Page 1
i
RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SELADA MERAH
(Lactuca sativa L.) TERHADAP KONSENTRASI NUTRISI AB MIX DAN
MACAM MEDIA TANAM SECARA HIDROPONIK SISTEM NFT
SKRIPSI
Oleh:
CINDY NOVEMY SINAGA
134180010
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2022
Page 2
ii
RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SELADA MERAH
(Lactuca sativa L.) TERHADAP KONSENTRASI NUTRISI AB MIX DAN
MACAM MEDIA TANAM SECARA HIDROPONIK SISTEM NFT
SKRIPSI
Skripsi disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Oleh:
CINDY NOVEMY SINAGA
134180010
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2022
Page 3
iii
Menyetujui :
Fakultas Pertanian
UPN “Veteran “ Yogyakarta
Dekan
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada
Merah (Lactuca sativa L.) terhadap Konsentrasi
Nutrisi AB Mix dan Macam Media Tanam Secara
Hidroponik NFT
Nama Mahasiswa : Cindy Novemy Sinaga
Nomor Induk Mahasiswa : 134180010
Program Studi : Agroteknologi
Diuji pada tanggal : 22 April 2022
Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I
Ir. Rina Srilestari, M.P.
.........................
24 April 2022
….…………….
Pembimbing II
Ir. Suwardi, M.P.
.........................
24 April 2022
….…………….
Penelaah I
Endah Budi Irawati, S.P, M.P.
….…………….
….…………….
Penelaah II
Ir. Ellen Rosyelina Sasmita, M.P
….…………….
….…………….
Dr. Ir. Budiarto, MP.
Tanggal : ….…………….
Page 4
iv
PERNYATAAN
Saya dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Respon
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada Merah (Lactuca sativa L.) terhadap
Konsentrasi Nutrisi AB Mix dan Macam Media Tanam Secara Hidroponik NFT”
adalah karya penelitian saya dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan oleh
orang lain untuk mendapatkan gelar kesarjaan baik di Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogyakarta maupun di Perguruan Tinggi lainnya. Saya juga
menyatakan bahwa di dalam Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
Skripsi ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila pernyataan saya ini
terbukti tidak benar, maka saya sanggup menerima sanksi sesuai ketentuan yang
berlaku.
Yogyakarta, April 2022
Yang membuat pernyataan,
Cindy Novemy Sinaga
NIM 134180010
Page 5
v
RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SELADA MERAH
(Lactuca sativa L.) TERHADAP KONSENTRASI NUTRISI AB MIX DAN
MACAM MEDIA TANAM SECARA HIDROPONIK SISTEM NFT
Oleh: Cindy Novemy Sinaga
Dibimbing oleh: Rina Srilestari dan Suwardi
ABSTRAK
Permintaan selada pada umumnya semakin meningkat dan jumlah produksi
selada setiap tahunnya semakin bertambah, hal ini karena semakin meningkatnya
jumlah penduduk. Salah satu usaha untuk meningkatkan mutu dan hasil tanaman
selada adalah dengan menggunakan metode hidroponik. Sistem hidroponik
menjadi solusi alternatif untuk meningkatkan hasil yang optimal dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi dan pemanfaatan sumberdaya lahan. Pengelolaan
nutrisi tanaman menjadi kunci keberhasilan teknik budidaya sehingga perlu dikaji
konsentrasi nutrisi dan macam jenis media tanam yang dapat mendukung
penyerapan nutrisi oleh tanaman pada sistem hidroponik. Tujuan penelitian untuk
mengkaji interaksi antara konsentrasi larutan nutrisi AB Mix dan media,
mengetahui konsentrasi larutan nutrisi AB Mix dan media tanam yang paling baik
untuk pertumbuhan dan hasil selada merah. Metode yang digunakan adalah
Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design). Petak Utama (main plot) yaitu
konsentrasi Nutrisi AB Mix (700, 1000 dan 1300 ppm) dan Anak Petak (sub plot)
yaitu media tanam (rockwool dan spons). Data hasil penelitian dianalisis dengan
Analysis of Variance (ANOVA) dan diuji lanjut dengan Uji Beda Nyata Terkecil
(BNT) pada taraf 5%. Tidak terdapat interaksi antara perlakuan konsentrasi nutrisi
AB Mix dan macam media tanam tanaman selada pada hidroponik sistem NFT
(Nutrient Film Technique). Konsentrasi nutrisi AB Mix 1300 ppm memberikan
hasil paling baik pada parameter volume akar, bobot segar tajuk, bobot segar akar,
bobot ekonomis, bobot kering akar dan rasio tajuk akar. Media tanam rockwool
memberikan hasil paling baik pada parameter jumlah daun, tinggi tanaman, bobot
segar tajuk, bobot segar akar, bobot ekonomis, dan rasio tajuk akar.
Kata kunci : Nutrisi AB Mix, selada merah, media tanam, hidroponik.
Page 6
vi
RESPONSE OF GROWTH AND YIELD OF RED LETTUCE PLANTS
(Lactuca sativa L.) TO THE CONCENTRATION OF AB MIX NUTRITION
AND VARIOUS PLANTING USING HYDROPONIC NFT
By: Cindy Novemy Sinaga
Sepervised by: Rina Srilestari dan Suwardi
ABSTRACT
The demand of lettuce in general is increasing and the amount of lettuce
production is increasing every year, this is due to the increasing population. One
of the attempt to improve the quality and yield of lettuce is to use the hydroponic
method. The hydroponic system is an alternative solution to improve the quality
and quantity of lettuce plants that are efficient in meeting nutritional needs and
land resource utilization. Management of plant nutrients is the key to the success
of cultivation technique so it is necessary to assess the concentration of nutrients
and various planting media that can support the absorption of nutrients by plants
in the hydroponic system. The purpose of the study is to examine the interaction
between AB Mix nutrient solution concentration and media, knowing the
concentration of AB Mix nutrient solution and the planting media that is best for
the growth and yield of red lettuce. The used method is a split plot design. The
main plot is the concentration of AB Mix nutrition (700, 1000, and 1300 ppm) and
the sub plot is planting media (rockwool and sponge). The data were analyzed
with Analysis of Variance (ANOVA) and further tested with the Least
Significance Different (LSD) at the level of 5%. There is no interaction between
AB Mix nutrient concentration treatment and the type of lettuce plant planting
media in the hydroponic Nutrient Film Technique (NFT) system. AB Mix nutrient
concentration of 1300 ppm provides the best result on root volume parameter,
header fresh weight, root fresh weight, economical weight, root dry weight and
root crown ration. The rockwool planting media gives the best result on parameter
number of leaves, plant height, fresh weight of header, fresh weight of root,
economical weight, and root header ratio.
Keywords : AB Mix nutrition, red lettuce, planting media, hydroponic.
Page 7
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Rantauprapat, Kabupaten Labuhanbatu, Sumatra Utara
pada tanggal 13 November 1999. Saat menulis skripsi ini penulis berumur 22
tahun. Penulis merupakan anak ketujuh dari Bapak Maruli Andreas Sinaga dan
Ibu Netty Herawati Hutagalung. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar
hingga Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Labuhanbatu, Sumatra Utara. Pada
tahun 2018 penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi negeri Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, Fakultas Pertanian, Jurusan
Agroteknologi. Penulis menyelesaikan kuliah strata satu (S1) pada tahun 2022.
Penulis selama menempuh kuliah di UPN “Veteran” Yogyakarta pernah menjadi
asisten Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Industri dan Perkebunan pada
tahun 2021 dan 2022, asisten Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Pangan
2021 dan Praktikum Pertanian Modern 2022. Penulis pernah menjadi pengurus
UKM Kristen periode 2020, Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS)
Agroteknologi periode 2020-2021 dan periode 2021-2022. Penulis melaksanakan
kuliah kerja profesi di PT. Sawit Kaltim Lestari (SKL) – Kalimantan Timur pada
bulan Desember – Februari 2021.
Page 8
viii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Tuhan mengizinkan kita untuk mengalami titik-titik rendah kehidupan untuk
mengajarkan kita pelajaran yang tidak bisa kita pelajari dengan cara lain”
PERSEMBAHAN
Puji Tuhan atas kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena berkat dan kasih karunia
yang Engkau berikan atas perjuangan menggapai sepenggal keberhasilan.
Terimkasih karena Engkau menyertai dan memberkatiku sehingga aku dapat
menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Semoga Engkau selalu menyertai
langkahku, memberikanku kekuatan dalam melewati persoalanku, serta selalu
bersamaku dimanapun aku melangkah.
Kupersembahkan karya ini kepada mereka yang istimewa dan luar biasa:
Bapak dan Mama
Terimakasih atas kasih sayang, perhatian, pengorbanan, kesabaran dan doa hingga
sampai hari ini aku dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.
Semua Keluarga, Sahabatku dan Teman-teman
Terimakasih buat abang, kakak dan keponakanku semuanya terutama buat
kakakku Yemima Sinaga yang selalu memberikan semangat, uang jajan
tambahan, hiburan, dukungan dan motivasi. Sahabat-sahabatku Nadia, Merry,
Yanita, Ajeng, Hermanto, Dasril, Sabana, Adios, Candra, Rudi yang memberikan
bantuan tenaga kapanpun saat aku membutuhkannya, semangat berjuang, kalian
luar biasa. Terimakasih kasih juga buat keluarga rohaniku terutama untuk Kak
Caca, Kak Helen, Yesi, Kak Jede dan FresH Gospel yang selalu mendukungku
dan mendengarkan keluh kesahku dan selalu ada dalam suka dan dukaku.
Terimakasih untuk adik-adikku divisi Mikat yaitu Farrel, Risma, Atha, Destian
yang selalu memberikan semangat dan dukungan serta bantuan. Terimakasih
untuk teman-teman Agroteknologi 2018 yang memberikan dukungan semangat
dan mewarnai setiap masa perkuliahan. Semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini yang namanya tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Page 9
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan
judul “Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada Merah (Lactuca sativa L.)
terhadap Konsentrasi Nutrisi AB Mix dan Macam Media Tanam Secara Hidroponik
NFT”.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. Rina Srilestari, M.P., selaku Dosen Pembimbing I dan Ir. Suwardi, M.P.,
selaku Dosen Pembimbing II.
2. Endah Budi, S.P, M.P., selaku Dosen Penelaah I dan Ir. Ellen Rosyelina
Sasmita, M.P., selaku Dosen Penelaah II.
