HAKIKAT PENELITIAN PENDIDIKAN DAN JENIS PENELITIAN Hakikat Penelitian Penelitian adalah mencari jawaban atas masalah yang diajukan. Masalah adalah persoalan yang menuntut adanya jawaban yang tepat dan akurat. Masalah adalah: Kesenjangan antara yang dimiliki dengan apa yang dibutuhkan Kesenjangan antara yang dilaksanakan dengan yang direncanakan Kesenjangan antara kenyataan dengan harapan Kesenjangan dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif. Kesimpulannya: munculnya masalah penelitian didasarkan atas fakta empirik yang ada atau yang terjadi di lapangan. Oleh sebab itu perlu analisis atau kajian data, fenomena, fakta yang ada di lapangan, kemudian membandingkannya dengan harapan, keinginan, kebutuhan, berdasakan rencana, konsep, prinsip, aturan dan sistem yang berlaku. Secara universal, terdapat tiga jenis pengetahuan yang selama ini mendasari kehidupan manusia yaitu: (1) logika yang dapat membedakan antara benar dan salah; (2) etika yang dapat membedakan antara baik dan buruk; serta (3) estetika yang dapat membedakan antara indah dan jelek. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HAKIKAT PENELITIAN PENDIDIKAN
DAN
JENIS PENELITIAN
Hakikat Penelitian
Penelitian adalah mencari jawaban atas masalah yang diajukan. Masalah adalah
persoalan yang menuntut adanya jawaban yang tepat dan akurat.
Masalah adalah:
Kesenjangan antara yang dimiliki dengan apa yang dibutuhkan
Kesenjangan antara yang dilaksanakan dengan yang direncanakan
Kesenjangan antara kenyataan dengan harapan
Kesenjangan dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif. Kesimpulannya:
munculnya masalah penelitian didasarkan atas fakta empirik yang ada atau yang terjadi
di lapangan. Oleh sebab itu perlu analisis atau kajian data, fenomena, fakta yang ada di
lapangan, kemudian membandingkannya dengan harapan, keinginan, kebutuhan,
berdasakan rencana, konsep, prinsip, aturan dan sistem yang berlaku. Secara universal,
terdapat tiga jenis pengetahuan yang selama ini mendasari kehidupan manusia yaitu:
(1) logika yang dapat membedakan antara benar dan salah;
(2) etika yang dapat membedakan antara baik dan buruk; serta
(3) estetika yang dapat membedakan antara indah dan jelek.
Kepekaan indra yang dimiliki, merupakan modal dasar dalam memperoleh
pengetahuan tersebut.Salah satu wujud pengetahuan yang dimiliki manusia adalah
pengetahuan ilmiah yang lazim dikatakan sebagai “ilmu”. Ilmu adalah bagian
pengetahuan, namun tidak semua pengetahuan dapat dikatakan ilmu. Ilmu adalah
pengetahuan yang didasari oleh dua teori kebenaran yaitu koherensi dan korespondensi.
Koherensi menyatakan bahwa sesuatu pernyataan dikatakan benar jika pernyataan
tersebut konsisten dengan pernyataan sebelumnya. Koherensi dalam pengetahuan
diperoleh melalui pendekatan logis atau berpikir secara rasional. Korespondensi
menyatakan bahwa suatu pernyataan dikatakan benar jika pernyataan tersebut
didasarkan atas fakta atau realita. Koherensi dalam pengetahuan diperoleh melalui
1
pendekatan empirik atau bertolak dari fakta. Dengan demikian, kebenaran ilmu harus
dapat dideskripsikan secara rasional dan dibuktikan secara empirik.
Koherensi dan korespondensi mendasari bagaimana ilmu diperoleh telah
melahirkan cara mendapatkan kebenaran ilmiah. Proses untuk mendapatkan ilmu agar
memiliki nilai kebenaran harus dilandasai oleh cara berpikir yang rasional berdasarkan
logika dan berpikir empiris berdasarkan fakta. Salah satu cara untuk mendapatkan ilmu
adalah melalui penelitian. Banyak definisi tentang penelitian tergantung sudut pandang
masing-masing. Penelitian dapat didefinisikan sebagai upaya mencari jawaban yang
benar atas suatu masalah berdasarkan logika dan didukung oleh fakta empirik. Dapat
pula dikatakan bahwa penelitian adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis
melalui proses pengumpulan data, pengolah data, serta menarik kesimpulan berdasarkan
data menggunakan metode dan teknik tertentu.
Pengertian tersebut di atas menyiratkan bahwa penelitian adalah langkah
sistematis dalam upaya memecahkan masalah. Penelitian merupakan penelaahan
terkendali yang mengandung dua hal pokok yaitu logika berpikir dan data atau
informasi yang dikumpulkan secara empiris (Sudjana, 2001). Logika berpikir tampak
dalam langkah-langkah sistematis mulai dari pengumpulan, pengolahan, analisis,
penafsiran dan pengujian data sampai diperolehnya suatau kesimpulan. Informasi
dikatakan empiris jika sumber data mengambarkan fakta yang terjadi bukan sekedar
pemikiran atau rekayasa peneliti. Penelitian menggabungkan cara berpikir rasional yang
didasari oleh logika/penalaran dan cara berpikir empiris yang didasari oleh fakta/ realita.
Penelitian sebagai upaya untuk memperoleh kebenaran harus didasari oleh
proses berpikir ilmiah yang dituangka dalam metode ilmiah. Metode ilmiah adalah
kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Penelitian yang dilakukan
menggunakan metode ilmiah mengandung dua unsur penting yakni pengamatan
(observation) dan penalaran (reasoning). Metode ilmiah didasari oleh pemikiran bahwa
apabila suatu pernyataan ingin diterima sebagai suatu kebenaran maka pernyataan
tersebut harus dapat diverifikasi atau diuji kebenarannya secara empirik (berdasarkan
fakta).
Bagaimana menemukan sebuah masalah dalam penulisan. Sebenarnya banyak
sekali cara untuk menemukan sebuah masalah yang akan kita jadikan penelitian.
2
Tentunya langkah pertama adalah penentuan topik, yang merupakan tahap awal dalam
proses penelitian atau penyusunan karya ilmiah. Topik yang masih bersifat awal
tersebut kemudian difokuskan dengan cara membuatnya lebih sempit cakupannya atau
lebih luas cakupannya. Ketika cakupannya sudah sesuai, kemudian permasalahan dapat
ditentukan. Permasalahan dapat berupa pertanyaan yang kemudian analisis atau
pernyataan argumentasi yang merupakan penjabaran bukti berdasarkan analisis.
Berikut ini langkah-langkah yang dilakukan untuk menemukan permasalahan dari topik
karya ilmiah yang sudah siap.
1. Tentukan tipe karya ilmiah
2. Siapkan sumber informasi (resources)
3. Menyempitkan atau memperluas topic
4. Membangun permasalahan dari topic
5. Uji “SO WHAT”
Untuk mendapatkan kebenaran ilmiah, penelitian harus mengandung unsur
keilmuan dalam aktivitasnya. Penelitian yang dilaksanakan secara ilmiah berarti
kegiatan penelitian didasarkan pada karakeristik keilmuan yaitu:
1. Rasional: penyelidikan ilmiah adalah sesuatu yang masuk akal dan terjangkau oleh
penalaran manusia.
