RUANG LINGKUP, PEMBAGIAN TUGAS, HAKEKAT PENGETAHUAN A. Arti Pengetahuan Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Ilmu merupakan pengetahuan yang kita gumuli / pergauli sejak bangku SD sampai perguruan tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri. Filsafat ilmu merupakan bagian dari spistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Menurut Koento Wibisono (tahun 1994) ilmu pengetahuan sebagai satu kesatuan menampakkan diri secara dimensional yaitu ilmu sebagai masyarakat, sebagai proses dan sebagai produk. Pada dasarnya terdapat 2 cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar : 1. Mendasarkan diri kepada rasio 2. Mendasarkan diri kepada pengalaman Kaum rasionalisme mengembangkan paham yang disebut rasionalisme kaum yang mendasarkan diri kepada pengalaman, mengembangkan paham yang disebut empirisme.Sehingga pengetahuan adalah informasi atau REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMUPage 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
RUANG LINGKUP, PEMBAGIAN TUGAS,
HAKEKAT PENGETAHUAN
A. Arti Pengetahuan
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa
ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Ilmu merupakan
pengetahuan yang kita gumuli / pergauli sejak bangku SD sampai perguruan
tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri.
Filsafat ilmu merupakan bagian dari spistemologi (filsafat pengetahuan)
yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu
merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu.
Menurut Koento Wibisono (tahun 1994) ilmu pengetahuan sebagai satu
kesatuan menampakkan diri secara dimensional yaitu ilmu sebagai masyarakat,
sebagai proses dan sebagai produk.
Pada dasarnya terdapat 2 cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar :
1. Mendasarkan diri kepada rasio
2. Mendasarkan diri kepada pengalaman
Kaum rasionalisme mengembangkan paham yang disebut rasionalisme
kaum yang mendasarkan diri kepada pengalaman, mengembangkan paham yang
disebut empirisme.Sehingga pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang
diketahui atau disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah
berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal.
Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk
mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan
sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya,
ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan
tersebut.
Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi
dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan
ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 1
secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang
menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan
menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris
tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi
manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk
memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang
manajemen organisasi.
Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui
akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih
menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada
pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika, hasil
1 + 1 = 2 bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris,
melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi.
Pengetahuan tentang keadaan sehat dan sakit adalah pengalaman seseorang
tentang keadaan sehat dan sakitnya seseorang yang menyebabkan seseorang
tersebut bertindak untuk mengatasi masalah sakitnya dan bertindak untuk
mempertahankan kesehatannya atau bahkan meningkatkan status kesehatannya.
Rasa sakit akan menyebabkan seseorang bertindak pasif dan atau aktif dengan
tahapan-tahapannya.
Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
1. Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu
mencerdaskan manusia.
2. Media
Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat
luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.
3. Keterpaparan informasi
Pengertian informasi menurut Oxfoord English Dictionary, adalah “that of
which one is apprised or told: intelligence, news”. Kamus lain menyatakan bahwa
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 2
informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun ada pula yang menekankan
informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki
arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi informasi yang
mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,
menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan
informasi dengan tujuan tertentu.Sedangkan informasi sendiri mencakup data,
teks, image, suara, kode, program komputer, databases . Adanya perbedaan
definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan
(intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang
diperoleh dari data dan observasi terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan
melalui komunikasi.
B. Terjadinya Pengetahuan
Masalah terjadinya pengetahuan adalah masalah yang amat penting dalam
epistemologi, sebab jawaban terhadap terjadinya pengetahuan maka seseorang
akan berwarna pandangan atau paham filsafatnya. Jawabannya yang paling
sederhana tentang terjadinya pengetahuan ini apakah berfilsafat a priori atau a
posteriori. Pengetahuan a priori adalah pengetahuan yang terjadi tanpa adanya
atau melalui pengalaman, baik pengalaman indra maupun pengalaman batin.
Sedangkan pengetahuan a posteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena
adanya pengalaman.
Sebagai alat untuk mengetahui terjadinya pengetahuan menurut John
Hospers dalam bukunya An Introduction to Philosophical Analysis
mengemukakan ada 6 hal yaitu sebagai berikut :
1. Pengalaman Indra (Sense Experience)
Orang sering merasa pengindraan merupakan alat yang paling vital dalam
memperoleh pengetahuan. Realisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa
semua yang dapat diketahui adalah hanya kenyataan. Jadi pengetahuan berawal
mula dari kenyataan yang dapat diindrai. Tokoh pemula dari pandangan ini adalah
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 3
Aristoteles yang berpendapat bahwa pengetahuan terjadi bila subjek diubah di
bawah pengaruh objek.
2. Nalar (Reason)
Nalar adalah satu corak berpikir dengan menggabungkan dua pemikiran
atau lebih dengan maksud untuk mendapat pengetahuan baru. Principium Identitas
adalah sesuatu itu mesti sama dengan dirinya sendiri. Asas ini biasa juga disebut
asas kesamaan. Principium Contradictionis, maksudnya bila terdapat dua pendapat
yang bertentangan, tidak mungkin keduanya benar dalam waktu yang bersamaan.
Asas ini biasa disebut asas pertentangan. Principium Tertii Exclusi, yaitu pada dua
pendapat yang berlawanan tidak mungkin keduanya benar dan tidak mungkin
keduanya salah. Asas ini disebut asas tidak adanya kemungkinan ketiga.
