RESUME BUKU MENJADI GURU YANG BAIK Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mandiri Mata Kuliah Konseling Mikro Dosen Pengampu: Aep Saepuloh, M.Pd.I Oleh: Riska Nur’Akhidah Sari 050311.1011
RESUME BUKU
MENJADI GURU YANG BAIK
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mandiri
Mata Kuliah Konseling Mikro
Dosen Pengampu: Aep Saepuloh, M.Pd.I
Oleh:
Riska Nur’Akhidah Sari
050311.1011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NAHDHATUL ULAMA (UNU) CIREBON
2015
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah swt yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan buku ini.
Resume buku ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Konseling Mikro. Resume buku ini berjudul “Menjadi Guru Yang
Baik”. Resume buku ini terdiri atas enam bab, bab empat berisi macam-macam
lembaga pendidikan, bab lima berisi indikator keberhasilan pendidikan, bab enam
berisi dilema psikologis yang dialami guru, bab tujuh menjelaskan guru
profesional berwatak paripurna, bab delapan menjelaskan profesionalitas guru
berbasis keunggulan dan karakter, dan bab sembilan menjelaskan tentang etika
kerja, etos kerja, dan kode etik guru.
Dalam penyusunan resume buku ini penulis merasa masih banyak
kekurangan pada teknik penulisan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan resume buku ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita maupun
masyarakat
Cirebon, Februari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB IV LEMBAGA PENDIDIKAN
A. Lembaga Pendidikan Dalam Keluarga ......................................... 1
B. Pendidikan Dalam Masyarakat ..................................................... 1
C. Pendidikan Sekolah ....................................................................... 1
BAB V INDIKATOR KEBERHASILAN PENDIDIKAN
A. Indikator Keberhasilan Proses Pendidikan ................................... 3
B. Beberapa Cara Guru Belajar ........................................................ 5
C. Pendidikan di Era Globalisasi ....................................................... 5
D. Guru Harus Menjadi Kekuatan Moral .......................................... 6
BAB VI GURU DALAM DILEMA PSIKOLOGIS
A. Terisolasi ....................................................................................... 7
B. Hubungan Antar Manusia ............................................................. 7
C. Rutinitas ........................................................................................ 7
D. Kendala Guru Pemula ................................................................... 7
E. Karier Tak Berjenjang .................................................................. 8
F. Kurang Dialog Mengenai Pengajaran ........................................... 8
G. Kurang Keterlibatan Dalam Pengambilan Keputusan Kurikulum
Sekolah Dan Pengajaran ............................................................... 8
BAB VII INDIKATOR KEBERHASILAN PENDIDIKAN
A. Guru Di Garda Terdepan Pendidikan ........................................... 9
B. Guru yang Diharapkan: Profesional, Sejahtera, dan Terlindungi. . 10
C. Watak Guru yang Paripurna ......................................................... 10
D. Ciri-Ciri Watak Paripurna ............................................................. 10
BAB VIIIPROFESIONALITAS GURU BERBASIS KEUNGGULAN DAN
KARAKTER
A. Guru Profesional ........................................................................... 11
B. Mengembangkan Profesionalitas ................................................. 11
C. Strategi Pengembangan ................................................................. 12
BAB IX ETIKA KERJA, ETOS KERJA, DAN KODE ETIK GURU
A. Etika Kerja .................................................................................... 14
B. Etos Kerja dan Loyalitas Kerja ..................................................... 14
C. Kode Etik Guru ............................................................................. 15
PENUTUP .......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 17
BAB IV
LEMBAGA PENDIDIKAN
Lembaga pendidikan merupakan suatu organisasi yang menangani dan
melaksanakan proses pendidikan bagi seorang individu dari kandungan sampai
dewasa. Ki Hajar Dewantara meringkas lembaga pendidikan menjadi 3 lembaga
yang dikenal dengan istilah Tri Pusat Pendidikan. Berikut penjelasan dari ketiga
lembaga tersebut:
A. Pendidikan Keluarga
Lembaga pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang
pertama dan utama. Oleh karena itu, pengaruh dan fungsi pendidikan keluarga
sangat penting dalam membentuk kepribadian dan menentukan perkembangan
anak
B. Pendidikan Masyarakat
Lembaga masyarakat memiliki norma-norma sosial budaya yang harus
diikuti oleh warganya, dan akan berpengaruh dalam pembentukan kepribadian
warganya dalam bertindak dan berperilaku. Karena di dalam pergaulan
masyarakat anak akan belajar langsung dengan apa yang mereka lihat dan
alami.