3. Riefna Afriani S.P, M.P. selaku Dosen Pembimbing Lapangan di BPTP
Yogyakarta.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penulis menyadari penyusunan
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, masukan, kritik dan
saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
Yogyakarta, April 2022
Penulis
Page 10
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
ABSTRACT....................................................................................................vi
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5
A. Klasifikasi Tanaman Selada .............................................................. 5
B. Morfologi Tanaman Selada ............................................................... 5
C. Syarat Tumbuh Tanaman Selada ....................................................... 7
D. Hidroponik Sistem NFT .................................................................... 7
E. Nutrisi Hidroponik ........................................................................... 8
F. Media Tanam .................................................................................... 9
G. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 10
H. Hipotesis ......................................................................................... 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 13
A. Waktu dan Tempat ........................................................................... 13
B. Bahan dan Alat ................................................................................ 13
Page 11
xi
C. Metodologi Penelitian ...................................................................... 13
D. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 14
1. Persiapan media tanam .................................................................. 14
2. Pembuatan larutan nutrisi .............................................................. 14
3. Persemaian .................................................................................... 15
4. Pindah tanam ................................................................................ 15
5. Aplikasi pemupukan...................................................................... 15
6. Pemeliharaan................................................................................. 16
7. Pemanenan .................................................................................... 17
E. Parameter Pengamatan ..................................................................... 18
F. Analisis Data .................................................................................... 21
BAB IV HASIL DAN ANALISIS ................................................................ 22
A. Persentase Hidup ............................................................................. 22
B. Jumlah Daun .................................................................................... 23
C. Tinggi Tanaman ............................................................................... 24
D. Warna Daun ..................................................................................... 25
E. Volume Akar ................................................................................... 26
F. Bobot Segar Tajuk ........................................................................... 27
G. Bobot Segar Akar ............................................................................ 28
H. Bobot Ekonomis .............................................................................. 29
I. Bobot Kering Tajuk ......................................................................... 30
J. Bobot Kering Akar .......................................................................... 31
K. Rasio Tajuk Akar ............................................................................. 32
BAB V PEMBAHASAN .............................................................................. 33
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 40
A. Kesimpulan...................................................................................... 40
B. Saran ............................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 41
LAMPIRAN ................................................................................................. 45
Page 12
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rerata persentase hidup pada berbagai pemberian konsentrasi
AB Mix dan macam media tanam ........................................................... 22
2. Rerata jumlah daun umur 1, 2, 3 dan 4 MST pada berbagai
pemberian konsentrasi AB Mix dan macam media tanam ........................ 23
3. Rerata tinggi tanaman umur 1, 2, 3 dan 4 MST pada
berbagai pemberian konsentrasi AB Mix dan macam media tanam.......... 24
4. Warna daun pada berbagai pemberian konsentrasi AB Mix
dan macam media tanam ......................................................................... 25
5. Rerata volume akar pada berbagai pemberian konsentrasi
AB Mix dan macam media tanam ........................................................... 26
6. Rerata bobot segar tajuk pada berbagai pemberian
konsentrasi AB Mix dan macam media tanam ......................................... 27
7. Rerata bobot segar akar pada berbagai pemberian
konsentrasi AB Mix dan macam media tanam ......................................... 28
8. Rerata bobot ekonomis pada berbagai pemberian konsentrasi
AB Mix dan macam media tanam ........................................................... 29
9. Rerata bobot kering tajuk pada berbagai pemberian konsentrasi
AB Mix dan macam media tanam ........................................................... 30
10. Rerata bobot kering akar pada berbagai pemberian
konsentrasi AB Mix dan macam media tanam ......................................... 31
11. Rerata rasio tajuk akar pada berbagai pemberian konsentrasi
AB Mix dan macam media tanam ........................................................... 32
Page 13
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kunjungan lapangan bersama Dosen Pembimbing II (Bapak Suwardi) .... 61
2. Kunjungan lapangan bersama Dosen Pembimbing I (Ibu Rina) ............... 61
3. Proses pemanenan tanaman selada .......................................................... 62
4. Perbandingan perlakuan konsentrasi Nutrisi AB Mix media tanam
Rockwool................................................................................................ 62
5. Perbandingan perlakuan konsentrasi Nutrisi AB Mix media tanam
Spons ...................................................................................................... 63
6. Perbandingan perlakuan konsentrasi Nutrisi AB Mix media tanam
Rockwool setelah di oven........................................................................ 63
7. Perbandingan perlakuan konsentrasi Nutrisi AB Mix media tanam
Spons setelah di oven .............................................................................. 64
8. Perbandingan perlakuan konsentrasi Nutrisi AB Mix media tanam
Rockwool pada akar tanaman setelah di oven .......................................... 64
9. Perbandingan perlakuan konsentrasi Nutrisi AB Mix media tanam
Spons pada akar tanaman setelah di oven ................................................ 65
10. Perbandingan perlakuan konsentrasi Nutrisi AB Mix media tanam
Rockwool pada akar tanaman .................................................................. 65
11. Perbandingan perlakuan konsentrasi Nutrisi AB Mix media tanam
Spons pada akar tanaman ........................................................................ 66
Page 14
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
I. Tata Letak Percobaan ............................................................... 46
II. Tata Letak Tanaman dalam 1 Kombinasi Perlakuan ................. 47
III. Deskripsi Varietas .................................................................... 48
IV. Cara Melarutkan Nutrisi AB Mix ............................................. 49
V. Perhitungan Sidik Ragam Parameter Jumlah Daun Tanaman
Selada pada Umur 1 MST ........................................................ 51
VI. Sidik Ragam Parameter Presentase Hidup (%) ......................... 55
VII. Sidik Ragam Parameter Jumlah Daun Umur 1 MST ................. 55
VIII. Sidik Ragam Parameter Jumlah Daun Umur 2 MST ................. 55
IX. Sidik Ragam Parameter Jumlah Daun Umur 3 MST ................. 56
X. Sidik Ragam Parameter Jumlah Daun Umur 4 MST ................. 56
XI. Sidik Ragam Parameter Tinggi Tanaman Umur 1 MST............ 56
XII. Sidik Ragam Parameter Tinggi Tanaman Umur 2 MST............ 57
XIII. Sidik Ragam Parameter Tinggi Tanaman Umur 3 MST............ 57
XIV. Sidik Ragam Parameter Tinggi Tanaman Umur 4 MST............ 57
XV. Sidik Ragam Parameter Volume Akar ...................................... 58
XVI. Sidik Ragam Parameter Bobot Segar Tajuk .............................. 58
XVII. Sidik Ragam Parameter Bobot Segar Akar ............................... 58
XVIII. Sidik Ragam Parameter Bobot Ekonomis ................................. 59
XIX. Sidik Ragam Parameter Bobot Kering Tajuk ............................ 59
XX. Sidik Ragam Parameter Bobot Kering Akar ............................. 59
XXI. Sidik Ragam Parameter Rasio Tajuk Akar ............................... 60
XXII. Gambar .................................................................................... 61
Page 15
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman selada merupakan tanaman sayuran daun yang dikonsumsi
masyarakat Indonesia karena bergizi. Selada merupakan sayuran daun yang
cukup digemari masyarakat digunakan sebagai sayuran pelengkap yang
dimakan mentah dan dijadikan salad. Kualitas produk salad yang dimakan
secara mentah sangatlah penting untuk diperhatikan. Selada juga merupakan
salah satu komoditi hortikultura yang memiliki prospek dan nilai komersial
yang cukup baik. Semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia serta
meningkatnya kesadaran penduduk akan kebutuhan gizi menyebabkan
bertambahnya permintaan akan sayuran.
Kandungan gizi pada sayuran terutama vitamin dan mineral tidak dapat
disubtitusi melalui makanan pokok (Utomo, 2017). Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (2019) produksi tanaman selada di Indonesia tahun 2015
sampai tahun 2018 sebesar 600.200 ton, 601.204 ton, 627.611 ton, dan
630.500 ton. Peralihan lahan pertanian ke lahan non pertanian seperti
pemukiman dan industri menyebabkan berkurangnya ketersediaan lahan
untuk petani. Salah satu teknologi yang dapat diterapkan untuk memecahkan
masalah tersebut adalah teknologi hidroponik (Utomo, 2017). Hidroponik
ialah salah satu teknik budidaya tanaman dengan menggunakan media selain
tanah yang dialiri dengan larutan nutrisi.
Page 16
2
Hidroponik kultur air ialah salah satu cara bercocok tanam tanpa
menggunakan media tanah melainkan dengan menggunakan larutan nutrisi
(Sagita, dkk., 2020). Budidaya hidroponik memiliki banyak sistem, yaitu
sistem sumbu (wick), Deep Flow Technique (DFT), Nutrient Film Technique
(NFT), pasang surut (ebb & flow), irigasi tetes (drip irrigation), rakit apung
(floating hydroponic raft system) dan aeroponik (Susilawati, 2019).
Pengembangan tanaman sayuran di lahan sempit dapat menjadi pilihan untuk
meningkatkan produktivitas sayuran dengan cara budidaya tanaman secara
hidroponik (Anjarwati, dkk., 2017). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(2018) alih fungsi lahan pertanian di Indonesia terjadi setiap tahunnya yang
tercatat luas lahan pertanian tahun 2017 sebesar 7,75 juta hektar kemudian
pada tahun 2018 menurun menjadi 7,1 juta hektar.
NFT (Nutrient Film Technique) sistem merupakan teknik hidroponik
yang mempunyai aliran air dangkal mengandung nutrisi yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan tanaman, larutan nutrisi mengalir melalui saluran kedap
air seperti pipa paralon, dengan sirkulasi aliran larutan nutrisi yang dangkal.
Sistem NFT dirancang menggunakan kemiringan saluran air yang tepat,
panjang saluran air yang tepat serta laju aliran yang tepat. Keuntungan dari
sistem NFT adalah akar tanaman akan terkena cukup pasokan nutrisi, oksigen
dan pasokan air. Penggunaan sirkulasi nutrisi dapat digunakan berulang-ulang
sesuai dengan kebutuhan tanaman. Akar tanaman akan tumbuh di atas larutan
nutrisi dan sebagian terendam di dalam. Sistem NFT dapat menghasilkan
lebih tanaman dengan sedikit ruang, air, dan sedikit nutrisi (Setiawan, 2018).
Page 17
3
Peningkatan jumlah konsumsi sayuran harus diimbangi dengan jumlah
produksi untuk memenuhi permintaan sayuran. Salah satu usaha untuk
meningkatkan mutu dan hasil tanaman selada adalah dengan menggunakan
metode hidroponik. Sistem hidroponik menjadi solusi alternatif peningkatan
kualitas dan kuantitas tanaman selada yang efisien dalam pemenuhan
kebutuhan nutrisi dan pemanfaatan sumber daya lahan. Pengelolaan nutrisi
tanaman menjadi kunci keberhasilan teknik budidaya secara hidroponik
sehingga perlu dikaji konsentrasi nutrisi dan macam media tanam yang dapat
mendukung penyerapan nutrisi oleh tanaman pada sistem hidroponik NFT.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah terdapat interaksi antara konsentrasi larutan nutrisi AB Mix dan
macam media tanam tanaman selada secara hidroponik NFT (Nutrient
Film Technique)?
2. Berapa konsentrasi larutan nutrisi AB Mix yang paling baik untuk
budidaya tanaman selada secara hidroponik NFT (Nutrient Film
Technique)?
3. Media tanam manakah yang menunjukkan pertumbuhan yang paling baik
pada tanaman selada secara hidroponik NFT (Nutrient Film Technique)?
Page 18
4
C. Tujuan Penelitian
1. Mengkaji interaksi antara konsentrasi larutan nutrisi AB Mix dan macam
media tanam tanaman selada pada hidroponik sistem NFT (Nutrient Film
Technique).
2. Mengetahui konsentrasi larutan nutrisi AB Mix yang paling baik untuk
pertumbuhan dan hasil tanaman selada pada hidroponik sistem NFT
(Nutrient Film Technique).
3. Mengetahui media tanam yang paling baik untuk pertumbuhan dan hasil
yang paling baik.
D. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi penulis dan petani dalam
mengembangkan dan peningkatan usaha budidaya tanaman sayuran
secara hidroponik.
2. Bagi pembaca dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
penelitian selanjutnya.
3. Memberikan rekomendasi kepada pembaca dalam menentukan
konsentrasi larutan hara yang tepat dalam budidaya tanaman selada
secara hidroponik dengan sistem NFT (Nutrient Film Technique).
Page 19
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Tanaman Selada
Tanaman selada merupakan sayuran yang populer karena memiliki
warna, tekstur, serta aroma yang menyegarkan tampilan makanan. Selada
merah adalah selada yang memiliki daun yang berwarna merah, lebar, tipis
serta bergerombol dan tampak keriting. Selada merah mengandung zat-zat
gizi (nutrient) yang lengkap atau senyawa lainnya yang berkhasiat sebagai
obat. Klasifikasi tanaman selada dalam sistematika tumbuhan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Super Divisi : Spermathophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Lactuca
Species : Lactuca sativa L. (Saparinto, 2013).
B. Morfologi Tanaman Selada
Selada merah memiliki sistem perakaran serabut. Akar menempel pada
batang dan tumbuh menyebar ke semua arah pada paralon. Daun tanaman
selada merah umumnya berdaun rimbun dan daunnya berselang– seling
Page 20
6
mengelilingi letak batang. Tanaman selada merah berdaun tunggal, umumnya
memiliki ukuran panjang antara 20 – 25 cm dan lebar 15 cm. Helai daunya
agak tebal, lunak, halus dan licin serta bergerigi pada bagian tepinya. Daun
selada merah memiliki tangkai daun lebar dengan tulang daun yang menyirip.
Tinggi tanaman selada merah berkisar antara 20-30 cm. Bobot tanaman
sangat beragam, mulai dari 100 g sampai 400 g (Saparinto, 2013)
Daun tanaman selada merah umumnya berdaun rimbun dan letak daun
berselang-seling mengelilingi batang. Daun memiliki bentuk yang beragam,
seperti bulat dan lebar, lonjong dan lebar, bulat panjang dan lebar. Warna
daun merah dan daun memiliki tulang-tulang daun yang menyirip seperti duri
ikan, helaian daun umumnya bergerigi pada bagian tepinya. Tanaman selada
merah berdaun tunggal, umumnya berukuran panjang antara 20-25 cm atau
lebih dan lebarnya sekitar 15 cm.
Bunga tanaman selada merah memiliki bunga berwarna kuning dan
tumbuh dari pucuk tanaman yang tersusun dalam satu rangkaian bunga yang
bercabang-cabang. Tiap-tiap cabang dalam satu rangkaian bunga tumbuh
kuntum-kuntum bunga yang lebat, bunga selada merah berjenis kelamin
hermaprodit. Bunga selada merah yang telah mengalami penyerbukan akan
menghasilkan buah dan biji. Buah tanaman selada merah berbentuk polong
dan di dalamnya berisi biji yang sangat kecil, bentuk biji lonjong pipih.
Warna biji selada merah berwarna coklat tua, ukuran bijinya memiliki
panjang 4 mm dan lebar 1 mm (Chasanah, 2018).
Page 21
7
C. Syarat Tumbuh Tanaman Selada
Suhu optimum bagi pertumbuhan selada yaitu 15-30° C. Selada dapat
tumbuh di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi (pegunungan).
Daerah yang cocok untuk penanaman selada sekitar ketinggian 500-2.000
mdpl. Syarat penting agar selada dapat tumbuh dengan baik yaitu memiliki
derajat keasaman tanah pH 5-6,5 (Sunarjono, 2014).
D. Hidroponik Sistem NFT
NFT (Nutrient Film Technique) sistem merupakan teknik hidroponik
yang mempunyai aliran air dangkal mengandung nutrisi yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan tanaman, larutan nutrisi mengalir melalui saluran kedap
air seperti pipa paralon, dengan kedalam sirkulasi aliran larutan nutrisi yang
dangkal. Sistem NFT dirancang menggunakan kemiringan saluran air yang
tepat, panjang saluran air yang tepat serta laju aliran yang tepat. Keuntungan
dari sistem NFT adalah akar tanaman akan terkena cukup pasokan nutrisi,
oksigen dan pasokan air (Setiawan, 2018). Nutrient Film Technique yang
disingkat NFT, atau terkadang disebut Teknik Film Hara merupakan model
pengaliran nutrisi pada budidaya tanaman secara hidroponik dengan
meletakkan akar tanaman pada aliran air yang dangkal/tipis (2-3 mm) seperti
rol film.
