Top Banner
7 - 1 REVITALISASI CHINATOWN SEBAGAI KAWASAN BERSEJARAH ETNIS TIONGHOA DI SINGAPURA Dyah Retno Wijayanti | 25608008 Program Studi Rancang Kota Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB Email : [email protected] Abstrak : Kota tua adalah distrik bersejarah dan bagian dari kota yang sering terlupakan atau mengalami penurunan kualitas fisik lingkungan. Penurunan kualitas tersebut umumnya disebabkan oleh penurunan kualitas fungsi kawasan atau adanya kegiatan yang memberi citra negatif sehingga kawasan kota tua ditinggalkan penghuninya dan akhirnya mati atau menjadi kumuh. Chinatown Singapura adalah contoh kawasan bersejarah yang berhasil dikonservasi dan merupakan daerah tujuan wisata yang selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan. Berdasarkan studi literatur dan studi lapangan yang telah dilakukan, faktor yang menyebabkan mengapa orang datang ke tempat tersebut adalah atmosfer lingkungan yang unik dan identitas etnis yang kuat. Selain itu terdapat pula generator yang menghidupkan kawasan sehingga citra kawasan menjadi terangkat. Keberhasilan dalam upaya konservasi kawasan tersebut dapat dijadikan studi banding sebagai upaya merevitalisasi kawasan kota tua lainnya yang memiliki konteks sama sebagai kawasan bersejarah etnis Tionghoa. Dengan demikian seorang perancang kota akan memiliki gambaran kongkrit bagaimana upaya merevitalisasi kawasan bersejarah dengan segala masalah dan potensinya agar menjadi hidup kembali. Kata kunci : konservasi, kawasan bersejarah, etnis tionghoa, Chinatown, Singapura I. PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Setiap kota pasti memiliki bagian kota tuanya yang merupakan warisan dari sejarah masa sebelumnya. Kota tua dengan corak dan langgam arsitekturalnya menyimpan atmosfer dan suasana lokalitas yang berbeda sehingga terdapat potensi yang besar. Namun sayangnya kota tua seringkali terabaikan sehingga malah menjadi kota bawah dan menjadi daerah kumuh bahkan mati. Hal ini disebabkan bahwa kota terus tumbuh dan berkembang. Aktivitas yang silih berganti, kondisi politik yang dinamis dan kehidupan sosial yang berubah-ubah sepanjang waktu menyebabkan kota tua sering berubah fungsi atau ditinggalkan oleh penghuninya. Dengan nilai kesejarahan dan potensi sebagai bagian kota yang masih dapat dimanfaatkan maka sangat disayangkan jika kota tua, termasuk yang memiliki latar belakang budaya etnis tertentu, mengalami penurunan kualitas. Sesungguhnya semua fungsi yang telah ditinggalkan dapat dimanfaatkan kembali dengan penetrasi fungsi baru (adaptive re-use) atau menciptakan generator yang dapat menghidupkan kembali vitalitas kawasan kota tua yang telah ditinggalkan. Singapura memiliki daerah-daerah konservasi berupa kampung etnis meliputi Chinatown, Kampong Glam, Bugis dan Little India. Terutama Chinatown yang menjadi pokok bahasan dalam tulisan ini, merupakan salah satu kampung etnis yang sudah ada sejak masa kolonial Inggris. Chinatown memiliki latar belakang sejarah yang panjang, mengalami penurunan kualitas pada masa pasca perang dunia, menjadi lingkungan kumuh hingga akhirnya dikonservasi oleh pemerintah dan menjadi aset pariwisata Singapura. Chinatown yang kini hidup kembali dengan aktivitas komersialnya yang menjadi generator kawasan merupakan kasus yang dianggap dapat menjadi preseden karena keberhasilannya setelah direvitalisasi yaitu sebagai kawasan bersejarah dengan corak etnis Tionghoa Singapura. Maka pembahasan ini dilakukan dengan harapan akan dapat menjadi preseden bagaimana menerapkan konservasi kawasan bersejarah tidak hanya preservasi dari segi fisik namun juga intervensi fungsi pada kawasan yang dapat menjadi generator kehidupan kawasan tersebut. I.2. Tujuan dan Manfaat Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk menganalisis bagaimana upaya
16

REVITALISASI CHINATOWN SEBAGAI KAWASAN BERSEJARAH ETNIS TIONGHOA DI SINGAPURA

Mar 08, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: REVITALISASI CHINATOWN SEBAGAI KAWASAN BERSEJARAH ETNIS TIONGHOA DI SINGAPURA

7 - 1

REVITALISASI CHINATOWN SEBAGAI KAWASAN BERSEJARAH ETNIS

TIONGHOA DI SINGAPURA

Dyah Retno Wijayanti | 25608008 Program Studi Rancang Kota

Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB Email : [email protected]

Abstrak :

Kota tua adalah distrik bersejarah dan bagian dari kota yang sering terlupakan atau mengalami penurunan kualitas fisik lingkungan. Penurunan kualitas tersebut umumnya disebabkan oleh penurunan kualitas fungsi kawasan atau adanya kegiatan yang memberi citra negatif sehingga kawasan kota tua ditinggalkan penghuninya dan akhirnya mati atau menjadi kumuh. Chinatown Singapura adalah contoh kawasan bersejarah yang berhasil dikonservasi dan merupakan daerah tujuan wisata yang selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan. Berdasarkan studi literatur dan studi lapangan yang telah dilakukan, faktor yang menyebabkan mengapa orang datang ke tempat tersebut adalah atmosfer lingkungan yang unik dan identitas etnis yang kuat. Selain itu terdapat pula generator yang menghidupkan kawasan sehingga citra kawasan menjadi terangkat. Keberhasilan dalam upaya konservasi kawasan tersebut dapat dijadikan studi banding sebagai upaya merevitalisasi kawasan kota tua lainnya yang memiliki konteks sama sebagai kawasan bersejarah etnis Tionghoa. Dengan demikian seorang perancang kota akan memiliki gambaran kongkrit bagaimana upaya merevitalisasi kawasan bersejarah dengan segala masalah dan potensinya agar menjadi hidup kembali. Kata kunci : konservasi, kawasan bersejarah, etnis tionghoa, Chinatown, Singapura

I. PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

Setiap kota pasti memiliki bagian kota tuanya yang merupakan warisan dari sejarah masa sebelumnya. Kota tua dengan corak dan langgam arsitekturalnya menyimpan atmosfer dan suasana lokalitas yang berbeda sehingga terdapat potensi yang besar. Namun sayangnya kota tua seringkali terabaikan sehingga malah menjadi kota bawah dan menjadi daerah kumuh bahkan mati. Hal ini disebabkan bahwa kota terus tumbuh dan berkembang. Aktivitas yang silih berganti, kondisi politik yang dinamis dan kehidupan sosial yang berubah-ubah sepanjang waktu menyebabkan kota tua sering berubah fungsi atau ditinggalkan oleh penghuninya.

Dengan nilai kesejarahan dan potensi sebagai bagian kota yang masih dapat dimanfaatkan maka sangat disayangkan jika kota tua, termasuk yang memiliki latar belakang budaya etnis tertentu, mengalami penurunan kualitas. Sesungguhnya semua fungsi yang telah ditinggalkan dapat dimanfaatkan kembali dengan penetrasi fungsi baru (adaptive re-use) atau menciptakan generator yang dapat menghidupkan kembali vitalitas kawasan kota tua yang telah ditinggalkan.

Singapura memiliki daerah-daerah konservasi berupa kampung etnis meliputi Chinatown, Kampong Glam, Bugis dan Little India. Terutama Chinatown yang menjadi pokok bahasan dalam tulisan ini, merupakan salah satu kampung etnis yang sudah ada sejak masa kolonial Inggris. Chinatown memiliki latar belakang sejarah yang panjang, mengalami penurunan kualitas pada masa pasca perang dunia, menjadi lingkungan kumuh hingga akhirnya dikonservasi oleh pemerintah dan menjadi aset pariwisata Singapura.