2. Empiris: menggunakan cara-cara tertentu yang dapat diamati orang lain dengan
menggunakan panca indera manusia.
3. Sistematis: menggunakan proses dengan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
Penelitian dikatakan tidak ilmiah jika tidak menggunakan penalaran logis, tetapi
menggunakan prinsip kebetulan, coba-coba, spekulasi. Cara-cara seperti ini tidak tepat
digunakan untuk pengembangan suatu profesi ataupun keilmuan tertentu. Suatu
penelitian dikatakan baik (dalam arti ilmiah) jika mengikuti cara-cara yang telah
ditentukan serta dilaksanakan dengan adanya unsur kesengajaan bukan secara
kebetulan.
Dalam keseharian sering ditemukan konsep-konsep yang kurang tepat dalam memaknai
penelitian antara lain:
3
1. Penelitian bukan sekedar kegiatan mengumpulkan data atau informasi. Misalnya,
seorang kepala sekolah bermaksud mengadakan penelitian tentang latar belakang
pendidikan orang tua siswa di sekolahnya. Kepala sekolah tersebut belum dapat
dikatakan melakukan penelitian tetapi hanya sekedar mengumpulkan data atau
informasi saja. Pengumpulan data hanya merupakan salah satu bagian kegiatan dari
rangkaian proses penelitian. Langkah berikutnya yang harus dilakukan kepala sekolah
agar kegiatan tersebut menjadi penelitian adalah menganalisis data. Data yang telah
diperolehnya dapat digunakan misalnya untuk meneliti pengaruh latar belakang
pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar siswa.
2. Penelitian bukan hanya sekedar memindahkan fakta dari suatu tempat ke tempat lain.
Misalnya seorang pengawas telah berhasil mengumpulkan banyak data/infromasi
tentang implementasi MBS di sekolah binaanya dan menyusunnya dalam sebuah
laporan. Kegiatan yang dilakukan pengawas tersebut bukanlah suatu penelitian. Laporan
yang dihasilkannya juga bukan laporan penelitian. Kegiatan dimaksud akan menjadi
suatu penelitian ketika pengawas yang bersangkutan melakukan analisis data lebih
lanjut sehingga diperoleh suatu kesimpulan. Misalnya:
(1) faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi MBS atau
(2) faktor-faktor penghambat implementasi MBS serta upaya mengatasinya.
Penelitian dikatakan tidak ilmiah jika tidak menggunakan penalaran logis, tetapi
menggunakan prinsip kebetulan, coba-coba, spekulasi. Cara-cara seperti ini tidak tepat
digunakan untuk pengembangan suatu profesi ataupun keilmuan tertentu. Suatu
penelitian dikatakan baik (dalam arti ilmiah) jika mengikuti cara-cara yang telah
ditentukan serta dilaksanakan dengan adanya unsur kesengajaan bukan secara
kebetulan.
Dalam keseharian sering ditemukan konsep-konsep yang kurang tepat dalam memaknai
penelitian antara lain:
1. Penelitian bukan sekedar kegiatan mengumpulkan data atau informasi.
Misalnya, seorang kepala sekolah bermaksud mengadakan penelitian tentang latar
belakang pendidikan orang tua siswa di sekolahnya. Kepala sekolah tersebut belum
dapat dikatakan melakukan penelitian tetapi hanya sekedar mengumpulkan data
atau informasi saja. Pengumpulan data hanya merupakan salah satu bagian kegiatan
4
dari rangkaian proses penelitian. Langkah berikutnya yang harus dilakukan kepala
sekolah agar kegiatan tersebut menjadi penelitian adalah menganalisis data. Data
yang telah diperolehnya dapat digunakan misalnya untuk meneliti pengaruh latar
belakang pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar siswa.
2. Penelitian bukan hanya sekedar memindahkan fakta dari suatu tempat ke tempat
lain. Misalnya seorang pengawas telah berhasil mengumpulkan banyak
data/infromasi tentang implementasi MBS di sekolah binaanya dan menyusunnya
dalam sebuah laporan. Kegiatan yang dilakukan pengawas tersebut bukanlah suatu
penelitian. Laporan yang dihasilkannya juga bukan laporan penelitian. Kegiatan
dimaksud akan menjadi suatu penelitian ketika pengawas yang bersangkutan
melakukan analisis data lebih lanjut sehingga diperoleh suatu kesimpulan.
Misalnya: (1) faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi MBS;
atau (2) faktor-faktor penghambat implementasi MBS serta upaya mengatasinya.
Tujuan Umum Penelitian
Uraian di atas memperlihatkan bahwa penelitian adalah penyaluran rasa ingin tahu
manusia terhadap sesuatu/masalah dengan melakukan tindakan tertentu (misalnya
memeriksa, menelaah, mempelajari dengan cermat/sungguh-sungguh) sehingga
diperoleh suatu temuan berupa kebenaran, jawaban, atau pengembangan ilmu
pengetahuan. Terkait dengan ilmu pengetahuan, dapat dikemukakan tiga tujuan umum
penelitian yaitu:
1. Tujuan Eksploratif, penelitian dilaksanakan untuk menemukan sesuatu (ilmu
pengetahuan) yang baru dalam bidang tertentu. Ilmu yang diperoleh melalui
penelitian betul-betul baru belum pernah diketahui sebelumnya. Misalnya suatu
penelitian telah menghasilkan kriteria kepemimpian efektif dalam MBS. Contoh
lainnya adalah penelitian yang menghasilkan suatu metode baru pembelajaran
matematika yang menyenangkan siswa.
2. Tujuan Verifikatif, penelitian dilaksanakan untuk menguji kebenaran dari sesuatu
(ilmu pengetahuan) yang telah ada. Data penelitian yang diperoleh digunakan untuk
membuktikan adanya keraguan terhadap infromasi atau ilmu pengetahuan tertentu.
5
Misalnya, suatu penelitian dilakukan untuk membuktian adanya pengaruh
kecerdasan emosional terhadap gaya kepemimpinan. Contoh lainnya adalah
penelitian yang dilakukan untuk menguji efektivitas metode pembelajaran yang
telah dikembangkan di luar negeri jika diterapkan di Indonesia.
3. Tujuan Pengembangan, penelitian dilaksanakan untuk mengembangkan sesuatu
(ilmu pengetahuan) yang telah ada. Penelitian dilakukan untuk mengembangkan
atau memperdalam ilmu pegetahuan yang telah ada. Misalnya penelitian tentang
implementasi metode inquiry dalam pembelajaran IPS yang sebelumnya telah
digunakan dalam pembelajaran IPA. Contoh lainnya adalah penelitian tentang
sistem penjaminan mutu (Quality Assurannce) dalam organisasi/satuan pendidikan
yang sebelumnya telah berhasil diterpakan dalam organisasi bisnis/perusahaan.
