Skenario 3Blok 14Kelompok A
RESUME BLOK 14SKENARIO 3PEMARAH
Oleh :Kelompok A
1. Robiatul Adawiyah0610101010182. Ratih Justitia
K0720101010013. Pt. Ngurah Arya0720101010064. Anindita
P0720101010075. Rizaldo Bagoes D0720101010156. Imas Resa
P0720101010197. Puspa Ningrum0720101010268. Widya
Waskito0720101010279. Bambang Eko S07201010103410. Dyah
Febriyanti07201010103811. Laurencia07201010104312. Rika Ainun
Tikha07201010104813. Siti Riska Romla07201010105314. Fariza
Fadhillah072010101060
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS JEMBER2009SKENARIO 3:PEMARAH
Seorang laki-laki usia 20 tahun dibawa bapaknya untuk kontrol ke
dokter spesialis karena obat sudah habis. Keluhan beberapa bulan
sebelumnya muncul kembali seperti marah-marah tanpa sebab dan
bicara sendiri. Ketika pasien ditanya, dia masih merasa mendengar
suara-suara yang memanggil, mengomentari, mengolok-olok sehingga
menjadi serba salah dan aktivitas sehari-harinya menjadi terganggu.
Sholat dapat berulang-ulang, belajar tidak bias konsentrasi. Saat
pasien ditanya, sesekali jawaban tidak nyambung. Sambil menunjukkan
literatur dari internet, tiba-tiba bapak pasien meminta dokter
tersebut segera mengoperasi anaknya dengan teknik kapsulotomi agar
segera sembuh karena sudah bosan dengan pengobatan yang lama dan
terus-menerus.
PEMARAHPermasalahan
Dis. Due to drugs:Intoksikasi akutSyn.
Keter-gantunganAmnestikSubtance-related
dis.Unipolar:DepresiManiaEndogenousReactiveBipolar:Bipolar IBipolar
IICyclothymicGang. Mental Organik:DeliriumDemensiaFarmakologi:Anti
PsikotikAnti DepresanAnti ManiaSchyzotipal dis.Delusional
dis.SchyzophreniaGangguan psikotropikaMood disorderPsychotic
disorderSchyzoaffective dis.Schyzophreni-form dis.Gang. Psikotik
AkutPERMASALAHAN
1. Schizophrenia 12. Delusional disorder 323. Schizotipal
disorder 344. Gangguan Psikotik akut 385. Schizophreniform disorder
406. Schizoaffective disorder 427. Mood disorder 45a. Unipolar
disorder 45i. Depressive 451) Major Depressive Disorder 452)
Dysthymic Disorder 463) Single Episode 474) Recurrent 49ii. Mania
51iii. Endogenous 56iv. Reactive 56b. Bipolar disorder 56i. Bipolar
I disorder 59ii. Bipolar II disorder 62iii. Cyclothymic 638.
Gangguan Psikotropika 65a. Disorder due to drugs 65b. Substance
related disorder 68i. Alcohol 68ii. Cocain 70iii. Opioid 73iv.
Nicotine 75v. Cannabis 76vi. Sedative, Hypnotic, or Anxiolityc
77vii. Phencyclidine 79viii. Amphetamine 80ix. Hallucinogen 829.
Gangguan Mental Organik 84a. Demensia 85b. Delirium 9310.
Farmakologi 98a. Anti psikotik 98b. Anti depressan 106c. Anti mania
10811. PR 110a. Baby Blues Sindrom 110b. Tangensial 11212.
EPILEPSI.143
Skenario 3Blok 14Kelompok A SCHIZOPHRENIA
DefinisiSkizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizeinyang
berarti terpisahatau pecah, dan phren yang artinya jiwa. Pada
skizofrenia terjadi pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi,
kognitif dan perilaku. Secara umum, simptom skizofrenia dapat
dibagi menjadi tiga golongan: yaitu simptom positif, simptom
negative, dan gangguan dalam hubungan interpersonal.Skizofrenia
merupakan suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak belum
diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau
deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung
pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.Pada
umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi , serta oleh afek yang
tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang
jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya
tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat
berkembang kemudian.
EpidemiologiSekitar satu persen penduduk dunia akan mengidap
skizofrenia pada suatu waktu dalam hidupnya. Di Indonesia
diperkirakan satu sampai dua persen penduduk atau sekitar dua
sampai empat juta jiwa akan terkena penyakit ini. Bahkan sekitar
sepertiga dari sekitar satu sampai dua juta yang terjangkit
penyakit skizofrenia ini atau sekitar 700 ribu hingga 1,4 juta jiwa
kini sedang mengidap skizofrenia. Perkiraan angka ini disampaikan
Dr LS Chandra, SpKJ dari Sanatorium Dharmawangsa Jakarta
Selatan.Tiga per empat dari jumlah pasien skizofrenia umumnya
dimulai pada usia 16 sampai 25 tahun pada laki-laki. Pada kaum
perempuan, skizofrenia biasanya mulai diidap pada usia 25 hingga 30
tahun. Penyakit yang satu ini cenderung menyebar di antara anggota
keluarga sedarah.
Etiologi1. Diatesis-stresMerupakan integrasi faktor biologis,
faktor psikososial, faktor lingkungan. Model ini mendalilkan bahwa
seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diatessis)
yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan
stress, memungkinkan perkembangan skizofrenia.Komponen lingkungan
mungkin biologikal (seperti infeksi) atau psikologis (missal
kematian orang terdekat). Sedangkan dasar biologikal dari diatesis
selanjutnya dapat terbentuk oleh pengaruh epigenetik seperti
penyalahgunaan obat, stress psikososial , dan trauma. Kerentanan
yang dimaksud disini haruslah jelas, sehingga dapat menerangkan
mengapa orang tersebut dapat menjadi skizofren. Semakin besar
kerentanan seseorang maka stressor kecilpun dapat menyebabkan
menjadi skizofren. Semakin kecil kerentanan maka butuh stressor
yang besar untuk membuatnya menjadi penderita skizofren. Sehingga
secara teoritis seseorang tanpa diathese tidak akan berkembang
menjadi skizofren, walau sebesar apapun stressornya. 2. Faktor
NeurobiologiPenelitian menunjukkan bahwa pada pasien skizofrenia
ditemukan adanya kerusakan pada bagian otak tertentu. Namun sampai
kini belum diketahui bagaimana hubungan antara kerusakan pada
bagian otak tertentu ddengan munculnya simptom skizofrenia.Terdapat
beberapa area tertentu dalam otak yang berperan dalam membuat
seseorang menjadi patologis, yaitu sitem limbik, korteks frontal,
cerebellum dan ganglia basalis. Keempat area tersebut saling
berhubungan, sehingga disfungsi pada satu area mungkin melibatkan
proses patologis primer pada area yang lain. Dua hal yang menjadi
sasaran penelitian adalah waktu dimana kerusakan neuropatologis
muncul pada otak, dan interaksi antara kerusakan tersebut dengan
stressor lingkungan dan sosial.
Hipotesa DopaminMenurut hipotesa ini, skizofrenia terjadi akibat
dari peningkatan aktivitas neurotransmitter dopaminergik.
Peningkatan ini mungkin merupakan akibat dari meningkatnya
pelepasan dopamine, terlalu banyaknya reseptor dopamine, turunnya
nilai ambang, atau hipersentivitas reseptor dopamine, atau
kombinasi dari faktor-faktor tersebut. Munculnya hipotesa ini
berdasarkan observasi bahwa :a. Ada korelasi antara efektivitas dan
potensi suatu obat antipsikotik dengan kemampuannya bertindak
sebagai antagonis reseptor dopamine D2.b. Obat yang meningkatkan
aktivitas dopaminergik- seperti amphetamine-dapat menimbulkan
gejala psikotik pada siapapun.3. Faktor GenetikaPenelitian tentang
genetik telah membuktikan faktor genetik/keturunan merupakan salah
satu penyumbang bagi jatuhnya seseorang menjadi skizofren. Resiko
seseorang menderita skizofren akan menjadi lebih tinggi jika
terdapat anggota keluarga lainnya yang juga menderita skizofren,
apalagi jika hubungan keluarga dekat. Penelitian terhadap anak
kembar menunjukkan keberadaan pengaruh genetik melebihi pengaruh
lingkungan pada munculnya skizofrenia, dan kembar satu telur
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami skizofrenia.4.
Faktor Psikososial4.1 Teori Tentang Individu Pasiena. Teori
PsikoanalitikFreud beranggapan bahwa skizofrenia adalah hasil dari
fiksasi perkembangan, yang muncul lebih awal daripada gangguan
neurosis. Jika neurosis merupakan konflik antara id dan ego, maka
psikosis merupakan konflik antara ego dan dunia luar. Menurut
Freud, kerusakan ego (ego defect) memberikan kontribusi terhadap
munculnya simptom skizofrenia. Disintegrasi ego yang terjadi pada
pasien skizofrenia merepresentasikan waktu dimana ego belum atau
masih baru terbentuk.Konflik intrapsikis yang berasal dari fiksasi
pada masa awal serta kerusakan ego-yang mungkin merupakan hasil
dari relasi obyek yang buruk-turut memperparah symptom skizofrenia.
Hal utama dari teori Freud tentang skizofrenia adalah dekateksis
obyek dan regresi sebagai respon terhadap frustasi dan konflik
dengan orang lain.Harry Stack Sullivan mengatakan bahwa gangguan
skizofrenia disebabkan oleh kesulitan interpersonal yangyang
etrjadi sebelumnya, terutama yang berhubungan dengan apa yang
disebutnya pengasuhan ibu yang salah, yaitu cemas berlebihan.Secara
umum, dalam pandangan psikoanalitik tentang skizofrenia, kerusakan
ego mempengaruhi interprestasi terhadap realitas dan kontrol
terhadap dorongan dari dalam, seperti seks dan agresi. Gangguan
tersebut terjadi akibat distorsi dalam hubungan timbal balik ibu
dan anak.Berbagai simptom dalam skizofrenia memiliki makna simbolis
bagi masing-masing pasien. Misalnya fantasi tentang hari kiamat
mungkin mengindikasikan persepsi individu bahwa dunia dalamnya
telah hancur. Halusinasi mungkin merupakan substitusi dari
ketidakmampuan pasien untuk menghadapi realitas yang obyektif dan
mungkin juga merepresentasikan ketakutan atau harapan terdalam yang
dimilikinya.b. Teori PsikodinamikBerbeda dengan model yang kompleks
dari Freud, pandangan psikodinamik setelahnya lebih mementingkan
hipersensitivitas terhadap berbagai stimulus. Hambatan dalam
membatasi stimulus menyebabkan kesulitan dalam setiap fase
perkembangan selama masa kanak-kanak dan mengakibatkan stress dalam
hubungan interpersonal.Menurut pendekatan psikodinamik, simptom
positif diasosiasikan dengan onset akut sebagai respon terhadap
faktor pemicu/pencetus, dan erat kaitannya dengan adanya konflik.
Simptom negatif berkaitan erat dengan faktor biologis, dan
karakteristiknya adalah absennya perilaku/fungsi tertentu.
