RESPON MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI TERHADAP METODE DAKWAH AA GYM, M. ARIFIN ILHAM, DAN YUSUF MANSUR DI TV ONE Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) AGUS SANTOSO 1110051000067 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014M/1435H
109
Embed
RESPON MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34244/1/AGUS... · RESPON MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI TERHADAP METODE
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
RESPON MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI TERHADAP METODE DAKWAH AA GYM,
M. ARIFIN ILHAM, DAN YUSUF MANSUR DI TV ONE
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
AGUS SANTOSO 1110051000067
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014M/1435H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi persayaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 13 Agustus 2014
Agus Santoso
i
ABSTRAK
Agus Santoso, 1110051000067, Dosen Pembimbing: Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si Respon Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Terhadap Metode Dakwah Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur di TV One
Di era globalisasi saat ini syiar islam sudah dapat dilihat dari media televisi. Stasiun-stasiun TV berlomba-lomba menampilkan ustadz-ustadz yang berkompeten di bidang ilmu agama dengan tujuan mendapatkan rating tertinggi, contohnya TV One yang selalu menyajikan program keagamaan tiap minggu yang pematerinya diisi oleh ustadz-ustadz. Stasiun TV pada zaman sekarang hanya mementingkan dari segi komersil saja, sebaiknya para praktisi media TV harus melihat dari segi kualitas dengan menampilkan ustadz yang kompeten dan mempunyai kapasitas keilmuan yang mumpuni untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah yang dibawakan. Ustadz-ustadz yang mengisi acara tersebut banyak menggunakan metode-metode dakwah agar dalam penyampaian pesannya efektif dan dapat diterima oleh khalayak ramai. Berdasarkan permasalahan di atas, timbul beberapa pertanyaan, yaitu: Bagaimana respon kognitif, afektif, dan konatif mahasiswa terhadap metode dakwah Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur? Metode apa saja yang digunakan ketika berdakwah? Apakah terdapat perbedaan respon kognitif, afektif, dan konatif diantara tiga ustadz tersebut? Metode yang digunakan penulis yaitu pendekatan kuantitatif, yakni dengan menetapkan 93 sampel dari angkatan 2011-2013 mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi sebagai responden dalam penelitian. Responden dituntut untuk menonton dakwah ustadz tersebut sebelum mengisi angket. Kemudian data yang diperoleh diolah dengan rumus-rumus statistik mulai dari menghitung skor rata-rata sampai menghitung chi-squarenya.
Teori yang digunakan adalah stimulus respon. Teori S-O-R adalah salah satu aliran yang mewarnai teori-teori yang terdapat dalam komunikasi massa, aliran ini beranggapan bahwa media massa memiliki efek langsung yang dapat mempengaruhi individu sebagai audience atau penonton. Elemen-elemen utama dari teori ini adalah pesan (stimulus), seseorang atau receiver (organism), dan efek (respon).
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa skor tertinggi terhadap ketiga ustadz yaitu respon afektif dengan skor 4967, kemudian respon kognitif dengan skor 4303, dan terakhir respon konatif dengan skor 4208. Respon tertinggi ustadz Aa Gym yaitu respon kognitif, sedangkan respon tertinggi ustadz M. Arifin Ilham yaitu respon afektif, dan respon tertinggi ustadz Yusuf Mansur yaitu respon afektif. Berdasarkan tabulasi silang dan analisis chi-square bahwa terdapat perbedaan antara respon kognitif, afektif dan konatif mahasiswa berdasarkan skor dari masing-masing metode dakwah ustadz. Selain itu didapatkan juga bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan skor yang didapat dari mahasiswa antara metode al-hikmah, mauizatil hasanah, mujadalah, bil-lisan, tanya jawab dan bil-qalam. Kata kunci: Respon, metode dakwah, dan ustadz
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam tiada
kata yang pantas diucapakn selain kata syukur kehadirat Allah SWT yang selalu
memberikan nikmat sehat, rejeki, dan sebagainya. Shalawat serta salam teriring
kepada baginda Rasulullah SAW yang memiliki banyak jasa kepada umat
manusia.
Kesehatan dan kelancaran yang diberikan Allah SWT merupakan
anugerah yang sangat besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
atau skripsi ini dengan penuh kesabaran, kekuatan fisik, dan kekuatan mental
untuk menyelesaikan skripsi ini dengan judul Respon Mahasiswa Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Terhadap Metode Dakwah Aa Gym, M. Arifin
Ilham, dan Yusuf Mansur.
Pada kesempatan yang baik ini pula, penulis menyampaikan rasa hormat
dan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan
serta dorongan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Dr. Suparto. M. Ed, MA, selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik, Drs. Jumroni, M. Si, selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi
dan Keuangan, dan Dr. H. Sunandar, M.A selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
2. Rachmat Baihaki, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam serta Umi Musyarofah, M.A sebagai Dosen
iii
Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan
skripsi.
3. Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing skripsi yang
telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan
inspirasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan banyak ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
5. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan pelayanan
terhadap buku-buku untuk digunakan dalam penulisan skripsi ini.
6. Kedua orangtua tercinta, Ayahanda Samsudin dan Ibunda Riatun. Terima
kasih atas pengorbanan, dorongan semangat dan membiayai kuliah hingga
usai, serta do’a yang terus dipanjatkan untuk penulis, serta dukungan
moril, materil dan do’a dari kakak, Siswanto, M. Rizal M, dan Edi Susanto
2. Tabligh Akbar ..................................................................... 67
viii
BAB V HASIL DAN ANALISIS DATA
A. Hasil Perhitungan ................................................................... 68
1. Ustadz Aa Gym .................................................................. 69
2. Ustadz M. Arifin Ilham ....................................................... 73
3. Ustadz Yusuf Mansur ......................................................... 78
B. Analisis Chi-Square dalam Mengetahui Hipotesis dan Keputusan dari Hasil Penelitian .............................................. 83
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 88
B. Saran-saran ............................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Populasi Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Angkatan 2011-2013 ................................................................... 35
Tabel 2. Data Alokasi Proporsional Jurusan disetiap Angkatan ......................... 37
Tabel 4. Aspek Kognitif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Aa Gym .......... 63
Tabel 5. Aspek Afektif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Aa Gym ............ 64
Tabel 6. Aspek Konatif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Aa Gym ............ 65
Tabel 7. Perbandingan Respon Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Aa Gym . 65
Tabel 8. Aspek Metode Dakwah Ustadz Aa Gym ............................................... 66
Tabel 9. Aspek Kognitif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah M. Arifin Ilham ......................................................................................... ......67
Tabel 10. Aspek Afektif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah M. Arifin Ilham ................................................................................................68
Tabel 11. Aspek Konatif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah M. Arifin Ilham .. ............................................................................................... 69
Tabel 12. Perbandingan Respon Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah M. Arifin Ilham ...................................................................................... 70
Tabel 13. Aspek Metode Dakwah Ustadz Arifin Ilham....................................... 70
Tabel 14. Aspek Kognitif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Yusuf Mansur ................................................................................................72
Tabel 15. Aspek Afektif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Yusuf Mansur ....................................................................................... .........73
Tabel 16. Aspek Afektif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Yusuf Mansur ...................................................................................... ..........74
Tabel 18. Aspek Metode Dakwah Ustadz Yusuf Mansur .................................... 75
x
Tabel 19. Perbandingan Antara Respon Kognitif, Afektif, Dan Konatif Berdasarkan Skor Ustadz ........................................................ 77
Tabel 20. Analisis Chi-Square Berdasarkan Skor Ustadz .................................... 78
Tabel 21. Perbandingan Antara Metode Dakwah Berdasarkan Skor dari Ketiga Ustadz .................................................................................... 79
Tabel 22. Analisis Chi-Square Berdasarkan Skor dari Ketiga Ustadz ................. 80
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Teori Stimulus Respon (S-O-R) ........................................................ 13
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dakwah merupakan suatu kegiatan yang menjadi kewajiban bagi setiap
muslim. Kata dakwah berasal dari bahasa Arab yang berarti ajakan, seruan,
panggilan, undangan. Dakwah menurut Islam adalah mengajak manusia
dengan cara bijaksana kepada jalan yang sesuai dengan ajaran Tuhan, untuk
kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.1
Berdasarkan hal tersebut, setiap muslim mempunyai hak dan kewajiban
menegakkan agama Allah dan menjalankan amar ma’ruf nahi munkar serta
mengajak manusia ke jalan yang benar yaitu jalan yang diridhoi Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah SWT Surat An-Nahl : 125
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah,
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang dapat petunjuk”.
Pada hakekatnya dakwah merupakan bagian dalam kehidupan umat
beragama, karena itu dakwah sangat penting dalam Islam, kegiatannya
menyatu dengan kehidupan manusia di dunia yang menjadi bukti adanya
1 M.Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah (Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima, 2004), h.
67
2
hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama,
dan hubungan manusia dengan alam semesta. Sehingga Islam menjadi agama
dakwah dalam teori dan praktiknya yang telah dicontohkan oleh junjungan
Nabi Muhammad SAW dalam kehidupannya.2
Dakwah dapat dikatakan berhasil apabila dakwah yang dilakukan sesuai
dengan yang diharapkan, maka dari itu seorang da’i harus menyampaikan
pesan dakwahnya secara baik, efektif, dan menarik.
Metode dakwah adalah proses penyampaian atau cara-cara tertentu
yang dilakukan seorang da’i kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan.
Metode juga merupakan cara dakwah seorang da’i kepada mad’unya dalam
menyampaikan pesan dakwahnya. Maka dari itu dakwah harus dikemas
dengan metode yang tepat dan sesuai dengan materi yang disampaikan.
Keberhasilan dakwah itu tidak hanya ditentukan oleh seorang ulama
(da’i), namun juga kesiapan audiens (mad’u) dalam menerima pesan-pesan
dakwah. Seorang ulama dikatakan berhasil bukan dilihat dari daya tarik da’i
dalam menyampaikan dakwahnya, lebih dari itu adanya perubahan sikap dan
perilaku mad’u dalam menerapkan pesan yang diterimanya dalam kehidupan
sehari-hari.
Dakwah disampaikan bisa melalui bermacam-macam media, ini juga
yang dilakukan banyak ustadz dengan menggunakan media massa televisi
untuk menyiarkan dakwah. Dengan media ini ustadz bisa menyampaikan
pesan dakwahnya walau khalayaknya jauh dan tidak ada ditempat.
2 Thomas W Arnold, Sejarah Dakwah Islam (Jakarta: PT Bumi restu, 1985), h. 4
3
Penggunaan teknologi komunikasi oleh seorang ustadz semata-mata
hanya untuk menyampaikan pesan dakwahnya. Salah satu alat komunikasi
media massa adalah “televisi”, dengan media ini masyarakat dapat
berinterkasi, mendapatkan hiburan, dan pendidikan. Selain itu ada juga
teknologi komunikasi massa yang lain seperti radio, internet dll.
