Top Banner
1 Presentasi Kasus dr. Reyjen 1. IDENTITAS PENDERITA Nama : Ny. K Umur : 32 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Status : Menikah Pekerjaan : Tidak bekerja Alamat : Asrama Yon Kav I, RT 4/ RW 11, Pasir Gunung Sebitan, Cimanggis, Depok MRS : 1 April 2015 Dikirim oleh : Poliklinik Kandungan Dirawat di Ruang : Ruang Karina Nomor CM : K.000087 2. ANAMNESIS (autoanamnesa dengan penderita) Autoanamnesa dilakukan 1 April 2015 di Ruang Karina RS TK IV Cijantung Kesdam KELUHAN UTAMA : Keluar bercak darah dari kemaluan RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari kemaluan sejak 3 hari lalu, dan dirasakan semakin banyak. Pasien juga mengeluh rasa mulas pada perut bagian bawah. Sebelumnya pasien sudah pergi ke bidan untuk berobat, dan pasien mengaku sudah Program Dokter Internsip Indonesia Rumah Sakit TK IV Cijantung Kesdam Periode Februari 2015 – 12 Juni 2015
65

Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

Jan 12, 2016

Download

Documents

Kasus Blighted Ovum
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

1

Presentasi Kasus dr. Reyjen

1. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ny. K

Umur : 32 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Menikah

Pekerjaan : Tidak bekerja

Alamat : Asrama Yon Kav I, RT 4/ RW 11, Pasir Gunung

Sebitan, Cimanggis, Depok

MRS : 1 April 2015

Dikirim oleh : Poliklinik Kandungan

Dirawat di Ruang : Ruang Karina

Nomor CM : K.000087

2. ANAMNESIS (autoanamnesa dengan penderita)

Autoanamnesa dilakukan 1 April 2015 di Ruang Karina RS TK IV Cijantung Kesdam

KELUHAN UTAMA : Keluar bercak darah dari kemaluan

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari kemaluan sejak 3 hari lalu, dan

dirasakan semakin banyak. Pasien juga mengeluh rasa mulas pada perut bagian bawah.

Sebelumnya pasien sudah pergi ke bidan untuk berobat, dan pasien mengaku sudah diberi

penguat kehamilan oleh bidan. Sebelumnya pasien belum pernah mengeluarkan darah dari

kemaluan. Pasien mengaku baru mengetahui bahwa dirinya hamil sejak bulan Februari 2015,

saat memeriksakan dirinya ke bidan karena terlambat haid.

Masalah lain seperti tekanan darah tinggi, kencing manis, sakit kepala, pusing,

pandangan kabur, mual-muntah, nyeri ulu hati dan sesak napas disangkal. Pasien juga

menyangkal adanya rasa lemas terus-menerus, terlihat pucat, dan lesu. Pasien mengaku tidak

minum jamu maupun obat-obatan selama hamil.

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 2: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

2

Presentasi Kasus dr. Reyjen

Pasien mengatakan selama hamil tidak ada keluhan keputihan, gigi berlubang,

maupun demam. Buang air kecil (BAK) selama ini dirasakan lancar, tidak ada nyeri saat

BAK maupun BAK anyang-anyangan. Buang air besar (BAB) juga tidak ada keluhan.

RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG

Menarche : 14 tahun

Siklus : 28 hari, teratur

Lama : 5 hari

HPHT : 1 Januari 2015

RIWAYAT PERSALINAN

Pasien mengaku melahirkan anak pertama pada tahun 2009, laki-laki, dengan cara

operasi sesar, degan berat 2900.

RIWAYAT KONTRASEPSI

Pasien mengaku menggunakan pil KB selama 6 tahun ini.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Riwayat penyakit jantung disangkal

Riwayat darah tinggi disangkal

Riwayat kencing manis disangkal

Riwayat asma disangkal

Riwayat keguguran disangkal

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Riwayat keluarga yang mengalami penyakit yang sama disangkal

Riwayat darah tinggi dalam keluarga disangkal

Riwayat kencing manis dalam keluarga disangkal

Riwayat asma dalam keluarga disangkal

RIWAYAT SOSIAL EKONOMI

Pasien tidak bekerja, suami pasien bekerja sebagai anggota TNI.

.

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 3: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

3

Presentasi Kasus dr. Reyjen

3. OBJEKTIF

Keadaan Umum : tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos Mentis, GCS = E4M6V5= 15

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 82 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup,

teraba sama kanan dan kiri

Laju Pernafasan : 24 x/menit

Suhu : 36,4 C (axiler)⁰

PEMERIKSAAN FISIK

Kepala : normosefal, hematom (-), deformitas (-)

Mata : konjungtiva palpebra normal, pupil 3mm/3mm, refleks cahaya

+/+

Leher : hematom (-),gerakan leher normal (+),perbesaran KGB (-),nyeri

saat digerakkan (-)

Telinga : otorrheae (-/-), otorrhagia (-/-)

Hidung : rhinorrheae (-/-), rhinorrhagia (-/-)

Mulut : bibir kering (-), sianosis (-)

Tenggorok : T1-1 hiperemis (-), faring hiperemis (-/-)

Leher : jejas (-), trakea di tengah, JVP normal

Dada : retraksi (-), jejas (-), nyeri tekan (+) di midaxilaris sinistra.

Cor I : Ictus cordis tak tampak

Pa : Ictus cordis teraba di ICS V 2 cm lateral LMCS

Pe : jantung dalam batas normal

Au : Suara jantung I-II murni, bising (-), gallop (-)

Pulmo I : simetris, tidak ada gerakan nafas yang tertinggal

Pa : stem fremitus kanan = kiri

Pe : sonor seluruh lapangan paru

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 4: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

4

Presentasi Kasus dr. Reyjen

Au : suara dasar vesikuler, suara tambahan(-)

Abdomen I : perut tampak mendatar

Pa : supel, nyeri tekan (+), hepar & lien tak teraba, ballotement ginjal

(-)

Pe : timpani di ke-4 kuadran

Au : bising usus (+) normal

Ekstremitas : superior inferior

Sianosis -/- -/-

Akral dingin -/- -/-

Oedem -/- -/-

Cap. Refill <2 dtk/<2 dtk <2 dtk/<2 dtk

STATUS OBSTETRI

Pemeriksaan abdomen : TFU tidak teraba,.

Pemeriksaan Dalam

- Inspeksi : terdapat bercak darah pada vagina

- Inspekulo : Ostium Uteri Eksternum tertutup

- Vaginal touche : tidak dilakukan

4. - DIAGNOSA SEMENTARA

G2P1A0 Hamil 13 minggu dengan Abortus Iminens

-DIAGNOSA BANDING

Blighted Ovum

Kehamilan Ektopik

Mola Hidatosa

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 5: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

5

Presentasi Kasus dr. Reyjen

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium Darah Lengkap tanggal 1 April 2015

WBC 5.1 / mm3 4 – 10,0 Normal

HBG 10.4 g/dL 11,0 – 16,5 Normal

HCT 32 % 37,0 – 43,0 Normal

PLT 232/mm3 160 - 400 Normal

CT 2,00 1 – 3 Normal

BT 6,24 5 – 10 Normal

USG 31 Maret 2015

Kesan: Blighted Ovum

7. ASSESMENT

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 6: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

6

Presentasi Kasus dr. Reyjen

G2P1A0 Hamil 13 minggu dengan Blighted Ovum

8. PLANNING

A. Nofarmakologi:

Monitor tanda vital

Pemeriksaan lab darah (H2TL + CT & BT)

Puasa 6 jam sebelum tindakan kuretase

Kuretase

B. Farmakologi:

Infus Ringer Laktat 20 tpm

Amoxcycylyn tablet 3 x 500 mg

Asam Mefenamat tablet 3 x 500 mg

Metergin tablet 3 x 1 tablet

Sulfas Ferosus 3 x 1 tablet

Cytotek 2 x ½ tablet

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 7: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

7

Presentasi Kasus dr. Reyjen

TINJAUAN PUSTAKAPENDARAHAN PADA KEHAMILAN MUDA

Perdarahan pervaginam pada kehamilan muda adalah perdarahan yang terjadi

sebelum Trimester 3.

Kehamilan normal biasanya tidak disertai dengan perdarahan pervaginam, tetapi

terkadang banyak wanita mengalami episode perdarahan pada trimester pertama kehamilan.

Darah yang keluar biasanya segar (merah terang) atau berwarna coklat tua (coklat

kehitaman). Perdarahan yang terjadi biasanya ringan, tetapi menetap selama beberapa hari

atau secara tiba-tiba keluar dalam jumlah besar.

Terdapat klasifikasi perdarahan pada kehamilan muda, yaitu:

1. Abortus

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup luar kandungan.

2. Mola hidatidosa

Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili korialisnya

mengalami perubahan hidrofik.

3. Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

KET adalah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan berhubung

dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat.

4. Blighted Ovum

Kehamilan anembrionik merupakan kehamilan patologi dimana mudigahtidak terbentuk

sejak awal walaupun kantong gestasi tetap terbentuk.

I.ABORTUS

A.DEFINISI DAN KLASIFIKASI

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram

atau umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup

di luar kandungan.

