Top Banner
Master of Accounting Program | Faculty of Economic and Business Padjadjaran University 1 REVIEW TERHADAP MATERI NIKE IS USING CHEAP OVERSEAS LABOR ETHICAL ??Oleh HENDRI MAULANA SITI KHAERIYAH SHEILA DENNISA HASBUL HIDAYAT MAKALAH Diajukan Untuk Menempuh Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah Etika Bisnis di Universitas Padjadaran Program Pendidikan Magister Program Studi Akuntansi PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2014
18

Review Nike is Using Cheap Overseas Labor Ethical

Mar 05, 2023

Download

Documents

Hendri Maulana
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Review Nike is Using Cheap Overseas Labor Ethical

Master of Accounting Program | Faculty of Economic and Business Padjadjaran University

1

“REVIEW TERHADAP MATERI NIKE – IS USING

CHEAP OVERSEAS LABOR ETHICAL ??”

Oleh

HENDRI MAULANA

SITI KHAERIYAH

SHEILA DENNISA

HASBUL HIDAYAT

MAKALAH

Diajukan Untuk Menempuh

Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah Etika Bisnis di Universitas Padjadaran

Program Pendidikan Magister Program Studi Akuntansi

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2014

Page 2: Review Nike is Using Cheap Overseas Labor Ethical

Master of Accounting Program | Faculty of Economic and Business Padjadjaran University

2

BAB I

PENDAHULUAN

Di awal milenium baru, Nike terlibat dalam sebuah kontroversi atas

penggunaan buruh murah di negara-negara berkembang untuk membuat produk yang

lebih murah. Banyak perusahaan yang ikut terkait dalam tren outsourcing yang sama,

namun Nike menjadi titik fokus dari kritik tersebut. Hal ini diduga memicu

permasalahan karena hal itu dimaksudkan untuk mengantongi laba lebih daripada

mengejar diskon produk, dan juga dicibir karena menargetkan pemuda

berpenghasilan rendah sebagai konsumen dari sebuah produk mahal.

Nike memiliki banyak hal klasik dalam sejarah dunia corporation. Didirikan

pada tahun 1972 oleh mantan University of Oregon track star Phil Knight, Nike kini

salah satu marketers terkemuka sepatu olahraga dan pakaian di dunia. Perusahaan ini

memiliki $ 10 miliar dalam pendapatan tahunan dan menjual produknya di lebih dari

140 negara. Nike tidak melakukan manufaktur manapun. Sebaliknya, mereka hanya

membuat desain dan memasarkan produk-produknya, sementara kontrak untuk

pembuatan produk mereka dilakukan oleh jaringan global 600 pabrik yang dimiliki

oleh subkontraktor yang mempekerjakan lebih dari 550.000 orang. Korporasi besar

ini telah membuat Knight salah satu orang terkaya di Amerika. Frase pemasaran Nike

"Just Do It!" Telah menjadi sebagai identitas mereka dan dalam budaya populer

dikenal sebagai "swoosh" logo atau wajah sponsor selebriti, seperti Tiger Woods

Kondisi kerja yang buruk telah hadir selama berabad-abad. Sering kali

keadaan ini menjadi pemicu tragedi pada masyarakat terjadinya aksi menggalang

hak-hak pekerja. Ini terjadi di Amerika Serikat selama Revolusi Industri dan bahkan

di akhir abad ke-20. Sebagian besar kondisi tersebut sudah tidak ada lagi di Amerika

Serikat, dengan pengecualian beberapa di sektor pertanian. Namun, secara

internasional, terutama di negara-negara dunia ketiga yang miskin, yang jauh dari

Page 3: Review Nike is Using Cheap Overseas Labor Ethical

Master of Accounting Program | Faculty of Economic and Business Padjadjaran University

3

keadilan. Perusahaan-perusahaan besar dari Amerika Serikat telah memindahkan

sebagian besar pabrik-pabrik mereka di luar negeri untuk menghindari peraturan kerja

yang ketat di Amerika Serikat.

Negara-negara dunia ketiga seperti Vietnam, China, Korea Selatan, dan

Taiwan menyediakan akses ke tenaga kerja murah mudah berlimpah. Perusahaan-

perusahaan ini sekarang bisa menuai manfaat dari pasar konsumen Amerika Serikat,

sekaligus menjaga biaya mereka sangat rendah dalam produksi lepas. Media telah

membangunkan publik bahwa faktanya beberapa perusahaan terkemuka telah

mendalangi kegiatan yang bisa disebut sebagai malpraktek.