Sedangkan gangguan dalam hubungan interpersonal mungkin timbul
akibat konflik intrapsikis, namun mungkin juga berhubungan dengan
kerusakan ego yang mendasar.Tanpa memandang model teoritisnya,
semua pendekatan psikodinamik dibangun berdasarkan pemikiran bahwa
symptom-simptom psikotik memiliki makna dalam skizofrenia. Misalnya
waham kebesaran pada pasien mungkin timbul setelah harga dirinya
terluka. Selain itu, menurut pendekatan ini, hubungan dengan
manusia dianggap merupakan hal yang menakutkan bagi pengidap
skizofrenia.c. Teori BelajarMenurut teori ini, orang menjadi
skizofrenia karena pada masa kanak-kanak ia belajar pada model yang
buruk. Ia mempelajari reaksi dan cara pikir yang tidak rasional
dengan meniru dari orangtuanya, yang sebenarnya juga memiliki
masalah emosional.4.2 Teori Tentang KeluargaBeberapa pasien
skizofrenia-sebagaimana orang yang mengalami nonpsikiatrik-berasal
dari keluarga dengan disfungsi, yaitu perilaku keluarga yang
patologis, yang secara signifikan meningkatkan stress emosional
yang harus dihadapi oleh pasien skizofrenia. Antara lain:Double
BindKonsep yang dikembangkan oleh Gregory Bateson untuk menjelaskan
keadaan keluarga dimana anak menerima pesan yang bertolak belakang
dari orangtua berkaitn dengan perilaku, sikap maupun perasaannya.
Akibatnya anak menjadi bingung menentukan mana pesan yang benar,
sehingga kemudian ia menarik diri kedalam keadaan psikotik untuk
melarikan diri dari rasa konflik itu.Schims and Skewed
FamiliesMenurut Theodore Lidz, pada pola pertama, dimana terdapat
perpecahan yang jelas antara orangtua, salah satu orang tua akan
menjadi sangat dekat dengan anak yang berbeda jenis kelaminnya.
Sedangkan pada pola keluarga skewed, terjadi hubungan yang tidak
seimbang antara anak dengan salah satu orangtua yang melibatkan
perebutan kekuasaan antara kedua orangtua, dan menghasilkan
dominasi dari salah satu orang tua.Pseudomutual and Pseudohostile
FamiliesDijelaskan oleh Lyman Wynne, beberapa keluarga men-suppress
ekspresi emosi dengan menggunakan komunikasi verbal yang
pseudomutual atau pseudohostile secara konsisten. Pada keluarga
tersebut terdapat pola komunikasi yang unik, yang mungkin tidak
sesuai dan menimbulkan masalah jika anak berhubungan dengan orang
lain di luar rumah.Ekspresi EmosiOrang tua atau pengasuh mungkin
memperlihatkan sikap kritis, kejam dan sangat ingin ikut campur
urusan pasien skizofrenia. Banyak penelitian menunjukkan keluarga
dengan ekspresi emosi yang tinggi (dalam hal apa yang dikatakan
maupun maksud perkataan) meningkatkan tingkat relapse pada pasien
skizofrenia.4.3 Teori SosialBeberapa teori menyebutkan bahwa
industrialisasi dan urbanisasi banyak berpengaruh dalam menyebabkan
skizofrenia. Meskipun ada data pendukung, namun penekanan saat ini
adalah dalam mengetahui pengaruhnya terhadap waktu timbulnya onset
dan keparahan penyakit.
Gejala KlinisGejala-gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi dua
kelompok menurut Bleuler, yaitu primer dan sekunder.Gejala-gejala
primer :1. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, isi
pikiran).Pada skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses
pikiran. Yang terganggu terutama ialah asosiasi. Kadang-kadang satu
ide belum selesai diutarakan, sudah timbul ide lain. Atau terdapat
pemindahan maksud, umpamanya maksudnya tani tetapi dikatakan
sawah.Tidak jarang juga digunakan arti simbolik, seperti dikatakan
merah bila dimaksudkan berani. Atau terdapat clang association oleh
karena pikiran sering tidak mempunyai tujuan tertentu, umpamanya
piring-miring, atau dulu waktu hari, jah memang matahari, lalu saya
lari. Semua ini menyebabkan jalan pikiran pada skizofrenia sukar
atau tidak dapat diikuti dan dimengerti. Hal ini dinamakan
inkoherensi. Jalan pikiran mudah dibelokkan dan hal ini menambah
inkoherensinya.Seorang dengan skizofrenia juga kecenderungan untuk
menyamakan hal-hal, umpamanya seorang perawat dimarahi dan
dipukuli, kemudian seorang lain yang ada disampingnya juga dimarahi
dan dipukuli.Kadang-kadang pikiran seakan berhenti, tidak timbul
ide lagi. Keadaan ini dinamakan blocking, biasanya berlangsung
beberapa detik saja, tetapi kadang-kadang sampai beberapa hari.Ada
penderita yang mengatakan bahwa seperti ada sesuatu yang lain
didalamnya yang berpikir, timbul ide-ide yang tidak dikehendaki:
tekanan pikiran atau pressure of thoughts. Bila suatu ide
berulang-ulang timbul dan diutarakan olehnya dinamakan preseverasi
atau stereotipi pikiran.Pikiran melayang (flight of ideas) lebih
sering inkoherensi. Pada inkoherensi sering tidak ada hubungan
antara emosi dan pikiran, pada pikiran melayang selalu ada efori.
Pada inkoherensi biasanya jalan pikiran tidak dapat diikuti sama
sekali, pada pikiran melayang ide timbul sangat cepat, tetapi masih
dapat diikuti, masih bertujuan.2. Gangguan afek dan emosiGangguan
ini pada skizofrenia mungkin berupa : Kedangkalan afek dan emosi
(emotional blunting), misalnya penderita menjadi acuh tak acuh
terhadap hal-hal penting untuk dirinya sendiri seperti keadaan
keluarganya dan masa depannya. Perasaan halus sudah hilang.
Parathimi : apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan
gembira, pada penderita timbul rasa sedih atau marah. Paramimi :
penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi ia menangis.
Parathimi dan paramimi bersama-sama dalam bahasa Inggris dinamakan
incongruity of affect dalam bahasa Belanda hal ini dinamakan
inadequat. Kadang-kadang emosi dan afek serta ekspresinya tidak
mempunyai kesatuan, umpamanya sesudah membunuh anaknya penderita
menangis berhari-hari, tetapi mulutnya tertawa. Semua ini merupakan
gangguan afek dan emosi yang khas untuk skizofrenia. Gangguan afek
dan emosi lain adalah : Emosi yang berlebihan, sehingga kelihatan
seperti dibuat-buat, seperti penderita yang sedang bermain
sandiwara. Yang penting juga pada skizofrenia adalah hilangnya
kemampuan untuk melakukan hubungan emosi yang baik (emotional
rapport). Karena itu sering kita tidak dapat merasakan perasaan
penderita. Karena terpecah belahnya kepribadian, maka dua hal yang
berlawanan mungkin terdapat bersama-sama, umpamanya mencintai dan
membenci satu orang yang sama ; atau menangis dan tertawa tentang
satu hal yang sama. Ini dinamakan ambivalensi pada afek.3. Gangguan
kemauanBanyak penderita dengan skizofrenia mempunyai kelemahan
kemauan. Mereka tidak dapat mengambil keputusan., tidak dapat
bertindak dalam suatu keadaan. Mereka selalu memberikan alasan,
meskipun alasan itu tidak jelas atau tepat, umpamanya bila ditanyai
mengapa tidak maju dengan pekerjaan atau mengapa tiduran terus.
Atau mereka menganggap hal itu biasa saja dan tidak perlu
diterangkan.Kadang-kadang penderita melamun berhari-hari lamanya
bahkan berbulan-bulan. Perilaku demikian erat hubungannya dengan
otisme dan stupor katatonik. Negativisme : sikap atau perbuatan
yang negative atau berlawanan terhadap suatu permintaan.
Ambivalensi kemauan : menghendaki dua hal yang berlawanan pada
waktu yang sama, umpamanya mau makan dan tidak mau makan; atau
tangan diulurkan untuk berjabat tangan, tetapi belum sampai
tangannya sudah ditarik kembali; hendak masuk kedalam ruangan,
tetapi sewaktu melewati pintu ia mundur, maju mundur. Jadi sebelum
suatu perbuatan selesai sudah timbul dorongan yang berlawanan.
Otomatisme : penderita merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang
lain atau tenaga dari luar, sehingga ia melakukan sesuatu secara
otomatis.
4.Gejala psikomotorJuga dinamakan gejala-gejala katatonik atau
gangguan perbuatan. Kelompok gejala ini oleh Bleuler dimasukkan
dalam kelompok gejala skizofrenia yang sekunder sebab didapati juga
pada penyakit lain.Sebetulnya gejala katatonik sering mencerminkan
gangguan kemauan. Bila gangguan hanya ringan saja, maka dapat
dilihat gerakan-gerakan yang kurang luwes atau yang agak kaku.
Penderita dalam keadaan stupor tidak menunjukkan pergerakan sama
sekali. Stupor ini dapat berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan
dan kadang-kadang bertahun-tahun lamanya pada skizofrenia yang
menahun. Mungkin penderita mutistik. Mutisme dapat disebabkan oleh
waham, ada sesuatu yang melarang ia bicara. Mungkin juga oleh
karena sikapnya yang negativistik atau karena hubungan penderita
dengan dunia luar sudah hilang sama sekali hingga ia tidak ingin
mengatakan apa-apa lagi.Sebaliknya tidak jarang penderita dalam
keadaan katatonik menunjukkan hiperkinesa, ia terus bergerak saja,
maka keadaan ini dinamakan logorea. Kadang-kadang penderita
menggunakan atau membuat kata-kata yang baru:
neologisme.Berulang-ulang melakukan suatu gerakan atau sikap
disebut stereotipi; umpamanya menarik-narik rambutnya, atau tiap
kali mau menyuap nasi mengetok piring dulu beberapa kali. Keadaan
ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa tahun.
Stereotipi pembicaraan dinamakan verbigerasi, kata atau kalimat
diulang-ulangi. Mannerisme adalah stereotipi yang tertentu pada
skizofrenia, yang dapat dilihat dalam bentuk grimas pada mukanya
atau keanehan berjalan dan gaya.Gejala katalepsi ialah bila suatu
posisi badan dipertahankan untuk waktu yang lama. Fleksibilitas
cerea: bila anggota badan dibengkokkan terasa suatu tahanan seperti
pada lilin.Negativisme : menentang atau justru melakukan yang
berlawanan dengan apa yang disuruh. Otomatisme komando (command
automatism) sebetulnya merupakan lawan dari negativisme : semua
perintah dituruti secara otomatis, bagaimana ganjilpun.Termasuk
dalam gangguan ini adalah echolalia (penderita meniru kata-kata
yang diucapkan orang lain) dan ekophraksia (penderita meniru
perbuatan atau pergerakan orang lain).
Gejala-gejala sekunder :1. WahamPada skizofrenia, waham sering
tidak logis sama sekali dan sangat bizarre. Tetapi penderita tidak
menginsafi hal ini dan untuk dia wahamnya adalah fakta dan tidak
dapat diubah oleh siapapun. Sebaliknya ia tidak mengubah sikapnya
yang bertentangan, umpamanya penderita berwaham bahwa ia raja,
tetapi ia bermain-main dengan air ludahnya dan mau disuruh
melakukan pekerjaan kasar. Mayer gross membagi waham dalam dua
kelompok yaitu waham primer dan waham sekunder, waham sistematis
atau tafsiran yang bersifat waham (delutional
interpretations).Waham primer timbul secara tidak logis sama
sekali, tanpa penyebab apa-apa dari luar. Menurur Mayer-Gross hal
ini hampir patognomonis buat skizofrenia. Umpamanya istrinya sedang
berbuat serong sebab ia melihat seekor cicak berjalan dan berhenti
dua kali, atau seorang penderita berkata dunia akan kiamat sebab ia
melihat seekor anjing mengangkat kaki terhadap sebatang pohin untuk
kencing.Waham sekunder biasanya logis kedengarannya dapat diikuti
dan merupakan cara bagi penderita untuk menerangkan gejala-gejala
skizofrenia lain. Waham dinamakan menurut isinya :waham kebesaran
atau ekspansif, waham nihilistik, waham kejaran, waham sindiran,
waham dosa, dan sebagainya.2. HalusinasiPada skizofrenia,
halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini merupakan
gejala yang hampir tidak dijumpai dalam keadaan lain. Paling sering
pada keadaan sskizofrenia ialah halusinasi (oditif atau akustik)
dalam bentuk suara manusia, bunyi barang-barang atau siulan.