Kecanggihan teknologi komunikasi saat ini dimanfaatkan oleh ustadz-
ustadz, sekarang berdakwah tidak hanya di majlis ta’lim akan tetatpi, juga
dengan memanfaatkan media seperti, media cetak (majalah, buletin,) dan
media elektronik (televisi, radio dll). Dakwah sekarang banyak dilakukan
melalui media massa seperti televisi. Hal ini dilakukan oleh Ustadz-ustadz
(Aa Gym, Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur), mereka menggunakan
bermacam-macam metode dalam penyampaiannya agar khalayak dapat
menangkap intisari dari pesan dakwah yang disampaikan.
Ketiga ustadz (Aa Gym, Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur) ini memiliki
karakteristik atau ciri khas yang selalu diingat oleh jamaahnya. Aa Gym
memiliki ciri khas dari segi isi ceramahnya yang bertemakan dengan
masalah-masalah rumah tangga, dengan tema tersebut Aa Gym digemari Ibu-
ibu, M. Arifin Ilham dikenal dengan ajakan dzikir bersama jamaah, dan
Yusuf Mansur dikenal dengan ajakan amalan sedekahnya.
Media massa televisi memang memiliki kelebihan dibanding media
massa lainnya. Karena sifatnya yang dapat mengirim pesan dengan cepat
mengudara. Televisi juga bisa menjadi alat berdakwah dengan mengirimkan
pesan-pesan dakwah yang sifatnya mengajak kebaikan. Akhir-akhir ini
4
televisi mempunyai kedudukan yang vital dan banyak diminati masyarakat,
bukan hanya di negara Indonesia saja tapi juga negara-negara maju termasuk
didalamnya Amerika Serikat. 3
Di era globalisasi saat ini media televisi menjadi tren bagi ustadz-ustadz
untuk menyampaikan pesan dakwah dibarengi dengan metodenya. Ada ustadz
yang menyisipkan humor didalam dakwahnya, ada juga menggunakan
pantun-pantun dan sholawat, ini adalah sedikit cara agar khalayak tidak bosan
mendengarkan syiarnya, di samping itu yang wajib dan penting ialah inti dari
pesan dakwah yang disampaikan berhasil atau tidak.
Dari fenomena metode dakwah ustadz yang terdapat di televisi
khususnya Aa Gym, Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur, maka penulis ingin
meneliti respon Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi terhadap
metode dakwahnya. Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
dijadikan subjek karena merupakan akademisi dalam dunia dakwah, selain itu
mahasiswa juga mempunyai jenjang pendidikan yang tinggi, dan tentunya
mempunyai daya kritis terhadap suatu terhadap fenomena-fenomena yang
ada, dan juga mempunyai sikap. Ini menjadi penting untuk mengetahui
bagaimana tanggapan atau respon mahasiswa baik respon secara kognitif,
afektif, dan konatif.
Merujuk pada latar belakang diatas maka penulis ingin mengangkat
judul skripsi yang berjudul Respon Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu
3 Jalaludin Rahmat, Islam Aktual (Bandung: Mizan 1992), h. 68
5
Komunikasi Terhadap Metode Dakwah Aa Gym, Arifin Ilham, dan Yusuf
Mansur di TV One.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dan sesuai dengan studi yang
akan dikaji, maka untuk mempermudah penyusunan skripsi ini penulis
membatasi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta khususnya tahun akademik 2010/2011 sampai tahun
akademik 2012/2013. Sedangkan respon mahasiswa yaitu tanggapan, reaksi
dan jawaban dari metode dakwah ustadz yang meliputi respon kognitif,
respon afektif, dan respon konatif. Kemudian ustadz yang diteliti hanya tiga
orang (Aa Gym, Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur) khususnya yang
berdakwah melalui stasiun TV One.
2. Rumusan Masalah
Agar dalam pembatasannya lebih terarah dan terfokus, maka penulis
perlu membuat rumusan masalah, yang tersusun dalam kerangka pertanyaan
sebagai berikut:
a. Bagaimana respon kognitif, afektif, dan konatif mahasiswa angkatan 2011-
2013 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap metode dakwah Aa Gym, M. Arifin
Ilham, dan Yusuf Mansur di TV One?
b. Metode apa saja yang digunakan ustadz (Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan
Yusuf Mansur) dalam berdakwah?
6
c. Apakah terdapat perbedaan respon kognitif, afektif dan konatif mahasiswa
terhadap metode dakwah ustadz (Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf
Mansur)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana respon kognitif, afektif dan konatif
mahasiswa angkatan 2011-2013 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Untuk mengetahui metode dakwah ustadz (Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan
Yusuf Mansur) yang digunakan saat berdakwah.
c. Untuk mengetahui perbedaan respon mahasiswa angkatan 2011-2013
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta terhadap metode dakwah ustadz (Aa Gym, M. Arifin
Ilham, dan Yusuf Mansur).
2. Manfaat Penelitian
a. Segi akademis
Melalui kajian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi
perkembangan komunikasi, khususnya bagi mahasiswa untuk terus
mengembangkan dan memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi
pengembangan komunikasi yang aktual serta dapat menambah wawasan bagi
penulis dan khususnya para pembaca.
7
b. Segi Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan menambah
wawasan islam bagi mahasiswa, dan elemen masyarakat luas serta para
praktisi dakwah bahwa setiap muslim dapat berperan aktif dalam
mengembangkan tugas dakwah agar tercapai kemaslahatan orang banyak.
D. Hipotesis Penelitian
a. Terdapat hubungan antara skor ketiga ustadz (Aa Gym, M. Arifin Ilham,
dan Yusuf Mansur dengan respon kognitif, afektif, dan konatif)
mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi .
b. Terdapat hubungan antara skor ketiga ustadz (Aa Gym, M. Arifin Ilham,
dan Yusuf Mansur) dengan metode dakwah yang digunakan dalam
berdakwah.
E. Tinjauan Pustaka
Setelah penulis melihat judul yang terdapat di Fakultas Dakwah dan
komunikasi, khususnya jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan
perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terdapat banyak
keseragaman dalam teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian
respon. Hal tersebut terdapat dalam beberapa skripsi yang ditemukan, yaitu:
1. Respon Masyarakat Terhadap Metode Dakwah Kiai Cepot, yang
ditulis oleh Angga Gurnita mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, tahun 2012. Meneliti tentang respon dan
menggunakan metode kuantitatif.
8
2. Metode Dakwah K.H. Kozim Nurzeha, yang ditulis Muhammad
Maulana mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, tahun 2008, meneliti tentang metode dakwah yang
digunakan K.H. Kozim Nurzeha, dan menggunakan metode
kualitatif.
3. Metode Dakwah Habib Hasan bin Ja’far Assegaf pada Jamaah
Majlis Ta’lim Nurul Mustofa di Jaakarta Selatan, yang ditulis
Sopyan mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
tahun 2009, meneliti tentang metode dakwah yang Habib Hasan bin
Ja’far Assegaf, dan menggunakan metode kualitatif.
Adapun perbedaan penulisan skripsi dengan diatas yaitu penulis
meneliti tiga ustadz (Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur) yang
akan diteliti kemudian akan dicari metode dakwah yang digunakan saat
berdakwah.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan ini, penulis akan membahas lima bab, yang masing-
masing Bab terdiri dari beberapa Sub Bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN. Membahas Latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis
penelitian, tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan.
9
BAB II TINJAUAN TEORITIS. Ruang lingkup respon, ruang lingkup
dakwah, macam-macam metode dakwah, ruang lingkup televisi, dan teori
efek media.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Terdiri dari pendekatan
penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengambilan sampel,
variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian, uji validitas, uji reliabilitas, hasi uji
validitas dan reliabilitas, teknik analisis data, sumber data dan teknik
penulisan
BAB IV GAMBARAN UMUM. Menjelaskan tentang sejarah singkat
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Profil Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur, sejarah singkat TV One,
Acara keagamaan di TV One
BAB V TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN. Terdiri
dari respon kognitif, respon afektif, respon konatif terhadap metode dakwah
Aa Gym, M. Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur
BAB VI PENUTUP. Tentang kesimpulan dan saran-saran. Pada bagian
terakhir ini, peneliti akan membaginya pada kesimpulan dari peneliti dan
hasil penelitian serta saran-saran untuk berbagai pihak yang terkait dalam
penelitian ini.
10
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Respon
1. Pengertian Respon
Dalam kamus besar ilmu pengetahuan disebutkan bahwa respon adalah
reaksi psikologis metabolis terhadap tibanya suatu rangsangan yang ada,
bersifat otomatis seperti refleks dan reaksi emosional langsung ada pula yang
bersifat terkendali. 1 Menurut Poerwadinata respon dapat diartikan sebagai
tanggapan, reaksi, dan jawaban.2 Respon akan muncul dari penerimaan pesan
setelah sebelumnya terjadi serangkaian komunikasi.
Menurut Ahmad Soebandi mengatakan respon dengan istilah umpan
balik (feed back) yang memiliki peranan atau pengaruh yang besar dalam
menentukan baik tidaknya suatu komunikasi. Dengan adanya respon yang
disampaikan oleh objek dakwah kepada subjek dakwah atau dari komunikan
kepada komunikator, akan meminimalisir kesalahan penafsiran dalam sebuah
proses dakwah dan komunikasi.3
Sedangkan menurut Jalaludin Rakhmat dalam bukunya psikologi
komunikasi respon adalah suatu kegiatan dari organisme itu, bukanlah suatu
gerakan yang positif, setiap jenis kegiatan yang ditimbukan oleh suatu
perangsang dapat juga disebut respon. Respon secara umum atau tanggapan
1 Save D. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Lembaga Pengkajian Dan
Kebudayaan Nusantara, 1997), h. 964 2 Poerwadinata, Psikologi Komunikasi, (Jakarta:UT, 1997), h. 43 3 Ahmad Subandi, Psikologi Sosial (Jakarta: Bulan Bintang, 1982) cet ke-2, h. 50
11
dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang didapat dari pengamatan.
