Respon kompensasi kardiovaskular pada anak dengan keadaan
penurunan ventrikular preload, melemahkan kontraksi miokard, dan
perubahan dalam pembuluh darah berbeda dari yang terjadi pada
dewasa. pada pasien anak, CO lebih tergantung pada heart rate
daripada stroke volume oleh karena kekurangan massa otot ventrikel.
Takikardi adalah yang terpenting pada anak untuk mempertahankan CO
yang adekuat pada kondisi penurunan ventricular preload, kelemahan
kontraksi miokard, atau kelainan jantung congenital yang
digolongkan oleh anatomi left-to-right shunt. Stroke volume
tergantung oleh pengisian ventrikel (preload), ejeksi ventrikel
(afterload), dan fungsi pompa intrinsik (myocardial contractility).
Tambahan pada CO, pengatur utama dari tekanan darah adalah SVR.
Anak memaksimalkan SVR untuk mempertahankan tekanan darah yang
normal, pada keadaan penurunan CO yang signifikan. Peningkatan SVR
oleh karena vasokontriksi perifer yang dipengaruhi system saraf
simpatis dan angiotensin. Hasilnya, aliran darah diredistributsi
dari pembuluh nonessential seperti kulit, otot skelet, ginjal dan
organ splanknik ke otak, jantung, paru-paru dan kelenjar adrenal.
Sesuai pengaturan dari pembuluh darah, endogen atau eksogen melalui
zat-zat vasoaktif, dapat menormalkan tekanan darah tanpa tergantung
dari CO. Karena itu, pada pasien anak, tekanan darah merupakan
indicator yang jelek dari hemostatis kardiovaskular. Evaluasi heart
rate dan perfusi end-organ, termasuk capillary refill, kualitas
dari denyut perifer, kesadaran, urine output, dan status asam-basa,
lebih bernilai daripada tekanan darah dalam menentukan status
sirkulasi anak.Pada dasarnya, syok merupakan suatu keadaan dimana
tidak adekuatnya suplai oksigen dan substrat untuk memenuhi
kebutuhan metabolic jaringan. Akibat dari kekurangan oksigan dan
substrat-substrat penting, maka sel-sel ini tidak dapat
mempertahankan produksi O2 aerobik secara efisien. Pada keadaan
normal, metabolisme aerobik menghasilkan 6 molekul adenosine
trifosfat (ATP) tiap 1 molekul glukosa. Pada keadaan syok,
pengiriman O2 terganggu, sehingga sel hanya dapat menghasilkan 2
molekul ATP tiap 1 molekul glukosa, sehingga terjadi penumpukan dan
produksi asam laktat. Pada akhirnya metabolisme seluler tidak lagi
bisa menghasilkan energi yang cukup bagi komponen hemostasis
seluluer, sehingga terjadi kerusakan pompa ion membran dan terjadi
penumpukan natrium intraseluler, pengeluaran kalium dan penumpukan
kalsium sitosol. Sel membengkak, membran sel rusak, dan akhirnya
terjadi kematian sel. Kematian sel yang luas menyebabkan gagal
multi sistem organ dan apabila ireversibel, dapat terjadi
kematian.Kerusakan metabolik ini dapat disebabkan karena defisiensi
absolut dari transpor oksigen (syok hipoksik) atau disebabkan
karena defisiensi transport substrat, biasanya glukosa (syok
iskemik). Yang paling sering terjadi adalah kombinasi dari kedua
hal diatas yaitu hipoksik dan iskemik. Atas dasar hal tersebut
diatas, maka sangatlah penting untuk memberikan oksigen pada
keadaan syok.Pengiriman oksigen (Oxygen Delivery = DO2) adalah
jumlah oksigen yang dibawa ke jaringan tubuh permenit. DO2
tergantung pada jumlah darah yang dipompa oleh jantung permenit
(Cardiac Output = CO) dan kandungan O2 arteri (CaO2), sehingga
didapatkan persamaan sebagai berikut: DO2 = CO (L/menit) x CaCO2
(ml/mL/cc) CaCO2 tergantung pada banyaknya O2 yang terkandung di Hb
(Saturasi O2 = SaO2), sehingga didapatkan persamaan: CaO2 = Hb
(g/100ml) x SaO2 x 1,34 ml O2/gKeadaan syok dapat terlihat secara
klinis apabila terdapat gangguan pada CaCO2, baik karena hipoksia,
yang dapat menyebabkan penurunan SaO2 maupun karena anemia yang
menyebabkan penurunan kadar Hb sehingga menurunkan kapasitas total
pengiriman O2. Cardiac output tergantung pada 2 keadaan, yaitu
jumlah darah yang dipompa tiap denyut jantung (Stroke Volume = SV)
dan laju jantung (Heart Rate = HR). Stroke volume dipengaruhi oleh
volume pengisian ventrikel akhir diastolik (ventricular preload),
kontaktilitas otot jantung dan afterload. Tiap variabel yang
mempengaruhi cardiac output diatas, pada keadaan syok, dapat
mengalami gangguan atau kerusakan.
