RESTORASI RESIN KOMPOSIT KAVITAS KELAS I 1. DEFINISI KAVITAS KELAS I RESTORASI KOMPOSIT Kavitas kelas I merupakan kavitas yang dimulai dengan kerusakan pada pit dan fissura yang terdapat pada permukaan oklusal gigi molar dan premolar, permukaan bukal dan lingual/palatal semua gigi di daerah 2/3 ke arah oklusal atau incisal, dan foramen caecum gigi anterior atas. Pit dan fissura merupakan hasil perpaduan yang tidak lengkap dari enamel dan sangat rentan terhadap karies. Dengan menggunakan cairan resin viskositas rendah, daerah ini dapat ditutup dengan cara melakukan etsa asam pada dinding-dinding pit dan fissura serta beberapa milimeter permukaan enamel yang berbatasan dengan daerah tersenut. Penelitian klinis menunjukkan bahwa pit and fissura sealants merupakan metode yang aman sekaligus efektif dalam mencegah karies. Sealant yang paling efektif digunakan pada anak-anak, yaitu diaplikasikan pada pit dan fissura gigi posterior permanen segera setelah mahkota klinis erupsi. Orang dewasa juga dapat memperoleh manfaat dari penggunaan sealants jika individu rentan terhadap karies karena perubahan dalam diet mereka atau karena kondisi medis. Indikasi penggunaan sealant adalah untuk lesi karies pada permukaan email pit dan fissura yang belum meluas ke dentinoenamel junction (DEJ). 1
71
Embed
Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas i (Teknik Klinis Yg Baik)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
RESTORASI RESIN KOMPOSIT KAVITAS KELAS I
1. DEFINISI KAVITAS KELAS I RESTORASI KOMPOSIT
Kavitas kelas I merupakan kavitas yang dimulai dengan kerusakan pada pit dan
fissura yang terdapat pada permukaan oklusal gigi molar dan premolar, permukaan bukal dan
lingual/palatal semua gigi di daerah 2/3 ke arah oklusal atau incisal, dan foramen caecum gigi
anterior atas. Pit dan fissura merupakan hasil perpaduan yang tidak lengkap dari enamel dan
sangat rentan terhadap karies. Dengan menggunakan cairan resin viskositas rendah, daerah ini
dapat ditutup dengan cara melakukan etsa asam pada dinding-dinding pit dan fissura serta
beberapa milimeter permukaan enamel yang berbatasan dengan daerah tersenut.
Penelitian klinis menunjukkan bahwa pit and fissura sealants merupakan metode
yang aman sekaligus efektif dalam mencegah karies. Sealant yang paling efektif digunakan
pada anak-anak, yaitu diaplikasikan pada pit dan fissura gigi posterior permanen segera
setelah mahkota klinis erupsi. Orang dewasa juga dapat memperoleh manfaat dari
penggunaan sealants jika individu rentan terhadap karies karena perubahan dalam diet mereka
atau karena kondisi medis. Indikasi penggunaan sealant adalah untuk lesi karies pada
permukaan email pit dan fissura yang belum meluas ke dentinoenamel junction (DEJ).
Gambar 1. Kavitas kelas 1. Gambar 2. Kavitas direstorasi Gambar 3. Tumpatan setelah 6 dengan Ceram-X bulan
1
1. RESTORASI RESIN KOMPOSIT
2. INDIKASI RESTORASI KOMPOSIT
Resin komposit dapat digunakan pada sebagian besar aplikasi klinis. Secara umum,
resin komposit digunakan untuk:
1. Restorasi kelas I, II, III, IV, V dan VI
2. Fondasi atau core buildups
3. Sealant dan restorasi komposit konservatif (restorasi resin preventif)
4. Prosedur estetis tambahan
1. Partial veneers
2. Full veneers
3. modifikasi kontur gigi
4. penutupan/perapatan diastema
5. Semen (untuk restorasi tidak langsung)
6. Restorasi sementara
7. Periodontal splinting
The American Dental Association (ADA) mengindikasikan kelayakan resin komposit
untuk digunakan sebagai pit and fissura sealant, resin preventif, lesi awal kelas I dan II yang
menggunakan modifikasi preparasi gigi konservatif, restorasi kelas I dan II yang berukuran
sedang, restorasi kelas V, restorasi pada tempat-tempat yang memerlukan estetika, dan
restorasi pada pasien yang alergi atau sensitif terhadap logam.
ADA tidak mendukung penggunaan komposit pada gigi dengan tekanan oklusal yang
besar, tempat atau area yang tidak dapat diisolasi, atau pasien yang alergi atau sensitif
terhadap material komposit. Jika komposit digunakan seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, ADA menyatakan bahwa "ketika digunakan dengan benar pada gigi-geligi
desidui dan permanen, resin berbahan dasar komposit dapat bertahan seumur hidup sama
seperti restorasi amalgam kelas I, II, dan V.”
2
8. KONTRAINDIKASI RESTORASI KOMPOSIT
Kontraindikasi utama dari penggunaan resin komposit sebagai material restorasi
adalah berhubungan dengan faktor-faktor yang muncul seperti isolasi, oklusi dan operator.
Jika gigi tidak dapat diisolasi dari kontaminasi cairan mulut maka resin komposit atau bahan
bonding lainnya tidak dapat digunakan. Hal ini terjadi karena resin komposit bersifat sangat
sensitif dan memerlukan ketelitian. Bila terkontaminasi cairan mulut, kemungkinan restorasi
akan lepas (Summitt dkk., 2006).
Jika semua kontak oklusi terletak pada bahan restorasi maka resin komposit
sebaiknya tidak digunakan. Hal ini karena resin komposit kekuatan menahan tekanan oklusi
lebih rendah dibandingkan amalgam. Diperlukan memperkuat sisa struktur gigi yang tidak
dipreparasi dengan prosedur restorasi komposit. Adanya perluasan restorasi hingga mencapai
permukaan akar, menyebabkan adanya celah pada pertemuan komposit dengan akar.
Penggunaan liner pada area permukaaan akar dapat mengurangi kebocoran, celah dan
sekunder karies. Tumpatan menggunakan komposit pada gigi posterior akan cepat rusak pada
pasien dengan tenaga pengunyahan yang besar atau bruxism, karena bahan komposit mudah
aus. Pasien dengan insidensi karies tinggi serta kebersihan mulut tidak terjaga juga dianjurkan
untuk tidak menggunakan tumpatan resin komposit (Baum, et al., 1995).
