BAB I PERUBAHAN MATERI GENETIK PENGERTIAN MUTASI DAN SEBAB-SEBAB MUTASI A. Pengertian Mutasi Ada beberapa macam pengertian mutasi menurut beberapa sumber, antara lain: a. Proses yang dapat menyebabkan suatu perubahan pada suatu gen (Ayala dkk, 1989). b. Perubahan materi genetik yang dapat diwariskan dan tiba-tiba (Gardner, dkk, 1991). c. Sesuatu perubahan materi genetik yang dapat diwariskan dan dapat dideteksi yang bukan disebabkan oleh rekombinasi genetik (Russel, 1992). d. Proses yang menghasilkan perubahan struktur DNA atau kromosom (Klug dan Cummings, 1994). Perubahan materi genetik yang hasil perubahannya dapat (tidak selalu) siwariskan serta yang dapat (tidak selalu) dideteksi. Mutasi sangat lumrah terjadi karena materi genetik tersusun dari senyawa kimia (polinukleoida). Perubahan dapat berlangsung setiap kali ada perubahan yang memungkinnya terjadi. B. Sebab-Sebab Mutasi Secara umum penyebab mutasi adalah keadaan atau faktor- faktor lingkungan dan keadaan atau faktor internal materi genetik. Mutasi spontan adalah perubahan materi genetic yang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PERUBAHAN MATERI GENETIK
PENGERTIAN MUTASI DAN SEBAB-SEBAB MUTASI
A. Pengertian MutasiAda beberapa macam pengertian mutasi menurut beberapa sumber, antara lain:
a. Proses yang dapat menyebabkan suatu perubahan pada suatu gen (Ayala dkk, 1989).
b. Perubahan materi genetik yang dapat diwariskan dan tiba-tiba (Gardner, dkk, 1991).
c. Sesuatu perubahan materi genetik yang dapat diwariskan dan dapat dideteksi yang bukan
disebabkan oleh rekombinasi genetik (Russel, 1992).
d. Proses yang menghasilkan perubahan struktur DNA atau kromosom (Klug dan Cummings,
1994).
Perubahan materi genetik yang hasil perubahannya dapat (tidak selalu) siwariskan serta
yang dapat (tidak selalu) dideteksi. Mutasi sangat lumrah terjadi karena materi genetik tersusun
dari senyawa kimia (polinukleoida). Perubahan dapat berlangsung setiap kali ada perubahan
yang memungkinnya terjadi.
B. Sebab-Sebab Mutasi
Secara umum penyebab mutasi adalah keadaan atau faktor-faktor lingkungan dan
keadaan atau faktor internal materi genetik. Mutasi spontan adalah perubahan materi genetic
yang terjadi tanpa sebab-sebab yang jelas. Mutasi terinduksi adalah perubahan materi genetic
yang terjadi karena pemaparan makhluk hidup pada penyebab mutasi seperti radiasi pengion,
radiasi ultraviolet, dan berbagai senyawa kimia.
1) Keadaan atau Faktor Internal Materi Genetik sebagai Sebab Mutasi
Keadaan atau faktor internal yang dapat menjadi sebab terjadinya mutasi spontan antara
lain:
a. Kesalahan pada replikasi DNA
Misalnya adalah yang terkait dengan tautomerisme (akibat perubahan posisi sesuatu
proton yang mengubah suatu sifat kimia molekul). Pada basa purin dan pirimidin, perubahan
tautomeril mengubah sifat ikatan hidrogennya. Dalam hal ini S* dapat membentuk ikaan
hidrogen dengan A, G* dengan T, T* dengan G, A* dengan S. S*, G*, T*, dan A* adalah bentuk
yang jarang dari basa S, G, T, dan A akibat tautorisme.
Gambar 1.1 Tautomer dari basa timin, sitosin, adenine, dan guanine
Gambar 1.2 Ikatan hydrogen antara basa purin dan pirimidin dengan pasangan tautomer
Efek perikatan antar basa purin dan pirimidin dengan pasangan tautomer tampak jika
pada saat replikasi DNA. Pasangan tidak lazim akan memisah pada replikasi berikutnya,
kemudian masing-masingnya akan berpasangan dengan basa komplemennya sehingga terjadi
mutasi.
Gambar 1.3 Peristiwa mutasi yang terjadi akibat perubahan tautomerik pada basa DNA
b. “Penggelembungan” unting pada saat replikasi
Penggelembungan unting DNA dapat terjadi pada unting lama(template) maupun unting
baru. Jika penggelembungan terjadi pada unting lama maka akan terjadi delesi pada unting baru,
sebaliknya jika penggelembungan pada unting baru maka terjadi adisi pada unting baru.