2.2.3 Stadium Secara klinis, syok terbagi ke dalam 3 fase, yaitu
:Gejala KlinisKompensasiDekompensasiIrreversibel
Kehilangan Darah %25%25-40%>40%
Frekuensi JantungTakikardia +Takikardia
++Takikardia/Bradikardi
Volume NadiNormal/MenurunMenurun +Menurun ++
Pengisian KapilerNormal/MeningkatMeningkat +Meningkat --
KulitDingin, pucatDingin, mottledPucat mati
RRTakipnue +Takipnue ++Sighing respiration
Tingkat Kesadaran Agitasi ringanBerkooperasiBereaksi hanya pada
rasa sakit atau tidak responsive
2.2.4 Klasifikasi dan
EtiologiTipeSyokSeptikKardiogenikDistributif
Hipovolemik
Obstruktif
Karakteristik
Infeksiorganisme melepaskan toksinyang mempengaruhidistribusi
darah,cardiac outputdan lainnya
Kegagalanjantung dalammemompadarah
untukmemenuhikebutuhantubuh
1.Kelainansaraf:Mengganggukeseimbangan
cairansehinggamemudahkanterjadinyaasidosis2.Overdosisdosis
obatyangmengganggudistribusicairanMenurunnya
jumlahcairanmenurunkanCO;asidosismetabolicmembuatvolumeintravaskulerberkurangdan
perfusike jaringanmenurun;gangguankeseimbanganelektrolitCO rendah;
sianosis; tekanannadi rendah
EtiologiBakteriVirusjamurKardiomio-patiKongenitalHeart
diseaseIschemicinsultAnafilaksisToxinReaksiAlergiEnteritisPerdarahanLuka
bakarDiabetesinsipidusDefisiensiAdrenalTensionpneumotoraxPericardialtamponade
2.2.5 Tanda dan Gejala 1. Sistem Kardiovaskulera. Gangguan
sirkulasi perifer mengakibatkan pucat, ekstremitas dingin.
Kurangnya pengisian vena perifer lebih bermakna dibandingkan
penurunan tekanan darah. Nadi cepat dan halus.b. Tekanan darah
rendah. Hal ini kurang bisa menjadi pegangan, karena adanya
mekanisme kompensasi sampai terjadi kehilangan 1/3 dari volume
sirkulasi darah.c. Vena perifer kolaps. Vena leher merupakan
penilaian yang paling baik.d. CVP rendah.2. Sistem Respirasia.
Pernapasan cepat dan dangkal.3. Sistem saraf pusata. Perubahan
mental pasien syok sangat bervariasi. Bila tekanan darah rendah
sampai menyebabkan hipoksia otak, pasien menjadi gelisah sampai
tidak sadar. Obat sedatif dan analgetika jangan diberikan sampai
yakin bahwa gelisahnya pasien memang karena kesakitan.4. Sistem
Saluran Cernaa. Bisa trjadi mual dan muntah.5. Sistem Saluran
kemiha. Produksi urin berkurang. Normal rata-rata produksi urin
pasien dewasa adalah 60 ml/jam (0,5-1 ml/kg/jam). Pada anak
1-2ml/kg/jam.
2.3 Syok HipovolemikIni adalah syok yang paling umum ditemui,
terjadi karena kekurungan volume sirkulasi yang disebabkan karena
kehilangan darah dan juga cairan tubuh. Kehilangan darah dibagi
menjadi dua yaitu perdarahan yang tampak dan tidak tampak.
Perdarahan yang tampak misal perdarahan dari luka dan hematemesis,
sedangkan perdarahan yang tak tampak misal perdarahan pada saluran
cerna seperti perdarahan tukak duodenum, cedera limpa, patah
tulang. Kehilangan cairan terjadi pada luka bakar yang luas dimana
terjadi kehilangan cairan pada permukaan kulit yang hangus atau
terkumpul didalam kulit yang melepuh. Muntah hebat dan diare juga
mengakibatkan kehilangan banyak cairan intrvaskuler. Obstruksi
ileus juga bisa menyebabkan banyak kehingan cairan, juga pada
sepsis berat dan peritonitis bisa menyebabkan kehingan cairan.