Sistem NFT ini hanya menggunakan aliran air bernutrisi sebagai media.
Tanaman dipelihara dalam wadah semacam talang, selokan atau saluran
panjang yang sempit yang terbuat dari plastik atau lempengan logam tipis
Page 22
8
tahan karat. Talang atau selokan tersebut dialiri larutan nutrisi secara terus
menerus sehingga pada akar tanaman secara perlahan akan terbentuk
semacam film (lapisan tipis) larutan nutrisi/hara sebagai makanan tanaman.
Sistem ini kemudian dikenal dengan nama Nutrient Film Technique (Iqbal,
2016).
E. Nutrisi Hidroponik
Nutrisi yang digunakan dalam budidaya dengan sistem hidroponik yaitu
nutrisi AB Mix. Nutrisi AB Mix mengandung 16 unsur hara esensial yang
diperlukan tanaman, dari 16 unsur tersebut 6 (enam) unsur hara diantaranya
diperlukan dalam jumlah banyak (makro) yaitu N, P, K, Ca, Mg, S, yang
terdapat dalam laruran stok A dan 10 unsur diperlukan dalam jumlah sedikit
(mikro) yaitu Fe, Mn, Bo, Cu, Zn, Mo, Cl, Si, Na, Co, yang terdapat dalam
larutan stok B. Nutrisi AB Mix adalah nutrisi yang digunakan dimana terdiri
atas dua stok yaitu stok A dan stok B. Stok A berisi senyawa yang
mengandung Ca, sedangkan Stok B berisi senyawa yang mengandung sulfat
dan fosfat.
Pembagian tersebut dimaksudkan agar dalam kondisi pekat tidak terjadi
endapan. Jika bertemu akan membentuk kalsium sulfat dan kalsium fosfat.
Larutan nutrisi sebagai sumber pasokan air dan mineral nutrisi merupakan
faktor penting pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman hidroponik, sehingga
harus tepat dari segi jumlah, komposisi ion nutrisi dan suhu (Israhadi, 2009).
Konsentrasi nutrisi dapat dihitung dengan menggunakan alat yaitu TDS
Page 23
9
meter (Total Disolved Solids). Fungsi TDS sendiri sebagai alat untuk
mengukur konsentrasi larutan nutrisi. Satuan yang digunakan adalah ppm
(part per million). Pengukuran konsentrasi larutan nutrisi harus dilakukan,
sebab jika larutan tidak diukur, bisa jadi tanaman kekurangan atau kelebihan
nutrisi, ini mampu menjadi racun bagi tanaman itu sendiri (Oram, 2010).
F. Media Tanam
Penyerapan nutrisi tanaman dipengaruhi oleh media tanam. Media tanam
merupakan tempat akar tanaman menyerap unsur-unsur hara yang dibutuhkan
oleh tanaman. Media tanam yang baik merupakan media yang dapat
mendukung pertumbuhan dan kehidupan tanaman. Penunjang keberhasilan
dari sistem budidaya hiroponik adalah media yang bersifat porus dan aerasi
baik serta nutrisi yang tercukupi untuk pertumbuhan tanaman.
Rockwool memiliki bentuk seperti busa, berserabut halus dan bobot
beratnya sangatlah ringan. Media tanaman ini memiliki kemampuan menahan
air dan udara dalam jumlah yang baik untuk mendukung perkembangan akar
tanaman hidroponik. Rockwool berasal dari batuan basalt yang dipanaskan
dengan suhu yang sangat tinggi sehingga batu tersebut meleleh dan
membentuk serat-serat halus. Saat proses produksi rockwool dicetak dengan
bentuk lempengan atau balok berukuran besar. Penggunaan balok rockwool
ini nantinya akan dipotong sesuai kebutuhan (Purbajanti, 2017).
Spons dikenal baik oleh orang-orang yang telah lama melakukan
budidaya tanaman hias. Spons yang biasa digunakan untuk mencuci piring
Page 24
10
dan membersihkan kaca juga bisa digunakan sebagai media tanam karena
sangat ringan tetapi ketika terendam air akan menjadi berat dan bisa
menegakkan tanaman. Hasil yang diperoleh dengan memanfaatkan media
tanam hidroponik berupa spons adalah pertumbuhan tanaman lebih prima dan
banyak orang yang membuktikan sendiri bahwa spons dapat membuat
tanaman lebih subur tanpa perlu proses adaptasi. Kelebihan lain yang dimiliki
oleh spons ialah mampu menyimpan kandungan air sampai waktu 2 minggu,
ditambah kekebalannya terhadap jamur yang berisiko merusak tanaman.
Spons juga memiliki daya serap yang tinggi terhadap air dan larutan unsur
hara esensial tetapi kekurangan dari spons tidak awet dan mudah hancur
(Iqbal, 2016).
G. Kerangka Pemikiran
Selada merupakan salah satu jenis tanaman sayur daun dari famili
Asteraceae yang memiliki nilai ekonomi tinggi serta prospek yang cukup baik
untuk dibudidayakan. Salah satu cara untuk menghasilkan produk tanaman
selada yang berkualitas tinggi yakni penggunaan varietas unggul dan
teknologi hidroponik. Teknologi hidroponik dapat menghasilkan daun
tanaman yang lebih kualitas serta bersih dari racun, sehingga mampu
menghasilkan kualitas yang baik. Hidroponik sistem NFT dengan lapisan
tipis larutan nutrisi mengalir melalui bedengan atau talang yang berisi akar-
akar tanaman mampu menghasilkan tanaman yang lebih baik dengan
menggunakan konsentrasi nutrisi AB Mix yang lengkap dengan unsur hara
Page 25
11
makro maupun mikro.
Masalah terpenting yang harus diperhatikan dalam budidaya secara
hidroponik adalah penyediaan nutrisi yang cukup bagi tanaman. Larutan hara
atau formula merupakan dasar budidaya tanpa tanah, yaitu sekumpulan unsur
hara lengkap untuk kebutuhan tanaman yang diracik dalam konsentrasi yang
cukup. Formula larutan nutrisi tersebut meliputi unsur nitrogen (N), fosfor
(P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), belerang (S), besi (Fe),
boron (B), mangan (Mn), seng (Ze), tembaga (Cu), dan molybdenum (Mo)’
(Ginting, 2016). Konsentrasi larutan nutrisi merupakan salah satu kegiatan
yang paling efektif dalam mengendalikan dan meningkatkan hasil serta mutu
gizi sayuran untuk konsumsi manusia (Fallovo, dkk., 2009).
Penelitian Romana, dkk, (2014) menunjukkan bahwa penggunaan
konsentrasi larutan nutrisi AB Mix yang memberikan pertumbuhan optimal
tanaman sawi ada pada konsentrasi 1000 ppm dibandingkan konsentrasi 500
ppm dan 2000 ppm. Hal ini ditunjukkan dengan bobot segar total per tanaman
sebesar 92,73 gram. Hasil penelitian Arsyanti dan Nurul (2016), perlakuan
yang menggunakan AB Mix dengan konsentrasi 500 ppm, 750 ppm, 1000
ppm dan 1250 ppm menunjukkan bahwa pemberian nutrisi dengan
konsentrasi 1000 ppm dengan memberikan pertumbuhan dan hasil selada
merah yang lebih baik. Barus, dkk (2021) menyatakan bahwa perlakuan
media tanam spons dapat sebagai alternatif media tanam kangkung, pakcoy
dan kale pada budidaya sistem hidroponik.
Page 26
12
H. Hipotesis
Konsentrasi Nutrisi AB Mix 1000 ppm dan media tanam Rockwool pada
tanaman selada merah menunjukkan pertumbuhan dan hasil tanaman selada
yang paling baik.
Page 27
13
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - Desember 2021 bertempat
di BPTP Maguwoharjo Jl. Stadion Maguwoharjo No. 22, Karangsari,
Wedomartani, Kec. Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta 55584.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tanaman selada
merah (red rappids), rockwool, spons, kain flanel, dan nutrisi AB Mix
goodplant.
Alat yang digunakan adalah tiga instalasi Nutrient Film Technique
(NFT), TDS meter, alat ukur (meteran, mistar), isolasi, gelas ukur, sprayer,
plastik bening, ember, timbangan, kamera, pH meter, pinset, oven, pompa air,
dan alat tulis menulis.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan percobaan lapangan menggunakan
perhitungan metode Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design). Petak
Utama (main plot) yaitu konsentrasi nutrisi AB Mix yang terdiri dari 3 taraf
yaitu:
Page 28
14
1. N1 = 700 ppm Nutrisi AB Mix
2. N2 = 1000 ppm Nutrisi AB Mix
3. N3 = 1300 ppm Nutrisi AB Mix
Anak petak (sub plot) yaitu media tanam yang terdiri atas 2 taraf yaitu:
1. M1 = Rockwool
2. M2 = Spons
Total terdapat 6 kombinasi perlakuan dan setiap kombinasi perlakuan
diulang 5 kali sehingga diperoleh 30 unit percobaan. Dalam 1 unit percobaan
terdapat 10 tanaman. Jumlah tanaman selada yang dibutuhkan 3x2x5x10 =
300 tanaman percobaan.
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan media tanam
Persiapan media tanam yang digunakan yaitu rockwoll dan spons.
Memotong rockwoll dan spons membentuk persegi dengan ukuran 2x2
cm.
2. Pembuatan larutan nutrisi
Nutrisi yang digunakan dalam penanaman tanaman selada secara
hidroponik sistem NFT ini adalah racikan AB Mix (Goodplant) untuk
sayuran daun yang terdiri dari larutan A dan larutan B. Larutan nutrisi
dibuat dengan konsentrasi sesuai dengan perlakuan yaitu 700 ppm, 1000
ppm dan 1300 ppm menggunakan alat ukur TDS meter. Caranya yaitu
dengan memisahkan bubuk AB Mix larutan A dan B untuk pembuatan
Page 29
15
larutan stok pada masing-masing larutan (Iqbal, 2016).
3. Persemaian
Benih diseleksi terlebih dahulu dengan cara merendam benih dalam
air hangat selama 15 menit. Benih yang digunakan adalah benih yang
tenggelam. Persemaian dilakukan dengan meletakkan rockwool yang
sudah dipotong pada baki semai. Setelah rockwool tersusun diatas bak
semai selanjutnya melakukan pelubangan dengan menggunakan tusuk
gigi atau tusuk sate sedalam 1-2 mm, kemudian memasukkan benih
tanaman selada merah (red rappids), begitu juga dengan media tanam
spons. Media tanam dibasahi dengan air menggunakan handspayer dan
meletakan bak semai yang sudah terisi benih ke dalam ruang gelap
selama 2 hari atau 48 jam untuk mempercepat pembentukan tunas.
Mengeluarkan bak semai setelah 2 hari persemaian pada tempat yang
bercahaya sampai hari ke-15.
4. Pindah tanam
Pemindahan bibit ke media tanam dilakukan pada bibit yang sudah
berumur 2 minggu setelah semai, berdaun 2-3 helai. Bibit dimasukkan ke
dalam netpot dan ke dalam lubang tanam yang sudah disediakan di dalam
paralon. Pastikan akar tanaman mengenai permukaan air yang telah
dialiri oleh air dan nutrisi sebelumnya, sehingga akar dapat menyerap
unsur hara dan dapat bertumbuh secara maksimal.
5. Aplikasi pemupukan
Aplikasi pemupukan dilakukan dengan menggunakan nutrisi AB
Page 30
16
Mix yang telah dilarutkan. Pemberian nutrisi dilakukan sesuai dengan
konsentrasi perlakuan. Pemberian nutrisi dilakukan dengan melarutkan
nutrisi ke dalam bak nutrisi yang akan dialirkan sepanjang hari.
Pengaplikasian nutrisi diberikan sesuai dengan perlakuan dengan
memasukan ke dalam bak nutrisi yang sudah diukur menggunakan TDS
meter atau ppm meter.
6. Pemeliharaan
Tanaman memerlukan perawatan atau pemeliharaan yang baik agar
tanaman tumbuh dengan baik. Kegiatan pemeliharaan meliputi
pengecekan nutrisi, penambahan nutrisi, penyulaman, dan pengendalian
hama.
a. Pengecekan nutrisi
Pengecekan nutrisi menggunakan TDS meter dilakukan setiap hari
yaitu pagi dan sore. Cara mengecek nutrisi dengan TDS meter yaitu
menyiapkan TDS meter dengan menekan tombol on pada TDS meter
kemudian menyelupkan pangkal TDS meter ke dalam bak nutrisi
sampai angka digital pada alat tersebut bergerak, tunggu sampai
pergerakan angka digital stabil, lalu tekan hold. Angkat TDS meter
dan angka yang muncul di TDS meter adalah kadar ppm larutan
nutrisi.
b. Penambahan nutrisi
Penambahan nutrisi dilakukan dengan cara mengechek kadar ppm
yang terdapat di dalam bak nutrisi jika nutrisi yang dibutuhkan tidak
Page 31
17
sesuai dengan perlakuan. Penambahan nutrisi dilakukan pada pagi
hari setelah dilakukannya pengecekan nutrisi dengan TDS meter.
c. Penyulaman
Penyulaman dilakukan maksimal pada minggu pertama setelah
pindah tanam. Penyulaman dilakukan dengan mengganti tanaman
yang mati akibat pindah tanam maupun stres lingkungan dengan
melihat kenampakan tanaman.
d. Pengecekan pH meter
Alat pH meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur derajat
keasaman atau kebasaan suatu zat. Pengukuran pH dalam hidroponik
ditentukan dengan 1 hingga 14. Angka 7 menunjukkan pH netral,
angka dibawah 7 hingga angka 1 menunjukkan kondisi asam
sedangkan angka di atas 7 menunjukkan kondisi basa.
e. Pengendalian hama
Pengendalian hama dilakukan ketika gejala serangan yang terjadi
pada tanaman selada yaitu ulat yang merusak tajuk tanaman selada.
