BAB 1 PENDAHULUAN Rinitis vasomotor merupakan suatu bentuk rinitis yang tidak berhubungan dengan reaksi alergi ( rinitis non alergi) tetapi memiliki gejala yang mirip dengan rinitis alergi. Pada penderita dengan rinitis vasomotor akan dikeluhkan adanya sumbatan pada hidung yang dapat terjadi secara berulang disertai dengan pengeluaran sekret yang encer dan bersin- bersin. Perjalanan penyakit ini cenderung bersifat kronis dan bisa berlangsung seumur hidup, kondisi ini yang kadang membuat pasien terganggu sehingga menjadi tidak nyaman dan frustasi akan penyakitnya yang berdampak terganggunya aktivitas dan produktivitas penderita sehari-hari disamping penderita juga harus mengeluarkan biaya ekstra untuk obat yang biasanya hanya bersifat simtomatis saja. Klasifikasi dari rinitis telah lama diperdebatkan menurut beberapa kepustakaan. Rinitis dibagi menjadi dua kelompok yaitu rinitis yang berhubungan dengan reaksi alergi (rinitis alergi) dan rinitis yang tidak berhubungan dengan reaksi alergi (rinitis non-alergi), di mana rinitis vasomotor termasuk ke dalam kelompok rinitis non-alergi. Rinitis non- alergi dapat disebabkan oleh terapi medikamentosa, hormonal, dan infeksi. Rinitis vasomotor terjadi akibat gangguan vasomotor hidung yaitu terdapat gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktifitas parasimpatis. Patofisiologi yang mendasari rhinitis vasomotor yang pasti belum diketahui, tetapi diduga sebagai akibat 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1
PENDAHULUAN
Rinitis vasomotor merupakan suatu bentuk rinitis yang tidak berhubungan dengan reaksi
alergi ( rinitis non alergi) tetapi memiliki gejala yang mirip dengan rinitis alergi. Pada
penderita dengan rinitis vasomotor akan dikeluhkan adanya sumbatan pada hidung yang
dapat terjadi secara berulang disertai dengan pengeluaran sekret yang encer dan bersin-
bersin. Perjalanan penyakit ini cenderung bersifat kronis dan bisa berlangsung seumur
hidup, kondisi ini yang kadang membuat pasien terganggu sehingga menjadi tidak nyaman
dan frustasi akan penyakitnya yang berdampak terganggunya aktivitas dan produktivitas
penderita sehari-hari disamping penderita juga harus mengeluarkan biaya ekstra untuk obat
yang biasanya hanya bersifat simtomatis saja.
Klasifikasi dari rinitis telah lama diperdebatkan menurut beberapa kepustakaan.
Rinitis dibagi menjadi dua kelompok yaitu rinitis yang berhubungan dengan reaksi alergi
(rinitis alergi) dan rinitis yang tidak berhubungan dengan reaksi alergi (rinitis non-alergi), di
mana rinitis vasomotor termasuk ke dalam kelompok rinitis non-alergi. Rinitis non-alergi
dapat disebabkan oleh terapi medikamentosa, hormonal, dan infeksi. Rinitis vasomotor
terjadi akibat gangguan vasomotor hidung yaitu terdapat gangguan fisiologik lapisan
mukosa hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktifitas parasimpatis.
Patofisiologi yang mendasari rhinitis vasomotor yang pasti belum diketahui, tetapi
diduga sebagai akibat terjadinya gangguan keseimbangan fungsi vasomotor yang
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga terjadi oedem kronis serta sumbatan
hidung disamping gejala lainnya. Keseimbangan vasomotor ini dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang berlangsung temporer, seperti emosi, posisi tubuh, kelembaban udara,
perubahan suhu luar, latihan jasmani dan sebagainya, yang pada keadaan normal faktor-
faktor tadi tidak dirasakan sebagai gangguan oleh individu tersebut. Bersin-bersin, hidung
tersumbat dan ingus encer-bening sering merupakan barometer keadaan lingkungan. Pada
seorang yang sensitif terhadap perubahan lingkungan sering menunjukkan keluhan sindroma
rinitis seperti di atas. Dengan kemajuan teknologi, bertambahnya jumlah penduduk yang
diikuti dengan semakin meluasnya perusakan lingkungan menyebabkan polusi udara
semakin meningkat. Diduga oleh banyak kalangan bahwa polusi udara adalah salah satu
penyebab meningkatnya angka kejadian rinitis dari tahun ke tahun.
