EFEKTIVITAS PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN CUCI TANGAN PADA
PENGUNJUNG DI BANGSAL AR-ROYAN R RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
UNIT IIProposal Karya Tulis IlmiahUntuk memenuhi syarat memperoleh
derajat Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
EKA WIDIAWATI JANNATUL MAWA20110320046
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA2015BAB 1 PENDAHULUANA.
Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu institusi pelayanan
pengobatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan bagi orang yang
sakit ataupun orang yang tidak sakit (Nugraheni et all,2010). Rumah
sakit juga bisa menjadi wilayah kerja yang dapat membawa resiko
kesehatan atau resiko infeksi yang berdampak buruk bagi tenaga
kesehatan, pasien, dan masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan
serta pengunjung (Rikayanti dan Arta, 2014). Infeksi yang sering
berkitan dengan pelayanan kesehatan merupakan penyebab utama
kematian dibeberapa belahan dunia ( Prasetya et al, 2014 ). Hal ini
disebabkan karena infeksi berdampak buruk bagi pasien selama
menerima pelayanan kesehatan setelah >38 jam dan setelah < 30
hari setelah keluar dari rumah sakit. Infeksi yang sering terjadi
di rumah sakit adalah infeksi nosokomial atau sekarang sering
disebut dengan Health Associated Infection (Hais) (WHO,
2011).Health Associated Infection (Hais) merupakan infeksi yang
didapat tidak hanya dari rumah sakit tetapi juga dari fasilitas
pelayanan kesehatan ( Depkes, 2009). Infeksi ini dapat ditularkan
atau dapat diperoleh melalui petugas kesehatan, pasien, pengunjung
atau karena kondisi rumah sakit (Septiari, 2012). HAIs memang bukan
termasuk infeksi yang berbahaya namun HAIs ini bisa menyebabkn lama
dirawatnya pasien dirumah sakit serta berdampak pada ekonomi pasien
bahkan meningkatkan angka kesakitan (morbiditi) dan angka kematian
(mortaliti) (IFIC, 2011).Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
HAIs diantarnya penurunan imunitas pasien, phlebitis,infeksi daerah
operasi, infeksi saluran kemih, perawat ataupengunjung yang tidak
mencuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan pasien,
pneumonia, dekubitus, pemakaian infus dan kateter yang lama tidak
diganti. Tindakan medis yang salah sehingga beresiko terjadinya
infeksi, misalnya, suntikan, pengambilan darah, persalinan dan
sebagainya (Daniati, 2009).Sebuah penelitian yang dilakukan oleh
organisasi kesehatan menunjukkan bahwa tingkat infeksi didunia
menunjukkan sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit di 14 negara berasal
dari Eropa, Asia Tenggara, Southea st Asia dan Pasifik adalah HAIs
berjumlah10,0% ( WHO, 2002 dalam Prasetya, 2014). Di Indonesia
sendiri diperoleh data dari Health Associated infection (HAIs) di
11 rumah sakit di Jakarta menunjukkan 9,8%. Didukung oleh
penelitian yang pernah dilakukan Prof Dr Sulianti Saroso Jakarta
tahun 2003, untuk infeksi ILO (infeksi luka operasi), ISK infeksi
saluran kemih 15,1%, IADP (infeksi aliran darah primer) 26,4%,
pneumonia 24,5 % (Depkes & Perdalin, 2007). Terdapat 38 pasien
yang menderita IDO diantaranya 225 pasien yang mengalami HAIs,
berarti 16,9% dari pasien HAIs menderita daerah operasi. Selain
itu, berdasaran penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh penulis
Rumah Sakit X Surabaya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
kejadian infeksi didaerah operasi dari tahun 2001-2012. Pada tahun
2011 terjadi 3 kasus IDO diantaranya 970 operasi bersih dan bersih
terkontaminasi, sedangkan pada tahun 2012 terjadi 6 kasus IDO
diantaranya 1098 operasi bersih dan bersih terkontaminasi (Aisyah,
2012).Munculnya kasus-kasus terkait infeksi tersebut sesuai dengan
syarat akreditasi dari Join Commision International Acreditation
yaitu standar Prevention and Control Infections (PCI). PCI
bertujuan untuk mencegah dan mengontrol infeksi dengan
mengidentifikasi dan menurunkan resiko transmisi infeksi antara
pasien, staf, tim kesehatan profesional, pekerja kontrak,
sukarelawan, siswa dan pengunjung yang ada dirumah sakit. Hal ini
di lakukan untuk menurunkan angka infeksi rumah sakit (Join
Commision International Accreditation Standar for Hospital, 2011).
Salah satu upaya untuk meningkatkan keselamatan pasien terkait
pengendalian HAIs dan PCI salah satunya pemberitahuan kepada
perawat pengontrol infeksi, pasien, petugas kesehatan rumah sakit,
pengunjung, dan Departemen Kesehatan terkait infeksi. Penjelasan
yang tepat kepada pasien dan pengunjung mengenai tindakan
pencegahan dapat mendorong kerjasama dan mengurangi kecemasan
pasien terkait infeksi. Selain itu juga tindakan yang bisa
dilakukan untuk mencegah hal tersebut adalah memberikan promosi
kesehatan terkait cara cuci tangan yang benar (Morison,2004).