Chinatown yang kini hidup kembali dengan aktivitas komersialnya yang menjadi generator kawasan merupakan kasus yang dianggap dapat menjadi preseden karena keberhasilannya setelah direvitalisasi yaitu sebagai kawasan bersejarah dengan corak etnis Tionghoa Singapura. Maka pembahasan ini dilakukan dengan harapan akan dapat menjadi preseden bagaimana menerapkan konservasi kawasan bersejarah tidak hanya preservasi dari segi fisik namun juga intervensi fungsi pada kawasan yang dapat menjadi generator kehidupan kawasan tersebut. I.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk menganalisis bagaimana upaya

Page 2: REVITALISASI CHINATOWN SEBAGAI KAWASAN BERSEJARAH ETNIS TIONGHOA DI SINGAPURA

konservasi pada distrik bersejarah dengan etnis Tionghoa sebagai basisnya. demikian dapat diketahui faktorsajakah yang menjadi generator dalam menghidupkan kawasan selain restorasi dan preservasi fisik bangunan dan lingkungan yang terdapat pada Chinatown tersebut.

Sedangkan manfaat yang dari pembahasan adalah menjadi upaya konservasi dan revitalisasi distrik bersejarah lainnya yang memiliki konteks sama dengan Chinatown Singapura. demikian dapat dimengerti gambaran kongkrit bagaimana sesungguhnya kawasan yang telah berhasil dikonservasi tersebut.I.3. Sasaran

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :

1. Melakukan uraian mengenai tinjakawasan Chinatown Singapura dengan kondisinya saat ini. Tinjauan kawasan tersebut meliputi aspek fisik dan non fisik kawasan.

2. Melakukan uraian mengenai sejarah distrik Chinatown untuk mengetahui latar belakang kawasan.

3. Menganalisis bagaimana upayakonservasi kawasan Chinatown hingga berhasil saat ini

4. Membuat kesimpulan dapat diambil setelah pembahasan tersebut.

I.4. Rumusan masalah Permasalahan yang dapat dirumuskan ke

dalam bentuk pertanyaan penelitian adalah :1. Bagaimana kualitas lingkungan fisik

yang terdapat pada distrik Chinatown2. Bagaimana konstruksi sosial yang

terdapat pada Chinatown sebagai kampung etnis?

3. Latar belakang sejarah apa yang dimiliki oleh distrik tersebut?

4. Upaya apa saja yang dilakukan dalam merevitalisasi kawasan?

I.5. Metode Pembahasan Metode dalam penyusunan

adalah : 1. Penggalian data mengenai Chinatown

melalui observasi langsung pada lokasi untuk mengetahui bagaimana kondisi riil Selain itu observasi langsung ini juga untuk merasakan langsung

a distrik bersejarah dengan sebagai basisnya. Dengan

demikian dapat diketahui faktor-faktor apa sajakah yang menjadi generator dalam menghidupkan kawasan selain restorasi dan preservasi fisik bangunan dan lingkungan

own tersebut. Sedangkan manfaat yang dari

pembahasan adalah menjadi wacana bagi upaya konservasi dan revitalisasi distrik

lainnya yang memiliki konteks sama dengan Chinatown Singapura. Dengan demikian dapat dimengerti gambaran kongkrit

sesungguhnya kawasan yang telah berhasil dikonservasi tersebut.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut langkah yang harus dilakukan

Melakukan uraian mengenai tinjauan kawasan Chinatown Singapura dengan

Tinjauan kawasan tersebut meliputi aspek fisik dan non

Melakukan uraian mengenai sejarah distrik Chinatown untuk mengetahui latar belakang kawasan. Menganalisis bagaimana upaya-upaya konservasi kawasan Chinatown hingga

apa saja yang dapat diambil setelah pembahasan

Permasalahan yang dapat dirumuskan ke dalam bentuk pertanyaan penelitian adalah :

Bagaimana kualitas lingkungan fisik yang terdapat pada distrik Chinatown?

konstruksi sosial yang terdapat pada Chinatown sebagai

Latar belakang sejarah apa yang dimiliki oleh distrik tersebut? Upaya apa saja yang dilakukan dalam merevitalisasi kawasan?

Metode dalam penyusunan makalah ini

Penggalian data mengenai Chinatown melalui observasi langsung pada lokasi untuk mengetahui bagaimana kondisi riil Selain itu observasi langsung ini juga untuk merasakan langsung

bagaimana atmosfir kehidupan yang terdapat pada kawasan tSelain observasi langsung lapangan penggalian data juga dilakukan melalui literatur atau data sekunder dan melalui informasi internet.

2. Analisis deskriptif mengenai tinjauan kawasan, latar belakang sejarah dan mengenai upaya konservasi distrik bersejarah tersebut.

3. Merumuskan kesimpulan apa yang sudah didapat melalui studi banding apa yang dapat diterapkan pada penyusunan tesis dan apa yang tidak bisa.

II. LATAR BELAKANG SEJARAH CHINATOWN (SINGAPURA

II.1. Chinatown pada Masa Kolonialisme Inggris

Ketika Singapura menjadi pelabuhan yang strategis, semakin banyak pula imigran yang datang ke Singapura. Terutama imigran yang berasal dari Guang Dong, Cina Selatan, menempati lahan Singapura dekat dengan pelabuhan. Semakin banyaknya imigran yang datang maka semakin padat lingkungan tersebut. maka untuk menghindayang terjadi karena makin bertambahnya jumlah ras tionghoa yang masuk maka Leutant Jackson dan Raffles membuat Chinesse Kampung (Niuchesui1820, sebagai upaya pengolompokan etnis China yang berasal dari kaum imigran.Tujuannya adalah pengaturan kaum imigran tersebut. Pada kampung tersebut juga terdapat beberapa etnis lain yaitu India dan Melayu.

Gambar 01Ilustrasi Kehidupan pada Abad 18

Sumber : Singapore Tourism Board, 2009

7 - 2

bagaimana atmosfir kehidupan yang terdapat pada kawasan tersebut.

observasi langsung lapangan penggalian data juga dilakukan melalui

atau data sekunder dan melalui

mengenai tinjauan kawasan, latar belakang sejarah dan mengenai upaya konservasi distrik

Merumuskan kesimpulan apa yang sudah didapat melalui studi banding apa yang dapat diterapkan pada penyusunan tesis dan apa yang tidak bisa.

LATAR BELAKANG SEJARAH CHINATOWN (NIUCHESUI)

II.1. Chinatown pada Masa Kolonialisme

Ketika Singapura menjadi pelabuhan banyak pula imigran

yang datang ke Singapura. Terutama imigran yang berasal dari Guang Dong, Cina Selatan, menempati lahan Singapura dekat dengan pelabuhan. Semakin banyaknya imigran yang datang maka semakin padat lingkungan tersebut. maka untuk menghindari konflik yang terjadi karena makin bertambahnya jumlah ras tionghoa yang masuk maka Leutant Jackson dan Raffles membuat

Niuchesui) pada tahun 1820, sebagai upaya pengolompokan etnis China yang berasal dari kaum imigran.Tujuannya adalah mempermudah pengaturan kaum imigran tersebut. Pada kampung tersebut juga terdapat beberapa etnis

Gambar 01 Kehidupan pada Abad 18

Singapore Tourism Board, 2009

Page 3: REVITALISASI CHINATOWN SEBAGAI KAWASAN BERSEJARAH ETNIS TIONGHOA DI SINGAPURA

7 - 3

Raffles menetapkan kawasan tersebut

sebagai kawasan khusus untuk etnis China pada tahun 1822. Kemudian Raffles juga membagi daerah berdasarkan kelompok suku yang ada yaitu Hokkian di Telok Ayer dan sekitar sungai, Teochew di Clark Quay dan sekitar Fort Canning, sedangkan Kanton dan Hakka di sekitar Kreta Ayer. Selain itu Raffles juga mengelompokkan lagi komunitas di Chinatown berdasarkan kelas dan jenis mata pencaharian, yakni pedagang, seniman maupun petani. Pada tahun 1839 kawasan Telok Ayer berkembang menjadi pusat komersial di selatan Singapura.