Pengendalian dilakukan dengan cara menangkap hama secara
manual dengan menggunakan tangan atau jaring kemudian hama
tersebut dibuang. Tanaman selada terkena Tip Burn yaitu tepi daun
terbakar pada tanaman selada. Pengendalian Tip Burn pada tanaman
selada yang dilakukan yaitu dengan membuang akar tanaman selada
yang berwarna kecoklatan atau yang berlendir kemudian mengganti
bak nutrisi dengan nutrisi yang baru.
Page 32
18
7. Pemanenan
Pemanenan tanaman selada merah dilakukan pada tanaman
berumur 35 hari setelah tanam. Pemanenan dilakukan pada pagi hari
dengan cara mencabut tanaman. Ciri-ciri tanaman selada merah siap
dipanen yaitu daun selada sudah berwarna merah dengan ukuran daun
besar dan lebar. Hasil panen diletakkan ditempat yang teduh untuk
melindungi transpirasi yang mengakibatkan hasil cepat layu.
E. Parameter Pengamatan
1. Persentase hidup (%)
Persentase hidup tanaman dihitung pada akhir pengamatan dengan
rumus:
PH = Jumlah tanaman hidup per unit percobaan
Jumlah tanaman yang ditanam per unit percobaan X 100%
2. Jumlah daun (helai)
Bagian daun pada tanaman dihitung pada saat daun sudah membuka
sempurna. Pengambilan parameter dilakukan pada 4 tanaman sampel
sebanyak 4 kali, dimulai ketika tanaman berumur 1, 2, 3, dan 4 MST.
3. Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dengan mengukur tinggi tanaman selada dari
pangkal batang sampai daun tertinggi menggunakan penggaris.
Pengambilan parameter dilakukan pada 4 tanaman sampel sebanyak 4
kali, dimulai ketika tanaman berumur 1, 2, 3, dan 4 MST.
Page 33
19
4. Warna daun
Mencocokkan warna daun tanaman selada merah pada akhir penelitian
yaitu minggu ke-4 setelah pindah tanam dan dibandingkan dengan
menggunakan Munshell Color Chart for Plant Tissue. Value merupakan
nilai yang menunjukkan kecerahan warna. Chroma menunjukkan tingkat
kejelasan warna. Hue menunjukkan identitas warna.
5. Volume akar (ml)
Volume akar diukur pada saat pemanenan dengan cara akar tanaman
dimasukkan ke dalam gelas ukur berisi air yang sudah diketahui
volumenya, sehingga didapatkan penambahan volume. Volume akar
dapat diperoleh dengan rumus :
Volume akar = volume air setelah akar dimasukkan – volume air mula-
mula.
6. Bobot segar tajuk (gram)
Bobot segar tajuk per tanaman dilakukan dengan cara menimbang tajuk
tanaman sampel yang telah dipanen dan dipisahkan bagiannya dengan
akar menggunakan timbangan analitik. Pengamatan ini dilakukan diakhir
penelitian.
7. Bobot segar akar (gram)
Bobot segar akar per tanaman dilakukan dengan cara menimbang akar
tanaman sampel yang telah dipanen dan dipisahkan bagiannya dengan
tajuk menggunakan timbangan analitik. Pengamatan ini dilakukan
diakhir penelitian.
Page 34
20
8. Bobot ekonomis (gram)
Bobot ekonomis tanaman dihitung pada akhir pengamatan tanaman
sampel yang sudah dibersihkan dengan membuang daun kuning dan
memisahkan akar dari tajuk kemudian ditimbang menggunakan
timbangan analitik.
9. Bobot kering tajuk (gram)
Perhitungan dilakukan dengan cara membersihkan tajuk tanaman dengan
air kemudian dikering anginkan, dan selanjutnya di oven selama 48 jam
pada suhu 80º C dengan tujuan mendapatkan bobot kering konstan, lalu
ditimbang menggunakan timbangan analitik. Pengamatan ini dilakukan
diakhir penelitian.
10. Bobot kering akar (gram)
Perhitungan dilakukan dengan cara membersihkan akar tanaman dengan
air kemudian dikering anginkan, dan selanjutnya di oven selama 48 jam
pada suhu 80º C dengan tujuan mendapatkan bobot kering konstan, lalu
ditimbang menggunakan timbangan analitik. Pengamatan ini dilakukan
diakhir penelitian.
11. Rasio tajuk akar (%)
Rasio tajuk akar diperoleh dengan rumus :
Rasio Tajuk Akar = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑎𝑗𝑢𝑘
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑘𝑎𝑟 𝑥 100%
Page 35
21
F. Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis dengan Sidik Ragam (ANOVA), dan
dilanjutkan dengan uji lanjut dengan Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf
5%.
Page 36
22
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS HASIL
A. Persentase Hidup (%)
Hasil Sidik Ragam persentase hidup tanaman umur 4 minggu setelah
tanam disajikan pada Lampiran VI menunjukkan bahwa tidak ada interaksi
antara perlakuan konsentrasi AB Mix dan macam media tanam. Perlakuan
pemberian konsentrasi AB Mix dan macam media tanam menunjukkan
pengaruh tidak nyata terhadap persentase hidup tanaman. Data hasil
pengamatan persentase hidup disajikan pada Tabel 1 berikut ini :
Tabel 1. Rerata persentase hidup pada berbagai pemberian konsentrasi AB
Mix dan macam media tanam (%)
Perlakuan Persentase Hidup (%)
Konsentrasi AB Mix
700 ppm (N1) 100,00 a
1000 ppm (N2) 98,00 a
1300 ppm (N3) 100,00 a
Macam media tanam
Rockwool (M1) 100,00 p
Spons (M2) 98,67 p
Interaksi (-)
Keterangan: Rerata kolom yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan
tidak ada beda nyata pada Uji Beda Nyata Terkecil taraf 5%;
(-) menunjukkan tidak ada interaksi. Data yang ditampilkan
merupakan data asli yang telah di transformasikan dalam bentuk
Arcsin.
Tabel 1 menunjukkan bahwa dengan perlakuan konsentrasi AB Mix 700
ppm (N1), 1000 ppm (N2) dan 1300 ppm (N3) persentase hidupnya tidak ada
beda nyata. Persentase hidup pada media tanam Rockwool (M1) dan Spons
(M2) tidak berbeda nyata.
Page 37
23
B. Jumlah Daun (helai)
Hasil Sidik Ragam jumlah daun umur 1, 2, 3 dan 4 minggu setelah tanam
disajikan pada Lampiran VII, VIII, IX, dan X menunjukkan bahwa tidak ada
interaksi antara perlakuan konsentrasi AB Mix dan macam media tanam.
Perlakuan pemberian konsentrasi AB Mix dan macam media tanam
menunjukkan pengaruh nyata terhadap jumlah daun pada tanaman selada.
Data hasil pengamatan jumlah daun disajikan pada Tabel 2 di bawah ini :
Tabel 2. Rerata jumlah daun umur 1, 2, 3 dan 4 MST pada berbagai
pemberian konsentrasi AB Mix dan macam media tanam (helai).
Perlakuan Jumlah Daun (helai)
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
Konsentrasi AB Mix
700 ppm (N1) 8,30 b 14,00 b 14,20 b 17,40 b
1000 ppm (N2) 8,10 b 14,30 b 16,80 a 23,10 a
1300 ppm (N3) 10,80 a 15,80 a 17,20 a 26,40 a
Macam media tanam
Rockwool (M1) 9,80 p 15,67 p 17,07 p 24,07 p
Spons (M2) 8,33 q 13,73 q 15,07 q 20,53 q
Interaksi (-) (-) (-) (-)
Keterangan: Rerata kolom yang diikuti oleh huruf yang tidak sama
menunjukkan ada beda nyata pada Uji Beda Nyata Terkecil
taraf 5%; (-) menunjukkan tidak ada interaksi.
Tabel 2 menunjukkan bahwa dengan pemberian konsentrasi AB Mix
pada umur 1 MST dan 2 MST perlakuan 1300 ppm (N3) jumlah daunnya
nyata lebih banyak dibandingkan dengan 700 ppm (N1) dan 1000 ppm (N2).
Pemberian konsentrasi Nutrisi AB Mix umur 3 MST dan 4 MST pada
perlakuan 1000 ppm (N2) dan 1300 ppm (N3) jumlah daunnya nyata lebih
banyak dibandingkan dengan perlakuan 700 ppm (N1). Perlakuan media
tanam Rockwool (M1) nyata lebih banyak jumlah daunnya dibandingkan
media tanam Spons (M2).
Page 38
24
C. Tinggi Tanaman (cm)
Hasil Sidik Ragam tinggi tanaman umur 1, 2 , 3, dan 4 minggu setelah
tanam disajikan pada Lampiran XI, XII, XIII, dan XIV menunjukkan bahwa
tidak ada interaksi antara perlakuan konsentrasi AB Mix dan macam media
tanam. Perlakuan konsentrasi pemberian AB Mix dan macam media tanam
menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Data hasil
pengamatan tinggi tanaman disajikan pada Tabel 3 berikut :
Tabel 3. Rerata tinggi tanaman umur 1, 2, 3 dan 4 MST pada berbagai
pemberian konsentrasi AB Mix dan macam media tanam (cm).
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)
1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
Konsentrasi AB Mix
700 ppm (N1) 9,50 b 17,93 b 21,85 b 25,00 b
1000 ppm (N2) 9,50 b 20,75 b 33,05 a 42,20 a
1300 ppm (N3) 11,46 a 19,65 a 32,35 a 41,20 a
Macam media tanam
Rockwool (M1) 11,17 p 22,40 p 31,20 p 38,20 p
Spons (M2) 9,13 q 16,49 q 26,97 q 34,07 q
Interaksi (-) (-) (-) (-)
Keterangan: Rerata kolom yang diikuti oleh huruf yang tidak sama
menunjukkan ada beda nyata pada Uji Beda Nyata Terkecil
taraf 5%; (-) menunjukkan tidak ada interaksi.
Tabel 3 menunjukkan bahwa pada pengamatan umur 1 dan 2 MST
konsentrasi AB Mix perlakuan 1300 ppm (N3) nyata lebih tinggi tanamannya
dibandingkan dengan perlakuan 700 ppm (N1) dan 1000 ppm (N2).
Pemberian konsentrasi Nutrisi AB Mix umur 3 dan 4 MST pada perlakuan
1000 ppm (N2) dan 1300 ppm (N3) nyata lebih tinggi tanamannya
dibandingkan dengan perlakuan 700 ppm (N1). Perlakuan media tanam
Rockwool (M1) nyata lebih tinggi tanamannya dibandingkan media tanam
Spons (M2).
Page 39
25
D. Warna Daun
Analisis warna daun dilakukan dengan menggunakan buku Munsell
Color Chart. Buku ini memiliki 3 dimensi yang perlu diperhatikan yaitu Hue,
Value dan Chroma. Hue berarti rona yang memiliki nilai integriter, kisaran
nilai Hue adalah 2,5 – 7,5. Value (v) menunjukkan kisaran dari putih ke hitam
atau tingkat kecerahan. Chroma (c) menunjukkan kisaran terang ke pekat atau
tingkat kejelasan warna. Data hasil pengamatan warna daun disajikan pada
Tabel 4 berikut ini :
Tabel 4. Warna daun pada berbagai pemberian konsentrasi AB Mix dan
macam media tanam.
Perlakuan Warna Daun Keterangan Visual Warna
N1M1 10 R 3/4 Dusky Red N1M2 5 R 3/4 Dusky Red N2M1 5 R 3/4 Dusky Red N2M2 5 R 3/4 Dusky Red N3M1 5 R 3/6 Dark Red N3M2 5 R 3/6 Dark Red
Tabel 4 menunjukkan bahwa warna daun pada pemberian konsentrasi AB
Mix menghasilkan warna yang hampir seragam. Warna yang paling dominan
muncul adalah 5 R 3/4 dengan keterangan warna yaitu merah kehitaman
(Dusky Red) yang terdapat pada perlakuan N1M2, N2M1 dan N2M2. Pada
kombinasi perlakuan N1M1 memiliki kategori 10 R 3/4 yaitu warna merah
kehitaman (Dusky Red). Pada kombinasi perlakuan N3M1 dan N3M2
memiliki kategori 5 R 3/6 yaitu merah kegelapan (Dark Red).
Page 40
26
E. Volume Akar (ml)
Hasil Sidik Ragam volume akar disajikan pada Lampiran XV
menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara perlakuan konsentrasi AB Mix
dan macam media tanam. Perlakuan konsentrasi AB Mix menunjukkan
pengaruh nyata sedangkan macam media tanam menunjukkan pengaruh tidak
nyata. Data hasil pengamatan volume akar disajikan pada Tabel 5 sebagai
berikut :
Tabel 5. Rerata volume akar pada berbagai pemberian konsentrasi AB Mix
dan macam media tanam (ml).