Adapun hal ini yang dimaksud dengan tanggapan adalah pengalaman tentang
subjek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan, lalu respon terbagi menjadi
tiga bagian, yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Penjelasannya adalah sebagai
berikut:
a. Respon kognitif berkaitan dengan pengetahuan, kecerdasan dan informasi
seorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan
terhadap apa yang dipahami dan dipersiapkan oleh khalayak.
b. Respon afektif berhubungan dengan emosi, sikap dan nilai seseorang
terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan pada apa yang
disenangi khalayak terhadap sesuatu.
c. Respon konatif berhubungan dengan perilaku nyata meliputi tindakan,
kegiatan atau kebiasaan berperilaku.4
Dapat diambil kesimpulan bahwa respon ini terbentuk dari proses
rangsangan atau pemberian aksi atau sebab yang berujung pada hasil reaksi
dan akibat dari proses rangsangan tersebut. Mengenai bentuk respon, dapat
dilihat dari dalam kamus besar ilmu pengetahuan menyebutkan bahwa
respon adalah reaksi psikologis metabolik terhadap tibanya suatu rangsang.
Ada yang bersifat refleksi dan reaksi emosional langsung, ada pula yang
bersifat terkendali.
4 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1991), h. 128
12
Dalam proses dakwah, respon akan terjadi pada para mad’u (objek
dakwah). Dakwah yang disampaikan oleh seorang da’i dengan metode
ceramah tertentu akan menimbulkan reaksi bermacam-macam pada mad’u.
Reaksi yang terjadi pada mad’u ini disebut respon. Respon dapat bersifat
positif dan bersifat negatif.
2. Faktor Terbentuknya Respon
Secara umum respon terjadi karena adanya stimulus, yaitu berupa
suasana kejiwaan rohaniah dan keadaan fungsi jasmaniah, serta
lingkungan sekitar seseorang. Umpan balik sebagai respon mempunyai
volume yang tidak terbatas dan lewat saluran pada komunikasi
interpersonal, tidak demikian pada pada komunikasi massa, umpan balik
sebagai respon boleh dikatakan hanyalah zero f e edback, dari sini jelas
bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang satu arah, tetapi berbeda
dengan komunikasi interpersonal pengaruh umpan balik peneguhan ini tidak
terjadi pada situasi komunikasi tertentu secara serentak.
Dalam sistem komunikasi interpersonal sikap berfungsi sebagai
suvermekanisme, sedangkan dalam sistem komunikasi massa dengan
menggunakan model terpadu efek media dari De Fleur dan Ball-Rockeach
(1975), suvermekanisme terjadi karena kendala ekonomi, nilai, teknologi,
dan organisasi yang terdapat dalam sistem media. Dalam komunikasi
interpersonal orang menerima stimulus lewat seluruh alat inderanya, ia
dapat mendengar, melihat, mencium, meraba, dan merasa. Sedangkan
dalam komunikasi massa stimulus alat indera bergantung pada jenis media
13
massa.5
Tanggapan yang dilakukan oleh seseorang dapat terjadi apabila
terpenuhi faktor penyebabnya, hal yang demikian perlu diketahui supaya
setiap individu yang bersangkutan dapat menanggapi dengan baik, pada
proses awalnya individu mengadakan tanggapan tidak hanya dari stimulus
yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar, tidak semua stimulus itu mendapat
respon individu, sebab individu melakukan terhadap stimulus yang ada
persesuaian atau yang menarik dirinya. Dengan demikian maka akan
ditanggapi oleh individu selain tergantung pada stimulus juga tergantung
pada keadaan individu itu sendiri, dengan kata lain stimulus akan
mendapatkan pemilihan dan individu akan bergantung pada dua aktor,
yaitu:
a. Faktor internal: faktor yang terdapat dalam individu manusia itu sendiri
dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani, maka seseorang yang
mengadakan tanggapan sesuatu stimulus tetap dipengaruhi oleh
eksistensi kedua unsur tersebut. Namun apabila tergantung salah satu
unsur saja maka akan melahirkan hasil tanggapan yang berbeda
intensitasnya pada diri individu yang melakukan tanggapan atau akan
berbeda tanggapannya tersebut antara satu orang dengan orang lain.
Unsur jasmani meliputi keberadaan, keutuhan dan cara bekerjanya alat
indera, urat saraf dan bagian-bagian tertentu pada otak. Unsur-unsur
rohani dan psikologi yang meliputi keberadaan, perasaan (feeling),
5 Ibid, h. 193
14
akal, fantasi, pandangan jiwa, mental, ikiran, motivasi dan sebagainya.
b. Faktor eksternal: faktor yang ada pada lingkungan (faktor psikis), faktor
ini intensitas dan jenis benda perangsang atau orang menyebutnya dengan
faktor stimulus.6
3. Macam-macam Respon
Dalam ilmu komunikasi tentunya kita sudah mengenal adanya teori S-O-
R, dimana teori S-O-R ini merupakan singkatan dari Stimulus-Organism-
Respon yang pada bagian sebelumnya telah dibahas antara sikap dan
prilaku, yang keduanya merupakan bagian dari respon. Mengenai ruang
lingkup respon yang menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan
adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat
mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi
komunikan. Model teori ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1. Teori Stimulus Organism Response (S-O-R)
6 Bimo Walgito, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 6
Stimulus
Organisme:
Perhatian
Pengertian
penerimaan
Response (Perubahan Sikap)
15
Gambar di atas tadi menunjukan bahwa pesan yang disampaikan
kepada komunikan dapat diterima dan tentunya dapat juga ditolak,
komunikasi akan berlangsung jika komunikan akan menaruh perhatian
setelah itu pengertian, lalu kemampuan komunikan menerima dan mengolah
inilah yang pada akhirnya melanjutkan ke proses berikutnya yang
kemudian melahirkan respon.7
Dalam pembahasan teori, respon tidak lepas dari proses teori
komunikasi, karena respon merupakan timbal balik dari apa yang
dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat dalam proses
komunikasi. Dimana komunikasi itu sendiri menampakkan jalinan sistem
yang utuh dan signifikan, sehingga proses komunikasi hanya akan berjalan
secara efektif dan efisien apabila unsur-unsur didalamnya terdapat
keteraturan.
Subjektifitas manusia berada secara bebas dalam bidang stimulus
yang mereka terima maupun yang mereka hasilkan. Titik berat perspektif ini
pada teori belajar yang memandang bahwa perilaku manusia seperti suatu
rangkaian Stimulus-Respon (S-R). Setiap orang dapat memodifikasikan
stimulus yang mereka terima (pesan dimodifikasi oleh stimulus yang
diterimanya). Perilaku manusia pertama-tama dilukiskan sebagai sesuatu
yang sederhana ini segera dimodifikasikan dengan memperbesar tekanan
pada organisme (O), perilaku manusia dari notasi itu di tulis dalam S-O-R.
Ketika ilmuan menjelaskan bahwa organisme sangat aktif sebagai
7 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2003), h. 254-255
16
penangkap stimulus yang dalam hal ini (O) menunjukkan adanya
pemprosesan mental penyaringan konsep yang terjadi dalam organisme
manusia.8
Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response
ini semula berasal dari psikologi, kalau kemudian menjadi teori
komunikasi, tidak mengherankan karena objek material dari psikologi dan
ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi
komponen-komponen, sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi.
Dalam proses komunikasi yang berkenaan dengan sikap adalah aspek
”how” bukan ”what” atau ”why”. Dalam hal ini How Change The Attitude,
bagaimana mengubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap
tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa
benar-benar melebihi semula. Stimulus atau pesan yang disampaikan
kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak, komunikasi akan
berlangsung jika ada perhatian dari komunikan.
Proses berikutnya komunikan mengerti kemampuan komunikan inilah
yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengelola dan
menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.9 Menurut
teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus
khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan kesesuaian antara pesan
dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah pesan
(stimulus, S), komunikan (Organism, O), dan efek (Respon, R). Dalam
8 Bimo Walgito, Psikologi Sosial: Suatu Pengantar (Yogyakarta: Andi, 2002), h. 13 9 Onong, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, h. 254-256
17
bentuk eksperimen, penelitian dengan model ini dilakukan Holand, model
ini juga sering disebut d engan ”Bullet Theory” (teori peluru), karena
komunikasi dianggap secara pasif menerima pesan-pesan komunikasi, bila
kita menggunakan komunikator yang tepat, pesan yang baik, atau media
yang benar. Komunikasi dapat diarahkan dengan kehendak kita, karena
behaviorisme amat mempengaruhi model ini, efleur menyebutnya sebagai
“The Mechanistic” S-R Theory”10
Teori S-O-R adalah salah satu aliran yang mewarnai teori-teori
yang terdapat dalam komunikasi massa, aliran ini beranggapan bahwa
media massa memiliki efek langsung yang dapat mempengaruhi individu
sebagai audience penonton atau pendengar). Prinsip-prinsip stimulus
respon pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, di
mana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian
seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan erat antara
pesan-pesan media dan reaksi audience, elemen-elemen utama dari teori ini
adalah pesan (stimulus), seseorang atau receiver (organism), dan efek
(respon).
Menurut Alisuf Sabri, dari segi bentuknya tanggapan dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Tanggapan kenangan, yaitu sekedar reproduksi dari pada pengamatan-
pengamatan di masa lampau.
b. Tanggapan khayal, yaitu seolah-olah hasil baru, tetapi meskipun
10 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2002), h. 62
18
demikian sebenarnya tanggapan khayal itu tidak sepenuhnya baru
sifatnya. Tanggapan khayal dibentuk dengan menggunakan kesan atau
pengalaman lama, hanya saja telah disusun oleh daya khayalnya
sebagai sesuatu yang baru keadaan atau bentuknya.11
Sedangkan menurut Jalaludin Rakhmat respon dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a. Respon Positif: adalah respon yang mendorong komunikatif
berikutnya.
b. Respon Negatif: adalah respon yang menghambat prilaku
komunikatif.12
B. Ruang Lingkup Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Menurut bahasa, secara etimologi dakwah berasal dari bahasa arab,
yaitu دع yang artinya memanggil (to call) mengajak (to summon) atau
menyeru (to propose). Secara terminologi kata dakwah mengandung arti
merangkul atau mengajak manusia dengan cara yang bijaksana untuk
menuju jalan yang benar sesuai dengan petunjuk Allah SWT agar
mendapatkan kesenangan, ketenangan, kenyamanan, keselamatan dan
kebahagian di dunia dan di akhirat.13
Menurut Dr.Quraish Shihab, dakwah adalah seruan atau ajakan
kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi yang lebih baik dan
11 Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi dan Perkembangan (Jakarata: Pedoman Ilmu
Jaya, 1993), h. 60 12 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h. 191 13 Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah (Jakarta: Wijaya, 1998). Cet. Ke-3, h. 1
19
sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah
bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan
pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas.14
Kesimpulannya bahwa dakwah adalah sebuah ajakan untuk
menjalankan nilai-nilai agama sesuai dengan hukum syari’at yang
diajarkan oleh kanjeng nabi Muhammad SAW, dimana beban ini tidak
hanya dipikul oleh para da’i tetapi tanggung jawab ajakan ini berlaku untuk
seluruh muslim.
