8/17/2019 Revisi_Proposal Tugas Akhir Asriyani 2.pdf
1/20
PEMBUATAN SILASE LIMBAH KEPALA UDANG
DENGAN METODE ASIDIFIKASI
Proposal Tugas Akhir ini
Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda
DISUSUN OLEH :
NAMA : ASRIYANI
NIM : 11 614 010
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
2014
8/17/2019 Revisi_Proposal Tugas Akhir Asriyani 2.pdf
2/20
Proposal Tugas Akhir
2
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul : Pembuatan Silase Limbah Kepala Udang Dengan
Metode Asidifikasi
Nama : Asriyani
NIM : 11 614 010
Jurusan : Teknik Kimia
Program Studi : Petro & Oleo Kimia
Proposal Tugas Akhir ini telah diterima dan disetujui
Pada tanggal … Bulan Februari Tahun 2014
Menyetujui,
Calon Pembimbing
Zainal Arifin.,ST.,M.Eng
NIP.19780509 200312 1 001
8/17/2019 Revisi_Proposal Tugas Akhir Asriyani 2.pdf
3/20
Proposal Tugas Akhir
3
1. Latar Belakang
Muara Badak merupakan sebuah kecamatan di wilayah pesisir
Kabupaten Kutai Kartanegara pada posisi antara 117o 07’ BT – 117o 32’
BT dan 0o 11’ LS – 0o 31’ LS. Kecamatan Muara Badak memiliki luas
wilayah mencapai 939,09 km2 dengan jumlah penduduk mencapai 85.780
jiwa (2011) yang tersebar di 13 desa. Salah satu roda perekonomian
masyarakat Muara Badak bertumpu pada hasil perikanan darat tambak udang.
Muara Badak mempunyai luas tambak udang mencapai 4.430 Ha dengan
kapasitas produksi 671,8 kg/Ha. Hasil samping pengolahan udang pasca panen
berupa limbah kepala dan kulit cukup besar, yakni mencapai 36-49% untuk
bagian kepala sedangkan kulit sebesar 17-23% dari keseluruhan berat badan.
Muara Badak Ulu RT 03 mempunyai jumlah KK 30 orang. Sekitar 50%
dari jumlah KK mempunyai tambak dengan luas antara 2-10 Ha. Jenis
udang yang dibudidayakan oleh petambak adalah udang windu. Panen
besar dapat dilakukan tiga bulan sekali dengan kapasitas 100 kg per
hektar. Sedangkan panen kecil dapat dilakukan sebulan sekali dengan
kapasitas 20-40 kg per hektar. Spesifikasi udang yang dijual adalah udang
tanpa kepala (headless) dan udang tanpa kepala dan kulit ( peeled ). Limbah
udang yang dihasilkan diperkirakan sekitar 20-49 kg per hektar. Selama
ini hanya sebagian kecil limbah udang yang dimanfaatkan sebagai petis,
selebihnya dibuang ke sungai.....
Komposisi utama limbah udang adalah protein, kitin, lemak dan mineral
(Chen dan Chen, 1991). Bagian kulit mengandung kitin yang lebih banyak
dan protein yang lebih sedikit, sedangkan bagian kepala mengandung kitin
yang lebih sedikit dan protein yang lebih banyak (No dkk, 1989).
Limbah kepala udang mudah sekali rusak akibat degradasi mikroba,
sehingga berpotensi besar mencemari lingkungan....
Kandungan protein yang banyak pada kepala udang dapat diolah
menjadi silase yang berbentuk cairan. Silase dapat digunakan menjadi
imbuhan pakan ternak. Sehingga penelitian ini diharapkan dapat
menangani limbah kepala udang secara tepat dan dapat meningkatkan nilai
tambah limbah kepala udang........
8/17/2019 Revisi_Proposal Tugas Akhir Asriyani 2.pdf
4/20
Proposal Tugas Akhir
4
2. Tujuan Penelitian
1. Membuat Silase dari limbah kepala udang dengan menggunakan metode
asidifikasi.
2. Mendapatkan data optimum pembuatan silase sebagai fungsi waktu
asidifikasi, konsentrasi dan jenis campuran asam.
3. Manfaat Penelitian
1. Memberikan alternatif pengolahan limbah kepala udang.
2. Pengolahan limbah kepala udang menjadi silase untuk imbuhan pakan
ternak memberikan peluang wirausaha baru.
