BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk dan munculnya jenis – jenis penyakit di masyarakat mengakibatkan kebutuhan obat menjadi suatu hal yang sangat penting. Tetapi di Indonesia kondisi tersebut tidak diimbangi dengan ketersediaan bahan baku yang umumnya masih diimpor. Sebagai solusi atas kurangnya bahan baku obat tersebut, maka diperlukan upaya alternatif, seperti pencarian bahan baku obat alami yang tersedia di Indonesia (Maryani, 2001). Pengobatan tradisional dengan ramuan tumbuhan obat telah lama dipergunakan oleh nenek moyang. Dampak kesembuhannya memang lebih lambat dibandingkan pengobatan secara medis. Namun, efek sampingnya dapat dianggap tidak ada (Hariana 2005).
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Sejalan
dengan laju pertumbuhan penduduk dan munculnya jenis – jenis penyakit di
masyarakat mengakibatkan kebutuhan obat menjadi suatu hal yang sangat
penting. Tetapi di Indonesia kondisi tersebut tidak diimbangi dengan ketersediaan
bahan baku yang umumnya masih diimpor. Sebagai solusi atas kurangnya bahan
baku obat tersebut, maka diperlukan upaya alternatif, seperti pencarian bahan
baku obat alami yang tersedia di Indonesia (Maryani, 2001).
Pengobatan tradisional dengan ramuan tumbuhan obat telah lama
dipergunakan oleh nenek moyang. Dampak kesembuhannya memang lebih lambat
dibandingkan pengobatan secara medis. Namun, efek sampingnya dapat dianggap
tidak ada (Hariana 2005).
Pemanfaatan obat tradisional sekarang ini semakin meningkat dikarenakan
semakin tingginya harga obat modern yang tidak diimbangi dengan kemampuan
daya beli masyarakat, namun di balik kenyataan tersebut ada kecenderungan
bahwa masyarakat modern sekarang ini mulai tertarik pada obat-obatan
tradisional ( back to nature ), selain aman digunakan dan khasiatnya juga tidak
kalah di bandingkan dengan obat-obatan modern (Hariana 2007 ).
Salah satu tanaman yang telah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak
dahulu. yaitu tanaman rimbang (Solanum torvum Swartz), bermanfaat untuk
mengobati sakit lambung, sakit gigi, katarak, tidak datang haid, wasir atau
ambeien, radang payudara, influenza, panas dalam, pembengkakan, bisul, koreng,
sakit pinggang, asam urat tinggi, tulang keropos, jantung berdebar, menetralkan
racun dalam tubuh, melancarkan sirkulasi darah. Sebagai antioksidan, tanaman ini
juga mengandung banyak khasiat bagi kesehatan dan termasuk salah satu tanaman
obat yang selain buahnya, daun dan bunganya juga dapat dimanfaatkan. Adapun
kandungan kimia pada daun, bunga dan buahnya antara lain, Saponin, Tanin,
Flavonoid, Alkaloid, Protein Lemak, Kalsium, Fosfor, Zat Besi serta Vitamin A,
B dan C. Daun rimbang dapat dimanfaatkan sebagai obat jantung berdebar,
sedangkan daun dan buahnya dapat mengobati tekanan darah tinggi, kepala
pusing dan kurang nafsu makan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu:
Apakah ekstrak buah rimbang (Solanum torvum Swartz) mempunyai efek
antimikroba di dalam fraksi polar, semi polar dan non polar terhadap pertumbuhan
bakteri gram positif, bakteri gram negatif dan jamur ?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk membuktikan adanya aktivitas antimikroba ekstrak buah rimbang
(Solanum torvum Swartz) dalam fraksi n-heksan, etil asetat dan fraksi air terhadap
Pemeriksaan alkaloid menggunakan metode Culvenor-Fritzgerald yaitu 4
(empat) gram sampel segar dipotong-potong halus digerus dalam lumpang dengan
bantuan sedikit pasir yang bersih dan tambahkan 10 ml Kloroform dan 10 ml
Kloroform amoniak 0,05 N, kemudian disaring dengan menggunakan kapas terus
diambil dengan pipet tetes dan dimasukan dalam tabung reaksi, tambahkan 10
tetes Asam Sulfat-2N dan dikocok perlahan selama 1 (satu) menit sampai terjadi
pemisahan. Selanjutnya lapisan Asam Sulfat diambil kemudian dimasukan dalam
tabung reaksi lain lalu ditambahkan pereaksi mayer. Terbentuknya kabut putih,
gumpalan putih atau endapan putih menandakan adanya reaksi positif Alkaloid
dari sampel.