Tentunya dakwah yang dilakukan tidak ada sifat memaksa atau
dengan cacar kekerasan, sebagaimana dijelaskan dalam Al-quran untuk
mengunakan kata-kata yang baik, dan sebagai manusia tugas dakwah
hanya sebatas untuk ajakan bukan memaksakan agar ajakan itu dapat
diterima masuk dihati mad’u (audiens).
2. Subjek Dakwah
Da’i merupakan isim fa’il dari kata da’a (دعا) yang berarti
seseorang yang mengajak manusia kepada agamanya atau madzabnya.15
Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan,
maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau
organisasi. Jadi da’i adalah orang yang menyampaikan pesan-pesan dakwah
kepada seluruh umat Islam agar tidak tersesat di dunia ini.
14 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 2001), h. 194
15 Louis Ma’luf, Munjid Fil Logoh Wa A’lam (Bairut: Darul Fikr, 1986), h. 216
20
3. Objek Dakwah
Mad’u (sasaran dakwah) yaitu audiens atau orang-orang yang diseru
dan diajak untuk mengikuti ajaran agama Islam sebagai penerima dakwah.
4. Materi dan Media Dakwah
Materi dan media dakwah hal yang tidak kalah pentig dan harus di
perhatikan dalam berdakwah yaitu materi (pesan) dakwah itu sendiri. Materi
adalah isi dakwah yang akan disampaikan da’i kepada mad’u mengenai
berbagai hukum Islam, sejarah dan lain sebagainya. Materi yang akan
diberikan oleh da’i akan memperlihatkan keilmuan yang dimilikinya. Materi
yang diberikan juga harus disesuaikan dengan keadaan mad’u. Hal terpenting
dalam pemberi materi (pesan dakwah) ialah tidak boleh menyimpang dari Al-
Qur’an dan Hadits.
Selain materi media juga memiliki peranan penting dalam proses
dakwah. Media dapat diartikam juga sebagai perantara. Maka segala alat
bantu (perantara) yang digunakan oleh da’i untuk menyampaikan pesan
dakwah kepada mad’u itulah yang disebut dengan media dakwah. Saat ini
dakwah semakin berkembang, dakwah tidak hanya dari mimbar tetapi telah
mampu mengikuti perkembangan zaman. Kini dakwah dilakukan di berbagai
media, tidak hanya pada media cetak, dakwah juga dilakukan di media-media
elektronik bahkan di dunia maya (internet). Oleh karena itu, seorang dai harus
mampu memanfaatkan berbagai hal yang dapat mendukung proses dakwah
termasuk media-media yang tersedia kini.
21
5. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
penyampaian dakwah tujuan dakwah dirumuskan kepada suatu
tindakandalam pelaksanaan dakwah.
Hakekat dari tujuan dakwah adalah mempertemukan kembali fitrah
manusia dengan agama agar menyadarkan manusia supaya mengakui
kebenaran islam dan mau mengamalkan ajaran Islam.16
Tujuan utama dakwah menurut Abdul Rosyad Saleh adalah nilai atau
hasil akhir yang ingin dicapai atau diperoleh oleh keseluruhan tindakan
dakwah Untuk mencapai tujuan inilah maka rencana dan tindakan
dakwah harus ditunjukan dan diarahkan.17
Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa
tujuan dakwah yaitu memberikan pemaham dan penjelasan pesan-pesan
dakwah dengan dalil-dalilnya baik secara tafshli maupun ijmali berserta dalil-
dalil aqli dan naqlinya sehingga mad’u benar-benar menangkap,
memahami, dan mengerti pesan-pesan agama yang disampaikan oleh da’i,
kemudian mad’u dapat mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-
hari.
Setelah mendapat pengetahuan dari unsur-unsur yang telah
dipaparkan di atas, untuk lebih efektif seorang da’i dalam menyampaikan
dakwahnya, perlu untuk mengetahui metode-metode yang digunakan agar
dan efesien karena keluasan pengetahuan dan banyaknya pengalaman
tentang dakwah. Mengetahui benar tentang waktu, tempat, dan keadaan
manusia sehingga ia dapat memilih metode yang tepat untuk menyampaikan
materi dakwahnya serta menempatkan segala sesuatu pada tempatnya
masing-masing.22
b. Metode Dakwah Mau’izhatil Hasanah (nasehat yang baik)
Menurut bahasa Al-Mau’idzatil Hasnah merupakan gabungan kata dari
Mau’idzah dan Hasnah. Berdasarkan tinjauan bahasa kata “Mau’idzah”
berasal dari bahasa arab yaitu wa’adza – ya’idzu – idzatan yang
mempunyai makna nasihat dan peringatan, sedangkan kata hasna berasal
dari hasuna – yahsunu – husnan yang berarti kebaikan.23
Mauizah Hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang
mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, berita gembira
yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapat
keselamatan dunia dan akhirat.
Dari penjelasan di atas, bahwa metode mauizah hasanah ini
merupakan sebuah nasehat yang mempunyai sentuhan kedalam hati mad’u,
sehingga dengan nasehat tersebut mad’u dapat menjadi termotisivasi untuk
menjalan ketaatnya.
c. Metode Dakwah Mujadalah
Menurut bahasa, mujadalah berasal dari asal kata jaadalah-
mujaadalatan-jidaalan yang artinya berbantah, berdebat, mereka bertukar
22 Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i, hal.241
23 Ibid, h. 134
26
pendapat yang dilakukan oleh dua belah pihak secara sinergis, yang tidak
melahirkan melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima
pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang
kuat.24
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, al-
Mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara
sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan
menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan
bukti yang kuat. Antara satu dan lainnya saling menghargai dan
menghormati pendapat keduanya berpegang kepada kebenaran, dan
mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima hukuman kebenaran
tersebut.
Apabila ada suatu perbantahan antara da’i dan mad„u, yang disebut
polemik, maka dapat diluruskan dengan bantahan yang bersumber dari Al-
Qur’an dan As-Sunnah dengan penyampaian yang baik. Sehingga mad’u
tersebut dapat menerimanya. Tujuan berdebat bukan untuk bertengkar dan
menyakiti hati lawan, tapi untuk meluruskan aqidah yang melenceng dari
aturan-aturan agama.
Setelah mengetahui metode dakwah yang terkandung dalam surat an
Nahl ayat 125, imam Nawawi menjelaskan di dalam kitabnya tentang
tiga golongan manusia yang menjadi sasaran dari tiga metode dakwah
tersebut, yaitu :
24 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, hal.89
27
a. Asshabul uqul yaitu orang-orang yang mencari sebuah pengetahuan
disertai dengan bukti-bukti tentang pengetahuan tersebut,
golongan ini bisa disebut kaum intelek. Yang mereka harus
dipanggil dengan kata-kata hikmah yakni dengan menggunakan
argumentasi yang dapat diterima akal.
b. Asshabul nazhri assaliim yaitu orang-orang yang belum mencapai
tingkat kesempurnan pemikiran dan juga tidak berada pada tingkat
pengetahuan dan pemikiran yang rendah. Golongan yang kedua ini
tidak dapat diberikan pemahaman dengan menggunakan metode
hikmah dan juga tidak dapat diberikan metode dakwah dengan
mauizhah hasanah, akan tetapi golongan ini lebih tepat menggunakan
metode mujadalah.
c. Orang-orang yang belum mencari suatu pengetahuan dan juga
belum dapat menguasi pertentangan. Yaitu orang awam yang bisa
dikatakan tingkat pengetahuannya masih rendah serta belum dapat
berpikir kritis. Golongan ini masuk kedalam metode mau’izha
hasanah.
Setelah mengetahui tentang metode-metode yang digunakan pada
aktivitas dakwah, kemudian pada penerapannya dakwah tersebut
dikelompokan kedalam tiga bentuk dakwah, diantaranya yaitu:
a. Dakwah bi al-lisan
Dakwah bi al-lisan adalah penyampaian sebuah dakwah melalui lisan
28
(ucapan) dengan berceramah atau berkomunikasi secara langsung antara da’i
dan mad’u. 25 Syamsul Munir di dalam bukunya berjudul Ilmu Dakwah,
menyatakan bahwa dakwah bi al-lisan adalah dakwah yang dilakukan
dengan menggunakan lisan, seperti dengan ceramah, khutbah, diskusi, dan
lain-lain. Dalam bilangan jumlah, dakwah dengan lisan ini sudah banyak
dilakukan para da’i di tengah-tengah masyarakat.26
Dari penjelasan diatas, metode dakwah bi al-lisan ini sebuah
penyampaian dakwah dengan menggunakan lisan, seperti yang kita
ketahui dan sering di saksikan melalui media elektronik seperti televisi
atau radio para da’i atau mubaligh menyampaikan pesan-pesan dakwahnya
melalui berceramah, khutbah jum’at, memberikan nasehat keagama melalui
cerita, dan lain-lain.
b. Dakwah bi al-Hal
Bentuk dakwah yang kedua ini, merupakan aktivitas dakwah yang
di sampaikan dengan mealui tindakan yang nyata disesuaikan dengan
kebutuhan mad’u. Seperti dakwah dengan membangun rumah sakit untuk
kebutuhan masyarakat sekitar yang membutuhkannya.27
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dakwah bil
hal ini, di terapkan langsung pada kondisi masyarakat yang kurang mampu.
Dengan ada penerapan langsung ini, diharapkan hati masyarakat dapat
tersentuh dan mau untuk menerima dakwah Islam.
25 Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah (Ciputat: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 42 26 Syamsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), h. 11 27Ibid, h. 176
29
Intinya dakwah bi hal ini, penyampain pesan dakwah kepada
mad’u melalui praktek, agar dengan adanya praktek langsung hati mad’u
dapat tertarik untuk menerima dakwah Islam.
c. Dakwah bi al Qolam
Dakwah bil al qolam adalah dakwah yang disampaikan melalui
bentuk tulisan dengan menerbitkan buku-buku, kitab- kitab, internet yang
mengandung dakwah penting dan efektif, serta tidak membutuhkan waktu
khusus.28
D. Ruang Lingkup Televisi
1. Pengertian Televisi
Televisi dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) ialah sistem
penyajian gambar yang disertai bunyi (suara) melalui kabel atau melalui
angkasa, menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi
(suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas
cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar.29
Kata televisi asal dari dua suku kata, yakni tele dalam bahasa yunani
yang berarti “jarak” dan kata visi dalam bahasa lain yang berarti citra atau
gambar. Jadi televisi berarti suatu sistem penyajian gambar berikut suaranya
dari suatu tempat yang berjarak jauh.