Nike menjadi sasaran utama dari beberapa perusahaan yang dianggap

melakukan tindakan tidak etis tersebut. Hal ini menggambarkan bahwa kondisi yang

di beberapa daerah pabrik Nike di luar negeri kritis dan jauh dari standar minimal

yang ditetapkan untuk semua karyawan. Banyak pihak menyelidiki Nike dan

bagaimana mereka telah mengeksploitasi pekerja di Asia untuk keuntungan financial

semata. Selama beberapa tahun terakhir yang dikhawatirkan hanyalah hal-hal kecil

yang tidak substansial akan tetapi begitu berita pecah, perusahaan ini tak henti-

hentinya diserang.

Page 4: Review Nike is Using Cheap Overseas Labor Ethical

Master of Accounting Program | Faculty of Economic and Business Padjadjaran University

4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Etika

Etika adalah sesuatu yang dianggap benar dan dijunjung tinggi dalam

suatu golongan masyarakat sebagai acuan dalan bersikap dan bertindak. Dalam

Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1953) etika diartikan

sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral) dan dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988), disebutkan ada tiga arti etika, yaitu:

1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan

kewajiban moral (akhlak),

2. Kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak,

3. Nilai mengenai benar atau salah yang dianut suatu golongan atau

masyarakat.

Sedangkan, etika menurut pandangan beberapa ahli ditujukan sebagai

berikut:

1. Menurut Bertens (1999), etika berarti: ilmu tentang apa yang biasa

dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Etika berasal dari bahasa

Yunani kuno: ethos yang bentuk jamaknya ta etha artinya: adat,

kebiasaan.

2. Menurut Sonny Keraf (1998) ada dua pengertian etika Pertama, berarti

adat istiadat atau kebiasaan, berkaitan dengan kebiasaan hidup yang

baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau

kelompok masyarakat, dalam hal ini pengertian etika persis sama dengan

pengertian moralitas; Kedua etika mempunyai pengertian yang jauh

lebih luas dari moralitas, karena merupakan filsafat moral yang dapat

dirumuskan sebagai refleksi kristis dan rasional mengenai (a) nilai dan

Page 5: Review Nike is Using Cheap Overseas Labor Ethical

Master of Accounting Program | Faculty of Economic and Business Padjadjaran University

5

norma yang menyangkut bagaimana manusia harus hidup baik sebagai

manusia dan (b) masalah-masalah kehidupan manusia dengan

mendasarkan diri pada nilai dan norma-norma moral yang umum

diterima.

2.2 Pengertian Profesi

Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup dengan

mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi dan dengan melibatkan

komitmen pribadi (moral) yang mendalam. Beberapa ciri profesi adalah sebagai

berikut ini:

1. Adanya keakhlian dan keterampilan khusus

2. Adanya komitmen moral yang tinggi

3. Orang profesional adalah orang yang hidup dari profesinya

4. Adanya unsur pengabdian kepada masyarakat

5. Adanya izin khusus untuk menjalankan profesi tersebut

6. Kaum profesional biasanya menjadi anggota suatu organisasi profesi.

Page 6: Review Nike is Using Cheap Overseas Labor Ethical

Master of Accounting Program | Faculty of Economic and Business Padjadjaran University

6

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Awal Munculnya Masalah Yang Dihadapi Nike

Nike dibangun oleh Phil Knight, yang tujuannya adalah untuk

menghasilkan performa tinggi sepatu olahraga berlari (Jogging) dengan biaya

rendah. Pasar sepatu olahraga identik dengan atlet, akan tetapi Nike menemukan

pasar konsumen yang lebih luas yaitu masyarakat umum yang menjadi lebih

sadar kesehatan dan tren joging yang meningkat.

Ide menggunakan Perusahaan outsourcing manufaktur pada awalnya

berupa impuls yang mengarah bahwa dorongan untuk melakukan outsourcing

ini adalah kualitas, bukan harga semata. Mereka Percaya bahwa produsen Asia

bisa memproduksi sepatu yang sama seperti yang mereka iklankan di televisi.