C. Pendidikan Sekolah
Lembaga sekolah memegang peranan yang sangat penting dalam
perkembangan intelektual dan psikologi anak. Namun selain itu, sekolah juga
berperan dalam membentuk kepribadian anak didik dalam menyalurkan dan
mengembangkan bakat dan minat anak didik untuk dapat menjadi seseorang
yang berguna bagi dirinya dan bangsanya
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, bab IV pasal 14, jenjang pendidikan
formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi. Selanjutnya menurut Bab IV Pasal 15 jenis pendidikan mencakup
pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan
khusus. Sedangkan untuk jenis-jenis pendidikan terbagi menjadi lima jenis,
yaitu:
1. Pendidikan Umum. Meliputi SD sampai perguruan tinggi
2. Pendidikan Kejuruan. Meliputi SMK, STM, SMIK, dan lain-lainnya
3. Pendidikan Luar Biasa. Meliputi SLB
4. Pendidikan Kedinasan. Meliputi SPK, IIP
5. Pendidikan Keagamaan. Meliputi MI, MTs, MA, UIN
BAB V
INDIKATOR KEBERHASILAN PENDIDIKAN
A. Indikator Keberhasilan Proses Pendidikan
Keberhasilan proses pendidikan sangat ditentukan oleh pendidik dan
peserta didik dalam menerima pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran
tersebut tidak hanya diukur berdasarkan perubahan cara berpikir peserta didik,
tetapi juga berdasarkan perubahan perilaku yang ditunjukan peserta didik.
Oleh karena itu, agar peserta didik dapat menunjukan perubahan cara berpikir
maupun berperilaku yang baik, seorang pendidik sebagai model bagi anak
didiknya dituntut untuk mampu memiliki dan menunjukan sikap disiplin, kasih
sayang, kejujuran, kewibawaan, komitmen, dan tanggung jawab. Adapun
berikut penjelasannya:
1. Disiplin
Disiplin adalah tindakan yang dilakukan sesuai dengan norma yang
berlaku. Individu yang mampu menerapkan disiplin dalam hidupnya akan
menjadi pribadi yang tangguh dan bermanfaat bagi lingkungan. Begitu juga
dengan seorang pendidik sebagai panutan bagi para anak didiknya dituntut
untuk mampu menunjukan sikap disiplin waktu bagi seluruh anak didiknya.
Dengan mendapatkan panutan yang baik dalam disiplin waktu, anak didik
akan memiliki jiwa yang tangguh, sehingga dapat membiasakan hidup
secara baik, positif dan bermanfaat bagi lingkungan. Selain itu jika pendidik
dan anak didik sudah mampu disiplin waktu proses belajar mengajar di
sekolah akan berlangsung dengan tertib, kondusif, dan mematuhi peraturan
yang ada dalam lembaga tersebut
2. Kasih Sayang
Pendidik yang memiliki dan menunjukan rasa kasih sayang pada anak
didiknya akan dengan mudah dapat menanamkan sesuatu yang
diinginkannya pada anak didik. Selain itu juga, dengan kasih sayang akan
timbul komunikasi yang baik antar pendidik dan anak didik. Anak didik
akan memiliki kesadaran dan kesenangan untuk melakukan apa yang
diharapkan oleh pendidik. Jika komunikasi dalam pendidikan dilandasi
dengan kasih sayang, maka akan terjadi situasi yang menyenangkan dalam
proses pendidikan sehingga tujuan yang menjadi target dalam proses
pendidikan mudah diwujudkan.