Pada tahun 1843 Chinatown menjadi terkenal dan dikunjungi banyak wisatawan dengan kekhasan lokal yang dimilikinya. Hal ini menyebabkan kepadatan dan arus orang datang dan pergi semakin meningkat. Maka pada tahun 1885 Chinatown difasilitasi oleh transportasi publik yaitu steam train, kereta listrik dan troley bus pada tahun 1929.

Pada perkembangannya kemudian terjadi

semacam alih fungsi yaitu Chinatown yang tadinya adalah kawasan hunian menjadi kawasan perdagangan. Akibatnya adalah

timbul kepadatan tinggi memunculkan adanya masalah kesehatan, slum dan turunnya kualitas lingkungan. Wabah penyakit bermunculan dan ditambah adanya isu rasial dan nasionalis yang sentimental memunculkan adanya permasalahan-permasalahan sosial. II.2. Masa Perang Dunia kedua dan Menurunnya Vitalitas Kawasan

Chinatown pernah menjadi tempat perdagangan yang ramai hingga tempat dunia malam, prostitusi, hingga perdagangan opium di Asia. Dengan adanya situasi sosial yang memburuk sering terjadi kriminalitas pada lingkungan Chinatown ini. Situasi perang membuat kehidupan di Chiantown menjadi hancur yaitu pada tahun 1940an. Hal tersebut tidak membuat morfologi Chinatown berubah, namun akibat perang kondisi bangunan semakin parah. Maka tahun 1960 hingga 1970, banyak bangunan lama dihancurkan dan digantikan oleh pengembangan baru terutama oleh HDB dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan perumahan rakyat sekaligus mewujudkan ruang komersial.

Kemudian pada tahun 1980 URA memutuskan untuk melakukan preservasi lingkungan Chinatown dan berusaha memfungsikannya kembali sebagai kawasan perkantoran karena letaknya yang mudah diakses oleh MRT. Pada tahun 1998 Tourist Board Plan for Chinatown, diresmikan lalu koridor-koridor jalan secara tematik bersarakan interest publik. III. TINJAUAN KAWASAN

CHINATOWN SINGAPURA III.1. Area Konservasi Chinatown

Sejak upaya konservasi dilakukan oleh Urban Redevelopment Authority yang bekerja sama dengan Singapore Tourism Board,

Gambar 03 Ilustrasi jalan Sago Street pada tahun 1930

Sumber : Chinatown as A Microcosm Of Singapore, 2009

Gambar 04 Ilustrasi kondisi permukiman yang kumuh

Sumber : Chinatown as A Microcosm Of Singapore, 2009

Gambar 02 Ilustrasi masterplan pertama oleh Leutant Jackson

Sumber : Place remaking under property rights regimes: a case study of Niucheshui, Singapore, 2007

Page 4: REVITALISASI CHINATOWN SEBAGAI KAWASAN BERSEJARAH ETNIS TIONGHOA DI SINGAPURA

Chinatown (juga disebut dengan Niuchesui) menjadi destinasi pariwisata dengan target turis mancanegara. Pariwisata merupakan aset bagi negara seperti Singapura yang sumber daya dominan adalah sumber daya manusia. Dengan adanya kondisi tersebut maka Singapura harus mengoptimalkan lokalitas dan kesejarahannya sebagai modal dan pemasukan negara.

Dalam sebuah penelitian, swisatawan datang untuk menikmati area ytelah terkonservasi. Responden menyebutkan bahwa alasan mereka berkunjunguntuk menikmati atmosfer atau suasana yang khas dari kawasan tersebut dan untuk melihat corak budaya oleh etnis setempat. 2001)

Distrik Chinatown terbagi menjadi 4 bagian antara lain :

Kreta Ayer

Dikelilingi oleh New Bridge Road, Park Road, Upper Cross Street, South Bridge Road, Sago Street, Trengganu Street

Gambar 05 Peta Distrik Konservasi Chinatown

Sumber : www.ura.gov.sg, 2009

Gambar 06 Ilustrasi Kreta Ayer

Sumber : Google Image, 2009

Chinatown (juga disebut dengan Niuchesui) menjadi destinasi pariwisata dengan target turis mancanegara. Pariwisata merupakan aset

ara seperti Singapura yang sumber daya dominan adalah sumber daya manusia. Dengan adanya kondisi tersebut maka Singapura harus mengoptimalkan lokalitas dan kesejarahannya sebagai modal dan

Dalam sebuah penelitian, sebanyak 68% datang untuk menikmati area yang

telah terkonservasi. Responden menyebutkan bahwa alasan mereka berkunjung adalah untuk menikmati atmosfer atau suasana yang khas dari kawasan tersebut dan untuk melihat corak budaya oleh etnis setempat. (Yuen,

terbagi menjadi 4

New Bridge Road, Park Road, Upper Cross Street, South Bridge Road, Sago Street, Trengganu Street dan

Smith Street. Status konservasi diberikan sejak 7 Juli 1989. Terdiri atas bangunan berlanggam Transitional, Late

Bukit Pasoh Dikelilingi oleh South Bridge Road,

Cross Street, Boon Tat Street, Stanley Street, McCallum Street, Amoy Street, Ann Siang Road dan Erskine Road. Status konservasi diberikan sejak 7 Juli 1989.

Tanjong Pagar Dikelilingi oleh New Bridge Road,

Keong Siak Road, Kreta Ayer Road, Neil Road and Cantonment Roadkonservasi diberikan sejak 7 Juli 1989. Tanjong Pagar ini terdapat kantorinstansi pemerintahan, termasuk salah satunya adalah URA Center dan City Gallery

Peta Distrik Konservasi Chinatown Sumber : www.ura.gov.sg, 2009

Ilustrasi Kreta Ayer Sumber : Google Image, 2009

Gambar 07Ilustrasi Bukit Pasoh

Sumber : Google Image, 2009

Gambar 08 Ilustrasi Tanjong pagar

Sumber : Google Image, 2009

Gambar 09 Ilustrasi Telok Ayer

Sumber : Google Image, 2009

7 - 4

. Status konservasi diberikan sejak 7 Juli 1989. Terdiri atas bangunan shophouse

Late dan Art Deco.

South Bridge Road, Cross Street, Boon Tat Street, Stanley Street, McCallum Street, Amoy Street, Ann Siang

Status konservasi

New Bridge Road, Keong Siak Road, Kreta Ayer Road, Neil

Cantonment Road. Status konservasi diberikan sejak 7 Juli 1989. Pada Tanjong Pagar ini terdapat kantor-kantor instansi pemerintahan, termasuk salah satunya

City Gallery.

Gambar 07 ustrasi Bukit Pasoh

Sumber : Google Image, 2009

Ilustrasi Tanjong pagar Sumber : Google Image, 2009

Ilustrasi Telok Ayer Sumber : Google Image, 2009

Page 5: REVITALISASI CHINATOWN SEBAGAI KAWASAN BERSEJARAH ETNIS TIONGHOA DI SINGAPURA

7 - 5

Telok Ayer Dikelilingi oleh Neil Road, Maxwell

Road, Peck Seah Street, Wallich Street, Tanjong Pagar Road and Craig Road. Status konservasi diberikan sejak 7 Juli 1989.