Berbagai cara dan usaha untuk mengelola hasil perikanan laut baik secara fisik,
kimia, dan biologis telah lama dilakukan.
4. Landasan Teori
4.1 Pengertian Silase
Silase merupakan pengawetan bahan pakan melalui fermentasi yang
menghasilkan kadar air yang tinggi yang biasa digunakan pada hijauan sebagai
pakan ruminansia atau pakan yang berasal dari tanaman serealia yang
penggunaannya sebagai biofuel ( Wikipedia, 2008 ).
Pembuatan silase secara garis besar dibagi menjadi empat fase (Bolsen dan
Sapienza, 1993). Pertama adalah fase aerob ini berlangsung dua proses yaitu
proses respirasi dan proses proteolisis, akibat adanya aktivitas enzim yang berada
dalam tanaman tersebut. Proses respirasi secara lengkap menguraikan gula-gula
tanaman menjadi karbondioksida dan air, dengan menggunakan oksigen dan
menghasilkan panas. Kedua adalah fase fermentasi ketika kondisi anaerob
tercapai pada bahan yang diawetkan beberapa proses mulai berlangsung, isi sel
tanaman mulai dirombak. Pada hijauan basah, proses ini berlangsung dalam
beberapa jam, sedangkan pada hijauan kering dapat berlangsung seharian. Ketiga
adalah fase stabil, setelah masa aktif pertumbuhan bakteri penghasil asam laktat
berakhir, maka proses ensilase memasuki fase stabil, hanya sedikit sekali aktivitas
mikroba. Keempat adalah fase pengeluaran silase, oksigen secara bebas akan
mengkontaminasi permukaan silase terbuka.
8/17/2019 Revisi_Proposal Tugas Akhir Asriyani 2.pdf
5/20
Proposal Tugas Akhir
5
Stimulan fermentasi bekerja membantu pertumbuhan bakteri asam laktat
sehingga kondisi asam segera tercapai, contohnya inokulan bakteri yaitu bakteri
asam laktat yang berfungsi untuk meningkatkan populasi bakteri asam laktat
dalam bahan pakan, sedangkan inhibitor fermentasi digunakan untuk menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pembusuk seperti Clostridia sehingga pakan bisa
awet, sebagai contoh yaitu asam-asam organik seperti asam format, propionat dan
laktat. Salah satu penambahan zat aditif sebagai stimulan fermentasi yaitu dengan
bakteri asam laktat seperti lactobacillus plantarum, pledioccus pentosomonas.
Proses silase juga memiliki prinsip yaitu menekan bakteri yang tidak diinginkan
seperti bakteri pembusuk dan meningkatkan jumlah bakteri yang diharapkan
seperti bakteri asam laktat.
Silase yang baik mempunyai ciri-ciri: warna masih hijau atau kecoklatan,
rasa dan bau asam adalah segar, nilai pH rendah, tekstur masih jelas, tidak
menggumpal, tidak berjamur serta tidak berlendir (Siregar, 1996). Silase memiliki
beberapa kelebihan antara lain : (1) ransum lebih awet, (2) memiliki kandungan
bakteri asam laktat yang berperan sebagai probiotik dan (3) memiliki kandungan
asam organik berperan sebagai growth promotor dan penghambat penyakit. Silase
yang baik diperoleh dengan menekan berbagai aktivitas enzim yang berada dalam
bahan baku yang tidak dikehendaki, namun dapat mendorong berkembangnya
bakteri penghasil asam laktat (Bolsen dan Sapienza, 1993). Kualitas silase dicapai
ketika asam laktat sebagai asam yang dominan diproduksi, menunjukkan
fermentasi asam yang efisien dan penurunan pH terjadi secara cepat. Semakin
cepat fermentasi yang terjadi maka semakin banyak nutrisi yang dikandung silase
dapat dipertahankan (Schroeder, 2004). Selain itu faktor yang mempengaruhi
kualitas silase secara umum juga dipaparkan yaitu kematangan bahan dan kadar
air, besar partikel bahan, penyimpanan pada saat ensilase dan aditif. Kualitas
silase juga dipengaruhi oleh 1) karakteristik bahan (kandungan bahan kering,
kapasitas buffer, struktur fisik dan varietas), 2) tata laksana pembuatan silase
(besar partikel, kecepatan pengisian ke silo, kepadatan pengepakan, dan
penyegelan silo), 3) keadaan iklim (suhu dan kelembaban) (Sapienza dan Bolsen,
1993).