Jenis-jenis Penelitian
Menurut Penggunaannya
1. Penelitian Dasar atau Penelitian Murni (Pure Research)
LIPI mendefinisikan penelitian dasar sebagai penelitian yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan ilmiah atau menemukan bidang penelitian baru tanpa
suatu tujuan praktis tertentu.
2. Penelitian Terapan (Applied Research)
Batasan yang diberikan LIPI :
Penelitian terapan adalah setiap penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan ilmiah dengan suatu tujuan praktis.
Menurut Metodenya
1. Penelitian histories
2. Penelitian filosofis
3. penelitian observasional
4. penelitian eksperimental
Menurut Sifat Permasalahannya
1. Penelitian Histories
6
2. Penelitian Deskriptif
3. Penelitian Perkembangan
4. Penelitian Kasus Dan Penelitian Lapangan
5. Penelitian Korelasional
6. Penelitian Kausal-Komparatif
7. Penelitian Eksperimental
8. Penelitian Tindakan
1. Penelitian Histories
Penelitian ditujukan kepada rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan
objektif memahami peristiwa-peristiwa masa lampau.
Kekhususan
1. Data yang dikumpulkan diambil dari hasil observasi orang lain.
2. Penelitian dilakukan dengan tertib, sistematis, objektif, dan tuntas.
3. Data yang dikumpulkan dari sumber primer yaitu penelitian sendiri langsung
melakukan observasi atas peristiwa-peristiwa yang dilaporkan.
4. Data yang berbobot adalah data yang diuji secara eksternal dan internal
2. Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif berusaha memberikan dengan sistematis dan cermat fakta-
fakta aktual dan sifat populasi tertentu.
Kekhususan
1. Bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah actual yang dihadapi sekarang.
2. Bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi untuk disusun, dijelaskan
dan dianalisis.
3. Penelitian Perkembangan
Penelitian perkembangan menyelidiki pola dan proses pertumbuhan sebagai
fungsi dari waktu.
Kekhususan
7
1. Memusatkan perhatian pada ubahan-ubahan dan perkembangan selama jangka
waktu tertentu.
2. Penelitian umumnya memakai waktu yang panjang atau bersifat longitudinal.
3. Bila metoda penelitian yang dipakai dengan pendekatan cross-sectional maka
sampel yang dipilih harus representative mewakili populasi penelitian.
4. Penelitian Kasus Dan Penelitian Lapangan
Penelitian kasus memusatkan perhatian pada suatu ksus secara intensif dan
terperinci mengenai latar belakang keadaan sekarang yang dipermasalahkan.
Kekhususan :
1. Subjek yang diteliti terdiri dari suatu kesatuan secara mendalam, sehingga
hasilnya merupakan gambaran lengkap atau kasus pada kesatuan itu.
2. Selain peneliti hanya pada suatu unit, ubahan-ubahan yang diteliti juga terbatas,
dari ubahan-ubahan dan kondisi-kondisi yang lebih besar jumlahnya, yang
terpusat pada aspek yang menjadi kasus.
5. Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional bertujuan melihat hubungan antara dua gejala atau lebih.
Misalnya apakah ada hubungan antara status sosial orang tua siswa dengan prestasi
anak mereka.
6. Penelitian Hubungan Sebab-Akibat
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat antara factor
tertentu yang mungkin menjadi penyebab gejala yang diselidiki. Misalnya sikap
santai siswa dalam kegiatan belajar mungkin disebabkan banyaknya lulusan
pendidikan tertentu yang tidak mendapat lapangan kerja.
Kekhususan
1. Pengumpulan data mengenai gejala yang diduga mempunyai hubungan sebab
akibat itu dilakukan setelah peristiwa yang dipermasalahkan itu telah terjadi.
2. Suatu gejala yang diamati, diusut kembali dari suatu faktor atau beberapa faktor
pada masa
8
7. Penelitian eksperimental
Penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok-kelompok
eksperimen. Data sebagai hasil pengaruh perlakuan terhadap kelompok eksperimen
diukur secara kuantitatif kemudian dibandingkan. Misalnya hendak meneliti
keefektifan metode-metode mengajar.
Kekhususan
1. Di dalam eksperimen terhadap kelompok yang dikenai perlakuan eksperimental
dan kelompok yang dikenai perlakuakn pembanding.
2. Menggunakan sedikitnya dua kelompok eksperimen
3. Mengusahakan agar pengaruh perlakuan eksperimen menjadi maksimal dan
pengaruh ubahan penyangga menjadi minimal.
4. Harus mempertimbangkan kesahihan keluar.
8. Penelitian Tindakan
Penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan baru untuk
mengatasi kebutuhan dalam dunia kerja atau kebutuhan praktis lain. Misalnya,
meniliti keterampilan kerja yang sesuai bagi siswa putus sekolah di suatu daerah.
9
PROPOSAL PENELITIAN
Pengertian Proposal
Rancangan atau proposal penelitian merupakan pedoman yang berisi langkah-
langkah yang akan diikuti oleh peneliti untuk melakukan penelitiannya. Dalam
penyusunan rancangan penelitian , perlu diantisipasi tentang berbagai sumber yang
dapat digunakan untuk mendukung dan yang menghambat terlaksananya penelitian.
Penelitian dilakukan berangkat dari adanya suatu permaslahan. Masalah merupakan
“penyimpangan” dari apa yang seharusnya terjadi , penyimpangan antara rencana dan
pelaksanaan, penyimpangan antara teori dengan praktek, dan penyimpangan antara
aturan dengan pelaksanaan. Masalah itu muncul pada ruang (tempat) dan waktu
tertentu.
Rancangan penelitian harus dibuat secara sistematis dan logis sehingga dapat
dijadikan pedoman yang betul-betul mudah diikuti. Rancangan penelitian yang sering
disebut proposal penelitian paling tidak berisi empat komponen utama, yaitu
Permasalahan, Landasan Teori dan Pengajuan Hipotesis, Metode Penelitian, Organisasi
dan Jadwal Penelitian.
Proposal merupakan usulan skripsi yang dapat disusun oleh mahasiswa paling cepat
bersamaan pada saat mengikuti Metodologi Penelitian dan mata kuliah yang cukup.
Tiga keputusan yang harus diambil sebelum melakukan penelitian:
Keputusan Metodologis, yang intinya berkaitan dengan substansi penelitian
Keputusan Organisatoris, yakni bagaimana penelitian tersebut akan
diorganisasikan.
Keputusan Pendanaan, yang berkaitan dengan masalah keuangan/budget
Pertimbangan lain,
o Pengembangan ilmu/ penelitian
o Dasar/basic research
o Penelitian terapan/ applied
o Research
o Penelitian penunjang kebijakan
o Policy research
10
Secara sederhana masalah dapat dirumuskan:
1. What is the problem?
2. Why is it a problem?
3. Where?
4. Who has done what about research on
5. This problem?
6. How?
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Dalam bagian ini berisi tentang sejarah dan peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi
pasa suatu objek penelitian. Dalam latar belakang peneliti harus melakukan analisis
masalah, sehingga permasalahan menjadi jelas. Melalui analisis masalah ini peneliti
harus dapat menunjukkan adanya suatu penyimpangan yang ditunjukkan dengan data
dengan menuliskan mengapa hal ini perlu diteliti.