Bentuk promosi terdiri dari inisiatif rumah sakit dan pemrintaan
pemerintah/program kesehatan pemerintah. Dua kriteria promosi
kesehatan yang ada diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan sesorang dan kelompok dalam melakukan sebuah tindakan
pencegahan khususnya cara cuci tangan. Meningkatnya pemahaman
terkait cuci tangan bagi individu maupun kelompok dalam sebuah
institusi/rumah sakit menjadi salah upaya preventif dalam
memutuskan rantai penyebaran infeksi di rumah sakit (Irawati,
2014).Promosi kesehatan tentang cara mencuci tangan adalah edukasi
sebuah kegiatan yang dilakukan cara membersihkan tangan menggunakan
air mengalir dengan teknik aseptic ditambah sabun antiseptik yang
bertujuan untuk meminimalkan atau menghilangkan mikroorganisme
ditangan dan mencegah perpindaan mikroba patogen (infeksi silang)
dari lingkungan kepasien ke petugas (Rohani, 2010). Teknik yang
benar dalam mencuci tangan adalah terdiri dari 6 langkah cuci
tangan dengan prinsip 5 momen (WHO, 2009).Berdasarkan hasil studi
pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 7 November 2014,
pada pukul 08.00 sampai 10.30 di bangsal Ar Royan RS PKU II
Muhammadiyah Yogyakarta, dari 10 pengunjung hanya 4 yang melakukan
cuci tangan. Langkah cuci tangan pengunjung tidak sesuai dengan 6
langkah cuci tangan, itu berartipengunjung belum mampu malakukan
cuci tangan dengan baik dan benar. Cuci tangan menjadi hal yang
sangat penting dalam proses pencegahan terjadinya peningkatan
infeksi di rumah sakit. Dilihat dari berbagai masalah yang bersifat
infeksius yang berawal dari kurangnya kesadaran dan perilaku
aseptic individu dan kelompok dalam memutuskan rantai infeksi
mikroorganisme. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian terkait efektivitas pemberian pendidikan kesehatan cuci
tangan pada pengunjung di Bangsal Ar-Royan RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Unit II.B. Perumusan Masalah Berdaarkan uraian dalam
latar belakang diatas makadapat dirumuskan masalah dalam penelitian
ini Bagaimana efektivitas pemberian pendidikan kesehatan cuci
tangan pada pengunjung di Bangsal Ar-Royan RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Unit II.C. Tujuan Penelitian1. Tujuan UmumUntuk
mengetahui efektivitas pemberian pendidikan kesehatan cuci tangan
pada pengunjung di bangsal Ar Royan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Unit II.2. Tujuan Khususa. Mengetahui karakteristik pengunjung di
Bangsal Ar Royan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.b.
Mengetahui tingkat efektifitas pre dan post pendkes 6 langkah
mencuci tangan yang benar dengan prinsip 5 momen di Bangsal
Ar-Royan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit IID. Manfaat
Penelitian1. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan Penelitian ini
diharapkan dapat menmbah ppengetahuan tentang pentingnya mencuci
tangan yang sesuai dengan prosedur yang benar kkhususnya bagi
mahasiswa keperawatan2. Bagi Instansi Rumah SakitSebagai masukan
untuk dapat memenuhi pelaksanaan cuci tangan dengan benar dan tepat
dan sebagai tambahan referensi tindakan preventif perkembangan
infeksi.3. Manfaat bagi proesi keperawatanDiharapkan dapat menjadi
masukan dalam rangka meningkatkan profesionalisme dalam memberikan
tindakan keperawatan kepada pasien serta bisa mengjarkan pengunjung
tentang bagaimana mencuci tangan yang benar dan menjadi bahan
pertimbangan pada profesi keperawatan tentang prosedur dan
kebiasaan mencuci tangan selama tindakan dalam upaya pencegahan
infeksi nosokomial.4. Manfaat bagi pengunjungBisa menjadi
pengetahuan bagi pegunjung tentang bagaimana mencuci tangan yang
baik dan benar dengan prinsip 5 momen supaya tidak menularkan
infeksi nososkomial ke pasien yang dituju.E. Penelitian Terkait 1.
Efektivitas Pelatihan Cuci Tangan Dalam Meningkatkan Kepatuhan Cuci
Tangan Pada Siswa SDN Kasihan Bantul Yogyakarta. Peneltian ini
dilakukan oleh Widarti Pujiasih Haryanto (2010). Jenis penelitian
yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen yaitu dengan
quasy-eksperimental dengan pretest and postest control group
design. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa didapat eningkatan
nilai pengetahuan secara signifikan yaitu p = 0.003 sedangkan
peningkatan nilai kepatuhan p = 0,076. Dari data tersebut untuk
pengetahuan cuci tangan menggunakan sabun sudah cukup bagus, akan
tetapi pelatiha dan pengetahuan siswa tidak mempengaruhi kepatuhan
untuk melaksanakan tindakan mencuci tangan hal ini dapat disebabkan
karenabeberapa hal faktor mode role, guru dan orang tua yang tidak
menerapkan kebiasaan mencuci tangan lingkngan, kebudayaan,
kebiasaan, teman sebaya yang tidak membiasakan diri mencuci tangan,
dan menganggap mencuci tangan merupakan suatu hal yang membuang
waktu. Perbedaan dengan peneliti adalah peneliti hanya memberikan
penkes menggunakan vidio sedangkan penelitian terkai ini memberikan
penkes melalui pelatihan secara langsung.2. Susilaningsih Ending,
Hadiatma Mega (2013) yang melakukan penelitian dengan judul
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Prilaku Mencuci Tangan Pada
Siswa Sekolah Dasar. Hasil penelitian ini mendapatkan adanya
pengaruh pengetahuan dan prilaku cuci tangan setelah diberikan
pendidikan kesehatan. Penelitian ini menggunakan quasy eksperimen
dengan desain yang digunakan adalah pretest-postest control group
design, subjekya siswa sekolah dasar dan eralokasi di SDN 01
Gonilan Jawa Barat. Perbedaan dengan peneliti adalah penelitian ini
ingin melihat prilaku siswa sekolah dasar setelah diberikan penkes
cuci tangan sedangkan peneliti ingin melihat keefektivitasnya serta
tigkat pengetahuan pengunjung.
BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Cuci TanganPada sub bab ini akan di
deskripsikan terkait dua sub bab yaitu pertama definisi cuci
tangan, cairan yang digunakan untuk cuci tangan, fungsi, tujuan,
akibat, indikasi, waktu dan lama cuci tangan, kedua definisi
pendidikan kesehatan, tujuan dan factor-faktor yang mempengaruhi
pendidikan kesehatan. 1. Definisi cuci tangan Cuci tangan adalah
tindakan mencuci tangan dengan sabun atau desinfeksi dengan
antiseptik dan air yang dialiri selama 15 detik agar kuman yang
menempel pada tangan hilang dan mencegah pemindahan mikroba
kepasien dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kuku,tangan
dan lengan (Potter & Perry, 2009).Definisi lain dari cuci
tangan itu sendiri adalah kegiatan membersihkan bagian telapak
tangan, jari-jari dan punggung tangan agar bersih dari kotoran dan
membunuh kuman penyebab penyakit baik setelah maupun sebelum
melakukan aktifitas yang dapat beresiko terserang penyakit (Godam,
2008).Menurut Pedoman Pencegahan dan Pengendallian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya, Kementrian
Kesehatan RI (2011), mencuci tangan proses yang secara mekanik
melepaskan kotoran dari kulit tangan dengan menggukan sabun biasa
dan air (2011). Jadi mencuci tangan adalah salah satu kegiatan yang
sangat penting dengan sabun yang dialiri air atau disinfeksi
menggunakan antisepti dengan membersihkan telapak tangan, jari-jari
dan punggung tangan yanng baik dan benar sesuai SOP.2. Cairan yang
digunkan cuci tangan Menurut WHO Gidlines on Hand Hygiene in Health
Care. First Global Patient Safety Challenge Clean Care is Safer
Care (2009) produk kebersihan tangan adalah : a) Alcohol-based
(hand) rub, yaitu cairan berbasis alkohol yang berbentuk cair, gel
atau busa, yang dirancang untuk digunakan pada tangan untuk
mengurangi pertumbuhan mikroorganisme.b) Antimicrobial (medicated)
soap. Yaitu sabun yang mengandung agen antiseptik dengan
konsentrasi yang cukup untuk mengnonaktifkan dan menekan
pertumbuhan mikroorganisme. Sabun antimikroba ini dapat
menghilangkan transient mikroornaisme atau dekontaminasi lainnya
dari kulit dan harus dibilas dengan air. c) Antiseptic agen, yaitu
zat antimkroba inaktif yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada jaringan hidup. Contoh alkohol, chlorhexidine
glukonat (CHG), klorin derivatif, yodium, chloroxylenol (PCMX),
kuaterner senyawa ammonium, dan triclosan. d) Antiseptic hand wipe
seperti tissue basah dengan antiseptik yang digunakan untuk
mengelap tangan dengan tujuan menonaktifkan dan atau menghilangkan
kontaminasi mikroba. Ini dapat digunakan sebagai alternatif untuk
membersihkan tangan tetapi tidak efktif dalam mengurangi bakteri.e)
Detergent (surfactant), salah satu produk yang digunakan mencuci
tangan atau antiseptic dalam perawatan kesehatan, terdiri dari
hidrofilik dan lipofilik bagian dan dapat dibagi menjadi empat
kelompok : anionik, kationik, amfoter dannon-ionik. f) Palin soap.
Deterjen yang tidak mengandung mikroba ditambah kanagen, atau
mungkin sebagai pengawet.g) Waterles anseptic agent, atiseptik
(cair, gel atau busa) yng tidak memerlukan air eksogen. Setelah
menggunakannya individu dapat menggosok tangan bersam-sama sampai
kulit terasa kering.h) Sabun : produk-produk pemberish
(batang,cair,lembaran atau bubuk) yang menurunkan3. Tujuan cuci
tanganTujuan dari mencuci tangan untuk meminimalkan atau
menghilangkan mikroorganisme di tangan dan mencegah perpindahan
mikroorganisme (infeksi silang) dari lingkngan ke pasien, dari
pengunjung kepasien dan dari petugas kesehatan ke pasien. (Rohani,
2010).4. Akibat tidak mencuci tanganSelain Kegagalan melakukan
kebersihan tangan yang baik dan benar merupakan penyebab utama
terjadinya infeksi HAIs dan penyebaran mikroorganisme multi
resisten di fasilitas kesehatan telah diakui menjadi kotributor
yang paling penting terhadap timbulnya suatu penyakit
(Maryunani,2011). Penelitian Husain, 2008 mengatakan infeksi HAIs
terjadi bukan dari penyakit yang diderita pasien, tetapi infeksi
HAIs bisa disebabkan oleh faktor pengunjung, petugas kesehatan, dan
penunggu pasien. Sedangkan menurut WHO, 2008 mengatakakan infeksi
HAIs dapat dicegah melalui cuci tangan. Kenapa pengunjung di
berikan pendidikan kesehatan tentang mencuci tangan itu karena baik
pengunjung, petugas kesehatan dan penunggu pasien beresiko
menularkan infeksi HAIs itu sendiri. Melalui rantai penularan yang
dimulai dari agen infeksi (seperti
mikroorganisme,virus,bakteri,kuman),kemudian ke resivior tempat
untuk berkembang biak dan siap menularkan ke orang, pasien, petugas
kesehatan, pengujung dan penunggu pasien maka untuk memutuskan tali
rantai perputaran penyebab infeksi ini perlu dilakukan pendidikan
kesehatan tentang cuci tangan. 5. Fungsi cuci tangan Cuci tangan
dapat berfungsi untuk menghilangkan atau mengurangi kuman yang
menempel ditangan menggunakan air bersih dan sabun karena tanpa
sabun kuman atau bakteri yang ada ditangan tidak akan hilang
(Rohani, 2010).