8/17/2019 Revisi_Proposal Tugas Akhir Asriyani 2.pdf
6/20
Proposal Tugas Akhir
6
Pemberian silase pada ternak dilakukan dengan mengeluarkan silase dari
silo secara bertahap pada saat akan diberikan pada ternak. Silase yang telah
dikeluarka harus diangin-anginkan untuk mengurangi bau alkohol hasil
fermentasi. Bahan kering silase juga mempengaruhi konsumsi oleh ternak
sehingga diperlukan keseimbangan antara kebutuhan untuk disimpan dan
keperluan makan harian bagi ternak. Kualitas silase untuk pemberiannya pada
ternak harus disesuaikan keseimbangan kandungan nutriennya agar dapat secara
efisien memenuhi kebutuhan ternak (Sapienza dan Bolsen, 1993).
4.2 Udang
Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki
aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Proses pembekuan udang
merupakan salah satu cara pengawetan makanan karena dengan menurunkan suhu
maka pertumbuhan mikroorganisme dapat terhambat, mencegah reaksi kimia dan
aktivitas enzim. Tujuan pembekuan udang adalah mempertahankan sifat-sifat mutu
tinggi pada udang dengan teknik penarikan panas secara efektif dari udang agar
suhu udang turun sampai suhu rendah yang stabil dan mengawetkan udang
(Ilyas1993). Udang diklasifikasikan sebagai berikut:
Phylum :Arthropoda
SubPhylum : Mandibulata
Class : Crustaceae
Subclass : MalacostracaOrdo :Decapoda
Subordo :Natantia
Famili :Penaidae
Genus : Penaeus
Species : Penaeussp
8/17/2019 Revisi_Proposal Tugas Akhir Asriyani 2.pdf
7/20
Proposal Tugas Akhir
7
Gambar1.Morfologiudang( Penaeussp)
(Sumber:http://tbn1.google.com)
Secara morfologi, udang terdiri dari dua bagian, yaitu bagian kepala yang menyatu
dengan dada (cephalothorax) dan bagian badan (abdomen) yang terdapat ekor
dibelakangnya. Udang memiliki tubuh yang beruas-ruas dan seluruh bagian
tubuhnya tertutup kulit khitin yang tebal dan keras. Bagian kepala beratnya lebih
kurang 36-49% dari total keseluruhan berat badan, daging 24-41% dan kulit 17-
23%.
4.3 Limbah Udang
Komposisi utama limbah kepala udang adalah protein, kitin, lemak dan
mineral (Chen dan Chen, 1991). Bagian kulit mengandung kitin yang lebih banyak dan protein yang lebih sedikit, sedangkan bagian kepala mengandung
kitin yang lebih sedikit dan protein yang lebih banyak (No dkk, 1989).
Limbah udang mudah sekali rusak akibat degradasi mikroba, sehingga
berpotensi besar mencemari lingkungan. Sehingga dibutuhkan penanganan
terhadap limbah udang secara tepat dan menjadikan potensi limbah ini
menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi.
Sebagian kecil limbah udang di tempat mitra berada yaitu berupa kepala
dimanfaatkan sebagai petis, selebihnya dibuang saja yang justru berpotensi
mencemari lingkungan. Penerapan teknologi pengolahan limbah udang yang tepat
perlu dilakukan sebagai kegiatan alih teknologi pengolahan sumber daya alam
berbasis kearifan lokal bagi petambak udang Muara Badak Ulu.
4.4 Silase Limbah Kepala Udang Sebagai Imbuhan Pakan Ternak
8/17/2019 Revisi_Proposal Tugas Akhir Asriyani 2.pdf
8/20
Proposal Tugas Akhir
8
Menurut Shahidi dan Synowiecki (1991) kepala udang mengandung protein
kasar 41,9%, kalsium karbonat 15,30%, dan kitin 17,0%. Kandungan protein yang
tinggi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai imbuhan pakan ternak. Silase
merupakan suatu proses fermentasi yang menghidrolisa protein beserta komponen
lain dari bahan pakan dalam suasana asam sehingga bakteri pembusuk tidak dapat
hidup dan bahan pakan akan dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama
(Kompiang, 1981). Silase ini merupakan cara terbaik yang dapat ditempuh apabila
pada suatu saat produksi limbah udang melimpah sehingga akan dapat mengatasi
masalah lingkungan. Selain dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme
yang tidak diinginkan, silase juga dapat mempertahankan dan memperbaiki nilai
gizi produk. Silase limbah udang protein 55 % dapat dijual dengan harga Rp.