Perlakuan Volume Akar (ml)
Konsentrasi AB Mix
700 ppm (N1) 2,85 b
1000 ppm (N2) 10,90 b
1300 ppm (N3) 27,50 a
Macam media tanam
Rockwool (M1) 14,10 p
Spons (M2) 13,40 p
Interaksi (-)
Keterangan: Rerata kolom yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan
ada beda nyata sedangkan huruf yang sama menunjukkan tidak
beda nyata berdasarkan Uji Beda Nyata Terkecil taraf 5%;
(-) menunjukkan tidak ada interaksi.
Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi AB Mix 1300 ppm
(N3) volume akarnya nyata lebih tinggi dibandingkan dengan 700 ppm (N1)
dan 1000 ppm (N2). Volume akar pada media tanam Rockwool (M1) dan
Spons (M2) tidak berbeda nyata.
Page 41
27
F. Bobot Segar Tajuk (gram)
Hasil Sidik Ragam bobot segar tajuk disajikan pada Lampiran XVI
menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara perlakuan konsentrasi AB Mix
dan macam media tanam. Perlakuan konsentrasi AB Mix dan macam media
tanam menunjukkan pengaruh nyata terhadap bobot segar tajuk pada tanaman
selada merah. Data hasil pengamatan bobot segar tajuk disajikan pada Tabel 6
sebagai berikut :
Tabel 6. Rerata bobot segar tajuk pada berbagai pemberian konsentrasi AB
Mix dan macam media tanam (gram).
Perlakuan Bobot Segar Tajuk (gram)
Konsentrasi AB Mix
700 ppm (N1) 14,34 b
1000 ppm (N2) 72,63 b
1300 ppm (N3) 113,68 a
Macam media tanam
Rockwool (M1) 79,80 p
Spons (M2) 53,97 q
Interaksi (-)
Keterangan: Rerata kolom yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan
ada beda nyata berdasarkan Uji Beda Nyata Terkecil taraf 5%;
(-) menunjukkan tidak ada interaksi.
Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi AB Mix 1300 ppm
(N3) bobot segar tajuknya nyata lebih berat dibandingkan dengan perlakuan
700 ppm (N1) dan 1000 ppm (N2). Bobot segar tajuk pada media tanam
Rockwool (M1) nyata lebih berat dibandingkan media tanam Spons (M2).
Page 42
28
G. Bobot Segar Akar (gram)
Hasil Sidik Ragam bobot segar akar disajikan pada Lampiran XVII
menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara perlakuan konsentrasi AB Mix
dan macam media tanam. Perlakuan konsentrasi AB Mix dan macam media
tanam menunjukkan pengaruh nyata terhadap bobot segar akar pada tanaman
selada merah. Data hasil pengamatan bobot segar tajuk disajikan pada Tabel 7
dibawah ini :
Tabel 7. Rerata bobot segar akar pada berbagai pemberian konsentrasi AB
Mix dan macam media tanam (gram).
Perlakuan Bobot Segar Akar (gram)
Konsentrasi AB Mix
700 ppm (N1) 10,18 b
1000 ppm (N2) 13,00 b
1300 ppm (N3) 28,09 a
Macam media tanam
Rockwool (M1) 20,02 p
Spons (M2) 14,15 q
Interaksi (-)
Keterangan: Rerata kolom yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan
ada beda nyata berdasarkan Uji Beda Nyata Terkecil taraf 5%;
(-) menunjukkan tidak ada interaksi.
Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi AB Mix 1300 ppm
(N3) bobot segar akarnya nyata lebih berat dibandingkan dengan perlakuan
700 ppm (N1) dan 1000 ppm (N2). Bobot segar akar pada media tanam
Rockwool (M1) nyata lebih berat dibandingkan dengan media tanam Spons
(M2).
Page 43
29
H. Bobot Ekonomis (gram)
Hasil Sidik Ragam bobot ekonomis disajikan pada Lampiran XVIII
menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara perlakuan konsentrasi AB Mix
dan macam media tanam. Perlakuan konsentrasi AB Mix tanaman dan macam
media tanam menunjukkan pengaruh nyata terhadap bobot ekonomis pada
tanaman selada merah. Data hasil pengamatan bobot ekonomis disajikan pada
Tabel 8 sebagai berikut :
Tabel 8. Rerata bobot ekonomis pada berbagai pemberian konsentrasi AB
Mix dan macam media tanam (gram).
Perlakuan Bobot Ekonomis (gram)
Konsentrasi AB Mix
700 ppm (N1) 12,03 b
1000 ppm (N2) 70,19 b
1300 ppm (N3) 106,65 a
Macam media tanam
Rockwool (M1) 73,80 p
Spons (M2) 52,13 q
Interaksi (-)
Keterangan: Rerata kolom yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan
ada beda nyata berdasarkan Uji Beda Nyata Terkecil taraf 5%;
(-) menunjukkan tidak ada interaksi.
Tabel 8 menunjukkan bahwa pada perlakuan konsentrasi AB Mix 1300
ppm (N3) bobot ekonomisnya nyata lebih berat dibandingkan dengan
perlakuan 700 ppm (N1) dan 1000 ppm (N2). Bobot ekonomis pada media
tanam Rockwool (M1) nyata lebih berat dibandingkan dengan media tanam
Spons (M2).
Page 44
30
I. Bobot Kering Tajuk (gram)
Hasil Sidik Ragam bobot kering tajuk disajikan pada Lampiran XIX
menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara perlakuan konsentrasi AB Mix
dan macam media tanam. Perlakuan konsentrasi AB Mix menunjukkan
pengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk sedangkan macam media tanam
menunjukkan pengaruh tidak nyata. Data hasil pengamatan bobot kering tajuk
disajikan pada Tabel 9 dibawah ini :
Tabel 9. Rerata bobot kering tajuk pada berbagai pemberian konsentrasi AB
Mix dan macam media tanam (gram).
Perlakuan Bobot Kering Tajuk (gram)
Konsentrasi AB Mix
700 ppm (N1) 1,02 b
1000 ppm (N2) 4,77 a
1300 ppm (N3) 5,95 a
Macam media tanam
Rockwool (M1) 4,39 p
Spons (M2) 3,44 p
Interaksi (-)
Keterangan: Rerata kolom yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan
ada beda nyata sedangkan huruf yang sama menunjukkan tidak
beda nyata berdasarkan Uji Beda Nyata Terkecil taraf 5%;
(-) menunjukkan tidak ada interaksi.
Tabel 9 menunjukkan bahwa pada perlakuan konsentrasi AB Mix 1000
ppm (N2) dan 1300 ppm (N3) bobot kering tajuknya nyata lebih berat
dibandingkan dengan perlakuan 700 ppm (N1). Bobot kering tajuk pada
media tanam Rockwool (M1) dan Spons (M2) tidak berbeda nyata.
Page 45
31
J. Bobot Kering Akar (gram)
Hasil Sidik Ragam bobot kering akar disajikan pada Lampiran XX
menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara perlakuan konsentrasi AB Mix
dan macam media tanam. Perlakuan konsentrasi AB Mix menunjukkan
pengaruh nyata terhadap bobot kering akar sedangkan macam media tanam
menunjukkan pengaruh tidak nyata. Data hasil pengamatan bobot kering akar
disajikan pada Tabel 10 berikut :
Tabel 10. Rerata bobot kering akar pada berbagai pemberian konsentrasi AB
Mix dan macam media tanam (gram).
Perlakuan Bobot Kering Akar (gram)
Konsentrasi AB Mix
700 ppm (N1) 0,78 b
1000 ppm (N2) 0,97 b
1300 ppm (N3) 1,20 a
Macam media tanam
Rockwool (M1) 1,02 p
Spons (M2) 0,95 p
Interaksi (-)
Keterangan: Rerata kolom yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan
ada beda nyata sedangkan huruf yang sama menunjukkan tidak
beda nyata berdasarkan Uji Beda Nyata Terkecil taraf 5%;
(-) menunjukkan tidak ada interaksi.
Tabel 10 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi AB Mix perlakuan
1300 ppm (N3) bobot kering akarnya nyata lebih berat dibandingkan dengan
700 ppm (N1) dan 1000 ppm (N2). Bobot kering akar pada media tanam
Rockwool (M1) dan Spons (M2) tidak berbeda nyata.
Page 46
32
K. Rasio Tajuk Akar (%)
Hasil Sidik Ragam rasio tajuk akar disajikan pada Lampiran XXI
menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara perlakuan konsentrasi AB Mix
dan macam media tanam. Perlakuan konsentrasi AB Mix dan macam media
tanam menunjukkan pengaruh nyata terhadap rasio tajuk akar. Data hasil
pengamatan rasio tajuk akar disajikan pada Tabel 11 di bawah ini :
Tabel 11. Rerata rasio tajuk akar pada berbagai pemberian konsentrasi AB
Mix dan macam media tanam (%).
Perlakuan Rasio Tajuk Akar (%)
Konsentrasi AB Mix
700 ppm (N1) 0,92 b
1000 ppm (N2) 3,21 b
1300 ppm (N3) 4,17 a
Macam media tanam
Rockwool (M1) 3,75 p
Spons (M2) 1,78 q
Interaksi (-)
Keterangan: Rerata kolom yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan
ada beda nyata berdasarkan Uji Beda Nyata Terkecil taraf 5%;
(-) menunjukkan tidak ada interaksi.
Tabel 11 menunjukkan bahwa pada konsentrasi AB Mix perlakuan 1300
ppm (N3) rasio tajuk akarnya nyata lebih besar dibandingkan dengan 700
ppm (N1) dan 1000 ppm (N2). Rasio tajuk akar pada media tanam Rockwool
(M1) nyata lebih besar dibandingkan dengan media tanam Spons (M2).
Page 47
33
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut dengan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) pada jenjang nyata 5% menunjukkan bahwa pada semua
perlakuan konsentrasi AB Mix dan macam media tanam tidak ada interaksi.
Perlakuan konsentrasi AB Mix berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah
daun, volume akar, bobot segar akar dan rasio tajuk akar sedangkan perlakuan
macam media tanam berpengaruh nyata pada parameter jumlah daun, tinggi
tanaman, bobot segar tajuk, bobot segar akar, bobot ekonomis dan rasio tajuk
akar. Persentase hidup tanaman selada merah pada perlakuan konsentrasi AB Mix
700 ppm, 1000 ppm dan 1300 dan media tanam Rockwool dan Spons persentase
hidupnya tidak ada beda nyata karena tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap pertumbuhan tanaman selada merah.
Parameter jumlah daun dengan konsentrasi AB Mix pada umur 1 dan 2
MST dengan perlakuan 1300 ppm jumlah daunnya nyata lebih banyak
dibandingkan dengan 700 ppm dan 1000 ppm. Hal ini diduga pemberian
konsentrasi AB Mix 1300 ppm memberikan hasil yang signifikan karena
konsentrasinya yang lebih tinggi dibandingkan dengan 700 ppm dan 1000 ppm,
pada awal pertumbuhan tanaman selada memerlukan konsentrasi yang tinggi
untuk pembentukan daun tanaman. Pemberian unsur hara dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman dengan optimal, akan tetapi jika unsur hara terlalu
berlebihan dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Semua
Page 48
34
hara yang terkandung pada nutrisi hidroponik adalah unsur esensial yang
diperlukan tanaman dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Apabila unsur
hara makro dan mikro tidak lengkap ketersediaannya, dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Perwitasari, 2012).
Konsentrasi AB Mix umur 3 dan 4 MST pada perlakuan 1000 ppm dan
1300 ppm jumlah daunnya nyata lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan
700 ppm. Hal ini karena pada umur tersebut tanaman sudah beradaptasi dengan
lingkungannya dan nutrisi AB Mix dengan konsentrasi kecil dapat mampu
menghasilkan jumlah daun yang sama dengan konsentrasi nutrisi AB Mix yang
tinggi, karena tanaman sudah mencapai umur maksimalnya dan kebutuhan
nutrisinya sudah terpenuhi. Jumlah daun dipengaruhi oleh ketersediaan unsur N
untuk proses fotosintesis. Meningkatnya laju fotosintesis akan menghasilkan
karbohidrat dalam jumlah yang banyak. Senyawa karbohitrat merupakan bahan
dasar untuk sintesis protein dan senyawa lain yang digunakan untuk menyusun
organ tanaman maupun aktivitas kehidupan tanaman, dengan demikian pada
sintesis daun lebih banyak menghasilkan bahan makanan (Ayu, 2003).
Parameter tinggi tanaman dengan konsentrasi AB Mix pada umur 1 dan 2
MST dengan perlakuan 1300 ppm nyata lebih tinggi tanamannya dibandingkan
dengan perlakuan 700 ppm dan 1000 ppm. Hal ini dikarenakan awal pembentukan
tanaman selada memerlukan konsentrasi yang tinggi untuk pembentukan daun
tanaman sehingga nutrisi dengan konsentrasi yang tinggi menunjukkan hasil yang
baik. Hasil data parameter tinggi tanaman pada umur 3 dan 4 MST menunjukkan
bahwa perlakuan konsentrasi AB Mix 1000 ppm dan 1300 ppm tanamannya nyata
Page 49
35
lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi AB Mix 700 ppm. Hal ini sejalan
dengan pernyataan Widodo, dkk., (2017) pada penelitian selada menyatakan
bahwa semakin tinggi tanaman maka jumlah daun juga semakin banyak. Semakin
tua umur bibit maka jumlah daun akan semakin banyak maka kemampuan untuk
menghasilkan fotosintat semakin besar sehingga pembentukan organ-organ
vegetatif akan semakin baik.