Kadang-kadang terdapat halusinasi penciuman (olfaktorik),
halusinasi citrarasa (gustatorik) atau halusinasi singgungan
(taktil). Umpamanya penderita mencium kembang kemanapun ia pergi,
atau ada orang yang menyinarinya dengan alat rahasia atau ia
merqasa ada racun dalammakanannya Halusinasi penglihatan agak
jarang pada skizofrenia lebih sering pada psikosa akut yang
berhubungan dengan sindroma otak organik bila terdapat maka
biasanya pada stadium permulaan misalnya penderita melihat cahaya
yang berwarna atau muka orang yang menakutkan.Diatas telah
dibicarakan gejala-gejala. Sekali lagi, kesadaran dan intelegensi
tidak menurun pada skizofrenia. Penderita sering dapat menceritakan
dengan jelas pengalamannya dan perasaannya. Kadang-kadang didapati
depersonalisasi atau double personality, misalnya penderita
mengidentifikasikan dirinya dengan sebuah meja dan menganggap
dirinya sudah tidak adalagi. Atau pada double personality
seakan-akan terdapat kekuatan lain yang bertindak sendiri
didalamnya atau yang menguasai dan menyuruh penderita melakukan
sesuatu.Pada skizofrenia sering dilihat otisme : penderita
kehilangan hubungan dengan dunia luar ia seakan-akan hidup dengan
dunianya sendiri tidak menghiraukan apa yang terjadi di
sekitarnya.Oleh Bleuler depersonalisasi, double personality dan
otisme digolongkan sebagai gejala primer. Tetapi ada yang
mengatakan bahwa otisme terjadi karena sangat terganggunya afek dan
kemauan.Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menilai simptom dan
gejala klinis skizofrenia adalah:1) Tidak ada symptom atau gejala
klinis yang patognomonik untu skizofrenia. Artinya tidak ada
simptom yang khas atau hanya terdapat pada skizofrenia. Tiap
simptom skizofrenia mungkin ditemukan pada gangguan psikiatrik atau
gangguan syaraf lainnya. Karena itu diagnosis skizofrenia tidak
dapat ditegakkan dari pemeriksaan status mental saat ini. Riwayat
penyakit pasien merupakan hal yang esensial untuk menegakkan
diagnosis skizofrenia.2) Simptom dan gejala klinis pasien
skizofrenia dapat berubah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu
pasien skizofrenia dapat berubah diagnosis subtipenya dari
perawatan sebelumnya (yang lalu). Bahkan dalam satu kali
perawatanpun diagnosis subtipe mungkin berubah.3) Harus
diperhatikan taraf pendidikan, kemampuan intelektual dan latar
belakang sosial budaya pasien. Sebab perilaku atau pola pikir
masyarakat dari sosial budaya tertentu mungkin dipandang sebagai
suatu hal yang aneh bagi budaya lain. Contohnya memakai koteka di
Papua merupakan hal yang biasa namun akan dipandang aneh jika
dilakukan di Jakarta. Selain itu hal yang tampaknya merupakan
gangguan realitas mungkin akibat keterbatasan intelektual dan
pendidikan pasien.
Diagnosis1) Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang
amat jelas dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala
itu kurang jelas :a. Thought echo : isi pikiran dirinya sendiri
yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi
pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kulitasnya berbeda;
atauThought insertion or withdrawal: isi pikiran yang asingdari
luar masuk kedalam pikirannya (insertion)atau isi pikirannya
diambil keluar oleh sesuatu dari luar (withdrawal); danThought
broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya;b) delusion of control : waham tentang
dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dati luar;
ataudelusion of influence: waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; ataudelusion of passivity: waham
tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan
dari luar; (tentang dirinya: secara jelas merujuk ke pergerakan
tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan atau penginderaan
khusus);delusional perception: pengalaman inderawi yang tak wajar,
yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik
atau mukjizat;c) Halusinasi auditorik :Suara halusinasi yang
berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien,
atauMendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atauJenis suara halusinasi lain
yang berasal dari salah satu bagian tubuh.d) Waham-waham menetap
jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar
dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa
(misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
makhluk asing dari dunia lain).2) Atau paling sedikit dua gejala
dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :e) Halusinasi yang
menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang mauupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ole hide-ide
berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi
setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus;f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami
sisispan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau
pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;g) Perilaku
katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisis
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor;h) Gejala-gejala negative seperti sikap sangat
apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul
atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan social dan menurunnya kinerja social; tetapi harus jelas
bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neuroleptika;3) Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas
telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak
berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).4) Harus ada suatu
perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadai (personal
behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri
(self absorbed attitude), dan penarikan diri secara
sosial.KlasifikasiGejala klinis skizofrenia secara umum dan
menyeluruh telah diuraikan di muka, dalam PPDGJ III skizofrenia
dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang mempunyai spesifikasi
masing-masing, yang kriterianya di dominasi dengan hal-hal sebagai
berikut :1. Skizofrenia Paranoid Memenuhi kriteria diagnostik
skizofrenia Sebagai tambahan :Halusinasi dan atau waham harus
menonjol :(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau
memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal
berupa bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa.(b) Halusinasi
pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi
jarang menonjol.(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi
waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of
influence), atau Passivity (delusion of passivity), dan keyakinan
dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas.
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata / menonjol.
Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada
pasien skizofrenik terdisorganisasi atau katatonik jika mereka
mengalami episode pertama penyakitnya. Pasien yang sehat sampai
akhir usia 20 atau 30 tahunan biasanya mencapai kehidupan social
yang dapat membantu mereka melewati penyakitnya. Juga, kekuatan ego
paranoid cenderung lebih besar dari pasien katatonik dan
terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid menunjukkan regresi
yang lambat dari kemampuanmentalnya, respon emosional, dan
perilakunya dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik.Pasien
skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga,
berhati-hati, dan tak ramah. Mereka juga dapat bersifat bermusuhan
atau agresif. Pasien skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat
menempatkan diri mereka secara adekuat didalam situasi social.
Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis
mereka dan tetap intak.
2. Skizofrenia Hebefrenik Memenuhi kriteria umum diagnosis
skizofrenia Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya
ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai
15-25 tahun). Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu
dan senang menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk
menentukan diagnosis. Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan
umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan
lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini
memang benar bertahan : Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan
tak dapat diramalkan, serta mannerisme; ada kecenderungan untuk
selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan
dan hampa perasaan; Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar
(inappropriate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau
perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendirir (self-absorbed
smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa
menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau
(pranks), keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang
diulang-ulang (reiterated phrases); Proses pikir mengalami
disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta
inkoheren. Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan
proses pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada
tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions
and hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan
(determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga
perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa
tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya suatu
preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama,
filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami
jalan pikiran pasien.Menurut DSM-IV skizofrenia disebut sebagai
skizofrenia tipe terdisorganisasi.
3. Skizofrenia Katatonik Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis
skizofrenia. Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus
mendominasi gambaran klinisnya :(a) stupor (amat berkurangnya dalam
reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan serta aktivitas
spontan) atau mutisme (tidak berbicara):(b) Gaduh gelisah (tampak
jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi
oleh stimuli eksternal)(c) Menampilkan posisi tubuh tertentu
(secara sukarela mengambil dan mempertahankan posisi tubuh tertentu
yang tidak wajar atau aneh);(d) Negativisme (tampak jelas
perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua perintah atau upaya
untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah yang berlawanan);(e)
Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan
upaya menggerakkan dirinya);(f) Fleksibilitas cerea / waxy
flexibility (mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam posisi
yang dapat dibentuk dari luar); dan(g)Gejala-gejala lain seperti
command automatism (kepatuhan secara otomatis terhadap perintah),
dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat. Pada pasien yang
tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan
katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai
diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain.
Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan
petunjuk diagnostik untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat
dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan
obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif.
Selama stupor atau kegembiraan katatonik, pasien skizofrenik
memerlukan pengawasan yang ketat untuk menghindari pasien melukai
dirinya sendiri atau orang lain. Perawatan medis mungkin
ddiperlukan karena adanya malnutrisi, kelelahan, hiperpireksia,
atau cedera yang disebabkan oleh dirinya sendiri.
4. Skizofrenia tak terinci (Undifferentiated).Seringkali. Pasien
yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah dimasukkan kedalam
salah satu tipe. PPDGJ mengklasifikasikan pasien tersebut sebagai
tipe tidak terinci. Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III yaitu:
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia Tidak memenuhi
kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau
katatonik. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau
depresi pasca skizofrenia.5. Depresi Pasca-Skizofrenia Diagnosis
harus ditegakkan hanya kalau :(a) Pasien telah menderita
skizofrenia (yang memenuhi kriteria diagnosis umum skizzofrenia)
selama 12 bulan terakhir ini;(b) Beberapa gejala skizofrenia masih
tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi gambaran klinisnya);
dan(c) Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi
paling sedikit kriteria untuk episode depresif, dan telah ada dalam
kurun waktu paling sedikit 2 minggu. Apabila pasien tidak lagi
menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi episode depresif.
Bila gejala skizofrenia diagnosis masih jelas dan menonjol,
diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang
sesuai.
6. Skizofrenia Residual Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan,
persyaratan berikut ini harus dipenuhi semua :(a)Gejala negative
dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan psikomotorik,
aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan
inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan,
komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka,
kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan
kinerja sosial yang buruk;(b) Sedikitnya ada riwayat satu episode
psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi kriteria untuk
diagnosis skizofenia;(c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu
satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata
seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan
telah timbul sindrom negative dari skizofrenia;(d) Tidak terdapat
dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi kronis
atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative
tersebut.Menurut DSM IV, tipe residual ditandai oleh bukti-bukti
yang terus menerus adanya gangguan skizofrenik, tanpa adanya
kumpulan lengkap gejala aktif atau gejala yang cukup untuk memenuhi
tipe lain skizofrenia. Penumpulan emosional, penarikan social,
perilaku eksentrik, pikiran yang tidak logis, dan pengenduran
asosiasi ringan adalah sering ditemukan pada tipe residual. Jika
waham atau halusinasi ditemukan maka hal tersebut tidak menonjol
dan tidak disertai afek yang kuat.
7. Skizofrenia Simpleks Diagnosis skizofrenia simpleks sulit
dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada pemantapan
perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari : gejala
negative yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului
riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode
psikotik, dan disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi
yang bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang
mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan penarikan
diri secara sosial. Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya
dibandingkan subtipe skizofrenia lainnya.Skizofrenia simpleks
sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada
jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.
Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan
halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya
perlahan-lahan sekali. Pada permulaan mungkin penderita mulai
kurang memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari
pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau
pelajaran dan akhirnya menjadi pengangguran, dan bila tidak ada
orang yang menolongnya ia mungkin akan menjadi pengemis, pelacur,
atau penjahat.8. Skizofrenia lainnya9. Skizofrenia YTTSelain
beberapa subtipe di atas, terdapat penggolongan skizofrenia lainnya
(yang tidak berdasarkan DSM IV TR), antara lain : Bouffe delirante
(psikosis delusional akut)Konsep diagnostik Perancis dibedakan dari
skizofrenia terutama atas dasar lama gejala yang kurang dari tiga
bulan. Diagnosis adalah mirip dengan diagnosis gangguan
skizofreniform didalam DSM-IV. Klinisi Perancis melaporkan bahwa
kira-kira empat puluh persen diagnosis delirante berkembang dalam
penyakitnya dan akhirnya diklasifikasikan sebagai media
skizofrenia. Skizofrenia latenKonsep skizofrenia laten dikembangkan
selama suatu waktu saat terdapat konseptualisasi diagnostic
skizofrenia yang luas. Sekarang, pasien harus sangat sakit mental
untuk mendapatkan diagnosis skizofrenia; tetapi pada
konseptualisasi diagnostik skizofrenia yang luas, pasien yang
sekarang ini tidak terlihat sakit berat dapat mendapatkan diagnosis
skizofrenia. Sebagai contohnya, skizofrenia laten sering merupakan
diagnosis yang digunakan gangguan kepribadian schizoid dan
skizotipal. Pasien tersebut mungkin kadang-kadang menunjukkan
perilaku aneh atau gangguan pikiran tetapi tidak terus menerus
memanifestasikan gejala psikotik. Sindroma juga dinamakan
skizofrenia ambang (borderline schizophrenia) di masa lalu.
OneiroidKeadaan oneiroid adalah suatu keadaan mirip mimpi dimana
pasien mungkin pasien sangat kebingungan dan tidak sepenuhnya
terorientasi terhadap waktu dan tempat. Istilah skizofrenik
oneiroid telah digunakan bagipasien skizofrenik yang khususnya
terlibat didalam pengalaman halusinasinya untuk mengeluarkan
keterlibatan didalam dunia nyata. Jika terdapat keadaan oneiroid,
klinisi harus berhati-hati dalam memeriksa pasien untuk adanya
suatu penyebab medis atau neurologist dari gejala tersebut.
ParafreniaIstilah ini seringkali digunakan sebagai sinonim untuk
skizofrenia paranoid. Dalam pemakaian lain istilah digunakan untuk
perjalanan penyakit yang memburuk secara progresif atau adanya
system waham yang tersusun baik. Arti ganda dari istilah ini
menyebabkannya tidak sangat berguna dalam mengkomunikasikan
informasi. PseudoneurotikKadang-kadang, pasien yang awalnya
menunjukkan gejala tertentu seperti kecemasan, fobia, obsesi, dan
kompulsi selanjutnya menunjukkan gejala gangguan pikiran dan
psikosis. Pasien tersebut ditandai oleh gejala panansietas,
panfobia, panambivalensi dan kadang-kadang seksualitas yang kacau.
Tidak seperti pasien yang menderita gangguan kecemasan, mereka
mengalami kecemasan yang mengalir bebas (free-floating) dan yang
sering sulit menghilang. Didalam penjelasan klinis pasien, mereka
jarang menjadi psikotik secara jelas dan parah. Skizofrenia Tipe
ISkizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah
simptom positif yaitu asosiasi longgar, halusinasi, perilaku aneh,
dan bertambah banyaknya pembicaraan. Disertai dengan struktur otak
yang normal pada CT dan respon yang relatif baik terhadap
pengobatan. Skizofrenia tipe IISkizofrenia dengan sebagian besar
simptom yang muncul adalah simptom negative yaitu pendataran atau
penumpulan afek, kemiskinan pembicaraan atau isi pembicaraan,
penghambatan (blocking), dandanan yang buruk, tidak adanya
motivasi, anhedonia, penarikan sosial, defek kognitif, dan defisit
perhatian. Disertai dengan kelainan otak struktural pada
pemeriksaan CT dan respon buruk terhadap pengobatan.
Diagnosis Banding Gangguan Psikotik Sekunder dan Akibat
ObatGejala psikosis dan katatonia dapat disebabkan oleh berbagai
macam keadaan medis psikiatrik dan dapat diakibatkan oleh berbagai
macam zat. Jika psikosis atau katatonia disebabkan oleh kondisi
medis nonpsikiatrik atau diakibatkan oleh suatu zat, diagnosis yang
paling sesuai adalah gangguan psikotik akibat kondisi medis umum,
atau gangguan katatonia akibat zat. Manifestasi psikiatrik dari
banyak kondisi medis nonpsikiatrik dapat terjadi awal dalam
perjalanan penyakit, seringkali sebelum perkembangan gejala lain.
Dengan demikian klinisi harus mempertimbangkan berbagai macam
kondisi medis nonpsikiatrik dii dalam diagnosis banding psikosis,
bahkan tanpa adanya gejala fisik yang jelas. Pada umumnya, pasien
dengan gangguan neurologist mempunyai lebih banyak tilikan pada
penyakitnya dan lebih menderita akibat gejala psikiatriknya
daripada pasien skizofrenik, suatu kenyataan yang dapat membantu
klinisi untuk membedakan kedua kelompok tersebut.Saat memeriksa
seorang pasien psikotik, klinisi harus mengikuti tiga pedoman umum
tentang pemeriksaan keadaan nonpsikiatrik. Pertama, klinisi harus
cukup agresif dalam mengejar kondisi medis nonpsikiatrik jika
pasien menunjukkan adanya gejala yang tidak lazim atau jarang atau
adanya variasi dalam tingkat kesadara. Kedua, klinisi harus
berusaha untuk mendapatkan riwayat keluarga yang lemgkap, termasuk
riwayat gangguan medis, neurologist, dan psikiatrik. Ketiga,
klinisi harus mempertimbangkan kemungkinan suatu kondisi medis
nonpsikiatrik, bahkan pada pasien dengan diagnosis skizofrenia
sebelumnya. Seorang pasien skizofrenia mempunyai kemungkinan yang
sama untuk menderita tumor otak yang menyebabkan gejala psikotik
dibandingkan dengan seorang pasien skizofrenik. Berpura-pura dan
Gangguan buatanBaik berpura-pura atau gangguan buatan mungkin
merupakan suatu diagnosis yang sesuai pada pasien yang meniru
gejala skizofrenia tetapi sebenarnya tidak menderita skizofrenia.
Orang telah menipu menderita skizofrenia dan dirawat dan diobati di
rumah sakit psikiatrik. Orang yang secara lengkap mengendalikan
produksi gejalanya mungkin memenuhi diagnosis berpura-pura
(malingering); pasien tersebut biasanya memilki alasan financial
dan hokum yang jelas untuk dianggap gila. Pasien yang kurang
mengendalikan pemalsuan gejala psikotiknya mungkin memenuhi
diagnosis suatu gangguan buatan (factitious disorder). Tetapi,
beberapa pasien dengan skizofrenia seringkali secara palsu mengeluh
suatu eksaserbasi gejala psikotik untuk mendapatkan bantuan lebih
banyak atau untuk dapat dirawat di rumah sakit. Gangguan Psikotik
LainGejala psikotik yang terlihat pada skizofrenik mungkin identik
dengan yang terlihat pada gangguan skizofreniform, gangguan
psikotik singkat, dan gangguan skizoafektif. Gangguan
skizofreniform berbeda dari skizofrenia karena memiliki lama
(durasi) gejala yang sekurangnya satu bulan tetapi kurang daripada
enam bulan. Gangguan psikotik berlangsung singkat adalah diagnosis
yang tepat jika gejala berlangsung sekurangnya satu hari tetapi
kurang dari satu bulan dan jika pasien tidak kembali ke tingkat
fungsi pramorbidnya. Gangguan skizoafektif adalah diagnosis yang
tepat jika sindroma manik atau depresif berkembang bersama-sama
dengan gejala utama skizofrenia.Suatu diagnosis gangguan delusional
diperlukan jika waham yang tidak aneh (nonbizzare) telah ada selama
sekurangnya satu bulan tanpa adanya gejala skizofrenia lainnya atau
suatu gangguan mood. Gangguan MoodDiagnosis banding skizofrenia dan
gangguan mood dapat sulit, tetapi penting karena tersedianya
pengobatan yang spesifik dan efektif untuk mania dan depresi.
Gejala afektif atau mood pada skizofrenia harus relative singkat
terhadap lama gejala primer. Tanpa adanya informasi selain dari
pemeriksaan status mental, klinisi harus menunda diagnosis akhir
atau harus menganggap adanya gangguan mood, bukannya membuat
diagnosis skizofrenia secara prematur. Gangguan KepribadianBerbagai
gangguan kepribadian dapat ditemukan dengan suatu cirri
skizofrenia; gangguan kepribadian skizotipal, schizoid, dan ambang
adalah gangguan kepribadian dengan gejala yang paling mirip.
Gangguan kepribadian, tidak seperti skizofrenia, mempunyai gejala
yang ringan, suatu riwayat ditemukannya gangguan selama hidup
pasien, dan tidak adanya onset tanggal yang dapat
diidentifikasi.
Perjalanan PenyakitTanda awal dari skizofrenia adalah
simtom-simtom pada masa premorbid. Biasanya simtom ini muncul pada
masa remaja dan kemudian diikuti dengan berkembangnya simtom
prodormal dalam kurun waktu beberapa hari sampai beberapa bulan.
Adanya perubahan social / lingkungan dapat memicu munculnya simtom
gangguan. Masa prodormal ini bisa langsung sampai bertahun-tahun
sebelum akhirnya muncul simtom psikotik yang terlihat.Perjalanan
penyakit skizofrenia yang umum adalah memburuk dan remisi. Setelah
sakit yang pertama kali, pasien mungkin dapat berfungsi normal
untuk waktu lama (remisi), keadaan ini diusahakan dapat terus
dipertahankan. Namun yang terjadi biasanya adalah pasien mengalami
kekambuhan. Tiap kekambuhan yang terjadi membuat pasien mengalami
deteriorasi sehingga ia tidak dapat kembali ke fungsi sebelum ia
kambuh. Kadang, setelah episode psikotik lewat, pasien menjadi
depresi, dan ini bisa berlangsung seumur hidup.Seiring dengan
berjalannya waktu, simtom positif hilang, berkurang, atau tetap
ada, sedangkan simtom negative relative sulit hilang bahkan
bertambah parah.Faktor-faktor resiko tinggi untuk berkembangnya
skizofrenia adalah Mempunyai anggota keluarga yang menderita
skizofrenia, terutama jika salah satu orang tuanya/saudara kembar
monozygotnya menderita skizofrenia, kesulitan pada waktu persalinan
yang mungkin menyebabkan trauma pada otak, terdapat penyimpangan
dalam perkembangan kepribadian, yang terlihat sebagai anak yang
sangat pemalu, menarik diri, tidak mempunyai teman, amat tidak
patuh, atau sangat penurut, proses berpikir idiosinkratik,
sensitive dengan perpisahan, mempunyai orang tua denga sikap
paranoid dan gangguan berpikir normal, memiliki gerakan bola mata
yang abnormal, menyalahgunakan zat tertentu seperti amfetamin,
kanabis, kokain, Mempunyai riwayat epilepsi, memilki
ketidakstabilan vasomotor, gangguan pola tidur, control suhu tubuh
yang jelek dan tonus otot yang jelek.
PrognosisBeberapa penelitian telah membuktikan bahwa lebih dari
periode 5 sampai 10 tahun setelah perawatan psikiatrik pertama kali
di rumah sakit karena skiofrenia, hanya kira-kira 10-20 % pasien
dapat digambarkan memliki hasil yang baik.Lebih dari 50% pasien
dapat digambarkan memiliki hasil yang buruk, dengan perawatan di
rumah sakit yang berulang, eksaserbasi gejala, episode gangguan
mood berat, dan usaha bunuh diri. Walaupun angka-angka yang kurang
bagus tersebut, skizofrenia memang tidak selalu memiliki perjalanan
penyakit yang buruk, dan sejumlah faktor telah dihubungkan dengan
prognosis yang baik.Rentang angka pemulihan yang dilaporkan
didialam literatur adalah dari 10-60% dan perkiraan yang beralasan
adalah bahwa 20-30% dari semua pasien skizofrenia mampu untuk
menjalani kehidupan yang agak normal. Kira-kira 20-30% dari pasien
terus mengalami gejala yang sedang,dan 40-60% dari pasien terus
terganggu scara bermakna oleh gangguannya selama seluruh
hidupnya.Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada:1.Usia
pertama kali timbul ( onset): makin muda makin buruk.2.Mula
timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik.3.Tipe
skizofrenia: episode skizofrenia akut dan katatonik lebih
baik.4.Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat.5.Ada
atau tidaknya faktor pencetusnya: jika ada lebih baik. 6. Ada atau
tidaknya faktor keturunan: jika ada lebih jelek.7. Kepribadian
prepsikotik: jika skizoid, skizotim atau introvred lebih jelek
Keadaan sosial ekonomi: bila rendah lebih jelek.