3. Otoritas (Authority)
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui
oleh kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan, karena
kelompoknya memiliki pengetahuan melalui seseorang yang mempunyai
kewibawaan dalam pengetahuannya. Jadi sebagai kesimpulan bahwa pengetahuan
yang terjadi karena adanya otoritas adalah pengetahuan yang terjadi melalui
wibawa seseorang sehingga orang lain mempunyai pengetahuan.
4. Intuisi (Intuition)
Intuisi adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang berupa proses
kejiwaan dengan tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat
pernyataan yang berupa pengetahuan. Dengan demikian sesungguhnya peran
intuisi sebagai sumber pengetahuan karena intuisi merupakan suatu kemampuan
yang ada dalam diri manusia yang mampu melahirkan pernyataan yang berupa
pengetahuan.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 4
5. Wahyu (Revelation)
Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada Nabi-Nya untuk
kepentingan umatnya. Kita mempunyai pengetahuan melalui wahyu, karena ada
kepercayaan tentang sesuatu yang disampaikan itu. Seseorang yang mempunyai
pengetahuan melalui wahyu secara dogmatik akan melaksanakan dengan baik.
Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber pengetahuan, karena kita
mengenal sesuatu dengan melalui kepercayaan kita.
6. Keyakinan (Faith)
Keyakinan adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia yang
diperoleh melalui kepercayaan. Sesungguhnya antara sumber pengetahuan yang
berupa wahyu dan keyakinan ini sangat sukar untuk dibedakan secara jelas karena
keduanya menetapkan bahwa alat lain yang dipergunakannya adalah kepercayaan.
Adapun keyakinan melalui kemampuan kejiwaan manusia yang merupakan
pematangan dari kepercayaan. Karena kepercayaan itu bersifat dinamis mampu
menyesuaikan dengan keadaan yang sedang terjadi.
C. Jenis-jenis Pengetahuan
Adapun jenis-jenis pengetahuan menurut pendapat Plato berdasarkan
pembagian pengetahuan menurut tingkatan pengetahuan sesuai dengan
karakteristik objeknya. Pembagiannya adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan Eikasia (Khayalan)
Tingkatan yang paling rendah disebut pengetahuan Eikasia, ialah
pengetahuan yang objeknya berupa bayangan atau gambaran. Pengetahuan ini
isinya adalah hal-hal yang berhubungan dengan kesenangan atau kesukaan serta
kenikmatan manusia yang berpengalaman.
2. Pengetahuan Pistis (Substansial)
Satu tingkat diatas eikasia adalah tingkatan pistis atau pengetahuan
substansial. Pengetahuan ini adalah pengetahuan mengenal hal-hal yang tampak
dalam dunia kenyataan atau hal-hal yang dapat diindrai secara langsung.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 5
3. Pengetahuan Dianoya (Matematika)
Plato menerangkan tingkat pengetahuan ini adalah tingkatan ketiga yang ada
di dalamnya sesuatu yang tidak hanya terletak pada fakta atau objek yang tampak,
tetapi juga terletak pada bagaimana cara berpikirnya. Dengan demikian dapat
dituturkan bahwa bentuk pengetahuan tingkat dianoya ini adalah pengetahuan
yang banyak berhubungan dengan masalah matematik atau kuantitas entah luas,
isi, jumlah, berat yang semata-mata merupakan kesimpulan dari hipotesis yang
diolah oleh akal pikir karenanya pengetahuan ini disebut juga pengetahuan pikir
4. Pengetahuan Noesis (Filsafat)
Pengetahuan Neosis adalah pengetahuan tingkatan tertinggi, pengetahuan
yang objeknya adalah arche ialah prinsip utama yang mencakup epistemologik
dan metafisik. Prinsip utama ini disebut ”IDE”. Plato menerangkan tentang
pengetahuan ini adalah hampir sama dengan pengetahuan pikir.
Tujuannya adalah untuk mencapai prinsip utama yang isinya hal yang
berupa kebaikan, kebenaran dan keadilan. Menurut Plato, cara berpikir untuk
mencapai tingkat tertinggi dari pengetahuan itu adalah dengan menggunakan
metode dialog sehingga dapat dicapai pengetahuan yang sungguh-sungguh
sempurna yang biasa disebut Episteme.
D. Asal Usul Pengetahuan
1. Aliran dalam Pengetahuan
a. Rasionalisme
Aliran ini berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi
dan yang dapat dipercayai adalah rasio (akal). Akal dapat
menurunkan kebenaran daripada dirinya sendiri, yaitu atas dasar asas
pertama yang pasti. Metode yang diterapkan adalah deduktif.
Filsufnya antara lain : Rene Descartes, B. Spinoza dan Leibniz.
b. Empirisme
Aliran ini berpendapat bahwa empiris yang menjadi sumber
pengetahuan, baik pengalaman yang batiniah maupun lahiriah. Akal
bukan jadi sumber pengetahuan, tetai akal mendapat tugas untuk
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 6
mengolah bahan yang diperoleh dari pengalaman. Metode yang
diterapkan adalah induksi. Filsuf empirisme antara lain : John Locke,
David Hume, William James.
c. Kritisme
Dalam Kritik atas Rasio Murni, I. Kant membedakan tiga macam
pengetahuan sebagai berikut :
(1) Pengetahuan analitis
(2) Pengetahuan sintetis aposteriori
(3) Pengetahuan sintetis apriori
d. Positivisme
Positivisme berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual
dan yang positif. Segala uraian dan persoalan yang diluar apa yang
ada sebagai fakta atau kenyataan dikesampingkan. Tokoh
positivisme adalah August Comte, perkembangan pemikiran
manusia berlangsung dalam 3 tahap 3 zaman, yaitu zaman teologis,
metafisis dan ilmiah atau zaman positif.
