Top Banner
REVITALISASI BANGUNAN NO 25 DI KAWASAN KOTA TUA PERANCANGAN ARSITEKTUR V Oleh: Gadis Nathania 1601211672 JURUSAN ARSITEKTUR - FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2014
26

REVITALISASI BANGUNAN NO 25 DI KAWASAN KOTA TUA

Mar 15, 2023

Download

Documents

Ekky Imanjaya
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: REVITALISASI BANGUNAN NO 25 DI KAWASAN KOTA TUA

REVITALISASI BANGUNAN NO 25 DI KAWASAN KOTA TUA

PERANCANGAN ARSITEKTUR V

Oleh:

Gadis Nathania 1601211672

JURUSAN ARSITEKTUR - FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

2014

Page 2: REVITALISASI BANGUNAN NO 25 DI KAWASAN KOTA TUA

1 | P a g e

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 1

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 2

1.1. Latar Belakang ................................................................................................................ 2 1.2. Tujuan ........................................................................................................................ 3 1.3. Masalah ...................................................................................................................... 3

BAB 2 LANDASAN TEORI..................................................................................................... 4

BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................................................ 10

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN ........................................................................................... 12

4.1 Analisa Langgam Bangunan .......................................................................................... 12

4.2 Analisa Tapak ................................................................................................................ 15 4.3 Analisa Kebutuhan Ruang ............................................................................................. 18

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................................... 23

5.1 Simpulan ........................................................................................................................ 23

5.2 Saran .............................................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 24

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................................... 25

Page 3: REVITALISASI BANGUNAN NO 25 DI KAWASAN KOTA TUA

2 | P a g e

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai Negara yang pernah dijajah oleh bangsa asing, Indonesia menyimpan banyak

sejarah yang patut diperhatikan dan diapresiasi. Salah satu bukti sejarah yang masih

bertahan adalah kawasan Kota Tua Jakarta. Sebagai kawasan yang cukup luas dan memiliki

keragaman langgam bangunan yang berbeda-beda, kawasan ini menjadi suatu tempat yang

menarik, penuh dengan nilai sejarah serta rekreatif dengan keberadaan museum-museum

dan hiburan yang diciptakan oleh masyarakat sekitar daerah tersebut.

Kota tua Jakarta merupakan salah satu kawasan kota tua yang fungsinya sangat

beragam, mencakup fungsi administratif yang terlihat dari masih berfungsinya badan-badan

pemerintahan disana, fungsi perdagangan karena adanya Mangga Dua dan pusat

perbelanjaan lainnya, serta fungsi hunian yang terlihat dari banyaknya warga Jakarta yang

tinggal disana. Hal ini patut kita banggakan karena kawasan kota tua di daerah lain tidak

ada yang berfungsi selengkap ini. Namun dengan beragam fungsi yang masih berjalan di

kawasan kota tua, tidak membuat kawasan ini menjadi daya tarik tujuan utama turis

domestik atau mancanegara.

Dengan nilai sejarahnya yang tinggi dan potensinya yang besar untuk menjadi sebuah

daya tarik kota, keadaan kota tua sekarang masih belum kondusif untuk menjadi icon bagi

kota Jakarta. Berawal dari situlah penulis ingin menghidupkan kembali kawasan tersebut

sehingga kawasan kota tua Jakarta dapat menjadi kawasan yang dapat memfasilitasi

kebutuhan masyarakat sekitarnya, tanpa perlu menghilangkan nilai sejarahnya dan tentu saja

dapat menjadi daya tarik utama turis domestik dan mancanegara.