10.500/Liter (CV Kembang Hati, Mojokerto Jawa Timur).
Penggunaan asam formiat dalam pembuatan silase limbah udang akan lebih
menguntungkan karena selain harganya yang murah dan mudah didapat, asam
formiat akan dapat merenggangkan ikatan kitin dengan protein dan kalsium
karbonat sehingga daya cerna zat makanan juga akan meningkat. Disamping itu,
asam formiat juga mampu mempertahankan kondisi asam sehingga produk silase
dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Filawati (2008) melaporkan
bahwa penambahan 3% asam formiat 85% dalam pembuatan silase limbah udang
menghasilkan produk dengan spesifikasi seperti Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Spesifikasi silase limbah udang
Zat Makanan Silase Limbah Udang
Protein Kasar (%)
Lemak Kasar (%)
Serat Kasar (%)
Kitin (%)
34,34
2,40
14,93
24,61
Nwanna, dkk (2004) memperoleh komposisi protein dan asam amino pada proses
ensilase limbah kepala udang menggunakan asam formiat 2% dan asam asetat
selama 14 hari seperti pada Tabel 2 di bawah ini:
Tabel 2. Komposisi protein dan asam amino silase limbah kepala udang
8/17/2019 Revisi_Proposal Tugas Akhir Asriyani 2.pdf
9/20
Proposal Tugas Akhir
9
Produk silase yang menggunakan asam organik, sebelum diberikan ternak tidak
perlu dinetralkan dahulu, sedangkan penggunaan asam-asam anorganik harus
dinetralkan dahulu sehingga reaksi asam yang terbentuk tidak merusak saluran
pencernaan ternak.
4.5 Asam Formiat
Asam format atau asam formiat (nama sistematis: asam metanoat) adalah
asam karboksilat yang paling sederhana. Asam format secara alami antara lain
terdapat pada sengat lebah dan semut, sehingga dikenal pula sebagai asam semut.
Asam format merupakan senyawa antara yang penting dalam banyak sintesis
bahan kimia. Rumus kimia asam format dapat dituliskan sebagai HCOOH atau
CH2O2.
4.6 Pembuatan Silase dengan Metode Asidifikasi
Limbah pengolahan (kepala ikan, jeroan, frame dan tulang) kerapu
Epinephelus malabaricus aseptically dikumpulkan dari industri pengolahan ikan
(perikanan Oceanic Pvt. Ltd) dari Kanyakumari District, India Selatan. Limbah
ikan yang dikumpulkan dicuci dalam air minum dan cincang, cincang
menggunakan penggiling basah menjadi pasta untuk persiapan silase. Silase asam
dibuat dengan mengasamkan 5 kg cincang pasta ikan dengan tiga konsentrasi
http://id.wikipedia.org/wiki/IUPAChttp://id.wikipedia.org/wiki/Asam_karboksilathttp://id.wikipedia.org/wiki/Lebahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Semuthttp://id.wikipedia.org/wiki/Senyawahttp://id.wikipedia.org/wiki/Sintesishttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_kimiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Hidrogenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Oksigenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Oksigenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hidrogenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hidrogenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_kimiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Sintesishttp://id.wikipedia.org/wiki/Senyawahttp://id.wikipedia.org/wiki/Semuthttp://id.wikipedia.org/wiki/Lebahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Asam_karboksilathttp://id.wikipedia.org/wiki/IUPAC
8/17/2019 Revisi_Proposal Tugas Akhir Asriyani 2.pdf
10/20
Proposal Tugas Akhir
10
yang berbeda (2, 2,5 dan 3 % (w/v)) asam format. Bersamaan triplicates
dipertahankan di setiap konsentrasi .
Proses Ensilase kemudian dibantu dengan menginkubasi bahan di udara aspal
ketat wadah dilapisi (kapasitas 5L) pada ambient suhu kamar (28 ± 2 º C) hingga
30 hari. Para silase diaduk setiap hari di pagi dan aseptik sampel volume yang
diketahui diambil dari wadah masing-masing pada interval tertentu dari 0 , 10 , 20
dan durasi 30 hari. Selama setiap interval sampling, ensilase dievaluasi untuk
parameter fisika seperti kadar abu , bahan kering (DM), pH dan konstituen
biokimia seperti protein dan lipid ( AOAC , 1990) .