Abortus dapat digolongkan atas dasar :

1. Abortus Spontan

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 8: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

8

Presentasi Kasus dr. Reyjen

- Abortus imminens

- Abortus insipiens

- Abortus inkompletus

- Abortus kompletus

- Abortus infeksiosa & Septik

- Missed abortion

- Abortus habitualis

2. Abortus Provakatus (induced abortion)

- Abortus Medisinalis (abortus therapeutica)

- Abortus Kriminalis

1) Abortus spontan

Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan uterus,

maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan adalah

keguguran (Miscarriage).

Abortus spontan secara klinis dapat dibedakan antara abortus imminens, abortus

insipiens, abortus inkompletus, abortus kompletus. Selanjutnya, dikenal pula missed abortion,

abortus habitualis, abortus infeksiosus dan abortus septik.

a) Abortus imminens (keguguran mengancam)

Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,

dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis

abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi perdarahan melalui ostium

uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar

tuanya kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif. Pada beberapa wanita

hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya datang jika tidak

terjadi pembuahan. Hal ini disebabkan oleh penembusan villi koreales ke dalam desidua,

pada saat implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasanya sedikit, warnanya merah, cepat

berhenti, dan tidak disertai mules-mules.

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 9: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

9

Presentasi Kasus dr. Reyjen

Gambar 1. Abortus Imminens

b) Abortus insipiens (keguguran berlangsung)

Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya

dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini

rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah.

Gambar 2. Abortus Insipien

c) Abortus inkomplet (keguguran tidak lengkap)

Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan

masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka

dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang sudah menonjol dari ostium uteri

eksternum.

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 10: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

10

Presentasi Kasus dr. Reyjen

Gambar 3. Abortus Inkompletus

d) Abortus komplet (keguguran lengkap)

Perdarahan pada kehamilan muda di mana seluruh hasil konsepsi telah di keluarkan

dari kavum uteri. Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan dengan lengkap. Pada penderita

ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil.

Diagnosis dapat di permudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan

bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.

Gambar 4. Abortus Kompletus

e) Abortus infeksiosa dan Abortus septic

Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedangkan

abortus septik adalah abortus infeksiosa berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke

dalam peredaran darah atau peritoneum. Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi

pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering

ditemukan pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis.

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 11: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

11

Presentasi Kasus dr. Reyjen

Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas pada desidua. Pada abortus septik

virulensi bakteri tinggi, dan infeksi menyebar ke miometrium, tuba, parametrium, dan

peritoneum. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis,

dengan kemungkinan diikuti oleh syok.

Diagnosis abortus infeksiosa ditentukan dengan adanya abortus yang disertai gejala

dan tanda infeksi genitalia, seperti panas, takikardi, perdarahan pervaginam berbau, uterus

yang membesar, lembek, serta nyeri tekan, dan leukositosis. Apabila terdapat sepsis,

penderita tampak sakit berat, kadang kadang menggigil, demam tinggi dan tekanan darah

menurun.

f) Missed abortion (retensi janin mati)

Kematian janin sebelum berusia 20 minggu, tetapi janin yang mati tertahan di dalam

kavum uteri tidak dikeluarkkan selama 8 minggu atau lebih. Missed abortion biasanya

didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara spontan atau

setelah pengobatan. Gejala subyektif kehamilan menghilang, mammae agak mengendor lagi,

uterus tidak membesar lagi malah mengecil, dan tes kehamilan menjadi negatif. Dengan

ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan

usia kehamilan.

Gambar 5. Missed Abortion

g) Abortus habitualis

Keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturuturut tiga kali atau lebih.

Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum

28 minggu. Bishop melaporkan frekuensi 0,41% abortus habitualis pada semua kehamilan.

Menurut Malpas dan Eastman kemungkinan terjadi abortus lagi pada seorang wanita

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 12: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

12

Presentasi Kasus dr. Reyjen

mengalami abortus habitualis ialah 73% dan 83,6%. Sebaliknya, Warton dan Fraser dan

Llwellyn-Jones member prognosis lebih baik, yaitu 25,9% dan 39%.

2) Abortus provokatus

Abortus terinduksi adalah terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin

mampu hidup. Pada tahun 2000, total 857.475 abortus legal dilaporkan ke Centers for

Disease Control and Prevention. Sekitar 20% dari para wanita ini berusia 19 tahun atau

kurang, dan sebagian besa berumur kurang dari 25 tahun, berkulit putih, dan belum menikah.

Hampir 60% abortus terinduksi dilakukan sebelum usia gestasi 8 minggu, dan 88% sebelum

minggu ke 12 kehamilan (Centers for Disease Control and Prevention, 2000).

Abortus ini terbagi lagi menjadi:

a) Abortus therapeutic (Abortus medisinalis)

Abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat

membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan

2 sampai 3 tim dokter ahli.

b) Abortus kriminalis

Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak

berdasarkan indikasi medis.

B. ETIOLOGI

Penyebab abortus ada berbagai macam yang diantaranya adalah:

1) Faktor maternal

a) Kelainan genetalia ibu, misalnya pada ibu yang menderita:

(1) Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dan lain-lain).

(2) Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata.

(3)Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang

sudah dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau estrogen, endometritis,

dan mioma submukosa.

(4) Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola hidatidosa).

(5) Distorsia uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis.

b) Penyakit-penyakit ibu

Penyebab abortus belum diketahui secara pasti penyebabnya meskipun

sekarang berbagai penyakit medis, kondisi lingkungan, dan kelainan perkembangan

diperkirakan berperan dalam abortus. Misalnya pada:

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 13: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

13

Presentasi Kasus dr. Reyjen

(1) Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, tifoid,

pielitis, rubeola, demam malta, dan sebagainya. Kematian fetus dapat disebabkan

karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus.

(2) Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dan lain-lain.

(3) Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat,

anemi gravis.

(4) Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan

vitamin A, C, atau E, diabetes melitus.

c) Antagonis rhesus

Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus,

sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.

d) Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi Misalnya, sangat

terkejut, obat-obat uterotonika, ketakutan, laparatomi, dan lain-lain. Dapat juga karena

trauma langsung terhadap fetus: selaput janin rusak langsung karena instrument,

benda, dan obat-obatan.

e) Gangguan sirkulasi plasenta

Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia

gravidarum, anomaly plasenta, dan endarteritis oleh karena lues.

f) Usia ibu

Usia juga dapat mempengaruhi kejadian abortus karena pada usia kurang dari

20 tahun belum matangnya alat reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan

kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin, sedangkan abortus

yang terjadi pada usia lebih dari 35 tahun disebabkan berkurangnya fungsi alat

reproduksi, kelainan pada kromosom, dan penyakit kronis.

2) Faktor janin

Menurut Hertig dkk, pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan abortus

spontan. Menurut penyelidikan mereka, dari 1000 abortus spontan, maka 48,9% disebabkan

karena ovum yang patologis; 3,2% disebabkan oleh kelainan letak embrio; dan 9,6%

disebabkan karena plasenta yang abnormal. Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat

degeneras hidatid vili. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum

berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 14: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

14

Presentasi Kasus dr. Reyjen

kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum

(50-80%).

3) Faktor paternal

Tidak banyak yang diketahui tentang faktor ayah dalam terjadinya abortus. Yang

jelas, translokasi kromosom pada sperma dapat menyebabkan abortus. Saat ini abnormalitas

kromosom pada sperma berhubungan dengan abortus (Carrel, 2003). Penyakit ayah: umur

lanjut, penyakit kronis seperti TBC, anemi, dekompensasi kordis, malnutrisi, nefritis, sifilis,

keracunan (alcohol, nikotin, Pb, dan lain-lain), sinar rontgen, avitaminosis.

C. PATOLOGI

Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam decidua basalis, diikuti oleh nekrosis

jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau

seluruhnya, sehingga merupakan benda asing didalam uterus. Keadaan ini menyebabkan

uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil

konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya, karena vili koreales belum menembus desidua

terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, telah masuk agak tinggi,

karena plasenta tidak dikeluarkan secara utuh sehingga banyak terjadi perdarahan.

Pada kehamilan 14 minggu keatas, yang umumnya bila kantong ketuban pecah maka

disusul dengan pengeluaran janin dan plasenta yang telah lengkap terbentuk. Perdarahan

tidak banyak terjadi jika plasenta terlepas dengan lengkap. Hasil konsepsi pada abortus

dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya janin tidak tampak didalam kantong

ketuban yang disebut blighted ovum, mungkin pula janin telah mati lama disebut missed

abortion. Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ovum

akan dikelilingi oleh kapsul gumpalan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini

menjadi mola karneosa apabila pigmen darah diserap sehingga semuanya tampak seperti

daging.

Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses

mumifikasi: janin mengering dan menjadi agak gepeng atau fetus compressus karena cairan

amnion yang diserap. Dalam tingkat lebih lanjut janin menjadi tipis seperti kertas perkamen

atau fetus papiraseus. Kemungkinan lain yang terjadi apabila janin yang meninggal tidak

dikeluarkan dari uterus yaitu terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek,

dan seluruh janin berwarna kemerahmerahan.

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 15: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

15

Presentasi Kasus dr. Reyjen

D. KOMPLIKASI

Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi, syok, dan

gagal ginjal akut.

1) Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika

perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila

pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

2) Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi

hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda

bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi,

penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang

dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persolan gawat karena perlukaan uterus biasanya

luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan

atau kepastian terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk menentukan

luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi

komplikasi.

3) Infeksi

Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya

ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan

tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah

peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok.

4) Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan infeksi berat (syok

endoseptik).