9. FAKTOR ISOLASI
Agar restorasi komposit dapat berhasil (untuk memulihkan fungsi, tidak mengganggu
jaringan, dan retensi pada gigi), komposit harus berikatan dengan struktur gigi, yaitu email
dan dentin. Struktur gigi yang dibonding memerlukan lingkungan yang terisolasi dari
kontaminasi cairan mulut atau kontaminan lainnya. Kontaminasi tersebut akan menghalangi
pembentukan ikatan. Jika daerah operasi dapat diisolasi dengan baik, maka prosedur bonding
yang dilakukan akan berhasil. Hal ini berlaku untuk penggunaan restorasi komposit, bonded
amalgam, atau ionomer kaca, serta bonding restorasi tidak langsung dengan penggunaan agen
penyemenan yang tepat. Jika daerah operasi tidak dapat sepenuhnya dilindungi dari
kontaminasi, maka yang digunakan adalah sebuah restorasi nonbonded amalgam, karena
kehadiran cairan mulut tidak menyebabkan masalah klinis yang signifikan dengan amalgam.
3
10. FAKTOR OKLUSAL
Material resin komposit kurang resisten dibandingkan dengan amalgam, namun
penelitian menyatakan bahwa daya resistensi resin komposit tidak jauh berbeda dengan
amalgam. Pada pasien dengan kekuatan oklusal yang besar, bruxism atau restorasi pada
seluruh permukaan oklusal penggunaan amalgam lebih baik dibandingkan dengan resin
komposit. Namun pada gigi dengan dengan tekanan oklusal yang normal dan kontak oklusal
normal pada struktur gigi penggunaan resin komposit baik sebagai bahan restorasinya.
11. KEMAMPUAN OPERATOR
Preparasi gigi untuk restorasi dengan resin komposit relatif mudah dan tidak
kompleks apabila dibandingkan dengan amalgam, namun dalam hal isolasi gigi, penempatan
etsa, primer dan bahan adhesif pada struktur gigi, insersi, finishing dan polishing dari resin
komposit lebih sulit dari restorasi amalgam. Dan menurut Jordan (1988), restorasi dengan
komposit lebih sulit digunakan pada gigi posterior, prosedur finishing yang lama, serta
proteksi pulpa menjadi lebih faktor kritis dibandingkan dengan amalgam karena komposit
merupakan material yang bersifat toksik. Dan waktu yang dibutuhkan untuk penambalan lebih
lama dan operator harus lebih berhati-hati (Baum, et al., 1995). Untuk itu operator harus
memberikan perhatian yang besar dan detail pada penyelesaian restorasi komposit secara
sempurna. Kemampuan dan pengetahuan dari penggunaan material dan keterbatasannya
sangat dibutuhkan oleh operator dalam menggunakan resin komposit sebagi bahan restorasi.
12. CLINICAL TECHNIQUE
1. Initial Clinical Procedure
Hal-hal yang diperlukan dalam tahap prosedur klinik adalah pemeriksaan lengkap,
diagnosis, dan rencana perawatan sebelum akan pasien dijadwalkan untuk menjalani suatu
operasi (dalam hal ini tidak termasuk kondisi gawat darurat).Sebelum melakukan prosedur
restorasi, hendaknya mempelajari kembali secara singkat mengenai rekam medis pasien,
rencana perawatan, dan ronsen foto yang ada.
4
2. Preparation of the Operating Site
Jika prosedur komposit hanya membutuhkan sedikit preparasi atau bahkan tidak
melakukan preparasi pada gigi sama sekali, maka diperlukan pembersihan area operasi
dengan menggunakan slurry pumice untuk menghilangkan plak, pelikel, dan pewarnaan
superfisial. Menghilangkan kalkulus dengan beberapa instrumen juga diperlukan. Tahapan-
tahapan tersebut akan menciptakan area yang baik untuk dilakukan bonding. Prophy paste
terdiri dari flavoring agents, gliserin, atau fluoride yang berperan melawan kontaminan dan
sebaiknya diberikan untuk mencegah kemungkinan timbulnya masalah saat prosedur etsa
asam.
3. Shade selection
Perhatian khusus harus kita berikan saat kita mencocokkan warna gigi dengan
komposit material. Umunya gigi berwarna putih dengan berbagai derajat variasi dari abu-
abu,kuning, atau orange. Juga berbeda-beda sesuai translusensi, ketebalan, serta distribusi
dari enamel dan dentin dan juga usia pasien. Faktor lain juga mempengaruhi seperti
Gb. 5. Groove extension. A, Cross-section through facial and lingual groove area. B, Extension through cusp ridge at 1.5 mm initial pulpal depth; facial wall depth is 0.2 mm inside the DEJ. C, Facial view.
Gb. 6. Beveling a facial groove extension. Coarse diamond creates a 0.5-mm bevel width at a 45-degree angle. A, Facial view. B, Occlusal view.
2. MODIFIED
Preparasi indirek dilakukan bagi mendapatkan ketebalan yang cukup untuk bahan
restoratif. Semua margin harus mempunyai butt-joint cavosurface angle 90º untuk
23
mendapatkan kekuatan marginal bagi bahan restorasi. Semua line dan point angles harus
dibuat membulat untuk mengelakkan stress pada restorasi dan gigi, sekaligus mengurangi
potensi untuk pecah.
Bur carbide atau diamond yang digunakan untuk preparasi gigi haruslah
berbentuk tapered supaya dinding fasial dan lingual divergen ke arah oklusal. Bentuk
divergen ini membolehkan insersi pasif untuk restorasi. Ujung mata bur haruslah bulat
supaya sudut yang dibentuk tidak tajam sehingga dapat mengurangi stress internal.
Derajat divergensi di antara 2º-5º pada setiap dinding. Sepanjang preparasi, instrument
potong untuk membuat dinding vertikal digerakkan segaris biasanya pada axis panjang
mahkota gigi.
Preparasi pada oklusal dengan kedalaman 1,5-2 mm. Kebanyakan komposit dan
keramik memerlukan isthmus dan groove dengan kelebaran 1,5mm untuk mengurangi
fraktur pada restorasi. Dinding fasial dan lingual dipreparasi sehingga cusps datar dan
halus. Idealnya, tidak boleh ada undercut yang menghalangi insersi bahan restorasi. Jika
ada undercut yang kecil, bisa di tutupi dengan menggunakan liner semen ionomer.