2. Metode Ilmiah
Metodologi merupakan hal yang mengkaji urutan langkah yang ditempuh
supaya pengetahuan yang diperoleh memenuhi ciri-ciri ilmiah. Metode
ialah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu.
a. Metode Ilmiah yang Bersifat Umum
Metode analisis ialah cara penanganan terhadap barang sesuatu atau
sesuatu objek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-milahkan
pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya. Metode
sintesis ialah cara penanganan terhadap suatu objek tertentu dengan
cara menggabungkan sesuatu pengetahuan yang baru. A posteriori
menunjuk kepada hal yang adanya berdasarkan pengalaman. Metode
deduksi ialah cara penanganan terhadap suatu objek tertentu dengan
jalan menarik kesimpulan mengenai hal yang bersifat khusus
berdasarkan atas ketentuan hal yang bersifat umum.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 7
Metode induksi ialah cara penanganan terhadap sesuatu objek
tertentu dengan jalan menarik kesimpulan yang bersifat umum atau
yang bersifat lebih umum berdasarkan atas pemahaman atau
pengamatan terhadap jumlah hal yang bersifat khusus.
b. Metode Penyelidikan Ilmiah
Metode siklus-empiris ialah suatu penanganan terhadap sesuatu
objek ilmiah tertentu yang biasanya bersifat empiris-kealaman dan
yang penerapannya terjadi di tempat yang tertutup.
3. Sarana Berpikir Ilmiah
a. Bahasa Ilmiah
Bahasa merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alat
komunikasi manusia.
b. Logika dan Matematika
Matematika merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual.
Fungsi matematika menjadi sangat penting dalam perkembangan
berbagai ilmu pengetahuan.
c. Logika dan Statistika
Statistik merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk
memproses pengetahuan secara ilmiah. Logika dan statistik
mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif untuk mencari
konsep yang berlaku umum.
E. Sumber Pengetahuan
Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu. Pada dasarnya terdapat dua cara
yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Pertama
adalah mendasarkan diri kepada rasio dan yang kedua mendasarkan diri kepada
pengalaman. Kaum rasionalis mengembangkan paham apa yang kita kenal dengan
rasionalisme. Sedangkan mereka yang mendasarkan diri kepada pengalaman
mengembangkan paham yang disebut dengan empiris.
Kaum rasionalisme mempergunakan metode deduktif dalam menyusun
pengetahuannya. Premis yang dipakai dalam penalarannya didapatkan dari ide
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 8
yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima. Pengalaman tidaklah
membuahkan prinsip dan justru sebaliknya, hanya dengan mengetahui prinsip
yang di dapat lewat penalaran rasional itulah maka kita dapat mengerti kejadian
yang berlaku dalam alam sekitar kita.
Oleh sebab itu maka lewat penalaran rasional akan didapatkan bermacam-
macam pengetahuan mengenai satu obyek tertentu tanpa adanya suatu konsensus
yang dapat diterima oleh semua pihak. Dalam hal ini maka pemikiran rasional
cenderung untuk bersifat solipsistik dan subyektif.
Lebih jauh Einstein mengingatkan bahwa tak terdapat metode induktif yang
memungkinkan berkembangnya konsep dasar suatu ilmu. Kaum empiris
menganggap bahwa dunia fisik adalah nyata karena merupakan gejala yang
tertangkap oleh pancaindera.
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses
penalaran tertentu. Tanpa melalui proses berpikir berliku-liku tiba-tiba saja dia
sudah sampai disitu.
Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis
selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakannya.
Kegiatan intuitif dan analitik bisa bekerja saling membantu dalam menemukan
kebenaran. Bagi Maslow intuisi ini merupakan pengalaman pengalaman puncak
(peak experience) sedangkan bagi Neitzsche merupakan inteligensi yang paling
tinggi.
DASAR-DASAR PENGETAHUAN
A. Manusia Dan Pengetahuan
Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna
dibandingkan mahluk hidup yang lain (hewan dan tumbuhan), karena manusia
memiliki akal. Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui manusia.
Manusia memerlukan pengetahuan karena manusia mempunyai rasa ingin tahu
tentang sesuatu, dan rasa ingin tahu itu selalu berkembang dari waktu ke waktu
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang selalu berubah dan meningkat
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 9
dari waktu ke waktu. Penyebab pengetahuan dapat dikembangkan manusia karena
dua hal utama yaitu :
1. Manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi
dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut.
2. Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan
mantap karena adanya kemampuan untuk berpikir menurut suatu alur
kerangka pikir tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut
penalaran.
Cara Memperoleh Pengetahuan/Sumber Pengetahuan :
1. Wahyu : pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia.
Kebenaran wahyu bersifat mutlak, tidak bisa dibantah.
2. Pengalaman
3. Otoritas/kewenangan/pakar/ahli : otoritas dari sumber pengetahuan tidak
semuanya benar.