Perusahaan terus mematok harga sepatu pada tingkat premium, dan

menggunakan biaya rendah pada tenaga kerja asing membuat keuntungan

perusahaan yang signifikan. Knight berhasil sampai ke daftar majalah Forbes

sebagai orang Amerika terkaya di kurang dari satu dekade setelah masuk ke

dunia bisnis.

Permintaan pasar untuk sepatu Nike menduduki peringkat atas, melebihi

Adidas, yang telah memimpin pasar selama beberapa dekade. Pada tahun 1980-

an perusahaan menghadapi tantangan serius dari Reebok, yang memilih taktik

marketing dengan cara untuk mendapatkan dukungan selebriti pada produknya

(Celebrity Endorsement).

Nike melawan dengan mengadopsi strategi yang sama yaitu dengan

menciptakan "image" yang bahkan melampaui kualitas produk itu sendiri.

Mulai memperlakukan “Running Shoes” sebagai fashion item, dan membentuk

aliansi dengan para selebriti olahraga seperti : Michael Jordan, Nolan Ryan,

Page 7: Review Nike is Using Cheap Overseas Labor Ethical

Master of Accounting Program | Faculty of Economic and Business Padjadjaran University

7

Deion Sanders, Carl Lewis, Bo Jackson, Charles Barkley, Serena Williams, dan

atlet profil tinggi lainnya mensponsori produk mereka.

Nike juga berjuang kembali melalui “networking” yang mereka miliki,

membentuk aliansi strategis dengan Footloker, penjual terbesar alas kaki atletik

dimana Reebok telah diasingkan terlebih dahulu karena praktek SCM-nya. Nike

mendapat dukungan dari pengecer, dan diperdagangkan beberapa margin

keuntungan dengan mereka dalam pertukaran untuk promosi.

3.2 Kritik Terhadap Nike

Pada tahun 1996, ada kritik publisitas atas penggunaan Nike dari

sweatshop di Asia. Sejak awal perusahaan telah dimanfaatkan oleh para

subkontraktor independen untuk manufaktur. Wal-Mart telah menderita tuduhan

serupa (insiden Kathy lee Gifford), dan pers berusaha untuk mempermalukan

Michael Jordan kepada publik atas masalah yang sama, tapi kemudian gagal

untuk saling bekerja sama seperti yang mereka harapkan dan “Image” atlet nya

cukup kuat untuk menahan tuduhan mereka.

Maka kemudian pers langsung pergi menuju ke perusahaan itu sendiri,

dan melakukan sejumlah paparan reportase di primetime acara majalah yang isi

beritanya mengekspos kondisi kerja di pabrik mereka yang ada di luar negeri.

Nike bertindak seolah mereka tidak bersalah karena pemasoknya adalah

perusahaan independen, dan menunjukkan perhatian yang tulus dalam

meluruskan masalah kepada publik, mengundang pers untuk melakukan "bawa

informasi yang kami dapat gunakan/perlukan, dan kami akan melakukan yang

terbaik untuk memperbaiki situasi yang salah" dan berpartisipasi dalam industri

kelompok dengan perusahaan alas kaki dan fashion lainnya untuk memboikot

pemasok yang digunakan buruh murah.

Page 8: Review Nike is Using Cheap Overseas Labor Ethical

Master of Accounting Program | Faculty of Economic and Business Padjadjaran University

8

Pada akhirnya, ini berdampak kecil terhadap perusahaan. Basis

konsumen (laki-laki muda dalam berbagai golongan pendapatan) yang tidak

terlalu peduli, dan kehebohan public, sebagian besar telah berlalu. Kesepakatan

kontrak mereka dengan Tiger Woods mendongkrak penjualan sepatu golf dan

pakaian, sehingga dampak negatif seolah hilang seperti salju yang mencair.

Dibalik semua keberhasilan, perusahaan telah lebih dari satu dekade

“kenyang” dengan tuduhan berulang-ulang dan terus menerus tentang

produknya yang dibuat “dari keringat” di mana para pekerja (yang terdapat

banyak dari mereka anak-anak) pergi dalam kondisi yang berbahaya untuk upah

yang di bawah tingkat subsistensi. Pengkritik mengklaim, Kekayaan Nike telah

dibangun di atas punggung orang miskin di dunia. Banyak orang melihat Nike

sebagai simbol kejahatan globalisasi perusahaan Barat yang kaya

mengeksploitasi kaum miskin di dunia untuk memproduksi sepatu mahal dan

pakaian ke kepada konsumen dari negara maju.