3.3.3.2 Pemeriksaan Flavonoid
Pemeriksaan Flavonoid dilakukan dengan menggunakan metoda Sianidin
Test yaitu 4 (empat) gram sampel segar dipotong-potong halus, kemudian
dimasukan dalam tabung reaksi ditambah 25 ml Etanol, lalu dipanaskan sampai
mendidih, setelah itu langsung disaring saat panas sehingga didapat filtrat. Filtrat
tersebut diuapkan hingga tinggal separuhnya, kemudian ditambahkan dengan
beberapa tetes (± 2-3 tetes) Asam Klorida pekat dan serbuk Magnesium.
Terbentuknya warna oranye sampai merah menunjukan adanya Flavonoid di
dalam sampel.
31
3.3.3.3 Pemeriksaan Steroid, Terpenoid, Saponin, dan Senyawa Fenol (Simes
et.al, 1959)
Pemeriksaan ini dengan menggunakan metoda Simes et al yaitu 4 (empat)
gram sampel dipotong halus dan dididihkan dengan 25 ml etanol selama 15 menit,
kemudian disaring selagi panas lalu filtrat diuapkan sampai kering. Ekstrak yang
didapat kemudian ditambah kloroform dan Aqua Destilata berbanding 1:1
sebanyak 5 ml masing-masing, lalu dikocok, kemudian dibiarkan sebentar
sehingga terbentuk lapisan air dan lapisan Kloroform.
Untuk pemeriksaan Saponin yaitu dilakukan dengan cara sebagian lapisan
air dikocok kuat-kuat dalam tabung reaksi. Setelah itu, bila positif ada Saponin
akan terbentuk busa yang stabil selama 15 menit.
Untuk pemeriksaan Senyawa Fenol yaitu sebagian lapisan air dimasukan
dalam plat tetes kemudian ditambahkan 2 (dua) tetes Besi (III) Klorida. Untuk
melihat adanya senyawa Fenol didalam sampel ditandai dengan adanya perubahan
warna menjadi warna biru atau warna hitam.
Untuk pemeriksaan Terpenoid dan Steroid yaitu pada sebagian lapisan
Kloroform diambil dengan pipet berisi Norit, tampung di plat tetes kemudian
biarkan sampai kering. Tambahkan pereaksi Liebermann-Burchard, jika berwarna
merah menunjukan bahwa sampel ada kandungan Terpenoid, sedangkan warna
biru atau hijau menunjukan sampel ada kandungan Steroid.
32
3.3.4 Pembuatan larutan Uji dengan Berbagai Konsentrasi
Untuk masing-masing ekstrak n-heksan, etil asetat dan air dibuat masing-
masing konsentrasi dari 50% , 40%, 30%, 20%, dan 10% kemudian diuji aktifitas
antimikroba.
3.3.5 Sterilisasi Alat dan Bahan
Alat-alat yang akan disterilkan dicuci terlebih dahulu kemudian
dikeringkan. Untuk alat-alat gelas seperti tabung reaksi, gelas ukur, erlemeyer,
pipet tetes ditutup mulutnya dengan sumbatan kapas dan dibungkus dengan kertas
perkamen, begitu juga dengan cawan petri dan corong. Kemudian semuanya
disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121ºC dengan tekanan 15 lbs selama 15
menit. Sedangkan pinset, jarum ose, dan kaca objek dipijarkan dengan
melewatkan pada nyala api selama 20 detik (Seputro, 1998).
3.3.6 Pembuatan Medium Pembenihan
3.3.6.2 Medium Nutrien Agar
Timbang sebanyak 23 gram serbuk Nutrien Agar (siap pakai) dilarutkan
dalam 1 (satu) liter air suling dan dipanaskan sampai mendidih dan larut
seluruhnya, kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121ºC dengan tekanan
15 lbs selama 15 menit. Media Nutrien Agar dituangkan sebanyak 15 ml ke dalam
cawan petri dan 5 (lima) ml ke dalam tabung reaksi untuk Agar miring, biarkan
memadat dan disimpan dalam lemari pendingin (Alex dkk, 1980).