3. Kejujuran
Kejujuran adalah lurus hati atau tidak mengingkari. Namun sangat
disayangkan di jaman sekarang ini sulit untuk menemukan orang yang
benar-benar jujur. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan harus ditanam
kejujuran kepada anak didik sebagai generasi bangsa selanjutnya. Sehingga
kelak kejujuran tersebut dapat menjadi pembiasaan di dalam kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa. Adapun penanaman kejujuran dapat
dilakukan melalui ucapan dan perbuatan
4. Kewibawaan
Kewibawaan seorang pendidik akan memberikan pengaruh kepada
anak didik untuk patuh terhadap apa yang diperintahkan oleh pendidik.
Kewibawaan seorang pendidik tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya
yang mengandung kepemimpinan dan daya tarik.
5. Komitmen
Seorang pendidik harus mampu menerapkan komitmen dalam proses
pendidikan, Artinya ucapan seorang pendidik harus selalu selaras dengan
perbuatannya. Sehingga dengan komitmen yang ditunjukan pendidiknya,
anak didik akan dapat menemukan sosok pendidik yang benar-benar nyata,
tidak dipenuhi dengam kepura-puraan.
6. Tanggung Jawab
Pendidik yang memiliki tanggung jawab yang besar terhadap anak
didiknya akan selalu memandang anak didik sebagai bangsa yang akan
menjadi pewaris generasi tua, yang akan menentukan perjalanan bangsa
dimasa mendatang. Selain itu, pendidik yang beratanggung jawab akan
selalu berpikir bahwa pekerjaannya akan diminta pertanggungjawaban, baik
oleh masyarakat, dan terlebih oleh Tuhan Yang Maha Adil
B. Beberapa Cara Guru Belajar
Seiring perkembangan jaman pendidik dituntut untuk dapat
menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan perubahan yang ada agar pendidik
senantiasa belajar bagaiman cara belajar yang baik. Banyak cara yang dapat
dilakukan guru untuk belajar, diantaranya seperti berikut:
1. Belajar dari praktik pembelajaran yang dilakukannya
Belajar untuk memonitor, menganalisis dan melakukan refleksi atas
setiap praktik pembelajaran yang dilakukannya
2. Belajar melalui interaksi dengan guru lain
Guru dapat belajar banyak hal dan berbagi pengalaman melalui
interaksi dengan guru lain, baik secara formal maupun nonformal.
3. Belajar melalui ahli atau konsultasn
Guru dapat belajar melalui seorang ahli atau konsultan. Melalui cara
ini, para guru akan memperoleh pemahaman tentang berbagai inovasi
pendidikan sekaligus memperoleh pendidikan dan penerapannya.
4. Belajar melalui pendidikan lanjutan dan pendalaman
Dalam upaya meningkatkan kemampuan guru, seyogyanya guru
didorong untuk dapat melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi atau
mengikuti pendidikan pendalaman akademik
5. Belajar melalui organisasi
Pendidik yang mengikuti suatu organisasi akan menunjukan jiwa
kepemimpinan dan lebih memiliki kemampuan dalam hal berinteraksi
dengan orang lain. Sehingga ini akan berdampak langsung terhadap
perkembangan kompetensi pribadinya.
C. Pendidikan di Era Globalisasi
Perkembangan arus teknologi dan informasi, juga komunikasi telah
memberikan pengaruh yang besar dalam dunia pendidikan, khususnya dalam
proses pembelajaran dan pola perilaku perkembangan anak didik. Oleh karena
itu seorang pendidik dituntut untuk mampu mengembangkan sikap tegas untuk
mengantisispasi perkembangan IPTEK
D. Guru Harus Menjadi Kekuatan Moral
Nilai-nilai moral yang dimiliki anak didik mulai terkikis seiring
perkembangan jaman. Oleh karena itu, tugas guru sebagai penjaga dan
pendidik moral harus disadari sepenuhnya oleh para guru, sehingga dapat
membentuk anak didik yang memiliki nilai-nilai moral. Mengingat tuntutan
ketiga kompetensi dari keempat kompetensi yang harus dimiliki guru,
bermuara pada tuntutan nilai-nilai kemanusiaan dan nilai moral, baik
kompetensi pedagogik, kepribadian, maupun sosial.
