pola tetap.

(3) Sering terjadi kelangkaan bahan baku.(4) Memerlukan desainer yang cukup banyak

2) Sasaran Pengembangan

Sasaran peningkatan jumlah Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usahadan Tenaga Kerja tahun 2003 – 2004 disajikan pada Tabel 2.12 berikut :

Tabel 2.12Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha dan

Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah Tenun Tradisional tahun 2003 – 2004

SASARAN

NO. INDIKATORPOSISI

2002 2003 2004

LAJU PERTUMBUHAN/THN

1. Nilai Tambah (Rp. Juta) 602.817 664.786 714.900 9,62%

2. Nilai Produksi (Rp. Juta) 1.119.154 1.219.650 1.329.461 9,84%

3. Unit Usaha (Unit) 185.458 191.021 196.752 3,00%

4. Tenaga Kerja (Orang) 381.840 400.930 420.980 5,00%

3) Program Pengembangan

(1) Promosi dan Pemasaran(a) Partisipasi pameran.(b) Uji coba pasar melalui outlet.(c) Penyusunan sistem informasi dan kit-kit promosi.

(2) Pengembangan SDM(a) Diklat dalam pengembangan desain dan teknik produksi.(b) Magang bagi pengusaha tenun.(c) Bantuan tenaga ahli desain dan teknik produksi dalam rangka

diversifikasi produk.

(3) Pengembangan produksi dan teknologi

Page 36: RI-PIKM_BukuII

30

(a) Sosialisasi standard mutu bahan baku.(b) Sosialisasi dan bimbingan HaKI.

(4) Pengembangan permodalan serta fasilitasi akses ke sumber-sumberpermodalan.

(5) Pengembangan kemitraan melalui temu usaha dengan instansiterkait dalam rangka pemasaran dan fasilitasi perolehan bahan baku.

(6) Pemetaan produk indikasi geografis.

4) Lokasi Pengembangan

(1) Songket dari Kota Palembang - Sumatera Selatan; KotaBukittinggi-Sumatera Barat

(2) Tapis dari Kota Bandar Lampung – Lampung; Kabupaten Agam –Sumatera Barat

(3) Ulos dari Kab. Tapanuli Utara, Kab. Toba Samosir – SumateraUtara

(4) Tenun cak-cak dari Kabupaten Gianyar - Bali.(5) Tenun ikat dari NTT; Kabupaten Jepara – Jawa Tengah; Kabupaten

Wajo; Kabupaten Luwu Utara; Kabupaten Toraja; KabupatenMamasa; Kabupaten Mamuju; Kabupaten Goa/Takalar – SulawesiSelatan; Kabupaten Buton; Kabupaten Kendari – SulawesiTenggara; Kabupaten Lombok Barat; Kabupaten Lombok Timur -NTB

l. Industri Perhiasan

1) Keadaan Spesifik

(1) Memiliki nilai budaya dan seni tradisional yang tinggi.(2) Belum mampu bersaing dengan negara-negara lain.(3) Mesin dan peralatan produksi belum memadai.(4) Produksi monoton/statis umumnya berupa sejenis batu akik

(cobochon).(5) Diversifikasi produk terbatas dengan desain yang kurang inovatif.(6) Mutu dan desain belum sepenuhnya sesuai permintaan selera pasar.(7) Informasi pasar terbatas.(8) Kurang mampu mengakses pasar langsung melalui teknologi

informasi.(9) Standarisasi mutu bahan belum ada.(10) Peluang pasar dalam negeri dan luar negeri masih belum terbuka

luas.(11) Desain produk dan diversifikasi produk akan sangat beragam bila

didukung oleh mesin dan peralatan yang memadai.

2) Sasaran Pengembangan

Page 37: RI-PIKM_BukuII

31

Sasaran peningkatan jumlah Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usahadan Tenaga Kerja tahun 2003 – 2004 disajikan pada Tabel 2.13 berikut :

Tabel 2.13Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Nilai Produksi,

Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah Perhiasantahun 2003 – 2004

SASARAN

NO. INDIKATORPOSISI

2002 2003 2004

LAJU PERTUMBUHAN/THN

1. Nilai Tambah (Rp. Juta) 234.072 258.971 282.232 9,62%

2. Nilai Produksi (Rp. Juta) 606.465 663.461 726.106 9,84%

3. Unit Usaha (Unit) 13.269 13.667 14.077 3,00%

4. Tenaga Kerja (Orang) 34.580 36.309 38.122 5,00%

3) Program Pengembangan

(1) Promosi dan pemasaran, seperti :(a) Peningkatan jumlah pameran di dalam dan luar negeri.(b) Promosi potensi batu mulia di pusat-pusat wisata kerjasama

dengan PHRI dan sektor pariwisata.(c) Penyusunan sistem informasi

(2) Mengoptimalkan potensi sumber daya alam batu mulia yang belumdigali dengan meningkatkan peran tenaga ahli dibidangpertambangan.

(3) Pengembangan keahlian tenaga kerja, khususnya dalam bidang :(a) Peningkatan kemampuan penggosok batu mulia.(b) Pengembangan kemampuan diversifikasi produk melalui

penyediaan bantuan tenaga ahli dan desainer.

(4) Pengembangan produksi dan teknologi(a) Peningkatan kemampuan penerapan manajemen mutu.(b) Pengembangan desain.(c) Bimbingan dan penyuluhan penerapan HaKI.

Page 38: RI-PIKM_BukuII

32

(5) Pengembangan kemitraan peningkatan sistem subkontraktor denganpara eksportir dan industri besar yang saling menguntungkan.

(6) Peningkatan dukungan faktor-faktor eksternal (iklim danpemasaran)

(a) Dukungan pemerintah pusat dan daerah dalam upayaperlindungan terhadap eksploitasi pengiriman bahan mentahbatu mulia ke luar negeri yang belum diolah.

(b) Mengupayakan Pengembangan Kawasan Khusus IndustriPerhiasan

4) Lokasi Pengembangan

(1) Kab. Sukabumi, Kab. Garut-Jawa Barat.(2) Kab. Pacitan-Jawa Timur.(3) Kab. Ketapang-Kalimantan Barat.(4) Kab. Langkat-Sumatera Utara.(5) Kab. Pesisir Selatan-Sumatera Barat.(6) Kab. Sarko-Jambi.(7) Kab. Pidie, Kab. Aceh Tenggara-NAD.(8) Pulau Bacan-Maluku Utara.(9) Kab Banjar, Kota Banjar Baru-Kalimantan Selatan

m. Industri Kerajinan Anyaman

1) Keadaan Spesifik

(1) Bercorak nilai budaya dan seni tradisional.(2) Mutu belum konsisten.(3) Persaingan dengan produk negara lain sangat ketat.(4) Dampak negatif dengan masuknya pedagang/investor asing ke

sentra.

2) Sasaran Pengembangan

Sasaran peningkatan jumlah Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usahadan Tenaga Kerja tahun 2003 – 2004 disajikan pada Tabel 2.14 berikut :

Tabel 2.14Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha dan

Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah Kerajinan Anyamantahun 2003 – 2004

SASARAN

NO. INDIKATORPOSISI

2002 2003 2004

LAJU PERTUMBUHAN/THN

Page 39: RI-PIKM_BukuII

33

1. Nilai Tambah (Rp. Juta) 1.069.554 1.178.611 1.263.481 9,26%

2. Nilai Produksi (Rp. Juta) 1.567.796 1.705.622 1.855.796 9,84%

3. Unit Usaha (Unit) 659.967 679.766 700.159 3,00%

4. Tenaga Kerja (Orang) 1.087.810 1.142.200 1.199.310 5,00%

3) Program Pengembangan Anyaman Rotan, Bambu, Mendong, Purun danAgel.

(1) Promosi dan pemasaran(a). Peningkatan jumlah pameran di dalam dan di luar negeri(b). Uji coba pasar

(2) Pengembangan SDM(a) Pengembangan desain melalui bantuan tenaga ahli(b) Pengembangan kemampuan manajemen usaha(c) Pengembangan wirausaha baru.

(3) Pengembangan produksi dan teknologi(a) Sosialisasi standard mutu bahan baku dan mutu produk(b) Sosialisasi dan fasilitasi penerapan HaKI.(c) Peningkatan teknologi, proses pengawetan bahan baku serta

finishing.

(4) Pengembangan permodalan khususnya bantuan modal kerja.

(5) Pengembangan kemitraan dengan perusahaan besar dalammembantu pengembangan pasar, khususnya pemasaran ke luarnegeri.

4) Lokasi Pengembangan

(1). Kab. Langkat-Sumatera Utara.(2). Kab. Solok-Sumatera Barat.(3). Kab. Tanjung Jabung-Jambi.(4). Kab. Rejang Lebong-Bengkulu.(5). Kab. Musi Banyuasin-Sumatera Selatan.(6). Kab. Lampung Selatan-Lampung.(7). Kab. Belitung-Bangka Belitung.(8). Kab. Garut-Jawa Barat.(9). Kab. Magelang-Jawa Tengah.(10). Kab. Kulon Progo-DI. Yogyakarta.(11). Kab. Ponorogo-Jawa Timur.(12). Kab. Sambas-Kalimantan Barat.(13). Kab. Palangkaraya-Kalimantan Tengah.(14). Kab. Tapin-Kalimantan Selatan.(15). Kab. Donggala-Sulawesi Tengah.

Page 40: RI-PIKM_BukuII

34

(16). Kab. Kendari-Sulawesi Tenggara.(17). Kab. Gowa-Sulawesi Selatan.(18). Kab. Gorontalo-Gorontalo.(19). Kab. Bangli-Bali.(20). Kab. Lombok Tengah, Kab. Lombok Timur, Kab. Dompu-NTB.(21). Kab. Timor Tengah Selatan, NTT.

Page 41: RI-PIKM_BukuII

34

BAB III

PROGRAM PENGEMBANGANINDUSTRI KECIL MENENGAH PENDUKUNG (SUPPORTING INDUSTRY)

3.1. UMUM

a. Pengertian, Ciri/Kriteria dan Lingkup Komoditi Prioritas

1) Pengertian:

Industri pendukung (supporting industry) adalah industri yangmembuat barang dan jasa bukan untuk memenuhi kebutuhan sendiritetapi dijual ke pasar bebas atau industri lain untuk mendukungproduk akhirnya yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi.

2) Ciri/Kriteria

(1) Hasil produksinya dipasok ke pasar bebas/ke industri lain.(2) Terjadi peningkatan nilai tambah.(3) Bersifat substitusi impor.(4) Pada umumnya berfungsi sebagai subcontracting

3) Lingkup Komoditi Prioritas

(1) Komponen Kendaraan Bermotor (Roda 4 dan Roda 2), JasaReparasi, Jasa Rekondisi.

(2) Komponen Permesinan (Mesin Tekstil/Migas, PermesinanSederhana), Bengkel Perakitan, Reparasi/Maintenance.

(3) Komponen Elektronika (Alat Komunikasi, Panel dan GearListrik, Alat Rumah Sakit, Alat Bangunan/Rumah.

(4) Komponen barang-barang karet dan plastik.

b. Misi serta Tujuan

1) Menciptakan industri pendukung untuk memenuhi kebutuhankonsumen industri dan komponen after market.

2) Memfasilitasi akses IKM komponen dalam negeri dengan distributorglobal komponen.

3) Memfasilitasi IKM Pendukung dengan para pemasok komponendunia, seperti Delphi dan lain sebagainya.

4) Mengurangi impor komponen.5) Memperkuat struktur industri.6) Menciptakan lapangan kerja baru.

Page 42: RI-PIKM_BukuII

35

c. Target Group Pembinaan dan Pengembangan

1) IKM dan bengkel komponen alat angkut (KBM-R4, KBM-R2, kapaldan lain-lain).

2) IKM dan bengkel komponen peralatan dan mesin (CPO, pupuk,tekstil, migas dan lain-lain).

3) IKM dan bengkel elektronika (alat komunikasi, alat rumah sakit, panellistrik, gear listrik, pendingin dan lain-lain).

4) Bengkel perbaikan dan pemeliharaan (jasa service, toko onderdil danlain-lain).

d. Kondisi Umum Saat Ini

1) Peluang pasar industri pendukung, impor komponen, suku cadang danelektronika cukup besar dari US $ 3.492,15 juta tahun 1999 meningkatmenjadi US $ 5.454,78 juta pada tahun 2000. Dengan membaiknyaperekonomian maka impor akan semakin besar.

Impor Komponen Tahun 1999-2000 tersaji pada Tabel 3.1 :

Tabel 3.1Impor Komponen tahun 1999 - 2000

US $ Juta

NO KOMODITI 1999 2000 LAJU PERTUMBUHAN/THN

1 Komponen dan suku cadang 2.601,3 4.176,0 60.53%

2 Komponen elektronika/alat2 listrik 890,85 1.278,78 43.55%

2) Lingkungan yang Berpengaruh

Lingkungan Internal

Kekuatan

(1) Industri pendukung dalam negeri telah mampu memasok 80%komponen sepeda motor, 40% kendaraan roda empat, sertasebagian komponen elektronika dan pemeliharaan pabrik-pabrik.

(2) Adanya komitmen pemerintah yang tinggi untuk mendorongindustri pendukung.

(3) Tenaga kerja yang cukup bersaing.(4) Adanya dukungan lembaga penelitian dari Balai-balai Besar

yang mendukung industri supporting.(5) Telah mampu memasok industri sepeda motor dengan

kandungan lokal yang sudah tinggi (80%).

Kelemahan

Bidang Manajemen

(1) Perusahaan umumnya dikelola secara usaha keluarga.