Toko Niketown telah menjadi target standar untuk para demonstran

antiglobalisasi. Beberapa lembaga swadaya masyarakat, seperti yang berbasis di

San Francisco Global Exchange, sebuah LSM hak asasi manusia atau organisasi

yang didedikasikan untuk mempromosikan lingkungan, politik, dan keadilan

sosial di seluruh dunia, telah menargetkan Nike untuk kritik dan protes berulang

kali. Program berita, seperti CBS-TV 48 Jam, telah menjalankan pemaparan

tentang kondisi kerja di pabrik-pabrik asing yang memasok Nike. Mahasiswa di

kampus beberapa AS Universitas-universitas besar dimana Nike bertindak

sebagai sponsor yang menguntungkan juga telah memprotes hubungan dan

mengutip penggunaan buruh murah oleh Nike.

Tipe dari tuduhan-tuduhan itu secara rinci terdapat dalam program 48

Jam yang ditayangkan pada tahun 1996. Salah satunya yaitu laporan ini dengan

gambar perempuan muda di subkontraktor Vietnam yang bekerja dengan bahan-

Page 9: Review Nike is Using Cheap Overseas Labor Ethical

Master of Accounting Program | Faculty of Economic and Business Padjadjaran University

9

bahan beracun enam hari seminggu dalam kondisi miskin hanya 20 sen per jam.

Laporan tersebut juga menyatakan bahwa upah layak di Vietnam setidaknya $ 3

per hari, penghasilan yang tidak dapat dicapai dari para subkontraktor tanpa

bekerja lembur secara substansial.

Nike dan subkontraktor tidak melanggar hukum, dan ini menimbulkan

pertanyaan tentang etika menggunakan buruh murah untuk membuat apa yang

pada dasarnya adalah aksesoris mode atau fashion. Mungkin secara hukum

tidak masalah, tetapi apakah itu etis untuk menggunakan subkontraktor yang

menurut standar Barat jelas mengeksploitasi tenaga kerja mereka? Kritikus Nike

berpikir itu hal tidak etis, dan perusahaan menghadapi fokus dari gelombang

demonstrasi dan boikot konsumen.

Seperti menambahkan minyak pada api, pada November 1997 Global

Exchange yang memperoleh informasi yang bocor dari laporan rahasia oleh

Ernst & Young yang mengaudit Nike dan perusahaan-peusahaan milik

subkontraktor Nike di Vietnam. Pabrik memiliki 9.200 pekerja dan membuat

400.000 pasang sepatu per bulan. Ernst & Young laporan mengungkapkan

gambaran suram tentang perempuan muda, sebagian besar di bawah usia 25

tahun, yang bekerja selama 10,5 jam sehari, enam hari seminggu, dalam panas

yang berlebihan, kebisingan dan udara kotor, hanya untuk upah kurang dari $

10 seminggu.

Laporan ini juga menemukan bahwa pekerja dengan masalah kulit atau

pernapasan belum dipindahkan ke departemen bebas dari bahan kimia. Lebih

dari setengah pekerja yang berurusan dengan bahan kimia berbahaya tidak

memakai masker pelindung atau sarung tangan. Laporan tersebut menyatakan

bahwa dalam bagian perkerja produksi yang terkena karsinogen yang melebihi

standar legal lokal yaitu 177 kali dan fakta bahwa secara keseluruhan 77 persen

karyawan menderita masalah pernafasan.

Page 10: Review Nike is Using Cheap Overseas Labor Ethical

Master of Accounting Program | Faculty of Economic and Business Padjadjaran University

10

Pada tingkat yang lebih rendah, ada beberapa masalah lain perusahaan

harus berurusan dengan:

1. Atlet Superstar, yang mengedalikan permintaan sponsor, mendatangkan

masalah dengan perilaku mereka, baik di dalam dan luar lapangan.

2. Pola latihan bergeser dari olahraga tradisional untuk kegiatan di luar

ruangan, di mana jenis sepatu ini didominasi oleh perusahaan-

perusahaan lain.