Pada Chinatown terdapat jalan-jalan yang terkenal secara tematis dan juga karena di dalamnya terdapat bangunan-bangunan yang terkenal dan menjadi penanda pada skala neighboorhoud. nama-nama jalan yang terkenal adalah :

Mosque Streets Dinamakan demikian karena terdapat

sebuah masjid Jamae yang dibangun oleh Muslim cina pada tahun 1830. Selain etnis China terdapat pula muslim dan etnis Melayu yang menempati distrik ini. Hal ini dibuktikan dengan adanya Masjid yang ada di jalan tersebut

Pagoda Street Pada jalan itu terdapat kuil Sri

Mariamman yang merupakan kuil Hindu tertua di Singapura. Sri Mariamann merupakan kuil hindu tertua di Chinatown dan sudah berdiri sejak abad ke 16. Pagoda street dahulu merupakan pusat perdagangan opium.

Sago Street Dinamakan Sago karena pada tahun 1840

banyak terdapat tumbuhan Sagu di sana. namun dalam bahasa Kanton, Sago artinya kematian, nama ini diberikan karena banyaknya jumlah kuda yang mati masa tersebut yang disebabkan oleh wabah.

Smith Street Smith street terkenal dengan banyaknya

restoran. Jalan ini terkenal sebagai pusat kuliner di Chinatown (Chinatown Street Food) pada malam hari suasana sangat ramai dengan lampion-lampion berjajar.

Trengganu Street Pada jaman kolonial Inggris, jalan ini

terkenal dengan rumah bordilnya. Sekarang Trengganu street terkenal dengan street marketnya pada malam hari. III.2. Tipologi Bangunan Shophouse

Merupakan bawaan dari tipe hunian yang berasal dari Guangdong, memiliki arcade yang berbaris, baik untuk iklim yang subtropis. Shophouse model ini juga ditemukan di Malaysia dan Indonesia. Pada

Shophouse ini juga terdapat pengaruh dari arsitektur Eropa akibat kolonialisme.

Shophouse atau rumah toko merupakan strategi bagi etnis Tionghoa untuk menjadikan rumah selain tempat tinggal juga sebagai tempat bekerja. Shophouse yang ada di Singapura sudah tidak sama dengan shophouse yang ada di Guangdong. Shophouse Guangdong masih kental dengan arsitektur Cinanya sedangkan shophouse di Singapura telah mengalami eklektisisme dengan langgam arsitektur Melayu dan Eropa.

Gambar 10 Arsitektur shophouse asli Guangdong Cina Selatan

Sumber : A Study of Ethnic Influence on the Facades of Colonial Shophouses in Singapore:

A Case Study of Telok Ayer in Chinatown , 2007

Page 6: REVITALISASI CHINATOWN SEBAGAI KAWASAN BERSEJARAH ETNIS TIONGHOA DI SINGAPURA

7 - 6

Pada ilustrasi diatas dapat dilihat bahwa

dalam detail arsitektural shophouse di Chinatown Singapura mengalami eklektisisme misalnya pada kolom, daun jendela, ornamen-ornamennya merupakan campuran dari langgam Melayu, Eropa (Baroque) dan China. Hal ini merupakan bukti bahwa etnis Tionghoa juga melebur dengan etnis Melayu sehingga terdapat pengaruhnya terhadap langgam arsitektural bangunan. Etnis Tionghoa cenderung untuk membangun rumah mereka dengan menyesuaikan langgam yang ada di sekitar lingkungan mereka. Dengan ini maka terjadilah eklektisisme tersebut.

III.3. Chinatown Sebagai Lingkungan yang Responsif

1. Permeability Cara menilai permeabilitas kawasan

adalah dengan cara melihat seberapa banyakkah akses yang dimiliki oleh kawasan. Semakin banyaknya jumlah aksesnya maka makin permeabel kawasan tersebut. Melalui ilustrasi peta udara tersebut lingkungan Chinatown Singapura mudah dicapai dari sisi manapun termasuk dari sarana transportasi publik dan jalan utama.

Kemudahan akses tersebut menyebabkan kawasan mudah dikenali dari luar sehingga orang akan mudah mengenali jalur-jalur menuju kawasan.

2. Variety Keberagaman arsitektural tercipta dari

elemen-elemen bangunan misal bentuk jendela, tiang, balkon dan ornamen-ornamen bangunan shophouse “baroque” yang berlanggam eklektik antara Melayu dan Eropa. Peraturan melalui konservasi menetapkan bahwa keaslian langgam bangunan harus dijaga. Hal itu membuat bangunan menjadi seragam dan satu kesatuan (unity), namun keberagaman arsitektural tetap ada melalui warna yang berbeda, bentuk jendela yang bervariasi.

Gambar 11 Presentase pengaruh langgam Melayu, Cina dan Eropa

pada rumah Shophouse Sumber : A Study of Ethnic Influence on the Facades of

Colonial Shophouses in Singapore: A Case Study of Telok Ayer in Chinatown , 2007

Gambar 12 Detail arsitektural bangunan yang mengalami eklektisisme

Sumber : A Study of Ethnic Influence on the Facades of Colonial Shophouses in Singapore:

A Case Study of Telok Ayer in Chinatown , 2007

Gambar 13 Jalur sirkulasi penghubung satu tempat ke tempat lain

Sumber : Dok. Pribadi, 2009

Page 7: REVITALISASI CHINATOWN SEBAGAI KAWASAN BERSEJARAH ETNIS TIONGHOA DI SINGAPURA

7 - 7

Keberagaman fungsi juga dihadirkan melalui fungsi mixed use yakni hunian, komersial dan perkantoran. Skenario mengangkat budaya dan kesenian sebagai upaya penarik pariwisata menyajikan banyak kegiatan kesenian setiap musim turut mendukung fungsi fungsi yang ada di sana.

3. Legibility Legibilitas merupakan mudah tidaknya

suatu lingkungan untuk “terbaca” oleh pengguna. Legibilitas dapat dibentuk oleh elemen fisik lingkungan yakni :

- Landmark, penanda kawasan ini misalnya adalah kuil atau bangunan yang menjadi pusat kegiatan atau paling berbeda dengan bangunan lainnya.

- Path, konfigurasi jalan-jalan yang menghubungkan satu titik dengan yang lain.

- Nodes, pusat-pusat aktivitas yang terdapat dalam kawasan. Dalam kawasan ini pusat aktivitas ada pada kegiatan komersial yakni street market dengan jalan sebagai ruang aktivitasnya.

- Edge, pembatas kawasan adalah jalan-jalan besar dengan bangunan-bangunan shophouse yang berukuran lebih besar dan ukuran jalan yang lebih lebar.

Gambar 14 Keberagaman elemen arsitektural.

Sumber : Dok. Pribadi, 2009

Gambar 15 Kuil sebagai landmark

Sumber : Dok. Pribadi, 2009

Gambar 16 Path

Sumber : Dok. Pribadi, 2009

Gambar 17 Pusat aktivitas

Sumber : Dok. Pribadi, 2009

Page 8: REVITALISASI CHINATOWN SEBAGAI KAWASAN BERSEJARAH ETNIS TIONGHOA DI SINGAPURA

7 - 8

- District, cara mengenali sebuah distrik adalah dengan mengamati adanya kesamaan baik pada bentuk fisik (keserupaan arsitektural yakni pada bangunan shophouse beserta elemen-elemen lainnya yang menjadi identitas) dan kesamaan aktivitas yakni kegiatan komersial baik itu streetmarket, pasar tradisional, dan jenis komersial lainnya.

4. Robustness Dengan adanya penetrasi fungsi

campuran pada kawasan maka orang dapat memilih hendak menggunakan fungsi yang mana. Kebebasan memilih pada suatu tempat akan membuat sebuah tempat menjadi destinasi. Dalam Chinatown setiap tempat memiliki fungsi berbeda dan tema yang berbeda pula.