4. Berpikir deduktif : berpikir dari umum ke khusus, berdasarkan empiris
(pengetahuan).
5. Berpikir induktif : berpikir dari khusus ke umum, gejala-gejala yang sama
dari apa yang dilihat baru ditarik kesimpulan (rasionalitas).
6. Metode ilmiah : gabungan dari dua cara berpikir ilmiah (deduktif-
induktif). Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diperoleh dari
metode ilmiah.
Auguste Comte (1798-1857) membagi tiga tingkat perkembangan
pengetahuan ke dalam tahap yaitu :
1. Religius yang dijadikan postulat ilmiah, sehingga ilmu merupakan
penjabaran dari ajaran religi.
2. Metafisika (keberadaan) ujud yang menjadi obyek penelaahan yang
terbebas dari dogma religi, dan mengembangkan sistem pengetahuan
berdasarkan postulat metafisik tersebut.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 10
3. Pengetahuan ilmiah yaitu asas-asas yang dipergunakan diuji secara positif
dalam proses verifikasi yang obyektif.
Perbedaan Manusia dengan Hewan :
1. Makhluk berpikir (homo sapiens)
2. Mampu membuat alat/menggunakannya (homo fiber)
3. Dapat berbicara/berbahasa (homo longuens)
4. Hidup bermasyarakat (homo socius)
5. Hidup berekonomi (homo aeconomicus)
6. Menyadari adanya Tuhan yang Maha Esa (homo relijius)
B. Filsafat
Filsafat merupakan pemikiran/penelaahan tentang sesuatu secara mendalam,
menyeluruh dan berkesinambungan. Penelaahan tentang hakikat dari sesuatu.
Pertanyaan tentang apa, siapa, mengapa/ apa sebab, kapan, dimana, bagaimana,
dan untuk apa mengenai sesuatu.
Karakteristik Berpikir Filsafat :
1. Menyeluruh (keluasan)
2. Mendasar (kedalaman)
3. Spekulatif (perkiraan)
Bidang Kajian Filsafat Ilmu :
Bagian dari filsafat pengetahuan yang membicarakan tentang :
Apa? = ontologis (berbicara tentang apa itu ilmu)
Bagaimana caranya? = epistemologis (cara-cara memperoleh ilmu/metode
ilmiah)
Untuk apa ilmu? = aksiologis
Cabang-Cabang Filsafat :
1. Logika (filsafat tentang benar-salah)
2. Etika (filsafat tentang baik-buruk)
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 11
3. Estetika (filsafat tentang indah-jelek), estetika dalam filsafat imu bersifat
subjektif.
Etika/budaya di Indonesia :
- Tidak boleh memegang kepala
- Cara makan duduk
C. Hakekat Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan
yang berupa pengetahuan. Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan
pengetahuan yang benar. Tiap jalan pikiran mempunyai apa yang disebut sebagai
kriteria kebenaran, dan kriteria kebenaran ini merupakan landasaan bagi proses
penemuan kebenaran, dan tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria
kebenarannya masing-masing.
Ciri-ciri penalaran yaitu :
1. Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika.
Dalam hal ini maka dapat kita katakan bahwa tiap bentuk penalaran
mempunyai logikanya tersendiri atau kegiatan penalaran merupakan suatu
proses berpikir logis. Berpikir logis di sini harus diartikan sebagai
kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu, atau dengan kata lain,
menurut logika tertentu.
2. Sifat analitik dari proses berpikirnya.
Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang menyandarkan diri
kepada suatu analisis, dan kerangka berpikir yang dipergunakan untuk
analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan. Artinya
penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yang mempergunakan
logika ilmiah, dan demikian juga penalaran lainnya yang mempergunakan
logikanya sendiri pula. Sifat analitik ini, kalau kita kaji lebih jauh,
merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir tertentu. Tanpa
adanya pola berpikir tersebut maka tidak akan ada kegiatan analisis, sebab
analisis pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan
langkah-langkah tertentu.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 12
Tidak semua kegiatan berpikir mandasarkan diri kepada penalaran, tidak
semua kegiatan bepikir bersifat logis dan analitis. Dengan demikian maka kita
dapat membedakan secara garis besar ciri-ciri berpikir menurut penalaran dan
berpikir yang bukan berdasarkan penalaran yaitu :
1. “Merasa” merupakan suatu cara penarikan kesimpulan yang tidak
berdasarkan penalaran.
2. Intuisi merupakan suatu kegiatan berpikir yang non-analitik yang tidak
mendasarkan diri kepada suatu pola berpikir tertentu. Pemikiran intuitif ini
memegang peranan yang penting dalam masyarakat yang berpikir non-
analitik, yang kemudian sering bergaul dengan perasaan.
Jadi secara luas dapat kita katakan bahwa cara berpikir masyarakat dapat
dikategorikan pada berpikir analitik yang berupa penalaran dan cara berpikir yang
non-analitik yang berupa intuisi dan perasaan.
D. Logika
Logika adalah suatu penarikan kesimpulan baru yang dianggap sahih
(valid) jika proses penarikan kesimpulan itu dilakukan manurut cara tertentu.
Dua jenis cara penarikan kesimpulan, yakni :
1. Logika induktif
Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari
kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.
2. Logika deduktif
Logika deduktif bertolak dari pernyataan yang bersifat umum menarik
kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif
biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogisme.
Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar yaitu :
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 13
1. Rasio
Kaum rasionalis mengembangkan paham yang kita kenal dengan
rasionalisme
2. Pengalaman.
Mereka yang mendasarkan diri kepada pengalaman mengembangkan paham
yang disebut empirisme.
E. Ontologis Ilmu
Ilmu (sains) itu apa ?
Bidang kajian ilmu :
1. Ilmu pengetahuan alam (IPA/Science) : yang dipelajari semua benda2
alam, semua ditinjau dari 3 aspek (fisik, kimiawi, biologis)
Contoh : - kimia (kimia tidak hanya manusia, tetapi hewan & tumbuhan
juga ada)
2. Ilmu pengetahuan social (social science) : objek material/yang dikaji
khusus manusia saja, ditinjau dari semua aspek kecuali fisik, kimiawi,
biologis
Syarat ilmu :
1. Sesuai dengan logika, pengetahuan
2. Empiris/bisa dibuktikan secara fakta
Karakteristik IPA & IPS :
IPA IPS
Eksak - Non eksak
Keakuratannya tinggi - Keakuratannya rendah
Apa adanya - Tidak apa adanya
Perkembangannya pesat - Jalan ditempat
Menghasilkan teknologi - Pemanfaatan teknologi
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 14
Kebenaran ada 2 :
1. Bersifat mutlak/absolut, kebenaran yg berasal dari wahyu
2. Kebenaran ilmiah bermula dari keraguan. Benar menurut logika, teori &
kenyataan.
Kebenaran ilmiah (kajian ilmu) :
1. Sesuai dengan akal fikiran manusia
2. Sesuai dengan hasil penginderaan manusia (dilihat, didengar, dicium,
dirasakan, dan diraba)
Ciri-ciri ilmu (kebenaran ilmiah) :
1. Obyektif : sesuai objeknya
2. Sistematis : ada suatu keteraturan
3. Metodologis : ada caranya
4. Relatif : tidak mutlak
5. Tentatif : tetap dipertahankan sebelum ada yang membantahnya atau
ditemukannya ilmu yang baru
6. Skeptis : ragu (ilmu bermula dari suatu keraguan)
F. Epistemologis Ilmu
Metode Ilmiah (Scientific Method)
• Timbul permasalahan
• Kajian teoritis
• Hipotesis
• Pengumpulan data
• Pengolahan/analisis data
• Pengujian hipoteis
• Kesimpulan/ generalisasi
Keterbatasan ilmu :
- Terbatas pada daya fikir manusia (hal-hal yang tidak masuk akal, bukan
bidang kajian ilmu)
- Terbatas pada kemampuan penginderaan manusia
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 15
- Hal-hal yang tidak bisa diamati bukan bidang kajian ilmu
Perbedaan Antara Agama dan Ilmu :
Agama Ilmu
Mutlak - Relatif, tentatif
Sepanjang masa - Tidak sepanjang masa
Bermula dari keyakinan - Bermula dari keraguan
Diperdalam melalui ilmu - Memperkuatkeyakinan
agama
Tidak bisa dibantah - Bisa diperdebatkan
G. Aksiologis Ilmu
Ilmu itu untuk apa dan untuk siapa?
Fungsi Ilmu :
Menjelaskan
Memprediksi
Mengendalikan
Sikap Ilmiah :
Rasa ingin tahu
Jujur
Obyektif
Skeptis
Kritis
Peduli lingkungan
Menghargai pendapat orang lain
H. Kriteria Kebenaran
Kebenaran adalah suatu pernyataan tanpa ragu. Untuk menentukan
kepercayaan dari sesuatu yang dianggap benar, Menurut (Mawardi, Imam. 2008)
para filosof bersandar kepada 3 cara untuk menguji kebenaran, yaitu :
1. Teori Korespondensi
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 16
Teori Korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan
yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek
yang dituju oleh pernyataan tersebut (Suriasumantri, 1990:57).
Menurut teori koresponden, ada atau tidaknya keyakinan tidak mempunyai
hubungan langsung terhadap kebenaran atau kekeliruan, oleh karena atau
kekeliruan itu tergantung kepada kondisi yag sudah ditetapkan atau diingkari. Jika
sesuatu pertimbangan sesuai dengan fakta, maka pertimbangan ini benar, jika
tidak, maka pertimbangan itu salah (Jujun, 1990:237).
2. Teori Koherensi
Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu
bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang
dianggap benar (Jujun, 1990:55)., artinya pertimbangan adalah benar jika
pertimbangan itu bersifat konsisten dengan pertimbangan lain yang telah diterima
kebenarannya, yaitu yang koheren menurut logika.
Kelompok idealis, seperti Plato juga filosof-filosof modern seperti Hegel,
Bradley dan Royce memperluas prinsip koherensi sehingga meliputi dunia;
dengan begitu maka tiap-tiap pertimbangan yang benar dan tiap-tiap sistem
kebenaran yang parsial bersifat terus menerus dengan keseluruhan realitas dan
memperolah arti dari keseluruhan tersebut (Titus, 1987:239). Meskipun demikian
perlu lebih dinyatakan dengan referensi kepada konsistensi faktual, yakni
persetujuan antara suatu perkembangan dan suatu situasi lingkungan tertentu.