5) Gagal ginjal akut

Gagal ginjal akut yang persisten pada kasus abortus biasanya berasal dari efek infeksi dan

hipovolemik yang lebih dari satu. Bentuk syok bakterial yang sangat berat sering disertai

dengan kerusakan ginjal intensif. Setiap kali terjadi infeksi klostridium yang disertai dengan

komplikasi hemoglobenimia intensif, maka gagal ginjal pasti terjadi. Pada keadaan ini, harus

sudah menyusun rencana untuk memulai dialysis yang efektif secara dini sebelum gangguan

metabolik menjadi berat.

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 16: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

16

Presentasi Kasus dr. Reyjen

E. PENATALAKSANAAN

1. Abortus imminens

- Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik

berkurang.

- Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan untuk mengurangi

kerentanan otot-otot rahim.

- Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah mati.

- Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.

- Pasien tidak boleh berhubungan seksual dulu sampai lebih kurang 2 minggu.

2. Abortus insipiens2

- Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan

transfusi darah.

- Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan,

tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus,

disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,2 mg

intramuskular.

- Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam

dekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi

uterus sampai terjadi abortus komplet.

- Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran

plasenta secara digital yang dapat disusul dengan kerokan.

- Memberi antibiotik sebagai profilaksis.

3. Abortus inkomplet2,3

- Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau

ringer laktat yang disusul dengan ditransfusi darah.

- Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret lalu suntikkan ergometrin

0,2 mg intramuskular untuk mempertahankan kontraksi otot uterus.

- Berikan antibiotik untuk rnencegah infeksi.

4. Abortus komplet

- Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi

darah.

- Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.

- Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin. dan mineral.

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 17: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

17

Presentasi Kasus dr. Reyjen

5. Missed abortion

- Bila terdapat hipofibrinogenemia siapkan darah segar atau fibrinogen.

- Pada kehamilan kurang dari 12 minggu.

Lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu

dilakukan dilatasi serviks dengan dilatator Hegar. Kemudian hasil konsepsi

diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.

- Pada kehamilan lebih dari 12 minggu.

Infus intravena oksitosin 10 IU dalam dekstrose 5% sebanyak 500 ml mulai

dengan 20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus.

Oksitosin dapat diberikan sampai 10 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang

infus oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.

6. Abortus infeksius dan septik

- Tingkatkan asupan cairan.

- Bila perdarahan banyak, lakukan transfusi darah.

- Penanggulangan infeksi:

a) Gentamycin 3 x 80 mg dan Penicillin 4 x 1,2 juta.

b) Chloromycetin 4 x 500 mg.

c) Cephalosporin 3 x 1.

d) Sulbenicilin 3 x 1-2 gram.

- Kuretase dilakukan dalam waktu 6 jam karena pengeluaran sisa-sisa abortus

mencegah perdarahan dan menghilangkan jaringan nekrosis yang bertindak

sebagai medium perkembangbiakan bagi jasad renik.

- Pada abortus septik diberikan antibiotik dalam dosis yang lebih tinggi misalnya

Sulbenicillin 3 x 2 gram.

- Pada kasus tetanus perlu diberikan ATS, irigasi dengan H2O2, dan histerektomi

total secepatnya.

7. Abortus Habitualis

- Memperbaiki keadaan umum, pemberian makanan yang sehat, istirahat yang

cukup, larangan koitus, dan olah raga.

- Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan.

- Pada serviks inkompeten terapinya adalah operatif: Shirodkar atau Mac Donald

(cervical cerclage).

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 18: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

18

Presentasi Kasus dr. Reyjen

F. PROGNOSIS

Macam dan lamanya perdarahan menentukan prognosis kelangsungan kehamilan.

Prognosisnya menjadi kurang baik bila perdarahan berlangsung lama, mules – mules disertai

dengan perdarahan dan pembukaan serviks. Jika kehamilan terus berlanjut, maka sering

diikuti dengan persalinan preterm, plasenta previa, dan IUGR.

II.KEHAMILAN EKTOPIK

A. DEFINISI

Kehamilan ektopik didefinisikan sebagai suatu kehamilan yang pertumbuhan

sel telur yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri.

Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopik karena kehamilan

pada pars interstitialis tuba dan kanalis servikalis masih termasuk dalam uterus tetapi

jelas bersifat ektopik. Kehamilan ektopik dapat terjadi di beberapa lokasi seperti yang

terdapat pada gambar 10.

Gambar 10. Lokasi kehamilan Ektopik

B. EPIDEMIOLOGI

Frekuensi dari kehamilan ektopik dan kehamilan intrauteri dalam satu

konsepsi yang spontan terjadi dalam 1 dalam 30.000 atau kurang. Angka kehamilan

ektopik per 1000 diagnosis konsepsi, kehamilan atau kelahiran hidup telah dilaporkan

berkisar antara 2,7 hingga 12,9. Angka kejadian kehamilan ektopik dari tahun ke

tahun cenderung meningkat. Diantara faktor-faktor yang terlibat adalah meningkatnya

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 19: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

19

Presentasi Kasus dr. Reyjen

pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim, penyakit radang panggul, usia ibu yang

lanjut, pembedahan pada tuba, dan pengobatan infertilitas dengan terapi induksi

superovulasi.

Di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta angka kejadian kehamilan ektopik pada

tahun 1987 ialah 153 di antara 4.007 persalinan atau 1 di antara 26 persalinan.2,10

C. FAKTOR RESIKO

Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik.

Namun kehamilan ektopik juga dapat terjadi pada wanita tanpa faktor risiko.2

Faktor risiko kehamilan ektopik adalah sebagai berikur:

1. Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesteron

Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil masih menggunakan

kontrasepsi spiral (3-4%). Pil yang hanya mengandung hormon progesteron juga

meningkatkan kehamilan ektopik karena dapat mengganggu pergerakan sel

rambut silia di saluran tuba yang membawa sel telur yang sudah dibuahi untuk

berimplantasi ke dalam rahim.

2. Faktor abnormalitas dari zigot

Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, maka zigot akan

tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian terhenti dan tumbuh

di saluran tuba.

3. Faktor tuba

Faktor dalam lumen tuba:

- Endosalpingitis dapat menyebabkan lumen tuba menyempit atau membentuk

kantong buntu akibat perlekatan endosalping.

- Pada hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkelok-kelok panjang dapat

menyebabkan fungsi silia tuba tidak berfungsi secara baik.

- Pascaoperasi rekanalisasi tuba dan sterilisasi yang tak sempurna

Faktor pada dinding tuba:

- Endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam

tuba.

- Divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur

yang dibuahi di tempat itu.

Faktor di luar dinding tuba

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 20: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

20

Presentasi Kasus dr. Reyjen

- Perlengketan peritubal dengan ditorsi atau lekukan tuba dapat menghambat

perjalanan telur.

- Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba

4. Faktor ovum

Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang kontralateral,

dapat membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih panjang sehingga

kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih besar.

5. Faktor lain

Pemakaian IUD dimana proses peradangan yang dapat timbul pada endometrium

dan endosalping dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.

D. PATOLOGI

Proses implantasi ovum yang dibuahi yang terjadi di tuba pada dasarnya sama

dengan halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau

interkolumner. Implantasi secara kolumner yaitu telur berimplantasi pada ujung atau

sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya

vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan kemudian diresorpsi. Pada nidasi

secara interkolumner telur bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah tempat

nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang

menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua

di tuba tidak sempurna, dengan mudah vili korialis menembus endosalping dan masuk

ke dalam lapisan otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah.

Perkembangan janin selanjutnya bergantung pada beberapa faktor, seperti tempat

implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi

trofoblas.

Di bawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron dari korpus luteum

graviditas dan trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek. Endometrium dapat pula

berubah menjadi desidua. Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami

degenerasi dan kemudian dikeluarkan berkeping-keping atau dilepaskan secara utuh.

Perdarahan pervaginam yang dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari

uterus dan disebabkan oleh pelepasan desidua yang degeneratif.

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 21: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

21

Presentasi Kasus dr. Reyjen

Tuba bukanlah tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, sehingga tidak

mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Sebagian besar kehamilan

tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu. Terdapat beberapa

kemungkinan mengenai nasib kehamilan dalam tuba yaitu:

a. Hasil konsepsi mati dini dan diresorpsi

Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena

vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorpsi total. Dalam keadaan ini

penderita tidak mengeluh apa-apa dan haidnya terlambat untuk beberapa hari.

b. Abortus ke dalam lumen tuba

Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah oleh villi

koriales pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari

dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini

dapat terjadi sebagian atau seluruhnya. Bila pelepasan menyeluruh, mudigah dan

selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba dan kemudian didorong oleh darah ke

arah ostium tuba abdominalis. Abortus ke dalam lumen tuba lebih sering terjadi

pada kehamilan pars ampularis, sedangkan penembusan dinding tuba oleh vili

korialis ke arah peritoneum biasanya terjadi pada kehamilan pars ismika.

Perbedaan ini disebabkan oleh lumen pars ampularis yang lebih luas sehingga

dapat mengikuti lebih mudah pertumbuhan hasil konsepsi jika dibandingkan

dengan bagian ismus dengan lumen sempit.