Dinding pulpa juga harus rata dan halus. Jika sisa karies atau bahan restorasi yang
sebelumnya mahu dibuang, dindingnya direstorasi dengan liner/base light-cured semen
ionomer. Margin gingival dikurangi seminimal mungkin karena margin pada enamel
lebih sering digunakan untuk bonding.
Apabila bagian dari dinding fasial atau lingual mempunyai karies atau defek,
prpearasi dilebarkan (dengan gingival shoulder) disepanjang transitional line angle
supaya kerusakan dapat dihilangkan. Dinding aksial pada pelebaran ini di preparasi untuk
mendapatkan ketebalan restorasi yang mencukupi. Cusp haruslah di capping jika
preparasi melebihi 2/3 atau lebih dari groove primer ke ujung cusps. Jika cusps di
capping, preparasi dikurangi 1,5-2mm dan mempunyai cavosurface angle 90º. Apabila
cusps dikapping, terutama centric cusps, shoulder haruslah dibuat dengan cavosurface
margin fasial dan lingual menjauhi dari kontak gigi antagonis.
1. TEKNIK RESTORASI
24
Matrix tidak di perlukan pada preparasi restorasi karena konturnya dapat dikontrol
secara langsung pada saat material komposit dimasukan ke dalam preparasi seperti pada
restorasi klas V. Hal ini benar terutama pada pemakaian lightcured material dimana
mempunyai working time yang lebih lama, sehingga operator dapat membuat kontur pada
restorasi apabila material restorasi masih berada dalam keadaan yang belum terpolimerisasi.
2. ETCHING, PRIMING DAN PENEMPATAN ADHESIVE
1. TEKNIK ETSA
2. Tujuan:
Pengerutan polimerisasi terjadi ketika resin metakrilat mengeras, oleh karena itu
kebocoran tepi restorasi lebih mungkin terjadi pada restorasi resin dibandingkan bahan
jenis lain. Bahan komposit yang ada saat ini tidak memiliki kemampuan untuk
menahan kebocoran tepi, sehingga kebocoran cairan mulut sering terjadi pada bagian
yang berdekatan dengan restorasi. Secara singkat tujuan etsa asam adalah
meningkatkan perlekatan mekanis dan menutup tepi. Prosedur ini memperluas
penggunaan bahan restorasi berbasis resin karena memberikan ikatan yang kuat antara
resin dan email serta memecahkan masalah yang dihadapi oleh restorasi berbasis resin
yaitu perubahan warna di bagian tepi karena kebocoran tepi restorasi yang berhadapan.
3. Penggunaan
Teknik etsa asam membentuk basis bagi kebanyakan prosedur inovatif kedokteran
gigi, seperti retensi logam berikatan resin, vinir berlapis porselen dan braket
ortodontik.1 Secara sistematis, ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
etsa asam : metode, waktu, konsentrasi asam, dan tipe asam yang digunakan.
4. Metode
Asam fosforik dapat diaplikasikan dalam bentuk gel dengan menggunakan kuas atau
injeksi. Kuas lebih dianjurkan karena ujung yang baik dari kuas akan mengikatkan
asam ke enamel pada preparasi chamfer-shoulder dan bulu kuas yang halus akan
mencegah gosokan kasar yang nantinya akan menghasilkan penurunan retensi akibat
fraktur dari enamel interstitial yang mengelilingi pori-pori yang sangat kecil
(micropore).
25
5. Waktu.
Waktu yang digunakan untuk etsa asam fosforik tidaklah lama, normalnya 10-60
detik.3 Waktu yang lebih lama tidak akan menambah kekuatan ikatan. Namun,
lamanya pemberian etsa bervariasi tergantung riwayat gigi yang dietsa. Aplikasi dapat
lebih lama (1 menit atau lebih) pada gigi susu dan gigi yang mengalami fluorosis
karena keduanya bersifat melawan prosedur etsa.
6. Konsentrasi asam.
Konsentrasi 30%-50% adalah yang paling efektif dan banyak terdapat di pasaran.1,3
Konsentrasi 37% merupakan konsentrasi terbanyak di pasaran. Konsentrasi lebih dari
50% dapat menyebabkan pembentukan monokalsium fosfat monohidrat pada
permukaan teretsa yang menghambat kelarutan lebih lanjut.
7. Tipe asam yang digunakan.
Ada 2 macam tipe asam yang dapat digunakan untuk etsa yaitu gel dan larutan encer.
Tipe larutan encer mudah untuk digunakan tetapi sangat sulit untuk mengontrol flow
cairan.2,3 Gel fosforik dengan viskositas tinggi seperti Caulk Gel Etchant atau
Ultradent Etching Gel lebih mudah untuk dikontrol secara klinis.2 Dalam
pembuatannya, gel tersebut seringkali dibuat dengan menambah silika koloidal atau
butiran polimer ke dalam asam.
Pada umumnya etsa dipasok dalam bentuk gel agar peletakan bahan dapat lebih
dikendalikan. Selama peletakan usahakan agar gelembung udara antara kedua bahan tidak
masuk karena jika ada gelembung udara daerah tersebut tidak dapat teretsa. Setelah
dietsa, asam harus dibilas dengan air selama 20 detik, kemudian enamel dikeringkan.
Tanda keberhasilan etsa tampak pada permukaan enamel yang berwarna putih salju.
Enamel ini harus dijaga agar tetap kering sampai resin diletakkan, tujuannya untuk
membentuk ikatan yang baik. Kontak dengan saliva atau darah misalnya, walaupun hanya
sebentar dapat menghalangi pembentukan resin tag yang efektif dan mengurangi
kekuatan ikatan. Jika terjadi kontaminasi, kontaminan harus segera dibersihkan, enamel
dikeringkan serta dietsa kembali selama 10 detik (lebih singkat dari waktu etsa awal).
26
8. TEKNIK PRIMER
Primer harus diaplikasikan pada semua struktur gigi yang dipreparasi dengan
menggunakan microbrush atau applicator. Pabrik akan menentukan lama aplikasi bahan
primer serta lama penyinaran. Apabila sudah dilapisi dengan primer maka dentin
seharusnya mengkilap secara rata, dan jika terdapat bagian yang kering maka harus diberi
lapisan primer lagi.