33
3.3.6.3 Medium Potato Dextrose Agar
Timbang sebanyak 39 gram serbuk Potato Dextrose Agar dilarutkan dalam
1 (satu) liter air suling dan dipanaskan sampai mendidih dan larut seluruhnya.
Kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121ºC dengan tekanan 15 lbs
selama 15 menit. Media Potato Dextrose Agar dituangkan sebanyak 15 ml dalam
cawan petri dan 5 (lima) ml dalam tabung reaksi untuk Agar miring, biarkan
memadat dan simpan dalam lemari pendingin (Alex dkk, 1980).
3.3.6.4 Pemilihan Mikroba Uji
Pemilihan mikroba uji dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah
Palembang dan di isolasi dan di identifikasi sebagai Staphylococcus aureus ATCC
25923, Eschericchia coli ATCC 25922, dan Candida albicans ATCC 01231.
3.3.7 Peremajaan Mikroba Uji
Peremajaan mikroba uji dilakukan dengan cara menginokulasikan 1 (satu)
ose biakan murni dari stok Agar miring ke medium Agar miring Nutrien Agar
(NA) yang baru, kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37ºC selama 24
jam untuk bakteri dan pada suhu 25-27 ºC selama 3 sampai 5 hari untuk jamur
hingga diperoleh pertumbuhan yang normal (Jawets dkk, 1989).
3.3.8 Pembuatan Suspensi Mikroba
Diambil koloni bakteri dari Agar miring Nutrien Agar (NA) dan koloni
jamur dari agar miring Potato Dextro Agar (PDA) menggunakan jarum ose,
kemudian disuspensikan ke dalam pelarut NaCl 0,9% fisiologis dalam tabung
reaksi dan dikocok homogen. Kekeruhan suspensi mikroba uji diukur dengan alat
34
spektronik yaitu pada panjang gelombang (λ) 530 nm dengan transmitan 25%
untuk bakteri dan panjang gelombang (λ) 580 nm dengan transmitan 90% untuk
jamur (Depkes, 1995).
3.3.9 Uji Penghambat Pertumbuhan Mikroba
Pada permukaan cawan petri yang berisi 10 ml media Nutiren Agar atau
Potato Dextrose Agar yang telah memadat, dituangkan Agar inokulum 1% yaitu
10 ml media Nutrien Agar dan Potato Dextrose Agar pada suhu 45-50ºC ditambah
0,1 ml suspensi mikroba uji (T 25%). Kemudian dibiarkan pada suhu kamar
selama 15 menit. Pengujian dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali sehingga total cawan
petri yang disiapkan adalah 3 cawan petri untuk satu mikroba uji.
Cakram kertas yang telah disterilkan dicelupkan ke dalam masing-masing
konsentrasi zat uji yang telah disiapkan kemudian di kering anginkan kemudian
diletakan pada permukaan media Agar yang telah diinokulasi dengan mikroba.
Cawan petri Nutrient Agar diinkubasi ke dalam inkubator pada suhu 37ºC
selama 24 jam dan Potato Dextrose Agar pada suhu 25ºC selama 5 hari.
Kemudian diukur diameter zona bening (clear zone) yang terbentuk dengan
menggunakan jangka sorong atau penggaris milimeter.
3.3.10 Analisa Data
Data hambatan pertumbuhan ditabulasi untuk setiap mikroba uji yang
digunakan pada berbagai konsetrasi zat uji.
35
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil
1. Rendemen yang didapat dari ekstrak buah rimbang (Solanum torvum Swartz)
adalah 4,58%
2. Hasil pengamatan uji antimikroba dari ekstrak buah Rimbang (Solanum
torvum Swartz) terhadap bakteri Staphylococcus aureus (ATCC 25923) pada
konsentrasi 50%, 40%, 30%,20%, 10% diameter zona hambatnya berturut-
turut sebesar 12,7 mm, 11,8 mm, 10,8 mm, 10,1 mm, 8,8 mm untuk fraksi air
dan fraksi etil asetat 16,7 mm, 13,5 mm, 11,9 mm, 10,9 mm, 9,1 mm
sedangkan fraksi n-heksan tidak memiliki zona hambat.