6. Indikasi cuci tanganPada saat datang berkunjung kerumah sakit
dan sebelum serta sesudah masuk bangsal untuk mencegah terbawanya
bakteri dari luar, sebelum dan sesudah kontak dengan pasien baik
pengujung atau perawat saat melakukan prosedur, seperti menggnti
balutan, menggunakan tempat sputum, sekresi, ekskresi, drainase
atau darah, sesudah melepas sarung tangan, sebelum dan sesudah
memegang peralatan pasien seperti, mkateter IV , kateter urine,
kantung drainase urine, dan peralatan pernafasan, sebelum
memberikan makanan atau obat obatan kepada pasien, sebelum dan
sesudah makan serta sesudah dari toilet dan sebelum pulang kerumah
(Rohani, 2010). 7. Waktu dan lama mencuci tanganMenurut WHO (2012)
ada lima saat untuk kebersihan tangan yaitu:1. Sebelum kontak
dengan pasien Kebersihan tangan pada saat ini bertujuan untuk
mencegah penularan dari bakteri atau kuman baik yang dibawa petugas
kesehatan ataupun orang lain seperti pengunjung yang dibawa dari
luar.2. Sebelum melakukan prosedur bersih/sterilKebersihan tangan
pada saat ini bertujuan untuk mencegah penularan kuman kepada
pasien oleh petugas kesehatan melalui peralatan medis yang akan
digunakan untuk satu pasien ke pasien lainnya. 3. Setelah
bersenthan dengan cairan tubuh pasien resiko tinggiKebersihan
tangan pada saat ini bertjuan untuk melindungi petugas kesehatan
dari bakteri atau infeksi kuman pasien setelah dlakukan prosedur
seperti pengambilan darah dan cairan tubuh pasien serta untuk
melindungi peralatan yang terkontaminasi.4. Setelah bersentuhan
dengan lingkungan luarKebersihan tangn pada saat ini bertujuan
untuk melindungi pasien dari petugas kesehatan dan pengunjung yang
menyentuh pasien untuk tidak terjadi penularan kuman atau bakteri
yang menyebabkan infeksi pada pasien. 5. Setelah bersentuhan dengan
pasienCuci tangan pada saat ini bertujuan untuk melindungi petugas
kesehatan atupun pengunjung yang datang yang ditularka oleh
pasien.3. Bahan untuk mencuci tangana) Air bersih Mencuci tangan
lebih baik dilakukan dengan menggunakan air yang bersih dan
mengalir seperti westafel, kran, ember da gayung. Cuci tangan
mengguakan air dalam baskom meskipun sudah ditambah bahan
antiseptik sebaiknya dihindari karena mikroorganisme masih dapat
berkembang biak didalamnya.
b) Sabun biasa Sabun dan detergen yang digunakan sebagai bahan
pembesih yang bersifat antimikroba (Taylor et al., 2000). Sabun
biasa yang tersedia dalam bentuk batang, cair, lembaran atau bubuk
dpat membantu menghilngkan mikroorganisme yang menempel sementara
pada tangan. Sabun biasa yang digunakan berulang-ulang hahrus
memenuhin khusus yaitu: efektifmenyingkirkan kotoran, tidak merusak
kulit serta nyaaman digunakan dan aroma yang tidak menyengat.c)
Agen Antiseptik/AntimikrobaSabun anti mikroba mengandung zat kimia
yang dapat membunuh mikroorganisme transien dan mikroorganisme
residen seperti Alkohol 60-9% yang berarti zat kimia ini akan tetap
tinggal ditangan dan membunuh mikroorganisme (Schaffer, 2000). d)
Macam-macam cuci tanganCuci tangan menurut WHO (2012) ada dua macam
yaitu :4. Cuci tangan menggunakan antiseptikBerikut Langkah-langkah
cara cuci tangan menggunakan aseptik :a. oleskan cairan antiseptik
ke tangan diseluruh telapak tanganb. gosok kedua telapak tangan
secara bersamaanc. telapak tangan kanan berada diatas punggung
telapak tangan kiri dengan menggosok jari dan begitu juga
sebaliknya.d. Telapak tangan saling berhadapan dengan jari terbuka
dan saling menyilang kemudian gosok celah-celah dari pada
jari-jarie. Menggosok ibu jari kiri dengan berputar yang tergenggam
oleh telapak tangan kanan dan begitu juga sebaliknya f. Menggosok
rotasi, belakang dan kedepan dengan jari-jari tangan kanan
tergenggam ditelapak tangan kiri dan begitu juga sebaliknya.5.