Televisi juga bisa disebut sebagai sebuah alat atau benda untuk
menyiarkan siaran-siaran yang membawakan suara gambar sekaligus, dari
siaran televisi itu maka penonton dapat mendengarkan dan melihat gambar-
28 Syamsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), h. 11 29 DEPDIKBUD (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 1028
30
gambar yang disajikan. Media televisi pada hakikatnya adalah media
komunikasi yang berfungsi untuk memberikan informasi, mendidik,
menghibur, dan mempengaruhi khalayyak.
2. Televisi Sebagai Media Dakwah
Dalam menghadapi era globalisasi informasi dan perkembangan
teknologi akhir-akhir ini, dunia dihadapkan kepada cepatnya perkembangan
arus informasi. Pemanfaatan alat-alat teknologi sebagai media penyampaian
informasi kepada khalayak, sepertinya tidak dapat dibendung lagi. Tetapi
sebaliknya, keberadaan teknologi canggih di era globalisasi informasi dan
komunikasi ini harus dimanfaatkan untuk penyebaran informasi dan pesan-
pesan dakwah islam.
Aktivitas dakwah islam saat ini tidak cukup dengan menggunakan
media-media tradisional, seperti ceramah dan pengajian yang masih
menggunkan media komunikasi oral atau komunikasi tutur. Penggunaan
media komunikasi modern sesuai dengan taraf perkembangan daya pikir
manusia harus dimanfaatkan sedemikian rupa, agar dakwah islam lebih
mengena sasaran.
Kata media berasal dari bahasa latin “median” yang merupakan bentuk
jamak dari medium secara etimologi yang berarti alat perantara30
Adapun yang dimaksud dengan media dakwah adalah peralatan yang
dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah kepada penerima
30 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 113
31
dakwimalah. 31 Contoh media dakwah pada zaman sekarang ini seperti
televisi, video, kaset rekaman, majalah dan surat kabar.
Televisi sebagai media dakwah adalah suatu penerpaan dan manfaat
hasil teknologi modern, yang mana dengan pemanfaatan hasil teknologi itu
diharapkan seluruh aktifitas dakwah daat mencapai sasaran yang lebih
optimal.32
Kemajuan pertelevisian di Indonesia menyebabkan terbukanya
kesempatan untuk menayangkan berbagai macam acara keagamaan secara
terus-menerus dan berkualitas, mulai dari kultum, talkshow hingga sinetron.
Kini program keagamaan di televisi di indonesia tidak hanya hadir pada bulan
Ramadhan saja. Jadi dengan banyaknya acara keagamaan yang berbentuk
syiar kepada khalayak di televisi, maka jelaslah televisi merupakan media
dakwah dan ladang yang subur bagi pengembangan islam, mencerdaskan
umat dan memenuhi kebutuhan umat.
Kehadiran dakwah di televisi sudah berhasil membentuk komunitas
dakwahnya sendiri secara hipotesis, dengan merujuk pada klasifikasi Denis
(1987), ada tiga kategorisasi komunikasi dakwah dalam televisi. Pertama,
Ritualized viewers yaitu para pemirsa yang sepenuhnya tertarik degan apa
saja yang bercorak islam. Dakwah di televisi merupakan bagian dari sumber
rujukan mereka dalam memahami Islam. Selain diperoleh dari pengajian-
pengajian atau buku-buku keagamaan. Para pemirsa jenis ini biasa disebut the
true believer (pemeluk teguh) atau termasuk dalam kategoro santri, hal ini
31 Ibid, h. 114 32 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),
h. 163
32
meminam istilah clifford geeterz. Bagi mereka, dakwah di televisi dapat
memperteguh sekaligus mencerahkan visi keislaman. Dakwah di televisi juga
bisa menjadi sumber agenda dalam wacana interpersonal dengan keluarga
atau kawan sejawat.33
Kedua, instrument viewers yaitu komunitas dakwah “cair” yang sedikit
tertarik dengan apa saja yang bercorak Islam. Dakwah di televisi bagi mereka
bukanlah kebutuhan utama. Mereka tidak punya kepentingan pada upaya
penguatan nilai dan identitas kultural Islam. Menonton dakwah di televisi
hanya sekedar mengisi waktu atau paling tidak sekedar memperoleh
informasi dari “dunia lain” karena mereka sendiri merasa bukan bagian dari
komunitas itu. Merujuk kategori geeterz, kelompok pemirsa ini termasuk
yang dikategorikan “Islam abangan”. Ukuran mereka adalah melaksanakan
rukun Islam, betapapun kadang-kadang, sudah cukup dikatakan sebagai
Islam. Urusan diluar itu seperti sosial, ekonomi, politik dan budaya, menurut
mereka tidak haruas bercorak islam, setidaknya secara simbolis.34
Ketiga, reactionary viewers yaitu komunitas dakwah yang didalamnya
bukan saja Islam, tapi juga termasuk agama lian. Mereka menonton televisi,
bukan lantaran panggilan ibadah, tetapi lebih didasarkan pada kebutuhan
personal mereka akan pentingnya moralitas, inormasi dan sajian hiburan yang
sehat. Kaum free thinkers misalnya, tidak memandang perlu beragama karena
33 Dedy Jamaluddin Malik, Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif Dakwah Melalui
Televisi (Bandung: Pusdai Press, 2000), cet. Ke-1, h. 87 34 Ibid, h. 91
33
kebenaran dan moralitas bisa dicapai tidak lewat agama. Kalaupun mereka
Islam, hanya nominal saja.35
Dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki televisi, dapat dimanfaatkan
media ini untuk sarana dakwah adalah kewajiban setiap manusia untuk saling
mengingatjan dan mengajak sesama manusia dalam rangka menegakkan
kebenaran, mengajak orang kepada amar ma’ruf nahi munkar, sehingga kita
mendapat keridhaan dari Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya dalam surat
Ali Imran ayat 104 yang berbunyi:
Artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung”.
E. Teori Efek Media
1. Teori Kultivasi
Gerbner pertama kali menggunakan istilah kultivasi pada tahun 1969,
tetapi analisis kultivasi, sebagai teori yang unik dan berpengaruh, tidak
muncul dalam beberapa tahun. Teori ini berevolusi seiring dengan waktu
melalui serangkaian langkah-langkah metodologis dan teoritis yang dilakukan
oleh Gerbner dan koleganya, dan hal ini menunjukkan perkembangan
tersebut.36
35 Ibid, h. 92 36 Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis Dan
Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h. 84
34
Teori Kultivasi merupakan salah satu teori yang mencoba menjelaskan
keterkaitan antara media komunikasi (televisi) dengan tindak kekerasan.
Teori Kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa para pecandu (penonton
berat) televisi membangun keyakinan yang berlebihan bahwa “dunia itu
sangat menakutkan”. Hal tersebut disebabkan keyakinan mereka bahwa apa
yang mereka lihat di televisi yang cenderung banyak menyajikan acara
kekerasan adalah apa yang mereka yakini terjadi juga dalam kehidupan
sehari-hari.
Fokus teori ini yaitu pada peran televisi di dalam kehidupan kita. Teori
ini tertarik untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai dampak eksposur jangka
panjang dari televisi terhadap persepsi orang mengenai dunia.
Terdapat tiga asumsi dasar teori kultivasi yang dikemukakan oleh
Gerbner yaitu :
a. Televisi, secara esensi dan fundamental berbeda dengan bentuk-bentuk
media massa lainnya
b. Televisi membentuk cara berfikir dan membuat kaitan dari masyarakat
kita.
c. Pengaruh dari televisi terbatas.37
Asumsi pertama menunjukkan bahwa spesifikasi keunikan dari Televisi
yaitu kelebihan televisi menjadikannya istimewa seperti televisi tidak
memerlukan sederetan huruf-huruf seperti halnya media cetak lainnya,
televisi bersifat audio dan visual yang dapat dilihat gambar dan suaranya,
37 Ibid, h. 85
35
televisi tidak memerlukan mobilitas atau memutar tayangan yang disenangi
dan karena aksesibilitas dan avaibilitasnya untuk setiap orang membuat
televisi menjadi pusat kebudayaan masyarakat kita.
Asumsi kedua masih berkaitan dengan pengaruh tayangan Televisi,
pada dasarnya televisi tidak membujuk kita untuk benar-benar meyakini apa
yang kita lihat di televisi, berdasarkan asumsi ini. Teori Kultivasi menyuplai
alternatif berfikir tentang tayangan kekerasan di televisi.
Asumsi yang terakhir ini mungkin agak berbeda dengan asumsi dasar
Teori Kultivasi, namun Gerbner memberikan analogi ice age untuk memberi
jarak antara teori kultivasi dan asumsi bahwa televisi hanya memberikan
sedikit efek atau dampak. Dalam analogi ice age menganggap bahwa televisi
tidak harus mempunyai dampak tunggal saja akan tetapi mempengaruhi
penontonnya melalui dampak kecil yang tetap konstan.
2. Teori Kegunaan dan Gratifikasi
Teori ini dikemukakan oleh Elihu Katz, Jay G. Blumer, dan Michael
Gurevitch pada tahun 1974. Mereka merumuskan pemikiran dan
menghasilkan teori Kegunaan dan Gratifikasi. Teori ini menyatakan bahwa
orang secara aktif mencari media tertentu dan muatan (isi) tertentu untuk
menghasilkan kepuasan atau hasil tertentu. Teoritikus Kegunaan dan
Gratifikasi menganggap orang aktif karena mereka mampu untuk
mempelajari dan mengevaluasi berbagai jenis media untuk mencapai tujuan
komunikasi. 38 Fokus teori ini membahas mengenai apa yang dilakukan orang
38 Ibid, h. 101
36
dengan media tertentu.
Banyak asumsi Kegunaan dan Gratifikasi secara jelas dinyatakan oleh
para pencetus pendekatan ini (Elihu Katz, Jay G. Blumer, dan Michael
Gurevitch pada tahun 1974). Mereka menyatakan bahwa terdapat lima asumsi
dasar teori Kegunaan dan Gratifikasi:
a. Khalayak aktif dan penggunaan medianya berorientasi pada tujuan
b. Inisiatif dalam menghubungkan kepuasan kebutuhan pada pilihan
media tertentu terdapat pada anggota khalayak
c. Media berkompetisi dengan sumber lainnya untuk kepuasan
kebutuhan.
d. Orang mempunyai cukup kesadaran diri akan penggunaan media
mereka, minat, dan motif sehingga dapat memberikan sebuah
gambaran yang akurat mengenai kegunaan tersebut kepada para
peneliti
e. Penilaian mengenai nilai isi media hanya dapat dinilai oleh
khalayak.39
3. Teori Spiral Keheningan
Dengan adanya opini publik sebagai dasar dari teori ini, teori Spiral
Keheningan dikemukakan oeleh Noelle-Neumann (1991; 1993) telah
membahas tiga asumsi teori yaitu:
a. Masyarakat mengancam individu-individu yang menyimpang
dengan adanya isolasi; rasa takut terhadap isolasi sangat berkuasa
39 Ibid, h. 104
37
b. Rasa takut akan isolasi menyebabkan individu-individu untuk setiap
saat mencoba iklim opini.
c. Perilaku publik dipengaruhi oleh penilaian akan opini publik.40
Sehubungan dengan kekuasaan media yang begitu besar, media
memiliki dampak yang awet dan mendalam terhadap opini publik. Media
massa bekerja secara berkesinambungan dengan menyuarakan opini
mayoritas untuk membungkan opini minoritas khususnya mengenai isu-isu
budaya dan sosial. Rasa takut akan adanya isolasi menyebabkan mereka yang
memiliki pandangan minoritas untuk mempelajari keyakinan orang lain.