3. Pesaing yang ada (Adidas, Reebok, New Balance) menjadi lebih agresif,

dan label mode (Hilfiger) yang memperluas lini mereka untuk memasuki

pasar alas kaki.

4. Kekayaan pribadi Phil Knight datang menjadi sorotan dan kritik.

5. Nike berada di pusat kritik publik atas promosi item premium kepada

konsumen berpenghasilan rendah sebagai salah satu penyebab kejahatan.

3.3 Analisis Masalah

Sebelum kita melihat masalah di ranah luar negeri, kita harus terlebih

dahulu memahami mengapa Nike memindahkan sebagian besar produksinya

begitu jauh dari kantor pusatnya di Beaverton, Oregon. Pasar yang belum

dimanfaatkan di seluruh dunia menghadirkan beberapa manfaat. Tentu saja ada

aspek tenaga kerja di mana tenaga kerja murah bisa memproduksi sepatu dan

pakaian lainnya yang sebagian kecil dari harga itu akan dikenakan biaya dalam

negeri di Amerika Serikat. Selain itu ada aspek yang jarang diakui. Ekspansi ke

China (negara yang paling padat penduduknya di dunia) membuka peluang

yang sangat besar sebagai batu loncatan ke seluruh Asia. Sementara Adidas

sedang berusaha untuk tumbuh di Eropa Timur dan Uni Soviet, Nike ingin

mendapatkan pondasi produk pakaian dihampir 2 miliar orang di Cina pada

tahun 1975.

Page 11: Review Nike is Using Cheap Overseas Labor Ethical

Master of Accounting Program | Faculty of Economic and Business Padjadjaran University

11

Semua tampak baik di korporasi sebagai pemegang saham dan manajer

menerima dividen yang besar dan masyarakat yang menerima produk yang

hebat. Namun, mulai tahun 1991, praktek Subkontraktor Nike telah secara

konsisten dikritik oleh pers. Kondisi tenaga kerja di pabrik-pabrik Cina dan

Indonesia dipertanyakan dalam beberapa laporan, membayar skala pekerja di

Asia dan atlet terkenal menjadi dibandingkan, dan Nike bahkan disalahkan

karena meninggalkan industri manufaktur sepatu Amerika yang tidak lagi

menjadi bagian penting.

Pada tanggal 12 Mei 1998, Chairman Nike dan Chief Executive Officer

Phil Knight memberi pidato tentang tuduhan tersebut dan inisiatif pekerja baru

diperusahaan. Dalam diskusi itu dia menyinggung alasan Nike untuk

memindahkan pabrik dari Amerika Serikat dan ke negara-negara dunia ketiga

terutama di Asia. Berikut ini adalah kutipannya :

“Ada yang mengatakan bahwa Nike telah menurunkan standar hak asasi

manusia untuk tujuan tunggal yaitu memaksimalkan keuntungan. Dan produk

Nike telah menjadi identik dengan upah budak kecil, lembur yang dipaksa, dan

penyalahgunaan wewenang. Salah satu kolumnis mengatakan, "Nike tidak

hanya melakukan suatu kesalahan pada seluruh dunia olahraga tetapi suatu

kesalahan untuk seluruh dunia. Hal yang telah kita pelajari lebih dari apa pun

dalam proses ini adalah bahwa ketika Nike telah memilih suatu negara dengan

operasi manufaktur sebagai perusahaan subkontraktor, tingkat upah telah

meningkat dan kemiskinan telah menurun.”

Pernyataan ini memberikan wawasan penting bagi pihak luar tidak tahu

atau pihak yang benar-benar memahami tanpa latar belakang dalam dunia

bisnis. Ini menjadi lebih jelas mengapa perusahaan telah memutuskan untuk

memindahkan basis produksi di luar negeri. Namun serangan-serangan tidak

berhenti dan media nasional bahkan mengangkat topik menjadi tahap

Page 12: Review Nike is Using Cheap Overseas Labor Ethical

Master of Accounting Program | Faculty of Economic and Business Padjadjaran University

12

kampanye, termasuk tuduhan skala upah eksploitatif dan kondisi kerja yang

buruk yang dihadapi pekerja membuat sepatu Nike di luar negeri. Nike

melanjutkan bantahannya dengan menunjukkan bahwa, dari lebih dari 300

pabrik sepatu Amerika yang ditutup selama eksodus umum pada tahun 1970

sampai 1980, hanya dua yang pernah membuat sepatu Nike.