Langkah-langkah cuci tangan rutin menurut WHO (2012)Basahi tangan
dengan air, lalu tuangkan sabun secukupnya, gosok kedua telapak
tangan, telapak tangan kanan diatas punggung tangan kiri dengan
jari saling bertautan dan begitu juga sebaliknya, kedua telapak
tangan berhadapan dengan jari yang saling bertautan kemudian gosok
celah-celah jari, punggung jari untuk menentang telapak tangan
dengan jari jari bertautan, menggosok rotasi ibu jari kiri
tergenggam ditelapak tangan kanan dan begitu juga sebalilknya,
menggosok rotasi belakang dan kedepan dengan jari-jari tangan kanan
tergenggam ditelapak tangan kiri dan sebaliknya, bilas dengan
air.6. Prosedur standar membersihkan tangan Menurut Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian infeksi Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya, Kementrian Kesehatan RI (2011),
tekhnik membersihkan tangan dengan sabun dan air adalah basahi
tangan dengan air yag mengalir diusahakan jangan menggunakan air
yang ada dalam baskom, tuangkan sabun 3-5 cc sabun cair untuk
menyabuni seluruh permukaan tangan dan ratakan keseluruh tangan,
gosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan
kanan dan begitu juga sebaliknya, gosok kedua telapak tangan
sela-sela jari, tempel kedua telapak tangan kemudian jarinya di
silang lalu gosok sela-sela jari, gosok ibu jari perputar dalam
genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknyaan, gosok denga
memutar ujung jari-jari ditelapak tangan kiri dan sebaliknya, bilas
kedua tangan dengan air yang mengalir lalu keringkan dengan tissue
sampai kering dan tutup keran dengan tissue.B. Pendidikan
Kesehatan1. Definisi Pendidikan kesehatan merupakan proses yang
dapat menyebabkan suatu perubahan yang mencakup pola pikir, kondisi
psikologi dan lingkngan sosial yang dapat meningkatkan
kesejahteraan pada diri seseorang dan kelompok ( Maulana,2009 ).2.
Tujuan pendidikan kesehatanBertujuan untuk melakukan perubahan,
sikap dan tingkahlaku pada individu maupun kelompok serta dapat
memelihara serta meningkatkan prilaku hidup sehat yang optimal (
Efendi, 2008). 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan
kesehatana. Faktor predisposisiFaktor predisposisi ini meliputi
pengetahuan dan sikap serta tradisi, dan kepercayaan individu
ataupun masyarakat tentang arti pentingnya kesehatan dalam
kehidupan.b. Faktor-faktor pendukungFaktor pendukung ini meliputi
ketersediaan sarana dan prasarana dan fasilitas kesehatan bagi
individu ataupun masyarakat.c. Faktor-faktor penguatFaktor penguat
ini meliputi sikap dan prilaku para tokoh masyarakat, tokoh agama,
petugas kesehatan serta undang-undang ataupun praturan yang sesuai
mengenai kesehatan ( Efendi, 2008) C. Kerangka Konsep
Pendidikan kesehatan
Pengunjung cuci tangan
Cuci tanga 5 moment pada pengunjung :Segera setelah tiba dirumah
sakitSebelum dan sesudah kontak dengan pasienSesudah dari kamar
mandiSetelah memninggalkan rumah sakit Apabila tangan kotor6
langkah cuci tanganGosok kedua telapak tangan Gosok punggung dan
sela jari tangan kiri dan kanaGosok telapak tangan dan sela-sela
jariGosok jari-jari atas sisi dalam dari kedua tangan saling
mengunciGosok ibu jari berputar dalam genggaman tangan kanan begitu
juga sebaliknyaGosok dengan memutar ujung jari-jari ditelapak kiri
dan begitu juga sebalinya
BAB IIIMETODE PENELITIANA. Desain Penenlitian Desain penelitian
yang digunakan peneliti adalah metode penelitian eksperimen yaitu
quasy- eksperimen dengan pretest and posttest dengan pendekatan
kuantitatif. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk melihat
efektifitas pendidikan kesehatan terkait cuci tangan pada
pengunjung dengan cara memberikan pretest (pengamatan awal)
terlebih dahulu sebelum diberikan intervesi, setelah itu diberikan
intervensi, kemudian dilakukan posttest (pengamatan akhir)
(Hidayat, 2009). Penelitian ini dilakukan dengan observasi pada
pengunjung yang datang berkunjung di bangsal Ar Royan RS PKU II
Muhammadiyah Yogyakarta.B. Populasi dan Sampel Penelitian1.
Populasi Populasi adalah subjek (misalnya manusia atau klien) yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti
(Nursalam,2011). Populasi dalam penelitian ini adalah semua
pengunjung yang datang di bangsal Ar Royan RS PKU II Muhammadiyah
Yogyakarta. Total pengujung dalam satu bulan 1800 pengnjung.2.
Sampel Sampel adalah sebagian populasi yang bisa digunakan sebagai
subjek penelitiaan sebagai sampling (Nursalam,2001). Tekhnik
pengambilan sampling dalam penelitian ini menggunakan Accidental
Sampling yaitu pengambilan sampel secara kebetulan bertemu atau ada
sesuai dengan konteks penelitian (Notoadmojo, 2010). Peneliti akan
mengobservasi pelaksanaan cuci tangan pengunjung di bangsal Ar
Royan RS PKU II Muhammadiyah Yogyakarta. Rumus yang digunakan untuk
menghitung sampel menggunakan rumus slovin (Notoatmodjo, 2005)
yaitu:Keterangan :n= Jumlah sampelN= Jumlah populasi (1800)d= Batas
ketelitian yang diinginkan (10%)
n= 94,73= 95 (dibulatkan)Jadi dari rumus diatas didapatkan
sampel sejumlah 95.Kemudian ditambahkan 10% untuk mengantisipasi
drop out sehingga hasil perhitungan rumus besar sampel ini
ditemukan dengan jumlah 105 pengunjung yang akan diteliti di
bangsal Ar-Royan dan akan diobservasi oleh peneliti (Nursalam,
2013).
