BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes, pada tahun 2007 jumlah rumah sakit di Indonesia sebanyak 1.319 yang terdiri atas1.033 RSU dengan jumlah kunjungan ke RSU sebanyak 33.094.000, sementara data kunjungan ke IGD sebanyak 4.402.205 (13,3 % dari total seluruh kunjungandi RSU), dari jumlah seluruh kunjungan IGD terdapat 12,0 % berasal dari pasien rujukan. Pelayanan pasien gawat darurat adalah pelayanan yang memerlukan pertolongan segera yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan, atau pelayanan pasien gawat darurat memegang peranan penting yang sangat penting (Time saving is life saving) bahwa waktu adalah nyawa. Salah satu indikator mutu pelayanan berupa respon time atau waktu tanggap, hal ini sebagai indikator proses untuk mencapai indikator hasil yaitu kelangsungan hidup. 1 Pertolongan gawat darurat melibatkan dua komponen utama yaitu pertolongan fase pra rumah sakit dan fase rumah sakit. Kedua komponen tersebut sama pentingnya dalam upaya pertolongan gawat darurat. Pertolongan gawat darurat memiliki sebuah waktu standar pelayanan yang dikenal dengan istilah waktu tanggap (respon time) yaitu maksimal 5 menit. Waktu tanggap gawat darurat 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes, pada
tahun 2007 jumlah rumah sakit di Indonesia sebanyak 1.319 yang terdiri atas1.033
RSU dengan jumlah kunjungan ke RSU sebanyak 33.094.000, sementara data kunjungan ke
IGD sebanyak 4.402.205 (13,3 % dari total seluruh kunjungandi RSU), dari jumlah
seluruh kunjungan IGD terdapat 12,0 % berasal dari pasien rujukan.
Pelayanan pasien gawat darurat adalah pelayanan yang memerlukan
pertolongan segera yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan
kecacatan, atau pelayanan pasien gawat darurat memegang peranan penting yang
sangat penting (Time saving is life saving) bahwa waktu adalah nyawa. Salah satu
indikator mutu pelayanan berupa respon time atau waktu tanggap, hal ini sebagai
indikator proses untuk mencapai indikator hasil yaitu kelangsungan hidup.1
Pertolongan gawat darurat melibatkan dua komponen utama yaitu
pertolongan fase pra rumah sakit dan fase rumah sakit. Kedua komponen tersebut
sama pentingnya dalam upaya pertolongan gawat darurat. Pertolongan gawat
darurat memiliki sebuah waktu standar pelayanan yang dikenal dengan istilah
waktu tanggap (respon time) yaitu maksimal 5 menit. Waktu tanggap gawat darurat
merupakan gabungan dari waktu tanggap saat pasien tiba di depan pintu rumah
sakit sampai mendapat respon dari petugas instalasi gawat darurat dengan waktu
pelayanan yang diperlukan pasien sampai selesai proses penanganan gawat
darurat.1,2
Dari beberapa penelitian sehubungan dengan waktu tanggap (respon time)
penanganan gawat darurat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) di beberapa rumah
sakit, di dapatkan rerata waktu tanggap di IGD RS. Cipto Mangunkusumo kurang
lebih delapan menit. Adapun di RSUD. Bantul didapatkan rerata waktu tanggap
baik kasus bedah maupun non bedah di Instalasi Gawat Darurat RSUD Bantul
adalah 10 menit.3,4
Waktu tanggap tersebut harus mampu dimanfaatkan untuk memenuhi
prosedur utama dalam penanganan kasus gawat darurat yaitu Airway, Breathing,
Circulation dan Disability. Airway berarti penanganan pada saluran nafas yang
terhambat karena kecelakaan atau penyakit. Breathing berarti penanganan terhadap
1
kemampuan paru-paru dalam memompa keluar-masuk udara. Circulation yang
berarti penanganan terhadap kemampuan jantung untuk memompa darah dan
disability yang berarti penanganan terhadap kemungkinan terjadinya cacat
permanen akibat kecelakaan.1,5,6
Waktu tanggap pelayanan dapat dihitung dengan hitungan menit dan sangat
dipengaruhi oleh berbagai hal baik mengenai jumlah tenaga maupun komponen-
komponen lain yang mendukung seperti pelayanan laboratorium, radiologi,
farmasi, dan administrasi. Waktu tanggap dikatakan tepat waktu atau tidak
terlambat apabila waktu yang diperlukan tidak melebihi waktu rata-rata standar
yang ada. Salah satu indikator keberhasilan penanggulangan medik penderita
gawat darurat adalah kecepatan memberikan pertolongan yang memadai kepada
penderita gawat darurat baik pada keadaan rutin sehari-hari atau sewaktu bencana.