BAB VI
GURU DALAM DILEMA PSIKOLOGIS
Dalam menjalankan tugasnya, para pendidik akan banyak menemukan
dilema psikologis yang dapat berkembang menjadi konflik, frustasi, dan bahkan
gangguan psikis. Diantara penyebab dilema psikologis yang sering dialami oleh
pendidik adalah sebagai berikut:
A. Terisolasi
Penataan struktur ruang kelas tempat guru bertugas membuat guru
bekerja secara individual dan berada pada lingkungan yang terisolasi. Karena
guru beraktivitas tanpa memperoleh informasi balikan berupa berbagi
pengalaman dari sesama guru
B. Hubungan Antarmanusia
Ragam kepribadian dan pola tingkah laku siswa yang berasal dari
berbagai latar belakang sosial ekonomi sering kali menimbulkan dilema
psikologis bagi guru. Tidak hanya kaitannya dengan siswa, melainkan juga
dengan pihak lain seperti orang tua siswa, keluarga, personil sekolah dan
birokrasi pendidikan dengan beragam tuntutan makin menambah panjangnya
deretan dilema psikologis
C. Rutinitas
Situasi lingkungan kerja dan aktivitas guru yang sudah dipolakan dapat
menghambat perkembangan kreativitas guru dan memberikan dampak
psikologis bagi guru seperti kebosanan, apatis, pasif, reaktif, mekanis, dan
sebagainya
D. Kendala Guru Pemula
Guru pemula memerlukan orientasi untuk mengenal situasi baru dan
mempersiapkan diri dalam memulai pelaksanaan tugasnya. Namun pada
kenyataannya sering kali guru pemula tidak memperoleh bantuan untuk
memulai tugasnya, baik dari kepala sekolah, pengawas, maupun guru-guru
senior. Dari pihak kedinasan dan birokrasi juga jarang ditemukan adanya
program orientasi awal masa tugas bagi guru pemula. Program yang disebut
pendidikan dan pelatihan prajabatan lebih banyak berkenaan dengan berbagai
hal yang bersifat administrasi kepegawaian. Lingkungan kerja guru dengan
kondisi seperti itu menjadi kendala untuk memulai tugasnya, karena mereka
berupaya sendiri dalam memulai tugas dan melakukn penyesuaian diri dalam
berbagai aspek. Akibatnya dampak psikologis yang mungin timbul adalah rasa
terasing, yang kemudian berkembang menjadi rasa tidak nyaman dan
menurunnya motivasi kerja
E. Karier Tak Berjenjang
Guru langsung terjun ke dunia kerjanya. Dengan begitu, baik guru
pemula maupun guru senior tidak memiliki perbedaan dalam pembagian tugas.
Hanya yang membedakannya adalah gaji yang diterima dan pangkat yang
semakin tinggi.
F. Kurang Dialog Mengenai Pengajaran
Para guru jarang melakukan diskusi berkenaan dengan pengajaran, baik
antar sesama guru maupun dengan kepala sekolah. Padahal dengan diskusi
antar guru ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai
pengajaran sehingga dapat meningkatkan kometensi guru
G. Kurang Keterlibatan Dalam Pengambilan Keputusan Kurikulum Sekolah dan
Pengajaran
Kebijakan pendidikan termasuk kurikulum selalu ditetapkan langsung
dari atas tanpa melibatkan guru. Padahal sejatinya yang lebih mengetahui
mengenai keadaan siswa dan kondisi sekolah adalah guru sebagai tenaga
pendidik. Ketidakmampuan guru dalam menyesuaikan diri dengan perubahan
kurikulum yang ada kerap kali berpengaruh pada unjuk kerjanya, dan bermuara
langsung pada kondisi psikologis dilematis guru.