Page 43: RI-PIKM_BukuII

36

(2) Pengetahuan tentang strategi pemasaran sangat minim dankurang aktif melakukan kegiatan promosi pemasaran.

(3) Kurang motivasi untuk mengembangkan teori-teori manajemendi dalam perusahaannya.

(4) Pelatihan yang diadakan di dalam perusahaan masih dilakukansecara sederhana.

(5) Keterlambatan pengiriman barang (delivery) sering terjadi.(6) Sistem quality control (QC) pada umumnya belum dikuasai

(masih lemah).

Bidang Teknologi

(1) Penerapan teknologi dan pengendalian produksi secara modernsangat kurang.

(2) Belum terbiasa melaksanakan budaya manufakturing sesuaiteknologi yang digunakan.

Lingkungan Eksternal

Peluang di Dalam Negeri

(1) Potensi pasar yang cukup besar, impor barang modal danpermesinan tahun 1995 sebesar US$ 8,61 milyar dan tahun 2000sebesar US$ 4,68 milyar, dengan peningkatan rata-rata 17,95%per tahun.

(2) Liberalisasi perdagangan dunia khususnya AFTA (regional).(3) Adanya trend Global Sourcing di industri otomotif, permesinan

dan elektronika.

Ancaman

(1) Masalah keamanan dan ketidakpastian hukum yangmengakibatkan menyusutnya investasi.

(2) Masalah ketenagakerjaan (kenaikan UMP/UMK).(3) Kurs rupiah terhadap mata uang asing (US $) yang tidak stabil.(4) Persaingan yang ketat dan insentif yang lebih menarik dari

negara tetangga seperti Thailand, Malaysia dan Cina.(5) Posisi prinsipal dan buyers yang banyak menentukan

penggunaan industri pendukung.(6) Birokrasi yang masih menghambat dan menimbulkan ekonomi

biaya tinggi.

e. Sasaran Pengembangan Tahun 2003-2004

1) Kualitatif

(1) Adanya kesempatan kerja baru sebagai akibat dari hasil ekspansiproduksi komponen dan sub komponen.

(2) Berkurangnya impor komponen.(3) Meningkatnya daya saing industri perakitan dan komponen

dengan meningkatkan jumlah pembuatan komponen di dalamnegeri dengan mutu tinggi dan efisiensi biaya produksi.

Page 44: RI-PIKM_BukuII

37

(4) Meningkatnya basis kemampuan teknologi sehinggamemperkuat infrastruktur teknologi.

(5) Meningkatnya teknologi proses dan desain produk(6) Meningkatnya bantuan permodalan, perpajakan dan insentif

lainnya.

2) Kuantitatif

Sasaran kuantitatif pengembangan industri pendukung tahun 2002 -2004 tersaji pada Tabel 3.2 :

Tabel 3.2Sasaran Pengembangan Industri Pendukung

tahun 2002-2004

SASARAN PENGEMBANGAN INDUSTRI 2002 2003 2004LAJU

PERTUM-BUHAN/THN

1. Komponen:

- Kendaraanbermotor

- Nilai Tambah (Rp. Juta)

- Nilai Produksi (Rp. Juta)

- Unit usaha

- Tenaga kerja

659.938

1.238.971

834

50.200

740.482

1.401.918

859

52.710

842.587

1.586.584

885

55.350

12,73 %

12,49 %

3,04 %

5,00 %

- Mesin &

peralatanpabrik

- Nilai Tambah (Rp. Juta)

- Nilai Produksi (Rp. Juta)

- Unit Usaha (Unit)

- Tenaga Kerja

244.459

394.515

721

28.850

266.326

438.964

743

30.290

295.061

488.877

765

31.810

12,73 %

12,49 %

3,04 %

5,00 %

- Elektronika - Nilai Tambah (Rp. Juta)

- Nilai Produksi (Rp. Juta)

- Unit Usaha

- Tenaga Kerja

547.929

1.345.452

2.292

56.580

611.603

1.522.114

2.361

59.410

692.730

1.722.306

2.432

62.380

12,73 %

12,49 %

3,04 %

5,00 %

2. Komponen(barang karet danplastik)

- Nilai Tambah (Rp. Juta)

- Nilai produksi (Rp. Juta)

- Jumlah unit usaha

- Tenaga kerja

839.120

2.722.209

13.886

229.300

865.967

2.980.132

14.302

240.760

1.004.356

3.262.720

14.731

252.800

7,04 %

7,52 %

3,00 %

5,00 %

f. Arah Pengembangan

1) Pengembangan industri pendukung diarahkan untuk meningkatkandan menumbuhkan IKM atau bengkel-bengkel di dalam negeri, agarmampu memproduksi komponen-komponen yang masih banyak diimpor, khususnya KBM-R4 dan komponen permesinan.

2) Penumbuhan rancang bangun permesinan baru hasil reverseengineering yang dapat diproduksi dan dijual di dalam negeri.

3) Peningkatan kemampuan bengkel-bengkel perbaikan danpemeliharaan untuk keperluan industri-industri BUMN/besar.

4) Penumbuhan wirausaha-wirausaha baru permesinan modern.5) Penumbuhan IKM/bengkel logam dan mesin berorientasi ekspor.

Page 45: RI-PIKM_BukuII

38

g. Kebijakan Pengembangan

Kebijakan pengembangan industri pendukung ditetapkan berdasarkanprinsip-prinsip, sebagai berikut:

1) Pengembangan industri ditekankan pada mekanisme pasar dalamupaya meningkatkan daya saing yang cukup untuk memasuki pasarinternasional.

2) Industri pendukung yang dikembangkan diutamakan pada industriyang berskala kecil menengah.

3) Pengembangan industri diarahkan untuk memperkuat struktur industrimelalui hubungan vertikal antara industri pendukung dengan paraassembler dan para pemasok komponen skala global.

4) Melibatkan secara aktif perusahaan besar dalam rangka menariksupporting industry-nya di luar negeri untuk menanamkan modalnyadi Indonesia.

5) Meningkatkan iklim usaha yang semakin kondusif serta menyediakanfasilitas dan kemudahan lainnya.

h. Strategi Pengembangan

Dengan memperhatikan berbagai hambatan baik ditingkat internal maupuneksternal perusahaan dapat dilakukan langkah sebagai berikut :

1) Meningkatkan Pemintaan (Pull Factors)

(1) Strategi untuk memperkuat hubungan kemitraan antara perakitdan pasar cuku cadang dengan pembuat komponen.

(2) Strategi untuk mengembangkan permintaan pasar/industri untukmengisi pasar suku cadang dan (pengembangan industri sepedamotor, elektronika konsumsi, kendaraan roda 4 sektortransportasi, mendorong lokalisasi komponen) serta pasar IKMmesin dan peralatan pabrik.

2) Meningkatkan Upaya Pengembangan (Push Factors)

(1) Strategi untuk mengembangkan infrastruktur teknologi,distribusi dan pemasaran perkuatan MIDC, menarik investasibaru, QS-9000, perkuat database, perkuat jaringan keteknikannasional, pasar mesin dan peralatan pabrik IKM.

(2) Strategi untuk mengembangkan infrastruktur ekonomi, jalanlistrik, telepon dan air (peraturan konsisten, suplai tenaga kerjaberkualitas, insentif perpajakan).

3) Pendekatan yang dilakukan:

Pendekatan I

Menetapkan suatu kerangka kebijakan pengembangan industripendukung yang dapat diterima semua pihak.

Page 46: RI-PIKM_BukuII

39

Pendekatan II

Meningkatkan kemampuan industri pendukung dalam bidangteknologi produksi dan keterampilan manajemen. Dalam hal ini perluadanya dukungan dari Pemerintah, dukungan dari assemblers,distributor dan bengkel-bengkel after market serta organisasi-organisasi lainnya.

Pendekatan III

Meningkatkan volume dan nilai sub kontrak industri pendukung dariassemblers, transfer teknologi dari assemblers kepada sub kontrakakan mendorong informasi untuk promosi bisnis sub kontrak, sepertiinformasi pembeli, informasi penjual, kebutuhan pasar juga akandipacu perkembangannya.

i. Program Pengembangan

1) Peningkatan dukungan teknis dan kemampuan R&D, melalui:peningkatan promosi, transfer teknologi, penumbuhan duniausahabaru industri kecil permesinan modern.

2) Peningkatan kemampuan manajemen dengan mengadopsi dansertifikasi QS 9000.

3) Peningkatan kemampuan pengembangan produk/komponen berupapeningkatan kemampuan komponen lokal oleh assembler.

4) Penyediaan dukungan keuangan melalui two step loan komersialbantuan ADB sebesar US $ 85 juta.

5) Revitalisasi Kemampuan Balai Besar Logam dan Mesin(BBLM/MIDC):

(1) Mendidik bidang teknologi kunci yang masih lemah,pendidikan kewirausahaan dan manajerial serta meningkatkankemampuan UPT-UPT logam di Sukabumi, Tegal dan Surabayauntuk menjadi rujukan dibidang permesinan modern.

(2) Peningkatan jaringan kerja dengan Balai-balai latihan kerjaDepnaker.

6) Penataan kembali lingkungan industri untuk didorong menjadilingkungan industri komponen serta mendorong kawasan industriswasta dalam rangka menyediakan lingkungan industri di dalamkawasan.

7) Peningkatan dukungan sistem tarif dan perpajakan melalui penataanpajak yang kurang mendukung inisiatif para assembler eksportir untukmembeli komponen dan bahan baku dari dalam negeri.

8) Peningkatan akses terhadap pasar internasional melalui peningkatanhubungan dengan perusahaan komponen dunia yang melaksanakanglobal sourcing seperti dengan Delphi dan lain sebagainya.

Page 47: RI-PIKM_BukuII

40

9) Promosi pasar dan investasi, untuk mendorong IKM komponen luarnegeri bermitra dengan IKM dalam negeri dan penanaman modal diIndonesia (promosi di Jepang, Korea, Taiwan).

j. Lokasi Pengembangan

1) Komponen permesinan dan peralatan pabrik dari logam, karet, plastikdi :

(1). Kota Medan-Sumatera Utara(2). Kota Padang-Sumatera Barat(3). DKI Jakarta(4). Kota Cilegon, Kab. Tangerang, Serang-Banten(5). Kota Bandung, Kab. Kuningan-Jawa Barat(6). Kota Semarang, Kab. Tegal, Boyolali, Ceper-Jawa Tengah(7). DI Yogyakarta(8). Kota Surabaya, Kab. Pasuruan, Gresik, Sidoarjo-Jawa Timue(9). Kota Banjarmasin-Kalimantan Selatan(10). Kota Samarinda, Kota Balikpapan, Kab. Bontang- Kalimantan

Timur(11). Kota Makasar-Sulawesi Selatan

2) Komponen elektronika di

(1). Kota Batam-Riau(2). DKI Jakarta(3). Kota Bandung, Kab. Kuningan-Jawa Barat(4). Kota Surabaya, Kab. Pasuruan, Gresik, Sidoarjo-Jawa Timur

3) Komponen kendaraan bermotor dari logam, karet, plastik di :

(1). Kota Medan-Sumatera Utara(2). DKI Jakarta(3). Kab. Tangerang, Serang-Banten(4). Kota Bandung, Kab. Kuningan-Jawa Barat(5). Kota Semarang, Kab. Tegal, Boyolali, Ceper-Jawa Tengah(6). DI Yogyakarta(7). Kota Surabaya, Kab. Pasuruan, Gresik, Sidoarjo-Jawa Timur(8). Kota Makasar-Sulawesi Selatan

4) Produk barang jadi karet dan plastik di:

(1). Kota Medan-Sumatera Utara(2). Kota Palembang-Sumatera Selatan(3). DKI Jakarta(4). Kota Bandung, Kab. Kuningan-Jawa Barat(5). Kota Semarang, Kab. Tegal, Boyolali, Ceper-Jawa Tengah(6). DI Yogyakarta(7). Kota Surabaya, Kab. Pasuruan, Gresik, Sidoarjo-Jawa Timur

Page 48: RI-PIKM_BukuII

41

3.2. PENGEMBANGAN KELOMPOK INDUSTRI KOMODITI TERPILIH.

a. Komponen Kendaraan Bermotor (KBM) :

1). Keadaan Spesifik.

(1) Sebagian besar masih dikerjakan oleh industri menengah danbesar, karena sifat teknologinya.

(2) Memerlukan skala ekonomi yang tinggi untuk efisiensi.(3) Adanya persyaratan yang ketat dibidang standarisasi mutu.(4) Mahalnya harga bahan baku(5) Banyaknya produk impor ilegal(6) Peluang pasar sangat besar dalam negeri(7) Produksi sebagian besar untuk after market(8) Sistim pembayaran yang memberatkan produsen.(9) Budaya kerja menufacturing belum memasyarakat di industri

kecil

2). Sasaran Pengembangan

Sasaran peningkatan jumlah unit usaha, tenaga kerja dan nilaiproduksi tahun 2003 – 2004 tertera pada Tabel berikut.

Tabel 3.3Sasaran Peningkatan Jumlah Unit Usaha,

Tenaga Kerja dan Nilai Produksi Komponen KBMtahun 2003 – 2004

SASARAN

INDIKATORPOSISI

20022003 2004

LAJUPERTUMBUH-

AN/TAHUN

- Unit Usaha (unit) 834 859 885 3,04 %

- Tenaga Kerja (orang) 50.200 52.710 55.350 5,00 %

- Nilai Produksi (Rp. Juta) 1.238.971 1.401.918 1.586.584 12,49 %

3). Program Pengembangan

(1) Lokalisasi komponen(2) Promosi investasi(3) Peningkatan penerapan standardisasi(4) Mengembangkan bursa komponen(5) Meningkatkan pendekatan kemitraan dengan prinsipal(6) Memperkuat MIDC dan UPT Logam(7) Mendorong kerjasama dengan industri komponen global.