Pembahasan dimulai dengan uraian mengenai arti pentingnya penelitian ini
dilakukan, alasan pemilihan judul, serta hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya yang melandasi topik penelitian. Selanjutnya uraian bagian ini diarahkan
untuk mencari jawaban atas pertanyaan:
Apakah penelitian yang akan diajukan merupakan penelitian terapan (applied
research)?
Jika merupakan penelitian dasar (basic research) bagaimana kaitan antara penelitian
ini dengan penelitian sebelumnya?
Mengapa penelitian yang sedang dilakukan merupakan replika (pengulangan) dari
penelitian sebelumnya?
Merupakan perluasan/pengembangan dari penelitian sebelumnya,sebutkan dalam
hal apa dan apa perlunya?
11
Identifikasi Masalah
Dalam bagian ini perlu dituliskan berbagai masalah yang ada pada objek yang
diteliti. Semua masalah dalam objek baik yang akan diteliti maupun yang tidak akan
diteliti sedapat mungkin dikemukakan. Untuk dapat mengidentifikasi masalah dengan
baik maka peneliti perlu melakukan studi pendahuluan ke objek yang diteliti,
melakukan observasi dan wawancara ke berbagai sumber sehingga semua permasalahan
dapat diindentifikasikan. Selanjutnya dikemukakan hubungan satu masalah dengan
masalah yang lain. Masalah yang akan diteliti itu kedudukannya dimana diantara
masalah yang akan diteliti. Masalah apa saja yang diduga berpengaruh positif dan
negatif terhadap masalah yang diteliti. Selanjutnya masalah tersebut dapat dinyatakan
dalam bentuk variabel.
Merupakan rumusan masalah dalam bentukpertanyaan yang dapat diteliti secara
jelas dan diuji melalui mengumpulan dan analisis data. Batasan atau asumsi yang
digunakan dalam penelitian dikemukakan di bagian ini. Rumusan masalah harus
spesifik dan tidak terlalu umum.
Misalnya, “motivasi” (terlalu umum), lebih tepat jika menggunakan “motivasi
kerja” lebih fokus),sebaiknya dirumuskan dalam kalimat pertanyaan
Permasalahan, kesenjangan antara:
Harapan dan kenyataan
Teori dan praktik
Keadaan yang seharusnya
Dan sebenarnya
Suatu yg ideal dan faktual
Das-sollen dan das-seins
Batasan Masalah
Karena adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, teori-teori dan supaya penelitian
dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua masalah yang telah
diidentifikasikan akan diteliti. Untuk itu maka peneliti memberi batasan, dimana akan
12
dilaksanakan penelitian, variabel apa saja yang akan diteliti, serta bagaimana hubungan
variabel satu dengan variabel yang lain.
Rumusan Masalah
Setelah masalah yang akan diteliti itu akan ditentukan (variabel apa saja yang akan
diteliti, dan bagaimana hubungan variabel satu dengan yang lain), dan supaya masalah
dapat terjawab secara akurat, maka masalah yang akan diteliti itu perlu dirumuskan
secara spesifik. Sebaiknya rumusan masalah itu dinyatakan dalam kalimat pertanyaan.
Rumusan masalah yang baik
Menanyakan hubungan antar variabel
Dinyatakan secara jelas dan singkat
Harus dpt diuji secara empiris
Tidak boleh berisi pertanyaan mengenai moral/etika
Tujuan Penelitian
Tujuan dan kegunaan penelitian sebenarnya dapat diletakkan diluar pola pikir
dalam merumuskan masalah. Tetapi keduanya ada kaitannya dengan permasalahan.
Tujuan penelitian di sini tidak sama dengan tujuan yang ada sampul skripsi atau tesis,
tetapi tujuan di sini berkenaan dengan tujuan peneliti dalam melakukan penelitian.
Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah yang dituliskan. Misalnya
rumusan masalahnya : Bagaimanakah tingkat disiplin guru di sekolah A?. Maka tujuan
penelitiannya adalah : ingin mengetahui seberapa tinggi tingkat disiplin guru di sekolah
A. Kalau rumusan masalahnya : Apakah ada pengaruh latihan terhadap produktivitas
kerja pegawai, maka tujuan penelitiannya adalah : ingin mengetahui apakah pengaruh
latihan terhadap produktivitas kerja pegawai, dan kalau ada seberapa besar. Rumusan
masalah dan tujuan penelitian ini jawabannya terletak pada kesimpulan penelitian.
13
Kegunaan Hasil Penelitian
Kegunaan hasil penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan. Kalau tujuan
penelitian dapat tercapai, dalam rumusan masalah dapat terjawa secara akurat, maka
sekarang kegunaannya apa. Kegunaan hasil penelitian ada dua hal yaitu
Kegunaan untuk mengembangkan limu atau kegunaan teoritis.
Kegunaan praktis, yaitu membantu memecahkan dan mengantisipasi
masalah yang ada pada objek yang akan diteliti.
14
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Teori
Deskripsi teori adalah teori-teori relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan
tentang variabel yang akan diteliti, serta sebagai dasar untuk memberi jawaban
sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan (hipotesis), dan penyusuna
instrumen penelitian.
Teori-teori yang digunakan bukan sekedar pendapat dari pengarang, pendapat
penguasa, tetapi teori yang betul-betul teruji kebenarannya secara empiris. Di sini juga
diperlukan dukungan hasil-hasil penelitian yang telah ada sebelumnya yang ada
kaitannya dengan variabel yang akan diteliti. Jumlah teori yang dikemukakan
tergantung pada variabel yang diteliti. Kalau variabel yang diteliti ada lima, maka
jumlah teori juga ada lima.
Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan modal konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang
penting.
Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar
variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara variabel
dependen dan independen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan
intervening, maka juga perlu dijelaskan mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam
penelitian. Pertautan antar variabel tersebut selanjutnya dirumuskan dalam bentuk
paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian
harus didasarkan pada kerangka berfikir.
Kerangka berfikir yang dihasilkan dapat berupa kerangka berfikir yang asosiatif
atau hubungan maupun komparatif atau perbandingan. Kerangka berfikir asosiatif dapat
menggunakan kalimat : Jika begini akan begitu; jika komitmen kerja guru tinggi, maka
produktivitas lembaga sekolah akan tinggi pula atau jika pengawasan dilakukan
dnegan baik (positif), maka kebocoran anggaran akan berkurang (negatif).
15
Hipotesis Penelitian
Karena hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
diajukan, maka titik tolak untuk merumuskan hipotesis adalah rumusan masalah dan
kerangka berfikir. Kalau ada rumusan masalah penelitian seperti: adakah pengaruh
kepemimpinan terhadap motivasi pegawai, kerangka berfikirnya ”Jika kepemimpinan
baik maka motivasi kerja akan tinggi” maka hipotesisnya : Ada pengaruh yang tinggi
atau rendah dan signifikan kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai.