BAB VII
MEMBANGUN GURU PROFESIONAL BERWATAK PARIPURNA
A. Guru di Garda Terdepan Pendidikan
Guru merupakan unsur utama dalam keseluruhan proses pendidikan
khususnya di tingkat insitutsional dan instruksional. Karena kebijakan dan
program pendidikan akan ditentukan oleh guru selaku pihak yang berada di
garis terdepan. Namun, sangat disayangkan hingga saat ini guru kurang
mendapat tempat yang proporsional dan professional, karena mereka lebih
banyak diperlakukan sebagai komponen objek dan bukan sebagai subjek insan
pendidikan. Saatnya kini kita membuat kebijakan dengan paradigma baru,
yaitu guru memperoleh proritas sentral dalam pemberdayaan otonomi
pedagogisnya dalam mewujudkan guru profesional
B. Guru yang Diharapkan: Profesional, Sejahtera dan Terlindungi
Menghadapi berbagai tantangan dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan nasional, diperlukan kualitas guru yang mampu menunjukan
kinerja profesional, modern, dalam nuansa pendidikan dengan dukungan
kesejahteraan yang memadai dan berada dalam lindungan kepastian hukum.
Saat ini lahir Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, sebagai satu landasan konstitusional yang sekaligus sebagai payung
hukum yang memberikan jaminan bagi para guru dan dosen secara profesional,
sejahtera dan terlindungi.
Berdasarkan undang-undang guru dan dosen (pasal 7 ayat 1) prinsip
profesional guru diantaranya mencakup:
1. Memiliki bakat, minat, panggilan dan idealisme
2. Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas
3. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas
4. Memiliki ikatan kesejawatan dan kode etik profesi
5. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan
Sedangkan berdasarkan undang-undang guru dan dosen (pasal 14)
kesejahteraan guru dan perlindungan terhadap profesi guru diantaranya
mencakup:
1. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan
kesejahteraan sosial
2. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi
kerja
3. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas
kekayaan intelektual
4. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas
5. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi
C. Watak Guru yang Paripurna
Membangun watak bangsa merupakan esensi pendidikan nasional.
Terkait hal itu, guru memiliki peran dan posisi yang penting. Semua upaya itu
harus diawali dengan membangun kualitas watak guru yang utuh dan
paripurna. Watak guru yang paripurna tercermin pada penampilan
kepribaiannya yang ditinjau dari keutuhan perilaku berdasarkan timbangan
nilai-nilai moralitas bangsa.
D. Ciri-ciri Watak Paripurna
Guru yang memiliki watak paripurna, memiliki ciri-ciri kepribadian yang
sehat sejalan dengan keseluruhan nilai-nilai normatif-religius. Guru yang
berwatak paripurna perilaku dan kinerja profesionalnya dilandasi dengan nilai-
nilai kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan moral,
kecerdasan sosial, dan kecerdasan spiritual.
BAB VIII
PROFESIONALITAS GURU BERBASIS
KEUNGGULAN DAN KARAKTER
A. Guru Profesional
Sebutan guru profesional mengacu pada penampilan unjuk kerja seorang
guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai guru. Dalam UU Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Pasal 1 ayat 4) dinyatakan bahwa
“Profesional adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau
kecakapan yang memenuhi standar atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi”
Di dalam keprofesionalan seorang guru telah mencakup profesionalisme
yaitu sikap mental dan komitmen untuk meningkatkan kualitas profesionalnya,