Kawasan Kota Tua saat ini sedang direvitalisasi agar dapat dikembangkan sebagai Zona

Ekonomi Khusus oleh JOTRC (Jakarta Old Town Revitalization Corp) dan juga sebagai

destinasi wisata nasional oleh UPK (Unit Pengembangan Kawasan) Kota Tua. Namun

sampai saat ini sebagian besar bangunan yang mendapat perhatian adalah bangunan-

bangunan yang berada di zona inti. Padahal banyak bangunan tua di luar zona inti yang

memiliki kondisi serta fungsi yang kurang baik namun berada pada lokasi yang cukup

strategis untuk dikembangkan. Sehingga dalam proyek ini, penulis telah memilih salah satu

bangunan tua di zona 2 golongan II di pinggir Kali Besar Timur bagian Utara tepat di

seberang terminal Kota Tua yang saat ini dinamai Bangunan no 25 untuk dikonservasi

Page 4: REVITALISASI BANGUNAN NO 25 DI KAWASAN KOTA TUA

3 | P a g e

dengan konsep adaptive reuse. Bangunan ini letaknya cukup jauh dari zona inti sehingga

daerah sekitar bangunan saat ini masih sepi, namun bangunan ini memiliki potensi yang

cukup baik yaitu luasan bangunan yang cukup luas, tampak depan yang cukup menarik dan

warnanya yang gelap membedakannya dengan bangunan-bangunan lain di Kota Tua yang

mayoritas berwarna putih. Selain itu, ruangan di dalamnya bebas kolom dan mempunyai

langit-langit yang tinggi. Bangunan ini nantinya akan berfungsi sebagai tempat bekerja bagi

masyarakat sekitar Kota Tua Jakarta.

1.2. Tujuan

Tujuan proyek ini adalah untuk dapat menghidupkan kembali bangunan tua yang

telah dipilih oleh penulis dengan cara memberi fungsi yang tepat dengan tetap

memperhatikan aspek sejarah, sosial, budaya, ekonomi serta memperhatikan keadaan

masyarakat dan lingkungan sekitar bangunan.

1.3. Masalah

Rumusan masalah yang ingin penulis kemukakan adalah:

Bagaimana cara memberi fungsi baru pada bangunan sebagai tempat untuk bekerja

dengan tetap mempertahankan fisik bangunan yang ada sekarang serta memperbaiki

bagian bangunan yang mengalami kerusakan dengan menggabungkan nilai historis

dengan aspek-aspek modern?

Page 5: REVITALISASI BANGUNAN NO 25 DI KAWASAN KOTA TUA

4 | P a g e

BAB 2

LANDASAN TEORI

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), revitalisasi berarti proses, cara,

perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali. Dari sumber lain yaitu Wikipedia,

revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang

dulunya pernah vital hidup akan tetapi mengalami kemunduran dan degradasi.

Pada kesempatan kali ini, penulis akan merevitalisasi kawasan Kota Tua di daerah

Jakarta Barat, yang mana pada dulunya kawasan ini sempat menjadi sebuah kawasan yang

hidup dan menjadi daerah yang berkembang dengan pesat karena pada saat itu Kali Besar

merupakan akses keluar masuknya kapal dari mancanegara. Tidak heran jika bangunan-

bangunan yang berada di sekitar kawasan Kali Besar adalah bangunan yang berfungsi

sebagai gudang atau kantor perdagangan milik Belanda.

Sebenarnya saat ini kawasan Kota Tua juga sedang dalam proses revitalisasi oleh

beberapa pihak, baik oleh pihak pemerintah maupun swasta. Dalam proses revitalisasi, hal

yang harus diperhatikan adalah golongan bangunan tersebut dan ketentuan-ketentuannya,

karena masing-masing golongan memiliki beberapa ketentuan yang tidak dapat diganggu

gugat. Menurut UU No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya serta SK Gubernur

Nomor D/IV/6098/d/33/1975 Perda Nomor 9 Tahun 1999 tentang Pelestarian dan

Pemanfaatan Lingkungan Bangunan Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya dibagi

menjadi empat golongan:

1. Bangunan Golongan A tidak boleh ditambah, diubah, dibongkar, atau dibangun

baru.

2. Bangunan Golongan B, bangunan dibagian badan utama, struktur utama, atap

dan pola tampak muka tidak boleh diubah alias harus sesuai bentuk aslinya.

3. Bangunan Golongan C, bangunan boleh diubah atau dibangun baru, tetapi

dalam perubahan itu harus disesuaikan dengan pola bangunan sekitarnya.