Pada pelepasan hasil konsepsi yang tidak sempurna pada abortus, perdarahannya

akan terus berlangsung, dari sedikit-sedikitnya oleh darah, sehingga berubah

menjadi mola kruenta. Perdarahan yang berlangsung terus menyebabkan tuba

membesar dan kebiru-biruan (Hematosalping) dan selanjutnya darah mengalir ke

rongga perut melalui ostium tuba, berkumpul di kavum douglas dan akan

membentuk hematokel retrouterina.

c. Ruptur dinding tuba

Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada

kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstitialis terjadi pada kehamilan

yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah penembusan villi

koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur dapat terjadi

secara spontan atau karena trauma ringan. Darah dapat mengalir ke dalam rongga

perut melalui ostium tuba abdominale. Bila ostium tuba tersumbat, ruptur sekunder

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 22: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

22

Presentasi Kasus dr. Reyjen

dapat terjadi. Dalam hal ini, dinding tuba yang telah menipis oleh invasi trofoblas,

pecah karena tekanan darah dalam tuba. Kadang-kadang ruptur terjadi di arah

ligamentum latum dan terbentuk hematoma intraligamenter antara 2 lapisan

ligamentum tersebut.

Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi bila

robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi dikeluarkan dari tuba.

Nasib janin bergantung pada tuanya kehamilan dan kerusakan yang diderita. Bila

janin mati dan masih kecil, dapat diresorpsi seluruhnya, dan bila besar dapat

diubah menjadi litopedion.

Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh kantong amnion

dan dengan plasenta masih utuh kemungkinan tumbuh terus dalam rongga perut,

sehingga terjadi kehamilan ektpik lanjut atau kehamilan abdominal sekunder.

Untuk mencukupi kebutuhan makanan bagi janin, plasenta dari tuba akan

meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya misalnya ke sebagian uterus,

ligamentum latum, dasar panggul dan usus.

E. KLASIFIKASI

Kehamilan ektopik dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Kehamilan Pars Interstisialis Tuba

Kehamilan ektopik ini terjadi bila ovum bernidasi pada pars interstisialis tuba.

Keadaan ini jarang terjadi dan hanya satu persen dari semua kehamilan tuba.

Ruptur pada keadaan ini terjadi pada kehamilan lebih tua, dapat mencapai akhir

bulan keempat. Perdarahan yang terjadi sangat banyak dan bila tidak segera

dioperasi akan menyebabkan kematian.

Tindakan operasi yang dilakukan adalah laparatomi untuk membersihkan isi

kavum abdomen dari darah dan sisa jaringan konsepsi serta menutup sumber

perdarahan dengan melakukan irisan baji (wegde resection) pada kornu uteri

dimana tuba pars interstisialis berada.

2. Kehamilan ektopik ganda

Sangat jarang kehamilan ektopik berlangsung bersamaan dengan kehamilan

intrauterin. Keadaan ini disebut kehamilan ektopik ganda (combined ectopic

pregnancy). Frekuensinya berkisar 1 di antara 15.000 – 40.000 persalinan.Di

Indonesia sudah dilaporkan beberapa kasus.

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 23: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

23

Presentasi Kasus dr. Reyjen

Pada umumnya diagnosis kehamilan dibuat pada waktu operasi kehamilan ektopik

yang terganggu. Pada laparotomi ditemukan uterus yang membesar sesuai dengan

tuanya kehamilan dan 2 korpora lutea.

3. Kehamilan Ovarial

Kehamilan ovarial primer sangat jarang terjadi. Diagnosis kehamilan tersebut

ditegakkan atas dasar 4 kriteria dari Spiegelberg, yakni:

1. Tuba pada sisi kehamilan harus normal

2. Kantong janin harus berlokasi pada ovarium

3. Kantong janin dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovary proprium

4. Jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantong janin

Diagnosis yang pasti diperoleh bila kantong janin kecil dikelilingi oleh jaringan

ovarium dengan trofoblas memasuki alat tersebut. Pada kehamilan ovarial biasanya

terjadi ruptur pada kehamilan muda dengan akibat perdarahan dalam perut. Hasil

konsepsi dapat pula mengalami kematian sebelumnya sehingga tidak terjadi ruptur,

ditemukan benjolan dengan berbagai ukuran yang terdiri atas ovarium yang

mengandung darah, vili korialis dan mungkin juga selaput mudigah.

4. Kehamilan servikal

Kehamilan servikal juga sangat jarang terjadi. Bila ovum berimplantasi dalam

kavum servikalis, maka akan terjadi perdarahan tanpa nyeri pada kehamilan muda.

Jika kehamilan berlangsung terus, serviks membesar dengan ostium uteri

eksternum terbuka sebagian.Kehamilan servikal jarang melampaui 12 minggu dan

biasanya diakhiri secara operatif oleh karena perdarahan. Pengeluaran hasil

konsepsi pervaginam dapat menyebabkan banyak perdarahan, sehingga untuk

menghentikan perdarahan diperlukan histerektomi totalis.

Paalman dan Mc ellin (1959) membuat kriteria klinik sebagai berikut:

1. Ostium uteri internum tertutup

2. Ostium uteri eksternum terbuka sebagian

3. Seluruh hasil konsepsi terletak dalam endoservik

4. Perdarahan uterus setelah fase amenore tanpa disertai rasa nyeri

5. Serviks lunak, membesar, dapat lebih besar dari fundus uteri, sehingga

terbentuk hour-glass uterus

Kriteria Rubin (1911) membuat kriteria klinik sebagai berikut:

1. Kelenjar serviks harus ditemukan di seberang tempat implantasi plasenta

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 24: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

24

Presentasi Kasus dr. Reyjen

2. Tempat implantasi plasenta harus berada di bawah arteri uterina atau

peritoneum visceral uterus.

3. Janin tidak boleh terdapat di daerah korpus uterus.

4. Implantasi plasenta di serviks harus kuat.

Kriteria Rubin sulit diterapkan secara klinis karena memerlukan histerektomi

total untukmemastikannya.

5. Kehamilan ektopik kronik (hematokel)

Merupakan kehamilan ektopik dimana janin dapat tumbuh terus karena mendapat

cukup zat-zat makanan dan oksigen dari plasenta yang meluaskan implantasinya ke

jaringan sekitar misalnya ligamentum latum, uterus, dasar panggul, usus dan

sebagainya. Dalam keadaan demikian, anatomi sudah kabur. Kehamilan ektopik

lanjut biasanya terjadi sekunder dari kehamilan tuba yang mengalami abortus atau

ruptur dan janin dikeluarkan dari tuba dalam keadaan masih diselubungi oleh

kantung ketuban dengan plasenta yang masih utuh yang akan terus tumbuh terus di

tempat implantasinya yang baru. 2

Angka kejadian kehamilan ektopik lanjut di RSCM, Jakarta dari tahun 1967 – 1972

yaitu 1 di antara 1065 persalinan. Berbagai penulis mengemukakan angka antara

1 : 2000 persalinan sampai 1 : 8500 persalinan.

F. GAMBARAN KLINIK

Gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas dan

penderita maupun dokter biasanya tidak mengetahui adanya kelainan dalam

kehamilan, sampai terjadinya abortus tuba atau ruptur tuba.

1. Kehamilan ektopik belum terganggu

Kehamilan ektopik yang belum terganggu atau belum mengalami ruptur sulit untuk

diketahui, karena penderita tidak menyampaikan keluhan yang khas.Amenorea

atau gangguan haid dilaporkan oleh 75-95% penderita. Lamanya amenore

tergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat bervariasi. Sebagian penderita

tidak mengalami amenore karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya.

Tanda-tanda kehamilan muda seperti nausea dilaporkan oleh 10-25% kasus.

Di samping gangguan haid, keluhan yang paling sering disampaikan ialah nyeri di

perut bawah yang tidak khas, walaupun kehamilan ektopik belum mengalami

ruptur. Kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 25: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

25

Presentasi Kasus dr. Reyjen

ditentukan. Keadaan ini juga masih harus dipastikan dengan alat bantu diagnostik

yang lain seperti ultrasonografi (USG) dan laparoskopi.

Mengingat bahwa setiap kehamilan ektopik akan berakhir dengan abortus atau

ruptur yang disertai perdarahan dalam rongga perut, maka pada setiap wanita

dengan gangguan haid dan setelah diperiksa dicurigai adanya kehamilan ektopik

harus ditangani dengan sungguh-sungguh menggunakan alat diagnostik yang ada

sampai diperoleh kepastian diagnostik kehamilan ektopik karena jika terlambat

diatasi dapat membahayakan jiwa penderita.

2. Kehamilan ektopik terganggu

Gejala dan tanda kehamilan tuba tergangu sangat berbeda-beda dari perdarahan

banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak

jelas. Gejala dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu,

abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan

keadaan umum penderita sebelum hamil.1

Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis yang mendadak atau akut

biasanya tidak sulit.Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik

terganggu (KET). Pada ruptur tuba, nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-

tiba dan intensitasnya disertai dengan perdarahan yang menyebabkan penderita

pingsan, tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat serta perdarahan yang

lebih banyak dapat menimbulkan syok, ujung ekstremitas pucat, basah dan dingin.

Rasa nyeri mula-mula terdapat dalam satu sisi, tetapi setelah darah masuk ke dalam

rongga perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah atau keseluruh perut bawah dan

bila membentuk hematokel retrouterina menyebabkan defekasi nyeri.

Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada KET. Hal ini

menunjukkan kematian janin dan berasal dari kavum uteri karena pelepasan

desidua. Perdarahan dari uterus biasanya tidak banyak dan berwarna coklat tua.

Frekuensi perdarahan ditemukan dari 51-93%. Perdarahan berarti gangguan

pembentukan hCG.