Prognosis BaikPrognosis Buruk
Onset lambat Faktor pencetus yang jelas Onset akut Riwayat
sosial, seksual dan pekerjaan premorbid yang baik Gejala gangguan
mood (terutama gangguan depresif) Menikah Riwayat keluarga gangguan
mood Sistem pendukung yang baik Gejala positif Onset muda Tidak ada
factor pencetus Onset tidak jelas Riwayat social dan pekerjaan
premorbid yang buruk Prilaku menarik diri atau autistic Tidak
menikah, bercerai atau janda/ duda Sistem pendukung yang buruk
Gejala negatif Tanda dan gejala neurologist Riwayat trauma
perinatal Tidak ada remisi dalam 3 tahun Banyak relaps Riwayat
penyerangan
PenatalaksanaanTiga pengamatan dasar tentang skizofrenia yang
memerlukan perhatian saat mempertimbangkan pengobatan gangguan,
yaitu :1. Terlepas dari penyebabnya, skizofrenia terjadi pada
seseorang yang mempunyai sifat individual, keluarga, dan sosial
psikologis yang unik.2. Kenyataan bahwa angka kesesuaian untuk
skizofrenia pada kembar monozigotik adalah 50 persen telah
diperhitungkan oleh banyak peneliti untuk menyarankan bahwa factor
lingkungan dan psikologis yang tidak diketahui tetapi kemungkinan
spesifik telah berperan dalam perkembangan gangguan.3. Skizofrenia
adalah suatu gangguan yang kompleks, dan tiap pendekatan terapetik
tunggal jarang mencukupi untuk menjawab secara memuaskan gangguan
yang memiliki berbagai segi.
Walaupun medikasi antipsikotik adalah inti dari pengobatan
skizofrenia, penelitian telah menemukan bahwa intervensi
psikososial dapat memperkuat perbaikkan klinis.
Perawatan di Rumah SakitIndikasi utama perawatan di rumah sakit
adalah :1. Untuk tujuan diagnostik.2. Menstabilkan medikasi.3.
Keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh.4. Perilaku
yang sangat kacau atau tidak sesuai.5. Ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan dasar.Tujuan utama perawatan di rumah sakit adalah ikatan
efektif antara pasien dan system pendukung masyarakat.Sejak
diperkenalkan diawal tahun 1950-an medikasi antipsikotik telah
menyebabkan revolusi dalam pengobatan skizofrenia. Tetapi,
antipsikotik mengobati gejala gangguan dan bukan suatu penyembuhan
skizofrenia.Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien
dan membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya
perawatan di rumah sakit tergantung pada keparahan penyakit pasien
dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan.Rencana pengobatan
di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah
kehidupan, perawatan diri sendiri, kualitas hidup, pekerjaan dan
hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus di arahkan untukk
mengikat pasien dengan fasilitas pasca rawat termasuk keluarganya,
keluarga angkat, board and care homes, dan half way house. Pusat
perawatan di siang hari ( day care center ) dan kunjungan rumah
kadang-kadang dapat membantu pasien tetap di luar rumah sakit untuk
periode waktu yang lama dan dapat memperbaiki kualitas kahidupan
sehari-hari pasien.
Terapi Somatik Antipsikotik Antipsikotik termasuk tiga kelas
obat yang utama, yaitu:1. Antagonis reseptor dopamine2. Risperidone
( ris perdal )3. Clozapine ( clozaril )
Pemilihan Obat1. Antagonis Reseptor DopaminAdalah obat
antipsikotik yang klasik dan efektif dalam pengobatan skizofrenia.
Obat ini memiliki dua kekurangan utama, yaitu:a) Hanya sejumlah
kecil pasien, cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah
fungsi mental yang cukup normal.b) Disertai dengan efek merugikan
yang mengganggu dan serius. Efek mengganggu yang paling utama
adalah akatisia dan gejala mirip parkinsonisme berupa rigiditas dan
tremor. Efek serius yang potensial adalah tardive dyskinesia dan
sindroma neuroleptik malignan. Remoxipride adalah antagonis
reseptor dopamin dari kelas yang berbeda dari pada antagonis
reseptor dopamin yang sekarang ini tersedia. Awalnya obat ini
disertai efek samping neurologist yang bermakna, tetapi akhirnya
remoxipride disertai dengan anemia aplastik, jadi membatasi nilai
klinisnya.2. RisperidoneAdalah suatu obat antispikotik dengan
aktivitas antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (
5-HT2 ) dan pada reseptor dopamine tipe 2 ( d2 ). Risperidone
menjadi obat lini pertama dalam pengobatan skizofrenia karena
kemungkinan obat ini adalah lebih efektif dan lebih aman daripada
antagonis reseptor dopaminergik yang tipikal.3. ClozapineAdalah
suatu obat antipsikotik yang efektif. Mekanisme kerjanya belum
diketahui secara pasti. Clozapine adalah suatu antagonis lemah
terhadap reseptor D2 tetapi merupakan antagonis yang kuat terhadap
reseptor D4 dan mempunyai aktivitas antagonistic pada reseptor
serotogenik. Agranulositosis merupakan suatu efek samping yang
mengharuskan monitoring setiap minggu pada indeks-indeks darah.
Obat ini merupakan lini kedua, diindikasikan pada pasien dengan
tardive dyskinesia karena data yang tersedia menyatakan bahwa
clozapine tidak disertai dengan perkembangan atau eksaserbasi
gangguan tersebut. Prinsip-Prinsip Terapetik1. Klinis harus secara
cermat menentukan gejala sasaran yang akan diobati2. Suatu
antipsikotik yang telah bekerja dengan baik di masa lalu pada
pasien harus digunakan lagi.3. Lama minimal percobaan antipsikotik
adalah empat sampai enam minggu pada dosis yang adekuat.4.
Penggunaan pada lebih dari satu medikasi antipsikotik pada satu
waktu adalah jarang diindikasikan.5. Pasien harus dipertahankan
pada dosis efektif yang serendah mungkin yang diperlukan untuk
mencapai pengendalian gejala selama periode psikotik. Pemeriksaan
AwalObat antipsikotik cukup aman jika diberikan selama periode
waktu yang cukup singkat. Dalam situasi gawat, obat ini dapat
diberikan kecuali clozapine, tanpa melakukan pemeriksaan fisik atau
laboratorium pada diri pasien. Pada pemeriksaan biasa harus
didapatkan hitung darah lengkap dengan indekss sel darah putih, tes
fungsi hati dan ECG khususnya pada wanita yang berusia lebih dari
40 tahun dan laki-laki yang berusia lebih dari 30
tahun.Kontraindikasi Utama Antipsikotik:1. Riwayat respon alergi
yang serius2. Kemungkinan bahwa pasien telah mengingesti zat yang
akan berinteraksi dengan antipsikotik sehingga menyebabkan depresi
sistem saraf pusat.3. Resiko tinggi untuk kejang dari penyebab
organic atau audiopatik.4. Adanya glukoma sudut sempit jika
digunakan suatu antupsikotik dengan aktivitas antikolinergik yang
bermakna. Kegagalan Pengobatan1. Ketidakpatuhan dengan antipsikotik
merupakan alas an utama untuk terjadinya relaps dan kegagalan
percobaan obat.2. Waktu percobaan yang tidak mencukupi.Setelah
menghilangkan alasan lain yang mungkin bagi kagagalan terapi
antipsikotik, dapat dicoba antipsikotik kedua dengan struktur
kimiawi yang berbeda dari obat yang pertama. Strategi tambahan
adalah suplementasi antipsikotik dengan lithium (eskalith), suatu
antikonvulsan seperti carbamazepine atau valproate (depakene), atau
suatu benzodiazepine. Pemakaian terapi antipsikotik dosis-mega
jarang diindikasikan, karena hamper tidak ada data yang mendukung
praktek tersebut.
Obat Lain LithiumEfektif dalam menurunkan gejala psikotik lebih
lanjut pada sampai 50 persen pasien dengan skizofrenia dan
merupakan obat yang beralasan untuk dicoba pada pasien yang tidak
mampu menggunakan medikasi antipsikotik. AntikonvulsanCarbamazepine
dan valproat dapat digunakan sendiri-sendiri atau dalam kombinasi
dengan lithium atau suatu antipsikotik. Walaupun tidak terbukti
efektif dalam menurunkan gejala psikotik pada skizofrenia, namun
jika digunakan sendiri-sendiri mungkin efektif dalam menurunkan
episode kekerasan pada beberapa pasien skizofrenia.
BenzodiazepinPemakaian bersama-sama alprazolam ( xanax ) dan
antipsikotik bagi pasien yang tidak berespo terhadap pemberian
antipsikotik saja, dan pasien skizofrenia yang berespon terhadap
dosis tinggi diazepam ( valium ) saja. Tetapi keparahan psikosis
dapat di eksaserbasi seteloah putus dari benzodiazepine.
Terapi Somatik LainnyaElektrokonvulsif ( ECT ) dapat
diindikasikan pada pasien katatonik dan bagi pasien yang karena
suatu alasan tidak dapat menggunakan antipsikotik ( kurang efektif
). Pasien yang telah sakit selama kurang dari satu tahun adalah
yang paling mungkin berespon.Dimasa lalu skizofrenia diobati dengan
koma yang di timbulkan insulin (insulin-induced coma) dan koma yang
ditimbulkan barbiturat (barbiturate-induced coma).
Terapi Psikososial Terapi PerilakuTehnik perilaku menggunakan
hadiah ekonomi dan latihan keterampilan social untuk meningkatkan
kemampuan social, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis,
dan komunikasi interpersonal.Perilaku adaptif adalah didorong
dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang
diharapkan. Dengan demikian frekuensi perilaku mal adaptif atau
menyimpang dapat diturunkan.Latihan Keterampilan Perilaku (
Behavioral Skills Trainning )Sering dinamakan terapi keterampilan
sosial ( social skills therapy ). Terapi ini dapat secara langsung
membantu dan berguna bagi pasien dan merupakan tambahan alami bagi
terapi farmakologis. Latihan keterampilan ini melibatkan penggunaan
kaset videon orang lain dan pasien permainan simulasi ( role
playing ) dalam terapi, dan pekerjaan rumah tentang keterampilan
yang telah dilakukan. Terapi Berorientasi KeluargaPusat dari terapi
harus pada situasi segera dan harus termasuk mengidentifikasik dan
menghindari situasi yang kemungkinan menimbulkan kesulitan. Jika
masalah memang timbul pada pasien di dalam keluarga, pusat terapi
harus pada pemecahan masalah secara cepat.Setelah periode
pemulangan segera, topik penting yang dibahas dalam terapi keluarga
adalah proses pemulihan khususnya lama dan kecepatannya.Di dalam
session keluarga dengan pasien skizofrenia, ahli terapi harus
mengendalikan intensitas emosional dari session.