9. PENEMPATAN ADHESIF
Jika sistem bonding tidak menyatukan primer dan adhesive, maka bonding
adhesive diaplikasikan. Microbrush atau applicator digunakan untuk mengaplikasikan
bahan adhesive semua bagian atau struktur gig yang telah di etsa dan di primer. Harus
diperhatikan agar bahan adhesive tidak mengalir ke bagian yang lain. Apabila sudah
diaplikasikan, bahan adhesive dipolimerisasi dengan penyinaran cahaya. Setelah
polimerisasi material komposit akan terikat secara langsung dengan bahan adhesive
tersebut.
10. INSERSI DAN CURING THE COMPOSITE
Self cured atau light cured komposit dapat diinsersi dengan instrument tangan atau
syringe. Komposit self-curing jarang digunakan untuk restorasi klas V karena light-curing
mempunyai banyak kelebihan dibanding self-curing. Diusapakan campuran komposit self-
cured pada preparasi dengan menggunakan instrument tangan sambil vibrasi. Ujungnya dapat
dilubrikasi dengan bonding adhesive. Biasanya prosedur ini dilakukan dua kali supaya
preparasi terisi penuh atau lebih. Kemudian eksesnya dibersihkan dimulai dari gingival
cavosurface margin dengan menggunakan eksplorer NO. 2 atau dengan menggunakan blade
pada instrument komposit, seterusnya pada bagian struktur gigi yang tidak dipreparasi,
gingival dan terakhir pada bagian yang dipreparasi. Jika komposit mulai mengeras, maka
konturing harus dihentikan.
Material light-cured direkomendasikan umumnya untuk preparasi klas V disebabkan
oleh working time yang lebih lama dan kontur yang dapat dikontrol sebelum terjadi
27
polimerisasi. Hal ini sangat berguna pada restorasi dengan preparasi yang besar atau pada
preparasi dengan merginnya yang terletal pada cementum, karena instrument rotasi dapat
merusakan struktur gigi.
11. KONTURING DAN POLISHING KOMPOSIT
Konturing dapat dimulai denagn segera setelah penyinaran light-cured materi
komposit selesai polimerisasinya atau 3 menit sesudah pengersan materi self-cured.
Permukaan oklusal dibentuk dengan round ataud oblong, 12-bladed carbide finishing bur atau
bentuk yang serupa untuk finishing diamond. Special carbide-tipped carvers (crbide
carvers;brasseler USA, Savannah,Ga) digunakan untuk menghilangkan kelebihan komposit
yang panjang di daerah tepi oklusal. Finishing dilakukan dengan piloshing cups atau point
atau keduanya setelah oklusi diperoleh. Setelah itu dilakukan pembentukan anatomi oklusal
komposit gigi sehingga juga diperoleh seni dalam insersinya .
Tahapan:
28
29
1. Diamond fine 8274-016 (red band) digunakan untuk membuat kontur dan meperbaikii morfologi oklusal gigi. Ujung cups, kemiringan instrument diletakkan dengan benar pada fossa dari arah bukal atau lingual
2. Diamond ET 6 Fine (red band) digunakan untuk membuat kontur dan antomi oklusal gigi. Ujung instrument ditempatkan dengan tepat di tengah fossa dan diarahkan daru bukal maupun sisi lingual. Bisa digunakan untuk fossa sebelah mesial maupun distal.
3.ET6UF(30 blade white band) carnide digunakan untuk finishing restorsai komposit. Instrumen ini digunakan untuk restorasi komposit dan menfinishing bagian magin gigi.
4.H274uf-016 (30 blade white band) digunakan untuk menfinishing, dan membuat kontur dari oklusal gigi agar sesuai dengan anatomi.
.
30
5.Ujung diamond imprehnated(green)DC1M digunakan untuk mengawali polishing yang ditempatkakn pada tengah fossa dan diarahkan dari bukal maupun lingual.
6 Pada akhir polishing, maka digunakn ujung dari fine (gray)polishing sehingga dapat diproduksi kilau yang bagus pada gigi
Tujuan melakukan polishing:
1. supaya tahan dari stain
2. supaya tahan daro formasi plak dan kalkulus
3. mudah dibersihkan
4. meminimalkan iritasi dari jaringan lunak
5. dapat meningkatkan ketahanan restorasi.
31
7 cup DC3M (medium) digunakan untuk menghilangkan kotoran dan membuat hasil restorasi baik
8.Hasil akhir dari Poloshing, sehingga restorasi komposit terlihat mengkilat
6. RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I INDIREK
1. INDIKASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I INDIREK
Indikasi untuk restorasi indirect tooth-colored yang dihubungkan dengan kombinasi
tuntutan estetik dan ukuran restorasi sebagai berikut:
1. Estetik: restorasi indirect tooth-colored diindikasikan utuk restorasi kelas I dan II yang
berlokasi di daerah yang penting estetiknya bagi pasien.
2. Kerusakan yang luas atau sudah direstorasi sebelumnya: restorasi Indirect tooth-colored
dapat dipertimbangkan untuk merestorasi kerusakan pada kelas I dan II atau dapat
digunakan juga untuk mengganti restorasi yang luas, khususnya pada bagian faciolingual
dan disarankan untuk menutup cups/tonjol. Restorasi yang luas paling baik direstorasi
dengan restorasi adhesive sehingga lebih memperkuat struktur gigi. Materi restorasi
Indirect tooth-colored dapat lebih tahan lama dibading dengan direct komposit jika
ditempatkan pada restorasi yang luas pada bagian oklusal posterior, khususnya dalam
mempertahankan permukaan oklusal dan kontak oklusal. Resistensi yang didapatkan dari
materi indirect khususnya pada restorasi luas bagian posterior melibatkan semua kontak
oklusal. Tanpa bagian terbesar yang mencukupi, maka keberadaan restorasi komposit/
indirect keramik akan mudah fraktur terutama pada bagian molar.
3. Faktor ekonomi:beberapa pasien menginginkan perawatan dental yang terbaik dengan
tanpa memperhatikan biayanya. Untuk pasien yang seperti ini, maka restorasi indirect-
tooth colored diindikasikan tidak hanya untuk restorasi yang luas, tetapi juga untuk
restorasi dengan ukuran yang sedang (biasanya dapat direstorasi dengan materi restorasi
direct , misalnya komposit).
4. KONTRAINDIKASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I INDIREK
Kontraindikasi untuk tumpatan sewarna gigi metode indirek adalah sebagai berikut:
1. Tekanan oklusal yang besar
32
Tumpatan ceramic dapat retak/fraktur ketika mendapat tekanan oklusal yang besar,
misalnya pada pasien dengan kebiasaan buruk mengerot gigi (bruxism). Pada pasien
bruxism sebagian besar giginya mengalami atrisi karena lapisan enamelnya menipis.
2. Area terlalu kering
Tumpatan indirek membutuhkan bahan adhesive untuk merekatkan restorasi dengan gigi.
Bahan adhesive ini memerlukan kelembaban untuk menjaga keawetan restorasi tersebut.
Oleh sebab itu, pada area yang terlalu kering, penumpatan dengan teknik ini harus
dihindari karena keawetan restorasi tidak akan optimal.
3. Preparasi subgingiva yang terlalu dalam
Preparasi dengan batas subgingiva yang terlalu dalam harus dihindari sebab akan
menimbulkan kesulitan saat dilakukan pencetakan.
4. KEUNTUNGAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I INDIREK
Keuntungan tumpatan sewarna gigi metode indirek adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan sifat fisik
Tumpatan indirek memiliki sifat fisik yang lebih baik dibandingkan tumpatan resin
komposit metode direk karena tumpatan indirek dibuat dibawah kondisi laboratoris yang
ideal.
2. Teknik dan material dapat bermacam-macam
Tumpatan indirek dapat menggunakan resin komposit maupun ceramic yang dibuat dengan
bermacam-macam proses laboratorium atau dengan metode CAD/CAM.
3. Keawetan
Tumpatan ceramic lebih tahan lama pemakaiannya dibandingkan tumpatan resin komposit
merode direk, khususnya pada penumpatan regio oklusal yang luas pada gigi posterior.
4. Mengurangi pengekerutan saat polimerisasi
Pengkerutan saat polimerisasi merupakan kelemahan terbesar dari tumpatan resin komposit
metode direk. Dengan metode indirek, sebagian besar preparasi terisi oleh tumpatan dan
tekanan dapat berkurang karena hanya sedikit semen yang digunakan saat sementasi.
5. Memperkuat struktur gigi pendukung
33
Struktur gigi yang lemah oleh karena karies, trauma, maupun preparasi dapat diperkuat
dengan bonding adhesive pada tumpatan indirek.
6. Memiliki kontur dan kontak yang lebih baik
Tumpatan indirek biasanya memiliki kontur (khususnya kontur proksimal) dan kontak
oklusal yang lebih baik dibandingkan tumpatan direk. Hal ini dikarenakan pembuatan di
luar rongga mulut akan memudahkan akses dan penglihatan.
7. Biokompatibel dan respon jaringan yang baik
Ceramic merupakan material inert dengan biokompatibiltas yang sempurna dan respon
jaringan yang baik.
8. KEKURANGAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I INDIREK
1. Waktu dan biaya yang lebih banyak
Sebagian besar teknik indirek, kecuali metode CAD-CAM, membutuhkan dua kali kunjungan
pasien, serta pembuatan restorasi sementara. Faktor ini, ditambah dengan biaya laboratorium,
berkontribusi pada lebih mahalnya biaya restorasi indirek dibanding restorasi direk. Meskipun
inlay dan onlay indirek lebih mahal dibanding restorasi direk (amalgam dan komposit), inlay
dan onlay ini lebih murah dibanding mahkota all ceramic atau porcelain fused to metal.
2. Sensitivitas teknik
Restorasi yang dibuat dengan teknik indirek membutuhkan ketrampilan operator yang tinggi.
Ketrampilan ini penting saat preparasi, mengukir model, sementasi, dan finishing restorasi.
3. Kegetasan keramik
Restorasi keramik dapat pecah bila hasil preparasi tidak menghasilkan ketebalan yang adekuat
untuk melindungi dari tekanan oklusal atau bila restorasi tidak didukung oleh media semen dan
preparasi yang baik. Pecahnya keramik juga dapat terjadi selama try in atau setelah sementasi,
yang biasa terjadi pada pasien dengan tekanan oklusal yang tinggi.
4. Kontak berlebih antara gigi antagonis dan restorasi antagonisnya
34
Material keramik dapat menyebabkan pemakaian yang berlebih pada gigi atau restorasi
antagonisnya.
5. Perlekatan resin dengan resin yang sulit
Restorasi komposit harus diabrasi secara mekanik atau diberi bahan kimia untuk memfasilitasi
adhesi semen. Ikatan antara restorasi komposit indirek dan semen komposit sangat lemah.
6. Kemungkinan kecil dapat diperbaiki
Restorasi indirek, terutama inlay atau onlay keramik, sulit untuk diperbaiki meski hanya pecah
sebagian. Bila pecah terjadi pada restorasi, inlay atau onlay kompist dapat diperbaiki
menggunakan sistem adesif dan resin komposit aktivasi sinar. Kekuatan ikatan restorasi
komposit indirek dan direk relative sama. Namun jika sebuah inlay atau onlay keramik pecah,
perbaikannya tidak sama dengan inlay atau onlay komposit. Karena inlay atau onlay keramik
diindikasikan untuk daerah yang terkena tekanan oklusal tinggi serta estetik yang diutamakan,
perbaikan dengan komposit direk tidak dianjurkan karena komposit tidak sesuai untuk area yang
terlihat dari luar.
7. Try in dan polishing yang sulit
Restorasi komposit dapat dipolish intraoral dengan instrument dan material yang sama untuk
memolish restorasi komposit direk, meski beberapa area tepi sulit untuk dipolish. Namun,
keramik lebih sulit dipolish karena dapat terjadi marginal gap dan kekerasan permukaan
keramik.
8. INLAY DAN ONLAY KOMPOSIT YANG DIPROSES SECARA LABORATORIS
Inlay dan onlay komposit yang diproses secara laboratoris lebih resisten terhadap
tekanan oklusal daripada resin komposit direk, terutama pada area kontak bagian oklusal.
Restorasi ini mudah disesuaikan, memberi sedikit tekanan pada dentin, estetik yang baik, dan
dapat diperbaiki.