Selanjutnya analisis mikrobiologi dari angka lempeng aerobik ditentukandengan menggunakan media kultur standar. Pada akhir proses ensilase (30 hari) ,
vitamin dan asam amino (AOAC, 1990; Vidotti et al, 2003) isi silase ditentukan .
Akhirnya produk silase individu dikeringkan dalam oven (KEMI,KOS.1,
Mumbai, India ) pada 40 º C selama 12 jam untuk konsistensi berat badan dan
dikemas dalam wadah.
Komposisi Asam Amino dari Silase
Nilai gizi protein dari bahan apapun terutama tergantung pada kapasitas
protein untuk memenuhi kebutuhan organisme sehubungan dengan asam amino
esensial ( Vidotti et al . , 2003). Dalam penelitian ini profil asam amino proksimat
dari silase pada akhir proses ensilase dibuktikan (P < 0,05) peningkatan yang
signifikan dalam tingkat asam amino dalam asam 2 % makanan tandon daripada
ensilase masing-masing lainnya . Di antara asam amino yang diidentifikasi , glisin
(3.56g/100g), treonin (3.23g/100g), arginin (2.45g/100g), serin(2.34g/100g) dan
tirosin (2.34g) direkam dengan tingkat yang lebih tinggi. Geron et al. ( 2007)
menunjukkan kecenderungan yang sama dari tingkat yang lebih tinggi dari asam
amino seperti arginin, glisin, tirosin, treonin dan serin dalam gabungan silase
asam ikan nila residu pemisahan daging dari tulang. Demikian juga , Vidotti et al .
(2003) telah mengidentifikasi konsentrasi yang lebih tinggi dari glisin, arginin dan
lisin dalam 2 % format dan sulfat silase asam residu nila . Dalam penelitian ini ,
mengingat profil asam amino dari ensilages , sistin dan triptofan tingkat lebih
rendah dari asam amino diidentifikasi lainnya ( Tabel 3).
8/17/2019 Revisi_Proposal Tugas Akhir Asriyani 2.pdf
11/20
Proposal Tugas Akhir
11
Tabel 3. Konten asam amino (g/100g) dari konsentrasi yang berbeda dari silase
asam format setelah 30 hari ensilase.
Amino acids (g/100g) Acid silages (%)
2.0 3.0 2.5
Aspartic acid 1.32 ±0.01a 1.123±0.02 b 1.120±0.01 b
Glutamic acid 1.67±0.01a 1.498±0.01 b 1.323±0.02c
Asparagine 0.565±0.002a 0.756±0.004 b 0.7897±0.003 b
Serine 2.34±0.02a 0.112±0.003 b 0.321±0.001c
Glutamine 1.57±0.06a 0.434±0.005 b 0.321±0.004c
Glycine 3.56±0.01a 0.323±0.003 b 0.1121±0.008c
Threonine 3.23±0.06a 0.112±0.005 b 0.2012±0.002c
Alanine 1.676±0.02a 0.304±0.004 b 0.0543±0.0002c
Arginine 2.456±0.02a 0.432±0.006 b 0.1123±0.004c
Cystine 0.280±0.004a 0.232±0.002 b 0.1034±0.001cTyrosine 2.345±0.003a 0.443±0.001 b 0.1146±0.003c
Histidine 0.787±0.002a 0.332±0.004 b 0.2106±0.002c
Valine 0.786±0.004a 0.121±0.004 b 0.1021±0.003c
Methionine 0.765±0.001a 0.312±0.002 b 0.11221±0.001c
Isoleucine 1.786±0.02a 0.331±0.003 b 0.1043±0.005c
Phenylalanine 1.45±0.02 a 0.1014±0.003 b 0.1212±0.006c
Leucine 0.896±0.006a 0.1042±0.002 b 0.1043±0.002 b
Lysine 2.12±0.03a 0.43±0.008 b 0.1212±0.004c
Proline 0.786±0.002a 0.113±0.006 b 0.1045±0.004c
Tryptophan 0.456±0.005a 0.1212±0.004 b 0.1033±0.006c
Taurine 0.475±0.002a 0.221±0.006 b 0.1121±0.008c
Sesuai dengan ini, Dapkevicius et al. (1998) juga menyatakan bahwa
metode hidrolisis asam digunakan untuk silase persiapan mengakibatkan
kerusakan parsial sistin. Demikian pula Arason (1994) menunjukkan relatif
laporan serupa bahwa triptofan tidak stabil dalam medium asam, karena itu
menjadi asam amino pembatas pertama dalam asam ikan silase. Dalam penelitian
ini, diikuti untuk tryptophan, taurine, aspargine, metionin, valin, prolin dan
histidin mencatat tingkat yang lebih rendah dalam semua silase asam. Dapkeviciuset al. (1998) mencatat tingkat yang lebih rendah dari metionin , histidin dan prolin
dalam 3 % makanan tandon asam format Blue kapur sirih (M. poutassou Risso).