Hipotesis yang baik harus memenuhi kriteria berikut ini (Indriantoro dan Supomo,
1999):
o Berupa pernyataan yang mengarah pada tujuan penelitian.
o Berupa pernyataan yang dirumuskan dengan maksud untuk dapat diuji secara
empiris.
o Berupa pernytaan yang dikembangkan berdasarkan teori-teori yang lebih kuat
dibanding dnegan hipotesis rivalnya.
Rumusan hipotesis dapat dinyatakan dalam salah satu dari berbagai bentuk hipotesis
berikut ini: Pernyataan “jika-maka” (if-then statement) atau proposisi.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penelitian
Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis, diperlukan metode
penelitian. Untuk itu bagian ini perlu ditetapkan metode penelitian apa yang akan
digunakan, apakah metode survei atau eksperimen.
Metodologi Penelitian, terdiri atas:
a) Rancangan penelitian, disusun berdasarkan karakteristik masalah atau tujuan
penelitian. Misalnya untuk penelitian korelasional, rancangan penelitian
menjelaskan struktur penelitian yang menggambarkan hubungan antar variabel
penelitian.
b) Obyek penelitian, bagian ini menjelaskan obyek penelitian beserta karakteristik,
unit analisi, horizon waktu penelitian dan metode pengambilan sampel yang
digunakan.
16
c) Definisi operasional variabel dan pengukurannya, menguraikan tentang penentuan
construct sehingga menjadi variable yang dapat diukur. Definisi operasional
variable menjelaskan tipe-tipe variable yang dapat diklasifikasikan beradasarkan
fungsi variable dalam hubungan antar variable serta skala pengukuran variabel yang
digunakan.
d) Teknik pengumpulan data, berisi uraian data-data yang digunakan dan disebutkan
jenis data penelitian, data primer atau data sekunser serta bagaimana cara
memperoleh data tersebut.
e) Uji kualitas data, berisi uraian tentang metode dan batasan yang digunakan dalam
uji kualitas data penelitian yang meliputi:
Uji normalitas, untuk data primer dan sekunder.
Uji outlier, dilakukan jika data tidak terdistribusi secara normal.
Uji reliabilitas dan validitas, untuk data primer.
Populasi dan Sampel
Dalam penelitian perlu dijelaskan populasi dan sampel yang dapat digunakan
sebagai sumber data. Bila hasil penelitian akan digeneralisasikan (kesimpulan data
sampel yang dapat diberlakukan untuk populasi) maka sampel yang digunakan sebagai
sumber data harus representatif dapat dilakukan dengan cara mengambil sampel dari
populasi secara random sampai jumlah tertentu.
Instrumen Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
yang diperlukan di sini adalah tehnik pengumpulan data mana yang paling tepat,
sehingga betul-betul didapatkan data yang valid dan reliabel. Jangan semua tehnik
pengumpulan data (angket, observasi dan wawancara) dicantumkan kalau sekiranya
tidak dapat dilaksanakan. Selain itu konsekuensi dari mencantumkan ketiga tehnik
pengumpulan data itu adalah : setiap tehnik pengumpulan data dicantumkan harus
disertai datanya. Memang untuk mendapatkan data yang lengkap dan objektif
penggunaan berbagai tehnik sangat diperlukan. Tetapi bila satu tehnik dipandang
mencukupi maka tehnik yang lain akan mejadi tidak efisien.
17
Teknik Analisis Data
Untuk penelitian dengan pendekatan kuantitaif maka tehnik analisis data ini
berkenaan dengan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan pengujian
hipotesis yang diajukan. Bentuk hipotesis mana yang diajukan, akan menentukan tehnik
statistik mana yang digunakan. Jadi sejak membuat rancangan, maka tehnik analisis
data ini telah ditentukan. Bila penelitia tidak membuat hipotesis, maka rumusan masalah
penelitian itulah yang perlu dijawab. Tetapi kalau hanya rumusan masalah itu dijawab,
maka sulit untuk membuat generalisasi, sehingga kesimpulan yang dihasilkan hanya
dapat berlaku untuk sampel yang digunakan tidak dapat belaku untuk populasi.
Hipotesis alternatif (alternative hypothesis).
Langkah-Langkah Penelitian/Jadwal Kegiatan
Mulai dari pengajuan judul s/d penyusunan laporan hasil
Dibuat dlm bentuk tabel/matrik
Bukan harga mati, perlu penyesuaian dengan realitas lapangan
Menjadi acuan dlm penelitian
Daftar Pustaka
Semua pustaka yang dijadikan acuan dalam penelitian
Salah satu bentuk pertang-gungjawaban ilmiah peneliti terhadap apa yg telah
dikutip-nya.
Setiap pustaka yg ada dlm dp minimal satu kali dikutip dlm tulisan.
Sumber-Sumber Masalah
Bacaan
Pertemuan ilmiah (seminar, diskusi)
Pernyataan dari otoritas
Pengamatan sekilas
Pengalaman pribadi
Perasaan dan ilham
18
Topik dan Judul Penelitian
Mana yg lebih dulu ditentukan, topki atau judul penelitian?
Penting dalam rumusan judul:
o Masalah,
o Obyek
o Topik penelitian
o Subyek penelitian
o Lokasi penelitian
o Desain
o Strategi
o Metode penelitian
o Waktu penelitian
Penting dalam Penulisan Judul
Masalah penelitian harus tercermin dalam judul
Judul harus jelas, mudah dipahami, singkat.
Tidak menggunakan bahasa sastra/puitik
Ditulis dalam kalimat berita
Ditulis dalam satu kalimat
Ditulis secara logis
Hindari singkatan
Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
Jumlah kata antara 10 – 25 kata
Penegasan/Pembatasan Masalah/Judul
Definisi istilah
Definisi operasional
Judul mencerminkan masalah
Masalah tergambar dari judul
Ada kata-kata kunci (key word)
19
Sifat,tempat, waktu, instrumen penelitian sdh tergambar dari judul
Judul setiap waktu bisa berubah, masalah/topik tidak boleh berubah.
Jika judul terlalu panjang, bisa dijelaskan di pembatasan/penjelasan masalah.
Ketentuan dalam Penyusunan Proposal
Beberapa ketentuan umum dalam proses penyusunan proposal adalah sebagai
berikut:
1. Proposal terdiri atas:
a. Cover depan (lihat Lampiran 5).
b. Daftar Isi
c. I. Pendahuluan
d. II. Tinjauan Pustaka
e. III. Metodologi Penelitian, dan
f. Daftar Referensi
2. Proposal disusun dengan memperhatikan Buku Pedoman Format Penulisan Karya
ilmiah.
3. Penyusunan proposal harus berdasarkan jurnal ilmiah/replikasi jurnal, dengan
melakukan pengembangan (antara lain: variabel penelitian, obyek penelitian, tahun
penelitian, metode analisis data, dll.).
4. Pemahaman mengenai teori/konsep harus jelas.
5. Penentuan dan kedalaman obyek penelitian dilakukan dengan cara
memperhatikan model penelitian serta metode statistik yang digunakan dalam
analisis data.