4. Bangunan Golongan D, boleh diubah sesuai dengan keinginan pemilik, tetapi

harus sesuai dengan perencanaan kota.

Page 6: REVITALISASI BANGUNAN NO 25 DI KAWASAN KOTA TUA

5 | P a g e

Bangunan yang penulis pilih kali ini adalah Bangunan no 25 yang terletak di Jl. Kali

Besar Timur 25, kelurahan Pinangsia, kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat. Bangunan ini

masuk ke dalam Golongan B. Bangunan ini bergaya Art Deco yang penulis sendiri belum

mengetahui siapa arsiteknya. Menurut salah satu staff PDAI, dulunya merupakan kantor

milik Harrison & Crosfield yaitu perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan teh, kopi,

karet, kayu, bahan kimia serta produk pertanian lainnya yang berasal dari Inggris. Kantor

yang terletak di Batavia (Jakarta) ini berdiri pada tahun 1910. Kantor ini dibangun dengan

tujuan untuk mengawasi perkebunan milik mereka sendiri serta mengawasi pembelian the

dari perkebunan lain. Pada tahun 1994, perkebunan milik Harrison & Crosfield yang berada

di Indonesia dilepaskan, sehingga kantor tersebut ini dijual kepada empat pengusaha

Indonesia yang kemudian tidak dapat diketahui informasi mengenai fungsi dari bangunan

tersebut. Setelah beberapa periode, bangunan ini menjadi gudang logistik milik PT Jasa

Raharja. Lalu pada tahun 2012 bangunan ini sempat kosong dan kemudian sekarang telah

kembali menjadi milik pribadi (saat ini digunakan sebagai toko bunga).

Gambar 2.1 Tampak bangunan saat ini

Page 7: REVITALISASI BANGUNAN NO 25 DI KAWASAN KOTA TUA

6 | P a g e

Gambar 1.2 Tampak dan Denah Bangunan

Saat ini bangunan sedang berfungsi sebagai toko bunga serta gudang kain-kain perca

yang tidak diketahui apakah mereka menggunakan tempat tersebut dengan ijin dari pemilik

bangunan atau tidak. Menurut hasil survei penulis, kondisi bangunan tersebut kurang baik,

meskipun struktur masih berdiri kokoh, namun ada beberapa bagian bangunan yang sudah

dan/atau akan runtuh, misalnya plafon. Bahkan didalam bangunan tumbuh beberapa

tanaman dibagian pojok. Dan masalah tersebut tidak diberi tindakan lebih lanjut oleh pihak

mana pun, baik itu pemilik maupun penggunanya saat ini, padahal bisa saja hal tersebut

membahayakan penggunanya. Menurut hasil wawancara penulis terhadap salah satu staff

UPK Kota tua, pihak UPK Kota Tua sudah pernah beberapa kali mengirimkan surat kepada

Page 8: REVITALISASI BANGUNAN NO 25 DI KAWASAN KOTA TUA

7 | P a g e

pemilik gedung, namun semasa gedung tersebut menjadi milik pribadi, surat-surat tersebut

tidak direspon sehingga pihak UPK Kota Tua tidak dapat melakukan tindakan lebih lanjut.

Bangunan memiliki massa yang tebal dengan ketiga sisi bangunan (sisi samping kiri dan

kanan serta sisi belakang) dikelilingi bangunan lain, sehingga jika bagian atap dan plafon

sudah diperbaiki kemungkinan bagian tengah dan belakang bangunan akan minim cahaya.

Jadi harus dilakukan upaya untuk mendapatkan pencahayaan yang cukup sesuai dengan

fungsi yang nanti akan ditentukan.