3. Hasil pengamatan uji antimikroba dari ekstrak buah Rimbang (Solanum
torvum Swartz) terhadap bakteri Escherichia coli (ATCC 2922) pada
konsentrasi 50%, 40%, 30%,20%, 10% diameter zona hambatnya berturut-
turut sebesar 9,1 mm, 8,5 mm, 8,2 mm, 8,1 mm, 7,6 mm untuk fraksi air dan
fraksi etil asetat 15,6 mm, 15 mm, 13,9 mm, 12,7 mm, 11,6 mm sedangkan
fraksi n-heksan tidak memiliki zona hambat.
4. Hasil pengamatan uji antimikroba dari ekstrak buah rimbang (Solanum torvum
Swartz ) terhadap Candida albicans (ATCC 01231) pada fraksi etil asetat
pada konsentrasi 50%,40%,30%,20%,10% diameter zona hambatnya berturut-
turut sebesar 19,8 mm, 18,1 mm, 16,5 mm, 15,1 mm 12,2 mm. Sedangkan
pada fraksi air dan fraksi n-heksan tidak memiliki diameter zona hambat.
36
5. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan dari ketiga fraksi yang digunakan
dalam penelitian ini daya anti mikroba yang terbesar terdapat pada fraksi
semipolar (etil asetat) terhadap jamur Candida albicans.
4.2. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya aktivitas antimikroba
dari fraksi air (polar), etil asetat (semi polar), n-heksan (non polar) dari buah
rimbang (Solanum torvum Swartz).
Buah rimbang (Solanum torvum Swartz) diperoleh dari daerah Pakjo
Palembang Sumatera Selatan, kemudian sampel segar dipotong kecil-kecil dan
ditimbang sebanyak 1 kg. Lalu sampel dimasukkan kedalam botol gelap untuk
dimaserasi menggunakan pelarut etanol yang sudah didestilasi sebanyak 5 liter
untuk 1 kg sampel. Penggunaan etanol sebagai pelarut dikarenakan etanol
merupakan pelarut universal yang dapat menarik zat yang polar maupun non
polar, disamping itu etanol juga tidak beracun dan titik didihnya lebih kecil
dibanding air sehingga zat aktif dari tumbuhan tidak rusak selama proses
penguapan pelarut.
Untuk mendapat ekstrak buah rimbang (Solanum torvum Swartz) dipilih
metode maserasi. Maserasi merupakan metode ekstraksi yang pengerjaannya
sederhana dan dapat digunakan untuk penarikan zat yang tahan panas maupun
yang tidak tahan panas, dengan cara ini kemungkinan hilangnya kandungan kimia
didalam tanaman yang rusak akibat pemanasan dapat dihindari. Kekurangan
metode maserasi adalah prosesnya memakan waktu yang lama, biasanya 3-5 hari
dan pelarut yang digunakan banyak. Pada penelitian ini dilakukan tiga fraksi yaitu
37
fraksi polar, semi polar dan non polar (air, etil asetat, n-heksan). Maserasi
dilakukan selama 15 hari dengan 3 kali pengulangan hingga diperoleh maserat.
Maserat yang diperoleh selanjutnya diuapkan dengan destilasi vacum dan
dipekatkan dengan rotary evaporator sehingga didapat ekstrak kental. Ekstrak
kental difraksinasi dengan menggunakan tiga pelarut yaitu air, etil asetat, dan n-
heksan, setelah dilakukan fraksinasi untuk mendapatkan fraksi kentalnya masing-
masing fraksi di rotary evaporator sehingga diperoleh fraksi kental dari faksi air.
Fraksi etil asetat dan fraksi n-heksan. Dari ketiga fraksi dilakukan uji aktivitas
antimikroba terhadap mikroba uji.
Pada masing-masing fraksi kental buah rimbang (Solanum torvum Swartz)
diujikan aktivitas antimikroba dengan metode difusi agar karena metode ini cukup
sederhana sebagai mikroba uji digunakan mikroba Staphylococcus aureus (ATCC
25923) yang mewakili bakteri gram positif, Escherichia coli (ATCC 25922)
mewakili bakteri gram negatif dan Candida albicans (ATCC 01231) yang
mewakili jamur. Mikroba uji yang digunakan mikroba patogen yang cukup aman
bagi peneliti dan dapat mewakili mikroba patogen lainnya yang menyebabkan
infeksi pada manusia.
Didalam pengerjaan uji aktivitas antimikroba, peralatan yang digunakan
sebelumnya harus dibersihkan dan disterilkan terlebih dahulu sesuai dengan
prosedur masing-masing. Ini di lakukan secara aseptis, untuk mencegah masuknya
mikroba lain dari udara luar, sehingga hasil yang di peroleh tidak terkontaminasi.