Nike tidak hanya dikritik untuk memperbaiki nasib pekerja yang buruk

di Asia, tetapi juga diserang untuk “mengambil” pekerjaan dari para tenaga

kerja Amerika. Serangan ini didiskreditkan oleh pejabat Nike. "Knight... Dan

pejabat Nike lainnya berpendapat bahwa sebagian besar 6.200 karyawan

Amerika dari perusahaan memiliki jenis pemasaran kerah putih, desain,

komputer, dan pekerjaan lain berbiaya tinggi dan hanya cocok untuk Negara

yang perekonomiannya maju." (Just Do It). Para pejabat Nike benar bahwa

sebagian besar pekerjaan dari para pekerja di Cina dan Vietnam tidak akan

cukup apabila diisi untuk rekan-rekan yang lebih terampil Amerika. Sebuah

Negara dengan ekonomi yang sangat maju seperti Amerika Serikat ingin tenaga

kerja yang lebih terampil, tapi itu adalah titik terlupakan selama ketenangan

dalam ekonomi pada awal tahun 1990-an. dinamika sekarang telah lebih

mengarah cepat menjadi perang bisnis keuntungan dan kesejahteraan.

Inti dari kontroversi yaitu hubungan antara perusahaan domestik dan

pemasok luar negeri, yang standar tenaga kerjanya jauh lebih rendah dari

produsen dalam negeri. Sebuah perusahaan yang memanfaatkan pemasok

tersebut dituduh mendukung, menyutujui, dan melestarikan praktek-praktek

tersebut demi untuk meningkatkan keuntungan sendiri. Argumen kontra adalah

bahwa, sementara upah dan kondisi tampak menyedihkan dibandingkan standar

di Amerika, mereka benar-benar dianggap cukup baik untuk skala di pasar luar

negeri, mengingat hal ini akan mempengaruhi tingkat pembangunan ekonomi

dan kondisi akan lebih buruk jika tidak ada hal tersebut.

Page 13: Review Nike is Using Cheap Overseas Labor Ethical

Master of Accounting Program | Faculty of Economic and Business Padjadjaran University

13

3.3 Hal Yang Dapat Dipelajari Dari Masalah Nike

"Image" Sebuah produk dapat menjadi sumber diferensiasi produk. Nike

memulai dengan produk yang berbeda (berteknologi tinggi), tetapi pesaingnya

telah menutup kesenjangan, dan itu adalah hanya “Image” saja yang

membedakan produk. Ini dilengkapi dengan peringatan (bahwa citra produk

sering menyatu dengan citra sponsor), dan ada beberapa argumen tentang

penggunaan selebriti (endorsement) untuk mempengaruhi pelanggan muda,

tetapi ini adalah praktik iklan umum di industri fashion, dan hampir tidak etis

dipertanyakan apabila menggunakan selebriti untuk menjual jasa medis,

walaupun prakteknya masih ada.

Dalam kasus Nike, kerusakan yang dilakukan terhadap pencitraan publik

sulit untuk diukur, terutama karena diversifikasi produk dan perluasan pasar

tertutup setiap pendapatan yang mungkin memicu masalah setelah pers

mengangkat buruknya tentang penggunaan dari “sweatshop”, meskipun

menyarankan bahwa itu adalah masalah besar bagi perusahaan dan jangan

dibiarkan.

Kolaborasi dalam suatu industri dapat menjadi alat yang efektif dalam

meluruskan masalah. Karena reaksi publik terhadap buruh murah tidak hanya

terbatas pada satu perusahaan, Nike mampu berpartisipasi dalam upaya

kolaborasi dengan perusahaan lain, termasuk pesaingnya. Ini sangat efektif bagi

keduanya menangkal publikasi negatif (itu bukan masalah khusus untuk Nike,

tetapi industri secara kesatuan) dan mengatasi penyebab masalah.