1. Kriteria Inklusi :Semua pengunjung yang datang dibangsal Ar
Royan RS PKU II Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Kriteria Eksklusi
:Pengunjung yang tidak bisa bersediaC. Waktu dan Tempat Penellitian
akan dilakukan di bangsal Ar Royan RS PKU II Muhammadiyah
Yogyakarta.D. Variabel Penelitian 1. Variabel independent (bebas):
dalam penelitian ini cuci tangan pada pengunjung2. Variabel
dependent (terikat) : dalam penelitian ini adalah efektivitas
pemberian pendidikan kesehatan cuci tangan pada pengunjung.E. F.
Definisi Operasional Cuci Tangan merupakan kegiatan membersihkan
tangan dengan sabun yang dialiri air atau disinfeksi menggunakan
antiseptik dengan membersihkan telapak tangan, jari-jari dan
punggung tangan dengan benar. Tabel 3.1 Definisi operasional
pelaksanaan cuci tangan pengunjungVariabelDefinisiOperasionalAlat
UkurAlat UkurHasil UkurSkala
Cuci tangan pengunjungPelaksanaan cuci tangan yang dilakukan
oleh pengunjung meliputi pelaksanaan 6 langkah cuci tangan
menggunakan antiseptic/handrub atau air dan sabun untuk cuci
tangan, dengan langkah-langkah sebagai berikut:1. Satu telapak
tangan kanan dan tangan kiri gosok perlahan secara bersamaan2.
Telapak tangan kanan diatas punggung tangan kiri di gosok sampai
celah jari-jari.3. sampai celah jari-jari dilakukan bergantian
telapak tangan kiri diatas punggung tangan kanan4. Jari telapak
tangan kanan dan kiri saling terkait untuk membersihkan celah
jari5. Letakkan ibu jari kanan di atas punggung jari tangan kiri
kemudian saling mengunci lalu gosok ibu jari diatas punggung tangan
kanan begitu juga sebaliknya6. Jempol tangan digosok memutar dengan
telapak secara bergantianCheklist AObservasi6 langkah cuci
tangan:
Benar = 6
Kurang Benar = < 6
(WHO, 2009)
Nominal
Prinsip 5 momenWaktu untuk melakukan 5 moment cuci tangan yaitu
:1. Segera setelah tiba di rumahsakit.2. Sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien.3. Sesudah dari kamar mandi.4. Setelah meninggalkan
rumah sakit.5. Apabila tangan kotor.Cheklist BObservasi5 moment
cuci tangan yaitu : 0 = tidak dilakukan saat berada pada 5 moment
tidak dilakukan cuci tangan. 1 = dilakukan jika saat berada pada 5
moment melakukan cuci tangan (Tim PKRS, 2010)Nominal
Durasi Waktu Cuci TanganDurasi waktu untuk cuci tangan terdiri
dari :1. Cuci tangan menggunakan antiseptik/handrub 20-30 detik2.
Cuci tangan menggunakan air dan sabun 40-60 detikChecklist
CObservasiDurasi waktu Menggunakan handrubSempurna = 20-30 detik
Kurang sempurna = 30 detik. Menggunakan air dan sabun dikatakan
tepat = 40-60 detik kurang tepat = 60 detik (WHO,2009).
Nominal
Menurut Notoatmodjo (2010) pengukuran praktik/ tindakan dapat
dilakukan melalui dua metode:a. LangsungPeneliti langsung mengamati
dan mengobservasi subjek yang diteliti. Untuk memudahkan
pengamatan, maka hal-hal yanng akan diamati tersebut dituangkan
atau dibuat lembar tilik atau (chek list). G. Instrument Penelitian
Intrumen penelitian ini menggunakan chek list ()dengan lembar
observasi menggunakan skala Guttman jenis pernyataan dikotomi.
Lembar observasi dilengkapi dengan 6 langkah secara benar dapat
menggunakan antiseptik atau handrub juga dapat menggunakan air dan
sabun, lembar observasi 5 moment cuci tangan dan prosedur untuk
melaksanakan cuci tangan dan ketepatan durasi waktu yang dibutuhkan
apabila menggunakan handrub dan handwash. Moment cuci tangan yang
digunakan untuk pengunjung 5 moment yaitu segera setelah tiba di
rumah sakit, sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, sesudah dari
kamar mandi, setelah meninggalkan rumah sakit, dan apabila tangan
kotor.Checklist A berisi tentang pelaksanaan 6 langkah cuci tangan
yang akan diobservasi meliputi:1. Mengoleskan antiseptik atau sabun
cair2. Menggosokkan telapak tangan dengan telapak tangan3. Telapak
tanggan kanan diatas punggung tangan kiri, dengan jari lalu
sebaliknya telapak ke telapak dengan jari4. Punggung jari untuk
menentang telapak tangan dengan jari-jari bertautan5. Menggosok
rotasi ibu jari kiri, tergenggam ditelapak tangan kanan6. Menggosok
rotasi, belakang dan kedepan dengan jari-jari tangan kanan
tergenggam ditelapak tangan kiri dan sebaliknya.Checklist B berisi
tentang 5 moment cuci tangan pengunjung, yang pertama segera
setelah tiba di rumah sakit, yang kedua sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien, yang ketiga sesudah dari kamar mandi, yang keempat
setelah meninggalkan rumah sakit, dan yang kelima apabila tangan
kotor.Checklist C berisi tentang cuci tangan yang menggunakan sabun
dalam prosedur waktunya 40-60 detik lalu jika dengan antiseptik
atau handrub dengan waktu 20-30 detik. Skor untuk 6 langkah cuci
tangan adalah 0 untuk cuci tangan yang tidak benar dan 1 untuk cuci
tangan yang benar.H. Cara Pengumpulan Data1. Penelitian ini dimulai
dengan studi pendahuluan untuk mencari fenomena atau masalah yang
ada. Studi pendahuluan dilakukan di bangsal Ar-Royan RS PKU II
Muhammadiyah Yogyakarta dengan meminta izin secara lisan kepada
kepala ruang bangsal Ar-Royan.2. Peneliti mengajukan judul
penelitian kepada dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah dan peneliti
mulai menyusun proposal.3. Peneliti melaksanakan ujian proposal
setelah proposal yang dibuat di setujui oleh dosen pembimbing.4.