DELUSIONAL DISORDER
Sebelumnya disebut paranoid disorder,suatu jenis penyakit mental
serius psikosis dimana seseorang tidak dapat menyatakan apa yang
nyata dari apa yang dibayangkan. Gejala utama:delusi, keyakinan
yang tak tergoyahkan dalam sesuatu yang tidak benar. Delusion
logis, menyangkut sensasi yang terjadi di kehidupan nyata, seperti
diikuti, diracuni,di infeksi,dicintai oleh orang yang
dekat,memiliki penyakit seriusmin 1 bln. Delusi biasanya akibat
salah tafsir persepsi/pengalaman namun dalam kenyataan situasi
dibesar-besarkan atau tidak benar. Fungsinya tidak rusak secara
nyata dan tingkah lakunya tidak aneh. Gangguan ini tidak disebabkan
secara langsung oleh general medication condition
Penyebab dan PsikodinamikaPenyebab belum diketahui
pasti.Beberapa teori yang berusaha menjelaskan terjadinya:1. Teori
Psikogenik Sigmund Freud: timbul karena digunakannya mekanisme
pembelaan ego jenis proyeksi, denial, dan reaction formation.2.
Teori Sosiologik Cammeron: akibat tujuh situasi lingkungan yang
mendorong timbulnya gangguan, yaitu iri hati, cemburu, curiga,
terisolasi, kurang dihargai, situasi sadis dan situasi baru.
Specific type1. Erotomanic:Seseorang dengan gangguan delusi
percaya bahwa orang lain, sering orang penting&terkenal,jatuh
cinta dengan nya. Penderita mungkin berusaha untuk menghubungi
obyek khayalan dan melakukan perilaku menguntit tidak biasa.2.
Grandiose:Seseorang dengan tipe ini memiliki gangguan delusi,
berlebihan melambungkan harga diri,kekuasaan,pengetahuan,atau
identitas. penderita mungkin percaya ia memiliki bakat besar/telah
membuat penemuan penting.3. Jealous:Percaya bahwa mitra seksual
atau pasangan nya tidak bisa dipercaya atau tidak setia.a) Conjugal
Paranoia waham ketidaksetiaanb) Othello syndrome waham cemburu
terhadap pasangan4. Persecutory type:Percaya bahwa mereka/seseorang
yang dekat dengan merka sedang dianiyaya atau bahwa seseorang
memata-matai atau berencana untuk menyakiti mereka.5.
Somatic:Percaya bahwa ia memiliki cacat fisik atau masalah medis.6.
Campuran:Memiliki 2 atau lebih dari jenis delusi diatas.7.
Undifferentiated:Gejala dominan tidak dapat digolongkan atau
digambarkan pada specific type
Terapi: Psikoterapi individu Terapi perilaku kognitif Terapi
keluarga Neuroleptic Atypical anti-psikotik Anti depressant.
SCHIZOTIPAL DISORDER
Gangguan kepribadian skizotipal adalah suatu kondisi gangguan
serius dimana individu hampir tidak pernah berhubungan lagi dengan
orang-orang sekitarnya. Individu tersebut cenderung menutup diri
untuk berinteraksi dengan orang lain, kecemasan luar biasa yang
muncul ketika berhadapan dengan situasi sosial.Individu dengan
gangguan kepribadian skizotipal hampir selalu bermasalah dengan
orang lain dan bersikap tidak ramah kepada siapapun. Kebanyakan
dari individu dengan gangguan kepribadian ini hidup dalam
kesendirian, hal ini disebabkan lingkungan sekitar yang
mengisolasinya. Akibatnya, penyimpangan persepsi mengenai bentuk
hubungan interpersonal akan terus berkembang dalam diri individu
itu. Selanjutnya, ia akan menunjukkan perilaku yang aneh, respon
yang tidak tepat dalam bersosialisasi dan sifat-sifat yang tidak
lazim.Kemunculan gangguan kepribadian skizotipal dimulai pada awal
memasuki masa dewasa dan terus berkembang sepanjang masa hidupnya.
Seperti gangguan kepribadian lainnya, gangguan kepribadian
skizotipal disebabkan perilaku dan pengalaman yang tidak tepat pada
masa kanak-kanak, sebagian besar dari gangguan tersebut disebabkan
oleh kesulitan dalam beradaptasi dan pengalaman terhadap penanganan
distres.Gangguan kepribadian skizotipal merupakan spektrum dari
gangguan kepribadian skizoid dalam taraf ringan dan pada tahap
berat adalah skizofrenia. Secara biologis, beberapa ahli menyatakan
bahwa ketiga gangguan ini mempunyai kesamaan genetik pada tiap
individu, namun demikian belum dapat dipastikan bagaimana persamaan
gen tersebut dapat menimbulkan jenis gangguan yang berbeda-beda
pula.Diantara individu yang mengalami gangguan kepribadian
skizotipal diantara mengalami gangguan dan kesulitan dalam memori,
belajar dan perhatian (konsentrasi). Beberapa gejala kemunculan
gangguan tidak diikuti gejala psikotik seperti delusi dan
halusinasi, beda halnya pada gangguan skizofrenia yang disertai
gejala psikotik secara keseluruhan dan intens. Namun demikian,
gangguan kepribadian skizotipal dapat berkembang menjadi
skizofrenia.Gejala KlinisIndividu dengan gangguan kepribadian
skizotipal hampir selalu berbicara tidak teratur ketika ia hendak
membicarakan suatu hal dan memandang sekelilingnya secara ekstrim.
Kadang mereka juga mempercayai bahwa mereka mempunyai kekuatan
supranatural, indera ke enam atau kekuatan magis lainnya yang dapat
mempengaruh pikiran, perilaku dan emosi orang lain.Kemunculan
kepribadian skizotipal di masa dewasa dapat diakibatkan masa-masa
sebelumnya (anak-anak) dimana individu hidup dalam kesendirian
tanpa orangtua atau anggota keluarga yang mendampingi, kehidupan
sosial yang penuh kecemasan juga dapat menimbulkan gangguan
ini.Beberapa simtom gangguan kepribadian skizotipal: Pemahaman yang
tidak tepat terhadap kejadian-kejadian dimana individu beranggapan
bahwa kejadian tersebut mempunyai makna tersendiri bagi dirinya
atau orang lain Mempunyai pikiran, kepercayaan dan perilaku yang
aneh, eksentrik dan bertentangan dengan norma-norma yang ada.
Mempercayai bahwa dirinya mempunyai kekuatan spesial seperti
telepati, indra keenam, dan sebagainya yan berhubungan dengan
paranormal Pengalaman imajinasi seperti adanya ilusi terhadap
tubuhnya Kesulitan dalam mengikuti pembicaraan atau berbicara
aneh-aneh Adanya kecemasan dalam situasi sosial dan pikiran-pikiran
paranoid, serta penilaian negatif terhadap dirinya sendiri Minim
respon emosi dan perasaan-perasaan (afektif) dalam dirinya Sedikit
mempunyai teman akrab
Faktor PenyebabSeperti jenis gangguan kepribadian lainnya,
kemunculan gangguan kepribadian skizotipal dimulai pada awal
kanak-kanak, berkisar antara tahun pertama dan kedua masa
perkembangan. Kurangnya perhatian terutama pengenalan emosi,
meskipun anak itu tumbuh secara sehat. Kurangnya stimulasi sosial
dari orangtua anak akan belajar menghindari dengan sendirinya dan
tidak mencari kesenangan diluar lingkungan rumahnya.Pada masa
perkembangan, anak akan melewati beberapa tahap-tahap kesiapan
sosial dan belajar menempatkan ekspresi emosi secara tepat
(interaksi interpersonal) dengan orang lain. Anak yang mengalami
gangguan skizotipal akan mengalami hambatan dalam bersosialisasi,
mempunyai kepercayaan-kepercayaan yang tidak logis, tidak dapat
melepaskan diri atau berpikir hal-hal yang berkenaan dengan magis,
dan bahkan paranoid. Perilaku nyata nampak pada sikap anak yang
membentengi dirinya dari rasa curiga ketika digoda (diganggu) atau
ketika mendapatkan perlakuan tidak adil/kasar.Beberapa ahli
memperkirakan anak-anak rentan (child abusive), anak yang mengalami
penolakan diri dari lingkungan sekitar, atau stres yang
mengakibatkan disfungsi otak tumbuh mengarah pada kemunculan gejala
gangguan skizotipal. Faktor genetik dan lingkungan ikut membantu
berkembangnya gangguan ini dikemudian hari.Keluarga, faktor
keturunan keluarga (orangtua) yang memiliki gejala skizofrenia
dapat menjadi suatu kondisi adanya gangguan skizotipal pada anak,
faktor-faktor dalam keluarga lainnya yang memberi kontribusi
gangguan kepribadian ini adalah kekerasan dan penolakan terhadap
anak.
Treatment MedikasiTidak ada obat khusus untuk menyembuhkan
gangguan kepribadian ini, dokter menganjurkan obat antidepressant
atau antipsikotik bila individu tersebut juga mengalami gangguan
kecemasan, depresi atau gangguan mood lainnya. Obat risperidone
(Risperdal) dan olanzapine (Zyprexa) diberikan bila individu
mengalami penyimpangan (gangguan) dalam berpikir.
Psikoterapi Behavioral therapyIndividu dengan gangguan
kepribadian skizotipal membutuhkan kemampuan untuk menjalin
hubungan interpersonal dengan orang lain, ia membutuhkan
teknik-teknik baru untuk melakukan pendekatan dengan orang lain.
Terapis mengajarkan bagaimana mengungkapkan perasaan-perasaan dan
berekspresi secara tepat. Individu juga diajarkan bagaimana
mengatur suara atau berbicara ketika berhadapan dengan orang
lain.
Cognitive therapyDalam terapi ini individu belajar untuk
merespon dan dilatih untuk fokus terhadap suatu masalah dari
pikiran-pikiran menganggu. Terapi ini juga melatih individu untuk
memisahkan masalah-masalah sosial yang membingungkan dari
pikiran-pikirannya sendiri terutama dari hal-hal yang membuat
individu mengelak dari situasi interpersonal.
Family therapyTerapi dapat efektif bila semua anggota keluarga
dilibatkan, konselor atau ahli terapi dilibatkan secara langsung
dalam keluarga dapat mengurangi letupan amarah dan menjaga hubungan
emosional antar sesama anggota keluarga. Terapi ini juga dapat
meningkatkan moral dalam keluarga.
GANGGUAN PSIKOTIK AKUT
Criteria Diagnostik Gangguan Psikotik Akut Minimal ada 1 dari
kategori dibawah:a. delusi/ wahamb. halusinasic. bicara yang tidak
terkoordinasid. tingkah laku katatonik Durasi gejala berlangsung
selama 1 hari 1 bulan Gangguan bukan disebabkan oleh gangguan mood
yang berkaitan dengan gejala psikotik, penyalahgunaan zat, gangguan
schizoaffective, schizophrenia, dan kondisi medis yang lain
Gejala Klinis Gangguan Psikotik Akut Perubahan emosi dan bingung
Suasana hati labil Timbulnya gejala biasanya tiba-tiba dan
berangsur- angsur berkurang seperti awal kembali polimorfik
beraneka ragam dan berubah cepat Deficit konsentrasi Gejala
psikotik biasanya terjadi di awal (beberapa hari )
Epidemiologi Gangguan ini jarang terjadi, dan bisanya mengenai
usia muda( akhir umur 20 tahun atau awal 30 tahun ) Pasien dengan
gangguan kepribadian memiliki resiko tinggi
Klasifikasi Gangguan Psikotik Akut dengan Stressor yang
terindentifikasiGangguan terjadi karena stressor yang dapat
diidentifikasi (missal: kematian orang yang disayangi) Gangguan
Psikotik Akut Tanpa Stressor yang TerindentifikasiGangguan terjadi
karena stressor, namun tidak dapat diketahui stressor yang mana
Gangggun Psikotik Akut dengan onset Post partumGangguan terjadi
dalam kurun waktu 4 minggu setelah melahirkan
Differensial Diagnosis Gangguan psikotik karena zat tertentu
Gangguan psikotik karena kondisi medis Gangguan schizopheniform
Gangguan mood dengan gejala psikotik
Penatalaksaan Dirawat di rumah sakit, terutama untuk pasien yang
disertai usaha bunuh diri Farmako:Neuroleptik/
antipsikosisRisperidone (risperdal) 2-4mg/hariAnti
anxietasLorazepam 1-2 mg/4-6 jam PsikoterapiSyarat: gejala psikosis
sudah tidak ada.