Media tanam Rockwool tinggi tanamannya nyata lebih tinggi dibandingkan
media tanam Spons pada semua umur tanaman. Hal ini dikarenakan media tanam
Rockwool mempunyai substrat partikel jumlah yang banyak karena mempunyai
drainase yang baik sehingga akar lebih bebas menyerap air kedalam tanaman,
sedangkan media tanam spons daya mengikat air sangat rendah dan bersifat panas
sehingga ketersediaan air dalam media tanam spons yang dapat diserap oleh akar
tanaman juga lebih rendah daripada ketersediaannya dalam media tanam rockwool
(USDA, 2020b).
Parameter warna daun yang diamati pada umur 4 MST dengan
menggunakan Munshell Colour Chart. Pada berbagai konsentrasi Nutrisi AB Mix
tanaman selada merah memiliki rerata warna daun 5 R 3/4 (Dusky Red). Warna
merah pada daun selada disebabkan adanya senyawa antosianin, tetapi warna
merah pada daun selada hanya terdapat pada bagian tepi daun saja. Hal ini
dikarenakan intensitas cahaya matahari yang kurang, suhu lingkungan yang terlalu
tinggi, dan juga pH larutan nutrisi yang bersifat netral. Menurut Syahputri (2018)
keberadaan antosianin pada daun tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya intensitas matahari yang tinggi dan suhu lingkungan yang rendah.
Page 50
36
Pada kondisi cahaya rendah, tanaman akan meningkatkan konsentrasi klorofil
untuk memaksimalkan penangkapan cahaya, dimana semakin rendah pH maka
semakin stabil warna merah, sehingga semakin tinggi pH semakin pudar warna
merah.
Perlakuan Nutrisi AB Mix 1300 ppm volume akarnya nyata lebih besar
dibandingkan dengan 700 ppm dan 1000 ppm. Hal ini terjadi karena Nutrisi AB
Mix mengandung unsur hara dalam jumlah lebih banyak. Menurut Warman, dkk
(2016) menyatakan bahwa nutrisi AB Mix mengandung unsur hara esensial dalam
bentuk ion sehingga dapat lebih mudah diserap oleh akar tanaman. Volume akar
pada media tanam Rockwool volume akarnya nyata lebih besar dibandingkan
dengan Spons. Hal ini terjadi karena akar berfungsi menyerap unsur hara dari
dalam larutan dimana semakin panjang akar maka jumlah rambut akar semakin
banyak menyebabkan unsur hara yang terserap akan semakin banyak sehingga
kebutuhan akan unsur hara semakin tercukupi (Guritno dan Sitompul, 2006). Hal
ini disebabkan media tanam rockwool memiliki substrat partikel halus dan
drainase baik sehingga memudahkan akar menyerap nutrisi.
Perlakuan konsentrasi AB Mix 1300 ppm bobot segar tajuknya nyata lebih
berat dibandingkan dengan perlakuan 700 ppm dan 1000 ppm. Hal ini
dikarenakan jumlah kandungan unsur hara yang diserap oleh tanaman dan
konsentrasi nutrisi yang sesuai menjadikan nutrisi dapat terserap dengan baik oleh
tanaman. Bobot segar tajuk pada media tanam Rockwool bobot segar tajuknya
nyata lebih berat dibandingkan media tanam Spons. Hasil ini sesuai dengan
pernyataan Polii (2009), dalam penelitiannya yang mengemukakan bahwa dengan
Page 51
37
meningkatnya jumlah daun tanaman maka akan secara otomatis meningkatkan
bobot segar tajuk. Daun pada tanaman sayuran merupakan organ yang banyak
mengandung air, sehingga dengan jumlah daun yang semakin banyak maka kadar
air tanaman akan tinggi dan menyebabkan berat tanaman semakin tinggi pula.
Perlakuan konsentrasi AB Mix 1300 ppm bobot segar akarnya nyata lebih
berat dibandingkan dengan perlakuan 700 ppm dan 1000 ppm. Semakin tinggi
konsentrasi nutrisi AB Mix yang diberikan maka ketersediaan hara juga semakin
baik sehingga pertumbuhan tanaman terlihat semakin bertambah (Meriaty, 2021).
Hal ini sesuai dengan pernyataan Lawalata (2011), yang mengungkapkan bahwa
pemberian unsur hara dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dalam jumlah
yang sesuai kebutuhan tanaman.
Bobot segar akar pada media tanam Rockwool bobot segar akarnya nyata
lebih berat dibandingkan dengan media tanam Spons. Fungsi perakaran yaitu
untuk menyerap air, nutrisi dan bahan organik dari media untuk memicu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Akar yang telah memenuhi media
tanam lebih cepat akan mensuplai nutrisi lebih awal sehingga pertumbuhan akar
mampu menunjang bobot segar pada tanaman dikarenakan mampu mensuplai
nutrisi lebih banyak. Penyerapan unsur hara yang lebih cepat akan mempercepat
pertumbuhan akar dimana semakin banyak akar yang tumbuh akan semakin
banyak dan semakin cepat unsur hara diserap dan ditranslokasikan ke organ
tanaman.
Perlakuan konsentrasi AB Mix 1300 ppm bobot ekonomisnya nyata lebih
berat dibandingkan dengan perlakuan 700 ppm dan 1000 ppm. Hal ini diduga
Page 52
38
konsentrasi pemberian nutrisi dari semua perlakuan mampu memenuhi kebutuhan
nutrisi untuk penyusun sel tanaman selada merah. Daun pada tanaman sayuran
merupakan organ yang banyak mengandung air, sehingga dengan jumlah daun
yang semakin banyak maka bobot ekonomis tanaman semakin tinggi. Bobot
ekonomis pada media tanam Rockwool nyata lebih berat dibandingkan dengan
media tanam Spons. Hal ini disebabkan karena media tanam Rockwool mampu
untuk menyimpan larutan nutrisi lebih banyak dibandingkan dengan media tanam
Spons sehingga ketersediaan hara lebih banyak (Meriaty, dkk., 2021).
Perlakuan konsentrasi AB Mix 1000 ppm dan 1300 ppm bobot kering
tajuknya nyata lebih berat dibandingkan dengan perlakuan 700 ppm. Hasil berat
kering merupakan keseimbangan antara fotosintesis dan respirasi. Fotosintesis
akan meningkatkan berat kering karena pengambilan CO2 sedangkan respirasi
mengakibatkan penurunan berat kering karena pengeluaran CO2. Bobot kering
merupakan hasil dari penghilangan kadar air yang terdapat pada tanaman guna
mengetahui berapa besar kemampuan tanaman dalam menyerap hara dari nutrisi
yang diberikan (Ichsan, dkk., 2016).
Perlakuan konsentrasi AB Mix perlakuan 1300 ppm bobot kering akarnya
nyata lebih berat dibandingkan dengan 700 ppm dan 1000 ppm. Bobot kering akar
dipengaruhi oleh bobot segar akar. Semakin besar bobot segar akar maka semakin
besar bobot keringnya. Hal ini dikarenakan nutrisi yang cukup memiliki akar yang
lebih baik sehingga pertumbuhan akar dapat optimal yang berimbas pada
meningkatnya bobot akar. Perlakuan media tanam Rockwool dan Spons tidak ada
beda nyata karena tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
Page 53
39
tanaman selada merah.
Perlakuan konsentrasi AB Mix 1300 ppm rasio tajuk akarnya nyata lebih
berat dibandingkan dengan 700 ppm dan 1000 ppm. Nilai rasio tajuk akar
menunjukkan hasil fotosintat yang ditranslokasikan difokuskan ke bagian tajuk
dari pada ke akar tanaman. Rasio tajuk akar dipengaruhi oleh bobot kering tajuk
dan bobot kering akar. Semakin besar bobot kering tajuk dibandingkan dengan
bobot kering akar maka hasil rasio tajuk akar semakin besar. Perlakuan
konsentrasi 700 ppm menunjukkan hasil yang lebih rendah karena pada tingkat
konsentrasi yang rendah tanaman tidak dapat menyerap nutrisi secara optimal
sehingga metabolisme di dalam tanaman tidak dapat berlangsung secara sempurna
(Sukawati, 2010).
Rasio tajuk akar pada media tanam Rockwool nyata lebih berat
dibandingkan dengan media tanam Spons. Hal ini dikarenakan media tanam yang
baik dan memiliki porositas yang baik dapat meningkatkan pertumbuhan akar dan
tajuk tanaman. Perbandingan tajuk akar mempunyai pengertian bahwa
pertumbuhan suatu tanaman diikuti dengan pertumbuhan bagian tanaman lainya,
dimana tajuk akan meningkat secara ratio tajuk akar mengikuti peningkatan bobot
akar (Immanuel, dkk., 2015). Hal ini sejalan dengan penelitian Syawaludin dan
Harahap (2016) yang menyatakan media tanam Rockwool merupakan media
tanam yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil produksi
tanaman.
Page 54
40
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tidak terdapat interaksi antara perlakuan konsentrasi nutrisi AB Mix dan
macam media tanam tanaman selada pada hidroponik sistem NFT
(Nutrient Film Technique).
2. Konsentrasi nutrisi AB Mix 1300 ppm memberikan hasil paling baik
pada parameter volume akar, bobot segar tajuk, bobot segar akar, bobot
ekonomis, bobot kering akar dan rasio tajuk akar.
3. Media tanam rockwool memberikan hasil paling baik pada parameter
jumlah daun, tinggi tanaman, bobot segar tajuk, bobot segar akar, bobot
ekonomis, dan rasio tajuk akar.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan konsentrasi
nutrisi AB Mix dengan taraf 1400 ppm atau lebih sehingga diharapkan
akan mendapatkan hasil yang lebih maksimal dibandingkan dengan 1300
ppm.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan media
tanam spons karena spons dapat menjadi bahan alternatif dan
memungkinkan mendapatkan hasil yang optimal untuk pertumbuhan
selada merah.
Page 55
41
DAFTAR PUSTAKA
Anjarwati, H., Sriyanto, W., dan Setyastuti, P. 2017. Pengaruh Macam Media dan
Takaran Pupuk Kandang Kambing terhadap Pertumbuhan dan Hasil Sawi
Hijau (Brassica rapa L.). Jurnal Vegetalika 6:35-45.
Arsyanti, N.A., Nurul, A. 2016. Konsentrasi Nutrisi AB Mix dan Media Tanam
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada Merah (Lactuca sativa
L.) dengan Sistem Hidroponik Subtrat. Skripsi. Jawa Timur: Universitas
Brawijaya.
Ayu, D., F. 2003. Pengaruh Dosis Pupuk Nitrogen dan Waktu Panen terhadap
Produksi dan Kualitas Jagung Semi di Dataran Tinggi. Fakultas Pertaniain.
Institut Pertanian Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2018. Konsumsi Buah dan Sayur tahun. Tersedia pada:
http://www.bps.go.id.
Badan Pusat Statistik. 2019. Produksi tanaman hortikultura. Tersedia pada:
http://www.bps.go.id.
Barus, T., Adrina, W., dan Renna, W. 2021. Potensi Spons sebagai Media
Alternatif Budidaya Sayuran dengan Sistem Hidroponik. Journal
Agrotechnology Research 5(1):2614-7416.
Candra, L., Cindy., Yamika, W., dan Soelistyono, R. 2020. Pengaruh Debit Aliran
Nutrisi dan Jenis Media Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Kale (Brassica oleracea var. acephala) pada Sistem Hidroponik Nutrient
Film Technique (NFT). Jurnal Produksi Tanaman 8: 2527-8452.
Chasanah, U. 2018. Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran Selada Merah dengan
Menggunakan Metode Hidroponik (Studi Kasus Usahatani Sayuran Selada
Merah dengan Menggunakan Metode Hidroponik Milik Bapak Gleni
Hasan Huwoyon). Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik
Hasnur. 4(2).
Fallovo, C., Rouphael, Y., Rea, E., Battistelli, A., dan Colla, G. 2009. Nutrient
Solution Concentration And Growing Season Affect Yield And Quality Of
Lactuca sativa L. Var. Acephala In Floating Raft Culture. Journal of the
Science of Food and Agriculture 89:1682-1689.
Hasriani I, Kalsim DK, Sukendro A. Kajian Serbuk Sabut Kelapa (Cocopeat)
Sebagai Media Tanam, 2013. http://dedikalsim.wordpress.com (4 Agustus
2016).
Page 56
42
Ichsan, M., Risiyandika, P., dan Wijaya, I. 2016. Respon Produktifitas Okra
(Abelmoschus esculentus) terhadap Pemberian Dosis Pupuk Petroganik
dan Pupuk N. Universitas Muhamadiyah Jember: Fakultas Pertanian.
Imanuel, H.A.S., Ratna, R.L., dan Irmansyah. 2015. Respon Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) terhadap Pemberian Pupuk
Organik Cair Urin Kambing Pada Beberapa Jarak Tanam. Jurnal
Agroteknologi.
Iqbal, M. 2016. Simpel Hidroponik. Lily Publisher. Yogyakarta.
Israhadi, 2009. Larutan Nutrisi Hidroponik. Fakultas Pertanian, Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.