Page 49: RI-PIKM_BukuII

42

4). Lokasi Pengembangan :

(1). DKI Jakarta(2). Bogor, Sukabumi, Bandung-Jawa Barat(3). Tangerang-Banten(4). Tegal, Klaten-Jawa Tengah(5). Yogyakarta-DI Yogyakarta(6). Sidoarjo, Pasuruan-Jawa Timur

b. Mesin dan Peralatan Pabrik

1). Keadaan Spesifik.

(1) Bahan baku spesifik sulit didapat(2) Peralatan, permesinan dan SDM yang ada belum tersedia

optimal.(3) Engineering company dengan coverage penguasaan teknologi

yang kurang bervariasi.

2). Sasaran Pengembangan

Sasaran peningkatan jumlah unit usaha, tenaga kerja dan nilai produksitahun 2003 – 2004 tertera pada Tabel berikut.

Tabel 3.4Sasaran Peningkatan Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja

dan Nilai Produksi Mesin dan Peralatan Pabriktahun 2003 – 2004

SASARAN

INDIKATORPOSISI

2002 2003 2004

LAJUPERTUMBUH

AN/TAHUN

- Unit Usaha (unit) 721 743 765 3,04 %

- Tenaga Kerja (orang) 28.850 30.290 31.810 5,00 %

- Nilai Produksi (Rp. Juta) 394.515 438.964 488.877 12,49 %

3). Program Pengembangan

(1) Mengembangkan permintaan pasar ,(2) Mengembangkan infra struktur teknologi, distribusi dan

perkuatan MIDC dan UPT Logam serta menarik investasi baru.(3) Mengembangkan Reverse Engineering(4) Menumbuhkan Wira Usaha baru

4). Lokasi pengembangan

(1). Kota Medan-Sumatera Utara(2). DKI Jakarta(3). Tangerang-Banten

Page 50: RI-PIKM_BukuII

43

(4). Bogor, Bekasi, Sukabumi, Bandung-Jawa Barat(5). Tegal, Klaten, Semarang-Jawa Tengah(6). DI Yogyakarta(7). Sidoarjo-Jawa Timur(8). Kota Makasar- Sulawesi Selatan

c. Elektronika.

1). Keadaan Spesifik.

(1) Share pasar domestik yang cenderung semakin tertekan.(2) Banyaknya industri Multi National Company yang melakukan

relokasi yang berakibat kurangnya aktifitas sub contracting.

2). Sasaran Pengembangan

Sasaran peningkatan jumlah unit usaha, tenaga kerja dan nilaiproduksi tahun 2003 – 2004 tertera pada Tabel berikut.

Tabel 3.5Sasaran Peningkatan Jumlah Unit Usaha,

Tenaga Kerja dan Nilai Produksi Elektronikatahun 2003 – 2004

SASARAN

INDIKATORPOSISI

20022003 2004

LAJUPERTUMBUHAN

PER TAHUN

- Unit Usaha (unit) 2.292 2.361 2.432 3,04 %

- Tenaga Kerja (orang) 56.580 59.410 62.380 5,00 %

- Nilai Produksi (Rp. Juta) 1.345.452 1.522.114 1.722.306 12,49 %

3). Program Pengembangan

(1) Mengembangkan industri penunjang pembuat komponenelektronika.

(2) Mendorong transfer teknologi dari industri perakit ke subcontractornya.

(3) Pemanfaatan infra struktur Teknologi Informasi yang ada.

4). Lokasi Pengembangan :

(1). Kota Batam(2). DKI Jakarta(3). Tangerang-Banten(4). Bogor, Bekasi, Kuningan, Bandung-Jawa Barat(5). Kota Surabaya, Pasuruan, Gresik, Sidoarjo-Jawa Timur

Page 51: RI-PIKM_BukuII

44

d. Komponen (Barang Karet dan Plastik).

1). Keadaan Spesifik.

(1) Bahan baku sebagian besar tergantung pada impor(2) Keterbatasan Teknologi Produksi

2) Sasaran Pengembangan

Sasaran peningkatan jumlah unit usaha, tenaga kerja dan nilaiproduksi tahun 2003 – 2004 tertera pada Tabel berikut.

Tabel 3.6Sasaran Peningkatan Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja

dan Nilai Produksi Komponen (Barang Karet dan Plastik)tahun 2003 – 2004

SASARAN

INDIKATOR POSISI 20022003 2004

LAJUPERTUMBUHAN

PER TAHUN

- Unit Usaha (unit) 13.886 14.302 14.731 3,00 %

- Tenaga Kerja (orang) 229.300 240.760 252.800 5,00 %

- Nilai Produksi (Rp. Juta) 2.722.209 2.980.132 3.262.800 7,52 %

3). Program Pengembangan

(1) Peningkatan kemampuan SDM(2) Peningkatan Akses Permodalan(3) Peningkatan akses Pasar(4) Peningkatan standardisasi produk

4). Lokasi Pengembangan

(1). Kota Medan-Sumatera Utara(2). Kota Palembang-Sumatera Selatan(3). Bandung, Kuningan-Jawa Barat(4). Semarang, Tegal-Jawa Tengah(5). DI Yogyakarta,(6). Kota Surabaya, Pasuruan, Gresik, Kab. Sidoarjo-Jawa Timur.

Page 52: RI-PIKM_BukuII

45

BAB IV

PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAHBERORIENTASI EKSPOR

4.1. UMUM

a. Pengertian, Ciri/Kriteria dan Lingkup Komoditi Prioritas

1) Pengertian :

Industri kecil dan menengah berorientasi ekspor adalah industri yangmemiliki daya saing yang cukup sehingga produknya mampu mengisipasar internasional baik dilakukan sendiri maupun oleh pedagang/mediator.

2) Ciri/Kriteria

(1) Memiliki daya saing cukup.(2) Berbasis SDA dalam negeri.(3) Padat karya, menyerap banyak tenaga kerja.(4) Peluang pasar luas.

3) Lingkup Komoditi Prioritas

(1) Pangan- Ikan Olahan.- Kerupuk.

(2) Sandang- Barang Jadi Kulit.- Sepatu/ Alas Kaki.- Pakaian Jadi.- Barang Jadi Tekstil.

(3) Kimia dan Bahan Bangunan (KBB)- Minyak Atsiri.- Arang Kayu/Tempurung.- Furniture Kayu.- Furniture Rotan.

(4) Kerajinan- Perhiasan.- Sulaman Bordir.- Mainan Anak.- Keramik/Gerabah.- Kerajinan Kayu.

Page 53: RI-PIKM_BukuII

46

- Kerajinan Anyaman.- Batik.

b. Misi Serta Tujuan

1) Mendorong IKM yang memiliki kemampuan diversifikasi produkekspor yang bernilai tambah lebih tinggi.

2) Meningkatkan perolehan devisa.3) Memacu IKM lainnya untuk meningkatkan daya saing.4) Memperluas lapangan kerja.5) Menciptakan hubungan bisnis (networking) antara IKM lokal dengan

pemasok dunia.

c. Target Group Pembinaan dan Pengembangan

1) Target group pembinaan adalah pengusaha industri kecil menengahyang produk dan proses produksinya sudah mampu memenuhipersyaratan QCD atau dapat dengan mudah dibina sehinggamemenuhi ketentuan dan persyaratan ekspor.

2) Para pedagang/trader yang menjembatani produsen industri kecilmenengah dengah pasar ekspor.

d. Kondisi Umum Saat Ini

1) Gambaran keadaan Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja, Nilai Produksiyang merupakan potensi yang dapat digerakkan untuk ekspor sertaNilai Ekspor1) tahun 2001 dari IKM berorientasi ekspor, tersaji dalamTabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja, Nilai Produksi dan Nilai

Ekspor IKM Berorientasi Eksportahun 2001

Unit Usaha Tenaga Kerja Nilai Produksi Nilai Ekspor IKCabangIndustri Unit % Orang % Juta Rp % US$

Juta %

1. Pangan

2. Sandang

3. KimiadanBahanBangunan

4. Kerajinan

950.325

303.767

536.760

1.037.235

33,61

10,74

18,98

36,67

3.342.450

2.116.910

3.023.250

2.225.640

31,22

19,77

28,23

20,78

27.589.516

15.996.143

28.720.149

7.114.060

34,74

20,14

36,16

8,96

62,46

1.546,37

123,21

418,88

2,90

71,89

5,73

19,48

Jumlah 2.828.08 100, 10.708.2 100,00 79.419.8 100, 2.150,9 100,00

1) Catatan : Nilai ekspor dari komoditi terpilih oleh karena sangat sulit untuk dipisahkan dari nilai

ekspor industri besar dihitung berdasarkan suatu rasio tertentu dari keduanya. Rasiodiambil dari sampling yang dilakukan terhadap sejumlah besar perusahaan IKM dan IBdari komoditi terpilih tersebut.

Page 54: RI-PIKM_BukuII

47

7 00 50 68 00 2

2) Keadaan lingkungan yang mempengaruhi

Lingkungan Internal

Kekuatan

(1) Bahan baku (sebagian besar) tersedia di dalam negeri.(2) Tersedianya tenaga kerja dengan keterampilan dasar yang

tinggi.(3) Dukungan Pemerintah.

Kelemahan

(1) Kemampuan dalam mengakses pasar masih terbatas.(2) Belum adanya sistem/perdagangan yang dapat mendeteksi

perubahan selera pasar, agar diketahui secara cepat oleh perajin.(3) Mutu belum konsisten.(4) Pemahaman dan penerapan HaKI masih terbatas.(5) Belum adanya trading house yang dapat membantu pemasaran

di luar negeri.(6) Bantuan keuangan untuk ekspor belum tersedia.

Lingkungan Eksternal

Peluang

(1) Peluang pasar di pasaran dunia cukup besar, saham eksporIndonesia relatif masih kecil (0,1% s/d 4%) terhadap pasardunia.

(2) Kerjasama perdagangan regional (AFTA) maupun internasional(WTO).

Ancaman

(1) Munculnya negara berkembang pesaing baru.(2) Perubahan pola konsumen global.(3) Meningkatnya biaya tenaga kerja, energi, dll.(4) Muncul isu-isu non trade yang menjadi hambatan perdagangan,

seperti isu ecolabeling dan isu non trade lainnya.(5) Penyelundupan bahan-bahan baku (seperti kayu, rotan, dll),

sangat membantu negara-negara pesaing Indonesia.

e. Sasaran Pengembangan Tahun 2003 – 2004

1) Kualitatitf

(1) Bertambahnya jumlah perusahaan yang mampu membuatproduk yang memenuhi permintaan ekspor (memenuhipersyaratan QCD)

Page 55: RI-PIKM_BukuII

48

(2) Meningkatnya produktivitas dan effisiensi IKM binaansehingga mampu memenuhi persyaratan permitaan ekspor.

(3) Berkurangnya jumlah dan nilai impor dari produk orientasiekspor dipasaran.

(4) Meningkatnya minat, volume dan nilai ekspor para eksportirproduk IKM.

(5) Penghematan devisa.

2) KuantitatifSasaran kuantitatif pengembangan industri berorientasi ekspor dapatdilihat pada Tabel 4.2 :

Tabel 4.2Sasaran Kuantitatif Nilai Ekspor

Pengembangan Industri KecilBerorientasi Ekspor

( Juta US $)

SASARANNO JENIS KOMODITI

POSISI2002 2003 2004

LAJUPERTUMBUH-

AN/THN

1 Ikan Olahan 53,86 57,77 62,10 7,37 %

2 Kerupuk 6,77 7,44 8,26 10,50 %

3 Barang jadi kulit 192,63 223,45 261,43 16,50 %

4 Sepatu kulit/alas kaki 31,92 34,15 36,88 7,50 %

5 Pakaian jadi 1.039,00 1.184,46 1.362,13 14,50 %

6 Barang jadi tekstil 127,16 155,14 193,92 23,49 %

7 Minyak atsiri 74,18 77,15 81,01 4,50 %

8 Arang kayu/tempurung 21,10 21,95 23,10 4,62 %

9 Furniture kayu/rotan 120,70 144,84 176,70 21,00 %

10 Batik 383,69 460,43 561,72 21,00 %

11 Perhiasan emas/perak 115,07 119,67 125,36 4,37 %

12 Sulaman bordir 5,13 6,03 7,23 18,74 %

13 Mainan anak 102,42 122,90 153,63 22,47 %

14 Keramik/gerabah 15,56 17,89 21,02 16,24 %

15 Kerajinan kayu 135,73 152,70 175,60 13,74 %

16 Kerajinan anyaman 88,50 103,99 124,79 18,74 %

T o t a l 2.513,42 2.889,96 3.374,88 16,23 %

Page 56: RI-PIKM_BukuII

49

f. Arah Pengembangan

Pengembangan IKM berorientasi ekspor diarahkan untuk meningkatkanvolume dan nilai ekspor IKM, baik yang selama ini secara potensialmempunyai kinerja ekspor yang tinggi maupun produk-produk yangberpotensi dapat diekspor melalui peningkatan berbagai faktor internal daneksternal perusahaan agar dayasaingnya di luar negeri meningkat. Selain itujuga akan didorong kemampuan mengakses pasar ekspor dalam rangkamembantu persaingan pasar ekspor yang semakin ketat.

g. Strategi Pengembangan

1) Meningkatkan permintaan pasar ( pull factors).

(1) Membuka outlet-outlet pemasaran untuk produk ekspor di dalamdan luar negeri.