Jadi pengurangan kadar asam amino melihat dalam meningkatkan konsentrasi
ensilages asam dalam penelitian ini mungkin terjadi karena beberapa reaksi kimia
antara α amino dan kelompok aldehida hadir dalam asam amino selama proses
ensilation (Johnson et al., 1985).
Mikrobiologi Analisis Ensilages
8/17/2019 Revisi_Proposal Tugas Akhir Asriyani 2.pdf
12/20
Proposal Tugas Akhir
12
Pada hari pertama proses ensiling , aerobik beban plate count yang diamati
adalah 19 hingga 26 x 10-4 cfu ml - 1 di 2-3 % ensilase asam format, tetapi
dengan peningkatan berikutnya dalam proses ensilase, penurunan populasi
mikroba diamati di semua silase dan pada akhir periode percobaan, beban
mikroba tercatat adalah 3 sampai 8 x 10-4 cfu ml - 1 di 2-3 % ensilages asam,
masing-masing. Hal ini mungkin karena pengurangan pH sehubungan dengan
peningkatan keasaman dan peningkatan ensilase durasi. Hasil serupa pengurangan
mesophiles aerobik dan coliform dalam mackerel Spanyol silase diamati karena
pemeliharaan pH rendah selama proses (Delgado et al., 2008).
Komposisi biokimia proksimat Eksperimental DietKomposisi biokimia proksimat dari diet eksperimental dilengkapi dengan
konsentrasi yang berbeda dari silase asam format diberikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Komposisi biokimia proksimat kontrol dan diet eksperimental
diumpankan ke bibit ikan mas.
BiochemicalComponents
Control diet Experimental diets
(C) 2% (E1) 2.5% (E2) 3% (E3)
Protein (%) 40.04 ± 0.02ª 40.13 ± 0.05ª 39.98 ± 0.01ª 40.08 ± 0.07ªLipid (%) 4.15 ± 0.05ª 5.02 ± 0.02b 5.14 ± 0.02bc 5.25 ±0.04 bcd
Carbohydrate (%) 10.91 ± 0.01ª 10.94 ± 0.05ª 10.90 ± 0.04ª 10.86 ± 0.20ª
Ash (%) 13.90 ± 0.50ª 14.53 ± 0.03ª 14.58 ± 0.50ª 14.61 ± 0.02ª
Tingkat protein kasar kontrol dan eksperimental diet adalah sekitar 40 %.
Nwanna et al. (2004) mengamati berbagai serupa protein dalam diet dibuat
dengan gabungan asam (masing-masing asam formiat dan etanoat 2 %) ensilase
udang kepala makan. Dalam penelitian ini , kadar lemak diet eksperimental secarasignifikan (P < 0,05) bervariasi antara 5,02 ± 0,02 dan 5,25 ± 0,04 % , sedangkan
pada diet kontrol, itu adalah 4,15 ± 0,05 %. Wassef (2005) juga melaporkan
komposisi yang sama dari kadar lemak dalam diet siap dengan silase asam laktat
dari gilthead sea bream goreng. Karbohidrat (10,86 ± 0,20-10,94 ± 0,05 %) dan
kadar abu (13.90 ± 0,50-14,61 ± 0,02 %) di kedua kontrol dan diet eksperimen
tidak berbeda secara signifikan. Tidak konsisten dengan hasil ini, Nwanna et
8/17/2019 Revisi_Proposal Tugas Akhir Asriyani 2.pdf
13/20
Proposal Tugas Akhir
13
al.(2004) menunjukkan kandungan abu yang lebih tinggi sekitar 15 sampai
16,75% dalam rangkaian diet siap dengan diawetkan kimia udang
8/17/2019 Revisi_Proposal Tugas Akhir Asriyani 2.pdf
14/20
Proposal Tugas Akhir
14
5. Metodologi Penelitian
5.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Samarinda. Penelitian berlangsung selama 4 bulan mulai bulan
Maret 2014 s/d Juni 2014.