35
Gambar 5. Onlay dan inlay komposit pada working model (Alex, 2003)
Gambar 6. Onlay dan inlay komposit pada gigi (Alex, 2003)
Restorasi ini diindikasikan ketika :
1. Wear resistance yang maksimum dibutuhkan
2. Kontur dan area kontak yang baik sulit didapatkan melalui restorasi lain
3. Restorasi keramik merupakan kontraindikasi karena biaya yang besar atau khawatir
terjadi keausan pada gigi antagonis
Restorasi inlay dengan menggunakan bahan komposit pada gigi molar diketahui
memiliki tingkat kegagalan 50%, hal ini mengindikasikan bahwa bahan restorasi komposit
lebih baik digunakan pada gigi molar (Roberson dkk.,2002) .
Keuntungan menggunakan teknik indirek restorasi komposit adalah diperoleh tooth
reinforcement, menjaga stuktur gigi, integritas tepi yang tepat, dan wear resistance yang mirip
dengan enamel. Restorasi ini juga memberikan wear compatibility yang sesuai dengan gigi
36
antagonis, kontak proksimal yang tahan lama, dan morfologi dan estetik gigi yang tepat
(Terry dan Touati, 2001).
Berikut ini merupakan fabrikasi inlay/onlay komposit menurut Roberson dkk. (2002):
1. Restorasi komposit indirek pertama-tama dibentuk pada working model gigi yang
dipreparasi.
2. Penempatan komposit dilakukan per lapisan, tiap lapisan disinar dengan light curing unit
untuk polimerisasi.
3. Apabila sudah didapatkan bentuk yang sesuai, restorasi tersebut dilapisi gel khusus untuk
mengeluarkan udara dan menghindari terbentuknya lapisan permukaan oxygen-inhibited.
37
4. Curing akhir dilakukan dengan menginsersi inlay pada alat seperti oven.
5. Dilakukan trimming, finishing dan polishing.
6. PREPARASI KELAS I INDIREK
Restorasi gigi indirek adalah restorasi gigi yang dibuat di laboratorium, di mana sebelumnya
gigi dan rahang pasien sudah dicetak oleh dokter gigi kemudian hasil cetakan tersebut dikirim ke
laboratorium. Umumnya indirect restorations berupa logam tuang yang akan disemenkan pada gigi
38
yang telah dipreparasi, dan pengerjaannya membutuhkan lebih dari satu kali kunjungan. Material
yang lazim digunakan adalah porcelain, logam paduan emas, atau logam paduan dasar. Indirect
restoration umumnya diindikasikan pada gigi belakang (premolar maupun molar). Macam dari
indirect restorations diantaranya adalah : Inlay, Onlay, dan Crown atau mahkota tiruan.
Inlay serupa dengan onlay, yaitu tambalan dari logam tuang yang dibuat di dental lab
kemudian dicekatkan ke gigi pasien dengan semen kedokteran gigi. Umumnya gigi yang dibuatkan
inlay atau onlay adalah gigi yang karies dan sudah berlubang besar atau gigi dengan tambalan yang
kondisinya sudah buruk dan harus diganti, bila ditambal secara direct dengan amalgam ataupun resin
komposit dikhawatirkan tambalan tersebut tidak akan bertahan lama karena patah atau lepas.
Teknik preparasi gigi untuk onlay dan inlay berbeda karena langkah-langkah pembuatannya
juga berbeda. Permukaan gigi premolar & molar tidak rata melainkan ada tonjol-tonjol (cusps). Inlay
adalah tambalan yang berada di antara cusp, sehingga ukurannya biasanya tidak begitu luas.
Sementara onlay biasanya lebih luas dan menutupi salah satu atau lebih tonjol gigi tersebut. Dapat
dikatakan onlay adalah merekonstruksi kembali gigi yang kerusakannya sudah sangat luas.
Sebelum memulai proses preparasi, dokter gigi sebaiknya benar-benar memastikan jenis
restorasi apa yang akan dikerjakan sesuai dengan indikasi yang terdapat pada kasus gigi tersebut.
Pada kunjungan pertama, langkah awal yang harus dilakukan adalah menganestesi dan mengisolasi
pasien, misalnya dengan rubber dam. Gigi pasien yang mengalami karies dibersihkan, atau tambalan
lama dibongkar. Karies, undercut, dan email yang tidak didukung dentin harus dihilangkan dari gigi
tersebut. Kemudian gigi diasah/dipreparasi untuk kedudukan inlay/onlay, setelah preparasi selesai
gigi pasien dicetak. Hasil cetakan akan dibawa ke dental lab untuk diproses selanjutnya. Gigi pasien
39
lalu ditutup dengan tambalan sementara. Pada kunjungan kedua, inlay/onlay dicobakan dan
direkatkan ke gigi secara permanen. Dinding-dinding direstorasi sampai mencapai bentuk yang ideal
dengan bantuan liner/base material restorasi komposit atau light-cured glass-ionomer.
Tujuan dasar dari preparasi onlay dan inlay adalah menghasilkan ketebaan yang
adequate untuk menampung material restoratif dan pola insersi yang pasif. Dinding-dinding
kavitas membentuk sudut 90° dan sejajar satu sama lain.
Bur yang digunakan adalah bur carbide atau diamond yang berbentuk tapered yang
dapat membentuk dinding facial dan lingual divergen ke oklusal. Bentuk ini dapat
memudahkan terciptanya insersi dan removal hasil restorasi ssecara pasif. Sudut divergensi
yang optimal tidak diketahui secara pasti, tapi dapat diprkirakan sebesar 2°-5°
Komposit dan keramik menganjurkan agar luas isthmus dan pemanjangan groove
minimal 1,5 mm untuk mengurangi kemungkinan tejadinya fraktur pada restorasi. Lantai
pulpa harus halus dan rata. Garis cavosurface sebaiknya membentuk sudut 90° karena inley
komposit dan keramik sifatnya mudah retak. Jika pada permukaan facial ataupun lingual gigi
terdapat karies ataupun kerusakan lainnya, maka pelebaran preparasi harus dilakukan dengan
penambahan gingival shoulder. Jika tonjol-tonjl gigi harus ditutup, maka harus dilakukan
pengurangan terhadap tonjol tersebut sebesar 1,5-2 mm dengan sudut cavosurface sebesar
90°.
Aksiopulpal line angle dibuat tajam, dan aksiogingival line angle diberi groove(alur).
Dinding-dinding dibuat tegak atau sedikit divergen ke arah oklusal untuk memudahkan afdruk
malam atau pemasangan inley. Retensi dan resistensi diperoleh dengan membentuk dinding-
dinding kavitas sejajar satu dengan yang lain, dinding-dinding yang lurus, dasar yang datar
dan sudut-sudut yang tajam.