Bangunan tersebut akan dikonservasi dengan menggunakan konsep adaptive reuse

yaitu suatu proses memodifikasi atau merubah sesuatu untuk mengganti fungsinya dengan

fungsi yang baru dengan meninggalkan fungsi lamanya, tepatnya perubahan fungsi yang

optimal dengan tetap melindungi ataupun memelihara keaslian bangunan yang ingin

difungsikan baik (misalnya fisik maupun nilai sejarah dari bangunan tersebut). Namun

dalam pelaksanaannya konsep ini terkadang menimbulkan kontroversi, karena konsep ini

dianggap sebagai tindak pembongkaran sebuah tempat atau bangunan yang dapat membuat

hilangnya nilai-nilai sejarah yang ada. Selain itu pemberian fungsi pada sebuah ruang atau

bangunan yang kurang tepat juga sering kali menjadi masalah yang harus dipikirkan

kembali. Arti adaptive reuse menurut UPK Kota Tua adalah menjamin kesinambungan

melalui perubahan yang minimal terhadap aset.

Bentuk pelaksanaan adaptive reuse dapat berbeda-beda tergantung pada letak

bangunannya dan tinjauan khusus yang dilakukan terhadap bangunan tersebut. Pada

kesempatan kali ini penulis mencoba untuk mengubah fungsi bangunan yang lama menjadi

fungsi yang baru yaitu membuat sebuah hawker center.

Hawker center adalah sebuah tempat terbuka yang mengakomodasi banyak penjual

makanan dengan pilihan makanan yang beragam dan harga yang terjangkau. Dapat

dikatakan hawker center adalah pasar yang berisi penjual berbagai macam makanan.

Hawker center biasanya terletak di pusat kota, dekat dengan area tempat tinggal penduduk

Gambar 2.3 Interior bangunan saat ini

Page 9: REVITALISASI BANGUNAN NO 25 DI KAWASAN KOTA TUA

8 | P a g e

atau tempat transportasi publik berada seperti stasiun kereta atau terminal bus. Hawker

center banyak ditemukan di Singapura, Malaysia ataupun Hong Kong. Keberadaan hawker

center berkembang di tahun 1950 dengan tujuan pada saat itu adalah mengakomodasi

penjual makanan yang kurang higienis. Maka dibuatlah suatu tempat untuk mengumpulkan

para penjual-penjual tersebut dengan fasilitas yang layak dan bersih sehingga makanan yang

tersaji juga sesuai dengan standar kebersihan yang ditetapkan di tempat tersebut. Biasanya

jenis makanan yang terdapat di hawker center adalah makanan-makanan lokal yang khas di

tempat tersebut.

Seiring dengan berjalannya waktu, beberapa hawker center telah digantikan dengan

food court, yaitu tempat makan dalam ruangan yang tertutup, dilengkapi dengan air

conditioner, tempatnya lebih baru dan lebih eksklusif dibandingkan dengan hawker center.

Gambar 2.4 Contoh hawker center di Hong Kong

Keberadaan hawker center sendiri masih belum terlalu familiar bagi masyarakat

Indonesia. Kebanyakan yang tersedia adalah food court di dalam sebuah pusat perbelanjaan

seperti foodhall, Eat&eat dan lain sebagainya yang dibuat untuk memudahkan pengunjung

mencari makanan. Begitu pula konsep yang penulis angkat dalam proyek revitalisasi ini,

yaitu sebuah tempat yang dapat mengumpulkan para penjual makanan dan minuman kaki

lima sehingga bermanfaat bagi lingkungan sekitar dan juga pengunjung kawasan Kota Tua

yang ingin mencari tempat makan.

Page 10: REVITALISASI BANGUNAN NO 25 DI KAWASAN KOTA TUA

9 | P a g e

Gambar 2.5 food stall di dalam area food court Eat&Eat

Gambar 2.6 Area makan food court Eat&Eat

Page 11: REVITALISASI BANGUNAN NO 25 DI KAWASAN KOTA TUA

10 | P a g e

BAB 3

METODE PENELITIAN

Untuk membuat karya tulis ilmiah ini penulis membutuhkan beberapa data berupa

data kuantitatif yang menyangkut data ukuran bangunan dan sejarahnya serta data kualitatif

yang menyangkut tentang kondisi fisik bangunan sekarang. Metode yang dilakukan untuk

mengumpulkan data kuantitatif maupun kualitatif adalah metode penelitian kasus/lapangan.