5.2 Bahan Penelitian
Limbah kepala udang yang digunakan untuk penelitian ini diambil dari Desa
Muara Badak, Kutai Kartanegara jenis Tiger Black (windu). Untuk bahan-bahan
kimia lainnya seperti Asam Formiat dan asam propionat diperoleh dari
Laboratorium Kimia Dasar POLNES.
5.3 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Botol Nestle 330 mL
2. Baskom
3. Gelas Kimia 250 mL
4.
Pipet Volume 5, 10 mL
5. Gelas ukur 100 mL
6. Batang Pengaduk
7. Bulp
8. Corong
5.4 Variabel Penelitian
5.4.1
Variabel Tetap
- Asam Formiat 90%
- Asam Propionat 99%
5.4.2 Variabel Tidak Tetap
-
Waktu 6, 9, 11, 14, 17 hari
-
Konsentrasi campuran larutan asam : bahan baku (v/b) 1%, 2%, 3%, 4%,
5%.
8/17/2019 Revisi_Proposal Tugas Akhir Asriyani 2.pdf
15/20
Proposal Tugas Akhir
15
- Jenis campuran asam yaitu: asam formiat-propionat dan asam asetat-
propionat
8/17/2019 Revisi_Proposal Tugas Akhir Asriyani 2.pdf
16/20
Proposal Tugas Akhir
16
5.5 Prosedur Penelitian
Bahan yang digunakan adalah limbah udang, asam formiat, asam asetat
dan asam propionat. Limbah udang dicuci berulang-ulang sampai 3 kali
pencucian dengan air bersih. Selanjutnya limbah udang tersebut dicincang
atau dipotong-potong menjadi ukuran sekecil mungkin. Membuat campuran
asam formiat dan propionat dengan perbandingan 1:1 sebanyak 3% untuk
setiap 300 gram cacahan limbah udang atau 4,5 mL asam formiat : 4,5 mL
asam propionat. Limbah udang dan larutan asam ditempatkan dalam suatu
wadah dan selama proses berlangsung, dilakukan pengadukan 1 sampai 2 kali
setiap hari. Umumnya pada hari ke 5 produk sudah mulai menjadi bubur atau
silase. Selanjutnya silase disaring sehingga diperoleh cairan silase. Cairan
silase kemudian dianalisis kadar protein kasarnya.
Diagram alir pembuatan silase dari limbah kepala udang dengan metode
fermentasi
5.6 Tahap Analisis Produk
Tahap ini bertujuan untuk menganalisa karakteristik dari bahan baku yaitu
silase. Analisa yang dilakukan antara lain analisa protein.
Limbah Udang
Filtrasi
Cairan
Silase
Sentrifugasi/Pengendapan
Asam Organik
8/17/2019 Revisi_Proposal Tugas Akhir Asriyani 2.pdf
17/20
Proposal Tugas Akhir
17
5.6.1 Protein
5.6.1.1 Protein Kasar (Metode semimikro kjeldhal)
5.6.1.1.1 Prinsip
Senyawa nitrogen diubah menjadi ammonium sulfat oleh H2SO4 pekat.
Amonium sulfat yang terbentuk diuraikan dengan NaOH. Amoniak yang
dibebaskan diikat dengan asam borat dan kemudian dititar dengan larutan baku
asam.
5.6.1.1.2 Peralatan
- Labu Kjeldhal 100 ml
-
Alat penyulingan dan kelengkapannya
-
Pemanas listrik / pembakar
- Neraca Analitik
5.6.1.1.3 Pereaksi
- Campuran Selen
Campuran 2,5 g serbuk SeO2, 100 g K 2SO4, dan 30 g CuSO45H2O.
-
Indikator Campuran
Siapkan larutan bromocresol green 0,1% dan larutan merah metal 0,1%
dalam alcohol 95% secara berpisah, campur 10 ml bromocresol green 2 ml
merah metal.
- Larutan asam borat, H3BO3 2%.
Larutkan 10 g H3BO3 dalam 500 ml air suling, setelah dingin pindahkan
kedalam botol tertutup gelas. Campur 500 ml asam borat dengan 5 ml
indikator.
-
Larutan asam klorida, HCL 0,01 N.
-
Larutan natrium hidroksida NaOH 30%.