3. Teori Pragmatisme
Teori Pragmatisme dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-1914) dalam
sebuah makalah yang terbit pada tahun 1878 yangberjudul “How to Make Ideals
Clear”. Teori ini kemudian dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat yang
kebanyakan adalah berkebangsaan Amerika yang menyebabkan filsafat ini sering
dikaitkan dengan filsafat Amerika. Ahli-ahli filasafat ini di antaranya adalah
William James (1842-1910), John Dewey (1859-1952), George Hobart Mead
(1863-1931) dan C.I. Lewis (Jujun, 1990:57).
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 17
Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar ialah
apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-
akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Pegangan pragmatis adalah logika
pengamatan dimana kebenaran itu membawa manfaat bagi hidup praktis dalam
kehidupan manusia.
4. Teori Positivisme
Teori Positivisme dirintis oleh August Comte (1798-1857), yang dianggap
sebagai Bapak ilmu Sosiologi Barat. Positivisme adalah cara pandang dalam
memahami dunia dengan berdasarkan Sains. Positivisme sebagai perkembangan
Empirisme yang ekstrem, adalah pandangan yang menggangap bahwa yang dapat
diselidiki atau dipelajari hanyalah “data-data yang nyata/empirik”, atau yang
mereka namakan positif. Penganut paham Positivisme meyakini bahwa hanya ada
sedikit perbedaan (jika ada) antara ilmu social dan ilmu alam, karena masyarakat
dan kehidupan sosial berjalan berdasarkan aturan-aturan, demikian juga alam.
5. Teori Esensialisme
Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai
kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme
muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan
progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak
pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, serta terbuka untuk perubahan, toleran
dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme berpendapat
bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia beserta
isinya dengan tiada cela pula.
6. Teori Konstruktivisme
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang
dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 18
pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai
pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
7. Teori Religiusisme
Teori Religiusisme memaparkan bahwa manusia bukanlah semata-mata
makhluk jasmaniah, tetapi juga makhluk rohaniah. Oleh karena itu, muncullah
teori religious ini yang kebenarannya secara ontologis dan aksiologis bersumber
dari sabda Tuhan yang disampaikan melalui wahyu. Secara pasti, kita tidak akan
mendapatkan kebenaran mutlak, dan untuk mengukur kebenaran dalam filsafat
sesungguhnya tergantung kepada kita oleh metode-metode untuk memperoleh
pengetahuan itu.
ONTOLOGI PENGETAHUAN
A. Definisi Ontologi
Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti
sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi dapat diartikan
sebagai ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang ada. Hakikat dalam kajian
ontologi adalah keadaan sebenarnya dari sesuatu, bukan keadaan sementara yang
selalu berubah-ubah.
B. Objek Ontologi
Objek telaah ontologi adalah yang ada. Ontologi membahas tentang yang
ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang
yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi
berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan
Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua
bentuknya.
1. Objek Formal
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 19
Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan
kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, tealaahnya akan
menjadi kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme,
idealisme, naturalisme, atau hylomorphisme.
2. Metode dalam Ontologi
Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi,
yaitu : abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik. Abstraksi
fisik menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu objek, sedangkan abstraksi
bentuk mendeskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua sesuatu yang
sejenis. Abstraksi metaphisik mengetengahkan prinsip umum yang menjadi
dasar dari semua realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah
abstraksi metaphisik.Sedangkan metode pembuktian dalam ontologi oleh
Laurens Bagus di bedakan menjadi dua, yaitu : pembuktian a priori dan
pembuktian a posteriori.
C. Metafisika
Ontologi menurut A.R. Lacey, ontologi berarti ‘” a central part of
metaphisics” (bagian sentral dari metafisika) sedangkan metafisika diartikan
sebagai that which comes after physics, … the study of nature in general (studi
umum mengenai alam).
Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas. Metafisika mencoba
menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti :
Apa sebenarnya realitas benda itu?
Apakah sesuai dengan wujud penampakannya atau tidak?
Apakah kedudukan ilmu dalam ruang yang ada ini?
Benarkah ilmu itu ada?
Metafisika merupakan bagian dari ontologi, tetapi pada pembahasan lain,
ontologi merupakan salah satu dimensi saja dari metafisika. Karena itu, metafisika
dan ontologi merupakan dua hal yang saling terkait. Bidang metafisika merupakan
tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafai, termasuk pemikiran ilmiah.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 20
Metafisika berusaha menggagas jawaban tentang apakah alam ini. Terdapat
Beberapa penafsiran yang diberikan manusia mengenai alam ini (Jujun, 2005).
a. Supernaturalisme
Di alam terdapat wujud-wujud gaib (supernatural) dan ujud ini bersifat
lebih tinggi atau lebih berkuasa dibandingkan dengan alam yang nyata.
b. Naturalisme
Paham ini amat bertentangan dengan paham supernaturalisme. Paham
naturalisme menganggap bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh
hal-hal yang bersifat gaib, melainkan karena kekuatan yang terdapat dalam
itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dapat diketahui.
D. Asumsi
Ilmu mengemukakan bebearapa asumsi mengenai objek empiris.
Ilmu menganggap bahwa objek-objek empiris yang menjadi bidang
penelaahannya mempunyai sifat keragaman, memperlihatkan sifat berulang dan
semuanya jalin-menjalin secara teratur. Ilmu mempunyai tiga asumsi mengenai
objek empiris, yaitu :
1. Asumsi pertama menganggap objek-objek tertentu mempunyai keserupaan
satu sama lain, umpamanya dalamhal bentuk, struktur, sifat dan
sebagainya.