(2) Meningkatkan bisnis intelejen dan marketing di luar negri.(3) Meningkatkan promosi dan pemasaran melalui pameran di luar

negeri dan pameran internasional di dalam negeri(4) Melakukan kemitraan usaha dengan trader/eksportir besar(5) Memperbaiki iklim usaha perdagangan luar negeri agar para

pedagang tentengan kecil dengan mudah dan murah keluarmasuk Indonesia.

(6) Peningkatan intensitas komunikasi dengan Atperindag dan ITPC

2) Meningkatkan kemampuan produksi perusahaan (push factors).

(1) Meningkatkan produktivitas dan effisiensi perusahaan IKM(2) Meningkatkan kemampuan teknis produksi IKM melalui service

centre, Bisnis Development Centre maupun bantuan langsungkeperusahaan.

(3) Meningkatkan kemampuan diversifikasi produk dan berkem-bangnya desain/ produk baru

(4) Fasilitasi permodalan ( modal investasi dan modal kerja).(5) Peningkatan manajemen mutu ditingkat perusahaan.

h. Program Pengembangan

1) Peningkatan Effisiensi dan Produktivitas

(1) Restrukturisasi permesinan.(2) Peningkatan proses produksi yang lebih effisien serta teknologi

baru.

2) Peningkatan Pasar Ekspor

(1) Promosi dan pemasaran di Bali, serta lokasi-lokasi strategisekspor lainnya.

Page 57: RI-PIKM_BukuII

50

(2) Pengembangan trading house.(3) Peningkatan kemampuan SDM bidang ekspor.(4) Pengembangan kemitraan dengan BUMN dan industri

pengekspor.

3) Peningkatan Mutu

(1) Pengembangan desain.(2) Peningkatan penerapan GMP.(3) Peningkatan kualitas kemasan.(4) Peningkatan kemampuan SDM bidang mutu.

4) Bantuan Permodalan

(1) Kredit Ekspor.(2) Penjaminan/asuransi kredit.

4.2. PENGEMBANGAN KELOMPOK INDUSTRI KOMODITI TERPILIH

a. Industri Pengolahan Ikan

1) Lingkup Komoditi

(1) Ikan kering/ikan asin.(2) Ikan asap.(3) Ikan pindang.(4) Ikan olahan lainnya.

2) Keadaan Spesifik

(1) Memiliki prospek peluang pasar yang baik karena bahan bakuikan cukup tersedia.

(2) Kemampuan ekspor relatif masih rendah.(3) Banyak pesaing dari negara lain.(4) Teknologi sudah dikuasai.(5) Menyerap banyak tenaga kerja.

3) Sasaran Pengembangan

Sasaran pengembangan ekspor industri pengolahan ikan tahun 2003 –2004 tersaji pada Tabel 4.3

Tabel 4.3Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Pengolahan Ikan

tahun 2003 - 2004SASARAN

NO URAIAN POSISI2002 2003 2004

LAJUPERTUM-

BUHAN/THN

1. Nilai Ekspor IK (US $ juta) 53,86 57,77 62,10 7,37 %

2. Nilai Tambah (Rp. Juta) 347.224 380.321 403.422 7,86 %

3. Nilai Produksi (Rp. Juta) 2.036.075 2.195.505 2.367.425 7,88 %

4. Unit Usaha (Unit) 11.705 12.056 12.418 3,00 %

Page 58: RI-PIKM_BukuII

51

5. Tenaga Kerja (Orang) 144.660 151.890 159.480 5,00 %

4) Program Pengembangan tahun 2003-2004

(1) Peningkatan Mutu Produk dan Kemasan IKM Pengolahan Ikan.- Fasilitasi pengadaan peralatan.- Sertifikasi sistem mutu.- Pengembangan pusat pelayanan kemasan dan label produk

ikan olahan.

(2) Peningkatan Sumber Daya IKM Pengolahan Ikan.- TOT-GMP bagi aparat pembina di Daerah.- TOT Cleaner Production Industri Kecil Menengah

Pengolahan Ikan.- Pengembangan Business Development Service Provider

(BDSP).- Fasilitasi magang pengusaha ikan olahan di dalam maupun di

luar negeri.

(3) Pengembangan Promosi dan Pemasaran IKM Pengolahan Ikan.- Pameran produk IK pengolahan ikan yang diproduksi dengan

baik.- Partisipasi pameran di dalam dan luar negeri.- Penyediaan dan penyusunan informasi bisnis IKM

pengolahan ikan.- Pengembangan forum konsultasi ekspor bisnis IKM ikan

olahan.

(4) Pengembangan Iklim Usaha IKM pengolahan ikan..- Fasilitasi kerjasama pembinaan dengan perusahaan Besar.- Fasilitasi kemitraan antara IKM pengolahan ikan dengan

perusahaan besar.- Sosialisasi peraturan tentang pangan berkaitan dengan produk

ikan olahan dari dalam dan luar negeri kepada IKMpengolahan ikan.

5) Lokasi Pengembangan

Industri pengeringan/penggaraman(1). Kab. Asahan, Kab. Tapanuli Tengah, Kab. Sibolga-Sumatera

Utara.(2). Kab. Bengkalis, Kab. Indragiri Hilir-Riau.(3). Kab. Rembang, Kab. Pekalongan, Kab. Tegal, Kab. Pati, Kab.

Cilacap- Jawa Tengah.(4). Kab. Sumenep, Kab. Tuban, Kab. Sidoarjo-Jawa Timur.(5). Kab. Barru, Kab. Wajo-Sulawesi Selatan.

Industri pengasapan ikan

Page 59: RI-PIKM_BukuII

52

(1). Kab. Cilacap, Kab. Batang, Kab. Pekalongan, Kab. Semarang,Kab. Rembang-Jawa Tengah.

(2). Kab. Minahasa, Kab. Manado-Sulawesi Utara.(3). Kab. Maluku Utara-Maluku Utara.

b. Industri Kerupuk

1) Lingkup Komoditi Terpilih/ Prioritas

(1) Kerupuk hewani khususnya kerupuk ikan dan kerupuk udang.(2) Kerupuk non hewani seperti kerupuk bawang.

2) Keadaan Spesifik

(1) Memiliki peluang pasar yang cukup luas.(2) Bahan baku lokal cukup tersedia.(3) Teknologi sudah dikuasai.(4) Menyerap banyak tenaga kerja.

3) Sasaran Pengembangan

Sasaran pengembangan Ekspor IKM kerupuk tahun 2003 – 2004,tersaji pada Tabel 4.4

Tabel 4.4Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Kerupuk

tahun 2003 – 2004

SASARANNO URAIAN

POSISI2002 2003 2004

LAJUPERTUM-

BUHAN/THN

1. Nilai Ekspor IK (US $ juta) 6,77 7,44 8,26 10,50 %

2. Nilai Tambah (Rp. Juta) 1.063.790 1.160.304 1.239.186 7,86 %

3. Nilai Produksi (Rp. Juta) 3.222.586 3.478.362 3.754.441 7,88 %

4. Unit Usaha (Unit) 135.630 139.699 143.890 3,00 %

5. Tenaga Kerja (Orang) 489.420 513.890 539.580 5,00 %

4) Program Pengembangan tahun 2003-2004

(1) Peningkatan mutu produk dan kemasan IKM Kerupuk- Fasilitasi pengadaan peralatan.- Sertifikasi sistem mutu.- Pengembangan klinik pelayanan kemasan, label dan merek.

(2) Peningkatan sumber daya IKM Kerupuk.- TOT-GMP bagi aparat pembina di daerah.- TOT Cleaner Production industri kecil kerupuk.- Fasilitasi magang pengusaha kerupuk di luar negeri.

Page 60: RI-PIKM_BukuII

53

(3) Pengembangan promosi dan pemasaran IKM Kerupuk.- Mengikuti pameran internasional produk IK kerupuk yang

diproduksi dengan baik.- Penyediaan informasi melalui penyusunan dan penyebaran

direktori, leaflet, booklet dan audio visual IKM kerupuk.- Pengembangan pusat pelayanan bisnis industri kerupuk.- Pengembangan forum konsultasi bisnis IKM kerupuk.

(4) Pengembangan iklim usaha IKM Kerupuk.- Fasilitasi kemitraan antara IKM kerupuk dengan perusahaan

besar, khususnya untuk membantu pemasaran ke luar negeri.

5) Lokasi Pengembangan

(1). Kab. Sidoarjo - Jawa Timur.(2). Kab. Palembang - Sumatera Selatan.(3). Kab. Tegal, Kab. Pekalongan - Jawa Tengah.(4). Kab. Cirebon, Kab. Indramayu – Jawa Barat.

c. Industri Barang Jadi Kulit

1) Keadaan Spesifik

(1) Peluang pasar domestik maupun ekspor cukup luas.(2) Menyerap banyak tenaga kerja.(3) Bahan baku cukup tersedia.(4) Ada dukungan lembaga pendidikan dan pengembangan.

2) Sasaran Pengembangan

Sasaran pengembangan ekspor IKM Barang Jadi Kulit tahun 2003 –2004 tersaji pada Tabel 4.5:

Tabel 4.5Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Barang Jadi Kulit

tahun 2003 – 2004

SASARANNO URAIAN

POSISI2002 2003 2004

LAJUPERTUM-

BUHAN/THN

1. Nilai Ekspor IK (US $ juta) 192,63 223,45 261,43 16,50 %

2. Nilai Tambah (Rp. Juta) 349.058 352.168 356.280 16,11 %

3. Nilai Produksi (Rp. Juta) 793.313 800.382 809.728 15,9 %

4. Unit Usaha (Unit) 2.088 2.150 2.215 3,00 %

5. Tenaga Kerja (Orang) 20.350 21.370 22.430 5,00 %

3) Program Pengembangan

(1) Fasilitasi pengembangan pasar spesifik barang jadi kulit.(2) Fasilitasi pengembangan trading house.(3) Peningkatan kemampuan SDM.

Page 61: RI-PIKM_BukuII

54

(4) Fasilitasi restrukturisasi peralatan.(5) Penerapan SPSM/ISO 9000.(6) Bantuan tenaga ahli desain.(7) Promosi penggunaan merek sendiri dan pendaftaran HaKI.(8) Promosi pemasaran/partisipasi pameran.(9) Pengembangan BDS.(10) Pengembangan layanan informasi.

4) Lokasi Pengembangan(1) Kab. Bogor, Garut, Kota Bandung – Jawa Barat.(2) Kab. Sidoarjo – Jawa Timur.(3) Kab. Bantul – DI. Yogyakarta.(4) Kota Jakarta Timur – DKI. Jakarta.(5) Kota Denpasar – Bali.(6) Kota Bukittinggi – Sumatera Barat.(7) Kab. Tebing Tinggi – Sumatera Utara.

d. Industri Alas Kaki/Sepatu Kulit

1) Keadaan Spesifik(1) Bahan baku cukup tersedia.(2) Peluang pasar domestik/dalam rangka mendukung ekspor cukup

besar.(3) Menyerap banyak tenaga kerja.(4) Nilai tambah tinggi.

2) Sasaran PengembanganSasaran pengembangan ekspor IKM Alas Kaki/Sepatu Kulit tahun2003 – 2004 yang ingin dicapai tersaji pada Tabel 4.6

Tabel 4.6.Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Alas Kaki/Sepatu Kulit

tahun 2003 – 2004

SASARANNO URAIAN POSISI

2002 2003 2004

LAJUPERTUM-

BUHAN/THN

1. Nilai Ekspor IK (US $ juta) 31,92 34,15 36,88 16,69 %

2. Nilai Tambah (Rp. Juta) 384.241 419.656 448.455 8,66 %

3. Nilai Produksi (Rp. Juta) 1.314.019 1.417.395 1.529.001 8,46 %

4. Unit Usaha (Unit) 15.035 15.486 15.950 3,00 %

5. Tenaga Kerja (Orang) 117.610 123.490 129.670 5,00 %

3) Program Pengembangan

(1) Fasilitasi pengembangan pasar spesifik.(2) Promosi pemasaran/partisipasi pameran.(3) Promosi penggunaan merek sendiri dan pendaftaran HaKI.

Page 62: RI-PIKM_BukuII

55

(4) Peningkatan kemampuan SDM dibidang produksi.(5) Fasilitasi bantuan permodalan serta bantuan tenaga ahli.(6) Pembangunan Indonesia Footwear Service Centre (IFSC) di

Sidoarjo.(7) Penerapan SPSM/ISO 9000.(8) Pengembangan BDS.(9) Pengembangan layanan informasi.

4) Lokasi Pengembangan

(1) Kab. Bogor, Kota Bandung – Jawa Barat.(2) Kab. Sidoarjo, Kab. Mojokerto, Kota Surabaya – Jawa Timur.(3) Kota Medan – Sumatera Utara.(4) Kota Jakarta Timur – DKI. Jakarta.

e. Industri Pakaian Jadi

1) Keadaan Spesifik

(1) Peluang pasar domestik/ekspor cukup luas.(2) Bahan baku cukup tersedia.(3) Teknologi relatif sederhana dan sudah dikuasai.(4) Menyerap banyak tenaga kerja.(5) Adanya dukungan Litbang/Balai Besar Tekstil.