5. Visual Appropriateness Kesinambungan visual tercipta dari

hubungan dan harmoni elemen masing-masing bangunan yang ada di dalamnya. Dalam hal ini kesinambungan dan harmoni serta ritme berulang pada elemen arsitektural membentuk runtutan visual sehingga satu dengan lain terlihat hubungannya dengan jelas.

6. Richness Langgam Baroque dan eklektik antara

Eropa dan Melayu membentuk keberagaman dalam detail sehingga menimbulkan kekayaan dalam lingkungan visual.

Kekayaan visual pada elemen fasad bangunan, atap, maupun detail-detail lain dengan corak etnis yang beragam muncul pada jendela, kolom, pintu serta warna bangunan.

7. Personalisasi Personalisasi menunjukkan adanya milik

individu yang berbeda, namun personalisasi yang ada di sini harus tetap berada pada satu koridor konservasi yang seudah menjadi peraturan URA sehingga tidak mengganggu kesinambungan visual yang ada pada koridor jalan maupun kawasan.

Gambar 18 Batas kawasan

Sumber : Dok. Pribadi, 2009

Gambar 19 Distrik

Sumber : Dok. Pribadi, 2009

Gambar 20 Detail arsitektural

Sumber : Dok. Pribadi, 2009

Gambar 21 Personalisasi

Sumber : Dok. Pribadi, 2009

Page 9: REVITALISASI CHINATOWN SEBAGAI KAWASAN BERSEJARAH ETNIS TIONGHOA DI SINGAPURA

7 - 9

8. Sustainable Isu lingkungan tidak boleh dilupakan

walaupun konservasi menitik beratkan pada upaya penjagaan pelestarian elemn fisik. Chinatown menjaga isu keberlanjutan lingkungan dengan memfasilitasi orang yang datang berupa kemudahan akses untuk pejalan kaki yaitu pedestrian streets yang aman dan nyaman. Kemudian sarana MRT juga diberikan agar orang dapat dengan mudah mencapai lokasi dengan transportasi publik. III.4. Kajian Townscape dan Kualitas Pedestrian Streets pada Chinatown Singapura

Dalam menilai keberhasilan-keberhasilan tersebut maka kriteria yang digunakan adalah yang telah dibahas pada tinjauan pustaka pada bab uraian tesis.

Kunci kesuksesan sebuah tempat untuk menjadi ruang publik yang berhasil :

1. Comfort and image, dihadirkan melalui unity visual yang baik oleh langgam arsitektural shophouse baroque namun tetap memiliki keberagaman universal melalui personalisasi masing-masing fasad bangunan. Selain melalui fasad, kenyamanan visual juga dihadirkan melalui elemen ruang luar pembentuk suasan yaitu lighting, paved street dan sign board yang harus dikendalikan agar tidak mengganggu tampilan bangunan.

2. Access dan Linkage, kawasan tersebut telah menjadi Central Bussiness District sehingga adanya jaminan akses yang baik,

yaitu jalan-jalan utama yang mengelilingi kawasan maupun stasiun MRT yang terdapat pada Pagoda Street merupakan transportasi publik. Linkage visual ditunjukkan oleh adanya kesamaan visual pada koridor jalan melalui elemen arsitektural maupun ruang luar yang merepresentasikan etnis Tionghoa. Sedangkan linkage struktural ditunjukkan oleh adanya pencampuran fungsi komersial, perkantoran, hunian dan leisure yang terintegrasi sehingga kawasan menjadi hidup secara menerus.

3. Uses and activity, Dengan skenario pengembangan kawasan sebagai objek pariwisata maka setiap titik atau jalan memiliki tema masing-masing. Semisal Smith Street sebagai food street, atau distrik kebudayaan. Adanya kegiatan tersebut menunjukkan ruang-ruang publik benar-benar digunakan dan menunjukkan adanya kehidupan yang festive.

4. Sociability, kehidupan sosial terbentuk akibat adanya interaksi antara yang melayani dengan yang dilayani. Kegiatan ekonomi merupakan generator kehidupan

Gambar 22 Imej dan identitas

Sumber : Dok. Pribadi, 2009

Gambar 23 Stasiun MRT

Sumber : Dok. Pribadi, 2009

Gambar 24 Aktivtas pada ruang publik

Sumber : Dok. Pribadi, 2009

Page 10: REVITALISASI CHINATOWN SEBAGAI KAWASAN BERSEJARAH ETNIS TIONGHOA DI SINGAPURA

7 - 10

kawasan dan menumbuhkan interaksi antara penjual dan pembeli serta menarik lebih banyak lagi orang untuk berdatangan baik untuk mencari keuntungan atau menikmati tempat (leisure).

Sebagai pejalan kaki yang mampu untuk merasakan kualitas visual pada sebuah tempat, maka estetika lingkungan dirasakan sebagai sebuah serial vision yang dapat dilihat melalui rute. Ketika seorang pejalan kaki berjalan menyusuri koridor maka dia akan melihat bagaimana urutan bentuk fisik bangunan atau arsitektur yang tersaji secara berurutan melalui sebuah Townscape kota.

Melalui serial vision ini seseorang dapat

merasakan ritme, kompleksitas, dan kesamaan bahkan kejutan-kejutan arsitektural dalam satu urutan koridor jalan. Melalui serial vision ini pula kita dapat menilai bagaimana kualitas dari estetika lingkungan.

Pada serial vision yang terdapat pada Chinatown, keserupaan langgam baroque pada shophouse pada tiap-tiap bangunan membawa ritme senada namun perbedaan elemen warna dan perbedaan maju mundurnya bangunan dari jalan juga menghadirkan variasi. Demikian pula dengan adanya perbedaan ketinggian bangunan ketika kita hendak memasuki ruas jalan yang memiliki tema berbeda. Ketika kita memasuki jalan Smith Street yang sepenuhnya untuk pedestrian, skala ruang yang dirasakan lebih intim daripada ketika kita berjalan di jalan besar seperti Maxwell Road.

Selain menilai melalui serial vision kita

juga bisa merasakan kualitas estetika kota melalui atmosfir yang dihadirkan oleh tempat

Gambar 25 Aktivtas menimbulkan interaksi sosial

Sumber : Dok. Pribadi, 2009

Gambar 26 Visi yang dilihat melalui rute Sumber : Dok. Pribadi, 2009

Gambar 27 Visi yang dilihat melalui rute Sumber : Dok. Pribadi, 2009

Gambar 28 Visi yang dilihat melalui rute Sumber : Dok. Pribadi, 2009

Page 11: REVITALISASI CHINATOWN SEBAGAI KAWASAN BERSEJARAH ETNIS TIONGHOA DI SINGAPURA

tersebut, dan bagaimana kita menerima tempat tersebut menjadi bagian dari diri kita. pemaknaan tersebut membuat sebuah space menjadi place.

Sebuah ruang yang dibentuk dengan segala elemen estetikanya, sehingga ruang tersebut menjadi focal point atau adanya pusat titik-titik visual. Atau dengan adanya elemen ruang luar yang membuat sebuah ruang menjadi lebih terdefinisi (setiap orang dapat memilih sendiri aktivitasnya (advantage). Lalu adanya sesuatu yang tersembunyi, sesuatu yang tibamelebar atau menyempit pada suatu titik. Atau kekhasan lokal yang membentuk sebuah atmosfir berbeda sehingga kita menjadi menyukai tempat tersebut.