Diagnosis rinitis vasomotor dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain yang mempunyai gejala yang sama.
1
Penatalaksanaan rinitis vasomotor dapat berupa konservatif baik medis, nonmedis
ataupun tindakan pembedahan.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Hidung
Untuk mengetahui penyakit dan kelainan pada hidung, misalnya pada sumbatan hidung
perlu diketahui dulu tentang anatomi hidung. Hidung terbagi atas dua bagian yaitu hidung
bagian luar dan rongga hidung. Hidung bagian luar berbentuk piramid dengan bagian-
bagiannya dari atas kebawah yaitu pangkal hidung (bridge), dorsum nasi, puncak hidung,
ala nasi, kolumela dan lubang hidung (nares anterior). Hidung luar dibentuk oleh kerangka
tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang
berfungsi untuk melebarkan dan menyempitkan rongga hidung.1,2 Kerangka tulang terdiri
dari: tulang hidung (os nasalis), prosesus frontalis os maksila dan prosesus nasalis os
frontalis.1 Kerangka tulang rawan dibentuk oleh sepasang kartilago nasalis lateralis superior
dan sepasang kartilago nasalis lateralis inferior (disebut juga kartilago alar mayor), beberapa
pasang kartilago alar minor dan tepi anterior kartilago septum.1
Kavum nasi berbentuk terowongan, dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya
sehingga rongga hidung terbagi menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintu masuk kavum
nasi bagian depan disebut nares anterior dan bagian belakang disebut koana yang
menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.1
Tiap kavum nasi memiliki 4 dinding, yaitu dinding medial, lateral, inferior dan superior.
Dinding medial kavum nasi dibatasi oleh septum nasi, dinding lateral dibatasi oleh konka
nasalis dan meatus nasi, dinding inferior dibatasi oleh dasar kavum nasi, dan dinding
superior dibatasi oleh lamina kribiformis.1
Pada dinding lateral kavum nasi terdapat 4 konka nasalis. Yang terbesar dan letaknya
paling bawah adalah konka inferior, kemudian konka lainya yang lebih kecil ukuranya
antara lain konka media, konka superior dan konka suprema.1
Diantara konka-konka tersebut terdapat rongga sempit yang disebut meatus.
Berdasarkan letak meatus, ada tiga meatus yaitu meatus inferior, medius dan superior.
Meatus inferior terletak diantara konka inferior dengan rongga hidung. Pada meatus inferior
terdapat muara duktus nasolakrimalis. Meatus medius terletak diantara konka media dan
dinding lateral kavum nasi. Pada meatus ini terdapat bula etmoid, prosesus unsinatus, hiatus
semilunaris dan infundibulum etmoid. Hiatus seminularis merupakan suatu celah sempit
dimana terdapat muara sinus frontal, sinus maksila dan sinus etmoid anterior.1,2,3
3
Bagian bawah kavum nasi divaskularisasi oleh cabang a.maksilaris internal. Bagian
depan hidung mendapat perdarahan dari cabang a.fasialis. Pada bagian depan septum
terdapat anastomosis cabang-cabang a.sfenopalatina, a.etmoid anterior, a.labialis superior
dan a.palatina mayor, yang disebut pleksus Kiesselbach. Pleksus ini letaknya superficial dan
mudah cedera oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis. Vena-vena hidung
bermuara ke v.oftalmika yang berubungan langsung dengan sinus kavernosus. Vena-vena
ini tidak memiliki katup, sehingga memudahkan terjadinya penyebaran infeksi sampai ke
intrakranial.1,2
Hidung diinervasi oleh cabang-cabang nervus trigeminus yaitu ramus oftalmikus dan
ramus maksilaris.