Keberhasilan waktu tanggap sangat tergantung kepada kecepatan yang tersedia
serta kualitas pemberian pertolongan untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah
cacat sejak di tempat kejadian, dalam perjalanan hingga pertolongan rumah sakit. 1,5,6
I.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang, maka dirumuskan masalah:
“ Bagaimana gambaran respon time penanganan trauma di IGD RS Labuang Baji
Makassar Januari 2013”
I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :
Mengetahui gambaran respon time penanganan trauma di IGD RS Labuang Baji
Makassar Januari 2013
Tujuan Khusus :
1. Mengetahui gambaran tenaga medis yang dibutuhkan pada respon time
penanganan trauma di IGD RS Labuang Baji Makassar Januari 2013
2. Mengetahui gambaran fasilitas medis di IGD pada respon time penanganan
trauma di IGD RS Labuang Baji Makassar Januari 2013
3. Mengetahui gambaran kinerja tenaga dokter pada respon time penanganan
trauma di IGD RS Labuang Baji Makassar Januari 2013
2
I.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi tempat penelitian
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi tenaga
kesehatan yang bertugas di IGD RS.Labuang Baji Makassar, sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan dalam penanganan trauma.
2. Manfaat bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau
masukan untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan respon time
penanganan trauma di IGD.
3. Manfaat bagi peneliti
Penelitian ini sebagai sarana dalam mengembangkan dan mengaplikasikan
ilmu pengetahuan yang didapat selama pendidikan dengan kenyataan yang ada
di lapangan serta untuk menambah wawasan dalam pembuatan karya tulis
ilmiah.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tenaga medis
Tenaga medis adalah tenaga ahli di bidang kesehatan dengan fungsi utamanya
adalah memberikan pelayanan medis kepada pasien dengan mutu sebaik-baiknya
dengan menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu pengobatan dan etik
yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan. 6
Yang dimaksud dengan Tenaga Kesehatan adalah:
A. Tenaga kesehatan sarjana
1. Dokter
2. Dokter gigi
3. Perawat
4. Bidan
5. Apoteker
6. Sarjana-sarjana lain dalam bidang kesehatan
B. Tenaga Kesehatan sarjana-muda, menengah dan rendah:
a. Dibidang farmasi : asisten-apoteker dan sebagainya;
b. Dibidang kebidanan: bidan dan sebagainya;
c. Dibidang perawatan: perawat, physio-terapis dan sebagainya;
d. Dibidang kesehatan masyarakat : penilik kesehatan, nutrisionis dan lain-
lain;
e. Dibidang-bidang kesehatan lain.
2. Apa yang dimaksud dengan IGD
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu bagian di rumah sakit yang
menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera, yang
dapat mengancam kelangsungan hidupnya. 5,6
Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu fasilitas terpenting dalam sebuah
rumah sakit. IGD merupakan tempat penanganan awal bagi pasien yang datang
dalam kondisi terancam nyawanya atau dalam keadaan darurat dengan kata lain
butuh penanganan dan pertolongan cepat dan tepat. Oleh karena IGD memiliki
14. Permana HP. 2007. Indikator Kinerja Rumah Sakit. Update on 26 th January 2012,
available at Indikator Kinerja RS-Hanna Subanegara.pdf.
15. Pranowo KT, Hendrik. 2006 Pengaruh waktu Penatalaksanaan Kegawatdaruratan
Medis terhadap Mutu Pelayanan di Instalasi Gawat Daurat Bantul. Skripsi.
Yogyakarta.
