DIAGNOSIS BRONKOPNEUMONIA PADA SEORANG ANAK
I. PENDAHULUANPneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim
paru. Organisasi Kesehatan Dunia mendefinisikan pneumonia sebagai
adanya batuk dan napas cepat atau sulit bernapas.Klasifikasi napas
cepat sebagai berikut :1. Umur < 2 bulan : > 60 kali/ menit2.
Umur 2 bulan 12 bulan : > 50 kali/menit3. Umur 12 bulan 5 tahun
: > 40 kali/menit.(2)Penyebab pneumonia beragam dengan dua
penyebab terbanyak adalah virus dan bakteri. Berkaitan dengan
pemberian antimikroba, sangatlah penting untuk membedakan pneumonia
bakteri dengan pneumonia virus. Biakan bakteri memerlukan waktu
beberapa hari serta tidak tersedia di semua tempat. Oleh karena itu
diperlukan parameter lain yang dapat digunakan. Beberapa penelitian
melaporkan bahwa pneumonia oleh karena bakteri umumnya memberi
gambaran klinis yang lebih toksik, suhu lebih tinggi. Adanya
gambaran konsolidasi atau efusi pleura pada foto thorax,
leukositosis dengan dominasi polimorfonuklear.(6)Diagnosis
bronkopneumonia ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang.
II. RESUMEAnamnesis Keluhan utama: Sesak Riwayat penyakit
sekarang: pasien laki - laki umur 10 bulan masuk rumah sakit dengan
keluhan sesak sejak 2 hari yang lalu. Keluhan disertai batuk tiga
hari sebelumnya. Pasien juga mengalami demam sejak tiga hari
sebelum masuk rumah sakit . Kejang (-), flu (-), muntah (-), buang
air besar dan buang air kecil normal. Riwayat penyakit sebelumnya:
pasien belum pernah mengalami keluhan serupa. Riwayat penyakit
keluarga: tidak ada yang mengalami keluhan yang di dalam keluarga.
Riwayat sosial ekonomi: menengah Riwayat kebiasaan dan lingkungan:
tidak ada yang merokok dalam keluarga Riwayat kehamilan dan
persalinan: pasien merupakan anak pertama. Lahir dengan spontan.
Berat badan bayi lahir adalah 3000 gram. Kemampuan dan kepandaian
bayi: bayi dapat memutar kepala dan mengangkat kepalanya, serta
merangkak pada umur 5 bulan. Anamnesis makanan: ASI : lahir sampai
6 Bulan. Susu formula : 6 bulan sampai sekarang. Riwayat imunisasi
: 0 BULANHepatitis B 1 Polio 0
1 BULANBCG Hepatitis B 2 2 BULANPolio 1 DPT 1 Hib 1
9 BULAN6 BULAN4 BULANPolio 2 DPT 2 Hib 2
Hepatitis B 3 Polio 3 DPT 3 Hib 3
Campak
Pemeriksaan Fisik Keadaan umum sakit sedang, kesadaran compos
mentis, berat badan 7 kg.Tanda vital: denyut nadi 138 kali/menit,
suhu 37,8o C, respirasi 60 kali/menit. Kulit: Ruam (-)Kepala:
Normocephal, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
rhinorrhea (-), pernapasan cuping hidung (+), otorrhea (-).Leher:
Pembesaran kelenjar getah bening (-). Pembesaran kelenjar tiroid
(-)Paru-paru: Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris
bilateral, retraksi subcostalis (+), retraksi intercostalis (+)
Palpasi : focal femitus kanan = kiri perkusi : pekak auskultasi :
ronkhi (+/+), wheezing (-/-).
Jantung: inspeksi ictus cordis tidak tampak palpasi : ictus
cordis teraba perkusi : pekak auskultasi bunyi jantung I/II murni
regular, murmur (-), gallop (-).Abdomen: inspeksi dinding abdomen
datar kesan normal auskultasi peristaltik (+) kesan normal perkusi
: timpani palpasi pembesaran organ (-).Punggung: Dalam batas
normalGenitalia: Edema (-)Anggota gerak: Ekstremitas atas dan bawah
akral hangat (+), edema (-)Otot-otot: EutrofiRefleks : Fisiologis
(+/+), Patologis (-/-)
Hasil pemeriksaan darah rutin Leukosit 10,8 x103/uL. Hemoglobin
10,8 g/dL Hematokrit 33,8% Platelet 378 x103/mm3
TERAPI1. IFVD dextrose 5 % + meylon 10 cc 12 tpm2. O2 0,5 - 2
liter/menit3. Ceftriaxone 200 mg/12 jam/ IV4. Gentamycin 20 mg/12
jam/ IV5. Dexametason 1,5 mg/8 jam/IV6. Paracetamol 3 x cth (kalau
perlu)7. Ambroxol 15 mg 3 x cth.8. Puyer batuk :a. Salbutamol 0,5
mgb. Histapan 10 mg3 x 1 pulvc. Metil prednisolon (4 mg) 1/5 tab9.