2.3.1 Tanda dan Gejala1. Anxietas, lemas, gangguan mental karena
menurunya perfusi k eotak2. HIpotensi karena menurunya volume
sirkulasi3. Nadi cepat, lemah karena penurunan aliran darah4. Kulit
dingin dan lembab karena vasokontriksi dan stimulasi kelenjar
keringat5. Oligouria karena vasokonstriksi arteri renalis6.
Pernafasan cepat dan dalam karena stimulasi saraf simpatis dan
asidosis7. Hipotermi karena menurunya perfusi dan penguapan
keringat8. Haus dan mulut kering karena kekurangan cairan9. Lemah
dan lelah karena inadekuat oksigenasi
2.3.2 Jenis cairan yang hilang1. Darah2. Plasma3. Cairan
ekstrasel
2.3.3 Penyebab1. perdarahahn2. luka bakar3. cedera yang luas4.
dehidrasi5. kehilangan cairan pada muntah, diare, ileus2.3.4
PatofisiologiSyok hipovolemik yaitu syok yang terjadi karena
kekurangan sirkulasi didalam pembuluh darah oleh berbagai sebab,
berkurangnya sirkulasi ini mengakibatkan darah yang kembali ke
jantung melalui vena akan berkurang. Akibatnya darah yang masuk ke
atrium kanan juga menurun, sebagai kompensasi atas hal ini
frekuansi jantung akan meningkat untuk menyesuaikan agar perfusi
sistemik dapat dipenuhi. Gejalanya akan tampak tekanan darah
sistolik menurun dan denyut nadi yang cepat. Menurunya perfusi
sistemik mengakibatkan organ mengalami iskemia, sehingga akan
merubah siklus metabolic dari aerobic menjadi anaerobic dimana
siklus ini menghasilkan residu asam laktat, asam amino dan asam
fosfat di jaringan. Hal ini menimbulkan asidosis metabolic yang
menyebabkan pecahnya membrane lisosom sehingga menimbulkan kematian
sel. Hipoksia dan asidosis metabolic juga menyebabkan
vasokonstriksi arteri dan vena pulmonalis, hal ini menimbulkan
peninggiian tahanan pulmonal yang mengganggu perfusi dan
pengembangan paru. Akibatnya dapat terjadi kolaps paru, kongesti
pembuluh darah paru, edema interstisial dan alveolar. Maka pada
penderita dengan syok hipovolemik terlihat gangguan pernafasan.
Iskemia pada otak akan menimbulkan edema otak dengan segala
akibatnya. Pada ginjal, iskemia ini akan menyebabkan gagal ginjal.
Sebagai mekanisme kompensasi terhadap hipovolemia, cairan
interstisial akan masuk kedalam pembuluh darah sehingga hematokrit
menurun. Karena cairan interstisial jumlahnya berkurang akibat
masuknya cairan tersebut kedalam ruang intraseluler, maka
penambahan cairan sangat mutlak diperlukan untuk memperbaiki
gangguan metabolik dan hemodinamik ini. Pada syok juga terjadi
peninggian sekresi kortisol 5-10 kali lipat. Kortisol mempunyai
efek inotrofik positif pada jantung dan memperbaiki metabolism
karbohidrat, lemak dan protein. Sekresi renin dari sel-sel juksta
glomerulus ginjal meningkat sehingga pelepasan angiotensin I dan II
juga meningkat. Angiotensin II ialah vasokonstriktor yang kuat dan
merangsang pelepasan kalium oleh ginjal. Meningginya sekresi
norepinefrin akan mengakibatkan vasokonstriksi, selain itu juga
mempunyai sedikit efek inotropik positif pada miokardium. Efineprin
disekresikan hampir tiga kali lipat daripada norepinefrin, terutama
menyebabkan peninggian isi sekuncup dan denyut jantung. Kerja kedua
katekolamin ini dipotensiasi oleh aldosteron. Peninggian sekresi
hormone antidiuretik (ADH) dari hipofisis posterior mengakibatkan
resorpsi air ditubulus distal meningkat.