Yang menonjol ialah penderita tampak kesakitan, pucat, dan pada pemeriksaan

ditemukan tanda-tanda syok serta perdarahan rongga perut. Pada pemeriksaan

ginekologik ditemukan serviks yang nyeri bila digerakkan dan kavum Douglas

yang menonjol dan nyeri raba. Pada abortus tuba biasanya teraba dengan jelas

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 26: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

26

Presentasi Kasus dr. Reyjen

suatu tumor di samping uterus dalam berbagai ukuran dengan konsistensi agak

lunak. Hematokel retouterina dapat diraba sebagai tumor di kavum Douglas.

Kesulitan diagnosis biasanya terjadi pada kehamilan ektopik terganggu jenis atipik

atau menahun. Keterlambatan haid tidak jelas, tanda dan gejala kehamilan muda

tidak jelas, demikian pula nyeri perut tidak nyata dan sering penderita tampak tidak

terlalu pucat. Hal ini dapat terjadi apabila perdarahan pada kehamilan ektopik yang

terganggu berlangsung lambat. Dalam keadaan yang demikian, alat bantu

diagnostik sangat diperlukan untuk memastikan diagnosis.

G, DIAGNOSIS

Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik belum

terganggu demikian besarnya sehingga sebagian besar penderita mengalami abortus

tuba atau ruptur tuba sebelum keadaan menjadi jelas. Alat bantu diagnostik yang

dapat digunakan ialah ultrasonografi (USG), laparoskopi atau kuldoskopi.

Anamnesis: haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu, dan kadang-

kadang terdapat gejala subyektif kehamilan muda. Nyeri abdominal terutama bagian

bawah dan perdarahan pervaginam pada trimester pertama kehamilan merupakan

tanda dan gejala klinis yang mengarah ke diagnosis kehamilan ektopik. Gejala-gejala

nyeri abdominal dan perdarahan pervaginam tidak terlalu spesifik atau juga sensitif.

Pemeriksaan umum: penderita tampak kesakitan dan pucat. Pada perdarahan

dalam rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan.Pada jenis tidak mendadak

perut bagian bawah hanya sedikit menggembung dan nyeri tekan. Kehamilan ektopik

yang belum terganggu tidak dapat didiagnosis secara tepat semata-mata atas adanya

gejala-gejala klinis dan pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan ginekologi: tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan.

Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan

teraba sedikit membesar dan kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan

batas yang sukar ditentukan. Kavum Douglas yang menonjol dan nyeri-raba

menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Suhu kadang-kadang naik sehingga

menyukarkan perbedaan dengan infeksi pelvik.

Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah

merah berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama

bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus tidak mendadak

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 27: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

27

Presentasi Kasus dr. Reyjen

biasanya ditemukan anemia, tetapi harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru

terlihat setelah 24 jam.2 Perhitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya

perdarahan bila leukosit meningkat (leukositosis). Untuk membedakan kehamilan

ektopik dari infeksi pelvik dapat diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang

lebih dari 20.000 biasanya menunjukkan infeksi pelvik.

Penting untuk mendiagnosis ada tidaknya kehamilan. Cara yang paling mudah

adalah dengan melakukan pemeriksaan konsentrasi hormon β-hCG dalam urin atau

serum. Hormon ini dapat dideteksi paling awal pada satu minggu sebelum tanggal

menstruasi berikutnya. Konsentrasi serum yang sudah dapat dideteksi ialah 5 IU/L,

sedangkan pada urin ialah 20–50 IU/L.6 Tes kehamilan negatif tidak menyingkirkan

kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi dan

degenerasi trofoblas menyebabkan hCG menurun dan menyebabkan tes negatif. Tes

kehamilan positif juga tidak dapat mengidentifikasi lokasi kantung gestasional.

Meskipun demikian, wanita dengan kehamilan ektopik cenderung memiliki level β-

hCG yang rendah dibandingkan kehamilan intrauterin.

Kuldosentesis: adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah

terdapat darah dalam kavum Douglas. Cara ini sangat berguna untuk membuat

diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Adapun teknik ini terlihat dalam gambar 11.

Teknik kuldosentesis yaitu:

- Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi.

- Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptik

- Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan tenakulum, kemudian

dilakukan traksi ke depan sehingga forniks posterior ditampakkan

- Jarum spinal no. 18 ditusukkan ke dalam kavum douglas dan dengan semprit 10 ml

dilakukan pengisapan.

Hasil positif bila dikeluarkan darah berwarna coklat sampai hitam yang tidak

membeku atau berupa bekuan-bekuan kecil.

Hasil negatif bila cairan yang dihisap berupa:

- Cairan jernih yang mungkin berasal dari cairan peritoneum normal atau kista

ovarium yang pecah.

- Nanah yang mungkin berasal dari penyakit radang pelvis atau radang appendiks

yang pecah (nanah harus dikultur).

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 28: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

28

Presentasi Kasus dr. Reyjen

- Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku, darah ini

berasal dari arteri atau vena yang tertusuk.

Ultrasonografi: Cara yang paling efisien untuk mengeluarkan adanya

kehamilan ektopik adalah mendiagnosis suatu kehamilan intrauteri. Cara yang terbaik

untuk mengkonfirmasi satu kehamilan intrauteri adalah dengan menggunakan

ultrasonografi. Sensitivitas dan spesifisitas dari diagnosis kehamilan intrauteri dengan

menggunakan modalitas ini mencapai 100% pada kehamilan diatas 5,5 minggu.

Sebaliknya identifikasi kehamilan ektopik dengan ultrasonografi lebih sulit (kurang

sensitif) dan kurang spesifik.Adapun gambaran kehamilan ektopik terlihat pada

gambar 12.

Gambar 12. USG kehamilan ektopik

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Gambar 11.Kuldosentesis

Page 29: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

29

Presentasi Kasus dr. Reyjen

Laparoskopi: hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk

kehamilan ektopik apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang lain meragukan.

Melalui prosedur laparoskopik, alat kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara

sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum Douglas dan ligamentum

latum. Adanya darah dalam rongga pelvis mempersulit visualisasi alat kandungan

tetapi hal ini menjadi indikasi untuk dilakukan laparotomi.

G. PENATALAKSANAAN

Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Dalam

tindakan demikian beberapa hal perlu diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu:

a. Kondisi penderita saat itu

b. Keinginan penderita akan fungsi reproduksinya

c. Lokasi kehamilan ektopik

d. Kondisi anatomik organ pelvis

Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada

kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif yaitu hanya dilakukan

salpingostomi atau reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita buruk, misalnya

dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi.

1. Pembedahan

Pembedahan merupakan penatalaksanaan primer pada kehamilan ektopik terutama

pada KET dimana terjadi abortus atau ruptur pada tuba. Penatalaksanaan

pembedahan sendiri dapat dibagi atas dua yaitu pembedahan konservatif dan

radikal. Pembedahan konservatif terutama ditujukan pada kehamilan ektopik yang

mengalami ruptur pada tubanya. Pendekatan dengan pembedahan konservatif ini

mungkin dilakukan apabila diagnosis kehamilan ektopik cepat ditegakkan sehingga

belum terjadi ruptur pada tuba.

a. Salpingotomi linier

Tindakan ini merupakan suatu prosedur pembedahan yang ideal dilakukan pada

kehamilan tuba yang belum mengalami ruptur. Karena lebih dari 75% kehamilan

ektopik terjadi pada 2/3 bagian luar dari tuba. Prosedur ini dimulai dengan

menampakkan, mengangkat, dan menstabilisasi tuba. Satu insisi linier dibuat

diatas segmen tuba yang meregang. Produk kehamilan dikeluarkan dengan hati-

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 30: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

30

Presentasi Kasus dr. Reyjen

hati dari dalam lumen. Setiap sisa trofoblas yang ada harus dibersihkan dengan

melakukan irigasi pada lumen dengan menggunakan cairan ringer laktat yang

hangat untuk mencegah kerusakan lebih jauh pada mukosa. Hemostasis yang

komplit pada mukosa tuba harus dilakukan, karena kegagalan pada tindakan ini

akan menyebabkan perdarahan postoperasi yang akan membawa pada terjadinya

adhesi intralumen. Batas mukosa kemudian ditutup dengan jahitan terputus,

jahitan harus diperhatikan hanya dilakukan untuk mendekatkan lapisan serosa

dan lapisan otot dan tidak ada tegangan yang berlebihan. Tindakan salpingotomi

tampak pada gambar 13.

Gambar 13. Salpingotomi

b. Reseksi segmental

Reseksi segmental dan re-anastomosis end to end telah diajukan sebagai satu

alternatif dari salpingotomi. Prosedur ini dilakukan dengan mengangkat bagian

implantasi. Tujuan lainnya adalah dengan merestorasi arsitektur normal tuba.

Hanya pasien dengan perdarahan yang sedikit dipertimbangkan untuk menjalani

prosedur ini. Mesosalping yang berdekatan harus diinsisi dan dipisahkan dengan

hati-hati untuk menghindari terbentuknya hematom pada ligamentum latum.

Jahitan seromuskuler dilakukan dengan menggunakan mikroskop/loupe.

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 31: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

31

Presentasi Kasus dr. Reyjen

c. Salpingektomi

Salpingektomi total diperlukan apabila satu kehamilan tuba mengalami ruptur,

karena perdarahan intraabdominal akan terjadi dan harus segera diatasi.