2) Sasaran Pengembangan

Sasaran pengembangan ekspor IKM Pakaian Jadi tahun 2003 – 2004yang ingin dicapai tersaji pada Tabel 4.7

Tabel 4.7Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Pakaian Jadi

tahun 2003 – 2004

SASARANNO URAIAN POSISI

2002 2003 2004

LAJUPERTUM-

BUHAN/THN

1. Nilai Ekspor IK (US $ juta) 1.039,00 1.184,46 1.362,13 14,50 %

2. Nilai Tambah (Rp. Juta) 2.666.930 2.927.811 3.127.038 8,66 %

3. Nilai Produksi (Rp. Juta) 7.656.219 8.268.537 8.930.507 8,46 %

4. Unit Usaha (Unit) 108.252 111.500 114..850 3,00 %

5. Tenaga Kerja (Orang) 765.580 803.860 844.050 5,00 %

3) Program Pengembangan

(1) Peningkatan mutu dan desain.(2) Fasilitasi pengembangan trading house.(3) Fasilitasi kemitraan dalam rangka peningkatan produksi dan

pemasaran ekspor.

Page 63: RI-PIKM_BukuII

56

(4) Promosi penggunaan merek sendiri dan pendaftaran HaKI.(5) Promosi pemasaran/partisipasi pameran.(6) Fasilitasi modernisasi mesin dan peralatan.(7) Penerapan SPSM/ISO 9000.(8) Pengembangan BDS.(9) Pengembangan layanan informasi.

4) Lokasi Pengembangan

(1) Kab. Deli Serdang – Sumatera Utara.(2) Kota Bukittinggi – Sumatera Barat(3) Kab. Bandung – Jawa Barat.(4) Kota Tangerang – Banten.(5) Kota Jakarta Selatan, Kota Jakarta Barat – DKI Jakarta.(6) Kab. Pekalongan, Pemalang, Semarang, Kudus – Jawa Tengah.(7) Kab. Probolinggo, Malang, Pasuruan, Tulung Agung – Jawa

Timur.(8) Kota Yogyakarta – DI. Yogyakarta.

f. Industri Barang Jadi Tekstil

1) Keadaan Spesifik

(1) Bahan baku cukup tersedia.(2) Tenaga kerja tersedia.(3) Adanya dukungan Litbang.(4) Teknologi produksi relatif mudah dikuasai.(5) Menyerap banyak tenaga kerja.(6) Pangsa pasar dalam negeri untuk mendukung ekspor cukup

besar.

2) Sasaran PengembanganSasaran pengembangan ekspor IKM Barang Jadi Tekstil, tahun 2003 –2004 yang ingin dicapai tersaji pada Tabel 4.8 :

Tabel 4.8Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Barang Jadi Tekstil

tahun 2003 – 2004

SASARANNO URAIAN

POSISI2002 2003 2004

LAJUPERTUM-

BUHAN/THN

1. Nilai Ekspor IK (US $ juta) 127,16 155,14 193,92 23,49 %

2. Nilai Tambah (Rp. Juta) 1.164.927 1.480.603 1.898.421 16,11 %

3. Nilai Produksi (Rp. Juta) 2.617.814 3.327.198 4.266.116 15,9 %

4. Unit Usaha (Unit) 25.990 26.770 27.573 3,00 %

5. Tenaga Kerja (Orang) 172.310 180.930 189.980 5,00 %

3) Program Pengembangan(1) Pengembangan desain dan diversifikasi produk.

Page 64: RI-PIKM_BukuII

57

(2) Fasilitasi kemitraan bahan baku dan pemasaran.(3) Promosi pemasaran/partisipasi pameran.(4) Pengembangan BDS.(5) Pengembangan layanan informasi.

3) Lokasi Pengembangan

(1) Kab. Bandung – Jawa Barat.(2) Kota Jakarta Selatan – DKI Jakarta.(3) Kab. Jepara, Pekalongan – Jawa Tengah.(4) Kota Pasuruan – Jawa Timur.(5) Kab. Gianyar, Kota Denpasar – Bali.

g. Industri Minyak Atsiri

1) Keadaan Spesifik

(1) Laju pertumbuhan perdagangan dunia minyak atsiri : 9,38%,sedangkan laju pertumbuhan minyak atsiri Indonesia hanya0,12%.

(2) Market share minyak nilam Indonesia di pasar dunia lebih kecildari 50% yang seharusnya dapat mencapai di atas 80%, minyakakar wangi sekitar 10% yang seharusnya dapat mencapai di atas40% dan minyak kenanga lebih kecil dari 15% yang seharusnyadapat mencapai di atas 45%.

(3) SNI minyak atsiri sudah dimasyarakatkan.(4) Engineering company BPPT, BALITRO, Balai Industri,

Perguruan Tinggi dan jasa perbengkelan mempunyaikemampuan dalam merekayasa teknologi unit destilasi minyakatsiri.

(5) Pembinaan dan pengembangan industri minyak atsiri belumterintegrasi.

(6) Mampu menumbuhkan industri baru dan menggerakkan sektorekonomi lainnya.

2) Sasaran Pengembangan

Sasaran pengembangan ekspor IKM minyak atsiri tahun 2003 – 2004,tersaji pada Tabel 4.9 :

Tabel 4.9Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Minyak Atsiri

tahun 2003 – 2004

SASARANNO URAIAN POSISI

2002 2003 2004

LAJUPERTUM-

BUHAN/THN

1. Nilai Ekspor IK (US $ juta) 74,18 77,15 81,01 4,50 %

2. Nilai Tambah (Rp. Juta) 125.668 134.034 151.639 7,04 %

3. Nilai Produksi (Rp.Juta) 321.782 353.489 388.322 7,52 %

4. Unit Usaha (Unit) 217 223 230 3,00 %

5. Tenaga Kerja (Orang) 6.820 7.160 7.520 5,00 %

Page 65: RI-PIKM_BukuII

58

3) Program Pengembangan

(1) Peningkatan Promosi dan Pemasaran(a). Merintis marketing arm serta ekspor langsung dari IKM ke

luar negeri(b). Merintis kerjasama pemasaran ke luar negeri.(c). Penyusunan informasi bisnis

(2) Peningkatan SDM(a). Magang para pengusaha minyak atsiri ke Jawa Barat dan

Jawa Timur.

(3) Peningkatan Mutu dan Teknologi(a). Rumusan dan revisi SNI minyak Atsiri.(b). Pendirian laboratorium mini minyak atsiri di Kab. Garut

dan Blitar.(c). Mengaktifkan penyulingan minyak atsiri di Provinsi NAD

untuk meningkatkan mutu ekspor minyak atsiri.(d). Kajian alat penyulingan dengan rendemen > 2%(e). Pembinaan langsung dengan bantuan tenaga ahli di Jawa

Tengah dan Jawa Timur.

4) Lokasi Pengembangan

Minyak Nilam:(1). Kab. Aceh Selatan, Kab. Aceh Utara, Kab. Aceh Barat – NAD(2). Kab. Dairi, Kab. Nias – Sumatera Utara(3). Kab. Solok, Mentawai, Kab. Pasaman – Sumatera Barat(4). Kab. Kuningan – Jawa Barat.

Minyak Sereh Wangi:(1). Kab. Sukabumi – Jawa Barat(2). Kab. Karanganyar – Jawa Tengah(3). Kab. Banjar Baru – Kalimantan Selatan(4). Kab. Soppeng – Sulawesi Selatan(5). Kab. Fak-fak - Papua.

Minyak Cengkeh:(1). Kab. Banyumas – Jawa Tengah(2). Kab. Kulonprogo – DI Yogyakarta.

Minyak Akar Wangi:

(1). Kab. Garut – Jawa Barat

Minyak Pala:(1). Kab. Aceh Selatan – NAD(2). Kab. Deli Serdang – Sumatera Utara(3). Kota Bukit Tinggi – Sumatera Barat(4). Kab. Cianjur, Sukabumi – Jawa Barat

Minyak Kenanga:(1). Kab. Kuningan – Jawa Barat(2). Kab. Boyolali – Jawa Tengah

Page 66: RI-PIKM_BukuII

59

(3). Kab. Blitar – Jawa Timur

Minyak Jahe:

(1). Kab. Cirebon, Sukabumi – Jawa Barat

Minyak Kayu Putih:(1). Kab. Lamongan- Jawa Timur(2). Maluku Utara(3). Pulau Buru - Maluku

h. Industri Arang Kayu/Tempurung

1) Keadaan Spesifik

(1) Bahan baku tersedia dengan melimpah.(2) Peluang pasar dalam negeri dalam mendukung ekspor cukup

besar.(3) Teknologi sederhana mudah dikuasai.(4) Menjadi sumber devisa dan sumber pendapatan asli daerah bagi

daerah penghasil kelapa.

2) Keadaan Industri Saat Ini

(1) Jumlah unit usaha secara nasional tahun 2002 adalah 449perusahaan.

(2) Jumlah tenaga kerja yang diserap: 7.070 orang.(3) Luas areal tanaman kelapa: 3,6 Juta hektare dengan produksi 2,7

Juta ton per tahun.(4) Tempurung kelapa yang dihasilkan: 325.098,1 ton per tahun.(5) Ekspor arang tempurung tahun 1999 US $ 23,48 juta

(menempati ranking ke 2 setelah RRC). Namun kecenderunganekspor tersebut menurun karena terbatasnya modal, daya saingrendah dan terbatasnya informasi pasar.

3) Sasaran Pengembangan

Sasaran pengembangan ekspor IKM arang kayu/tempurung tahun2003 – 2004, tersaji pada Tabel 4.10

Tabel 4.10Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Arang Kayu/Tempurung

tahun 2003 – 2004

SASARANNO URAIAN POSISI

2002 2003 2004

LAJUPERTUM-

BUHAN/THN

1. Nilai Ekspor IK(US $ juta) 21,10 21,95 23,10 4,62 %

2. Nilai Tambah (Rp. Juta) 79.339 82.534 89.488 7,04 %

3. Nilai Produksi (Rp.Juta) 224.583 238.070 252.402 7,52 %

4. Unit Usaha (Unit) 449 463 477 3,00 %

Page 67: RI-PIKM_BukuII

60

5. Tenaga Kerja (Orang) 7.070 7.420 7.790 5,00 %

4) Program Pengembangan

(1) Peningkatan SDM

(a). Pelatihan teknis produksi dan pengadaan peralataninkubator.

(2) Peningkatan Mutu dan Teknologi

(a). Pengadaan peralatan tungku bakar (drum kiln) arangtempurung untuk provinsi Lampung (Bandar Lampung),Sumatera Barat (Padang Pariaman), Jawa Barat (Bekasi),Banten (Lebak), Jambi (Kuala Tungkal), KalimantanSelatan (Barito Kuala) dan Sulawesi Selatan (Makassar).

(b). Penerapan standard mutu produk(c). Pembinaan langsung melalui tenaga ahli

5) Lokasi Pengembangan

(1). Kab. Padang Pariaman – Sumatera Barat(2). Kab. Kuala Tungkal, Kab. Jambi - Jambi(3). Kab. Bandar Lampung – Lampung(4). Kab. Bekasi– Jawa Barat(5). Kab. Lebak - Banten(6). Kab. Barito Kuala – Kalimantan Selatan(7). Kota Manado – Sulawesi Utara.

i. Industri Furniture Kayu / Rotan

Furniture Kayu

1) Keadaan Spesifik

(1) Bahan baku walau cukup tersedia, tetapi seringkali tidak mudahdiperoleh oleh IKM.

(2) Pangsa pasar dalam negeri maupun ekspor terbuka luas.(3) Menyerap banyak tenaga kerja.(4) Menghasilkan devisa cukup besar.

2) Program Pengembangan

(1) Peningkatan Promosi dan Pemasaran(a). Pendirian pusat desain dan pemasaran produk furnitur

kayu(b). Penyusunan profil industri meubel kayu.

(2) Peningkatan SDM

Page 68: RI-PIKM_BukuII

61

(a). Pelatihan pengembangan desain meubel kayu di provinsiJawa Tengah dan Jawa Timur.

(b). Pelatihan peningkatan manajemen pemasaran dankeuangan.

(3) Peningkatan Mutu dan Teknologi

(a). Bantuan tenaga ahli untuk IKM furniture kayu terpilihdalam rangka peningkatan mutu dan desain

(b). Pengadaan peralatan pengawetan dan pengeringan kayu(Kiln Driyer)

(c). Fasilitasi penerapan ekolabel produk mebel kayu.

3) Lokasi Pengembangan

(1). Kota Jambi - Jambi(2). DKI Jakarta(3). Kab. Cirebon, Kab. Sumedang – Jawa Barat(4). Kab. Jepara, Blora, Sukoharjo, Klaten- Jawa Tengah(5). Kab. Pasuruan – Jawa Timur(6). Kota Pontianak – Kalimantan Barat(7). Kota Banjarmasin – Kalimantan Selatan(8). Kota Samarinda – Kalimantan Timur

Furniture Rotan

1) Keadaan Spesifik

(1) Bahan baku yang tersedia cukup melimpah.(2) Peluang pasar dalam negeri dalam mendukung ekspor cukup

besar.(3) Teknologi secara sederhana mudah dikuasai.(4) Menjadi sumber devisa dan sumber pendapatan asli daerah.(5) Bersifat padat karya/ menyerap banyak tenaga kerja.(6) Menjadi penggerak sektor ekonomi lainnya.

2) Keadaan Industri tahun 2000

(1) Jumlah IKM: 548 perusahaan.(2) Investasi Rp. 944 Milyar.(3) Tenaga Kerja yang diserap 198.990 orang.(4) Nilai ekspor tahun 2001 US $ 67,52 Juta Program

Pengembangan

(1) Peningkatan Promosi dan Pemasaran(a). Pendirian pusat desain pemasaran furniture rotan.(b). Kajian distribusi bahan baku rotan lintas daerah dalam

rangka peningkatan ekspor industri rotan.(c). Pelatihan manajemen pemasaran, produksi dan keuangan

bagi UKM rotan.