2.4 Syok DistributifSyok distributif adalah syok yang terjadi
karena kekurangan volume darah yang bersifat relative, dalam artian
jumlah darah didalam pembuluh darah cukup namun terjadi dilatasi
pembuluh darah sehingga seolah-olah volume darah didalam pembuluh
darah berkurang. Syok distributive ada 3 bentuk:1. Syok septik:
disebabkan karena infeksi yang menyebabkan vasodilatasi pembuluh
darah. Contoh infeksi karena bakteri gram negative seperti
Escherichiacoli.Tanda dan gejala shock septic:Gejala sama dengan
syok hipovolemik, namun untuk tahap syok septik diawali dengan:a.
demam atau suhu yang rendah, disebabkan oleh infeksi bakterib.
vasodilatasi dan peningkatan cardiac output
2. Syok anafilaktik: disebabkan karena reaksi anfilaktik
terhadap allergen, antigen, obat, benda asing yang menyebabkan
pelepasan histamine yang menyebabkan vasodilatasi. Juga memudahkan
terjadinya hipotensi dan peningkatan permeabilitas kapiler.Tanda
dan gejala syok anafilaktik :a. erupsi kulit danb. edema local
terutama pada mukac. nadi cepat dan lemahd. batu dan sesak nafas
karena penyumbatan jalan nafas dan radang tenggorok
3. Syok neurogenik : ini adalah shock yang jarang terjadi.
Disebabkan oleh trauma pada medulla spinalis, terjadi kehilangan
mendadak pada reflek otonom dan motorik dibawah lesi. Tanpa adanya
stimulasi simpatis, dinding pembuluh darah vasodilatasi yang tak
terkontrol, hasilnya penurunan resistensi pembuluh darah perifer
sehingga menyebabkan vasodilatasi dan hypotensi. Tanda dan gejala
syok neurogenik sama dengan syok hipovolemik.
2.5 Syok ObstruktifTerdapat penyumbatan yang menyebabkan aliran
darah terganggu, pada beberapa kondisi hal ini bisa menyebabkan
timbulnya syok.Contoh syok obstruktif1. Cardiac tamponade :
biasanya terjadi karena pericarditis yang menyebabkan penimbunan
cairan didalam rongga pericardium, cairan yang banyak menekan
jantung sehingga venus return menurun. Hal ini menyebabkan jantung
tak mampu mensuplai darah sesuai kebutuhan tubuh. Akibatnya tubuh
bisa kekurangan oksigen, terutama pada organ sehingga bisa
menimbulkan shock2. Tension pneumotorax : peningkatan tekanan
intratorak sehingga venous return terhambat, cardic output pun
berkurang syok3. Emboli massive paru : mengurangi aliran darah dari
paru ke jantung, cardiac output menurun syok4. stenosis aorta :
sebabkan aliran darah keluar dari ventrikel terhambat perfusi
berkurang syok5. Tanda dan gejala sama dengan shock hypovolemic
tapi ditambah dengan6. peningkatan JVP7. pulsus paradoksus karena
tamponade jantung
2.6 Syok KardiogenikSyok tipe ini adalah syok yang terjadi
karena kagagalan efektivitas fungsi pompa jantung. Hal ini
disebabkan karena kerusakan otot jantung, paling sering yaitu
infark pada myocard. Syok kardiogenik juga bisa disebabkan aritmia.
Syok ini jarang terjadi pada anak-anak. Tanda dan gejala syok
kardiogenik sama dengan syok hipovolemik ditambah dengan:1.
Takikardi dengan nadi yang sangat lemah2. Hepatomegali3. Gallop4.
Murmur5. Rasa berat di precordial6. Kardiomegali7. Hipertrofi
jantung8. Distensi V. Jugularis, dan peningkatan JVP9. ECG
abnormal
2.7 Evaluasi Klinik Untuk mengkategorikan dan menentukan
penatalaksanaan yang tepat, pertama-tama harus ditentukan tekanan
darah sentral. Tujuan pengukuran tekanan darah adalah untuk
mengetahui perfusi organ-organ penting (otak dan jantung).
Kebutuhan tekanan darah minimum dapat ditentukan dengan mengetahui
persentil kelima dari tekanan darah sistolik pada anak sehat dan
perfusi baik. American Heart Association dengan PALS (Pediatric
Advance Life Support) menentukan persentil kelima dari tekanan
darah anak-anak adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Tekanan darah sistolik pada anak (persentil
kelima)UmurPersentil kelima tekanan darah sistolik
Neonatus60 mmHg
Bayi (1 bulan-1 tahun)70 mmHg
Anak-anak (>1 tahun)70+2x(umur dalam tahun)
Anak dengan perfusi yang buruk dan tekanan darahnya di bawah
parameter seperti tabel 1, dapat dikatakan menderita syok yang
tidak terkompensasi. Keadaan ini apabila tidak cepat ditangani maka
akan mengarah kepada kerusakan organ dan terjadi syok ireversibel
bahkan kematian. Pada anak-anak dengan tekanan darah sistoliknya
masih adekuat, namun keadaan klinisnya syok, maka ini disebut
sebagai syok yang terkompensasi. Sehingga, apabila perfusi pada
organ-organ vital seperti jantung dan otak masih adekuat, namun
organ vital lainnya mengalami hipoperfusi dan rentan akan
kerusakan, apabila tidak segera diberikan terapi maka keadaan ini
akan berlanjut menjadi syok yang tidak terkompensasi. Maka dalam
menegakkan diagnosis diperlukan banyak indikator untuk menentukan
keadaan syok, antara lain :1. Denyut jantungCardiac output dapat
dipengaruhi oleh stroke volume dan heart rate, sehingga apabila
terjadi penurunan stroke volume maka tubuh akan berusaha
mempertahankan cardiac output dengan cara meningkatkan heart rate.