Pada penelitian ini dilakukan pengenceran pada konsentrasi 50%, 40%, 30%,
20%, 10%, sebagai kontrol negatif digunakan etanol. Mikroba uji pada penelitian
38
ini disuspensikan dalam NaCl fisiologis karena NaCl fisiologis memberikan
tekanan osmosa yang sama dengan tekanan osmosa tubuh. Suspensi mikroba uji
dibuat sampai dicapai tingkat kekeruhan tertentu, yaitu panjang gelombang (λ)
530 nm dengan transmitan 25% untuk bakteri dan panjang gelombang (λ) 580 nm
dengan transmitan 90% untuk jamur yang diukur dengan alat spektrofotometri.
Dengan kekeruhan tersebut maka pertumbuhan mikroba uji pada media relatif
baik, yang jumlah populasi menurut penelitian sebelumnya lebih kurang 1 juta
koloni / ml (Djamaan, 1993). Penggunaan NaCl membuat lingkungan sekitar sel
menjadi isotonik sehingga air didalam sel tidak akan keluar melalui dinding sel.
Jika air dalam dinding sel keluar melalui dinding sel dan membran plasma akan
terlepas dari dinding sel, akibatnya tegangan antara isi sel dan dinding sel
(tekanan turgor) menurut (Volk & Wheeler, 1990). Masing-masing fraksi dari
ekstrak buah rimbang dibuat dalam konsentrasi yang telah ditetapkan. Uji
aktivitas antimikroba dilakukan dengan metode difusi agar karena metode ini
cukup sederhana dan dapat memperlihatkan hubungan peningkatan konsentrasi
dengan peningkatan aktivitas. Sebagai pencadang digunakan kertas cakram
dengan diameter 6 mm, zat uji akan berdifusi dari pencadang kemedia agar
inokulum. Untuk mikroba uji bakteri Staphylococcus aureus (ATCC 25923) dan
Escheriachia coli (ATCC 25922) di inkubasi selama 24 jam untuk menegaskan
diameter zona beningnya dibiarkan selama 24 jam lagi sedangkan untuk jamur
Candida albicans (ATCC 01231) di inkubasi selama 3-5 hari. Data hambatan
pertumbuhan mikroba ditabulasi dengan berbagai konsentrasi zat uji dan masing-
masing diameter hambat diukur menggunakan jangka sorong.
39
Hasil uji aktivitas antimikroba ekstrak buah rimbang terhadap bakteri
Stapylococcus aureus (ATCC 25923) terbesar pada konsentrasi 50% yaitu 12,7
mm pada fraksi air, 16,7 mm pada fraksi etil asetat, sedangkan untuk fraksi n-
heksan terhadap bakteri ini tidak menunjukkan adanya aktivitas.
Hasil uji aktivitas antimikroba ekstrak buah rimbang terhadap bakteri
Escherichia coli (ATCC 25922) terbesar pada konsentrasi 50% yaitu 9,1 mm pada
fraksi air, 15,6 mm pada fraksi etil asetat, sedangkan untuk fraksi n-heksan
terhadap bakteri ini tidak menunjukkan adanya aktivitas.
Hasil uji aktivitas antimikroba ekstrak buah rimbang terhadap jamur Candida
albicans (ATCC 01231) terbesar pada konsentrasi 50% yaitu 19,8 mm pada fraksi
etil asetat, sedangkan untuk fraksi air dan n-heksan tidak menunjukkan adanya
aktivitas.
Hasil penelitian uji aktivitas antimikroba ekstrak buah rimbang (Solanum
torvum Swartz) menunjukkan bahwa ekstrak buah rimbang (Solanum torvum
Swartz) didalam fraksi etil asetat dan fraksi air memiliki aktivitas antimikroba
terhadap Staphylococcus aureus (ATCC 25923), Escherichia coli (ATCC 25922),
dan Candida albicans (ATCC 01231), ini disebabkan karena ekstrak buah
rimbang (Solanum torvum Swartz) didalam fraksi etil asetat mengandung
flavonoid. Flavonoid dapat menyebabkan penghambatan terhadap sintesis dinding
sel (Mojab et a ., 2008). Flavonoid yang merupakan senyawa fenol dapat bersifat
koagulator protein (Dwijoseputro, 1994). Protein yang menggumpal tidak akan
dapat berfungsi lagi sehingga akan menggangu pembentukan dinding sel bakteri.