Individu-individu yang takut terisolasi secara sosial rentan untuk sepakat
dengan apa yang mereka anggap sebagai pandangan mayoritas. Walaupun
begitu, individu-individu yang terbungkam ini terkadang menyuarakan
pendapat mereka melalui kegiatan aktivisme.
4. Teori Ekologi Media
Teori yang dikemukakan oleh Marshall McLuhan tahun1964 melihat
bahwa pengaruh dari teknologi media terhadap masyarakat merupakan ide
utama dibalik teori Ekologi Media. Adapun asumsi teori Ekologi Media
yaitu:
a. Media melingkupi setiap tindakan di dalam masyarakat.
b. Media memperbaiki persepsi kita dan mengorganisasikan pengalaman kita.
c. Media menyatukan seluruh dunia.41
40 Ibid, h. 123 41 Ibid, h. 140
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan penulis yaitu pendekatan kuantitatif,
dimana penulis mengajak responden untuk menonton kemudian memberikan
angket tertutup untuk diisi responden.
Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan, meramalkan,
mengontrol fenomena sosial melalui pengukuran objektif dan analisis
numerik terhadap variasi angka-angka.1 Metode yang digunakan yaitu
deskriptif analisis dengan tujuan mendapatkan gambaran, lukisan secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan
antara fenomena yang ditulis.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2010/2011,
2011/2012 dan 2012/2013. Sedangkan objek penelitiannya yaitu respon
mahasiswa terhadap metode dakwah Aa Gym, M. Arifin Ilham, Yusuf
Mansur di TV One. Mahasiswa 2010/2011, 2011/2012 dan 2012/2013 yang
Keterangan: n = korelasi pearson product moment N = banyaknya responden X = sikap tiap item pertanyaan Y = skor total responden XY = skor tiap item pertanyaan dikali skor total responden ∑XY = jumlah hasil perkalianskor tiap item dengan skor total responden ∑X = jumlah seluruh skor tiap item pertanyaan ∑Y = jumlah seluruh skor total responden Berdasarkan hasil uji validitas yang telah dilakukan pada 30 orang
responden, maka diperoleh skor sebesar 0,361 pada taraf signifikansi sebesar
5%, yang artinya apabila korelasi pada butir-butir pernyataan positif dan
besarnya mencapai 0,361 ke atas, maka butir-butir pertanyaan tersebut
merupakan konstruk yang kuat.7 Jadi berdasarkan analisis butir-butir
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut memiliki
validitas konstruksi yang baik.
J. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan pengujian yang menunjukkan sejauhmana alat
ukur dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua
kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh
relative konsisten, maka alat tersebut reable.8
Instrumen dikatakan reliabel apabila terdapat kesamaan data dalam
waktu yang berbeda. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal
7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:PT
Sebagai salah satu wujud komitmen PT Lativi Mediakarya dalam
berupaya memuaskan pelanggan dan melakukan perbaikan berkelanjutan,
maka manajemen PT Lativi Mediakarya mempunyai:
Visi:
a. Untuk mencerdaskan semua lapisan masyarakat yang pada akhirnya
memajukan bangsa.
Misi:
a. Menjadi stasiun TV Berita dan Olahraga nomor satu.
b. Menayangkan program News dan Sport yang secara progresif
mendidik pemirsa untuk berpikiran maju, positif dan cerdas.
c. Memilih program News dan Sport yang informatif dan inovatif
dalam penyajian dan kemasan.6
D. Acara Keagamaan di TV One
1. Damai Indonesiaku
Damai Indonesiaku TV One adalah sebuah acara religi yang mengajak
para pemirsanya untuk selalu menjalani dan mengamalkan norma-norma
Agama didalam setiap langkah kehidupannya. Materi yang berbeda akan
hadir dalam setiap episodenya . Pemateri dalam acara ini adalah ustadz-ustadz
atau alim ulama yang memiliki ilmu tentang keagamaan. 7
6 http://www.tvonenews.tv/tentangkami/. Diakses Pada Tanggal 1 Juni 2014 7 http://tvguide.co.id/program_acara_rutin/damai-indonesiaku-tv-one. Diakses Pada
Tanggal 1 Juni 2014
67
2. Tabligh Akbar
Tabligh akbar TV One adalah sebuah acara yang diadakan akhir pekan
disiarkan secara langsung untuk memperingati hari-hari besar Islam. Pemateri
dalam acara ini adalah ustadz-ustadz atau alim ulama yang memiliki ilmu
tentang keagamaan.
68
BAB V
HASIL DAN ANALISIS DATA
A. Hasil Perhitungan
Judul penelitian ini yaitu respon mahasiswa terhadap metode dakwah
ustad di TV ONE, dari judul yang begitu luas kemudian penulis membatasi
dengan mengambil tiga ustadz yang akan dijadikan bahan penelitian skripsi,
adapun ustadz tersebut ialah Ustadz Aa Gym, Ustadz M. Arifin Ilham dan
Ustadz Yusuf Mansur. Ketiga ustadz ini diambil dikarenakan memiliki
beberapa alasan diantaranya sering berdakwah di TV khususnya TV One,
dakwahnya mudah diterima oleh khalayak, mempunyai ciri khas dan ilmu
yang diberikan bersumber dari Al-qur’an dan Hadits yang shahih tentunya.
Responden penelitian ini yaitu mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi angkatan 2011-2013. Adapun mahasiswa yang dijadikan sampel
berjumlah 93 orang. Dari hasil penyebaran angket yang telah terkumpul,
penulis akan menjelaskan analisisnya dalam bentuk tabel berupa aspek
kognitif, aspek afektif, aspek konatif/psikomotorik dan aspek metode
dakwah. Kemudian penulis akan mendeskripsikan setiap bagian dari masing-
masing tabel tersebut. Pertama yaitu ustadz Aa Gym, kedua yaitu ustadz M.
Arifin Ilham dan ketiga yaitu ustadz Yusuf Manyur. Sebelum menganalisi isi
data ada beberapa skor dalam pengisian angket, yaitu:
a. Sangat Setuju(SS) : 5
b. Setuju (S) : 4
c. Cukup Setuju (CS) : 3
69
d. Tidak Setuju (TS) : 2
e. Sangat Tidak Setuju : 1
Adapun hasil data penelitiannya yaitu sebagai berikut:
1. Ustadz Aa Gym
a. Aspek Kognitif Terhadap Ustadz Aa Gym
Tabel 4. Aspek Kognitif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Ustadz Aa Gym
NO Pertanyaan SS S CS TS STS Skor Rangking
1 Saya tahu ustadz Aa Gym berdakwahdengan gaya yang unik.
3 66 18 6 - 345 3
2
Ustadz Aa Gym menggunakan humor-humor jenaka disela-sela materi dakwahnya
7 54 27 5 - 342 4
3
Saya mendapatkan pengetahuan setelah melihat dakwah ustadz Aa Gym yang tidak diketahui sebelumnya.
16 55 20 2 - 364 1
4
Dengan saya melihat dakwah ustadz Aa Gym, saya bisa membedakan mana yang dilarang dan tidak oleh agama Islam.
12 59 20 2 - 360 2
JUMLAH 1411 MEAN 352,7
Berdasarkan rangking tabel di atas berturut-turut diperoleh data bahwa
mahasiswa mendapatkan pengetahuan setelah melihat dakwah ustadz Aa
Gym, ini terlihat dari mahasiswa yang bisa membedakan mana yang dilarang
dan tidak oleh agama, selain itu mahasiswa juga tahu bahwa Aa Gym
berdakwah menggunakan gaya yang unik dan yang terakhir yaitu ustadz Aa
70
gym selalu meggunakan humor-humor disela-sela materinya agar tidak
monoton.
b. Aspek Afektif Terhadap Ustadz Aa Gym
Tabel 5. Aspek Afektif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Ustadz Aa Gym
NO Pertanyaan SS S CS TS STS Skor Rangking
1
Saya menyukai pakaian ustadz Aa Gym yang dipakai ketika berdakwah.
6 43 34 10 - 324 4
2 Saya menyukai kepribadian ustadz Aa Gym yang akrab dengan siapa saja.
17 36 32 8 - 341 2
3 Saya simpati pada sosok ustadz Aa Gym karena kesederhanaannya
11 55 18 9 - 347 1
4
Saya menyukai materi dakwah ustadz Aa Gym dengan gaya humor, karena lebih mudah diterima oleh jamaah atau mad’u
9 50 24 10 - 337 3
JUMLAH 1349 MEAN 337,2
Berdasarkan rangking tabel di atas berturut-turut diperoleh data bahwa
mahasiswa simpati dengan kesederhanaan ustadz Aa Gym, kemudian
mahasiswa menyukai kepribadian ustadz yang akrab dengan siapa saja,
mahasiswa juga menyukai materi dakwah dengan gaya humor karena lebih
mudah dipahami, dan terakhir yaitu mahasiswa menyukai pakaian ustadz Aa
Gym ketika berdakwah.
71
c. Aspek Konatif/Psikomotorik
Tabel 6. Aspek Konatif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Ustadz Aa Gym
NO Pertanyaan SS S CS TS STS Skor Rangking
1
Saya lebih giat melakukan tindakan-tindakan positif Setelah melihat dakwah ustadz Aa Gym.
6 26 46 13 2 300 2
2 Saya lebih giat solat setelah melihat dakwah ustadz Aa Gym.
2 28 44 18 1 291 3
3 Saya lebih giat sedekah setelah melihat dakwah ustadz Aa Gym.
1 28 42 21 1 286 4
4 Saya lebih peduli kepada sesama setelah melihat dakwah ustadz Aa Gym.
8 34 34 16 1 311 1
JUMLAH 1188 MEAN 297
Berdasarkan rangking tabel di atas berturut-turut diperoleh data
bahwamahasiswa lebih peduli terhadap sesama setelah melihat dakwah ustadz
Aa Gym, dengan mahasiswa lebih giat melakukan tidakan-tindakan positif,
diantaranya yaitu mahasiswa lebih giat sholat, dan lebih giat sedekah.