Page 69: RI-PIKM_BukuII

62

(2) Peningkatan Mutu dan Teknologi.(a). Sosialisasi dan bimbingan penerapan HaKI untuk produk

furniture rotan.(b). Optimalisasi mesin pengolahan rotan dalam rangka

peningkatan kemampuan centra furniture rotan di Hulusungai Utara (Amuntai) Kalimantan Selatan.

(c). Pengadaan peralatan finishing.(d). Pembinaan langsung melalui tenaga ahli.

3) Lokasi Pengembangan

(1). Sentra mebel rotan : Tegal Wangi-Cirebon-Jawa Barat(2). Sentra mebel rotan : Kecamatan Menganti-Gresik-Jawa Timur(3). Sentra Rotan : Kab. Donggala-Sulawesi Tengah(4). Sentra Rotan : Kab. Mona-Sulawesi Tenggara.

5) Sasaran Pengembangan

Sasaran pengembangan ekspor IKM furniture kayu / rotan tahun 2003– 2004, tersaji pada Tabel 4.11 berikut.

Tabel 4.11Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Furniture Kayu / Rotan

tahun 2003 – 2004

SASARANNO URAIAN POSISI

2002 2003 2004

LAJUPERTUM-

BUHAN/THN

1. Nilai Ekspor IK (US $ juta) 120,70 144,84 176,70 21,00 %

2. Nilai Tambah (Rp. Juta) 3.604.071 3.751.486 4.045.960 7,04 %

3. Nilai Produksi (Rp.Juta) 7.680.590 8.144.674 8.638.094 7,52 %

4. Unit Usaha (Unit) 198.373 204.324 210.454 3,00 %

5. Tenaga Kerja (Orang) 812.530 853.150 895.810 5,00 %

j. Industri Batik

1) Keadaan Spesifik

(1) Basis produksi tersebar di 17 propinsi.(2) Bersifat padat karya/ menyerap banyak tenaga kerja.(3) Adanya dukungan litbang (balai) dan kelembagaan yang cukup

kuat (Koperasi, Yayasan, dll).(4) Pangsa pasar dalam negeri cukup besar untuk mendukung

kemampuan ekspor.(5) Peluang pasar ekspor cukup besar.

2) Sasaran Pengembangan

Page 70: RI-PIKM_BukuII

63

Sasaran pengembangan ekspor IKM batik tahun 2003 – 2004, tersajipada Tabel 4.12

Tabel 4.12Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Batik

tahun 2003 – 2004

SASARANNO URAIAN

POSISI2002 2003 2004

LAJUPERTUM-

BUHAN/THN

1. Nilai Ekspor IK(US $ juta) 383,69 460,43 561,72 21,00 %

2. Nilai Tambah (Rp. Juta) 866.023 923.368 1.001.278 16,11 %

3. Nilai Produksi (Rp. Juta) 1.842.601 1.964.613 2.130.378 8,46 %

4. Unit Usaha (Unit) 36.027 37.108 38.221 3,00 %

5. Tenaga Kerja (Orang) 578.820 607.770 638.150 5,00 %

3) Program Pengembangan

(1) Promosi dan pemasaran(a). Penyusunan informasi industri.(b). Pemetaan produk indikasi geografis dan pengetahuan

tradisional.(c). Promosi dan peningkatan pasar diantaranya melalui

partisipasi pameran di dalam dan luar negeri.(d). Bimbingan/pemanfaatan teknologi informasi untuk

melakukan akses pasar di luar negeri.

(2) Pengembangan SDM(a). Bantuan tenaga ahli proses desain dan finishing.(b). Pelatihan informasi, mutu dan desain teknologi.(c). Peningkatan jenis dan desain kemasan diantaranya melalui

pelatihan dan bantuan tenaga ahli.(d). Peningkatan kemampuan SDM bidang tata niaga di negara

tujuan ekspor.

(3) Pengembangan produksi dan teknologi(a). Peningkatan apresiasi, penerapan dan sosialisasi ISO

9000.(b). Peningkatan penerapan dan sosialisasi HaKI.(c). Pengembangan desain.(d). Bantuan teknis pencelupan dan pewarnaan dengan

menggunakan zat pewarna alami (zat warna nabati) danpencampur warna untuk zat warna buatan.

(e). Perlindungan batik motif khas daerah melalui HaKI.

Page 71: RI-PIKM_BukuII

64

(f). Penerapan standar mutu produk.(g). Bantuan kemudahan pengadaan bahan baku kain sutera.

(4) Pengembangan permodalan(a). Dukungan perbankan/lembaga keuangan (misal ventura)

serta lembaga penjamin (trading house).

(5) Pengembangan kemitraan(a). Fasilitasi kemitraan dengan eksportir dan PHRI.

4) Lokasi Pengembangan(1). Kota Jambi.(2). Kota Jakarta Selatan, Jakarta Pusat – DKI Jakarta(3). Kab. Indramayu, Kab. Cirebon – Jawa Barat(4). Kab. Pekalongan, Kota Surakarta – Jawa Tengah(5). Kab. Sleman, Kota Yogyakarta – DI Yogyakarta(6). Kab. Sidoarjo, Kab. Bangkalan, Kab. Pamekasan, Kab. Tuban-

Jawa Timur(7). Kab. Gianyar – Bali

k. Industri Perhiasan

1) Keadaan Spesifik

(1) Bahan baku tersedia dalam jumlah yang memadai.(2) Peluang pasar dalam negeri cukup besar untuk mendorong

kemampuan ekspor.(3) Menjadi sumber devisa dan sumber pendapatan asli daerah.(4) Padat karya yang/menyerap banyak tenaga kerja.

2) Sasaran Pengembangan

Sasaran pengembangan ekspor IKM perhiasan tahun 2003 – 2004,tersaji pada Tabel 4.13 berikut.

Tabel 4.13Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Perhiasan

tahun 2003 – 2004

SASARANNO URAIAN POSISI

2002 2003 2004

LAJUPERTUM-

BUHAN/THN

1. Nilai Ekspor IK (US $ juta) 115,07 119,67 125,36 4,37 %

2. Nilai Tambah (Rp.Juta) 100.317 110.988 120.957 9,62 %

3. Nilai Produksi (Rp. Juta) 259.941 284.340 311.188 9,84 %

4. Unit Usaha (Unit) 5.687 5.857 6.033 3,00 %

5. Tenaga Kerja (Orang) 14.820 15.561 16.338 5,00 %

3) Program Pengembangan(1) Promosi dan pemasaran

(a). Mengikuti pameran/promosi nasional dan internasional.(b). Membangun portal sistim informasi untuk ekspor.

Page 72: RI-PIKM_BukuII

65

(c). Mengikuti perlombaan desain di luar negeri(d). Studi banding bagi para pengusaha/perajin ke luar negeri(e). Promosi melalui media cetak, leaflet dan katalog

(2) Pengembangan SDM(a). Peningkatan kemampuan dibidang desain.(b). Peningkatan kemampuan bidang ekspor-impor dan teknik

negosiasi.(c). Peningkatan keterampilan di bidang mutu produk.(d). Peningkatan kemampuan mengasah batu mulia.

(3) Pengembangan produksi dan teknologi(a). Peningkatan kemampuan sistem manajemen mutu.(b). Peningkatan kesadaran serta dorongan mengaplikasikan

tentang HaKI.(c). Bantuan mesin/peralatan untuk meningkatkan mutu

penggosokan batu mulia(d). Penguatan peran perguruan tinggi dalam teknik

perencanaan/pembuatan perhiasan CAD/CAM sertapenjaminan kualitas batu mulia.

(4) Pengembangan bantuan permodalan

(5) Pengembangan kemitraan(a). Peningkatan kemitraan dengan perusahaan besar untuk

merintis pasar ekspor dan transfer pengetahuan tentangdesain.

(b). Kemitraan dengan penghasil bahan baku dan pemasaran.(c). Fasilitasi kemitraan dengan instansi terkait dalam rangka

pemanfaatan asuransi dan pembiayaan ekspor(d). Mengadakan kerja sama dengan negara-negara yang

unggul dalam desain dan model

(6) Peningkatan dukungan faktor-faktor eksternal (iklim danpemasaran)

(a) Dukungan pemerintah pusat dan daerah dalam upayaperlindungan terhadap eksploitasi pengiriman bahanmentah batu mulia ke luar negeri yang belum diolah

(b) Mengupayakan tersedianya kawasan khususpengembangan industri perhiasan

4) Lokasi Pengembangan(1). Kota Bandung – Jawa Barat(2). Kota Gede, Kota Yogyakarta – DI Yogyakarta(3). Kota Surabaya, Kab. Pasuruan – Jawa Timur(4). Desa Celuk Kab. Gianyar – Bali

l. Industri Sulaman/Bordir

1) Keadaan Spesifik(1) Bahan baku tekstil cukup tersedia.

Page 73: RI-PIKM_BukuII

66

(2) Bersifat padat karya serta menyerap banyak tenaga kerja.(3) Teknologi sederhana dan relatif sudah dikuasai.(4) Tenaga terampil cukup tersedia.

2) Sasaran PengembanganSasaran pengembangan ekspor IKM sulaman/bordir tahun 2003 –2004, tersaji pada Tabel 4.14

Tabel 4.14Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Sulaman/Bordir

tahun 2003 – 2004

SASARANNO URAIAN

POSISI2002 2003 2004

LAJUPERTUM-

BUHAN/THN

1. Nilai Ekspor IK (US $ juta) 5,13 6,03 7,23 18,74 %

2. Nilai Tambah (Rp.Juta) 188.780 209.053 228.685 9,62 %

3. Nilai Produksi (Rp. Juta) 312.922 345.295 381.287 9,84% %

4. Unit Usaha (Unit) 18.148 18.693 19.253 3,00 %

5. Tenaga Kerja (Orang) 58.690 61.620 64.700 5,00 %

3) Program Pengembangan(1) Promosi dan pemasaran

(a). Penyusunan data base sistem informasi industrisulaman/bordir.

(b). Sosialisasi dan pameran hasil Indonesia Good DesignSelection.

(c). Peningkatan pemasaran diantaranya melalui pameran didalam/di luar negeri.

(2) Pengembangan SDM(a). Peningkatan kemampuan teknologi proses, khususnya

melalui bantuan tenaga ahli pengembangan desain.(b). Pengembangan kemampuan di bidang teknologi informasi.(c). Peningkatan kemampuan tentang prosedur ekspor.

(3) Pengembangan produksi dan teknologi(a). Peningkatan penerapan sistem manajemen mutu.(b). Peningkatan kesadaran dan penerapan HaKI.

(4) Pengembangan terhadap akses permodalan

4) Lokasi Pengembangan(1). Kab. Agam, Kota Bukit Tinggi – Sumatera Barat(2). Kota Jakarta Timur – DKI Jakarta(3). Kab. Tasikmalaya – Jawa Barat

m. Industri Mainan Anak

1) Keadaan Spesifik(1) Bahan baku khususnya dari kayu cukup tersedia.

Page 74: RI-PIKM_BukuII

67

(2) Jumlah tenaga kerja terampil dan berbakat cukup banyak danmemadai.

(3) Investasi yang diperlukan relatif tidak besar.(4) Peluang pasar dalam negeri maupun ekspor cukup luas.

2) Sasaran PengembanganSasaran pengembangan ekspor IKM mainan anak Tahun 2003 - 2004dapat dilihat pada Tabel 4.15

Tabel 4.15Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Mainan Anak

tahun 2003 – 2004

SASARANNO URAIAN

POSISI2002 2003 2004

LAJUPERTUM-

BUHAN/THN

1. Ekspor IK (US $ juta) 102,42 122,90 153,63 22,47 %

2. Nilai Tambah (Rp.Juta) 41.575 46.504 52.936 9,62 %

3. Nilai Produksi (Rp. Juta) 70.556 79.837 90.404 9,84 %

4. Unit Usaha (Unit) 18.680 19.240 19.820 3,00 %

5. Tenaga Kerja (Orang) 9.900 10.390 10.910 5,00 %

3) Program Pengembangan

(1) Promosi dan pemasaran(a). Peningkatan pemasaran diantaranya melalui fasilitasi

pameran dan promosi dalam dan luar negeri.(b). Peningkatan peluang investasi industri mainan anak dan

industri penunjang untuk memperkuat ekspor.

(2) Pengembangan SDM(a). Peningkatan kemampuan melalui bantuan Tenaga Ahli

bidang proses produksi, desain dan finishing.(b). Peningkatan pengembangan desain dan diversifikasi

produk.(c). Bantuan tenaga ahli bagi pengembangan di bidang

pemasaran dan Teknologi Informasi.

(3) Pengembangan produksi dan teknologi(a). Peningkatan standard mutu bahan baku.(b). Peningkatan dan pemanfaatan HaKI.(c). Peningkatan dan pemanfaatan sistem manajemen mutu.

(4) Pengembangan permodalan melalui fasilitasi kerjasama denganlembaga keuangan dan asuransi dalam rangka permodalan.

(5) Pengembangan kemitraan(a). Fasilitasi dalam rangka peningkatan kemitraan dengan

eksportir dan PHRI.(b). Fasilitasi peningkatan kerjasama kemitraan dengan

industri penghasil bahan baku dan pemasaran.

Page 75: RI-PIKM_BukuII

68

4) Lokasi Pengembangan

(1). Kab. Bogor, Bekasi, Sukabumi – Jawa Barat

n. Industri Keramik dan Gerabah

1) Keadaan Spesifik

(1) Deposit bahan baku cukup tersedia di beberapa daerah.(2) Tenaga terampil dan mudah dilatih cukup tersedia.(3) Teknologi relatif mudah dikuasai.(4) Peluang pasar dalam negeri dalam rangka peningkatan ekspor

cukup besar.(5) Bersifat padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja.(6) Sektor pariwisata merupakan industri penarik yang cukup besar

untuk ekspor.