2. Asumsi yang kedua adalah anggapan bahwa suatu benda tidak mengalami
perubahan dalam jangka waktu tertentu.
3. Asumsi ketiga yaitu Determinasi, asumsi yang menganggap tiap gejala
bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan.
E. Peluang
Salah satu referensi dalam mencari kebenaran, manusia berpaling kepada
ilmu. Hal ini dikarenakan ciri-ciri ilmu tersebut yang dalam proses
pembentukannya sangat ketat dengan alatnya berupa metode ilmiah. Hanya saja
terkadang kepercayaan manusia akan sesuatu itu terlalu tinggi sehingga seolah-
olah apa yang telah dinyatakan oleh ilmu akan bersih dari kekeliruan atau
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 21
kesalahan. Satu hal yang perlu disadari bahwa “… ilmu tidak pernah ingin dan
tidak pernah berpotensi untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat mutlak”
(Jujun : 79).
Hal ini menyadarkan kita bahwa suatu ilmu menawarkan kepada kita suatu
jawaban yang berupa peluang. Yang didalamnya selain terdapat kemungkinan
bernilai benar juga mengandung kemungkinan yang bernilai salah. Nilai
kebenarannya pun tergantung dari persentase kebenaran yang dikandung ilmu
tersebut. Sehingga ini akan menuntun kita kepada seberapa besar kepercayaan kita
akan kita tumpukkan pada jawaban yang diberikan oleh ilmu tersebut.
F. Aliran-Aliran Ontologi
Dalam pemahaman ontologi dapat dikemukakan pandangan pokok sebagai
berikut :
1. Monoisme
Monisme adalah aliran yang memberikan gagasan metafisis bahwa kosmos
terbuat dari satu jenis Zat. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal,
baik yang asal berupa materi ataupun berupa rohani. Paham ini kemudian terbagi
ke dalam dua aliran :
a. Materialisme
Menurut aliran ini, yang sesungguhnya ada adalah keberadaan yang
bersifat material atau bergantung terhadap materi.
b. Idealisme
Sebagai lawan materialisme adalah aliran idealisme. Aliran ini
beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua
berasal dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak
berbentuk dan menempati ruang.
2. Dualisme
Dualisme merupakan aliran filsafat yang mencoba memadukan antara dua
faham yang saling bertentangan yaitu materialisme dan idealisme. Dualisme
mengatakan bahwa materi dan ruh sama-sama hakikat. Tokoh paham ini adalah
Descartes (1596-1650 M) yang dianggap sebagai bapak filsafat modern. la
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 22
menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran (ruhani) dan dunia
ruang (kebendaan).
3. Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap
macam bentuk itu semuanya nyata.
4. Nihilisme
Nihilisme berasal dari Bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada.
Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev. Doktrin tentang nihilisme,
yaitu pada pandangan Gorgias (483-360 SM) yang memberikan tiga proposisi
tentang realitas yaitu tidak ada sesuatu pun yang eksis, bila sesuatu itu ada maka
isinya tidak dapat diketahui, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui maka isinya
tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain.
5. Agnostisisme
Agnostisisme adalah aliran yang mengatakan bahwa manusia tidak mungkin
mengetahui hakikat sesuatu di balik kenyataan ini. Baik hakikat materi maupun
hakikat ruhani. Aliran ini dengan tegas selalu menyangkal adanya suatu kenyataan
mutlak yang bersifat trancendent.
G. Karakteristik (Ontologi) Ilmu Pengetahuan
Karakteristik (ontologi) ilmu pengetahuan, yaitu :
1. Ilmu berasal dari riset (penelitian)
2. Tidak ada konsep wahyu
3. Adanya konsep pengetahuan empiris
4. Pengetahuan rasional, bukan keyakinan
5. Pengetahuan objektif
6. Pengetahuan sistematik
7. Pengetahuan metodologis
8. Pengetahuan observatif
9. Menghargai asas verifikasi (pembuktian)
10. Menghargai asas eksplanatif (penjelasan)
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 23
11. Menghargai asas keterbukaan dan dapat diulang kembali
12. Menghargai asas skeptikisme yang radikal
13. Melakukan pembuktian bentuk kausalitas
14. Mengakui pengetahuan dan konsep yang relatif (bukan absolut)
15. Mengakui adanya logika-logika ilmiah
16. Memiliki berbagai hipotesis dan teori-teori ilmiah
17. Memiliki konsep tentang hokum-hukum alam yang telah dibuktikan
18. Pengetahuan bersifat netral atau tidak memihak
19. Menghargai berbagai metode eksperimen
20. Melakukan terapan ilmu menjadi teknologi
H. Perbandingan Ontologi Sains Dan Ontologi Filsafat
Perbedaan ontologi berdasarkan sains dan filsafat, yaitu :
1. Sains merupakan ilmu yang bersifat rasional – empiris yakni teori yang
dibuat sesuai logika dan kenyataan, sedangkan filsafat adalah ilmu yang
hanya logis tapi tidak empiris, karena hanya berdasar pada pemikiran semata.