Lawalata, J. (2011). Pemberian Kombinasi ZPT terhadap Regenerasi Gloxinia
Secara Invitro. Journal Exp Life Sci. Vol 1(2). Fakultas Pertanian
Universitas Pattimura. Ambon.
Maulana, A. 2020. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada Merah (Lactuca
sativa L.) Pada Berbagai Media Tanam dan Konsentrasi Pupuk Daun
dengan Teknik Hidroponik. Skripsi. Sumatera Utara: Universitas Sumatera
Utara
Meriaty., Sihaloho, A., dan Pratiwi, K. 2021. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Selada (Lactuca sativa L.) Akibat Jenis Media Tanam Hidroponik dan
Konsentrasi Nutrisi AB Mix. Agroprimatech. 4(2):2599-3232.
Oram, B. 2010. Total Dissolved Solids.
http://cha2inchemistry09.blogspot.com/2012/11/total-suspendedsolid-tss
dan total.html. [9 Februari 2020].
Perwitasari, B. 2012. Pengaruh Media Tanam dan Nutrisi terhadap Tanaman
Pakcoy (Brassica juncea) Secara Hidroponik. Jurnal Agrovigar. 5(1)
Universitas Trunjoyo Madura..
Polii, G. 2009. Respon Produksi Tanaman Kangkung Darat (Ipomea reptans)
terhadap Variasi Waktu Pemberian Pupuk Kotoran Ayam. Journal Soil
Environment.7(1):5.
Purbajanti. 2017. Hidroponik Bertanam Tanpa Tanah. EF Press. Digimedia:
Semarang.
Romana, A.R., Samekto, dan Siswadi. 2014. Pengaruh Konsentrasi Nutrisi dan
Media Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Sawi Pakcoy (Brassica
parachinensis) Sistem Hidroponik Vertikultur. Jurnal Inovasi Pertanian.
13(2).
Page 57
43
Sagita, A., Yolanda, Aini, Nurul, dan Azizah, N. 2020. Pengaruh Beberapa Sistem
Hidroponik Kultur Air dan Jumlah Tanaman per Netpot pada Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.). Jurnal Produksi Tanaman
8:2527-8452.
Saparinto, C. 2013. Gown Your Own Vegetables Paduan Praktis Menenam
Sayuran Konsusi Populer di Pekarangan. Yogyakarta: Lily Publisher. Hal
180.
Setiawan, D. 2018. Otomasi Pencampur Nutrisi Hidroponik Sistem NTF
(Nutrient Film Technique) Berbasis Arduino Mega 2560. Jurnal Teknik
Informatika Unika St. Thomas (JTIUST) 3:2548-1916.
Sukawati, I. 2010. Pengaruh Kepekatan Larutan Nutrisi Organik terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Baby Kailan (Brassica oleraceae var. alboglabra)
pada Berbagai Komposisi Media Tanam dengan Sistem Hidroponik
Substrat. Skripsi. Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.
Sunarjono, H. 2014. Bertanam 36 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta. 204
hlm.
Susilawati. 2019. Dasar-dasar Bertanam Secara Hidroponik. Palembang:
Universitas Sriwijaya.
Sutiyoso, Y. 2006. Hidroponik Ala Yos. Penebar Swadaya. Jakarta. 96 hal.
Syahputri, W. 2018. Pengaruh Naungan dan Konsentrasi Nutrisi Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Selada Merah (Lactuca sativa L.) pada Sistem
Hidroponik Substrat. Jurnal Produksi Tanaman. 6(10).
Utomo, S. 2017. Pengaruh Naungan Terhadap Pertumbuhan Selada Merah
(Lactuca sativa L. Var Red rapids ) Secara Hidroponik Sistem Wick.
Jurnal Pertanian 1:1-8.
USDA [The United States Department of Agriculture]. (2020b). ‘Food Data
Central: Spinach, raw. https://fdc.nal.usda.gov/fdc-app.html#/food
details/787373/nutrients. [17th August 2020].
Warman., Syawaluddin., dan Imelda, H. 2016. Pengaruh Perbandingan Jenis
Larutan Hidroponik dan Media Tanam terhadap Pertumbuhan serta Hasil
Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). Driff Irigation System.
Journal Agrohita. 1(1):28-53.
Page 58
44
Widodo., Supriyono, S., dan Irawati, T. 2017. Pengaruh Umur dan Umur Panen
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Hidroponik NFT Tanaman Selada
(Lactuca sativa L.) Varietas Grand Rapids. Jurnal Hijau Cendikia.
2(2):21-26.
Page 60
46
Lampiran I. Tata Letak Percobaan
Keterangan:
N = Nutrisi AB Mix
M = Media tanam
U = Ulangan
U
Page 61
47
Lampiran II Tata Letak Tanaman dalam 1 Kombinasi Perlakuan
Keterangan:
= Tanaman sampel (4 tanaman)
= Tanaman percobaan (6 tanaman)
Bak Nutrisi
Page 62
48
Lampiran III. Deskripsi Varietas
Nama : Red Rapid
Asal Bibit : Ditumbuhkan dari biji
Produsen : PT. Known You Seed Indonesia
Tinggi tanaman : 20-25 cm
Warna Daun : Merah tua
Bentuk Daun : Keriting
Bentuk Tajuk : Menyamping
Bentuk Batang : Silindris pendek
Bentuk Krop : Tidak memiliki krop
Bentuk Biji : Oval pipih
Warna Biji : Putih
Berat Netto : 5 gram
Keterangan : Kemasan dari Pabrik
Rekomendasi Dataran : Dataran rendah hingga menengah.
Umur Panen : 35 hari setelah tanam
Potensi Hasil : 7-10 ton/ha
Bobot tanaman : 400 – 600 gram
Kandungan Nutrisi 100 gr : 1,2 g protein; 0,2 g lemak; 2,9 g karbohidrat; 22
mg Ca; 25 mg P; 0,5 mg Fe; 162 mg Vitamin A;
0,04 mg vitamin B1 dan 8 mg vitamin C
Page 63
49
Lampiran IV. Cara Melarutkan Nutrisi AB Mix
1. Menyiapkan 2 wadah (ember) dan masing-masing diisi dengan 5 liter air
bersih (menggunakan air sumur). Masing-masing wadah ditandai misalnya
wadah A dan wadah B.
2. Mengisi ember A dengan 4 liter air, membuka kemasan nutrisi A yang masih
berbentuk serbuk bungkusan kecil. Larutkan dengan sempurna kemudian
tambahkan air hingga larutan menjadi 5 liter. Larutan pekatan A sudah siap.
3. Mengisi ember B dengan 4 liter air, membuka kemasan nutrisi B dan
memasukkan ke dalam ember B sambil diaduk sampai larut. Larutan
ditambahkan air hingga larutan menjadi 5 liter. Larutan pekatan B sudah siap.
4. Menyiapkan 2 buah jerigen ukuran 5 liter yang sudah dicuci bersih, menandai
dengan tulisan jerigen A dan jerigen B. Kedua larutan A dan B tersebut
disimpan dalam masing-masing jerigen, yaitu jerigen A untuk larutan pekatan
A dan jerigen B untuk larutan pekatan B.
5. Kedua larutan nutrisi A dan larutan nutrisi B adalah larutan yang masih pekat
(larutan pekatan) dan belum bisa digunakan. Pembuat larutan nutrisi yang
siap pakai, maka larutan pekat tersebut harus diencerkan terlebih dahulu
dengan air bersih. Caranya adalah sebagai berikut :
a. Memasukkan 3,5 ml pekatan nutrisi A dalam 1 liter air bersih, aduk
sampai rata. Kemudian masukkan 3,5 ml pekatan nutrisi B, aduk sampai
rata. Larutan ini siap untuk digunakan dengan 700 ppm. Jangan
mencampur larutan A dan B yang masih pekat, karena akan membentuk
Page 64
50
gumpalan atau endapan. Nutrisi yang menggumpal / mengkristal tidak
bisa digunakan lagi.
b. Ketika ingin membuat 1000 ppm larutan nutrisi siap pakai, maka harus
melarutkan 5 ml larutan pekat A dan 5 ml larutan pekat B dengan 1 liter
air.
c. Ketika ingin membuat 1300 ppm larutan nutrisi siap pakai, maka harus
melarutkan 6,5 ml larutan pekat A dan 6,5 ml larutan pekat B dengan 1
liter air.
Page 65
51
Lampiran V. Perhitungan Sidik Ragam Parameter Jumlah Daun Tanaman Selada
pada Umur 1 MST. PERLAKUAN ULANGAN SUB
TOTAL
RERATA
1 2 3 4 5
N1 M1 11,00 8,00 9,00 9,00 8,00 45,00 9,00
M2 10,00 8,00 7,00 7,00 6,00 38,00 7,60
SUB TOTAL 21,00 16,00 16,00 16,00 14,00
N2 M1 9,00 8,00 9,00 8,00 9,00 43,00 8,60
M2 9,00 7,00 9,00 7,00 6,00 38,00 7,60
SUB TOTAL 18,00 15,00 18,00 15,00 15,00
N3 M1 12,00 12,00 11,00 12,00 12,00 59,00 11,80
M2 11,00 9,00 11,00 8,00 10,00 49,00 9,80
SUB TOTAL 23,00 21,00 22,00 20,00 22,00
TOTAL 272,00
db kelompok = r – 1 = 5 – 1 = 4
db N = N – 1 = 3 – 1 = 2
db Galat N = db Kelompok x db N = 4 x 2 = 8
db M = M – 1 = 2 – 1 = 1
db NxM = db N x db M = 2 x 1 = 2
db Galat M = N x db kelompok x db M = 3 x 4 x1 = 12
db Total = (r x N x M) – 1 = (5x3x2) – 1 = 29
Faktor Koreksi = (∑𝑋)2
𝑟𝑥𝑁𝑥𝑀
= 272,002
5𝑥3𝑥2= 2.466,13
Jumlah Kuadrat Total = ∑x2 – FK
= (11,002 + 8,002 + ..... + 10,002) – FK
= 2.560,00 – 2.466,13 = 93,87
Tabel Penolong Hubungan Antara Main Plot dengan Ulangan
M/U I II III IV V TOTAL
N1 21,00 16,00 16,00 16,00 14,00 83,00
N2 18,00 15,00 18,00 15,00 15,00 81,00
N3 23,00 21,00 22,00 20,00 22,00 108,00
Total 62,00 52,00 56,00 51,00 51,00
Jumlah Kuadrat Kelompok = (∑𝑅)2
𝑁𝑥𝑀− 𝐹𝐾 =
62,002+52,002+⋯+51,002
3.2− 2.466,13
= 14.886
3.2− 2.466,13 = 14,87
Page 66
52
Jumlah Kuadrat N = (∑𝑁)2
𝑟𝑥𝑀− 𝐹𝐾 =
83,002+81,002+108,002
5.2− 2.466,13
= 25.114
5𝑥2− 2.466,13 = 45,27
Jumlah Kuadrat Galat N = (∑𝑅𝐴)2
𝑀− 𝐹𝐾 − 𝐽𝐾 𝐾𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 − 𝐽𝐾 𝑁
= 21,002+16,002+⋯+22,002
2− 2.466,13 − 14,87 − 45,27
= 6,73
Tabel Penolong Hubungan Antara Main Plot dengan Sub Plot
M/S M1 M2 TOTAL
N1 45,00 38,00 83,00
N2 43,00 38,00 81,00
N3 59,00 49,00 108,00
Total 147,00 125,00
Jumlah Kuadrat M = (∑𝑀)2
𝑟𝑥𝑁− 𝐹𝐾 =
147,002+125,002
5.3− 2.466,13
= 37.234
5𝑥3− 2.466,13 = 16,13
Jumlah Kuadrat NxM = (∑𝑁𝑀)2
𝑟− 𝐹𝐾 – JK N – JK M
= 45,002+38,002+⋯+49,002
5− 2.466,13 – 45,27 – 16,13
= 1,27
Jumlah Kuadrat Galat M = JK Total – JK Kelompok – JK N – JK Galat N –
JK M – JK MxN
= 93,87 - 14,87 - 45,27 - 6,73 - 16,13 - 1,27 = 9,60
Kuadrat Tengah Kelompok = JK Kelompok
db Kelompok =
14,87
4 = 3,72
Kuadrat Tengah N = JK N
db N =
45,27
2 = 22,63
Kuadrat Tengah Galat N = JK Galat N
db Galat N =
6,73
8 = 0,84
Kuadrat Tengah M = JK M
db M =
16,13
1 = 16,13
Kuadrat Tengah NxM = JK NxM
db NxM =
1,27
2 = 0,63
Kuadrat Tengah Galat M = JK Galat M
db Galat M =
9,60
12 = 0,80
F. Hitung Kelompok = KT Kelompok
KT Galat N =
3,72
0,84 = 4,41
Page 67
53
F. Hitung N = KT N
KT Galat N =
22,63
0,84 = 26,89
F. Hitung M = KT M
KT Galat M =
16,13
0,80 = 20,17
F. Hitung NxM = KT NxM
KT Galat M =
0,63
0,80 = 0,79
Tabel ANOVA
Sumber
Ragam
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F.Hit
F.Tabel
5% Ket.