Hasil dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan konatif, maka penulis
membandingkan ketiga data tersebut sebagai berikut:
Tabel 7. Perbandingan Respon Mahasiswa
NO Respon mahasiswa dari aspek Jumlah Skor Mean Rangking 1 Kognitif 1411 352,6 1 2 Afektif 1349 337,2 2 3 Konatif/Psikomotorik 1188 297 3
Jumlah 3948
72
Dari tabel di atas terlihat bahwa aspek kognitif merupakan nilai
tertinggi dalam jumlah skor yaitu 1411 dengan nilai mean sebesar 352,6.
Selain itu mahasiswa sudah mampu merasakan adanya perubahan perasaan
terhadap sesuatu yang terkait emosi, sikap, dan nilai, serta mahasiswa sudah
mengalami peningkatan terhadap sikap keberagamaan setelah melihat dakwah
ustadz Aa Gym
d. Aspek metode dakwah
Tabel 8. Aspek Metode Dakwah Ustadz Aa Gym
NO Pertanyaan SS S CS TS STS Skor Rangking
1
Dalam berdakwah, ustadz Aa Gym selalu mengajak berbuat baik dan memberikan contoh yang baik kepada jamaah (al-hikmah)
18 57 15 2 1 368 3
2
Dalam berdakwah, ustadz Aa Gym memberikan nasehat-nasehat kepada jamaah/Mad’u (mau’izhatilhasanah)
17 59 15 2 - 370 1
3
Dalam berdakwah ustadz Aa Gym berdiskusi/bertukar pikiran kepada jamaah/Mad’u (mujadalah)
14 44 31 4 - 347 5
4
Ustadz Aa Gym menggunakan metode ceramah saat berdakwah (bil al- lisan).
27 42 18 6 - 369 2
5
Dalam berdakwah Ustadz Aa Gym mengadakan sesi tanya jawab.
10 51 30 2 - 348 4
73
6
Saya tahu selain berdakwah melalui lisan (ucapan) ustadz Aa Gym juga berdakwah melalui tulisan (bil al-qalam).
6 44 34 9 - 326 6
JUMLAH 2128 MEAN 354,7
Berdasarkan rangking tabel di atas berturut-turut diperoleh data bahwa
ustadz Aa Gym memberikan nasehat-nasehat dalam dakwahnya, kemudian
ustadz Aa Gym menggunakan metode ceramah, ustadz Aa Gym selalu
mengajak berbuat baik, selain itu ustadz Aa gym mengadakan sesi tanya
jawab, dan selalu berdiskusi/bertukar pikiran, metode ini digunakan jika
jamah tidak mengerti ketika ustadz menyampaikan materi dan terakhir untuk
penyempurnaan dakwahnya ustadz Aa Gym juga berdakwah melalui buku
(bil al-qalam).
2. Ustadz M. Arifin Ilham
a. Aspek kognitif
Tabel 9. Aspek Kognitif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Ustad M.Arifin Ilham
NO PERTANYAAN SS S CS TS STS Skor Rangking
1 Saya tahu ustadz M. Arifin Ilham berdakwah dengan gaya yang unik.
10 52 20 11 - 340 3
2
Ustadz M. Arifin Ilham menggunakan humor-humor jenaka disela-sela materi dakwahnya.
8 62 23 - - 357 2
3
Saya mendapatkan pengetahuan setelah melihat dakwah ustadz M. Arifin Ilham yang tidak diketahui sebelumnya.
5 51 36 1 - 339 4
74
4
Dengan saya melihat dakwah ustadz M. Arifin Ilham, saya dapat membedakan mana yang dilarang dan tidak oleh agama Islam.
10 66 15 2 - 363 1
JUMLAH 1399 MEAN 349,7
Berdasarkan rangking tabel di atas diperoleh databahwa setelah melihat
dakwah ustadz M. Arifin Ilham mahasiswa dapat membedakan mana yang
dilarang dan tidak oleh agama,agar tidak monoton ustadz M. Arifin Ilham
selalu menggunakan humor-humor disela-sela materi dakwahnya, kemudian
mahasiswa tahu ustadz M. Arifin Ilham berdakwah dengan gaya yang unik,
dengan begitu mahasiswa mendapatkan pengetahuan baru setelah melihat
dakwah ustadz M. Arifin.
b. Aspek Afektif
Tabel 10. Aspek Afektif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Ustadz M.Arifin Ilham
NO Pertanyaan SS S CS TS STS Skor Rangking
1 Saya menyukai pakaian ustadz M. Arifin Ilham yang dipakai ketika berdakwah.
15 59 18 1 - 367 1
2 Saya menyukai kepribadian ustadz M. Arifin Ilham yang akrab dengan siapa saja.
9 51 32 1 - 347 4
3 Saya simpati pada sosok ustadz M. Arifin Ilham karena kesederhanaannya.
14 50 25 4 - 353 2
4
Saya menyukai materi dakwah ustadz M. Arifin Ilham dengan gaya humor, karena lebih mudah diterima oleh jamaah atau mad’u.
7 45 35 6 - 332 5
5 Saya merasakan perubahan 19 39 30 5 - 351 3
75
pada diri saya setelah melihat dakwah ustadz M. Arifin Ilham.
JUMLAH 1750 MEAN 350
Berdasarkan rangking tabel di atas maka berturut-turut diperoleh data
bahwa mahasiswa menyukai pakaian ustadz ketika berdakwah, dengan begitu
mahasiswa simpati karena kesederhanaan ustadz M. Arifin Ilham, kemudian
mahasiswa merasakan perubahan pada dirinya setelah melihat dakwah ustadz,
mahasiswa juga menyukai kepribadian ustadz yang akrab dengan siapa saja,
dan terakhir yaitu mahasiswa lebih suka materi dakwah yang disisipkan
humor karena lebih mudah diterima isi dari pesan dakwahnya.
c. Aspek Konatif/Psikomotorik
Tabel 11. Aspek Konatif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Ustadz M. Arifin Ilham
NO Pertanyaan SS S CS TS STS Skor Rangking
1
Saya lebih giat melakukan tindakan-tindakan positif setelah melihat dakwah ustadz M. Arifin Ilham.
6 45 37 5 - 331 3
2
Saya lebih peduli kepada sesama setelah melihat dakwah ustadz M. Arifin Ilham.
13 45 30 5 - 345 1
3
Saya lebih khusu’ dalam menjalankan ibadah setelah melihat dakwah ustadz M. Arifin Ilham.
7 30 53 3 - 320 4
4
Tutur bahasa saya lebih sopan setelah melihat dakwah ustadz M. Arifin Ilham.
9 46 30 8 - 335 2
JUMLAH 1311 MEAN 332,7
76
Berdasarkan rangking tabel di atas maka berturut-turut diperoleh data
bahwa mahasiswa lebih peduli terhadap sesama setelah melihat dakwah
ustadz M. Arifin Ilham, kemudian tutur bahasa mahasiswa lebih sopan,
mahasiswa juga lebih giat melakukan tindakan-tindakan positif, dengan
begitu mahasiswa lebih khusu’ menjalankan ibadah setelah melihat dakwah
ustadz M. Arifin Ilham.
Hasil dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan konatif, maka
penulismembandingkan ketiga data tersebut sebagai berikut:
Tabel 12. Perbandingan Respon Mahasiswa NO Respon mahasiswa dari aspek Jumlah Skor Mean Rangking 1 Kognitif 1399 349,7 2 2 Afektif 1750 350 1 3 Konatif/Psikomotorik 1311 332,7 3
Jumlah 4460
Dari tabel di atas terlihat bahwa aspek afektif merupakan nilai tertinggi
dalam jumlah skor yaitu 1750 dengan nilai mean sebesar 350. Setelah itu
mahasiswa sudah mampu mengetahui tentang ustadz M. Arifin Ilham, serta
mahasiswa sudah mengalami peningkatan terhadap sikap keberagaman setelah
melihat dakwah ustadz M. Arifin Ilham.
d. Aspek Metode Dakwah
Tabel 13. Aspek Metode Dakwah Ustadz M. Arifin Ilham
NO Pertanyaan SS S CS TS STS Skor Rangking
1
Dalam berdakwah, ustadz M. Arifin Ilham selalu mengajak berbuat baik dan memberikan contoh yang baik kepada jamaah (al-hikmah).
20 60 13 - - 379 1
77
2
Dalam berdakwah, ustadz M. Arifin Ilham memberikan nasehat-nasehat kepada jamaah/Mad’u (mau’izhatilhasanah).
17 56 20 - - 369 2
3
Dalam berdakwah ustadz Arifin Ilham berdiskusi/bertukar pikiran kepada jamaah/Mad’u (mujadalah).
15 60 15 3 - 366 3
4
Ustadz M. Arifin Ilham menggunakan metode ceramah saat berdakwah (bil al-lisan)
14 51 20 8 - 350 5
5
Dalam berdakwah Ustadz M. Arifin Ilham mengadakan sesi tanya jawab.
13 60 10 10 - 355 4
6
Saya tahu selain berdakwah melalui lisan (ucapan) ustadz M. Arifin Ilham juga berdakwah melalui tulisan (bil al-qalam).
5 51 30 7 - 333 6
JUMLAH 2152 MEAN 358,7
Berdasarkan rangking tabel di atas maka berturut-turut diperoleh data
bahwa ustadz M.Arifin Ilham berdakwah dengan al-hikmah (kebijaksanaan),
kemudian ustadz M. Arifin Ilham berdakwah dengan metode Mau’izhatil
Hasanah (memberikan nasehat-nasehat) yang dibarengi dengan metode
mujadalah (diskusi/bertukar pikiran). Ustadz M Arifin Ilham juga
meggunakan banyak metode diantaranya metode tanya jawab, metode bil al-
lisan (metode ceramah) dan yang terakhir yaitu ustadz M. Arifin Ilham
menggunakan metode bil al-qalam (melalui tulisan).
78
3. Ustadz Yusuf Mansur
a. Aspek Kognitif
Tabel 14. Aspek Kognitif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Ustadz Yusuf Mansur
NO Pertanyaan SS S CS TS STS Skor Rangking
1 Saya tahu ustadz Yusuf Mansyur berdakwah dengan gaya yang unik.
30 45 18 - - 384 1
2
Ustadz Yusuf Mansur menggunakan humor-humor jenaka disela-sela materi dakwahnya.
25 40 22 6 - 363 4
3
Saya mendapatkan pengetahuan setelah melihat dakwah ustadzYusuf Mansur yang tidak diketahui sebelumnya.