Gambar 1.4 Peristiwa mutasi yang terjadi karena delesi dan adisi spontan akibat penggelembungan unting
DNA saat replikasi
c. Perubahan kimia tertentu
Perubahan kimia pada DNA yang dapat menjadi sebab terjadinya mutasi secara spontan
yakni depurinasi dan deaminasi basa-basa tertentu. Depurinasi adalah ketika purin (adenin dan
guanine) tersingkir dari DNA karena terputusnya ikatan kimia antara purin dan gula
deoksiribosa. Sedangkan deaminasi adala ketika suatu gugus asam amino tersingkir dari basa.
Gambar 1.5 Satu contoh depurinasi dari suatu unting DNA
Gambar 1.6 Contoh deaminasi pada molekul DNA
d. Transposisi elemen transposabel
Transposisi elemen transposabel sudah terbukti dapat menyebabkan terjadinya mutasi
gen dan mutasi kromosom atau aberasi kromosom. Mutasi gen akibat transposisi tersebut karena
terjadi insersi ke dalam gen. Selain itu, transposisi juga akan mempengaruhi ekspresi gen dengan
cara insersi ke dalam urut-urutan pengatur gen.
Salah satu contoh terjadinya mutasi karena transposisi dapat dilihat pada Drosophilla
yang timbul karena insersi elemen transposabel, sekalipun secara eksperimental keberhasilan
perlakuan dengan elemen transposabel masih jarang.
e. Efek gen mutator
Pada makhluk hidup juga dikenal adanya gen yang ekspresinya mempengaruhi frekuensi
mutasi gen-gen lain. Frekuensi mutasi gen-gen lain itu biasanya meningkat. Gen-gen yang
mempunyai pengaruh semacam itu disebut gen mutator. Dua contoh kelompok makhluk hidup
yang sudah diketahui memiliki gen mutator adalah E.coli dan Drosophilla.
2) Keadaan atau Faktor dalam Lingkungan sebagai Sebab Mutasi
Keadaan atau faktor dalam lingkungan dapat menyebabkan mutasi spontan maupun
mutasi yang terinduksi. Penyebab mutasi berupa keadaan atau faktor dalam lingkungan antara
lain:
a. Penyebab mutasi dalam lingkungan yang bersifat fisik
Penyebab mutasi dalam lingkungan yang bersifat fisik adalah radiasi dan suhu. Radiasi
sebagai penyebab mutasi dibedakan menjadi radiasi pengion (yang berenergi tinggi misalnya
sinar X, sinar gamma dan radiasi kosmik) dan radiasi non pengion (berenergi rendah misalnya
radiasi sinar ultraviolet).
Radiasi pengion mampu menembus jaringan/ tubuh makhluk hidup karena berenergi
tinggi. Selama menembus jaringan/ tubuh makhluk hidup sinar berenergi tinggi tersebut
berbenturan dengan atom sehingga terjadi pembebasan electron dan terbentuk ion-ion positif. Ion
positif berbenturan dengan molekul lain sehingga terjadi pembebasan electron dan terbentuk ion-
ion positif lebih lanjut. Kemudian terbentuk suatu sumbu ion sepanjang jalur terobosan sinar
berenergi tinggi tersebut.
Pada tumbuhan dan hewan tingkat tinggi sinar UV dapat menembus lapisan sel-sel
permukaan karena berenergi rendah, serta tidak menimbulkan ionisasi. Sinar UV membebaskan
energinya kepada atom-atom yang dijumpai, sehingga meningkatkan electron-elektron pada orbit
luar ke tingkat energy yang lebih tinggi. Atom dengan electron yang seperti itu disebut
tereksitasi.
Molekul yang mengandung atom yang berada dalam keadaan terionisasi maupun
tereksitasi, secara kimiawi lebih reaktif daripada molekul yang memiliki atom-atom yang berada
dalam keadaan stabil. Reaktivitas yang meningkat dari atom-atom pada molekul DNA
merupakan dasar dari efek mutagenic radiasi UV maupun radiasi sinar pengion. Reaktivitas yang
meningkat dapat mengakibatkan terjadinya sejumlah reaksi kimia, termasuk mutasi. Radiasi
pengion dapat menyebabkan terjadinya mutasi gen dan pemutusan kromosom yang berakibat
delesi, duplikasi, inverse, translokasi, serta fragmentasi kromosom.
Sinar X serta sebagian besar radiasi pengion lain dinyatakan dalam satuan unit rontgen
(unit r), yang diukut dalam hubungan dengan jumlah ionisasi per unit volume pada suatu
perangkat kondisi standar. Dalam hal ini 1 unit r adalah suatu jumlah radiasi pengion yang
menghasilkan satu muatan elektrostatik pada suatu volume 1 cm3/. Dosis penyinaran unit r tidak
mencakup suatu skala waktu. Dalam hubungan ini dosis yang sama dapat diperoleh melalui suatu
intensitas penyinaran yang rendah selama suatu periode waktu panjang. Hal tersebut sangat
penting karena pada kebanyakan kajian penelitian, frekuensi mutasi titik yang diinduksi
berbanding langsung dengan dosis penyinaran.