Penelitian mengurus izin penelitian untuk penelitian ke PSIK FKIK
UMY dan penelitian dapat dilakukan setelah memperoleh surat
kelayakan penelitian dari tim etik FKIK UMY.5. Proses pengambilan
data dilakukan pada hari yang telah ditentukan. Lembar observasi
akan diisi peneliti sesuai dengan yang sudah ditetapkan pada kolom
pelasanaan cuci tangan pada pengunjung.6. Pelaksaan observasi
sesuai dengan jam besuk pasien di Bangsal Ar-Royan RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.7. Peneliti melakukakn pengolahan
data analisa. Peneliti membuat bab 4 dan 5, kemudian dikonsultsikan
kepada dosen pembimbing.8. Peneliti melakukan ujian hasil
penelitian setelah disetujui dosen pembimbing.I. Uji Validitas dan
ReliabilitasValiditas adalah kesahihan atau keandalan suatau alat
ukur (Dahlan, 2010). Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran
atau hasil pengamatan (Nursalam, 2013). Lembar observasi 6 langkah
cuci tangan dan durasi waktu yang digunakan tidak dilakukan uji
validitas dan reliabilitas karena dalam penelitian ini menggunakan
instrumen yang telah baku dari WHO (2009). Lembar 5 moment cuci
tangan pengunjung juga tidak perlu dilakukan uji validitas dan
reliabilitas karena dalam penelitian ini menggunakan instrumen yang
telah baku dari TIM PKRS RS PKU Muhammadiyah Unit II (2014).J.
Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan DataAgar menjadi
informasi sebelumnya harus diolah dan data haru dianlisa.
Langkah-langkah mengolah data yaitu:a. Editing adalah memeriksa
data yang telah dikumpul untuk memastikan kelengkapan, kesesuaian,
dan kejelasan data.b. Coding adalah mengklarifikasi dari hasil
pengamatan dapat dengan merubah data yang berbentuk kalimat atau
huruf menjadi sebuah kode berupa angka lalu dimasukkan kedalam
tabel yang telah tersedia agar ketika membaca lebih mudah.
Diberikan kode 0 untuk pelaksanaan prosedur 6 langkah cuci tangan
kurang benar,tidak melakukan 2 moments cuci tangan dan waktu yang
tidak tepat. Kode 1 untuk yang benar melakukan 6 langkah cuci
tangan, melakukan 2 moments cuci tangan dan waktu yang tepat untuk
cuci tangan.c. Processing adalah memasukkan dari lembar observasi
ke komputer dengan menggunakan progam yang ada di komputer.d.
Cleaning adalah proses dengan membersihkan data untuk mengecek
kembali data yang sudah dimasukkan. Pengecekan berfungsi agar data
yang hilang (missing) dengan cara melakukan list,dan koreksi ulang
data yang sudah dimasukkan benar atau salah dengan cara melihat
variasi data atau kode yang telah digunakan.e. Tabulating adalah
bagian dari pengorganisasian data yang sama dengan tujuan pada
penelitian atau yang sesuai dengan harapan peneliti agar dapat
disajikan dan dianalisis.2. Analisa DataData yang terkumpul dalam
penelitian ini dianalisa menggunakan teknik sebagai berikut: a. Uji
univariatPeneliti melihat distribusi frekuensi dari setiap variabel
yang diteliti dan dianalisa secara deskripsi dalam bentuk frekuensi
dan prosentase seperti hasil 6 langkah cuci tangan, 5 momen cuci
tangan dan durasi cuci tangan.b. Analisa BivariatPenganalisaan data
secra bivariat, penguji data dilakukan dengan menggunakan uji
statistik yaitu uji T-Independent, yakni membandingkan efektifitas
cuci tangan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (Dahlan,
2012). t = dimana sp :S = Keterangan :Xa= rata-rata kelompokXb =
rata-rata kelompok bSp = standar deviasi gabunganSa = standar
deviasi kelompok aSb = standar deviasi kelompok b na = banyaknya
sampel yang dikelompok anb = banyaknya sampel dikelompok bDF = na +
nb-2K. Etika Penelitian Penelitian ini menggunakan manusia sebagai
subyek penelitian. Peneliti harus memperhatikan prinsip-prinsip
etika penelitian. Secara umum etika penelitian yang digunakan
peneliti adalah sebagai berikut :1. Autonomy Responden mempunyai
hak untuk memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subyek
penelitian tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Peneliti
memberikan penjelasan yang meliputi tujuan penelitian dan manfaat
penelitian. Bagi responden yang setuju, dianjurkan untuk membaca
lembar persetujuan (informed consent) sebelum ditanda tangani.
Setelah mendapatkan persetujuan responden, kemudian surat
persetujuan ditanda tangani oleh responden.2. Convidentiality
(kerahasiaan)Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil
penelitian. Setelag peneliti mendapatkan data secara lengkap
kemudian penelitian selesai, file data disimpan ditempat yang hanya
peneliti yang mengetahui. Berkas-berkas yang didapat dari lembar
observasi setelah lima tahun akan dimusnahkan.3. AnonimityUntuk
menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama
responden, tetapi lembar tersebut diberi kode. Peneliti tidak
memberikan attau mencantumkan nama reponden pada lembar observasi
dan hanya menuliskan kode pada pengumpulan data atau hasil
penelitian yang disajikan.