19 51 20 3 - 365 3
4
Dengan saya melihat dakwah ustadz Yusuf Mansur, saya Dapat membedakan mana yang dilarang dan tidak oleh agama Islam.
24 55 13 1 - 381 2
JUMLAH 1493 MEAN 373,2
Berdasarkan rangking tabel di atas berturut-turut diperoleh data
Mahasiswa tahu ustadz Yusuf Mansur berdakwah dengan gaya yang unik,
disamping itu mahasiswa juga dapat membedakan mana yang dilarang dan
tidak oleh agama setelah melihat dakwah ustadz Yusuf Mansur dan juga
mendapatkan pengetahuan baru setelah melihat dakwah ustadz. Rangking
terakhir yaitu mahasiswa tahu ustadz Yusuf Mansur selalu menyisipkan
humor di sela-sela materi dakwahnya agar tidak monoton.
79
b. Aspek Afektif
Tabel 15. Aspek Afektif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Ustadz Yusuf Mansur
NO Pertanyaan SS S CS TS STS Skor Rangking
1 Saya menyukai pakaian ustadz Yusuf Mansur yang dipakai ketika berdakwah.
23 65 5 - - 390 1
2 Saya menyukai kepribadian ustadz Yusuf Mansur yang akrab dengan siapa saja.
30 35 27 1 - 373 3
3 Saya simpati pada sosok ustadz Yusuf Mansur karena kesederhanaannya.
23 40 30 - - 365 4
4
Saya menyukai materi dakwah ustadz Yusuf Mansur dengan gaya humor, karena lebih mudah diterima oleh jamaah atau mad’u
28 45 20 - - 380 2
5
Saya merasakan perubahan pada diri saya setelah melihat dakwah ustadz Yusuf Mansur.
18 50 20 5 - 360 5
JUMLAH 1868 MEAN 373,6
Berdasarkan rangking tabel di atas berturut-turut diperoleh data bahwa
mahasiswa menyukai pakaian ustadz Yusuf Mansur ketika berdakwah,
kemudian mahasiswa menyukai materi dakwah yang disisipkan humor karena
lebih mudah dipahami (tidak monoton), selain itu mahasiswa menyukai
kepribadian ustadz yang akrab dengan siapa saja. Mahasiswa juga simpati
terhadap ustadz karena kesederhanaannya, dan yang terakhir yaitu mahasiswa
merasakan ada perubahan pada dirinya setelah melihat dakwah ustadz Yusuf
Mansur.
80
c. Aspek Konatif
Tabel 16. Aspek Konatif Mahasiswa Terhadap Metode Dakwah Ustadz Yusuf Mansyur
NO Pertanyaan SS S CS TS STS Skor Rangking
1
Saya lebih giat melakukan tindakan-tindakan positif setelah melihat dakwah ustadz Yusuf Mansur.
13 55 20 5 - 335 3
2 Saya lebih giat sedekah setelah melihat dakwah ustadz Yusuf Mansyur
20 38 30 5 - 352 2
3
Saya lebih peduli kepada sesama setelah melihat dakwah ustadz Yusuf Mansur.
10 43 27 13 - 329 5
4
Saya lebih khusu’ dalam menjalankan ibadah setelah melihat dakwah ustadz Yusuf Mansur.
11 42 30 10 - 333 4
5
Tutur bahasa saya lebih sopan setelah melihat dakwah ustadz Yusuf Mansur.
14 56 20 3 - 360 1
JUMLAH 1709 MEAN 341,8
Berdasarkan rangking tabel di atas berturut-turut diperoleh data bahwa
tutur bahasa mahasiswa lebih sopan setelah melihat dakwah ustadz Yusuf
Mansyur, kemudian mahasiswa lebih giat sedekah, mahasiswa lebih giat
melakukan kegiatan positif setelah melihat dakwahnya. Mahasiswa juga lebih
khusu’ menjalankan ibadah, dan yang terakhir yaitu mahasiswa lebih peduli
terhadap sesama setelah melihat dakwah ustadz Yusuf Mansur.
Hasil dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan konatif, maka penulis
membandingkan ketiga data tersebut sebagai berikut:
81
Tabel 17. Perbandingan Respon Mahasiswa NO Respon mahasiswa dari aspek Jumlah Skor Mean Rangking 1 Kognitif 1493 373,2 2 2 Afektif 1868 373,6 1 3 Konatif/Psikomotorik 1709 341,8 3
Jumlah 5070
Dari tabel di atas terlihat bahwa aspek afektif merupakan nilai tertinggi
dalam jumlah skor yaitu 1869 dengan nilai mean sebesar 373,6. Setelah itu
mahasiswa sudah mampu mengetahui tentang ustadz Yusuf Mansyur. Serta
mahasiswa sudah mengalami peningkatan terhadap sikap keberagaman
setelah melihat dakwah ustadz Yusuf Mansyur.
d. Aspek Metode Dakwah
Tabel 18. Aspek Metode Dakwah Ustadz Yusuf Mansur
NO Pertanyaan SS S CS TS STS Skor Rangking
1
Dalam berdakwah, ustadz Yusuf Mansur selalu mengajak berbuat baik dan memberikan contoh yang baik kepada jamaah (al-hikmah).
22 65 5 1 - 387 3
2
Dalam berdakwah, ustadz Yusuf Mansur memberikan nasehat- nasehat kepada jamaah/Mad’u (mau’izhatil hasanah).
30 50 13 - - 389 2
3
Dalam berdakwah Ustadz Yusuf Mansur berdiskusi atau bertukar pikiran kepada jamaah/Mad’u (mujadalah).
28 51 13 1 - 385 4
4
Ustadz Yusuf Mansyur menggunakan metode ceramah saat berdakwah (bil al-lisan).
14 58 21 - - 365 6
5 Dalam berdakwah 26 54 12 1 - 384 5
82
Ustadz Yusuf Mansur mengadakan sesi tanya jawab.
6
Saya tahu selain berdakwah melalui lisan (ucapan) ustadzYusuf Mansur juga berdakwah melalui tulisan (bil al-qalam)
40 43 5 5 - 397 1
JUMLAH 2307 MEAN 384,5
Berdasarkan rangking tabel di atas maka berturut-turut diperoleh data
bahwa mahasiswa tahu ustadz Yusuf Mansur berdakwah dengan bil al-qalam
(melalui tulisan), kemudian ustadz Yusuf Mansur berdakwah dengan metode
Mau’izhatilHasanah (memberikan nasehat-nasehat). Ustadz Yusuf Mansur
juga berdakwah dengan al-hikmah (kebijaksanaan), selain itu ustadz Yusuf
Mansur menggunakan metode mujadalah (diskusi/bertukar pikiran, metode
tanya jawab,dan yang terakhir ustadz Yusuf Mansur menggunakan metode bil
al-lisan(metode ceramah).
B. Analisis Chi-Square Dalam Mengetahui Hipotesis dan Keputusan Dari
Hasil Penelitian.
1. Perbandingan Respon Skala Kognitif, Afektif Dan Konatif Responden
Terhadap Skor Metode Dakwah Tiga Ustadz (Aa Gym, M. Arifin Ilham,
Dan Yusuf Mansur).
Pengujian penelitian ini, hipotesis yang digunakan adalah jika:
Ho, maka tidak ada hubungan antara skor metode dakwah ustadz dengan
respon mahasiswa. Ha, maka ada hubungan antara skor dengan respon
mahasiswa.
83
Pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan nilai Chi-Square
Hitung dan Chi-Square tabel, yaitu:
Jika Chi-Square hitung < Chi-Square tabel, maka Ho diterima.
Jika Chi-Square hitung > Chi Square tabel, maka Ho ditolak.
Dibawah ini merupakan tabel perbandingan antara respon skala kognitif,
afektif dan konatif berdasarkan skor metode dakwah ustadz.
Tabel 19. Perbandingan Antara Respon Skala Kognitif, Afektif Dan Konatif Berdasarkan Skor Ustadz
No Nama ustadz Kognitif Afektif Konatif Jumlah Rangking 1 Aa Gym 1411 1349 1188 3948 3 2 M. arifin Ilham 1399 1750 1311 4460 2 3 Yusuf Mansur 1493 1868 1709 5070 1 Total 4303 4967 4208 13478
Tabel di atas menggambarkan tabulasi silang antara tiga ustadz dengan
respon dalam skala kognitif, afektif, dan konatif. Berdasarkan hasil diatas
bahwa respon tertinggi yaitu respon afektif yang memiliki skor 4967 yang
artinya mahasiswa dapat merasakan pesan-pesan yang disyiarkan oleh ustadz-
ustadz tersebut yang bentuknya positif. Kemudian perbandingan diatas
menunjukkan bahwa ustadz yang memiliki skor tertinggi yaitu ustadz Yusuf
Mansur dengan skor 5070 artinya ustadz Yusuf Mansur dapat mempengaruhi
respon responden.
Dalam penelitian ini, penulis ingin menganalisa apakah metode dakwah
dari ke tiga ustad tersebut mempengaruhi respon mahasiswa. Berikut adalah
perhitungan Chi-Square.
84
Tabel 20. Analisis Chi Square Hitung Berdasarkan Skor Metode Dakwah
Media Group. 2006. Malik, Dedy Jamaluddin. Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif Dakwah Melalui
Televisi. Bandung: Pusdai Press. 2000. Ma’luf, Louis. Munjid Fil Logoh Wa A’lam. Bairut: Darul Fikr. 1986. Masturi, Ade dan Rubiyanah. Pengantar Ilmu Dakwah. Ciputat: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002.
Omar, M.Toha Yahya. Islam dan Dakwah. Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima. 2004. Pasaribu, Amudi. Pengantar Statistik. Jakarta: Galia Indonesia. 1998. Poerwadinata. Psikologi Komunikasi. Jakarta: UT. 1997. Rahmat, Jalaludin Islam Aktual. Bandung: Mizan 1992. Rahmat, Jalaluddin , Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1991. Sabri, Alisuf. Pengantar Psikologi dan Perkembangan. Jakarata: Pedoman Ilmu
Jaya. 1993. Shihab, Quraish. Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan. 2001. Subandi, Ahmad. Psikologi Sosial. Jakarta: Bulan Bintang. 1982. Subhan, Arief dan Nasuhi, Hamid . Pedoman akademik UIN Syarif Hidayatullah
2008-2009. Jakarta: 2008. Sugiyono. Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV ALVABETA. 2007. Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas. 1983. Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama. 1997. Turner, Lynn H. Dan West Richard. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis Dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika. 2010. Walgito, Bimo. Psikologi Belajar. Jakarta: Raineka Cipta. 1997. West, Richard dan Turner, H. Lynn. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis Dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika. 2010. Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Internet