2.2. Fisiologi Hidung
Hidung mempunyai beberapa fungsi yang sangat penting, antara lain sebagai 1) jalan
nafas, udara masuk melalui nares anterior lalu naik setinggi konka media dan turun ke arah
nasofaring. Pada ekspirasi, udara masuk melalui koana dan mengikuti dan mengikuti jalan
yang sama yang dilalui udara inspirasi akan tetapi saat di bagian anterior udara memecah,
sebagian melalui nares anterior dan sebagian lain kembali ke belakang membentuk pusaran
dan bergabung dengan aliran nasofaring. 2) Sebagai alat pengatur kondisi udara (air
conditioner), mengatur kelembaban udara dan suhu. 3) Sebagai alat penyaring udara (filter),
berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri. 4) Sebagai penghidu,
partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila
menarik nafas dengan kuat. 5) Untuk resonansi suara, penting untuk kualitas suara pada
waktu berbicara dan menyanyi. 6) Ikut membantu proses bicara, hidung membantu proses
pembentukan kata-kata. 7) Refleks nasal, mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang
berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernapasan. Adanya kelainan pada
hidung akan menyebabkan gangguan terhadap fungsi hidung tersebut dan menimbulkan
berbagai macam gejala penyakit.1
2.3 Definisi
Rinitis vasomotor adalah suatu sindrom pada hidung dengan gejala hidung tersumbat
berulang disertai pengeluaran sekret yang encer serta bersin-bersin. Penyebab yang pasti
belum diketahui, tetapi diduga akibat gangguan vasomotor pada hidung yaitu adanya
gangguan fisiologik pada lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh meningkatnya
aktivitas saraf parasimpatis terhadap saraf simpatis.1,3
2.4 Patofisiologi
4
Etiologi pasti dari rinitis vasomotor belum diketahui dengan pasti akan tetapi
diperkirakan disebabkan oleh:
1. Adanya ketidakseimbangan sistem saraf otonom ( hipoaktif sistem saraf simpatis)
Hal ini diakibatkan karena terjadinya aktifitas sistem saraf parasimpatis yang
lebih dominan dari pada aktifitas sistem saraf simpatis, sehingga menimbulkan
vasodilatasi pembuluh darah kecil di mukosa hidung. Vasodilatasi ini akan
menimbulkan gejala klinis yang dominan, yang berupa hidung tersumbat. Mukosa
hidung beserta struktur yang ada didalamnya mempunyai fungsi untuk
mempersiapkan udara yang akan masuk kedalam paru-paru antara lain
melembabkan, menyaring, dan memanaskan udara. Semua ini dikontrol oleh serat-
serat saraf parasimpatis dan saraf simpatis.
2. Adanya trauma pada hidung (komplikasi akibat tindakan pembedahan serta non
pembedahan).
3. Neuropeptida
Zat-zat neuropeptida ini menyebabkan:
a. Disfungsi sistem saraf otonom dan saraf-saraf sensoris
Hal ini mengakibatkan gangguan pada saraf nosiseptif tipe C, yang
disebabkan oleh peningkatan ekspresi dari p-substance dan calcitonin gene-
related peptides. Terjadi peningkatan sekresi kelenjar serta pengeluaran
cairan plasma, di mana hal ini dirangsang oleh adanya reflek dari sistem saraf
parasimpatis yang menyebabkan peningkatan sekresi kelenjar submukosa
hidung.
b. Rinitis akibat iritasi kronis dari asap rokok
Hal ini diakibatkan oleh peningkatan ekspresi dari calcitonin gene-related