puasa
Follow up pasien 1. Terapi :IFVD Dextrose 5% + meylon 10 cc 12
tpmO2 0,5 - 2 liter/menitCeftriaxone 200 mg/12 jam/ IVGentamycin 20
mg/12 jam/ IVDexametason 1,5 mg/8 jam/IVAmbroxol 15 mg 3 x
cth.Puyer Batuk Salbutamol 0,5 mgHistapam 10 mgMetil prednisolon (4
mg) 1/5 tabSusu dan buburHari ke II Subjektif : Suhu : 37,2 oC
Pernapasan 66 kali/menit Nadi : 120 kali/menit Objektif : Demam (-)
Batuk (+), lendir (+)Sesak (+)
3 x 1 pulvRetraksi subcostalis (+)Ronki (+/+)Wheezing (-/-) Lien
dan hepar tidak teraba Buang air besar & Buang air kecil
seperti biasa Assesment : Bronkopneumonia
2. Terapi :IFVD Dextrose 5% 10 tpmCeftriaxone 200mg/12 jam/
IVGentamicin 20 mg/12 jam/ IVAmbroxol 15 mg 3 x cth.Puyer Batuk
Salbutamol 0,5 mgHistapam 10 mgMetil prednisolon (4 mg) 1/5 tabSusu
dan bubur Hari ke III Subjektif : Pernapasan : 40x/menit Suhu : 37
oC Nadi : 116 kali/menit Objektif : Demam (-) Batuk (+) sudah mulai
berkurang,
3 x 1 pulvlendir (-), Retraksi (-)Sesak (-)Ronki (+/+)Wheezing
(-/-) Lien dan hepar tidak teraba Buang air besar &Buang air
kecil biasa Assesment : Bronkopneumonia
3. Terapi :IFVD Dextrose 5% 10 tpmCeftriaxone 200 mg/12 jam/
IVGentamycin 20 mg/12 jam/ IVAmbroxol 15 mg 3 x cth.Puyer Batuk
Salbutamol 0,5 mgHistapam 10 mgMetil prednisolon (4 mg) 1/5 tabSusu
dan batukHari ke IV Subjektif : Pernapasan : 38x/menit Suhu : 36,5
oC Nadi : 110 kali/menit Objektif : Demam (-) Batuk (+) sudah mulai
berkurang,
3 x 1pulvlendir (+) Retraksi (-)Sesak (-)Ronki (+/+)Wheezing
(-/-) Lien dan Hepar tidak teraba Buang air besar &Buang air
kecil biasa Assesment : Bronkopneumonia
4. Terapi :Dextrose 5% 10 tpmCeftriaxone 200mg/12 jam/
IVGentamycin 20 mg/12 jam/ IVAmbroxol 15 mg 3 x cth.Puyer Batuk
Salbutamol 0,5 mgHistapam 10 mgMetil prednisolon (4 mg) 1/5 tabSusu
dan buburHari ke V (pasien masih dirawat) Subjektif : Pernafasan :
36x/menit Suhu : 36,5 oC Nadi : 114 kali/menit Objektif : Demam (-)
Batuk (-) sudah mulai berkurang, 3 x 1 pulvlendir (-), Retraksi (-)
Sesak (-) Ronki (-/-) Wheezing (-/-) Lien tidak teraba Hepar tidak
teraba Buang air besar &Buang air kecil biasa Assesment :
Bronkopneumonia
Jika pasien dipulangkan, pasien diberi obat untuk dilanjutkan
dirumah :1. Cefadroxil syrup (125 mg) 3 cth.2. Ambroxol 15 mg 3 x
cth.3. Puyer Batuk 3 x 1 pulva. Salbutamol 0,5 mgb. Histapam 10
mgc. Metil prednisolon (4 mg) 1/5 tab
III. DISKUSIDiagnosis bronkopneumonia ditegakkan berdasarkan
hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.(1)Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru. Kebanyakan
kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, penyebab noninfeksi
ini meliputi aspirasi makanan atau asam lambung, benda asing,
hidrokarbon. Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi kecil
meliputi Streptococcus grup B dan bakteri Gram negatif seperti
E.Coli, Pseudomonas sp., atau Klebsiella sp. (1)Bakteri penyebab
masuk ke paru perifer melalui saluran napas menyebabkan reaksi
jaringan berupa edema, yang mempermudah proliferasi dan penyebaran
kuman, bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi yaitu
terjadinya sebukan sel PMN (polimorfonuklear), fibrin, eritrosit,
cairan edema, dan kuman di alveoli. Proses ini termasuk dalam
hepatisasi merah, sedangkan kelanjutan proses infeksi berupa
deposisi ke permukaan pleura, ditemukan pula fibrin dan leukosit
PMN di alveoli, dan proses fagositosis yang cepat. Dilanjutkan
stadium resolusi, dengan peningkatan jumlah sel makrofag di
alveoli, degenerasi sel dan menipisnya fibrin, seta menghilangnya
kuman dan debris. (3)Bronkopneumonia biasanya didahului oleh
infeksi saluran napas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat
naik secara mendadak sampai 39-40C dan mungkin disertai kejang
karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnue, pernapasan
cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung dan sianosis di
sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal
penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, pada
awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif. (1)
Pada pemeriksaan fisik didapatkan: Inspeksi : perlu diperhatikan
adanya takipnue, dispnue, sianosis sekitar hidung dan mulut,
pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, retraksi sela iga,
batuk semula nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada
waktu menarik napas. Palpasi : suara redup pada sisi yang sakit,
hati teraba, fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit,