SCHIZOPHRENIFORM DISORDER
Pasien dengan schizophreniform disorder memenuhi seluruh
criteria untuk schizophrenia, tapi durasi sakitnya antara satu
sampai enam bulan.
DSM-IV Diagnostic Criteria Kriteria schizophrenia berikut harus
ada: 1. Dua atau lebih gejala selama satu bulan. Gejala-gejalanya
termasuk delusions, hallucinations, disorganized speech, grossly
disorganized or catatonic behavior, or negative symptoms. 2.
Schizoaffective disorder dan mood disorder dengan gejala psychotic
harus disingkirkan.3. Gejala-gejala substance-induced atau gejala
dari general medical condition diabaikan.4. Gejala-gejala tersebut
terjadi sedikitnya satu bulan terakhir, tetapi kurang dari enam
bulan.
Clinical Features a) Gejala-gejala, termasuk positive dan
negative psychotic features, sama dengan schizophrenia. b) Fungsi
social dan pekerjaan mungkin atau tidak terganggu.
Epidemiology Prevalensinya sekitar 0.2%. Insidensi pada pria dan
wanita seimbang. Gejala depresi biasanya berdampingan dan terkait
dengan peningktana resiko tindakan bunuh diri.
Classification A. Schizophreniform disorder with good prognostic
features 1. Onset terjadinya psychosis selama empat minggu
perubahan perilaku. 2. Kekacauan sering terjadi pada puncak
psychosis. 3. Keadaan sebelum sakit: memiliki pekerjaan dan fungsi
social baik. 4. Kurangnya dari afek yang datar atau tumpul. B.
Schizophreniform disorder without good prognostic featuresTanpa
indikasi di atas.
Differential Diagnosis a) DDnya sama dengan schizophrenia dan
termasuk psychotic disorder due to a general medical condition,
delirium, or dementia. b) Substance abuse, medication atau toxic
substances mungkin menyebabkan gejala-gejala yang mirip
schizoaffective disorder. c) Concomitant use of drugs yang dapat
menyebabkan atau mengeksaserbasi psychosis, seperti amphetamines,
mungkin mempersulit proses diagnosis.
Treatment a. Antipsychotic medication in conjunction with
supportive psychotherapy is the primary treatment. b.
Hospitalization dibutuhkan jika pasien tidak dapat merawat diri
atau terdapat gagasan bunuh diri atau melakukan pembunuhan. c.
Gejala-gejala depresid mungkin membutuhkan antidepressants or mood
stabilizers. d. Treatment dini dan aggressive dikaitkan dengan
better prognosis.
SCHIZOAFFECTIVE DISORDER
DefinisiSuatu kelainan dengan gejala definitive adanya
skizofrenia dan gangguan afektif yang sama-sama menonjol pada saat
yang bersamaan. Tidak memenuhi criteria baik skizofrenia maupun
episode manik atau depresif.Prognosis lebih buruk dari gangguan
depresif maupun bipolar, tetapi lebih baik dari skizofrenia.
Epidemiologi Prevalensinya sekitar 1% (0,5-0,8%) Tipe depresif
lebih banyak terjadi pada orang tua daripada orang-orang dengan
usia muda. Pada usia muda lebih sering Gangguan Skizoafektif tipe
bipolar. Insidensi pada wanita lebih banyak daripada pria Onset
pada wanita lebih lambat muncul daripada pria Laki laki dengan
Gangguan Skizoafektif kemungkinan menunjukkan perilaku anti
social.
EtiologiEtiologi pasti belum diketahui, tetapi yang pasti faktor
genetik memegang peranan penting yang berpengaruh pada angka
kejadian skizoafektif ini.
Pedoman Diagnosis: Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat
apabila gejala-gejala definitive adanya skizofrenia dan gangguan
afektif sama-sama menonjol pada saat yang sama (simultaneously)
atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lainnya, dalam satu
episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari
ini, episode penyakit tidak memenuhi criteria baik skizofrenia
maupun episode manic atau depresif Tidak dapat digunakan untuk
pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan gangguan afektif
tetapi dalam episode penyakit yang berbeda Bila seorang pasien
skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami suatu
episode psikotik, maka merupakan depresi pasca-skizofrenia
Klasifikasi:1. Gangguan skizoafektif tipe manic Digunakan baik
untuk episode skizoafektif tipe manic tunggal maupun berulang
dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe manic Afek harus
meningkat secara menonjol atau peningkatan afek yang tak begitu
menonjol dikombinasikan dengan iritabilitas atau kegelisahan yang
memuncak Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu
atau lebih baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas
2. Gangguan skizoafektif tipe depresif Kategori ini harus
dipakai baik ntuk episode skizoafektif tie depresif yang tunggal,
dan untuk gangguan berulang dimana sebagian besar episode
didominasi oleh skizoafektif tipe depresif Afek depresif harus
menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala khas, baik depresif
maupun kelainan perilaku terkait Dalam episode yang sama sedikitnya
harus jelas ada satu dan sebaiknya dua gejala khas skizofrenia
3. Gangguan skizoafektif tipe campuran Gejala-gejala skizofrenia
muncul bercampur dengan gejala afektif bipolar campuran
4. Gangguan skizoafektif lainnya
DD Skizofrenia Mood disorder with psychotic feature Delusional
disorder Substance-induced psychotic disorder Psychotic disorder
due to a general medical condition, delirium or dementia
Terapi1. Gejala psikotik di terapi dengan agen antipsikotik.2.
Fase depresi dari gangguan skizoafektif di terapi dengan obat-obat
anti depresan.3. Untuk tipe manik/bipolar, obat-obat mood
stabilizers (lithium, valproate, carbamazepin, dll) bisa diberikan
tunggal atau dikombinasikan dengan anti psikotik.4. Terapi
elektroconvulsi bisa juga dibutuhkan untuk kasus depresi atau
mania.5. Perawatan rumah sakit dan juga terapi psikotik suportif
bisa juga dilakukan.
Prognosis Setelah 1 tahun, pasien dengan skizoafektif akan
menampakkan hasil yang berbeda-beda, tergantung gejala apa yang
dominan apakah afektif (better prognosis) atau skizofrenia (worse
prognosis). Sebuah studi mengungkapkan bahwa pasien yang
didiagnosis skizoafektif sejak 8 tahun hasilnya adalah pasien
cenderung untuk menjadi skizofrenia.
MOOD DISORDERS
UNIPOLAR DISORDER
1. DEPRESSIa) MAJOR DEPRESIF DISORDERKriteria Diagnosis DSM IV:
Ada riwayat Major Depresif Episode sebanyak satu atau lebih Tak ada
riwayat manik, hipomanik, atau episode campuran
Gambaran Klinis Angka kematiannya tinggi. 15% kasus berujung
bunuh diri. Biasanya ada gajala penyerta berupa panik disorder,
gangguan makan. Gejala penyerta ini harus dibedakan dengan riwayat
klinisnya. Major Depresif Disorder sering kali bersamaan dengan
kondisi-kondisi medis tertentu, seperti infark miokard, stroke, dan
diabetes mellitus Gangguan ini Sering kali mengikuti satu rangkaian
stress yang amat parah, seperti kehilangan orang yang dicintai.
Semua pasien harus ditanya secara intensif tentang adanya keinginan
untuk bunuh diri. Bagi pasien yang memiliki keinginan untuk bunuh
diri, lebih baik jika dirawat di Rumah Sakit saja. Resiko bunuh
diri berhubungan erat dengan derajat ketidakberdayaan pasien yang
sedang mengalaminya dan tak berhubungan dengan tingkat keparahan
depresi
Farmakoterapi Gunakan antidepresan Pemilihan antidepresan :
Semua obat antidepresan telah menunjukkan efikasi yang seimbang,
tapi agen yang bermacam ini punya profil Efek Samping yang beda.
Tak ada metode yang sesuai untuk prediksi pasien mana yang akan
merespon terhadap obat antidepresan tertentu berdasar pada gejala
klinisnya. SSRI jauh lebih aman pada pasien dengan riwayat penyakit
jantung SSRI lebih aman daripada heterolitik jika sampai ada
overdosis.
b) DYSTHYMIC DISORDERKriteria Diagnosis DSM IV: Mood yang
tertekan ini terjadi hampir setiap hari, dan sudah terjadi selama 2
tahun Adanya minimal 2 gejala dari hal-hal berikut : Tidak ada
episode depresif ringan yang terjadi selama 2 tahun pertama
gangguan ini. Tak ada gejala manik, hipomanik, ataupun campuran.
Gejala-gejala tak terjadi dengan psikotik kronis Gejala-gejala ini
bukan karena penggunaan substan atau kondisi medis secara umum.
Gejala-gejala ini sebabkan disfungsi social yang significant dan
juga tekanan subyektif yang cukup mencolok.
Terapi Perawatan Rumah Sakit tak dibutuhkan, kecuali jika ada
keingina untuk bunuh diri Antidepresan. Banyak pasien yang merespon
baik terhadap antidepresan, terutama penggunaan SSRI
c) SINGLE EPISODEGejala utama (derajat ringan, sedang, berat)
:1. Afek depresif2. Kehilangan minat dan kegembiraan3. Berkurangnya
energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah
yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas
Gejala lainnya :1. Konsentrasi dan perhatian yang berkurang2.
Harga diri dan kepercayaan diri yamg berkurang3. Gagasan tentang
rasa bersalah dan tidak berguna4. Pandangan masa depan yang suram
dan pesimistis5. Gagasan / perbuatan yang membahayakan diri / bunuh
diri6. Tidur terganggu7. Nafsu makan berkurang
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut
diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minngu untuk penegakkan
diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika
gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat
I. Episode depresif ringan1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari
3 gejala utama depresi2) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala
lainnya3) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya4) Lama
seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu5)
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan social yang
dilakukannya
II. Episode depresif sedang1) Sekurang-kurangnya harus ada 2
dari 3 gejala utama depresi seperti episode depresi ringan2)
Ditambah sekurang-kurangnya 3 ( dan sebaiknya 4 ) dari gejala
lainnya3) Lama seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya
sekitar 2 minggu4) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan
kegiatan social, pekerjaan, dan urusan rumah tanggaIII. Episode
depresif berat tanpa gejala psikotik1) Semua 3 gejala utama depresi
harus ada2) Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan
beberapa diantaranya harus berintensitas berat3) Bila ada gejala
penting (misalnya agitasi / retardasi psikomotor) yang mencolok,
maka pasien mungkin tidak mau / tidak mampu untuk melaporkan banyak
gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara
menyeluruh terhadap episode depresif berat masih dapat dibenarkan4)
Lama seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2
minggu, akan tetapi jika gejala mat berat dan beronset sangat
cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun
waktu kurang dari 2 minggu5) Sangat tidak mungkin pasien akan mampu
meneruskan kegiatan social, pekerjaan / urusan rumah tangga,
kecuali pada taraf yang sangat terbatasIV. Episode depresif berat
dengan gejala psikotik1) Episode depresi berat yang memenuhi
criteria episode depresif berat tanpa gejala psikotik2) Disertai
waham, halusinasi, stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide
tentang dosa, kemiskinan / malapetaka yang mengancam, dan pasien
merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik /
olfatorik biasanya berupa suara yang menghina, atau menuduh, atau
bau kotoran atau daging yang membusuk. Retardasi psikomotor yang
berat dapat menuju pada stupor.Jika diperlukan ,waham atau
halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan
afek (mood congruent)
d) RECURRENTGangguan Depresif BerulangPedoman diagnostik1.
Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari : episode
depresi ringan (F32.0) episode depresi sedang (F32.1) episode
depresi berat (F32.3)Episode masing-masing rata-rata lamanya
sekitar 6 bulan. Akan tetapi frekuensinya lebih jarang dibandingkan
dengan gangguan bipolar.2. Tanpa riwayat adanya episode tersendiri
dari peninggian afek dan hiperaktivitas yang memenuhi kriteria
mania (F30.1 dan F30.2). Namun kategori ini tetap harus digunakan
jika ternyata ada episode singkat dari peninggian afek dan
hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria hipomania (F30.0)
segera sesudah suatu episode depresif (kadang-kadang tampaknya
dicetuskan oleh tindakan pengobatan depresi)3. Pemulihan keadaan
biasanya sempurna diantara episode, namun sebagian kecil pasien
mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap,terutama pada usia
lanjut (untuk keadaan ini, kategori harus tetap digunakan).4.
Episode masing-masing, dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali
dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stres atau trauma
mental lain (adanya stres tidak esensial untuk penegakkan
diagnosis).
F33.0 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini RinganPedoman
Diagnostik Untuk diagnosis pastia) Kriteria untuk gangguan depresif
berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode sekarang harus memenuhi
kriteria untuk episode depresif ringan (F32.0) danb)
Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing
selama minimal dua minggu dengan selang waktu beberapa bulan tanpa
gangguan afektif yang bermaknaF33.1 Gangguan Depresif Berulang,
Episode Kini SedangPedoman diagnostic Untuk diagnosis pasti:a)
Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33) harus dipenuhi dan
episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi
sedang(F32.1) danb) Sekurang-kurangnya dua episode telah
berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu
beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.F33.2 Gangguan
Depresif Berulang, Episode Kini Berat Tanpa Gejala PsikotikPedoman
diagnostik Untuk diagnosis pasti:a) Kriteria untuk gangguan
depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode sekarang harus
memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala
psikotik (F32.2) danb) Sekurang-kurangnya dua episode telah
berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu
beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.F33.3 Gangguan
Depresif Berulang, Episode Kini Berat dengan Gejala PsikotikPedoman
diagnostik Untuk diagnosis pasti:a) Kriteria untuk gangguan
depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode sekarang harus
memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala
psikotik (F32.3) danb) Sekurang-kurangnya dua episode telah
berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu
beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.F33.4 Gangguan
Depresif Berulang, Kini dalam RemisiPedoman diagnostik Untuk
diagnosis pasti:a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang
(F33.-) harus pernah dipenuhi di masa lampau, tetapi keadaan
sekarang seharusnya tidak memenuhi kriteria untuk episode depresif
dengan derajat keparahan apapun atau gangguan lain apapun (F30-F39)
danb) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung
masing-masing selama 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan
tanpa gangguan afektif yang bermaknaF33.8 Gangguan Depresif
Berulang LainnyaF33.9 Gangguan Depresif Berulang Lainnya YTT
2. MANIADefinisiMania ditandai dengan aktivitas fisik yang
berlebihan dan perasaan gembira yang luar biasa, yang secara
keseluruhan tidak sebanding dengan peristiwa positif yang
terjadi.Bentuk mania yang lebih ringan adalah hipomania. Pada
kelainan unipolar, depresi terjadi tanpa disertai oleh episode
manik. Mania seringkali merupakan bagian dari kelainan bipolar
(penyakit manik-depresif). Beberapa orang yang tampaknya hanya
menderita mania, mungkin sesungguhnya mengalami episode depresi
yang ringan atau singkat. Baik mania maupun hipomania lebih jarang
terjadi dibandingkan dengan depresi. Mania dan hipomania agak sulit
dikenali; kesedihan yang berat dan berkelanjutan akan mendorong
seseorang untuk berobat ke dokter, sedangkan kegembiraan jarang
mendorong seseorang untuk berobat ke dokter karena penderita mania
tidak menyadari adanya sesuatu yang salah dalam keadaan maupun
perilaku mentalnya.
EtiologiKelainan fisik yang bisa menyebabkan mania:1. Efek
samping obat-obatan - Amfetamin - Obat anti-depresi - Bromokriptin
- Kokain - Kortikosteroid - Levodopa - Metilfenidat 2. Infeksi -
AIDS - Ensefalitis - Influenza - Sifilis (stadium lanjut) 3.
Kelainan hormonal - Hipertiroidisme 4. Penyakit jaringan ikat -
Lupus eritematosus sistemik 5. Kelainan neurologis - Tumor otak -
Cedera kepala - Korea Huntington - Sklerosis multipel - Stroke -
Korea Sydenham - Epilepsi lobus temporalis
GejalaGejala manik berkembang dengan cepat dalam beberapa hari.
Pada stadium awal mania, penderita merasa lebih baik dari biasanya
dan seringkali tampak lebih ceria, lebih muda dan lebih
bersemangat. Penderita biasanya merasa senang, tetapi juga bisa
mudah tersinggung, senang bertengkar atau memusuhi secara
terang-terangan. Yang khas adalah bahwa penderita yakin dirinya
baik-baik saja. Kurangnya pengertian akan keadaannya sendiri
disertai dengan aktivitas yang sangat luar biasa, bisa menyebabkan
penderita tidak sabar, mengacau, suka mencampuri urusan orang lain
dan jika kesal akan lekas marah dan menyerang. Aktivitas mentalnya
semakin cepat (suatu keadaan yang disebut flight of ideas).
Perhatian penderita mudah teralihkan dan selalu berpindah-pindah
dari satu tema ke tema lainnya. Penderita memiliki keyakinan yang
salah mengenai kekayaan, kekuasaan, keahlian dan kecerdasan
seseorang; dan kadang menganggap dirinya adalah Tuhan. Penderita
yakin bahwa dirinya sedang dibantu atau dihukum oleh orang lain;
atau memiliki halusinasi, yaitu mendengar dan melihat benda-benda
yang sesungguhnya tidak ada.Kebutuhan tidurnya berkurang. Penderita
tidak henti-hentinya mengikuti berbagai kegiatan (misalnya usaha
dagang yang beresiko, judi atau perilaku seksual yang berbahaya),
tanpa memikirkan bahaya sosial yang mungkin terjadi. Pada kasus
yang berat, aktivitas fisik dan mental penderita sangat hiruk pikuk
sehingga setiap kaitan yang jelas antara suasana hati dan perilaku
hilang dalam suatu bentuk agitasi yang tanpa perasaan (mania
delirius). Pada keadaan ini diperlukan penanganan segera, karena
penderita bisa meninggal akibat kelelahan fisik yang luar biasa.
Gejala-gejala mania:1. Suasana hati - Gembira, mudah tersinggung
atau bermusuhan - Kesedihan sesaat 2. Gejala psikis lainnya - Harga
diri yang berlebihan, membual, merasa berkuasa - Fikiran
melompat-lompat, fikiran yang baru dipicu oleh bunyi kata-kata,
bukan oleh artinya; cenderung mudah teralihkan - Minat yang
berlebihan terhadap kegiatan yang baru, semakin banyak berhubungan
dengan orang-orang (yang seringkali merasa terasing karena
penderita suka ikut campur dan mengganggu), senang berbelanja,
kecerobohan seksual, penanaman modal pada usaha yang konyol 3.
Gejala psikotik - Delusi akan bakat yang luar biasa - Delusi akan
kebugaran fisik yang luar biasa - Delusi akan kekayaan, keturunan
bangsawan atau identitas kebesaran lainnya - Halusinasi dengar atau
lihat - Paranoia 4. Gejala fisik - Tingkat aktivitas meningkat -
Mungkin terjadi penurunan berat badan karena meningkatnya aktivitas
dan kurangnya makan - Berkurangnya kebutuhan akan tidur -
Meningkatnya gairah seksual.
DiagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya. Pedoman
Diagnosis1. Mania tanpa gejala psikotik Episode sekurang kurangnya
1 minggu, dan cukup berat sampai mengacaukan seluruh atau hampir
seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga
terjadi aktivitas berlebihan, percepatan dan kebenyakan bicara,
kebutuhan tidur yang berkurang, ide ide perihal kebesaran
(grandiose ideas) dan selalu optimistik.2. Mania dengan gejala
psikotik Bentuk mania yang lebih berat. Harga diri yang membumbung
dan gagasan kebesaran dapat berkembang dapat menjadi waham
kebesaran (delusion of grandeur), iritabilitas dan kecurigaan.
Waham dan halusinasi sesuai dengan keadaan afek tersebut.3.
Hipomania Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania, afek yang
meninggi dan berubah disertai peningkatan aktivitas, menetap
sekurang kurangnya selama beberapa hari berturut turut, dan tidak
disertai halusinasi atau waham. Pengaruh nyata dan kelancaran
pekerjaan dan aktivitas sosial memang sesuai dengan diagnosis
hipomania, akan tetapi bila kekacauan itu berat dan menyeluruh,
maka diagnosis mania haruz ditegakkan.
PenatalaksanaanLitium bisa mengurangi gejala-gejala mania.
Litium baru mulai bekerja setelah 4-10 hari, karena itu pada saat
yang sama diberikan obat yang bekerja segera (misalnya haloperidol)
untuk mengendalikan fikiran dan aktivitas yang berlebihan. Tetapi
haloperidol bisa menyebabkan kekakuan otot dan pergerakan yang
tidak biasa. Karena itu diberikan dalam dosis kecil, yang
dikombinasikan dengan benzodiazepin (misalnya lorazepam atau
klonazepam), yang akan memperkuat efek anti-manik dari haloperidol
dan mengurangi efek samping yang tidak diinginkan.
3. ENDOGENOUS DEPRESSIONDepresi yang bukan disebabkan oleh
stressor dari lingkungan, biasanya karena faktor genetic dan
kelainan organic.
4. REACTIVE DEPRESSIONDepresi yang disebabkan oleh stress dari
lingkungan, biasanya berupa kejadian tertentu seperti masalah dalam
hubungan, kematian orang dekat, kehilangan orang yang dicintai,
pindah kerja, atau kejadian lain yang mempengaruhi kehidupan.
BIPOLAR DISORDER
Definisi Gangguan ini bersifat oleh episode berulang
(sekurang-kurangnya 2 episode) dimana afek pasien dan tingkat
aktifitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari
peningkatan afek disertai penambahan energi (mania atau hipomania)
dan pada waktu lain berupa penurunan afek berupa penurunan afek
disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi).
Etiologi 80-90% pasien dengan bipolar memiliki riwayat keluarga
yang memilki gangguan mood
KlasifikasiBipolar I ditandai dengan terjadinya satu atau lebih
episode manik atau episode campuran, dan biasanya diikuti dengan
episode depresi mayor umumnya cukup parah dan perlu perawatan di
rumah sakit.Bipolar II dikarakterisir oleh satu atau lebih episode
depresi mayor dan diikuti sedikitnya satu episode
hipomanik.Siklotimik ditandai dengan adanya sejumlah episode
hipomanik atau gejala depresi, tetapi gejala itu belum termasuk
dalam kriteria manik atau depresi mayor masih ringan tetapi mungkin
bisa berkembang menjadi bipolar I atau II pada 15-50% pasien.
Diag