Proses Penyusunan Proposal
Alur penyusunan proposal dapat dilihat pada Gambar 1.1. Status proposal hasil
review adalah sebagai berikut:
20
1. Ditolak, maka mahasiswa harus menyusun proposal kembali.
2. Disetujui (OK), proposal yang telah disetujui (status OK) langsung dilanjutkan
dengan proses penyusunan skripsi, dengan terlebih dahulu mengajukan pendaftaran
penyusunan skripsi untuk memperoleh Pembimbing Skripsi yang ditunjuk oleh
Ketua Jurusan
3. Disetujui dengan revisi, maka mahasiswa dengan proposal ini harus menghadap ke
Pembimbing teknis yang ditunjuk untuk melakukan proses bimbingan atau revisi
proposal. Bimbingan teknis ini dilaksanakan dalam rangka penyempurnaan
penyusunan proposal sampai dengan mendapat status Disetujui (OK). Bimbingan
teknis proposal akan diberikan oleh Pembimbing Teknis yang ditunjuk oleh
Jurusan. Apabila bimbingan teknis sudah selesai, maka Pembimbing Teknis
memberikan persetujuan. Jika proposal telah disetujui, mahasiswa dapat
melanjutkannya ke proses penyusunan skripsi dengan terlebih dahulu mengajukan
pendaftaran penyusunan skripsi untuk memperoleh Pembimbing Skripsi yang
ditunjuk oleh Ketua Jurusan.
21
SUMBER MASALAH
DAN
VARIABEL PENELITIAN
Pengertian dan Macam Variabel
Istilah “variabel” merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap
jenis penelitian, F.N. Kerlinger menyebut variabel sebagai sebuah konsep seperti hanya
laki-laki dalam konsep jenis kelamin, insaf dalam konsep kesadaran.
Sutrino Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi misalnya jenis
kelamin, karena jenis kelamin mempunyai variasi: laki-laki – perempuan; berta badan,
karena ada berat 40 kg, 50 kg, dan sebagainya. Gejala adalah objek penelitian, sehingga
variabel adalah objek penelitian yang bervariasi.
Variabel dapat dibedakan atas kuantitatif dan kualitatif. Contoh variabel kuantitatf
misalnya luasnya kota, umur, banyaknya jam dalam sehari dan sebagainya. Contoh
variabel kualitatif misalnya kemakmuran, kepandaian.
Lebih jauh variabel kualitatif dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu
variabel diskrit dan variabel kontinum.
1. Variabel diskrit: disebut juga variabel nominal atau variabel kategori
kare na hanya dapat dikategorikan atas 2 kutub yang berlawanan yakin “ya” dan
“tidak”. Misalnya ya wanita, tidak wanita, atau dengan kata lain “ya” dan “tidak”.
Misalnya ya wanita, tidak wanita, atau dengan kata lain: “wanita – pria” – hadir –
tidak hadir, atas – bawah. Angka-angka digunakan dalam variabel diskrit ini untuk
menghitung, yaitu banyaknya pria, banyaknya yang hadir dan sebagainya. Maka
angka dinyatakan dalam frekuensi.
2. Variabel kontinum: dipisahkan menjadi 3 variabel kecil yaitu:
a) Variabel Ordinal, yaitu variabel yang menunjukkan tingkat-tingkatan misalnya
panjang, kurang panjang, pendek. Untuk sebutan lain adalah variabel “lebih
kurang” karena yang satu mempunyai kelebihan dibanding yang lain.
b) Contoh: Ani terpandai, Siti terpandai, Reni tidak pandai.
22
c) Variabel Internal, yaitu variabel yang mempunyai jarak, jika dibaning dengan
variabel lain, sedang jarak itu sendiri dapat diketahui dengan pasti. Misalnya:
suhu udara di luar 31oC, suhu tubuh kita 37oC, maka selisih suhu adalah 6oC.
d) Variabel Ratio, yaitu variabel perbandingan. Variabel ini dalam hubungan antar-
sesamanya merupakan “sekian kali”. Contoh: berat pak Karto 70 kg, sedang
anaknya 35 kg. Maka pak Karto dua kali berat anaknya.
Kembali kepada variabel diskrit, variabel diskrit bujan hanya hasil hitungan, tetapi
juga penomoran. Nomor telepon misalnya, dapat digolongkan menjadi variabel diskrit.
Tinjauannya adalah karena nomor telepon tidaak menujukkan “lebih kurang”, “jarak”,
atau “sekian kali”.
Jika kita menghendaki, variabel kontinum dapat di ubah menjadi variabel diskrit
dengan cara mengklasifikasikannya menjadi “ya” dan “tidak”. Cara:
1. Menentukan batas misalnya nilai rata-rata, maka angka di atas rata-rata:
diberi “ya”, rata-rata ke bawah diberi “tidak”
2. Mangambil satu nilai diberi “ya”, dan selain nilai itu diberi “tidak”.
Contohnya: Nilai bahasa Indonesia berjarak antara 3 dan 9 (variabel internal),
variabel ini dapat dibuat diskrit dengan mengabil isalnya nilai 7 sebagai “ya”, dan
selain itu (di atas atau di bawahnya) di beri “tidak”.
Variabel dan Data
Sekali lagi, variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian.
Data adalah hasil pencatatan [eneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka. Dari
sumber SK Menteri P dan K No. 0259/U/1977 tanggal 11 Juli 1977 disebutkan bahwa
data adalah segala data dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu
informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu
keperluan.
Sesuai dengan macam atau jenis variabel, maka data atau hasil pencatatannya juga
mempunyai jenis sebanyak variabelnya. Demikianlah maka:
Data dari variabel diskrit disebut data diskrit, berupa frekuensi
23
Data dari variabel kontinum disebut data kontinum, berupa tingkatan, angka
berjarak atau ukuran.
Bagi peneliti yang menginginkan mengolah data dengan metode statistik, maka
datanta harus berupa data kuantitatif, yaitu berupa angka-angka.
Contoh:
Apabila datanya merupakan data kualitatif misalnya: sangat bagus, bagus, cukup, jelek,
jelek sekali, maka data tersebut diberi simbol angka misalnya: sangat bagus 5, bagus 4,
cukup 3, jelek 2, dan jelek sekali 1. Ingat, 5, 4, 3, 2, 1 hanya simbol yang menunjukkan
urutan tingkatan karena datanya berupa data oridinal.
Demikian juga jika ingin mengubah data tersebut menjadi data diskrit karena akan
diolah dengan teknik tertentu, maka hanya di beri 2 macam simbol. Misalnya “sangat
bagus” diberi simbol 1, yang lain (tidak perlu ditingkatannya) diberi simbol 0 atau
angka lain. Boleh saja kita memberi simbol 2 untuk “sangat bagus” dan simbol 1 untuk
yang lain, tetapi tidak berarti bahwa 2 adalah dua kali 1. angka-angka tersebut ahnya
simbol untuk memisahkan menjadi dua bagi data yang ada.
Variabel sebagai Objek Penelitian.