24
Level IV
Memberikan pelayanan sebagai berikut:
1. Diagnosis dan penanganan : Permasalahan pada A, B, C dengan alat- alat yang lebih
lengkap termasuk ventilator
2. Penilaian disability, penggunaan obat, EKG, defibrilasi
3. Observasi HCU/R. Resusitasi –ICU
4. Bedah cito
Level III
Memberikan pelayanan sebagai berikut:
1. Diagnosis dan penanganan : Permasalahan pada A, B, C dengan alat- alat yang lebih
lengkap termasuk ventilator
2. Penilaian disability, penggunaan obat, EKG, defibrilasi
3. Observasi HCU/R. Resusitasi –ICU
4. Bedah cito
Level II
Memberikan pelayanan sebagai berikut:
1. Diagnosis dan penanganan : Permasalahan pada A: Jalan nafas (Airway problem) B:
Pernafasan (Breathing problem) dan C: Sirkulasi pembuluh darah (Circulation
problem)
2. Penilaian disability, penggunaan obat, EKG, defibrilasi
3. Bedah cito
Level I
Memberikan pelayanan sebagai berikut:
1. Diagnosis dan penanganan : Permasalahan pada A: Jalan nafas (Airway problem) B:
Pernafasan (Breathing problem) dan C: Sirkulasi pembuluh darah (Circulation
problem)
2. Melakukan Stabilisasi dan evakuasi
25
Level IV Level III Level II Level I
Memberik
an pelayanan
sebagai
berikut:
5.Diagnosis dan
penanganan :
Permasalahan
pada A, B, C
dengan alat-
alat yang lebih
lengkap
termasuk
ventilator
6.Penilaian
disability,
penggunaan
obat, EKG,
defibrilasi
7.Observasi
HCU/R.
Resusitasi –
ICU
8.Bedah cito
Memberik
an pelayanan
sebagai
berikut:
1. Diagnosis dan
penanganan :
Permasalahan
pada A, B, C
dengan alat-
alat yang lebih
lengkap
termasuk
ventilator
2. Penilaian
disability,
penggunaan
obat, EKG,
defibrilasi
3. Observasi
HCU/R.
Resusitasi –
ICU
4. Bedah cito
Memberik
an pelayanan
sebagai
berikut:
1. Diagnosis dan
penanganan :
Permasalahan
pada A: Jalan
nafas (Airway
problem) B:
Pernafasan
(Breathing
problem) dan
C: Sirkulasi
pembuluh
darah
(Circulation
problem)
2. Penilaian
disability,
penggunaan
obat, EKG,
defibrilasi
3. Bedah cito
Memberika
n pelayanan
sebagai
berikut:
1. Diagnosis dan
penanganan :
Permasalahan
pada A: Jalan
nafas (Airway
problem) B:
Pernafasan
(Breathing
problem) dan
C: Sirkulasi
pembuluh
darah
(Circulation
problem)
2. Melakukan
Stabilisasi dan
evakuasi
Kualifikasi
26
Tenaga
Dokter
Subspesialis
Semu
a jenis
on
call
- - -
Dokter Spesialis - 4
Besar
+ -
Anast
esi on
site
- (dr
Spesia
lis on
call)
- Bedah,
obgyn,
Anak,
Penyakit
Dalam on
site (dokter
spesialis
lain on call
- Anak,
Penyak
it
Dalam
on call
Bedah
,
obgyn
Dokter PPDS On
site
24
jam
On site 24
jam (Rs
Pendidikan
)
- -
Dokter Umum
(+Pelatihan
Kegawatdaruratan
) GELTS, ATLS,
ACLS dll
On
site
24
jam
On site 24
jam
On site
24 jam
On
site 24
jam
Perawat Kepala
S1,
DIII(+Pelatihan
Kegawat
Daruratan)
Emergency
Nursing, BTLS,
BCLS dll
Jam
kerja /
Diluar
jam
kerja
Jam kerja /
Diluar jam
kerja
Jam
kerja /
Diluar
jam
kerja
Jam
kerja /
Diluar
jam
kerja
Perawat
(+Pelatihan
On
site
On site 24 On site On
site 24
27
Emergency
Nursing)
24
jam
jam 24 jam jam
Non Medis
Bagian Keuangan
Kamtlb (24 jam)
Pekarya (24 jam)
On
site
24
jam
On site 24
jam
On site
24 jam
On
site 24
jam
1. Pengertian – Pengertian 1. Pasien Gawat Darurat : adalah Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
2. Pasien Gawat Tidak Darurat : adalah Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat, misalnya kanker stadium lanjut.