2. Karena sains adalah ilmu yang rasional empiris, maka struktur sains dibagi
berdasarkan obyeknya, menjadi sains kealaman dan sains sosial. Sedangkan
filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu secara mendalam hanya
dengan menggunakan fikiran. Struktur filsafat dibagi menjadi : ontologi
(membicarakan hakikat), epistemologi (cara memperoleh pengetahuan), dan
aksiologi (membicarakan guna pengetahuan itu).
EPISTEMOLOGI PENGETAHUAN
A. Pengertian Epistemologi
Secara historis, istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh J.F.
Ferrier, untuk membedakan dua cabang filsafat, epistemologi dan ontologi.
Sebagai sub sistem filsafat, epistemologi ternyata menyimpan “misteri”
pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami. Pengertian epistemologi
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 24
ini cukup menjadi perhatian para ahli, tetapi mereka memiliki sudut pandang yang
berbeda ketika mengungkapkannya, sehingga didapatkan pengertian yang
berbeda-beda, buka saja pada redaksinya, melainkan juga pada substansi
persoalannya.
Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam upaya memahami pengertian
suatu konsep, meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan.
Lazimnya, pembahasan konsep apa pun, selalu diawali dengan memperkenalkan
pengertian (definisi) secara teknis, guna mengungkap substansi persoalan yang
terkandung dalam konsep tersebut. Hal ini berfungsi mempermudah dan
memperjelas pembahasan konsep selanjutnya. Misalnya, seseorang tidak akan
mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum
bisa memahami substansi belajar itu sendiri. Setelah memahami substansi belajar
tersebut, dia baru bisa menjelaskan proses belajar, gaya belajar, teori belajar,
prinsip-prinsip belajar, hambatan-hambatan belajar, cara mengetasi hambatan
belajar dan sebagainya. Jadi, pemahaman terhadap substansi suatu konsep
merupakan “jalan pembuka” bagi pembahasan-pembahasan selanjutnya yang
sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi
(pengertian).
Demikian pula, pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian
pemahaman terhadap substansinya, sehingga memperlancar pembahasan seluk-
beluk yang terkait dengan epistemologi itu. Ada beberapa pengertian epistemologi
yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa
sebenarnya epistemologi itu.
Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Secara
etimologi, istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti
pengetahuan, dan logos berarti teori. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai
cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan
sahnya (validitasnya) pengetahuan.
Dalam Epistemologi, pertanyaan pokoknya adalah “apa yang dapat saya
ketahui”? Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah: 1.Bagaimanakah
manusia dapat mengetahui sesuatu?; 2). Dari mana pengetahuan itu dapat
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 25
diperoleh?; 3). Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra
pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman)
(Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2003, hal.32).
Pengertian lain, menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan
mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan: apakah sumber-sumber
pengetahuan ? apakah hakikat, jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan?
Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia
(William S.Sahakian dan Mabel Lewis Sahakian, 1965, dalam Jujun
S.Suriasumantri, 2005).
Menurut Musa Asy’arie, epistemologi adalah cabang filsafat yang
membicarakan mengenai hakikat ilmu, dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang
sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada
suatu obyek kajian ilmu. Sedangkan, P.Hardono Hadi menyatakan, bahwa
epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan
kodrat dan skope pengetahuan, pengandaian-pengendaian dan dasarnya, serta
pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Sedangkan D.W Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat
yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, dasar dan pengendaian-
pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai
penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.
Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama. Sedangkan hal
yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung
persoalan kodrat pengetahuan, sedangkan pengertian kedua tentang hakikat
pengetahuan. Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan. Kodrat
berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan, sedang hakikat pengetahuan
berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan, sehingga menghasilkan pengertian yang
sebenarnya. Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran
yang saling berlawanan, yaitu realisme dan idealisme.
Selanjutnya, pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua
pengertian tersebut, diungkapkan oleh Dagobert D.Runes. Dia menyatakan,
bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber, struktur,
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 26
metode-metode dan validitas pengetahuan. Sementara itu, Azyumardi Azra
menambahkan, bahwa epistemologi sebagai “ilmu yang membahas tentang
keasliam, pengertian, struktur, metode dan validitas ilmu pengetahuan”. Kendati
ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut, tetapi kedua pengertian ini
sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut, tetapi kedua pengertian ini telah
menyajikan pemaparan yang relatif lebih mudah dipahami.
B. Ruang Lingkup Epistemologi
Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut, kiranya kita perlu
merinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya.
Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang
ruang lingkup epistemologi sekaligus, karena definisi-definisi itu tampaknya
didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi
daripada aspek-aspek lainnya, seperti proses maupun tujuan. Akan tetapi, ada
baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan
ruang lingkup epistemologi, sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu
pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang
lingkup pemabahasan epistemologi.
Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek, yaitu hakikat, unsur, macam,
tumpuan, batas, dan sasaran pengetahuan. Sedangkan, A.M Saefuddin
menyebutkan, bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab,
apakah ilmu itu, dari mana asalnya, apa sumbernya, apa hakikatnya, bagaimana
membangun ilmu yang tepat dan benar, apa kebenaran itu, mungkinkah kita
mencapai ilmu yang benar, apa yang dapat kita ketahui, dan sampai dimanakah
batasannya. Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok;
masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu.
Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat, tetapi
cakupannya luas sekali. Jika kita memadukan rincian aspek-aspek epistemologi,
sebagaimana diuraikan tersebut, maka teori pengetahuan itu bisa meliputi,