Apabila seorang peneliti ingin menyelidiki apakah bahwa susu menyebabkan badan
menjadi gemuk, maka yang menjadi objek penelitiannya adalah susu dan berat badan
orang. Maka susu dan berat badan merupakan variabel penelitian.
Dalam penelitian seperti ini, sebaiknya peneliti menggunakan pendekatan
eksperimen. Kelompok eksperimen adalah orang-orang yang minum susu, sedangkan
kelompok kontrol atau kelompok pembanding adalah orang-orang yang tidak diberi
minum susu. Banyaknya susu yang diberikan kepada kelompok eksperimen ditakar
dengan ukuran liter, maka variabelnya berbentuk variabel kontinum. Sedangkan
tambah-tidaknya berat badan , di ukur dengan ukurna kilogram, variabelnya juga
variabel kontinum (ratio).
Peneliti lalu ingin menyelidiki besarnya kesadaran bermasyarakat bagi orang-orang
yang mendapat pendapat P4. dalam hal ini maka nilai penataran P4 dan kesadaran
24
bermasyarakat dapat diukur, digambarkan dalam bentuk angka dan dikategorikan
sebagai variabel interval.
Dari kedua contoh penelitian ini, kita tahu bahwa kesamaannya, yaitu sama-sama
melihat pengaruh sesuatu treatment, maka ada varaiabel yang mempengaruhi dan
variabel akibat. Variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas
atau independent variabel (X), sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas,
variabel tergantung variabel terikat atau dependent variabel (Y).
Dalam penelitian I, susu merupakan variabel bebas dan berat badan merupakan
variabel akibat.
Dalam penelitian II, nilai penataran P4 merupakan variabel bebas dan kesadaran
bermasyarakat merupakan variabel terikat.
Sehubungan dengan variabel dalam eksperimen ini Fred. N. Kerlinger
berpendapat:All experiments have one fundamental idea behind them: to test the effect
of one or more independent variables on a dependent variable (it is possible to have
more than one dependent variable in experiment)
Dalam dua contoh penelitian di ats susu dan penataran P4 sebagai independent
variabel merupakan variabel tunggal. Demikian pula berat badan dan kesadaran
bermasyarakat, keduanya merupakan variabel tunggal.
Sebagai contoh eksperimen lebih dari satu variabelnya adalah sebagai berikut :
Independent variabel lebih dari satu.
Pengaruh lingkungan belajar terhadap prestasi belajar murid.
Dalam hal ini variabel lingkungan belajar diartikan terdiri dari lingkungan belajar
di rumah sebagai satu variabel atau sub variabel dan lingkungan belajar di sekolah
sebagai variabel (sub-variabel) lain. Barangkali kalau akan lebih teliti lagi kita dapat
memperhatikan lingkungan belajar di masyarakat atau pergaulan sebagai variabel (sub-
variabel) ketiga. Apabila demikian, maka variabel sebagai konsep dapat dimengerti
sebagai sesuatu yang mempunyai nilai luas (ganda) maupun sempit (tunggal). Seperti
halnya susu dan penataran p4, kelihatannya merupakan variabel yang bernilai tunggal.
Tetapi lingkungan belajar merupakan variabel yang bernilai luas atau ganda.
Menurut pendapat Kerlinger selanjutnya tentang variabel:
25
It is possible, by definition, for a variable to have only one value. It is then called a
constant. We deal almost exclucively with variable that have two or mare values.
Pentingnya Memahami Variabel
Memahami variabel dan kemampuan menganalisis atau mengidentifikasikan setiap
variabel menjadi variabel yang lebih kecil (sub-variabel) merupakan syarat mutlak bagi
setiap peneliti. Memang mengidentifikasikan variabel dan sub-variabel tidak mudah,
karenanya membutuhkan kejelian dan kelincahan berpikir pelakunya.
Memecah-mecah variabel menjadi sub-variabel ini juga disebut dengan kategirisasi
yakni memecah variabel menjadi kategori-kategori data yang harus dikumpulkan oleh
peneliti. Kategori-kategori ini dapat diartikan sebagai indikator variabel. Dalam contoh
kesadaran bermasyarakat, jika akan memngatur apakah seseorang cukup besar atau
tidak kesadarannya bermasyarakatnya, maka perlu dicari tanda-tandanya, indikatornya,
bukti-buktinya.
Kategori, indikator, sub-variabel ini akan dijadikan pedoman dalam merumuskan
hipotesis minor, menyusun instrumen, mengumpulkan data dan kelanjutan langkah
penelitian yang lain. Sedikitnya sub-variabel atau kategori, akanmenghasilkan
kesimpulan yang besar (jika variabelnya terlalu luas) dan sempit (jika variabelnya
sedikit tetapi kecil-kecil).
Ada kalanya, peneliti memilih sedikit variabel tetapi besar-besaran. Ini berarti
bahwa peneliti hanya menghendaki data kasar. Tentu saja semakin terperinci cara
pengkategorisasian variabel, datanya semakin luas, dan gambaran hasil penelitian
semakin menjadi teliti.
Kesalahan yang sering terjadi pada waktu mengidentifikasikan sub-variabel adalah
disebutnya sub-variabel akibat daru variabel terikat, misalnya naik kelas; disebutnya
variabel bebas. Misalnya cita-cita orang tua guru (yang berpengaruh terhadap minat
guru menjadi guru).
Ada lagi kesalahan lagi yaitu variabel lain yang juga merupakan penyebab
terpengaruhinya variabel terikat. Misalnya IQ siswa, lingkungan belajar, dan
sebagainya. Variable ini bukan merupakan variabel bagian dari guru tetapi
mempengaruhi timbulnya kejadian pada variable terikat. Variabel-variabel semacam ini
26
disebut dengan intervening variable, atau lebih gampangnya dipahami disebut variabel
pengganggu, karena mengotori pengaruh guru terhadap prestasi belajar.
Tujuan kategorisasi variabel ini adalah agar peneliti memahami dengan jelas
permasalahan yang diteliti.
Karlinger dalam hal ini menjelaskan pendapatnya sebagai berikut:
The must define the variables they use in hyphothesis so that the hyphothesis can be
tested. They do this by using are as known as operatianal definition.
Memahami Variabel yang Bermakna
Dibagian lain sudah dijelaskan bahwa kegiatan penelitian memerlukan pengorbanan
penelitian berupa dana, tenaga dan waktu. Oleh karena itu, hasil penelitian harus
memiliki kemanfaatan yang besar, agar imbang dengan pengorbanannya. Bermanfaat
tidaknya hasil penelitian dapat diketahui antara lain dari variabel yang ditentukan oleh
peneliti. Tentang variabel ada dua hal yang diperhatikan, yaitu: (1) sifat variabel, dan
(2) status variabel.