Keberagaman detail arsitektural seperti jendela, pilar, ukiran, hingga warna serta tekstur yang kita rasakan saat berjalamerupakan bagian dari Townscape. IV. REVITALISASI

SINGAPURA IV.1. Masa Awal Konservasi di Singapura

Konservasi Chinatown Singapura diprakarsai oleh URA (Urban Redevelopment Authority). Singapura merupakan negara yang ketat dalam menerapkan aturanHal ini dikarenakan Singapura pernah melakukan kesalahan yaitu menghancurkan sebagian bangunan-bangunan bersejarahnya karena lingkungan tersebut dianggap kumuh. Bangunan-bangunan lama tersebutdengan tujuan ekstensifikasi lahan yangdigunakan untuk membangun permukiman baru. Hal ini disebabkan karena p1960 Singapura sedang mengalami masalah besar dengan kebutuhan hunian yang tinggi, kepadatan penduduk meningkatlahan yang terbatas. Barulah pada tahun 1970

Gambar 29 Enclosure dan lokalitas

Sumber : Dok. Pribadi, 2009

tersebut, dan bagaimana kita menerima tempat tersebut menjadi bagian dari diri kita. Adanya pemaknaan tersebut membuat sebuah space

Sebuah ruang yang dibentuk dengan segala elemen estetikanya, sehingga ruang tersebut menjadi focal point atau adanya pusat

visual. Atau dengan adanya elemen ruang luar yang membuat sebuah ruang menjadi lebih terdefinisi (enclosure) dan setiap orang dapat memilih sendiri

). Lalu adanya sesuatu yang tersembunyi, sesuatu yang tiba-tiba

menyempit pada suatu titik. Atau kekhasan lokal yang membentuk sebuah atmosfir berbeda sehingga kita menjadi

Keberagaman detail arsitektural seperti jendela, pilar, ukiran, hingga warna serta tekstur yang kita rasakan saat berjalan

ownscape.

CHINATOWN

IV.1. Masa Awal Konservasi di Singapura Konservasi Chinatown Singapura

Urban Redevelopment ). Singapura merupakan negara yang

ketat dalam menerapkan aturan konservasi. Hal ini dikarenakan Singapura pernah

yaitu menghancurkan bangunan bersejarahnya

karena lingkungan tersebut dianggap kumuh. bangunan lama tersebut didemolisi

dengan tujuan ekstensifikasi lahan yang akan digunakan untuk membangun permukiman

Hal ini disebabkan karena pada tahun 1960 Singapura sedang mengalami masalah besar dengan kebutuhan hunian yang tinggi,

meningkat sedangkan lahan yang terbatas. Barulah pada tahun 1970

an pemerintah baru menyadari bahwa kawasan bersejarah dengan kekayaan lokalitasnya dapat menjadi modal yang berharga dalam pariwisata Singapura.

Prinsip dasar yang diterapkandi Singapura adalah adalah 3R : Retention, sensitive Restoration, careful Repair. Quality of Restorationadalah lebih dari sekedar menjaga keaslian fasad bangunan dan fisik kulit bangunan, tetapi juga mempertahankan keaslian suasana bangunan tersebut. Untuk dapat memahami hal ini maka kita perlau melakukan telaah mengenai sejarah kawasan serta nilai budaya yang dimiliki oleh kawasan.

Distrik Chinatown dikategorikan sebagai historical district yaitu bangunan tersebut masih asli. Jika pengelola hendak memperbaiki bangunannya mbenar sama persis seperti bangunan aslinya yaitu bentuk, ukuran, ornamen, Hal itu diatur dalam sebuah guidelinestujuan agar kualitas visualnya tidak berubah dan tergeser oleh arus modernisasi yang masuk.

Konservasi kawasan bersejarah berarti termasuk juga mempreservasi elemen

Enclosure dan lokalitas Sumber : Dok. Pribadi, 2009

Gambar 30 Chinatown sebelum direvitalisasi

Sumber : URA,2009

Gambar 31Shophouse di Neil Road sebelum dan sesudah direstorasi

Sumber : URA,2009

7 - 11

pemerintah baru menyadari bahwa kawasan bersejarah dengan kekayaan lokalitasnya dapat menjadi modal yang berharga dalam pariwisata Singapura.

yang diterapkan konservasi adalah 3R : maximum Restoration, careful

Quality of Restoration yang dimaksud lebih dari sekedar menjaga keaslian

fasad bangunan dan fisik kulit bangunan, tetapi juga mempertahankan keaslian suasana

Untuk dapat memahami lau melakukan telaah

mengenai sejarah kawasan serta nilai budaya

Distrik Chinatown dikategorikan sebagai angunan pada distrik

Jika pengelola hendak memperbaiki bangunannya maka harus benar-

ersis seperti bangunan aslinya ornamen, dan material.

guidelines dengan tujuan agar kualitas visualnya tidak berubah dan tergeser oleh arus modernisasi yang

Konservasi kawasan bersejarah berarti termasuk juga mempreservasi elemen

Chinatown sebelum direvitalisasi

URA,2009

Gambar 31 Shophouse di Neil Road sebelum dan sesudah direstorasi

URA,2009

Page 12: REVITALISASI CHINATOWN SEBAGAI KAWASAN BERSEJARAH ETNIS TIONGHOA DI SINGAPURA

7 - 12

arsitekturalnya. Elemen arsituktural berperan dalam membentuk townscape lingkungan atau dalam hal ini keberagaman dan variasi visual lingkungan.. Elemen bangunan yang menjadi perhatian konservasi di Singapura adalah :

1. Atap 2. Dinding bangunan 3. Struktur 4. Airwells 5. Rear Court 6. Daun Jendela 7. Railing tangga 8. Fasad Bangunan Setiap detail arsitektural tersebut tidak

boleh ada yang berubah. Kalaupun berubah maka hanya strukturnya saja yang boleh berubah. Detail arsitektural dalam hal ini termasuk tekstur, warna, bentuk hingga papan nama. Semua hal itu diatur oleh URA dalam conservation guidelines. Sedangkan benda-benda utilitras seperti air conditioner dan fan tidak boleh diletakkan pada muka bangunan cukup hanya dibelakang saja atau pada jalur servis.

Selain elemen arsitekturalnya, fungsi bangunan juga harus sama seperti aslinya, karena perubahan fungsi dapat mempengaruhi pula fasad bangunan tersebut. Menurut guidelines yang dikeluarkan oleh URA, fungsi asli bangunan (misal residensial atau komersial) selalu lebih baik.

Pada masa awal konservasi, bagian yang menjadi sample adalah Neil Road yang berlokasi di Tanjong Pagar. Revitalisasi yang diupayakan bermula dari restorasi bangunan shophouse yang telah rusak. Restorasi tersebut meliputi elemen fisik luar bangunan yakni atap, dinding, railing pagar dan pilar. Upaya restorasi tersebut diusahakan benar-benar untuk sama seperti keadaan aslinya.

Setelah merestorasi bangunan-bangunan yang telah hancur barulah URA menerapkan penetrasi fungsi pada kawasan dengan harapan hal tersebut dapat menjadi generator kehidupan Chinatown. IV.2. Strategi pengembangan Chinatown sebagai Daerah Tujuan Wisata dan Kawasan yang Multi-fungsi

Pengembangan distrik dan upaya place making Chinatown merupakan manifestasi kepemilikan properti. Partisipasi sosial dalam rangka memperbaiki citra kawasan hanyalah

sebagai prosedur dalam proses perencanaan saja. Sebaik apapun usaha untuk menciptakan struktur sosial, menerapkan prinsip perancangan kota yang baik (fungsi campuran, konservasi kawasan bersejarah, streetblock) namun jika pihak pengembang tidak mampu membuat strategi dan mengelola kawasan dengan baik maka sama saja dengan kegagalan. (Zhu, 2007)

Hal ini erat kaitannya dengan siapa stakeholder yang dominan, yaitu pemerintah. Pemerintahan Singapura merupakan pemerintahan top down di mana pemerintahlah yang memegang semua peranan pengaturan negara termasuk dalam penataan kota. Dengan adanya kendali utama pada pemerintahan maka masalah-masalah seperti akuisisi lahan, kontrol konservasi lingkungan dan fungsi-fungsi yang bisa dipenetrasikan pada lingkungan bisa diawasi secara penuh dan lingkungan terbangun bisa tetap dalam keadaan yang baik.