Jika semua perusahaan bekerja sama, mereka dapat memiliki dampak

yang lebih besar daripada hanya seorang yang bertindak, dan makan biaya

produksi yang lebih tinggi sendiri. Pemaparan mengenai hal ini memaksa Nike

untuk memeriksa kembali kebijakan pemilihan perusahaan subkontraktor. Sadar

akan hal itu, meskipun itu tidak melanggar hukum, kebijakan subkontrak yang

Page 14: Review Nike is Using Cheap Overseas Labor Ethical

Master of Accounting Program | Faculty of Economic and Business Padjadjaran University

14

telah dianggap sebagai tindakan tidak etis, manajemen Nike mengambil

sejumlah langkah. Ini termasuk membangun kode etik untuk para subkontraktor

Nike dan membuat sebuah lembaga pemantauan tahunan oleh auditor

independen untuk semua subkontraktor.

Kode etik Nike mengharuskan semua karyawan di pabrik sepatu berusia

minimal 18 tahun dan bahwa paparan bahan beracun berpotensi tidak melebihi

batas paparan yang diperbolehkan oleh Badan Keselamatan dan Kesehatan

Administrasi Kerja (OSHA) para pekerja di Amerika. Singkatnya, Nike

menyimpulkan bahwa berperilaku etis diperlukan melampaui persyaratan dan

permasalahan hukum. Untuk itu diperlukan pembentukan dan penegakan aturan

yang mematuhi prinsip-prinsip moral benar dan salah

Page 15: Review Nike is Using Cheap Overseas Labor Ethical

Master of Accounting Program | Faculty of Economic and Business Padjadjaran University

15

BAB IV

QUESTION AND ANSWER

1. “The succes of Nike was strictly fortuitous and had little to do with great decision

making” Evaluate this statement.

Answer : Suksesnya Nike tidak dapat dikatakan sebagai hal yang kebetulan.

Strategi manajemen yang tepat, cara menanggulangi dan mengatasi issue

pelanggaran etika juga tepat, hingga strategi marketing dan endorsement juga

dapat dikatakan sukses. Hal ini membawa Nike sukses walaupun terdapat banyak

kompetitor serius dan diguncang oleh media mengenai pelanggaran etika oleh

para rekanan Subkontraktor.

2. In the case we offered the possibility that Nike may be becoming too big in its

industry, that there are too many “swooshes” to be seen; that slogan, “Just Do It”

may have been advertised too much, that even the name Nike is everywhere you

look. Can a firm become too dominant in its industry?

Answer : Sebuah perusahaan bisa saja menjadi terlalu dominan dalam bisnis

industry yang dijalaninya. Dan hal ini mungkin saja terjadi pada Nike. Walaupun

Adidas dan Reebok (Reebok sekarang telah diakuisisi oleh Adidas) selalu

membayangi, Nike tetap menjadi market leader dan semakin dominan setelah

ikut mengakuisisi Converse. Dan Nike menjadikan branding transform dari hanya

sekedar produk olahraga menjadi produk olahraga yang mengikuti perkembangan

teknologi dan fashion. Jika kita melihat gelaja ini, Nike bisa saja menjadi terlalu

dominan dalam industri bisnis yang mereka jalani.

3. “Nike’s major problem is that it’s too much of profit monger. It changes obscene

prices for shoes and clothing that cost it very little. Unless Knight changes his

mindset and offers more modest prices, the glory days of Nike are over.” Evaluate

this statement.

Answer : Dapat dikatakan wajar apabila sebuah perusahaan menjalani bisnisnya

untuk mendapatkan profit. Apabila Nike dapat merubah struktur harga produk

mereka menjadi lebih terjangkau maka Nike akan semakin meneruskan

kejayaannya dan mengembangkan segmentasi pasar mereka. Dengan tingkat

harga seperti sekarang memang akan menjadi hal yang riskan untuk Nike dapat

Page 16: Review Nike is Using Cheap Overseas Labor Ethical

Master of Accounting Program | Faculty of Economic and Business Padjadjaran University

16

jatuh dari tingkat kejayaannya. Akan tetapi Nike mengatasinya dengan strategi

Branding Imaging yang kuat (bahwa produk mereka adalah berteknologi canggih,

nyaman, fashionable, serta memiliki “gengsi” tersendiri bagi para penggunanya).

Program diskon yang dilakukan Nike juga cukup dapat membuat Nike bertahan

dipuncak kejayaannya walaupun para kompetitornya mematok harga yang lebih

rendah dari produk Nike yang sejenis.