profesionalitas yaitu kualitas sikap serta derajat pegetahuan dan keahlian yang
dimiliki untuk melakukan semua tugas, dan profesionalisasi yaitu peningkatan
profesi untuk mencapai kriteria yang sesuai dengan standar tertentu
B. Mengembangkan Profesionalitas
Hermawan Kartajaya mengemukakan model pengembangan
profesionalitas “growth with chracter” yeng berbasis excellence (keunggulan),
profesionalisme, dan etika.. Dengan menggunakan model tersebut,
profesionalitas dapat dikembangkan dengan mendinamiskan tiga pilar utama
yaitu keunggulan, profesionalisme, dan karakter. Berikut penjelasannya:
Pilar pertama, yaitu excellence atau keunggulan, yang bermakna bahwa
sesorang profesional harus memiliki keunggulan dalam berkomitmen untuk
melaksanakan kinerjanya, keunggulan dalam memiliki kecakapan potensial
maupun kecapan nyata, keunggulan dalam memiliki motivasi yang kuat untuk
menjadi yang pertama dan terbaik dalam bidangnya, dan keunggulan untuk
senantias melakukan perbaikan secara terus menerus
Pilar kedua adalah profesionalisme, yaitu sikap mental yang menjiwai
keseluruhan pola-pola profesionalitas. Sikap mental ini ditunjukan dengan
semangat atau keinginan untuk menambah pengetahuan, semangat
melaksanakan tugas secara sempurna, semangat untuk memberikan pelayanan
yang terbaik, dan semangat untuk mewujudkan pengabdian kepada orang lain
atas dasar kemanusiaan
Pilar ketiga yaitu etika. Seorang yang profesional memiliki kualitas
watak yang baik dengan menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
moral yang berlaku. Seperti kejujuran, tanggung jawab, menghormati,
konsekuen dalam tugas, peduli dengan tugas profesi dan menjadi warganegara
yang memahami seluruh hak dan kewajibannya dan mewujudkannya dalam
perilaku profesinya
C. Strategi Pengembangan
Pengembangan profesionalitas dapat dilaksanakan secara terpadu,
konsepsional, dan sistematis. Beberapa pendekatan untuk mengembangkan
profesionalitas dintaranya melalui:
1. Pelaksanaan tugas
Tugas-tugas yang diberikan dalam kegiatan pelaksanaan tugas,
secara lagsung ataupun tidak langsung merupakan salah satu upaya
peningkatan kompetensi guru. Cara ini sangat tepat dalam berbagai situasi,
melalui kegiatan-kegiatan:
a) Kerja kelompok untuk menumbuhkan saling menghormati dan
pemahaman sosial
b) Diskusi kelompok untuk bertukar pikiran dan membahas masalah yang
dihadapi bersama
c) Melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan, sehingga dapat
meningkatkan keterampilan dan rasa percaya diri
2. Respons
Peningkatan kompetensi melalui respons dilakukan dalam bentuk
suatu interaksi secara formal atau informal yang biasanya dilakukan melalui
berbagai interaksi pendidikan dan latihan, seminar, lokakarya, ceramah,
konsultasi, studi banding, penggunaan media, dan forum-forum lainnya. Hal
yang dapat menunjang respon ini adalah apabila guru berada dalam suasana
interaksi sesama guru yang memiliki kesamaan latar belakang dan tugas.
Misalnya MGBK
3. Penelusuran dan pengembangan diri
Peningkatan profesionalisme dapat diperoleh melalui suatu
perencanaan yang sistematis dengan menata dan mengembangkan protensi-
potensi pribadi agar mencapai suatu perwujudan diri yang bermakna
4. Dukungan system
Berkembangnya kompetensi guru akan banyak tergantung pada kondisi
sistem dimana guru bertugas. Karena peningkatan profesionalisme
berlangsung dalam system organisasi dan manajemen yang kondusif. Untuk
itu perlu diupayakan agar organisasi dan lingkungan dapat tertata menjadi
suatu sistem dengan manajemen yang menunjang pengembangan
profesionalisme guru.