dan nadi mungkin mengalami peningkatan (tachicardia). Perkusi :
suara redup pada sisi yang sakit. Auskultasi : sederhana dapat
dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung/mulut bayi.
Pada anak yang bronkopneumonia akan terdengar stridor.
(1)Patogenesis bronkopneumonia sebagai berikut :
1. Stadium I/Hiperemia (4 12 jam pertama/kongesti) Pada stadium
I, disebut hyperemia karena mengacu pada respon peradangan
permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal
ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas
kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan
mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan
sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup
histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan
jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan
prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan
peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan
perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga
terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus.
Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak
yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka
perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering
mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin. (1)
2. Stadium II/Hepatisasi Merah (48 jam berikutnya)Pada stadium
II, disebut hepatisasi merah karena terjadi sewaktu alveolus terisi
oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh
penjamu (host), sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang
terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit,
eritrosit dan cairan sehingga warna paru menjadi merah dan pada
perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada
atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini
berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam. (1)
3. Stadium III/Hepatisasi Kelabu (3 8 hari) Pada stadium
III/hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan
fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli
mulai di reabsorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin
dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah
tidak lagi mengalami kongesti. (1)4. Stadium IV/Resolusi (7 11
hari)Pada stadium IV/resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan
diabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya
semula. (1)Proses kerusakan yang terjadi dapat diatasi dengan
pemberian antibiotik sedini mungkin agar sistem bronkopulmonal yang
terkena dapat diselamatkan.(2)Klasifikasi pneumonia pada bayi dan
anak usia 2 bulan sampai 5 tahun adalah sebagai berikut: Pneumonia
berat Bila ada sesak napas Harus dirawat dan diberikan antibiotik
Pneumonia Bila tidak ada sesak napas Ada napas cepat dengan laju
napas: > 50 kali/menit untuk anak usia 2 bulan sampai 1 tahun.
> 40 kali/menit untuk anak usia >1 tahun sampai 5 tahun.
Tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral Bukan pneumonia Bila
tidak ada napas cepat dan sesak napas Tidak perlu dirawat dan tidak
perlu antibiotik, hanya diberikan pengobatan simtomatis seperti
penurun panas.(2)
Klasifikasi pneumonia bayi berusia dibawah usia 2 bulan adalah
sebagai berikut: Pneumonia Bila ada napas cepat (>60 kali/menit)
atau sesak napas. Harus dirawat dan diberikan antibiotik. Bukan
pneumonia Tidak ada napas cepat atau sesak napas. Tidak perlu
dirawat, cukup diberikan pengobatan simptomatis.Pada kasus ini,
pasien memenuhi kriteria pneumonia untuk bayi usia dibawah 2 bulan
yaitu adanya napas cepat (>60 kali/menit) dan sesak
napas.(2)
Pneumonia pada anak umumnya didiagnosis berdasarkan gambaran
klinis yang menunjukkan keterlibatan sistem respiratori, serta
gambaran radiologis. Gejala klinis meliputi napas cepat, sesak
napas dan berbagai tanda bahaya agar anak segera dirujuk ke
pelayanan kesehatan. Napas cepat dinilai dengan menghitung
frekuensi napas selama satu menit penuh ketika bayi dalam keadaan
tenang. Sesak napas dinilai dengan melihat adanya tarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam ketika menarik napas. Tanda bahaya pada
anak berusia 2 bulan sampai 5 tahun adalah tidak dapat minum,
kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk; tanda bahaya
untuk bayi di bawah 2 bulan adalah malas minum, kejang, kesadaran
menurun, stridor, dan demam/badan terasa dingin. Pada kasus ini,
ditemukan gejala klinis napas cepat dan sesak napas serta demam.