Hemoperitonium yang luas akan menempatkan pasien pada keadaan krisis

kardiopulmunonal yang serius. Insisi suprapubik Pfannenstiel dapat digunakan,

dan tuba yang meregang diangkat. Mesosalping diklem berjejer dengan klem

Kelly sedekat mungkin dengan tuba. Tuba kemudian dieksisi dengan memotong

irisan kecil pada miometrium di daerah kornu uteri, hindari insisi yang terlalu

dalam ke miometrium. Jahitan matras angka delapan dengan benang absorable 0

digunakan untuk menutup miometrium pada sisi reseksi baji. Mesosalping

ditutup dengan jahitan terputus dengan menggunakan benang absorbable.

Hemostasis yang komplit sangat penting untuk mencegah terjadinya hematom

pada ligamentum latum.

III. MOLA HIDATIDOSA

A. DEFINISI1,6

Mola hidatidiform diartikan sebagai suatu kehamilan yang tak berkembang wajar

dimana tidak diketemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan

berupa degenerasi hidropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu

gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi

dari beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm.

MOLA HIDATIDOSA

B. ETIOLOGI

Penyebab bagi mola hidatidosa sampai sekarang masih belum diketahui. Diperkirakan

bahwa faktor-faktor seperti gangguan pada telur, kekurangan gizi pada ibu dan kelainan

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 32: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

32

Presentasi Kasus dr. Reyjen

rahim berhubungan dengan peningkatan angka kejadian mola. Wanita dengan usia di bawah

20 tahun atau di atas 40 tahun juga berada dalam risiko tinggi. Mengkonsumsi makanan

rendah protein, asam folat dan karoten juga meningkatkan risiko terjadinya mola walaupun

patologinya tidak sepenuhnya difahami.

C. PATOGENESIS

Kira-kira 1 diantara 10 kehamilan berakhir dengan abortus spontan dan pada separuh

abortus ini terdapat perkembangan ovum atau fetus yang patologis atau blighted.

Pada blighted ovum tampak jaringan plasenta mengalami berbagai tingkat degenerasi

hidropik dan pada pemeriksaan mikroskopik villus tersebut tidak diketemukan sirkulasi fetal

atau perkembangannya tidak sempurna.

Akibat gangguan sirkulasi tersebut, terjadi edema. Cairan yang tidak dapat diserap

mengakibatkan pembengkakakn.

Jadi vilus-vilus yang mengalami degenerasi hidropik merupakan tanda adanya

blighted ovum. Mola hydatidosa merupakan lanjutan degenerasi hidropik pada blighted

ovum. Abortus akibat blighted ovum biasanya keluar 3 bulan pertama, sedangkan

gelembung-gelembung mola baru dikeluarkan pada kehamilan 4-5 bulan. Umumnya mola

ditemukan dalam uterus, tetapi dapat juga ditemukan pada tempat ektopik. Bila diketahui,

biasanya setelah kehamilan 4-5 bulan, uterus lebih besar daripada umur kehamilan.

Uterus berisi kelompok-kelompok jaringan seperti buah anggur, kistik, berdinding

tipis dan mudah pecah dengan keluarnya cairan jernih. Kelompok jaringan seperti ini diikat

oleh jaringan fibrotik yang halus. Gambaran mikroskopik menunjukkan:

Vilus-vilus yang membesar

Stroma menunjukkan edema

Stroma yang tidak mengandung pembuluh darah atau jumlahnya berkurang

Hiperplasi dan anaplasi epitel chorion, yaitu sitotrophoblast (sel Langhans) dan

synsitiotrophoblast.

Karena proliferasi epitel chorion ini, maka produksi HCG bertambah 10x lipat.

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 33: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

33

Presentasi Kasus dr. Reyjen

Gambar 2.Fotomikrograf mola hidatidiform

yang memperlihatkan pembengkakan vilus dan sedikit hiperplasia trofoblast permukaan. 5

D. DIAGNOSIS DAN GAMBARAN KLINIK

Pada permulaannya gejala mola hidatidosa tidak seberapa berbeda dengan kehamilan

biasa, yaitu mual, muntah, pusing dan lain-lain, hanya saja derajat keluhannya sering hebat.

Selanjutnya perkembangan lebih pesat, sehingga pada umumnya besar uterus lebih besar dari

umur kehamilan. Ada pula kasus-kasus yang uterusnya lebih kecil atau sama besar walaupun

jaringannya belum dikeluarkan. Dalam hal ini perkembangan jaringan trofoblas tidak begitu

aktif sehingga perlu dipikirkan adanya jenis dying mole.

Perdarahan merupakan gejala utama mola. Biasanya keluhan perdarahan inilah yang

menyebabkan mereka datang ke rumah sakit. Gejala perdarahan ini biasanya terjadi antara

bulan pertama sampai ketujuh dengan rata-rata 12-14 minggu. Sifat perdarahan bisa

intermitten, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok atau kematian.

Karena perdarahan ini umumnya pasien mola hidatidosa masuk dalam keadaan anemia.

Seperti juga pada kehamilan biasa, mola hidatidosa bisa disertai dengan preeklampsia

(eklampsia), hanya perbedaannya ialah bahwa preeklampsia pada mola terjadinya lebih muda

daripada kehamilan biasa. Penyulit lain yang akhir akhir ini banyak dipermasalahkan adalah

tirotoksikosis. Maka, Martadisoebrata menganjurkan agar stiap kasus mola hidatidosa dicari

tanda-tanda tirotoksikosis secara aktif seperti kita selalu mencari tanda tanda preeklampsia

pada kehamilan biasa. Biasanya penderita meninggal karena krisis tiroid.

E. TATALAKSANA

Tatalaksana Mola hidatidiform terdiri dari 2 tahap berikut:

1. Perbaikan Keadaan Umum

Yang termasuk usaha ini misalnya pemberian transfusi darah untuk memperbaiki syok atau

anemia dan menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti preeklampsia atau

tirotoksikosis.

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 34: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

34

Presentasi Kasus dr. Reyjen

2. Pengeluaran Jaringan Mola

Ada 2 cara, yaitu:

a) Vakum kuretase

Setelah keadaan umum diperbaiki dilakukan vakum kuretase tanpa pembiusan. Untuk

memperbaiki kontraksi diberikan pula uterotonika. Vakum kuretase dilanjutkan dengan

kuretase dengan menggunakan sendok kuret biasa yang tumpul. Tindakan kuret cukup

dilakukan 1 kali saja, asal bersih. Kuret kedua hanya dilakukan bila ada indikasi.

b) Histerektomi

Tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur dan cukup

mempunyai anak. Alasan untuk melakukan histerektomi ialah karena umur tua dan paritas

tinggi merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya keganasan. Batasan yang dipakai

adalah umur 35 tahun dnegan anak hidup tiga.

c) Pemeriksaan tindak lanjut

Hal ini perlu dilakukan mengingat adanya kemungkinan keganasan setelah mola

hidatidosa. Tes hCG harus mencapai nilai NORMAL setelah 8 minggu evakuasi. Lama

pengawasan berkisar satu tahun. Selama periode 8 minggu dianjurkan tidak menggunakan

kondom, diafragma, dll.

F. KOMPLIKASI

Choriocarcinoma gestational

Merupakan neoplasma ganas epitel sel trophoblastik yang berasal dari segala bentuk

kehamilan normal atau abnormal sebelumnya. Biasa didapatkan mola komplet yang

memperlihatkan pembengkakan hidropik sebagian besar villus korion sementara vaskularisasi

vilus hampir tidak ada sama sekali atau kurang adekuat. Mola komplet yang lanjut

memperlihatkan spektrum klasik pembengkakan villus difus dan ekstravillus yang konsentrik

dan ekstensif yang dapat menyebabkan Choriocarcinoma.

G.PROGNOSIS

Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah jantung

atau tirotoksikosis. Dinegara maju kematian karena mola hampir tidak ada lagi. Di negara

berkembang, masih cukup tinggi, berkisar antara 2,2% dan 5,7%. Sebagian besar pasien mola

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 35: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

35

Presentasi Kasus dr. Reyjen

akan segera sehat setelah jaringannya dikeluarkan, tetapi ada juga yang menderita akibat

keganasan menjadi koriokarsinoma. Presentasi keganasan berkisat antara 55,6%.

IV. BLIGHTED OVUM

A. DEFINISI

Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi tidak

ada janin di dalam kandungan. Blighted ovum (kehamilan anembrionik) merupakan kehamilan

patologik, dimana mudigah tidak terbentuk sejak awal. Di samping mudigah,kantong kuning telur juga tidak

ikut terbentuk. Seorang wanita yang mengalaminya jugamerasakan gejala-gejala kehamilan seperti terlambat

menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan (morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi

pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium hasilnya pun

positif.

Blighted ovum (anembryonic pregnancy) terjadi pada saat ovum yang sudah dibuahi menempel ke

dinding uterus, tapi embrio tidak berkembang. Sel-sel berkembang membentuk kantong kehamilan, tapi tidak

membentuk embrio itu sendiri. Blighted ovum biasanya terjadi pada trimester pertama sebelum wanita

tersebut mengetahui tentang kehamilannya.