4. “A great image is very transitory. It can go anytime.” Evaluate this statement.

Answer : Great Image dalam sebuah produk dan perusahaan memang dapat

hilang begitu saja. Image baik yang sudah dibangun sejak lama dan mengeluarkan

biaya yang cukup banyak bisa hancur atau hilang seketika. Misalnya jika

perusahaan tersebut terlibat dengan tindakan pelanggaran etika, tindakan

kriminal, atau bahkan bertindak tidak ramah kepada karyawan dan lingkungan

alam.

5. Do you think Nike can continue to be a growth stock, or has it become a more

conservative holding? Give your opinion and rationale.

Answer : Pendapat kami Nike dapat berlanjut tumbuh menjadi perusahaan

dengan nilai yang semakin meningkat. Dengan adanya perluasan pasar, akuisisi

Converse, Endorsement pada selebriti, atlet dan klub olahraga yang tepat, Strategi

marketing yang out of the box dan kreatif (seperti memanfaatkan teknologi

terkini, cth: Nike Running, Nike +, Nike Gears)

6. Can celebrity advertising be overdone? How would you attempt to ascertain

whether you are getting your money’s worth from paying some athlete milions to

wear you product?

Answer: Penggunaan celebrity endorsement dapat menjadi berlebihan.

Sebenarnya penggunaan selebriti atau atlet tidak selalu efektif bahkan terkadang

mendatangkan efek buruk jika attitude dari selebriti tersebut buruk dan kurang

disukai masyarakat. Perusahaan tidak dapat mengukur dengan pasti uang yang

kembali dari pemakaian selebriti sebagai ikon. Akan tetapi, promosi dengan

menggunakan selebriti yang notabene memiliki banyak penggemar dipercaya

dapat mendatangkan benefit penjualan dan merupakan media promo yang cukup

menjanjikan.

Page 17: Review Nike is Using Cheap Overseas Labor Ethical

Master of Accounting Program | Faculty of Economic and Business Padjadjaran University

17

7. Should Nike be concerned that some ghetto youths have such an attachment to

the Nike image that they will strong arm and even kill to get an Air Jordan

shoe, for example? If so, can Nike combat this overzealousness?

Haruskah Nike khawatir bahwa beberapa pemuda ghetto memiliki keterikatan

dengan gambar Nike bahwa mereka akan “bertangan dingin” dan bahkan

dapat membunuh untuk mendapatkan sepatu Air Jordan, misalnya? Jika

demikian, bisakah Nike mempertanggungjawabkan kefanatikan yang

berlebihan ini?

Answer: Sedikitnya mungkin harus menjadi perhatian lebih untuk Nike

apabila terjadi banyak tindakan kriminal yang diakibatkan oleh motivasi

kefanatikan berlebih untuk memilki produknya. Jika memang terjadi

pembunuhan dikarenakan motif ingin memiliki produk Nike (dalam keadaan

para pemuda Ghetto ini memilki keterbatasan financial), Nike sebenarnya

tidak berkewajiban atas tindakan fanatik berlebih sebagai motif pembunuhan.

Karena motif pembunuhan atau tindakan kriminal merupakan tindakan dan

pilihan pribadi.

8. Do you think the United States is wrong to try to impose its values on Third

World societies?

Apakah menurut Anda Amerika Serikat salah untuk mencoba memaksakan

nilai-nilai pada masyarakat Dunia Ketiga?

Answer : Jika Value yang Amerika Serikat berikan kepada Negara-negara

berkembang dapat membantu pertumbuhan dan menaikan taraf hidup serta

menjalankan roda perekonomian maka hal tersebut tidak salah. Akan tetapi

jika value tersebut justru mengabaikan etika bisnis dan keselamatan kerja di

masyarakat Negara dunia ketiga (padahal di Amerika Serikat sendiri sudah

mengatur dengan jelas mengenai value-value yang tidak melanggar etika)

demi mengejar keuntungan semata hal ini dapat dikatakan sebuah tindakan

unetchical atau salah.

Page 18: Review Nike is Using Cheap Overseas Labor Ethical

Master of Accounting Program | Faculty of Economic and Business Padjadjaran University

18

BAB IV

KESIMPULAN