Didalam fraksi polar (air) ekstrak buah rimbang (Solanum torvum Swartz)
40
mengandung saponin dan tanin. Saponin merupakan zat hemolitik yang kuat serta
memiliki sifat seperti sabun. Saponin juga bersifat spermisida, antimikroba,
antiperadangan, dan memiliki aktivitas sitotoksik (Tjay dan Rahardja, 2002).
Tanin mempunyai sifat sebagai pengelat yang dapat mengerutkan membran sel
sehingga menggangu permeabilitas sel. Akibat terganggunya permeabilitas sel ,
sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat
atau bahkan mati. Efek antimikroba tanin lain melalui reaksi dengan membran sel,
inaktivasi enzim dan destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik (Ajizah, 2004)
41
42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian uji aktivitas antimikroba ekstrak buah rimbang (Solanum
torvum Swartz) dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil pengamatan uji aktifitas antimikroba dari ekstrak buah rimbang
(Solanum torvum Swartz) pada fraksi air dan fraksi etil asetat terlihat
adanya aktifitas antimikroba terhadap bakteri Escherichia coli ATCC
25922 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923.
2. Dari hasil pengamatan uji aktifitas anti mikroba dari ekstrak buah
rimbang (Solanum torvum Swartz) pada fraksi n-heksan tidak terlihat
adanya aktifitas antimikroba terhadap bakteri Escherichia coli ATCC
25922 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923.
3. Dari hasil pengamatan uji aktifitas antimikroba dari ekstrak buah rimbang
(Solanum torvum Swartz) pada fraksi etil asetat terlihat adanya aktifitas
antimikroba terhadap jamur Candida albicans ATCC 01231.
4. Dari hasil pengamatan uji aktifitas anti mikroba dari ekstrak buah
rimbang (Solanum torvum Swartz) pada fraksi air dan fraksi n-heksan
terhadap jamur Candida albicans ATCC 01231 tidak ditemukan sama
sekali antimikrobanya.
42
5. Dari ketiga fraksi dalam penelitian ini, daya anti mikroba yang terbesar
dihasilkan pada fraksi semi polar (etil asetat) terhadap jamur Candida
albicans.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini diketahui bahwa
ekstrak buah rimbang mempunyai aktifitas anti mikroba yang lebih besar pada
fraksi etil asetat (semi polar) sehingga disarankan untuk dilakukan penelitian
lanjutan tentang zat aktif yang terdapat pada fraksi semi polar dan menguji
aktifitas anti mikrobanya sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai obat
fitofarmaka yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan
oleh mikroba patogen.
43
DAFTAR PUSTAKA
Adam S. J., 1992, Dasar-dasar Mikrobiologi Parasitologi untuk Perawat. Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta
Alex, C.S, W&L, Jarets, 1980. Grod whol’s Clinical Laboratory Methods anddiagnosis. ( Volume 2 ) CV. Mosby Company ST, Louis Toronto London, 1391-1470.
Aldi. Yufri, 2004. Pengetahuan Media Reagensia. Akademik Analis Kesehatan yayasan Perintis Padang.
Ajizah, A. 2004. Sensitivitas salmonella typhimurium terhadap Ekstrak Daun Psidium Guajava L. Bioscientiae 1 (1):31-38.
Anonim , 1994, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran (Edisi Revisi). Binarupa Aksara, Jakarta, Indonesia
Cruickshank, R.J.P. Duguid, B.P. Marmion, and R.H.A. Swain. 1973. Escherichia coli: Klebsiella : Proteus : Providencia. The English Languange Book Society and Churchill Livingstone, Singapore.
Culvenor, CCJ., & JS., Fitzgerald, 1963 A Field Method for Alkaloid Screening of Plant, J., Pharm Sci., P., 52 : 303-4
Depkes, 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III, Dirjen ,POM, RI, Jakarta, 1112-1116
Depkes, 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV, Dirjen, POM, RI, Jakarta. 1112-1456
Djamaan, A., 1993, Penapisan dan Skrining Mikroorganisme tanah yang dapat menghasilkan senyawa antibiotik dari Sampel Tanah di Kawasan Hutan Raya Bung Hatta, Seminar Hasil-Hasil Penelitian SPP / DPP, Universitas Andalas, Padang.