Manajemen guru mencakup fungsi-fungsi yang berkenaan dengan:
a. Profesionalisme, standar, sertifikasi, pendidikan pra jabatan,
b. Rekrutmen dan penempatan, promosi dan mutasi,
c. Gaji, intensif dan pelayanan, supervise dan dukungan profesional
BAB IX
ETIKA KERJA, ETOS KERJA, DAN KODE ETIK GURU
Etika kerja, etos kerja, dan kode etik merupakan tiga hal yang saling
terkait daen mempunyai peranan yang besar dalam mewujudkan proses dan
kualitas kerja. Efektivitas, efesiensi, dan produktivitas suatu pekerjaan akan
banyak tergantung kepada tiga unsur tersebut. Oleh karena itu setiap guru sudah
seharusnya memahami, menghayati dan mengamalkan ketiga hal itu dalam
keseluruhan kinerjanya. Berikut uraiannya:
A. Etika Kerja
Etika dapat diartikan sebagai suatu disiplin filosofis yang sangat
diperlukan dalam interaksi sesama manusia dalam memilih dan meutuskan
pola-pola perilaku yang sebaik-baiknya yang berdasarkan timbangan moral-
moral yang berlaku. Dengan adanya etika, manusia akan dapat memilih dan
memutuskan perilaku yang terbaik sesuai dengan norma-norma moral yang
berlaku. Dengan demikian, akan tercipta suatu pola-pola hubungan antar
manusia yang baik dan harmonis, seperti saling menghormati, saling
menghargai, saling menolong, dan sebagainya.
B. Etos Kerja dan Loyalitas Kerja
Etos kerja merupakan tuntutan internal untuk berprilaku etis dalam
mewujudkan unjuk kerja yang baik dan produktif. Dengan etos kerja yang
baik dan kuat, diharapkan seorang pekerja akan senantiasa melakukan
pekerjaannya secara efektif dan produktif dalam kondisi pribadi yang sehat
dan berkembang. Perwujudan unjuk kerja ini bersumber pada kualitas
kompetensi kepribadian yang mencakup aspek religi, intelektual, sosial,
pribadi, fisik, moral, dan sebagainya.
Loyalitas kerja merupakan kondisi internal dalam bentuk komitmen
dari pekerja terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Loyalitas merupakan landasan berprilaku kerja dalam bentuk kesediaan untuk
mengikuti dan menaati hal-hal yang menjadi keharusannya.
Dengan menunjukan etika kerja dan etos kerja yang baik seorang
pekerja akan mampu mewujudkan loyalitas kerja. Artinya, mereka yang
menaati etika kerja dan memiliki etos kerja yang tinggi dan kuat, cenderung
akan memiliki loyalitas kerja yang baik
C. Kode Etik Guru
Kode etik guru merupakan tatanan yang menjadi pedoman dalam
menjalankan tugas dan aktivitas suatu profesi. Oleh karena itu para guru
seyogyanya berpikir dan bertindak atas dasar nilai-nilai, etika pribadi dan
profesional, dan proesdur yang legal. Dalam hal inilah keberadaan kode etik
sangat penting sebagai landasan etika moral, dalam melaksanakan tugasnya.
Namun dalam upaya mewujudkan kode etik guru Indonesia, perlu
memperhatikan sejumlah faktor yang hingga saat ini masih dirasakan sebagai
kendala. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Kualitas pribadi guru
2. Pendidikan guru
3. Sarana dan prasarana pendidikan
4. Sistem pendidikan
5. Kedudukan, karier dan kesejahteraan guru
6. Kebijakan pemerintah
Meskipun dalam mewujudkan kode etik guru banyak faktor yang
menjadi kendalanya. Namun, Kendala yang ada dapat diatasi dengan
mewujudkan kode etik guru dalam bentuk kebijakan manajemen guru dan
perlakuan terhadap profesi guru
PENUTUP
Penggunaan bahasa pada buku landasan pendidikan: menjadi guru yang baik
cukup sederhana, dan to the poin sehingga memudahkan pembaca untuk
memahami isi buku. Hanya saja pada desain cover buku, yang menggunakan
warna dasar abu-abu dan tulisan oren menjadikan buku kurang menarik karena
terlihat monoton. Namun secara keseluruhan buku Landasan Pendidikan: Menjadi
Guru yang Baik, sangat menarik untuk dibaca, dan bagus untuk dijadikan bahan
referensi bagi para mahasiswa calon guru dan guru
DAFTAR PUSTAKA
Mohamad Surya, Abdul Hasim, Rus Bambang Suwarno (2010). Landasan
Pendidikan: Menjadi Guru yang Baik. Bogor: Ghalia Indonesia