Main Plot
Kelompok 4 14,87 3,72 4,41 3,83 n
N 2 45,27 22,63 26,89 4,45 n
Galat N 8 6,73 0,84
Sub Plot
M 1 16,13 16,13 20,17 4,75 n
NxM 2 1,27 0,63 0,79 3,89 tn
Galat M 12 9,60 0,80
Total 29 93,87 44,76
Keterangan: n = nyata ; tn = tidak nyata
Tabel Penolong BNT
M/S M1 M2 Rerata
N1 9,00 7,60 8,3
N2 8,60 7,60 8,1
N3 11,80 9,80 10,80
Rerata 9,80 8,33
Perlakuan N (Konsentrasi AB Mix)
1. Data Rerata
N1 N2 N3
8,30 8,10 10,80
2. Mengurutkan data dari yang terkecil sampai terbesar
N2 N1 N3
8,10 8,30 10,80
3. Menghitung Nilai BNT
BNT = √2 𝐾𝑇 𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑁
𝑟 = 0,57
4. Menghitung BNT
𝑩𝑵𝑻 = 𝒕 𝜶 (𝒅𝒃 𝑮𝒂𝒍𝒂𝒕 𝑵) 𝒙 √𝟐 𝑲𝑻𝑮 𝑵
𝒓
Page 68
54
t tabel galat N = 2,30
BNT = t tabel galat N x BNT = 2,30 x 0,57 = 1,31
Tabel BNT
BNT 1,31
Perlakuan N2 N1 N3
Rerata 8,10 8,30 10,80
N3 10,80 2,70 2,50 0,00 a
N1 8,30 0,20 0,00 b
N2 8,10 0,00 b
Perlakuan M (Macam media tanam)
1. Data Rerata
M1 M2
9,80 8,33
2. Mengurutkan data dari yang terkecil sampai terbesar
M2 M1
8,33 9,80
3. Menghitung Nilai BNT
BNT = √2 𝐾𝑇 𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑀
𝑟 = 0,56
4. Menghitung BNT
t tabel galat M = 2,17
BNT = t tabel galat M x BNT = 2,17 x 0,56 = 1,21
Tabel BNT
BNT 1,21
Perlakuan M2 M1
Rerata 8,33 9,80
M1 9,80 1,47 0,00 p
M2 8,33 0,00 q
𝑩𝑵𝑻 = 𝒕 𝜶 (𝒅𝒃 𝑮𝒂𝒍𝒂𝒕 𝑴) 𝒙 √𝟐 𝑲𝑻𝑮 𝑴
𝒓
Page 69
55
Lampiran VI. Sidik Ragam Parameter Presentase Hidup (%)
Sumber
Ragam
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F.Hit
F.Tabel
5% Ket.
Main Plot
Kelompok 4 93,25 23,31 0,98 3,83 tn
N 2 46,18 23,09 0,98 4,45 tn
Galat N 8 189,14 23,64
Sub Plot
M 1 22,65 22,65 0,96 4,75 tn
NxM 2 47,95 23,97 1,02 3,89 tn
Galat M 12 283,01 23,58
Total 29 682,18 23,52
Keterangan: tn = tidak nyata
Lampiran VII. Sidik Ragam Parameter Jumlah Daun Umur 1 MST (helai)
Sumber
Ragam
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F.Hit
F.Tabel
5% Ket.
Main Plot
Kelompok 4 14,87 3,72 4,41 3,83 n
N 2 45,27 22,63 26,89 4,45 n
Galat N 8 6,73 0,84
Sub Plot
M 1 16,13 16,13 20,17 4,75 n
NxM 2 1,27 0,63 0,79 3,89 tn
Galat M 12 9,60 0,80
Total 29 93,87 44,76
Keterangan: n = nyata ; tn = tidak nyata
Lampiran VIII. Sidik Ragam Parameter Jumlah Daun Umur 2 MST (helai)
Sumber
Ragam
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F.Hit
F.Tabel
5% Ket.
Main Plot
Kelompok 4 23,13 5,78 5,73 3,83 n
N 2 18,60 9,30 9,22 4,45 n
Galat N 8 8,07 1,01
Sub Plot
M 1 28,03 28,03 14,50 4,75 n
NxM 2 5,27 2,63 1,36 3,89 tn
Galat M 12 23,20 1,93
Total 29 106,30 48,69
Keterangan: n = nyata ; tn = tidak nyata
Page 70
56
Lampiran IX. Sidik Ragam Parameter Jumlah Daun Umur 3 MST (helai)
Sumber
Ragam
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F.Hit
F.Tabel
5% Ket.
Main Plot
Kelompok 4 23,20 5,80 6,10 3,83 n
N 2 53,07 26,53 27,93 4,45 n
Galat N 8 7,60 0,95
Sub Plot
M 1 30,00 30,00 13,04 4,75 n
NxM 2 2,40 1,20 0,52 3,89 tn
Galat M 12 27,60 2,30
Total 29 143,87 66,78
Keterangan: n = nyata ; tn = tidak nyata
Lampiran X. Sidik Ragam Parameter Jumlah Daun Umur 4 MST (helai)
Sumber
Ragam
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F.Hit
F.Tabel
5% Ket.
Main Plot
Kelompok 4 229,13 57,28 4,97 3,83 n
N 2 414,60 207,30 18,01 4,45 n
Galat N 8 92,07 11,51
Sub Plot
M 1 93,63 93,63 18,85 4,75 n
NxM 2 5,27 2,63 0,53 3,89 tn
Galat M 12 59,60 4,97
Total 29 894,30 377,33
Keterangan: n = nyata ; tn = tidak nyata
Lampiran XI. Sidik Ragam Parameter Tinggi Tanaman Umur 1 MST (cm)
Sumber
Ragam
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F.Hit
F.Tabel
(5%) Ket.
Main Plot
Kelompok 4 7,49 1,87 1,02 3,83 tn
N 2 25,61 12,81 7,00 4,45 n
Galat N 8 14,64 1,83
Sub Plot
M 1 31,21 31,21 24,39 4,75 n
NxM 2 1,82 0,91 0,71 3,89 tn
Galat M 12 15,35 1,28
Total 29 96,13 49,91
Keterangan : tn = tidak nyata; n = nyata
Page 71
57
Lampiran XII. Sidik Ragam Parameter Tinggi Tanaman Umur 2 MST (cm)
Sumber
Ragam
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F.Hit F.Tabel Ket.
Main Plot
Kelompok 4 19,34 4,83 2,18 3,83 tn
N 2 40,40 20,20 9,13 4,45 n
Galat N 8 17,71 2,21
Sub Plot
M 1 262,26 262,26 79,22 4,75 n
NxM 2 23,76 11,88 3,59 3,89 tn
Galat M 12 39,73 3,31
Total 29 403,19 304,70
Keterangan: n = nyata ; tn = tidak nyata
Lampiran XIII. Sidik Ragam Parameter Tinggi Tanaman Umur 3 MST (cm)
Sumber
Ragam
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F.Hit
F.Tabel
5% Ket.
Main Plot
Kelompok 4 18,08 4,52 0,66 3,83 tn
N 2 765,44 382,72 56,37 4,45 n
Galat N 8 54,32 6,79
Sub Plot
M 1 107,46 107,46 17,16 4,75 n
NxM 2 39,59 19,80 3,16 3,89 tn
Galat M 12 75,15 6,26
Total 29 1060,04 527,55
Keterangan: n = nyata ; tn = tidak nyata
Lampiran XIV. Sidik Ragam Parameter Tinggi Tanaman Umur 4 MST (cm)
Sumber
Ragam
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F.Hit
F.Tabel
5% Ket.
Main Plot
Kelompok 4 52,47 13,12 0,57 3,83 tn
N 2 1.864,27 932,13 41,03 4,45 n
Galat N 8 181,73 22,72
Sub Plot
M 1 128,13 128,13 16,00 4,75 n
NxM 2 27,27 13,63 1,70 3,89 tn
Galat M 12 96,10 8,01
Total 29 2.349,97 1.117,74
Keterangan: n = nyata ; tn = tidak nyata
Page 72
58
Lampiran XV. Sidik Ragam Parameter Volume Akar (ml)
Sumber
Ragam
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F.Hit
F.Tabel
5% Ket.
Main Plot
Kelompok 4 728,33 182,08 4,19 3,83 n
N 2 3.159,95 1.579,98 36,38 4,45 n
Galat N 8 347,47 43,43
Sub Plot
M 1 3,68 3,68 0,06 4,75 tn
NxM 2 122,55 61,27 0,92 3,89 tn
Galat M 12 801,40 66,78
Total 29 5.163,38 1.937,23
Keterangan: n = nyata ; tn = tidak nyata
Lampiran XVI. Sidik Ragam Parameter Bobot Segar Tajuk (gram)
Sumber
Ragam
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F.Hit
F.Tabel
5% Ket.
Main Plot
Kelompok 4 23.493,84 5.873,46 3,48 3,83 tn
N 2 49.842,22 24.921,11 14,79 4,45 n
Galat N 8 13.482,89 1.685,36
Sub Plot
M 1 5.003,92 5.003,92 12,55 4,75 n
NxM 2 1.569,84 784,92 1,97 3,89 tn
Galat M 12 4.785,98 398,83
Total 29 98.178,69 38.667,60
Keterangan: n = nyata ; tn = tidak nyata
Lampiran XVII. Sidik Ragam Parameter Bobot Segar Akar (gram)
Sumber
Ragam
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F.Hit
F.Tabel
5% Ket.
Main Plot
Kelompok 4 1.012,32 253,08 5,73 3,83 n
N 2 1.854,76 927,38 21,02 4,45 n
Galat N 8 353,02 44,13
Sub Plot
M 1 258,72 258,72 6,32 4,75 n
NxM 2 18,10 9,05 0,22 3,89 tn
Galat M 12 490,86 40,91
Total 29 3.987,79 1.533,26
Keterangan: n = nyata ; tn = tidak nyata
Page 73
59
Lampiran XVIII. Sidik Ragam Parameter Bobot Ekonomis (gram)
Sumber
Ragam
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F.Hit
F.Tabel
5% Ket.
Main Plot
Kelompok 4 17.457,28 4.364,32 3,70 3,83 tn
N 2 45.518,99 22.759,49 19,33 4,45 n
Galat N 8 9.420,04 1.177,51
Sub Plot
M 1 3.520,83 3.520,83 7,17 4,75 n
NxM 2 1.328,52 664,26 1,35 3,89 tn
Galat M 12 5.893,69 491,14
Total 29 83.139,35 32.977,55
Keterangan: n = nyata ; tn = tidak nyata
Lampiran XIX. Sidik Ragam Parameter Bobot Kering Tajuk (gram)
Sumber
Ragam
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F.Hit
F.Tabel
5% Ket.
Main Plot
Kelompok 4 46,54 11,64 2,31 3,83 tn
N 2 132,42 66,21 13,14 4,45 n
Galat N 8 40,30 5,04
Sub Plot
M 1 6,70 6,70 3,08 4,75 tn
NxM 2 2,13 1,07 0,49 3,89 tn
Galat M 12 26,12 2,18
Total 29 254,21 92,83
Keterangan: n = nyata ; tn = tidak nyata
Lampiran XX. Sidik Ragam Parameter Bobot Kering Akar (gram)
Sumber
Ragam
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F.Hit
F.Tabel
5% Ket.
Main Plot
Kelompok 4 0,27 0,07 2,33 3,83 tn
N 2 0,89 0,45 15,00 4,45 n
Galat N 8 0,23 0,03
Sub Plot
M 1 0,03 0,03 1,50 4,75 tn
NxM 2 0,02 0,01 0,50 3,89 tn
Galat M 12 0,19 0,02
Total 29 1,65 0,61 Keterangan: n = nyata ; tn = tidak nyata
Page 74
60
Lampiran XXI. Sidik Ragam Parameter Rasio Tajuk Akar (%)
Sumber
Ragam
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F.Hit
F.Tabel
5% Ket.
Main Plot
Kelompok 4 88,39 22,10 5,32 3,83 n
N 2 55,96 27,98 6,74 4,45 n
Galat N 8 33,20 4,15
Sub Plot
M 1 28,97 28,97 9,70 4,75 n
NxM 2 12,71 6,35 2,13 3,89 tn
Galat M 12 35,85 2,99
Total 29 255,08 92,54 Keterangan: n = nyata ; tn = tidak nyata
Page 75
61
Lampiran XXII. Gambar
Gambar 1
Kunjungan lapangan bersama
Dosen Pembimbing II (Bapak
Suwardi
Gambar 2
Kunjungan lapangan bersama Dosen
Pembimbing I (Ibu Rina)
Page 76
62
Gambar 3
Proses pemanenan tanaman selada
Gambar 4
Perbandingan perlakuan konsentrasi Nutrisi AB Mix media tanam Rockwool
Page 77
63
Gambar 5
Perbandingan perlakuan konsentrasi Nutrisi AB Mix media tanam Spons
Gambar 6
Perbandingan perlakuan konsentrasi Nutrisi AB Mix media tanam Rockwool
setelah di oven
Page 78
64
Gambar 7
Perbandingan perlakuan konsentrasi Nutrisi AB Mix media tanam Spons
setelah di oven
Gambar 8
Perbandingan perlakuan konsentrasi Nutrisi AB Mix media tanam Rockwool
pada akar tanaman setelah di oven
Page 79
65
Gambar 9
Perbandingan perlakuan konsentrasi Nutrisi AB Mix media tanam Spons
pada akar setelah di oven
Gambar 10
Perbandingan perlakuan konsentrasi Nutrisi AB Mix media tanam Rockwool
pada akar tanaman
Page 80
66
Gambar 11
Perbandingan perlakuan konsentrasi Nutrisi AB Mix media tanam Spons
pada akar tanaman