2) Sasaran Pengembangan

Sasaran pengembangan ekspor IKM keramik/gerabah tahun 2003 –2004 tersaji pada Tabel 4.16 :

Tabel 4.16Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Keramik/Gerabah

tahun 2003 – 2004

SASARANNO URAIAN

POSISI2002 2003 2004

LAJUPERTUM-

BUHAN/THN

1. Nilai Ekspor IK (US $ juta) 15,56 17,89 21,02 16,24 %

2. Nilai Tambah (Rp.Juta) 357.940 394.783 424.753 9,62 %

3. Nilai Produksi (Rp. Juta) 481.045 524.753 572.586 9,84 %

4. Unit Usaha (Unit) 27.066 27.878 28.715 3,00 %

5. Tenaga Kerja (Orang) 109.340 114.800 120.540 5,00 %

3) Program Pengembangan

(1) Peningkatan pemasaran diantaranya melalui(a). Promosi dan pemasaran.(b). Uji coba pasar.(c). Peningkatan partisipasi pameran dalam dan luar negeri.

(2) Pengembangan SDM, diantaranya melalui :(a). Bantuan Tenaga Ahli bidang desain dan teknologi.(b). Bantuan Tenaga Ahli bidang teknologi informasi, serta

Diklat teknologi informasi.

(3) Pengembangan produksi dan teknologi, diantaranya melalui :(a). Pengembangan diversifiksi produk/desain.

Page 76: RI-PIKM_BukuII

69

(b). Sosialisasi hasil riset, Litbang.(c). Pemanfaatan teknologi informasi secara optimal.(d). Lomba desain cinderamata.

(4) Peningkatan kemitraan dengan memfasilitasi sistem pembinaanterpadu (Pembina/LSM, akses pasar, pendanaan dan technicalexpert).

4) Lokasi Pengembangan

(1). Desa Pleret, Kab. Purwakarta – Jawa Barat(2). Desa Kasongan, Kab. Bantul – DI Yogyakarta(3). Banyumulek Lombok Barat – Nusa Tenggara Barat.

o. Industri Kerajinan Kayu

1) Keadaan Spesifik

(1) Teknologi sudah dikuasai.(2) Peluang pasar khususnya ekspor cukup luas.(3) Padat karya serta menyerap banyak tenaga kerja.

2) Sasaran Pengembangan

Sasaran pengembangan ekspor IKM kerajinan kayu tahun 2003 –2004 tersaji pada Tabel 4.17

Tabel 4.17Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Kerajinan Kayu

tahun 2003 – 2004

SASARANNO URAIAN POSISI

2002 2003 2004

LAJUPERTUM-

BUHAN/THN

1. Nilai Ekspor IK (US $ juta) 135,73 152,70 175,60 13,74 %

2. Nilai Tambah (Rp.Juta) 398.630 440.728 478.957 9,62 %

3. Nilai Produksi (Rp. Juta) 680.951 747.309 820.572 9,84 %

4. Unit Usaha (Unit) 33.237 34.234 35.261 3,00 %

5. Tenaga Kerja (Orang) 94.070 98.770 103.710 5,00 %

3) Program Pengembangan

(1) Peningkatan promosi dan pemasaran, diantaranya :(a). Partisipasi pameran dalam dan luar negeri.(b). Peningkatan sistem informasi.(c). Fasilitasi jaringan bisnis dengan PHRI.(d). Uji coba pasar.

(2) Pengembangan SDM melalui :(a). Peningkatan dan pengembangan mutu dan desain.

Page 77: RI-PIKM_BukuII

70

(b). Peningkatan kemampuan teknologi proses dandiversifikasi produk.

(c). Peningkatan kemampuan untuk mengakses sistemteknologi informasi.

(d). Peningkatan tentang tata cara dan prosedur ekspor.

(3) Pengembangan produksi dan teknologi, diantaranya melalui :(a). Sosialisasi bantuan pendaftaran dan penerapan HaKI.(b). Peningkatan kesadaran dan pemanfaatan manajemen

mutu.

(c). Peningkatan teknologi, desain dan finishing, termasukdiversifikasi produk/desain.

(4) Pengembangan permodalan

(5) Pengembangan kemitraan melalui kemitraan UKM denganeksportir dan perusahaan besar lainnya.

4) Lokasi Pengembangan

(1). Kota Jakarta Pusat, Jakarta Selatan – DKI Jakarta(2). Kab. Subang – Jawa Barat(3). Kab. Badung - Bali

p. Industri Kerajinan Anyaman

1) Keadaan Spesifik

(1) Bahan baku cukup tersedia.(2) Bersifat padat karya serta menyerap tenaga kerja yang cukup

besar.(3) Teknologi relatif sederhana dan sudah dikuasai.(4) Tradisi membuat anyaman sudah dilaksanakan turun temurun.(5) Peluang pasar baik regional maupun ekspor cukup besar.

2) Sasaran Pengembangan

Sasaran pengembangan ekspor IKM kerajinan anyaman tahun 2003 –2004 tersaji pada Tabel 4.18

Tabel 4.18Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Kerajinan Anyaman

tahun 2003 – 2004

SASARANNO URAIAN POSISI

2002 2003 2004

LAJUPERTUM-

BUHAN/THN

1. Nilai Ekspor IK (US $ Juta) 88,50 103,99 124,79 18,74 %

2. Nilai Tambah (Rp.Juta) 450.847 496.620 531.496 9,62 %

3. Nilai Produksi (Rp. Juta) 650.127 705.887 766.435 9,84 %

4. Unit Usaha (Unit) 71.195 73.331 75.531 3,00 %

Page 78: RI-PIKM_BukuII

71

5. Tenaga Kerja (Orang) 257.050 269.910 283.400 5,00 %

3) Program Pengembangan

Program pengembangan untuk komoditi ekspor anyaman rotan danmendong adalah sebagai berikut :

(1) Peningkatan promosi dan pemasaran(a). Peningkatn jumlah pameran di dalam dan di luar negeri.(b). Melaksanakan fasilitasi jaringan bisnis dengan eksportir.(c). Melaksanakan uji coba pasar.

(2) Pengembangan SDM(a). Pengembanga desain melalui bantuan tenaga ahli.(b). Pengembangan kemampuan manajemen usaha dan ekspor.

(3) Pengembangan produksi dan teknologi(a). Melaksanakan sosialisasi serta fasilitasi penerapan HaKI.(b). Meningkatkan standar mutu produksi.(c). Meningkatkan penerapan PMT/GKM.(d). Peningkatan teknologi proses pengawetan bahan baku.

(4) Pengembangan permodalan serta pendanaan khususnya dalamrangka ekspor.

(5) Pengembangan kemitraan dengan perusahaan besar daneksportir dalam rangka peningkatan mutu dan perluasan pasarekspor.

4) Lokasi Pengembangan

Anyaman rotan :(1). Kab. Cirebon – Jawa(2). Kab. Lombok Tengah, Lombok Barat – Nusa Tenggara Barat

Anyaman bambu :(1). Kab. Garut – Jawa Barat(2). Kab. Sleman – DI Yogyakarta(3). Kab. Ponorogo – Jawa Timur.

Anyaman mendong, Purun, Agel, dll :(1). Kab. Tasikmalaya – Jawa Barat(2). Kab. Pekalongan – Jawa Tengah(3). Kab. Kulon Progo – DI Yogyakarta

Page 79: RI-PIKM_BukuII

72

BAB V

PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAHINISIATIF BARU

5.1 UMUM

a. Pengertian, Ciri/Kriteria dan Lingkup Komoditi Prioritas

1) Pengertian :

Industri kecil menengah inisiatif baru merupakan suatu usaha untukmengembangkan industri berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi(knowledge- base) yang menghasilkan nilai tambah yang tinggi.

2) Ciri/Kriteria

Kelompok industri ini dicirikan oleh penggunaan teknologinya yangtergolong maju/tinggi, yang pada umumnya merupakan cabang/jenisindustri yang akan berkembang pesat di masa mendatang. Ruanglingkup teknologi berkisar pada pemanfaatan teknologi informasi,pemanfaatan material baru, teknologi nano serta bio-teknologi.

3) Lingkup Komoditi Prioritas

(1) Industri yang menghasilkan produk/memberikan jasa layanan dibidang teknologi informasi dan komunikasi (ICT).

(2) Industri bioteknologi berskala kecil.

b. Misi Serta Tujuan

Pengembangan industri kecil menengah inisiatif baru mempunyaimisi/tujuan untuk :

1) Mendorong tumbuh dan berkembangnya industri yang berbasis ilmupengetahuan dan teknologi sebagai wahana modernisasi industri dimasa depan, sehingga akan mendinamisasi pertumbuhan industrinasional.

2) Meningkatkan sumbangan nilai tambah industri kecil menengahsecara lebih progresif.

3) Mendorong tumbuhnya peluang-peluang industri baru di bidangteknologi informasi, serta mendorong tumbuhnya industri yangmengolah sumber daya alam dalam negeri yang terbarukan.

c. Target Group Pembinaan dan Pengembangan

1) Lulusan (fresh graduate) bidang informatika, biologi dan kimia dariperguruan tinggi.

Page 80: RI-PIKM_BukuII

73

2) Pemilihan didasarkan pada pertimbangan bahwa di daerah yang dikembangkan tersebut banyak terdapat perguruan tinggi yang mampuuntuk melahirkan usahawan baru di bidang industri ICT dan bioteknologi.

d. Kondisi Umum Saat ini

Industri Information and Communication Technology (ICT)

1) Dibandingkan dengan negara Filipina dan Thailand, Indonesia masihtertinggal.

2) Besarnya peluang yang dapat dimanfaatkan dalam pengembanganindustri software komputer.

Industri Bioteknologi

1) Industri kecil menengah yang tergolong ke dalam kelompok ini belumbanyak berkembang.

2) Potensi sumber daya alam sebagai bahan baku yang akandikembangkan cukup beragam, serta SDM (lulusan perguruan tinggi)di bidang ini cukup andal.

Kekuatan dan Kelemahan

Industri Information and Communication Technology (ICT)

1) Kekuatan

(1) Peluang pasar sangat luas dan terus berkembang, indikasinya:

(a) Budget dunia untuk belanja teknologi informasi (IT)sebesar US $ 2.1 T (1999) dan diperkirakan meningkatmenjadi US $ 3 T (2003) dengan pertumbuhan 9% pertahun.

(b) Prediksi untuk Indonesia US $ 1.13 T denganpertumbuhan 9% per tahun (sumber: prospek bisnis TI diIndonesia, Setio B. Agung ResTI-TELKOM, Agustus2000).

(c) Banyak sekolah yang menghasilkan lulusan yang baikdalam bidang informatika.

(d) Kesempatan terbuka luas karena sejalan dengan program-program lain yang sedang digalakkan, seperti: E-Commerce dan E-Government.

(e) Makro ekonomi Indonesia menunjukkan kemajuan yangcukup tinggi sehingga akan mendorong pertumbuhanpermintaan akan produk-produk.

(f) Terdapat kecenderungan pergeseran basis produksihardware dan software ke negara yang banyak tersediatenaga kerja semi skill dan memiliki programmer yangberbakat.

(g) Adanya pembangunan telematika Indonesia (untukmendukung pembangunan infrastruktur dan aplikasitelematika).

Page 81: RI-PIKM_BukuII

74

(h) Kemampuan kreasi content cukup kuat.(i) Terletak di geostationer dan telah berpengalaman

mengoperasikan satelit.

2) Kelemahan

(1) Kesadaran (Awarness) masyarakat terhadap tuntutan penerapanIT dalam usaha belum tinggi/merata.

(2) Belum mendapat dukungan yang memadai dari hukum,perundangan, standarisasi dan budaya informasi.

(3) Penguasaan teknologi produk dan manufactur masih lemah.(4) Kurangnya promosi kemampuan SDM Indonesia di bidang IT.

Industri Bioteknologi

1) Kekuatan

(1) SDM di bidang ini mulai tersedia.(2) Sumber daya alam dan hayati sebagai bahan baku cukup

beragam dan tersedia.(3) Tersedianya hasil penelitian dan pengembangan yang sudah

pada tahap aplikasi(4) Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap aspek kesehatan

dan lingkungan.

2) Kelemahan

(1) Persepsi masyarakat bahwa industri bioteknologi hanya bisadikerjakan dalam skala industri besar.

(2) Untuk memulai usaha ini diperlukan "start-up capital",sedangkan calon pelaku usaha ini adalah para lulusan perguruantinggi yang belum mempunyai modal dan pengalaman usaha.

(3) Ada kecenderungan kurang mempercayai hasil penelitian danpengembangan (litbang) lokal dibandingkan dengan luar negerisehingga cenderung untuk membeli produk litbang luar negeri.

e. Sasaran Pengembangan Tahun 2003-2004

1) Jenis Industri

(1) Industri software komputer.(2) Industri bioteknologi

Lulusan (fresh graduate) dari:

(1) Sekolah Informatika.(2) Sekolah dengan dasar biologi, kimia, pertanian dan teknologi

pertanian yang kuat(3) Tenaga terdidik dan berpengalaman eks-PHK (akibat pemutusan

hubungan kerja).

2) Wilayah Utama

Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIYogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara.