Contoh kasus pembuatan restorasi onlay :
40
Gambar 7. The lower left first molar with an open distal contact and subgingival carious lesion.
Gambar 8. The facial amalgam is easily removed using a Fissurotomy bur.
Gambar 9. The preparation is restored using a flowable composite resin.
Gambar 10. Amalgam removal is initiated, and the onlay prepared simultaneously.
41
Gambar 11. Continued removal of the remaining occlusal core and completion of the truing of the axial walls.
Gambar 12. This same bur is used to remove the most distal portion of the remaining defective amalgam and decay
while continuing to create an inlay box preparation.
Gambar 13. The occlusion is reduced.
Gambar 14. The nearly completed onlay preparation prior to removal of any remaining unsupported enamel.
42
Gambar 15. The laboratory-fabricated ceramic polymer onlay immediately following resin bonding.
7. IMPRESSION
Sistem tooth-colored indirect inlay/onlay mengharuskan preparasi gigi dan gigi-gigi
disebelahnya tercetak sesuai dengan interoklusal gigi-gigi yang dicetak, barulah restorasi
tersebut boleh diproses di laboratorium.
Setelah gigi selesai dipreparasi sesuai bentuknya, pencetakan harus segera dilakukan
agar mendapat bentuk cetakan preparasi gigi yang akurat. Material (bahan) cetak harus
mampu mencetak semua permukaan gigi yang telah dipreparasi. Hal ini tidak selalu dapat
dicapai jika gingiva yang mengelilingi gigi yang telah dipreparasi tersebut menghalangi
material (bahan) cetak untuk mencapai seluruh permukaan gigi. Oleh karena itu, retraksi
gingiva sering dilakukan dengan tujuan untuk membuka perlekatan gingiva dari bagian
serviks gigi secara sementara. Tahap dari retraksi gingiva yaitu sebagai berikut : (1) pastikan
bagian gigi yang akan dicetak dalam kondisi kering dan bersih, dapat menggunakan cotton
rolls, dri-angles, dan saliva ejector jika diperlukan. (2) Tempatkan benang retraksi gingiva
mengelilingi gigi yang telah dipreparasi. (3) Tunggu kurang lebih 4 menit. (4) Kemudian cuci
dan keringkan daerah gigi yang akan dicetak.
Tahap pencetakan gigi setelah dilakukan retraksi gingival, yaitu :
1. Semprotkan material cetakan dengan menggunakan syringe dengan hati-hati hanya
mengelilingi gigi yang telah dipreparasi.
43
2. kemudian segera masukkan sendok cetak yang juga telah diberi material cetakan agar
dapat mencetak keselurahan gigi dalam 1 rahang.
(3) Tunggu kurang lebih 5 menit sampai material cetakan mengeras.
(4) Lepaskan sendok cetak.
(5) Lepaskan benang retraksi gingiva yang sebelum telah dipasangkan.
Material cetakan yang sering digunakan untuk pencetakan restorasi indirek yaitu
material cetakan silicon atau polyvinylsiloxane. Ketepatan pencetakan sangat menentukan
keberhasilan restorasi indirek.
3. TAHAP PRE-ELIMINASI
Penggunaan rubber-dam sangat dianjurkan untuk menghindari kontaminasi
kelembaban dari dari gigi yang dipreparasi atau permukaan restorasi saat sementasi dan untuk
meningkatkan akses serta memudahkan penglihatan saat pengerjaan restorasi. Setelah
penghilangan restorasi sementara, seluruh semen sementara dibersihkan dari dinding
preparasi.
4. TRY-IN RESTORASI DAN PENYESUAIAN KONTAK PROKSIMAL
44
Inlay atau onlay diletakkan dalam preparasi menggunakan tekanan ringan untuk
mengevaluasi ketepatannya. Jika restorasi tidak pas, biasanya penyebab utama hal ini adalah
permukaan proksimal yang overkontur. Gunakanlah kaca mulut jika diperlukan, embrasur
harus diamati dari permukaan fasial, lingual, dan oklusal untuk menentukan di mana kontur
proksimal perlu penyesuaian untuk menentukan penempatan akhir restorasi ketika
menciptakan posisi yang tepat dan membentuk kontak. Melewatkan dental-floss tipis
melewati kontak dapat digunakan untuk mengetahui ketebalan dan posisi, menunjukkan
kepada operator yang telah berpengalaman di mana letak dan derajat ekses kontak. Kertas
artikulasi juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kontak proksimal yang terlalu tebal.
Abrasive disk digunakan untuk menyesuaikan kontur proksimal dan hubungan kontak. Ketika
menyesuaikan intensitas dan lokasi kontak proksimal, successively finer grits dari abrassive
disk digunakan untuk memoles permukaan proksimal karena daerah ini tidak dapat dipoles
setelah sementasi.
Jika kontur proksimal tidak overkontur, dan restorasi masih tetap tidak pas, preparasi
harus dicek kembali untuk residual material sementara atau debris. Jika preparasi bersih,
interferensi internal atau marginal juga dapat mencegah restorasi untuk pas pada tempatnya.
Ketika interferensi telah diidentifikasi menggunakan inspeksi visual yang teliti pada margin
atau menggunakan material ”fit-checker”, harus dilakukan penyesuaian pada restorasi, pada
preparasi, atau pada keduanya. Interferensi jarang terjadi karena keakuratan material impresi
kontemporer dan sistem keramik, dan laboratorium biasanya menggunakan die-spacer pada
aspek internal dari preparasi untuk menghindari kesulitan pada saat penempatan restorasi. Jika
terjadi diskrepansi yang besar antara preparasi dengan inlay atau onlay, cetakan baru harus
dibuat.
Ketepatan marginal dicek kembali setelah keseluruhan restorasi telah ditempatkan.
Sedikit ekses kontur dapat dihilangkan, jika akses memungkinkan, dengan menggunakan
instrumen fine-grit diamond atau bur 30-fluted carbide finihing. Penyesuaian ini dilakukan
setelah restorasi disemenkan untuk menghindari fraktur marginal. Kebanyakan restorasi
sewarna gigi indirek mempunyai jarak marginal yang lebih besar daripada restorasi dari emas.