Gambar 1.7 Hubungan antara frekuensi mutasi letal yang terpaut kelamin yang diinduksi pada sperma
Drosophilla dengan dosis radiasi pengion
Efek utama dari radiasi suatu UV adalah dimerisasi timin. Dimerisasi timin menimbulkan
mutasi secara tidak langsung dalam dua cara, yaitu:
1) Dimer timin mengganggu helix ganda DNA serta menghambat replikasi DNA secara
akurat
2) Kesalahan yang terjadi selama proses sel untuk memperbaiki DNA yang rusak seperti
DNA yang mengandung dimer timin.
Suhu sebagai salah satu penyebab mutasi dimana akan menginduksi terjadinya poliploidi.
Selain faktor radiasi dan suhu, perlakuan dengan tekanan hidrostatik juda dapat menginduksi
terjadinya mutasi karena tekanan hidrostatik ini dapat menyebabkan terjadinya penghambatan
polar body karena rusaknya spindel meiosis.
b. Penyebab mutasi dalam lingkungan yang bersifat kimiawi
Penyebab mutasi yang bersifat kimiawi disebut juga dengan mutagen kimiawi. Secara
garis besar mutagen kimia dibedakan menjadi 3 yakni :
1) Analog basa, memiliki anggota yang mempunyai struktur molekul yang sangat mirip
dengan yang dimiliki basa yang terdapat pada DNA. Misalnya 5 Bromourasil yang analog
dengan timin dimana pada C kelima ditepati oleh gugus brom yang seharusnya diisi oleh gugus
metil yang dapat meningkatkan efek tautorisme. Pada bentuk keto 5BU berikatan dengan adenin
sedangkan pada bentuk enol berikatan dengan guanin.
2) agen pengubah basa (base modifying agents), dimana merupakan mutagen yang secara
langsung mengubah struktur maupun sifat kimia dari basa. Yang termasuk didalamnya adalah
agen deaminasi, agen hidroksi serta agen alkilasi.
3) agen interkalasi yang bekerja dengan cara melakukan insersi antara basa berdekatan
dengan pada satu atau kedua unting DNA contohnya proflavin, acridin, dll. Jika agen interkalasi
melakukan insersi antara pasangan basa yang berdekatan pada DNA template (saat replikasi)
maka suatu basa tambahan dapat diinsersikan pada unting DNA baru berpasangan dengan agen
interkalasi. Setelah satu atau lebih dari satu kali berlagsungnya replikasi yang diikuti oleh
hilangnya agen interkalasi akibat yang muncul adalah terjadinya suatu mutasi rangka karena
insersi suatu pasangan basa.
c. Penyebab mutasi dalam lingkungan yang bersifat biologis
Salah satu mutagen biologis adalah fag. Efek mutagenic yang ditimbulkan terutama
berkaitan dengan integrasi fag, pemutusan, dan delesi DNA inang, seperti pada herpes simplex,
SV40, rubella dan chicken pox yang mungkin timbul oleh efek nuclease atau karena gangguan
perbaikan DNA.
BAB II
MACAM-MACAM MUTASI DAN MUTASI YANG ACAK
A. Macam-Macam Mutasi
Dari sudut pandang macam sel yang mengalami mutasi, dikenal dengan adanya mutasi
somatik (terjadi pada sel-sel simatik) dan mutasi germinal (terjadi pada sel-sel germinal). Kedua
mutasi ini dapat diwariskan baik dalam reprosuksi aseksual dan reprosuksi seksual. Pada mutasi
somatik, sampai saat ini belum dapat diwariskan (pada hewan dan manusia), sedangkan pada
tumbuhan dapat diwariskan. Mutasi germinal akibatnya dapat segera terekspresikan pada
turunanya. Namun jika mutasi germinal itu bersifat resesif, maka mutasi tidak terdeteksi pada
turunannya. Jika mutasi tersebut terjadi pada sel gamet tentu saja hanya generasi tersebut yabf
mengalami gen mutan tersebut. Namun, jika mutasi terjadi pada spermatogonium atau
oogonium, maka beberapa gamet akan mengalami mutan tersebut.
B. Mutasi Kromosom dan Mutasi Gen
Berdasarkan lingkup kejadiannya yaitu lingkup gen dan lingkup kromosom, mutasi dibagi
menjadi dua yaitu mutasi gen dan mutasi kromosom. Mutasi gen terjadi pada lingkup gen, dan
mutasi kromosom terjadi pada lingkup kromosom. Mutasi gen yang terjadi dapat berupa
perubahan urutan DNA termasuk substitusi serta adisi atau delesi satu atau lebih pasangan basa.
Efek yang terjadi pada mutasi gen menimpa satu nukleotida yang terkena efek mutasi. Terdapat
macam mutasi gen yang disebut dengan mutasi titik (point mutation) yaitu mutasi gen yang
hanya menimpa satu pasang nukleotida dalam suatu gen.
Berhubungan dengan adanya mutasi gen, dikenal juga macam-macam mutasi gen yang
spesifik yaitu mutasi pergantian (substitusi) pasangan basa (base pair substitution mutation),