Dari pemeriksaan tanda vital frekuensi pernapasannya yaitu 60
kali/menit, sehingga dapat dikategorikan napas cepat untuk usia
bayi > 6 bulan. Dari hasil pemeriksaan fisik, ditemukan adanya
tarikan dinding dada bagian bawah yang menunjukkan adanya sesak
napas pada pasien tersebut. Hal ini sesuai dengan teori.(3)Gambaran
klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat-ringannya
infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut: Gejala infeksi
umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu
makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare.
Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi
dada, takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih dan
sianosis. Pada kasus ini gejala infeksi umum yang ditemukan yaitu
demam, gelisah dan malaise. Tidak terdapat keluhan gastrointestinal
pada kasus ini. Gejala gangguan respiratori yang ditemukan pada
kasus ini yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas
cuping hidung dan merintih. Hal ini sesuai dengan teori. Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak
perkusi, suara napas melemah dan ronki. Akan tetapi pada neonatus
dan bayi kecil, gejala dan tanda pneumonia lebih beragam dan tidak
selalu jelas terlihat. Pada perkusi dan auskultasi paru umumnya
tidak ditemukan kelainan. Pada kasus ini, hasil pemeriksaan fisik
yang didapatkan pada perkusi paru berupa pekak dan auskultasi paru
berupa ronki pada kedua lapang paru. Hal ini sesuai dengan
teori.(4)Pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit
perlu dilakukan untuk membantu menentukan pemberian antibiotik.
Pemeriksaan kultur dan pewarnaan Gram sputum direkomendasikan dalam
tatalaksana anak dengan pneumonia yang berat. Pada pneumonia virus
umumnya ditemukan leukosit dalam batas normal atau sedikit
meningkat. Pada pneumonia bakteri didapatkan leukositosis yang
berkisar antara 15000-40000/mm3 dengan predominan sel
polimorfonuklear. Leukositosis (>30000/mm3) hampir selalu
menunjukkan adanya infeksi bakteri. Pada kasus ini, pemeriksaan
darah rutin pasien menunjukkan adanya leukositosis yaitu 10,8
x103/mm3.(4),(5)Foto rontgen toraks anterior posterior dan lateral
hanya dilakukan pada pasien dengan tanda dan gejala klinik distres
pernapasan seperti takipnea, batuk, dan ronki dengan atau tanpa
suara napas yang melemah. Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran
difus merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat yang
dapat meluas hingga daerah perifer paru, disertai dengan
peningkatan corakan peribronkial. (5),(6)Pada kasus ini, pasien
tidak dilakukan pemeriksaan foto rontgen toraks, karena adanya
gejala klinis yang khas seperti : demam, batuk, sesak dan
ronki.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahajoe, N. N., Supriyatno, B., Setyanto, D. B. 2013. Buku
Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia2. Tim Adaptasi Indonesia. 2009. Pelayanan Kesehatan Anak
di Rumah Sakit. Jakarta: WHO Indonesia3. Mansjoer, Arif et al,
2009, kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid 2, Media
Aesculapius, FKUI, Jakarta.4. Nashar, Hafid et al, 2013, The Deases
: Diagnosa dan Terapi, Pustaka Cendekia press, Jakarta.5. Bradley,
John S, 2011, The Management of Community-Acquired Pneumonia in
Infants and Children Older Than Months of Age: Clinical Practice
Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the
Infectious Diseases Society of America, Downloaded from
http://cid.oxfordjournals.org/ by guest on May 28, 2015.6.
Subanada, Ida bagus & Ni putu Siadi Purniti, 2010, faktor
faktor yang berhubungan dengan Pneumonia bakteri pada anak,
download from http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/12-3-8.pdf pada
28 Mei 2015.
9