Etiologi

Blighted ovum merupakan penyebab sekitar 50% keguguran trimester pertama dan

biasanya merupakan akibat dari masalah kromosom yang diduga hampir 60% untuk kejadian blighted

ovum ini. Pada seseorang yang menderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol itu sendiri bisa menyebabkan

keluhan ini karena terganggunya proses metabolisme di dalam tubuh. Tubuh wanita mengenali kromosom

abnormal pada janin dan secara alami tidak mencoba untuk melanjutkan kehamilan karena janin tidak akan

berkembang menjadi bayi yang sehat. Hal ini dapat disebabkan oleh pembelahan sel abnormal, atau kualitas

sperma yang buruk

Faktor genetik. Translokasi parenteral keseimbangan genetik.

1. Mendelian

2. Multifaktor

3. Robertsonian

4. Resiprokal

Kejadian tertinggi kelainan sitogenik konsepsi terjadi awal kehamilan. Kelainan sitogenik embrio

biasanya berupa aneuploid yang disebabkan oleh keliainan sporadis, misalnya nondisjungction meiosis atau

poliploidi dari fertilitas abnormal. Separuh dari abortus karena kelainan sitogenik pada trimester pertama

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 36: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

36

Presentasi Kasus dr. Reyjen

berupa trisomi autosom. Triploidi ditemukan pada 16% kejadian abortus, dimana terjadi fertilisasi ovum

normal haploid oleh 2 sperma ( dispermi ) sebagai mekanisme patologi primer. Trisomi timbul akibat

nondisjunction meiosis selama gametogenesis pada pasien dengan kariotip normal. Untuk sebagian besar

trisomi, gangguan meiosis maternal bisa berimplikasi pada gametogenesis. Isiden trisomi meningkat dengan

bertambahnya usia. Trisomi 16, semua kromosom trisomi berakhir abortus kecuali pada trisomi kromosom 1.

Sindroma turner merupakan penyebab 20 – 25 % kelainan sitogenik pada abortus. Sepertiga dari fetus

dengan sindrom down ( trisomi 21) bisa bertahan.

Pengelolaan standar menyarankan untuk pemeriksaan genetik amniosintesis pada semua ibu hamil

dengan usia lanjut , yaitu diatas 35 tahun karena angka kejadian kelainan kromosom / trisomi akan meningkat

setelah usia 35 tahun. Kelainan lain umumnya bergubungan dengan dengan fertilisasi abnormal (tetraploid,

triploid). Kelainan ini tidak bisa dihubungkan dengan kelangsungan kehamilan. Tetraploid terjadi pada 8 %

kejadian abortus karena kelainan kromosom, di mana terjadinya kelainan pada fase sangat awal sebleum

proses pembuahan.

Struktur kromosom merupakan kelainan ketiga. Kelainan struktural terjadi pada sekitar 3% kelainan

sitogenik pada abortus. Ini menunjukan bahwa kelainan struktur kromosom sering diturunkan oleh ibunya.

Kelainan struktur kromosom pada pria bisa berdampak pada rendahnya konsentrasi sperma, infertilitas, dan

bisa mengurangi peluang kehamilan dan terjadi keguguran. Kelainan sering juga berupa gen yang abnormal,

mungkin karena adanya mutasi gen yang bisa mengganggu proses implantasi bahkan menyebabkan abortus.

Contoh untuk kelainan gen tunggal yang sering menyebabkan abortus berulang adalah myotonik dystrophy,

yang berupa autosom dominan dengan penetrasi yang tinggi, kelainan ini progresif, dan penyebab abortusnya

mungkin karena kombinasi gen yang abnormal dan gangguan fungsi uterus. Kemungkinan juga karena

adanya mosaic gonad pada ovarium atau testis.

Gangguan konektif lain, misalnya sindroma marfan, sindroma Ehlers-Danlos, homosisteinuri dan

pseudoaxanthoma elasticum. Juga pada perempuan dengan sickle cell. Anemia beresiko tinggi mengalami

abortus. Hal ini karena adanya mikroinfark pada plasenta. kelainan hematologik lain yang menyebabkan

abortus misalnya disfibrinogenemi, defisiensi faktor XIII, dan hipofibrinogenemi afibrinogenemi congenital.

Abortus berulang bisa berulang bisa disebabkan oleh penyatuan oleh 2 kromosom yang abnormal, di mana

salah bila kelainannya hanya pada salah satu orangtua, faktor tersebut tidak diturunkan. Studi pernah dilakukan

menunjukan bahwa bila didapatkannya kelainan kariotip pada kejadian abortus, maka kehamilan berikutnya

juga beresiko abortus.

B. FAKTOR INFEKSI

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 37: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

37

Presentasi Kasus dr. Reyjen

Teori peran mikroba infeksi terhadap kejadian abortus mulai diduga sejak 1917, ketika DeForest dan

kawan-kawan melakukan pengamatan kejadian abortus berulang pada perempuan yang ternyata terpapar

brucellosis. Beberapa jenis organisme tertentu diduga berdampak pada kejadian abortus antara lain :

1. Bakteria

Listeria monositogenes

Klamidia trakomatis

Ureaplasma urealitikum

Mikoplasma hominis

Bekterial vaginosis

2. Virus

Sitomegalovirus

Rubella

Herpes Simpleks Virus

HIV

Parovirus

3. Parasit

Toksoplasmosis gondii

Plasmodium falsiparum

4. Spirokaeta

Treponema pallidum

Berbagai teori diajukan untuk mencoba menerangkan bahwa pada infeksi terhadap resiko abortus /

EPL, diantaranya sebagai berikut :

Adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, atau sitokin yang berdampak

langsung pada janin atau unit fetoplasenta.

Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin atau cacat berat sehingga janin sulit

bertahan hidup.

Infeksi plasenta yang berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut kematian janin.

Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genitalia bawah ( missal

Mikoplasma hominis, Klamidia, Ureaplasma urealitikum, HSV ).

Amnionitis.

Memacu perubahan genetic dan anatomi embrio, umumnya oleh karena virus selama

kehamilan awal.

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 38: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

38

Presentasi Kasus dr. Reyjen

C. FAKTOR HORMONAL

Ovulasi implantasi, serta kehamilan dini bergantung pada koordinasi yang baik sistem pengaturan

hormone maternal. Oleh karena itu, perlu perhatian langsung terhadap sistem hormone secara keseluruhan,

fase luteal, dan gambaran hormone setelah konsepsi terutama kadar progesterone

Diabetes Mellitus

Perempuan dengan diabetes mellitus yang dikelola dengan baik risiko abortusnya tidak lebih jelek

jika disbanding perempuan yang tanpa diabetes. Akan tetapi perempuan diabetes dengan kadar

HbA1c tinggi pada trimester pertama, resiko abortus dan malformasi janin meningkat signifikan.

Diabetes jenis insulin-dependen dengan kontrol glukosa tidak adekuat punya peluang 2-3 kali lipat

mengalami abortus.

Kadar progesterone yang rendah

Progesterone mempunyai peran penting dalam mempengaruhi reseptivitas endometrium terhadap

implantasi korion. Pada tahun 1929, allen dan corner mempublikasikan tentang proses fisiologis

korpus luteum, dan sejak itu diduga kadar progesteron yang rendah berhubungan dengan resiko

terjadinya blighted ovum. Support fase luteal punya peran kritis pada kehamilan sekitar 7 minggu,

yaitu saat di mana trofoblas harus menghasilkan banyak steroid untuk menunjang kehamilan.

Pengangkatan korpus luteum sebelum usia 7 minggu akan menyebabkan abortus. Dan bila

progesterone diberikan akan mempertahankan kehamilan.

D. PATOGENESIS

Pada saat pembuahan, sel telur yang matang dan siap dibuahi bertemu sperma. Namun dengan

berbagai penyebab (diantaranya kualitas telur/sperma yang buruk atau terdapat infeksi torch), maka unsur

janin tidak berkembang sama sekali. Hasil konsepsi ini akan tetap tertanam didalam rahim lalu rahim yang

berisi hasil konsepsi tersebut akan mengirimkan sinyal pada indung telur dan otak sebagai pemberitahuan

bahwa sudah terdapat hasil konsepsi didalam rahim. Hormon yang dikirimkan oleh hasil konsepsi tersebut

akan menimbulkan gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah dan lainya yang lazim dialami ibu hamil

pada umumnya, hal ini disebabkan Plasenta menghasilkan hormone hCG (human chorionic gonadotropin)

dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan

bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon hCG yang menyebabkan munculnya gejala-

gejala kehamilan seperti mual, muntah, dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. .Karena tes

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 39: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

39

Presentasi Kasus dr. Reyjen

kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur kadar hormon hCG (human

chorionic gonadotropin) yang sering disebut juga sebagai hormon kehamilan.

Meski tak ada janin, blighted ovum bisa membuat ibu merasa hamil sungguhan. Ini

wajar saja karena ibu memang mengalami beberapa gejala kehamilan, seperti menstruasi

terhenti, mengalami mual dan muntah, perut makin membesar dan payudara mengeras.

Bahkan hasil pemeriksaan air seni melalui test pack maupun laboratorium, bisa saja

menunjukkan hasil positif.

Mengapa bisa seperti itu? Begini penjelasan ilmiahnya. Pada saat pembuahan, sel

telur yang matang dan siap dibuahi bertemu sperma. Namun dengan berbagai penyebab (di

antaranya kualitas telur/sperma yang buruk, atau terdapat infeksi TORCH), maka unsur janin

tidak berkembang sama sekali.

Hasil konsepsi ini akan tetap tertanam di dalam rahim. Lalu rahim yang berisi hasil

konsepsi tersebut akan mengirimkan sinyal pada indung telur dan otak sebagai

pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon yang

dikirimkan oleh hasil konsepsi tersebut akan menimbulkan gejala-gejala kehamilan seperti

mual, muntah, ngidam dan lainnya yang lazim dialami ibu hamil pada umumnya.