Ketika Singapura diberi kemerdekaan pada tahun 1965, pemerintah memegang kendali pada pengadaan public housing dan pengelolaan properti. Dengan adanya Acquisition Land Act (1966) maka untuk kepentingan publik pemerintah mengakuisisi sejumlah lahan yang pada lahan tersebut akan dibangun fasilitas hunian bagi publik maupun komersial. Undang-undang tersebut mengatur apa saja yang berhak diakuisisi oleh pemerintah untuk tujuan pemenuhan kebutuhan publik dan komersial.

Gambar 32 Lahan yang diakuisisi oleh pemerintah untuk dikelola Sumber : Place remaking under property rights regimes: a case study of Niucheshui, Singapore, 2007

Page 13: REVITALISASI CHINATOWN SEBAGAI KAWASAN BERSEJARAH ETNIS TIONGHOA DI SINGAPURA

7 - 13

``To ensure development, landlords were given up to one year from the day of gazette to submit to the authorities plans for redevelopment and up to three years to beginwork on approved plans. They were given six months to notify the authorities of their inability to redevelop. Any landlord failing to comply with these provisions faced the possibility of having his property acquired by the state'' (URA, 1989, page 13).

Peraturan tersebut mengindikasikan adanya kontrol yang ketat terhadap pengelolaan distrik bersejarah sebagai daerah konservasi. Kemudian untuk bagian distrik yang sangat kental nuansa lokalitasnya oleh URA dijadikan sebagai inti dari distrik tersebut.

Upaya konservasi juga bertujuan untuk mendukung pariwisata di Singapura. Dalam hal ini lembaga yang memiliki kewenangan mengelola adalah Singapore Tourism Board. Semangat tourisme yang ingin dibangun adalah membangun kembali Chinatown dengan memasukkan fungsi-fungsi baru. Selain upaya konservasi lingkungan dan arsitekturalnya STB juga menyajikan skenario kesenian dan budaya sebagai festival dan pertunjukan.

Selain itu STB juga menyajikan zona-zona yang tematis pada distrik tersebut. Konsep itu kemudian didukung pula oleh penyediaan sarana fisik pedestrian, lampu-lampu, street furniture dan lain-lain sehingga suasana Chinatown terbangun. Hal ini tentu juga tetap harus sejalan dengan Guidelines

yang telah ditetapkan oleh URA. Pengembangan tersebut dilakukan secara 3 tahun dengan harapan akan dapat meningkatkan pendapatan dari sektor pariwisata.

Skenario pariwisata tersebut antara lain : • Menjadikan distrik tersebut sebagai

lokasi pusat-pusat budaya dan kesenian. • Adanya jalan-jalan yang bertema • Membangun estetika lingkungan,

pencahayaan dan landscaping sehingga lingkungan menjadi atraktif untuk dikunjungi turis.

• Selain itu terdapat pula festival-festival yang dijadwalkan setiap musimnya. Festival ini diskenariokan sebagai upaya menghidupkan kultur lokal sebagai identitas budaya kawasan juga untuk mengidupkan public space di Chinatown.

Akses dan sarana transportasi publik (MRT) merupakan faktor pendukung agar orang menjadi mudah mencapai kawasan. Stasiun MRT terdapat pada Kreta Ayer. Selain itu distrik ini juga dilalui oleh jalan besar yaitu New Bridge Road yang menghubungkan distrik dengan tempat lainnya.

Gambar 33 Area yang diberi status konservasi Sumber : Place remaking under property rights regimes: a case study of Niucheshui, Singapore, 2007

Gambar 34 Titik-titik sentra komunitas Sumber : Place remaking under property rights regimes: a case study of Niucheshui, Singapore, 2007

Page 14: REVITALISASI CHINATOWN SEBAGAI KAWASAN BERSEJARAH ETNIS TIONGHOA DI SINGAPURA

7 - 14

Kegiatan pariwisata saja tidak cukup untuk menghidupkan kawasan. Agar tercipta kawasan yang memiliki keberlanjutan aktivitas maka URA juga membuat pengembangan perumahan pada distrik tersebut. Penetrasi fungsi hunian paling banyak diterapkan pada Kreta Ayer. Dengan hal ini maka distrik tersebut merupakan distrik bersejarah yang memiliki fungsi campuran dan mengalami pergeseran dari fungsi aslinya dari fungsi hunian sekaligus komersial menjadi fungsi campuran.

Selain melakukan pengelolaan fungsi dengan baik, STB juga mengangkat isu keberagaman etnik sebagai daya tarik pariwisata. Masalah sosial dan etnis sesungguhnya merupakan isu sensitif di Singapura. Singapura memiliki 3 etnis dominan antara lain etnis Tionghoa (76,8%) Melayu (13,9) India (7,9%) dan lain-lain (1,4%) (Zhu, 1996). Dengan dominannya etnis Tionghoa (atau dalam hal ini Peranakan, campuran antara China dengan Melayu) maka timbul semacam kekhawatiran bagaimana jika etnis tersebut menjadi identitas utama pada negara. Maka strategi STB disini adalah mengangkat isu keberagaman etnis sebagai kekayaan dan modal bagi pariwisata, yaitu dengan mempresevarsi bangunan yang memiliki kekayaan langgam serta menghidupkan nilai-nilai kultural untuk identitas masing-masing kawasan (dalam hal ini khususnya etnis China / Tionghoa) untuk menunjukkan bahwa setiap etnis hidup dalam keberagaman dan harmonis.

Strategi yang diterapkan oleh STB tersebut berhasil dengan bukti bahwa setiap kawasan konservasi, termasuk Chinatown dalam hal ini, menjadi ramai sebagai daerah destinasi wisata. Dari studi yang pernah dilakukan, wisatawan datang ke Chinatown adalah untuk menikmati atmosfer yang berbeda yaitu melalui momen-momen budaya serta kekayaan arsitektural di tempat tersebut (Zhu, 1996).

Dengan preservasi sosial, kultural dan juga lingkungan fisik yang mengangkat lokalitas, orang dapat menikmati suasana yang berbeda. Ketiga hal tersebut membentuk identitas yang kuat pada distrik atau dalam hal ini adalah membentuk genious loci pada kawasan. Genious loci membangun sense of place dan ikatan emosional bagi manusia untuk merasakan suatu tempat sebagai bagian dari dirinya (Cullen, 1961). Sense of place merupakan alasan bagi orang untuk selalu datang dan menikmati tempat.

Dapat disimpulkan bahwa lima pendekatan utama pengembangan Chinatown adalah :

1. Pengelolaan properti melalui political will pemerintah

2. Nilai kesejarahan dan budaya yang diangkat

3. Kelayakan pasar (market feasibility), 4. Kekayaan dan nilai arsitektural 5. Penataan lansekap Untuk melaksanakan lima pendekatan

tersebut maka STB sebagai pemilik skenario pengembangan pariwisata harus bekerja sama dengan badan pemerintah lainnya dan sektor

Tabel 01 Hasil penggalian data dengan responden mengenai apa alasan

orang datang ke Distrik Chinatown Sumber : Urban Conservation in Singapore: Tradition or

Tourist Bane? 2001

Tabel 02 Hasil penggalian data dengan responden mengenai apa yang paling

menarik dari Chinatown Sumber : Urban Conservation in Singapore: Tradition or Tourist

Bane? 2001

Page 15: REVITALISASI CHINATOWN SEBAGAI KAWASAN BERSEJARAH ETNIS TIONGHOA DI SINGAPURA

7 - 15

swasta (developer). Kerjasama itu antara lain melibatkan badan-badan tersebut untuk merencanakan bersama. Antara lain :

1. Urban Redevelopment Authority, 2. Land Transport Authority, 3. National Parks Board, 4. Land Office, 5. Public Works Department, 6. National Heritage Board 7. Trade & Industry, Law, Information 8. The Arts Environment Ministries.