Dwijoseputro, D. 1994. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta; Djambatan.
Hadioetomo, R.S., 1990, Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek, Laboratorium Mikrobiologi institute Pertanian Bogor, Jakarta
Harbone, J.B.,1989 Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan, terbitan Kedua , diterjemahkan oleh K. Padmawinata dan I. Soediro, Penerbit ITB, Bandung.
44
Hariana, A., 2005. 812 Resep Pengobatan Tradisional., Penebar Swadaya Jakarta
Hariana, A., 2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya., Penebar Swadaya Jakarta
Jawets. E, Melnick. J. L dan E. Adelberg., 1989. Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan (edisi 14 ) diterjemahkan: G. Borang. ECG Buku Kedokteran, Jakarta, 256-428
Lay, BW., 1994, Analisa Mikroorganisme di Laboratorium. Raja Grafindo Perkasa, Jakarta.
Lasmadiawati, Hemiati. dan Indriati., 2004. Klasifikasi Tanaman Rimbang (Solanum torvum Swartz)., Swadaya Jakarta.
Maryani, H., 2001. Tanaman Obat untuk Mengatasi Penyakit pada Manusia Lanjut, Penerbit Argomedia Jakarta.
Mojab, F., M. Poursaeed, H. Mehrgan and S. Pakdaman. 2008. Antibacterial activity of Thymus daenensis methanolic Extract. Pak. J. Pharm. Sci., 21 (3):210-213.
Seputro, DD., 1998, Dasar-dasar Mikrobiologi, Djamata, Jakarta
Simes, JJH., JG., Tracey, LJ., Webb & WJ., Dunstan, 1959, An Australian Phytochemical Survey Saponins and Eastern Australian Flowering Plant, Common Wealth Scientivic and Industial Research Organization, Australia.
Stevanie, Fidrianny., Elfahmi, 2007. “ Telaah Kandungan Kimia Ekstrak n-heksan Buah tekokak solanum torvum Swartz” Skripsi Sekolah farmasi
Suriawira, U., Pengantar Mikrobiologi Umum. Angkasa, Bandung, 1995. 65-78.
Syahrurachman, A., 1994, Mikrobiologi Kedokteran, FK Universitas Indonesia, Jakarta, 10-24
Tjay, T.H., dan K. Rahardja. 2002. Obat-obat Penting Khasiat Penggunaan dan Efek Sampingnya. Edisi Kelima. Jakarta: PT Gramedia.
Volk., W.A., dan M.F. Wheeler, 1990, Mikrobiologi Dasar, Edisi V, Jilidditerjemahkan oleh : Adisumartono, S., Erlangga, Jakarta, 6-67
45
Lampiran 1. Skema Kerja Uji Antimikroba Buah Rimbang (Solanum torvum
Swartz)
-1 kg sampel , di keringkan anginkan
-Dimaserasi dengan etanol 3x5 hari
-Didestilasi Vakum
- Dipekatkan dengan Rotary Evaporator
difraksinasi
+ air 100ml
+ n-heksan
difraksinasi Didestilasi Vakum –
etil asetat + Dipekatkan dengan Rotary Evaporator
Didestilasi Vakum –
Dipekatkan dengan Rotary Evaporator-
Gambar 6. Skema Kerja Uji Antimikroba Buah Rimbang (Solanum torvum
Swartz)
46
Buah rimbang
Solanum torvum Swartz
Maserat
Ekstrak kental etanol
Fraksi n-heksanFraksi air
Fraksi kental n-heksan
Fraksi air Fraksi etil asetat
Fraksi kental etil asetat
Fraksi kental Air
Uji aktivitas antimikroba
Lampiran 2. Skema Kerja Uji Aktivitas Antimikroba dengan Metode Difusi Agar
- Sterilisasi- Masukan ke dalam cawan petri
10 ml NA ( Bakteri) 10 ml PDA (Jamur)
( untuk lapisan dasar)
Masukkan 0,1 ml suspensi mikroba ke dalam media NA dan PDA 10 ml pada suhu (45-50ºc)
Gambar 7: Skema Kerja Uji Aktivitas Antimikroba dengan Metode Difusi Agar
47
Media NA dan PDA
Suspensi mikroba uji (λ )530 (T 25%) untuk bakteri dan (λ) 580 (T 90%)