Page 82: RI-PIKM_BukuII

75

3) Jumlah Unit Usaha:

(1) Industri software komputer 75 unit usaha.(2) Industri bioteknologi 25 unit usaha.

f. Arah Pengembangan

1) Pengembangan industri kecil menengah inisiatif baru diarahkan untukdapat dijadikan wahana bagi penerapan inovasi-inovasi iptek modernyang ditujukan untuk memperluas kegiatan industri yang unggulkompetitif di masa depan.

2) Pengembangan industri kecil menengah inisiatif baru diutamakanpada upaya mendorong faktor-faktor "supply-push", terutama dari segiSDM intelektual yang inovatif dibantu dengan dukungan sumberdaya, prasarana/sarana dan iklim yang menunjang termasuk fasilitasiuntuk pengembangan pasar.

g. Kebijakan Pengembangan

Untuk mencapai visi, misi yang telah ditetapkan maka kebijakanpengembangan industri inisiatif baru sebagai berikut :

1) Pengembangan industri ditekankan pada upaya optimalisasipenggunaan tenaga-tenaga lulusan (fresh-graduate) dari SekolahInformatika, Sekolah dengan dasar biologi dan kimia yang kuat,tenaga terdidik dan berpengalaman eks-PHK.

2) Mengacu kepada pengaruh lingkungan internal dan eksternal, yaitufaktor-faktor kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancamanyang dimiliki masing-masing komoditi terpilih kelompok inisiatifbaru.

3) Menciptakan iklim usaha yang semakin kondusif, antara lain:kemudahan-kemudahan dan fasilitasi untuk dukungan aksespermodalan, akses pasar, akses teknologi informasi, peningkatankualitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan.

h. Strategi Pengembangan

1) Menciptakan Permintaan (Pull Factors).

(1) Meningkatkan kesadaran bahwa potensi pasar dikedua bidangini cukup besar.

(2) Mendorong perusahaan besar untuk menspin-off kegiatan IT danreseachnya menjadi perusahaan-perusahaan yang mandiri.

(3) Mendorong perusahaan besar untuk melakukan out-sourcing.

2) Memperkuat Upaya Pengembangan (Push Factors).Mengembangkan program inkubator dikedua bidang yang akanmenyediakan

(1) Fasilitasi permodalan.(2) Meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial.

Page 83: RI-PIKM_BukuII

76

(3) Memberikan bantuan peralatan produksi/teknologi.(4) Membantu pemasaran dengan perusahaan besar dan luar negeri.

i. Program Pengembangan

1) Program inkubator.2) Program peningkatan pasar.3) Mencari mitra luar negeri yang akan membantu.4) Merumuskan insentif yang menunjang akselerasi tumbuhnya industri.

5.2. PENGEMBANGAN KELOMPOK KOMODITI

a. Industri Software Komputer

1) Keadaan Spesifik

(1) Merupakan industri yang relatif baru.(2) Bagi pemula relatif tidak memerlukan investasi yang besar.(3) Dapat dilakukan oleh beberapa orang saja (usaha kecil).(4) Indonesia relatif tertinggal dibandingkan dengan negara

tetangga.(5) Peluang pasar cukup luas dan berkembang.(6) Memiliki sekolah-sekolah yang menghasilkan SDM yang cukup

baik di bidang tersebut.(7) Mempunyai tenaga sangat terdidik dan pengalaman/wawasan

luas (eks PHK) di bidang bisnis yang cukup potensial untukdikembangkan di bidang industri tersebut.

2) Sasaran Pengembangan

(1) Lulusan (fresh graduate) bidang informatika dari perguruantinggi.

(2) Daerah yang memiliki banyak perguruan tinggi yang mampuuntuk melahirkan usahawan baru di bidang informatika. Daerahtersebut harus memiliki tingkat perkembangan perekonomianyang tinggi sehingga pasar cukup besar di bidang softwarekomputer.

(3) Target jumlah unit usaha industri software komputer 75 unitusaha.

3) Program Pengembangan

(1) Sosialisasi program

(a) Memilih perguruan tinggi dan melakukan sosialisasiprogram ke perguruan tinggi tersebut.

(b) Melakukan sosialisasi program ke industri softwarekomputer yang besar yang diharapkan dapat menjadipemberi order.

(c) Melakukan sosialisasi ke pemerintah daerah gunamendapatkan dukungan dalam pengembangan selanjutnya.

Page 84: RI-PIKM_BukuII

77

(2) Promosi dan Pemasaran

(a) Mengadakan kerjasama untuk inisiasi wira usaha barusoftware komputer, dengan perguruan tinggi terpilih dandengan industri software komputer yang besar.

(b) Promosi kemampuan perusahaan software komputerbersangkutan ke dunia usaha untuk memperluas pasar.

(c) Bantuan penerapan sistem mutu dan sertifikasi dalamrangka perluasan pasar.

(3) Peningkatan kemampuan SDM

(a) Pelatihan, baik aspek kewirausahaan, manajerial maupunteknis.

(b) Bimbingan usaha.(c) Mengikutsertakan wira usaha baru tersebut ke dalam

seminar/kursus/pendidikan/pelatihan, baik di dalammaupun di luar negeri, untuk meningkatkan kemampuandan wawasannya.

(d) Bekerjasama dengan negara maju untuk “menset-up”model pelatihan bagi peningkatan SDM.

(4) Pendirian Prototype

(a) Set-up inkubator :o Rekruitment calon pengusaha.o Penyusunan kurikulum.o Pengadaan fasilitas usaha (untuk digunakan secara

gratis oleh para calon wira usaha selama maksimal 1tahun), antara lain ;

ü Ruangan kantor dan tempat kerja.

ü Peralatan (komputer dan furniture).

(b) Program Inkubator :

o Pelatihan yang diperlukan sesuai kurikulum(termasuk kewirausahaaan).

o Membuka hubungan kerja dengan industri softwarekomputer yang besar untuk mendapat "order".

o Bimbingan teknis dan usaha oleh perguruan tinggiasal peserta dan industri besar pemberi order.

o Bantuan permodalan (modal kerja dan investasi)untuk keluar dari inkubator. Pada tahap inidiberlakukan sistim "matching grant", yaitu : 25%kebutuhan modal kerja disediakan oleh calonpengusaha dengan pinjaman dari LPT Indak yangharus dikembalikan dan sisanya disediakan berupagrant oleh proyek pemerintah (pusat, provinsi,kabupaten/kota).

Page 85: RI-PIKM_BukuII

78

(c) Bekarjasama dengan negara maju untuk mengadopsisistem yang telah berjalan.

(5) Penerapan HaKI

Bantuan penerapan Hak atas Kepemilikan Intelektual (HaKI).

(6) Monitoring dan evaluasi.

4) Lokasi Pengembangan

Wilayah Utama pengembangan meliputi :

(1) Sumatera Utara.(2) DKI Jakarta.(3) Jawa Barat.(4) Jawa Tengah.(5) DI Yogyakarta.(6) Jawa Timur.(7) Sulawesi Selatan.(8) Sulawesi Utara.(9) Bali.

b. Industri Pangan Pengaplikasi Bioteknolgi

1) Ciri Spesifik

(1) Industri pangan hasil fermentasi yang memberikan manfaattambahan nutrisi, meningkatkan kesehatan pencernaan ; ataupengolahan lebih lanjut

(2) Peluang pasar cenderung meningkat(3) Investasi yang dibutuhkan relatif tidak besar(4) Beberapa contoh produk yang termasuk dalam golongan ini

antara lain yoghurt, keju dan Single Cell Protein (SCP)

2) Sasaran Pengembangan

(1) Lulusan perguruan tinggi (fresh graduate) biologi, kimia atauteknologi pangan.

(2) Para pemodal (investor)

3) Program Pengembangan

(1) Sosialisasi Program

(a) Memilih perguruan tinggi dan melaksanakan sosialisasiprogram kepada perguruan tinggi terpilih tersebut

(b) Melakukan sosialisasi ke pemerintah daerah gunamendapatkan dukungan dalam pengembangan selanjutnya.

(2) Promosi dan Pemasaran

Promosi investasi (melalui : workshop, temu investor dankoordinasi program dengan pemerintah daerah serta lembagakeuangan).

(3) Penumbuhan Wirausaha Baru

Page 86: RI-PIKM_BukuII

79

4) Lokasi Pengembangan

Wilayah utama sebagai awal pengembangan :(1) Jawa Timur(2) Jawa Tengah(3) Jawa Barat(4) Sumatera Utara(5) Nusa Tenggara Barat

c. Industri Kimia Pemanfaat Hasil Pertanian/Perkebunan PengaplikasiBioteknologi

1) Ciri Spesifik

(1) Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk keperluan pertanian,industri dan rumah tangga

(2) Peluang pasar cukup baik dengan harga bersaing(3) Investasi yang dibutuhkan relatif tidak besar(4) Beberapa contoh produk yang termasuk dalam golongan ini

antara lain alkohol, asam sitrat dan biopestisida

2) Sasaran Pengembangan

(1) Lulusan perguruan tinggi (fresh graduate) biologi atau kimia.(2) Para pemodal (investor).

3) Program Pengembangan

(1) Sosialisasi program

(a) Memilih perguruan tinggi dan lembaga penelitian danpengembangan; serta melaksanakan sosialisasi programkepada lembaga terpilih tersebut

(b) Melakukan sosialisasi ke Pemerintah Daerah gunamendapatkan dukungan dalam pengembangan selanjutnya.

(2) Promosi dan Pemasaran

Promosi investasi (melalui : workshop, temu investor dankoordinasi program dengan Pemerintah Daerah dan LembagaKeuangan).

(3) Penumbuhan Wirausaha Baru

4) Lokasi Pengembangan

Wilayah utama sebagai awal pengembangan :

(1) Jawa Timur(2) Jawa Tengah(3) Jawa Barat(4) Daerah Istimewa Yogyakarta(5) Sumatera Utara(6) Lampung

Page 87: RI-PIKM_BukuII

80

d. Industri Kimia Pemanfaat Limbah Pengaplikasi Bioteknologi

1). Ciri Spesifik

(1) Pengolahan langsung limbah-limbah organik hasil pertanian/perkebunan

(2) Menghasilkan produk-produk kimia(3) Investasi yang dibutuhkan relatif tidak besar(4) Beberapa contoh produk yang termasuk golongan ini antara lain:

pupuk dan lumpur aktif

2). Sasaran Pengembangan

(1) Lulusan perguruan tinggi (Fresh Graduate) biologi atau kimia(2) Para pemodal investor

3). Program Pengembangan

(1) Sosialisasi Program

(a) Memilih perguruan tinggi dan lembaga penelitian danpengembangan; serta melaksanakan sosialisasi programkepada lembaga terpilih tersebut

(b) Melakukan sosialisasi ke pemerintah daerah gunamendapatkan dukungan dalam pengembangan selanjutnya

(2) Promosi Pemasaran

Promosi investasi (melalui : workshop, temu investor dankoordinasi program dengan pemerintah daerah dan lembagakeuangan).

(3) Penumbuhan Wirausaha Baru

4). Lokasi PengembanganWilayah utama sebagai awal pengembangan :

(1) Jawa Timur(2) Jawa Tengah(3) Jawa Barat(4) DI Yogyakarta(5) Sumatera Utara(6) Lampung

Page 88: RI-PIKM_BukuII

81

BAB VI

P E N U T U P

Penjabaran RIP-IKM kedalam program pengembangan sebagaimana yangdiuraikan dalam buku ini, menunjukkan bahwa pengembangan industri kecil menengahsangat luas, tidak boleh dilaksanakan secara terkotak-kotak namun harus dilaksanakansecara tersinergi serta menuntut komitmen dan upaya yang sungguh-sungguh dariseluruh pihak yang bertanggungjawab dalam penanganan kelompok industri ini. Tanpaitu semua, program pengembangan industri kecil menengah ini tidak akan membuahkanhasil yang berarti dan hanya akan membuahkan pemborosan.

Industri kecil menegah adalah merupakan lingkungan yang dinamis, olehkarenanya program pengembangan industri kecil menengah ini akan senantiasadiperbaiki, disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan yang terjadi. Untuk ituRIP-IKM yang terdiri atas Buku I dan II ini masih akan dilenkapi dengan sebuah bukutambahan yaitu Buku III yang akan mengupas analisis SWOT untuk masing-masingkomoditi di setiap lokasi pengembangan (kabupaten/kota). Mengingat cepatnyadinamika perkembangan yang harus diantisipasi maka Buku III juga akan sangat cepatberubah. Oleh karenanya Buku III tidak dipublikasikan, tetapi hanya merupakanpegangan bagi aparat pembina di lingkungan Direktorat Jenderal Industri dan DagangKecil Menengah serta diharapkan juga para jajaran Dinas Perindustrian danPerdagangan di daerah, yang akan direvisi setiap 3 sampai dengan 6 bulan.

Untuk lebih melengkapi tuntutan akan sebuah perencanaan yang lengkap,dalam lampiran Buku II ini disajikan juga sebuah matrik tentang perkiraan sasaranmakro pengembangan IKM yang diperkirakan dapat dicapai hingga tahun 2004.Perkiraan ini dihitung dengan mengikuti dan menyesuaikan sasaran makro ekonomi,seperti pertumbuhan PDB dan sebagainya yang ditetapkan dalam PROPENAS sertaREPETA.Akhirnya, diharapkan dengan adanya Buku I dan II RIP-IKM dapat dicapai sinergi danoptimalisasi penggunaan sumber daya dalam pengembangan industri kecil menengah,dan industri yang dimaksud dapat tumbuh menjadi kekuatan sebagaimana misi sertatujuanyang tersirat dalam PROPENAS, REPETA maupun RIP-IKM.Amien.

ooo O ooo

Page 89: RI-PIKM_BukuII

82

LAMPIRAN - LAMPIRAN