Karena gejalanya yang tidak spesifik, maka biasanya blighted ovum baru ditemukan setelah

ibu hamil mengeluh adanya perdarahan sedikit dari kemaluan. Perlu diketahui juga, perut

yang membesar seperti orang hamil, tidak hanya bisa disebabkan blighted ovum. Mungkin

saja ada penyakit lain misalnya tumor rahim atau penyakit usus.

E. MANIFESTASI KLINIK

1. Pada awal kehamilan berjalan baik dan normal tanpa ada tanda-tanda kelainan

2. Kantung kehamilan terlihat jalas, tes kehamilan urin positif 

3. Blighted ovum terdeteksi saat ibu melakukan USG pada usia kehamilan memasuki 7-8minggu.

4. kemungkinan memiliki kram perut ringan, dan atau perdarahan bercak ringan.

5. Blighted ovum sering tidak menyebabkan gejala sama sekali.

G. GEJALA & TANDA

1. Periode menstruasi terlambat

2. Kram perut

3. Minor vagina atau bercak perdarahan

4. Tes kehamilan positif pada saat gejala

5. Ditemukan setelah akan tejadi abortus spontan dimana muncul keluhan perdarahan

6. Hampir sama dengan kehamilan normal

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 40: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

40

Presentasi Kasus dr. Reyjen

7. Gejala tidak spesifik (perdarahan spotting coklat kemerah-merahan, kram perut, bertambahnya

ukuran rahim yang lambat)

8. Ditemukan pada pemeriksaan USG

H. DIAGNOSA

1. Anamnesis (tanda - tanda kehamilan)

Dari anamnesis ini untuk mengetahui faktor – faktor penyebab walaupun tidak pasti dalam

mendiagnosis untuk blighted ovum ini, bisa ditanyakan apakah sebelumnya pernah mengalami hal

yang sama pada kehamilan yang lalu, karena kejadian blighted ovum ini bisa berulang. Lalu

menanyakan apakah dirumah

ada yang memelihara binatang yang berbulu seperti kucing untuk mengetahui kemungkinan adanya

infeksi dari TORCH, merokok juga bisa ditanyakan kepada perempuan maupun kepada suaminya

bisa menyebabkan kualitas sperma yang tidak baik atau karena ovumnya yang tidak baik.

2. Pemeriksaan fisik 

Biasanya pada pemeriksaan ini didapatkan pembesaran dari kehamilan yang terlambat walaupun

pada dasarnya kehamilan ini bisa diraba pada kehamilan 12 minggu, adanya nyeri tekan pada perut

karena suatu respon untuk pengeluaran benda yang dianggap asing oleh tubuh.

3. Diagnosis pasti dengan pemeriksaan penunjang (USG)

Didapatkan gambaran adanya kantung kosong pada pemeriksaan ini, hanya ada amnion dan cairan

ketuban tetapi didalamnya tidak ditemukan pertumbuhan janin yang seharusnya terjadi.

4. Diagnosis kehamilanan embrionik bisa dilakukan saat kehamilan memasuki usia 7-8minggu. Sebab

saat itu diameter kantung kehamilan sudah lebih besar dari 16 milimeter sehingga bisa terlihat lebih

jelas. Dari hasil itu juga akan tampak, adanya kantung kehamilan yang kosong dan tidak berisi janin.

Diagnosis kehamilan anembriogenik dapat ditegakkan bila pada kantong gestasi yang berdiameter

sedikitnya 30 mm, tidak dijumpai adanya struktur mudigah dan kantong kuning telur.

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 41: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

41

Presentasi Kasus dr. Reyjen

Jika telah didiagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah mengeluarkan hasil konsepsi

dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan dianalisa untuk memastikan apa

penyebab blighted ovum lalu mengatasi penyebabnya. Jika karena infeksi  maka dapat diobati sehingga

kejadian ini tidak berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program imunoterapi sehingga

kelak dapat hamil. Lebih penting adalah trauma mental untuk pasangan. Hal ini membutuhkan konseling dan

meyakinkan mereka bahwa proses ini sangat umum. Hal ini lebih baik untuk menghindari

kehamilan selama 2 bulan dan 

dapa

t mencoba lagi. Tidak perlu menunggu sangat lama.Umumnya sel telur blighted adalah kejadian acak da

n kemungkinan pengulangan cukup kurang.

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Kehamilan Normal

Blighted Ovum

Page 42: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

42

Presentasi Kasus dr. Reyjen

Dalam banyak kasus blighted ovum tidak bisa dicegah. Beberapa pasangan seharusnya melakukan

tes genetika dan konseling jika terjadi abortus berulang di awal kehamilan. Blighted ovum sering merupakan

kejadian satu kali, dan jarang terjadi lebih dari satu kali pada wanita. Untuk mencegah terjadinya blighted

ovum, maka dapat dilakukan beberapa tindakan pencegahan seperti pemeriksaan TORCH, imunisasi rubella

pada wanita yang hendak hamil, bila menderita penyakit disembuhkan dulu, dikontrol gula darahnya,

melakukan pemeriksaan kromosom terutama bila usia di atas 35 tahun, menghentikan kebiasaan merokok

agar kualitas sperma/ovum baik, memeriksakan kehamilan yang rutin dan membiasakan pola hidup sehat.

Jika diagnosis blighted ovum, diskusikan dengan dokter Anda apa yang harus

dilakukan selanjutnya. Beberapa wanita memilih dilatasi dan kuretase (D & C). Prosedur ini

melibatkan dilatasi serviks dan mengeluarkan isi rahim. Karena  D & C segera membersihkan

setiap jaringan yang tersisa, ini akan lebih membantu anda secara mental dan fisik. Hal ini

juga dapat sangat membantu jika anda ingin ahli patologi memeriksa jaringan untuk

mengkonfirmasi alasan penyebab anda keguguran. Menggunakan obat seperti misoprostol

secara rawat jalan juga dapat menjadi pilihan lain. Namun, mungkin memakan waktu

beberapa hari bagi tubuh anda untuk mengusir semua jaringan. Dengan obat ini, anda

mungkin mengalami perdarahan dan lebih banyak efek samping.  Hal ini terutama keputusan

pribadi, tetapi diskusikan dengan dokter anda.Setelah keguguran, dokter mungkin

menyarankan anda menunggu setidaknya satu sampai tiga siklus haid sebelum mencoba

untuk hamil lagi.

Hingga saat ini belum ada cara untuk mendeteksi dini kehamilan blighted ovum.

Seorang wanita baru dapat diindikasikan mengalami blighted ovum bila telah melakukan

pemeriksaan USG transvaginal. Namun tindakan tersebut baru bisa dilakukan saat kehamilan

memasuki usia 7-8 minggu. Jadi alangkah baiknya kita melakukan pencegahan secara dini

seperti:

Melakukan imunisasi pada si ibu untuk menghindari masuknya virus rubella ke dalam

tubuh.

Rencanakan kehamilan yang sehat. Konsultasikan dengan Dokter mengenai rencana

kehamilan dan keadaan ibu harus benar-benar sehat.

Tak hanya pada calon ibu, calon ayah pun disarankan untuk menghentikan kebiasaan

merokok dan memulai hidup sehat saat prakonsepsi.

Melakukan pemeriksaan kromosom

Periksakan kehamilan secara rutin. Sebab biasanya kehamilan kosong jarang terdekteksi

saat usia kandungan masih muda.

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 43: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

43

Presentasi Kasus dr. Reyjen

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro, H, Saifuddin A.B, Rachimhadhi T. Perdarahan Dalam Kehamilan Muda.

Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2006

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015

Page 44: Reyjen Kasus Blighted Ovum Final

44

Presentasi Kasus dr. Reyjen

2. Lbrary.usu.ac.id/download/fk/anatomi-djakobus.3.pdf

3. Mochtar, R,. Sinopsis Obstetri obstetri fisiologis obstetri patologis, edisi ketiga. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC; 2013

4. Bagian Obstetri & Ginekologi Fak. Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung, Obstetri Patologi,

Ed. 1984, Elstar Offset: Bandung

5. Saifuddin A.B, Adriansz G, Wiknjosastro, H, Waspodo D. Perdarahan kehamilan lanjut dan

persalinan. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina

Pustaka Sarwomo Prawirohardjo, Jakarta, 2006

6. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, et al. Plasenta Previa, Antepartum hemorrhage. In :

Williams Obstetrics, 23rd ed, Prentice Hall International Inc. Appleton and Lange, Connecticut, 2001;

7. Robbins & Contran. Dasar Patologis Penyakit. Ed 7. Jakarta: EGC Kedokteran. 2009.

8. http : // Reproduksi umj.blogspot.com/2011/.html.

9.Protap Blighted Ovum. PDF, library USU.

10. Toret-labeeuw et al world jounal pf emergency 2013. www.wjes.org/content./

11. The New England Jounal of Medicine. www.nejm.org.

12. Sastrawinata, S. 2003. Obstetri Patologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

13. Bari, Abdul S. 2003. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. PB POGI,

FKUI. Jakarta.

14. Sach, Acker, Friedman. 1998. Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan Obstetri. Jakarta :

Binarupa Aksara.

Program Dokter Internsip IndonesiaRumah Sakit TK IV Cijantung KesdamPeriode Februari 2015 – 12 Juni 2015