5. SEMENTASI
45
Untuk menghasilkan bonding yang baik, maka permukaan internal dari inlay/onlay
harus diberikan perlakuan tertentu lebih dulu. Teknik dan material yang digunakan bervariasi
tergantung pada sistem restorasi yang digunakan. Untuk inlay/onlay komposit, matriks dari
resin telah terpolimerisasi sehingga bonding site pada permukaan internal restorasi telah siap
untuk berikatan secara kimiawi dengan semen komposit. Untuk meningkatkan perlekatan
semen dengan restorasi komposit, beberapa sistem memerlukan penggunaan pelarut sebelum
melakukan sementasi untuk membuat permukaan dalam dari restorasi menjadi lebih halus.
Sistem lain merekomendasikan air abrading / sandblasting dengan menggunakan partikel
aluminium oxide yang abrasif pada permukaan internal restorasi. Hal ini dapat meningkatkan
kekasaran permukaan dan meningkatkan luas permukaan area untuk bonding.
Asam hidrofluoric biasa digunakan untuk mengetsa permukaan internal dari
inlay/onlay keramik. Asam tersebut meningkatkan dukungan permukaan, meningkatkan luas
permukaan untuk berikatan dan menghasilkan ikatan mikromekanis semen komposit dengan
restorasi keramik. Etsa dengan menggunakan asam hidrofluoric biasanya dilakukan di
laboratorium. Operator harus memperhatikan permukaan internal dari restorasi untuk
memastikan bahwa proses etsa sudah berhasil dengan baik, yang terlihat dari adanya suatu
penampakan putih yang opaque serupa dengan penampakan email setelah dietsa. Pengetsaan
keramik yang langsung dilakukan dihadapan pasien biasanya memerlukan waktu selama 2
menit untuk mengaplikasikan asam hidrofluoric pada permukaan internal inlay/onlay. Setelah
dietsa, diberikan silane coupling agent untuk memfasilitasi perikatan kimiawi pada semen
komposit.
Prosedur sementasi yang biasanya dilakukan adalah dengan menggunakan strip
matriks yang dapat dibuat dari plastik bening yang dipotong kecil-kecil dan diaplikasikan
pada masing-masing sisi proksimal gigi dan dengan menggunakan wedge (perlu diketahui
juga bahwa penggunaan matriks ini bukan merupakan suatu keharusan). Setelah itu dapat
dilakukan try-in inlay/onlay untuk melihat ketepatan ukuran. Dilakukan pengetsaan pada
permukaan preparasi, setelah itu dilakukan bonding pada email atau dentin. Pada umumnya,
langkah terakhir dalam bonding (misalnya unfilled resin) juga diaplikasikan pada permukaan
internal restorasi yang telah sebelumnya dietsa dan diberikan silane (self-adhesive, semen
yang berbasis semen). Komposit dual-core biasanya dicampur dan diinsersikan pada preparasi
46
dengan menggunakan syringe atau instrument yang berbentuk paddle. Setelah itu, permukaan
internal dari restorasi dilapisi dengan semen komposit lalu inlay dapat segera diinsersikan
pada gigi yang telh dipreparasi dengan tekanan yang tidak begitu keras. Untuk menempatkan
inlay dengan tepat pada restorasi biasanya digunakan ball burnisher yang digetarkan dengan
lembut sedikit demi sedikit. Jika terdapat kelebihan pada semen komposit dapat dikurangi
dengan menggunakan thin-bladed composite instrument, brushes atau eksplorer. Perlu
diperhatikan oleh operator untuk berhati-hati dalam menghilangkan komposit dari permukaan
marginal antara gigi dengan inlay. Setelah pas, dilakukan proses light-curingdari arah oklusal,
fasial, dan lingual masing-masing selama 60 detik. Namun dapat juga disesuaikan dengan
rekomendasi pabrik. Untuk lebih jelasnya mengenai langkah-langkah dalam melakukan
sementasi dapat dilihat dari gambar 1-4 yang ada di bawah ini.
Gambar 16. aplikasi asam hydrofluoric pada permukaan internal sebuah inlay keramik
Gambar 17. strip matriks yang berupa plastik bening ditempatkan pada bagian proksimal gigi (gambar kiri) dan
inlay diinsersikan pada gigi (gambar kanan)
47
Gambar 18. A terlihat enamel dan dentin yang dietsa dengan menggunakan asam fosfor
B Semen komposit diaplikasikan pada inlay
C Setelah itu dilakukan aplikasi dengan sistem adhesif
D Inlay keramik diinsersikan pada gigi
Gambar 18 E dan F sebelum dilakukan proses light cure, kelebihan semen komposit dihilangkan dengan menggunakan eksplorer, brushes atau IPC carver. Lalu pada gambar F dilakukan proses light-cure dari sisi oklusal,
fasial dan lingual
6. FINISHING DAN POLISHING RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I INDIREK48
Kelebihan (ekses) restorasi resin komposit dapat dihilangkan dengan surgical blade.
Setelah ekses dihilangkan, dilakukan pengecekan oklusi dan bila perlu dilakukan
penyesuaian. Kontak prematur dapat dikoreksi dengan instrumen fine-grid diamond,
dilanjutkan dengan 30-fluted carbide finishing burs, bila penyesuaian dilakukan pada
restorasi. Pada beberapa kasus, penyesuaian oklusi dilakukan pada gigi antagonis dari gigi
yang direstorasi. Hal ini hanya dilakukan jika dibutuhkan penyesuaian oklusi untuk
mengkoreksi dataran oklusal (occlusal plane) dari gigi antagonis atau untuk mengurangi
tonjol gigi antagonis agar tidak terjadi trauma oklusal (Roberson dkk., 2002).
Setelah penyesuaian oklusi dilakukan, restorasi harus dipoles. Pemolesan restorasi
resin komposit indirek menggunakan alat dan bahan yang sama dengan restorasi resin
komposit direk. Pada pemolesan digunakan polishing cups atau polishing points. Dalam
penggunaan instrumen putar harus selalu disertai aliran air dan pemakaian dengan tekanan
kecil. Hasil restorasi yang mengkillap bisa didapatkan dengan mengaplikasikan pasta poles
yang mengandung pumice, silca, alumina, atau tinoxide dengan bantuan sikat (brushes),
rubber cups, atau dental tapes. Setelah pemolesan akhir, restorasi resin komposit dapat diberi
lapisan tipis glaze untuk meningkatkan kehalusan permukaan (Chandra dkk., 2007).
Gambar 19. Finishing dengan egg-shaped 30-bladed Gambar 20. Polishing dengan silicone carbide bur