Berikut adalah tahapan metode penelitian yang penulis lakukan:

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan pertama dengan studi literatur melalui media

internet sebagai instrumennya. Dalam tahap ini penulis mencari data dari berbagai macam

sumber yang berbeda kemudian mengumpulkan terlebih dahulu informasi-informasi yang

penulis dapatkan. Yang kedua adalah studi literatur melalui media buku yang penulis

dapatkan dari perpustakaan maupun dari narasumber atau institusi yang penulis datangi,

seperti pada tanggal 23 Oktober 2014 penulis melakukan wawancara serta studi literatur di

PDAI untuk mendapatkan informasi mengenai fungsi bangunan pada dulunya. Instrumen

yang digunakan adalah media buku.

Kemudian cara pengumpulan selanjutnya adalah studi banding yang penulis

lakukan dengan observasi sebagai instrumennya. Tim penulis datang dan mengamati secara

langsung ke bangunan no 25 serta mengunjungi dua instansi, yaitu Jakarta Old Town

Revitalization Corporation (JOTRC) dengan pembicara oleh Bapak Yayat Sujatna, project

director JOTRC dan Unit Pengembangan Kawasan (UPK) Kota Tua dengan pembicara oleh

Ibu Sumarni, Bapak Nofiandi, dan Bapak Maksub pada tanggal 1 Oktober 2014 untuk

mengetahui sejarah Kota Tua dan langkah-langkah apa saja yang sudah dan akan dilakukan

untuk merevitalisasi Kota Tua. Kemudian pada tanggal 3 Oktober 2014 wawancara

dilakukan kepada salah satu staff Unit Pengembangan Kawasan (UPK) Kota Tua untuk

mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai bangunan yang telah penulis pilih.

2. Verifikasi

Dalam proses ini penulis mencocokkan seluruh data yang telah diperoleh, baik

dari studi literatur atau studi banding yang penulis lakukan. Kemudian penulis akan

mensortir data yang layak digunakan berdasar keabsahan sumbernya sehingga dapat

dipastikan data-data yang ada merupakan data yang akurat dan dapat digunakan untuk

penelitian selanjutnya.

Page 12: REVITALISASI BANGUNAN NO 25 DI KAWASAN KOTA TUA

11 | P a g e

3. Penafsiran

Dari data-data yang telah diverifikasi, penulis menganalisa data yang ada dan

memilah-milah data yang dapat dipakai atau data yang harus dihilangkan karena tidak begitu

berkaitan dengan topik pembahasan. Penulis juga menganalisa data yang harus

dipertahankan dan mulai menafsirkan data-data tersebut agar dapat diolah untuk membantu

proses revitalisasi yang akan penulis lakukan.

4. Penulisan kembali

Pada tahap ini penulis merangkum dan menulis kembali data yang sudah

dipilah-pilah dan kemudian disajikan kembali dalam bentuk karya tulis ilmiah yang

membantu penulis melaksanakan revitalisasi bangunan di kawasan kota tua.

Page 13: REVITALISASI BANGUNAN NO 25 DI KAWASAN KOTA TUA

12 | P a g e

BAB 4

HASIL DAN BAHASAN

Untuk mendesain lebih lanjut Bangunan no 25 ini maka perlu dilakukan analisa

mendalam mengenai bangunan itu sendiri dan lingkungan sekitarnya yang mendukung

perubahan fungsi maupun langgam bangunan tersebut.

4.1 Analisa Langgam Bangunan

Karena sejarah bangunan yang kurang lengkap maka penulis memutuskan untuk

membangun kembali bangunan berdasar langgam yang telah ada sekarang, dengan

menyesuaikan beberapa bentuk ornamen dalam bangunan dengan bangunan sekitarnya

maupun bangunan yang menyerupai bangunan yang penulis pilih, yaitu Bangunan no 25.

Dari bentuk jendela yang terdapat dalam Bangunan no 25, jendela-jendela berukuran

besar dan beberapa berbentuk lengkung di atasnya menyerupai gaya art deco pada Stasiun

Jakarta Kota. Begitu juga dengan gaya pintu dan jendela yang berupa grid yang diterapkan

juga pada Stasiun Jakarta Kota.