DAFTAR PUSTAKAArikunto,S. (2010). Prosedur penelitian suatu
pendekatan praktek. Edisi Revisi VI.Jakarta:Renika
Cipta.Dahlan.M.Sopiyudin. (2010). Besar Sampel dan Cara Pengambilan
Sampel Dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 3. Jakarta
: Salemba Medika.Daniati, M., 2009. Hubungan Pola Hidup Dengan
Pengendalian Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di Kecamatan
Pedurungan Kota Semarang. Skripsi. Semarang, Universitas
Muhammadiyah Semarang: 4.Darmadi, D. (2008). Infeksi Nosokomial.
Jakarta: Salemba Merdeka.Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Kesehatan Lainnya. Jakarta : Departemen Kesehatan RIDepkes RI.
(2003). Pedoman Kewaspadaan Pelaksanaan Universal di Pelayaran
Kesehatan. Jakarta. Efendi F.N. (2008). Pendidikan Dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.Fitria.C.N. (2010). Kesehatan
dan Keselamatn Kerja di Rumah Sakit. Giude to Implementation.
(2009). A Guide to the Implementation of the WHO multimodal Hand
Hygiene Improvemennt Stratgy. World Health Organitation.Godam.,
(2008). Tips Cara Cuci Tangan Dengan Sabun Yang Baik dan
BenarHidayat.A.Aziz Aimul. (2009). Metode Penelitian Keperawatan
dan Tekhnik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.Intensif.
Majalah Kedokteran Terapi Intensif. 2012; ( O n l i n e ) 2 0 1 3 .
IFIC., Edisi revisi 2011. Basic Concept of Infection Control,
Second Edition.Irmawati.L.I. (2014). Manajmen Pemasaran di Rumah
Sakit. Surabaya: Buku ajar : pedoman praktisJoint Commission
International Accreditation for Hospital. (2011). Preventing
Infection Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1,
2014Kepatuhan Cuci Tangan 5 Momen di Unit Perawatan 10. Yiswi N.
Imbalan dan Hukuman dalam Organisasi.Maulana.H.D.J. (2009). Promosi
Kesehatan. Jakarta: EGC. Mencuci Tangan Membunuh Kuman,
http://www.organisasi.org/. Morison.M.J. (2004). Manajmen Luka.
Jakarta : Buku Kedokteran EGCNotoatmodjo,S. (2010). Metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.Nugraheni R.
Suhartono. Sri Winarni. (2010-2011) Infeksi Nosokomial d RSUD
Setjonegor Kabupaten Wonosobo. Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro.Staff Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro. Profesional. Edisi 3. Jakarta: Salemba
Medika.Nursalam. (2013). Metode Penelitian Ilmu Kpererawatan
Pendekatan Praktis. Edisi 3. Jakarta : Salemba
Medika.Nursalam.(2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.Nusalam. (2011).
Manajmen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktek KeperawatanPedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya. (2011). Kesiapan Menghadapi Emerging
Infectious Disease. Kementrian Republik Indonesia. Perry &
Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktek. Edisi ke 4. Jakarta: EGC.Potter,P,A and Perry,A,G.
(2009). Fundmental of Nursing, fundmental Keperawatan buku 1 Edisi
7. Jakarta: Salemba Medika.Prasetya.T.A.E et al. (2014).
Implementation Of Patiant Safety Program as a Prevention and
Controlling Health Care-Associated Infection (Hais) Effort in
Outpatient Room Of Radjman Wediodiningrat Mental Hospital.
International Refereed Journal of Engineering adn Science (IRJES).
PS Ilmu Kesehatan Masyarakat Fak. Kedokteran Universitas
Udayana.Rikayanti.K.H, Arta.S.K.(2014).Hubungan Tingkat Pengetahuan
dan Perilaku Mencuci Tangan Petugas Kesehatan di Rumah Sakit Umum
Daerah Bandung. Rohani, H. (2009). Panduan Praktek Keperawatan
Nosokomial. Yogyakarta: Citra Aji Parama.Rohani,H. (2010). Panduan
Praktik Keperawatan Nosokomial. Yogyakarta : Citra Aji
Prama.Schaffer (2000), The Early Experience Assumption: past,
present and future. International Journal of Behavioral
Development, 24, 5-14.Septiari. B.B. (2012). Infeksi
nosokomial.Yogyakarta: Nuha Medika Tunggal, HS, Undang-Undang
Kesehatan dan Rumah Sakit, Jakarta: Rineka.Tim PKRS. (2010).
Promosi Kesehatan Rumah Sakit. Yogyakarta.WHO. (2012). Hand Hygiene
in Outpatient and Home-Based Care and Long term Care Fasilities.
Switzerland: Geneva.WHO. (2012). Hand Hygiene. Switzeland :
Geneva.WHO., 2011. HAIs Surveilance. http://www.who. int/
bulletin/volumes/89/ 10/11-088179/en/ (sitasi tanggal 11 April 2013
pukul 19.00 WIB.).Zuhriyah, L.(2004). Gambaran Bakteriologis Tangan
Perawat (Bacteorological Descritions Of Nurses Hand).50-53.
Zuhrotul. A. Satyabakti. P. (2012).Survaileilansi Infeksi Daerah
Operasi (IDO) Menurut Komponen Surveilans di Rumah Sakit X
Surabaya. Jawa Timur, Surabaya: Departemen Epidemiologi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Care-Associated-Infections/1486/. Diunduh
tanggal 27 Oktober 2011. Control.
http://209.242.67.71/Books-and-E-books/Toolkit-for-Preventing-Health-