Larutkan 150 g natrium hidroksida ke dalam 350 ml, simpan dalam botol
tertutup karet.
5.6.1.1.4 Cara Kerja
-
Pipet 1 mL sampel, masukkan ke dalam labu kjeldhal 100 ml.
-
Tambahkan 29 campuran selen dan 25 ml H2SO4 pekat.
- Panaskan diatas pemanas listrik atau api pembakar sampai mendidih dan
larutan menjadi jernih kehijau-hijauan (sekitar 2 jam).
8/17/2019 Revisi_Proposal Tugas Akhir Asriyani 2.pdf
18/20
Proposal Tugas Akhir
18
- Biarkan dingin, kemudian encerkan dan masukkan ke dalam labu ukur 100
ml, tepatkan sampai tanda garis.
- Pipet 5 ml larutan dan masukkan ke dalam alat penyulingan tambahkan 5
ml NaOH 30% dan beberapa tetes indikator PP.
-
Sulingkan selama lebih kurang 10 menit, sebagai penampung gunakan 10
ml larutan asam borat 2% yang telah dicampur indikator.
- Bilasi ujung pendingin dengan air suling.
- Titar dengan larutan HCl 0,01 N
- Kerjakan penetapan blanko.
Perhitungan:
=(1 − 2)0,014. . )
Dimana:
W = Bobot Cuplikan
V1 = Volume HCl 0,01 N yang dipergunakan penitaran contoh.
V2 = Volume HCl yang dipergunakan penitaran blanko.
N = Normalitas HCl.f.k = Protein dari - Makanan secara umum 6,25
- Susu dan hasil olahannya 6,38
- Minyak kacang 5,46
f.p = faktor pengenceran
8/17/2019 Revisi_Proposal Tugas Akhir Asriyani 2.pdf
19/20
Proposal Tugas Akhir
19
6. Jadwal Penelitian
No. Kegiatan
Bulan ke- 1 Bulan ke- 2 Bulan ke- 3 Bulan ke- 4
Minggu Minggu Minggu Minggu
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1Persiapan Alat dan
Bahan
2
Pengambilan Data
Melalui PercobaanPembuatan Silase
3 Analisa Hasil
4 Pengolahan Data
5 Pembuatan Laporan
8/17/2019 Revisi_Proposal Tugas Akhir Asriyani 2.pdf
20/20
Proposal Tugas Akhir
20
9. Daftar Pustaka
Chen, HC. dan Chen, KS., 1991, Isolation of Chitinolytic Bacteria And Their
Hydrolytic Activity on Shrimp Shells. Proc. Natl. Sci. Counc. ROC (B), 15:
233-239.
Filawati, 2008, Performans Ayam Pedaging Yang Diberi Ransum Mengandung
Silase Limbah Udang Sebagai Pengganti Tepung Ikan, Jurnal Ilmu-Ilmu
Peternakan, Vol. IX, No. 3, Hal. 134-143.
Http://intannursiam.wordpress.com/2010/09/20/pengertian-silase/ (Sabtu, 23
November 2013 Pukul : 21.08)
Http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_format (Sabtu, 23 November 2013 Pukul21:19)
Http://www.slideshare.net/SNI-01-28911992-cara-uji-makanan-minuman (Senin,
24 Februari 2014 pukul 15:41)
Ilyas, S., 1993. Teknologi Refrigasi Hasil Perikanan. Jilid II. Teknik Pembekuan
Ikan Penerbit CV.Paripurna.Jakarta
Nwanna, LC., Balogun, AM., Ajenifuja, YF., Enujiugha, VN., 2004,
Replacement of Fish Meal With Chemically Preserved Shrimp Head in
The Diets of African Catfish, Clarias gariepinus, Food Agriculture &
Environment , Vol. 2 (1), pp. 79-83.
Shahidi, F. dan Synowiecki, J., 1991, Isolation And Characterization of
Nutrients And Value-added Products From Snow Crab (Chionoecetes
opilio) And Shrimp (Pandalus borealis) Processing Discards, J. Agric.
Food Chem., 39 (8), pp 1527 – 1532
http://intannursiam.wordpress.com/2010/09/20/pengertian-silase/http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_formathttp://www.slideshare.net/SNI-01-28911992-cara-uji-makanan-minumanhttp://www.slideshare.net/SNI-01-28911992-cara-uji-makanan-minumanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Asam_formathttp://intannursiam.wordpress.com/2010/09/20/pengertian-silase/