Gambar 4.1.1 Pintu yang terdapat di Stasiun Jakarta Kota

Page 14: REVITALISASI BANGUNAN NO 25 DI KAWASAN KOTA TUA

13 | P a g e

Gambar 4.1.2 Grid yang terdapat pada jendela dan pintu di Stasiun Jakarta Kota

Dari kesamaan gaya pintu dan jendela art deco tersebut penulis akan tetap

mempertahankan bentuk jendela dan pintu yang telah ada pada bangunan dan menyesuaikan

bentuk jendela atau pintu tambahan dengan bentuk yang sudah ada. Bagian-bagian jendela

yang sudah mulai rusak akan diperbaiki sehingga jendela dapat berfungsi sebagai jendela

hidup yang dapat menjadi bukaan untuk sirkulasi angin dalam bangunan.

Gambar 4.1.3 Tampak bangunan saat ini

Karena interior bangunan yang sudah tidak terawat dan mulai hancur maka langgam dari

interior tersebut sulit untuk diketahui lebih lanjut. Yang dapat dilihat adalah lengkungan-

lengkungan pada dinding pembatas dan hal tersebut akan dijadikan acuan dalam membuat

pintu atau ornamen interior bangunan.

Jendela

hidup

Page 15: REVITALISASI BANGUNAN NO 25 DI KAWASAN KOTA TUA

14 | P a g e

Gambar 4.1.4 Interior bangunan saat ini

Aksen art deco yang akan diberikan pertama adalah pada dekorasi kolom. Seperti kolom

yang terdapat pada Stasiun Jakarta Kota, penulis akan mencoba mengulang kembali dekorasi

kolom tersebut ke dalam bangunan namun dengan penyesuaian lebih lanjut terhadap interior

bangunan.

Gambar 4.1.5 Ornamen kolom pada Stasiun Jakarta Kota

Page 16: REVITALISASI BANGUNAN NO 25 DI KAWASAN KOTA TUA

15 | P a g e

Kemudian pemasangan keramik baru pada bangunan yang memiliki motif khas Art Deco

yaitu chevron. Pemilihan warna yang mendominasi bangunan menyesuaikan dengan warna

fasad yang cenderung monokrom coklat, penulis akan tetap mempertahankan monokrom

tersebut dengan tambahan warna hitam dan putih

Gambar 4.1.6 Keramik dekoratif pada Stasiun Jakarta Kota

4.2 Analisa Tapak

Analisa tapak yang dilakukan meliputi analisa kebisingan, bangunan eksisting, view

ke luar bangunan dan juga analisa matahari untuk menentukan letak ruang dan bukaan-

bukaan yang ingin ditambahkan.

4.2.1 Analisa kebisingan

Bangunan terletak di Jalan Kali Besar Timur yang merupakan jalan satu arah

dari jalan utama dengan kondisi jalan yang tidak terlalu ramai, baik oleh kendaraan bermotor

maupun oleh pejalan kaki. Sehingga tingkat kebisingan tidak terlalu tinggi dan berpengaruh

banyak bagi food court yang akan dibangun. Namun begitu area makan pengunjung akan

tetap dibuat sedikit lebih masuk ke area tengah selain untuk menjauh dari sumber kebisingan

juga untuk sirkulasi di dalam bangunan

Page 17: REVITALISASI BANGUNAN NO 25 DI KAWASAN KOTA TUA

16 | P a g e

Gambar 4.2.1.1 Arah sirkulasi pada jalan di depan bangunan

4.2.2 Analisa bangunan eksisting

Bagian selatan Bangunan no 25 berbatasan dengan bangunan tua PT. Jasindo

yang sudah hampir rusak dan bangunan yang hampir rubuh di sampingnya, berbatasan di

bagian utara dengan bangunan PT. Jasa Raharja yang sudah dipugar (dulunya merupakan

bangunan milik pribadi). Berhadapan dengan Bangunan no 25 terdapat Terminal Bis Jakarta

Kota yang kedaannya juga baru dipugar dengan fasad mengikuti langgam Stasiun Jakarta

Kota. Selain itu, di kiri kanan bangunan juga terdapat gang kecil dengan lebar 1.90 m dan

1.70 m yang memisahkan Bangunan no 25 dengan bangunan yang berada di sebelah kiri dan

kanannya.