3. Pasien Darurat Tidak Gawat : adalah Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badanya, misalnya luka sayat dangkal.
4. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat : adalah pasien yang datang dalam keadaan baik tidak mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya pasien dengan ulcus tropicum.
5. Kecelakaan (accident) adalah suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera (fisik, mental, social).
enis – jenis tindakan emergency
Tindakan penyelamatan jiwa pada pasien henti nafas dan henti jantung Penanganan serangan jantung / payah jantung, sesak nafas Penanganan akut abdomen Resusitasi cairan akibat dehidrasi / penanggulangan shock Penanggulangan pendarahan saluran cerna Penanggulangan penyakit stroke Penanggulangan trauma / kecelakaan Penanggulangan patah tulang, kelainan musculoskeletal Penanggulangan intotoksikasi obat / bahan lain Penanganan penyakit akut lainnya Pembedaan minor Penanggulangan bencana alam Penanganan keracunan massal
Tenaga medis
Dokter - dokter IGD memiliki latar belakang pendidikan :
PPGD (Penanggulangan Pasien Gawat Darurat) ACLS (Advance Cardiac Life Support)
28
Serta pelatihan – pelatihan lain yang sangat diperlukan dalam menangani kasus – kasus gawat darurat.
Fasilitas :
IGD RS. Usada Insani memiliki sarana serta prasarana yang memadahi, berkapasitas 11 tempat tidur yaitu :
Ventilator Ambulatory Peralatan Resusitasi Rung tindakan medical Ruang observasi Ruang tindakan bedah minor Ruang tunggu yang nyaman Ambulans
IGD RS. usada Insani menerima pasien yang berobat baik pasien umum, asuransi dan pasien jaminan perusahaan
Trauma adalah keadaan yang disebabkan oleh luka atau cedera. Definisi ini
memberikan gambaran superfisial dari respon fisik terhadap cedera. Trauma juga
mempunyai dampak psikologis dan sosial dan dapat menyebabkan hilangnya
produktivitas seseorang. Trauma merupakan penyebab kematian utama pada kelompok
umur di bawah 35 tahun. Di Indonesia, trauma merupakan penyebab kematian nomor
empat, tetapi pada kelompok umur 15-25 tahun, merupakan penyebab kematian utama.7
Trauma dpat didefinisikan sebagai cedera pada tubuh akibat pemajanan akut tubuh
kesuatu bentuk energi atau akibat ketiadaan suatu bahan esensial misalnya oksigen dan
panas (Shechy,1989). Walaupun jaringan memiliki elastisitas untuk menyerap energi,
namun apabila kemampuan tersebut terlampaui maka akan terjadi cedera. Cedera dapat
terbatas pada satu organ atau sistem, misalnya pada kecelakaan lalu lintas yang banyak
mengakibatkan cedera pada kepala, dada, perut, dan tulang.
Tidak seperti penyakit progresif, trauma adalah suatu kejadian akut. Dalam
beberapa detik, kondisi pasien trauma dapat bergeser dari keseimbangan relatif menjadi
stres fisiologis yang berat. Derajat stres bergantung pada faktor-faktor misalnya
keparahan cedera yang dialami, efektivitas usaha resusitasi, usia dan patofisiologi yang
29
sudah ada sebelumnya (Richardson & Rodriguez, 1987). Anak, lansia, dan pasien yang
sudah mengidap penyakit lain dapat meninggal akibat stres dalam waktu yang lebih
cepat dan memiliki resiko mengalami komplikasi yang lebih besar. Di pihak lain tubuh
anak yang lebih besar dan orang dewasa muda yang sehat dapat melakukan kompensasi
lebih lama sehingga deteksi cedera yang samar menjadi lebih sulit.