1. Sifat Variabel
Ditinjau dari sifatnya, variabel penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Variabel Statis adalah variabel yang tidak dapat diubah
keberadaannya, misalnya jenis kelamin, status sosial ekonomi, tempat tinggal,
dan lain-lain.andaikata hasil penelitian menunjukkan sesuatu yang merupakan
akibat-akibat dari variabel-variabel tersebut, peneliti tidak mampu mengubah
atau mengusulkan untuk mengubah variabel yang dimaksud.oleh karena itu
untuk mempermudah mengingat-ingat kita sebut saja variabel tersebut sebagai
variabel tidak berdaya.
b. Variabel dinamis adalah variabel yang dapat diubah
keberadannya berupa pengubahan, peningkatan atau penurunan.
27
2. Status Variabel
Dalam membicaraka status variabel ini kita perlu melihat satu variabel dalam
hubungannya dengan variabel lain. Semua variabel mempunyai status penting,
namun jika dibandingkan antara dua status di bawah ini, kita dapat menentukan
mana yang lebih bermakna dalam penelitian.
a. Kebiasaan hidup sehari-hari motivasi berprestasi
b. Motivasi berprestasi etos kerja
c. Etos kerja keberhasilan kerja
Kemanfaatan penelitian selalu harus dilihat dari variabel pertama. Apa yang dapat
dilakukan oleh peneliti, atau apa saja yang dapat disarankan oleh peneliti terhadap orang
lain tampak bahwa kegiatan penelitian yang kita lakukan mempunyai menfaat yang
cukup besar.
28
TINJAUAN PUSTAKA DALAM PENELITIAN PENDIDIKAN
Mengenal pustaka dan pengalaman orang lain dalam bidang yang diminati pada
hakikatnya berarti mempelajari subjek penelitian itu. Dengan membaca dan mengenal
pengalaman orang lain, berarti mencari teori-teori, konsep-konsep generalisasi-
generalisasi yang dapat dijadikan landasan ini ditegakkan agar penelitian yang akan
dilakukan itu. Landasan ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang
kokoh dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error). Pada umumnya, lebih
dari lima puluh persen kegiatan dalam seluruh proses penelitian itu adalah membaca.
Karena itu, sumber bacaan merupakan bagian penunjang penelitian yang esensial.Dalam
usaha mengenal pustaka, patokan-patokan di bawah ini kiranya dapat dijadikan
pedoman :
1. Pelajari hasil apa yang telah atau pernah didapat oleh orang lain dalam bidang
penelitian yang bersangkutan.
2. Pelajari metode penelitian apa yang telah dipergunakan, termasuk metode
pengambilan contoh, metode pengumpulan data, metode pengolahan data, sumber
data, satuan-satuan ukuran dan kriteria-kriteria.
3. Kumpulkan data dari sumber lain yang bersangkut paut dengan proyek
penelitian yang akan dikerjakan.
4. Pelajari factor-faktor deskriktif dan histories yang ada, yang akan merupakan
latar belakang dari problema yang akan datang.
5. Pelajari analisis deduktif dari problema yang telah dilakukan oleh orang lain.
Secara garis besar, sumber bacaan itu dapat ditemukan dalam sumber acuan umum,
yaitu kepustakaan yang berwujud buku-buku teks, ensiklopedia, monograf dan
sejenisnya. Generalisasi-generalisasi dapat ditarik dari laporan hasil penelitian terdahulu
yang relevan bagi masalah yang sedang digarap. Hasil-hasil penelitian terdahulu itu
umumnya dapat ditemukan dalam sumber acuan khusus, yaitu kepustakaan yang
berwujud jurnal, bulletin penelitian, tesis, disertai dan sumber bacaan lain yang memuat
laporan hasil penelitian.
Dalam pada itu perlu diingat bahwa dalam mencari sumber bacaan harus selektif
artinya tidak semua yang ditemukan lalu ditelaah.
29
Dua criteria yang biasa digunakan untuk memilih sumber bacaan itu, ialah :
1. Prinsip kemutakhiran (recency)
2. Prinsip relevansi (relevance)
Identifikasi, Klasifikasi dan Pemberian Definisi Variable-Variabel
Dalam mengambil kesimpulan-kesimpulan teoritis sebagai hasil akhir penelaahan
kepustakaan, seorang peneliti harus mengidentifikasikan variable-variabel utama yang
akan ditelitinya. Ia harus memastikan variable-variabel apa saja yang akan dilibatkan
dalam penelitiannya. Variable-variabel itu selanjutnya harus diklasifikasikan dan
didefinisikan secara operasional.
1. Mengidentifikasi Variable
Istilah variable dapat diartikan bermacam-macam. Variable dapat diartikan
sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Sering pula
dinyatakan variable penelitian sebagai faktor yang berperan dalam peristiwa atau
gejala yang akan diteliti.
Apa yang merupakan variable dalam suatu penelitian ditentukan oleh landasan
teoritisnya dan ditegaskan oleh hipotesis penelitiannya. Karena itu, apabila
landasan teoritisnya berbeda, variable-variabel penelitiannya juga akan berbeda.
Jumlah variable yang akan dijadikan objek pengamatan akan ditentukan oleh
kecanggihan rancangan penelitiannya. Makin sederhana suatu rancangan penelitian
akan melibatkan variable yang makin sedikit sebaliknya.
Kecakapan mengidentifikasi variable penelitian adalah ketrampilan yang
berkembang karena latihan dan pengalaman. Kecuali dengan melakukan penelitian,
keterampilan ini juga dapat dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan seminar
mengenai usulan penelitian. Peran serta secara aktif dalam kegiatan-kegiatan
seminar yang demikian itu akan mempercepat berkembangnya keterampilan itu.
2. Mengklasifikasikan Variable
Variable-variabel yang telah diidentifikasikan perlu diklasifikasikan, sesuai
dengan jenis dan peranannya dalam penelitian.
30
Menurut fungsinya, di dalam penelitian orang sering membedakan antara
variable tergantung (dependent variable) disatu pihak dan variable bebas
(independent variable), kendali, moderator dan rambang pada pihak lain.
Pembedaan ini didasarkan atas pola pemikiran hubungan sebab akibat. Variabel
tergantung dipikirkan sebagai akibat yang keadaannya tergantung kepada variabel
bebas, moderator, kendali dan variabel rambang.
Dalam mengklasifikasikan variabel menurut peranannya dalam penelitian itu,
biasanya orang mulai dengan mengidentifikasikan variabel tergantungnya. Hal ini
disebabkan karena variabel tergantung itulah yang menjadi titik pusat persoalan,
dan karena itu, tidak mengherankan kalau sering pula disebut kriterium. Misalnya,
usaha pendidikan pokok persoalannya hasil belajar, usaha pertanian pokok
persoalannya taraf kesembuhan dan sebaginya.
Keadaan variabel tergantung itu, tergantung kepada banyak sekali variabel yang
lain. Satu atau lebih dari variabel-variabel yang lain itu mungkin dipilih sebagai
variabel yang sengaja (menurut rencana) dipelajari pengaruhnya terhadap variabel
tergantung. Inilah variabel bebas. Misalnya, variabel tergantungnya prestasi belajar,
variabel bebasnya dapat berupa metode mengajar atau metode mengajar dan taraf
kecerdasan. Contoh lain misalnya, tingginya pendapatan tergantung pada lamanya