Alasan kerjasama adalah untuk mengkonservasi distrik dan menjadikannya sebagai daerah tujuan wisata membutuhkan banyak infrastruktur dan melibatkan banyak pihak. Maka dalam hal ini juga terdapat kerjasama antara sektor publik dengan privat namun kendali utama tetap saja pemerintah.

IV.3. Pembangunan Struktur Sosial dalam Revitalisasi Chinatown Singapura

Upaya revitalisasi selain membangun kembali lingkungan fisik yang mengalami penurunan kualitas fungsi, memasukkan fungsi-fungsi baru yang menjadi generator kehidupan kawasan, juga merupakan upaya untuk menghidupkan kembali kehidupan sosial yang berada pada kawasan tersebut. Kehidupan sosial yang berkelanjutan amat penting peranannya dalam menjaga kesinambungan kehidupan dalam sebuah kawasan, karena masyarakatlah yang akan menjalankan peran sebagai subjek pada kawasan tersebut.

Sesungguhnya ketika fungsi komersial dan hunian telah dimasukkan dan terjalin interaksi sosial antara masyarakat dari tiap-tiap fungsi maka berarti kehidupan sosial telah terbentuk. Namun pada konteks Revitalisasi Chinatown Singapura sebagai distrik bersejarah hal ini memiliki nilai yang berbeda. Sebagai distrik dengan latar belakang kehidupan etnis Tionghoa, Chinatown Singapura tidak lagi memiliki orisinalitas dari segi kehidupan sosialnya (Widodo, 2009). Hal ini disebabkan karena pada masa pasca Perang Dunia kedua, Chinatown telah ditinggalkan oleh sebagian besar penghuni aslinya.

Faktor lainnya yang menjadi penyebab adalah dalam upaya konservasi tersebut pemerintah mengakuisisi lahan pada distrik sehingga hak milik pada lahan adalah pada pemerintah, bukan lagi individu. Dan dalam

segi regulasi singapura, pemerintah berhak untuk mengakuisisi sebuah lahan jika ada tujuan untuk kepentingan publik atau negara. Dan mengingat motif revitalisasi kawasan adalah untuk mendongkrak pariwisata Singapura karena pariwisata merupakan sumber pemasukan keuangan negara. Hal ini menyebabkan pemerintah bebas untuk melakukan perombakan secara total pada kawasan, ibaratnya adalah mencuci bersih-bersih kawasan tersebut lalu kemudian membangun dan mengisinya dengan yang baru secara total juga. Sehingga hal lama yang tersisa hanyalah fisik arsitekturalnya saja. (Widodo, 2009)

Faktor lainnya adalah semangat pemerintah untuk membaurkan kelas sosial yang ada di Singapura dari segi etnis maupun kelas ekonomi. Maka dalam hal ini banyak warga yang pindah ke permukiman baru (terutama inlanded housing yang dikembangkan oleh HDB Singapura) untuk membaur dengan kelas sosial lainnya. Hal ini juga disebabkan pemerintah ingin menghilangkan sentimen ras dan kelas ekonomi dalam kehidupan sosial.

Dengan demikian maka Chinatown Singapura bukanlah perkampungan etnis yang orisinal, namun lebih kepada distrik bersejarah yang telah dibangun ulang dengan nilai kultural lama yang kembali diangkat demi terbangunnya identitas kawasan untuk menarik wisatawan agar datang ke tempat tersebut (Widodo, 2009). V. KESIMPULAN

Setelah pembahasan tersebut maka kesimpulan yang dapat diambil dalam merevitalisasi kawasan Chinatown adalah :

1. Kota tua atau kawasan bersejarah memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan dengan memanfaatkan kembali bangunan-bangunan yang sudah ada (adaptive re-use) sesuai fungsi lama atau bahkan fungsi yang sama sekali baru.

2. Kekayaan arsitektural pada masa lampau adalah nilai lebih dan potensi. Maka dalam hal ini harus dipertahankan atau dibangun kembali seperti aslinya (restorasi).

3. Untuk menghidupkan kembali sebuah kawasan, tidak cukup hanya dengan

Page 16: REVITALISASI CHINATOWN SEBAGAI KAWASAN BERSEJARAH ETNIS TIONGHOA DI SINGAPURA

7 - 16

memperbaiki sisi fisiknya, naun juga menghidupkan fungsi-fungsi campuran agar dapat menjadi katalis dalam menghidupkan kawasan tersebut.

4. Selain elemen fisik arsitektural, sebuah kawasan dikatakan memiliki kualitas yang baik jika memiliki akses yang mudah untuk dicapai melalui kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Maka Chinatown sebagai pusat komersial dan daerah tujuan wisata dilalui oleh stasiun MRT dan bus kota yang dapat dilalui oleh semua orang.

5. Keseragaman bangunan shophouse ternyata masih mampu untuk menampilkan keberagaman melalui detail arsitektural. Keberagaman maupun detail tersebut menciptakan townscape kota yang baik melalui estetika lingkungan.

6. Untuk menjadikan sebuah tempat memiliki kualitas townscape yang baik tidak hanya diupayakan melalui fisik arsitekturalnya saja. Maka perlu adanya identitas yang dihidupkan yaitu genious loci (kearifan lokal) dalam hal ini identitas etnis agar membentuk atmosfir yang dapat dinikmati oleh semua orang dan mampu menarik orang untuk terus berdatangan.

7. Untuk merevitalisasi sebuah kawasan diperlukan sebuah political will yang kuat dari stakeholder dominan, dalam hal ini adalah pemerintah. Pemerintah lah yang memegang kekuasaan regulasi atau kebijakan sehingga memiliki power dan motif yang kuat untuk membangun kawasan demi kepentingan negara maupun publik.

8. Komunitas atau masyarakat yang berkelanjutan diperlukan untuk menjaga lingkungan agar menjadi sustainable juga. Tidak masalah apakah komunitas dalam kawasan tersebut merupakan penduduk asli atau bukan (dalam hal ini khususnya Chinatown yang tidak lagi memiliki warga asli) yang terpenting adalah kehidupan yang menerus selalu

terjaga sehingga kawasan tidak kembali menurun atau mati.

DAFTAR PUSTAKA Bentley, Alcock, et. al. (1985). Responsive Environment,

A Manual for Designers. London : The Architectural Press.

Hack, Karl. (2000). Chinatown As A Microcosm Of Singapore.

Henderson, J. (2003). Ethnic Heritage as a Tourist Attraction: the Peranakans of Singapore. International Journal of Heritage Studies,9:1,27 — 44

Rubenstein, Harvey M. (1978). Central City Malls. London : A Wiley Interscience Publication.

Tiesdell, Steven et al. (1996). Oxford : Revitalizing Historic Urban Quarter. Architectural Press

Tze Ling Li. (2007). A Study of Ethnic Influence on the Facades of Colonial Shophouses in Singapore: A Case Study of Telok Ayer in Chinatown. Journal of Asian Architecture and Building Engineering. Tokyo

Yuen, Belinda, et al.( 2001). Urban Conservation in Singapore : Tradition or Tourist Bane?. Planning Practice & Research, Vol. 16, No. 1, pp. Taylor and Francis Ltd.

Zhu, Jieming, et al. 2007. Place remaking under property rights regimes: a case study of Niucheshui, Singapore. Environment and Planning A, volume 39, pages 2346 – 2365.

Widodo, Johannes. Personal Interview. (07 Agustus 2009)

www.ura.gov.sg