Gambar 4.2.2.1 Bangunan PT Jasa Raharja terhadap Bangunan no 25

Page 18: REVITALISASI BANGUNAN NO 25 DI KAWASAN KOTA TUA

17 | P a g e

Gambar 4.2.2.2 Bangunan hancur dan bangunan PT Jasindo

Bangunan PT. Jasindo yang sudah hancur tidak dapat terlihat lagi langgamnya,

sedangkan bangunan PT. Jasa Raharja yang baru dipugar memiliki fasad dengan jendela

tinggi dan terlihat seperti bangunan dua lantai. Namun pada kenyataannya bangunan tersebut

ternyata hanya satu lantai dan tidak digunakan untuk kegiatan sehari-hari.

Terminal bus kota yang terdapat di depan Bangunan no 25 juga menggunakan langgam

Stasiun Jakarta Kota. Melihat bangunan eksisting yang berada di sekitar tapak, penulis akan

menyesuaikan langgam bangunan sekitar ke dalam Bangunan no 25 yaitu langgam art deco,

sehingga daerah tersebut akan hidup kembali dengan suasana art deco.

4.2.3 Analisa view ke luar bangunan

Selain view Terminal Bis Jakarta Kota, secara umum bangunan berhadapan

dengan Kali Besar yang mengalir sepanjang Jalan Kali Besar tersebut. keadaan Kali Besar

yang kurang indah untuk dilihat mungkin tidak secara langsung menjadi point of view dari

bangunan.

Page 19: REVITALISASI BANGUNAN NO 25 DI KAWASAN KOTA TUA

18 | P a g e

Gambar 4.2.3.1 Terminal Bis Jakarta Kota

4.2.4 Analisa matahari

Dengan bantuan software ecotect penulis melakukan simulasi cahaya matahari

yang dapat masuk ke dalam bangunan. Dan dari hasil simulasi dapat terlihat cahaya yang

masuk hanya pada bagian muka bangunan yang terdapat jendela-jendela. Semakin ke

belakang bangunan, karena kiri kanan bangunan tertutup oleh bangunan lain maka hasilnya

bagian dalam bangunan terlihat semakin gelap karena tidak mendapat cahaya matahari

langsung. Maka dari itu penulis akan menambah bukaan-bukaan tambahan di bagian samping

bangunan sehingga cahaya matahari dapat menjangkau seluruh bangunan dan cahaya buatan

dapat diminimalisir penggunaannya.

Gambar 4.2.4.1 Simulasi matahari menggunakan software ecotect

4.3 Analisa Kebutuhan Ruang

Dari fungsi baru yang akan diterapkan ke dalam bangunan, yaitu food center, maka

penulis mencoba untuk membuat daftar kebutuhan ruang yang dibutuhkan. Adapun

kebutuhan ruang yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

Page 20: REVITALISASI BANGUNAN NO 25 DI KAWASAN KOTA TUA

19 | P a g e

Table 4.3.1 Tabel Kebutuhan Ruang

Dari tabel kebutuhan ruang tersebut, penulis mencoba untuk memasukkan fungsi-fungsi

ruang yang baru ke dalam bangunan yang ada. Berikut adalah penzoningan yang penulis coba

masukkan ke dalam bangunan.

Dengan jalan kecil sebesar 1.90 m dan 1.70 m yang terletak di samping bangunan,

diharapkan dapat menjadi jalur sirkulasi area servis lapak-lapak penjual makanan sehingga

area publik yang di tengah bangunan tidak terganggu oleh lalu-lalang penjual di area servis.

Ruang yang

dibutuhkan

Kegiatan Pengguna Zoning

Ruang makan Makan Pengunjung Publik

Lapak penjual Mengolah

makanan,

menyajikan

makanan, mencuci

piring

Penjual

makanan

Servis

Toilet Buang air

besar, buang air

kecil

Pengunjung

dan penjual

makanan

Servis

Area cuci tangan

(washbasin)

Mencuci

tangan

Pengunjung Servis

Page 21: REVITALISASI BANGUNAN NO 25 DI KAWASAN KOTA TUA

20 | P a g e

Gambar 4.3.1 Zonasi ruang pada bangunan

Keterangan:

: Area Publik

: Area Servis

: Entrance

Gambar 4.3.2 Letak pintu dan jendela tambahan untuk area servis

Page 22: REVITALISASI BANGUNAN NO 25 DI KAWASAN KOTA TUA

21 | P a g e

Mengingat tinggi langit-langit di dalam bangunan yang cukup tinggi, yaitu lima meter,

penulis membuat area tambahan di atas dari sebagian bangunan yaitu sebuah lantai

mezzanine yang akan menampung toilet dan kursi-kursi untuk makan. Dengan area

mezzanine tersebut diharapkan food court dapat menampung lebih banyak pengunjung dan

memberikan suasana makan yang berbeda dari atas lantai mezzanine.

Dan berikut adalah hasil rancangan penulis untuk revitalisasi Bangunan no 25 menjadi

sebuah hawker center yang berlanggam Art Deco

Gambar 4.3.3 Tampak muka bangunan bersandingan dengan bangunan di sekitarnya

Gambar 4.3.4 Denah lantai dasar

Page 23: REVITALISASI BANGUNAN NO 25 DI KAWASAN KOTA TUA

22 | P a g e

Gambar 4.3.5 Denah lantai mezzanine

Gambar 4.3.5 Ornamen kolom bangunan

Page 24: REVITALISASI BANGUNAN NO 25 DI KAWASAN KOTA TUA

23 | P a g e

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisa di Bab 4, bangunan ini akan difungsikan kembali menjadi

sebuah food center yang tetap mempertahankan unsur sejarah bangunannya dengan

mempertahankan langgam bangunan yang sudah ada dan memberikan tambahan ornamen di

dalam bangunan mengacu pada Stasiun Jakarta Kota dan Terminal Jakarta Kota yang bergaya

art deco. Penerapan gaya art deco dapat terlihat melalui jendela, pintu, kolom dan ornamen-

ornamen tambahan dalam interior bangunan.

5.2 Saran

Dalam mengumpulkan data mengenai kota tua, baik kawasan maupun bangunan secara

spesifik, akan lebih baik jika mencari dari berbagai sumber, terlebih bangunan-bangunan

yang ada di kawasan Kota Tua juga kebanyakan masih milik pribadi yang kurang jelas

sejarahnya. Selain UPK Kota Tua, bisa juga mencari sumber ke Departemen Pariwisata jika

memungkinkan atau ke penduduk setempat yang telah lama mendiami kawasan tersebut.

Page 25: REVITALISASI BANGUNAN NO 25 DI KAWASAN KOTA TUA

24 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

http://www.jakarta.go.id/web/news/2010/01/Bangunan-No.-25

http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_bangunan_dan_struktur_kolonial_di_Jakarta

http://en.wikipedia.org/wiki/Adaptive_reuse

http://en.wikipedia.org/wiki/Hawker_centre

http://staff.ui.ac.id/system/files/users/evawani.ellisa/publication/isiguidelines12desember.pdf

http://www.fimela.com/read/2012/06/26/kota-tua-jakarta-dulu-dicintai-sekarang-

ditinggalkan/page/0/1

http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/hawker-centre

Saputra, Handri. (2013). Kajian Konsep Sebagai Alternatif Adaptive Reuse Aplikasi Konsep

Konservasi. Jurnal Arsitektur Universitas Bandar Lampung, Desember 2013.

Bogdanović, Ivana and Mitković, Petar. 2005. REVITALIZATION OF RESIDENTIAL

COMPLEXES IN THE CONTEXT OF HOUSING QUALITY IMPROVEMENT.

Architecture and Civil Engineering, (3), 219-233.

Page 26: REVITALISASI BANGUNAN NO 25 DI KAWASAN KOTA TUA

25 | P a g e

LAMPIRAN-LAMPIRAN