Namun, ada keadaan-keadaan tertentu dimana heart rate tidak daat
meningkat, yaitu pada blokade farmakologik dan kerusakan
neurologik.Pasien pada tahap awal syok akan mengalami takikardi.
Namun tanda ini tidak signifikan pada anak-anak, karena anak-anak
dapat mengalami takikardi pada keadaan lain, seperti demam, nyeri
dan agitasi. Namun demikian, diluar pengecualian keadaan-keadaan
tersebut, takikardi biasa muncul pada tahap awal dan merupakan
temuan yang penting pada syok yang terkompensasi maupun yang tidak
terkompensasi.2. Perfusi kulitKulit dapat dianggap sebagi bagian
yang non vital. Pasien yang memiliki kemampuan untuk mengkompensasi
penurunan DO2 dengan menarik darah dari organ yang non vital
(selain otak dan jantung), menunjukkan tanda-tanda penurunan
perfusi kulit. Hal ini dikenali dengan adanya tanda-tanda denyut
nadi distal yang menghilang, kulit akan teraba dingin dan pengisian
ulang kapiler memanjang (>5 detik), yang pada keadaan normal
biasanya dapat terisi dalam 2-3 detik. Cara pengukuran pengisian
ulang kapiler ini yaitu dengan menekan ujung jari(kuku) hingga
pucat (kurang lebih selama 5 detik), kemudian dilepas dan dihitung
waktunya pada saat ujung jari(kuku) menjadi merah kembali. Pada
pasien dengan fase awal syok distributif (anafilaksis, sepsis) akan
terjadi vasodilatasi, sehingga kulit akan teraba hangat, denyut
nadi akan teraba kuat dan terdapat pengisian ulang kapiler yang
cepat (1-2 detik). Pada keadaan ini, perfusi kulit tidak dapat
dipercaya untuk menegakkan diagnosis, sehingga harus dicari
gangguan metabolik lain seperti lactoacidosis, hal ini dapat
mendukung bahwa telah terjadi gangguan DO2.3. Fungsi sistem organ
lainPada ginjal dengan perfusi normal, dapat mengeluarkan 1-2 ml
urin/kgBB/jam atau lebih. Kerusakan ginjal dapat disebabkan karena
kerusakan awal pada keadaan iskemik-hipoksik, sehingga terjadi
acute tubular necrosis (ATN). Sehingga dapat dikatakan bahwa output
urin tidak spesifik untuk menentukan kelayakan perfusi dan volume
intravaskuler.4. Status asam basaAdanya asidosis metabolik atau
penurunan serum bikarbonat dapat membatu untuk mendiagnosa syok.
Asidosis metabolik dapat timbul karena hilangnya serum bikarbonat
seperti pada diare, yang dapat terjadi bersamaan dengan syok dan
dehidrasi. Dengan dilakukannya pengukuran level serum laktat, maka
dapat diketahui kehilangan bikarbonat akibat asidosis laktat karena
syok
2.8 MonitoringMonitoring yang dilakukan pada syok meliputi
monitoring hemodinamik respirasi dan metabolik. Yang harus di
ketahui pada syok:1. PaO2 -> diperlukan monitoring terutama pada
PaO2 karena oksigenasi jaringan2. Asam Laktat -> asam laktat
meniggi pada sepsis hiperdinamik dan kelainan enzim piruvat
dehidrogenase. Asam laktat ini meninggi 12 jam setelah terjadinya
syok dan juga indikasi terjadinya MOSF3. Indeks transport O2 ->
dapat di catat dengan mengetahui kardiak indeks DO2 dan VO2 yang
harus di pertahankan di atas 2,1 l/mnt/m tubuh4. Tekanan Vena
sentral (CVP) -> penting untuk mengevakuasi syok sedini
mungkin.peninggian CVP dapat terjadi karena peninggian volume
intravaskuler, peninggian vasomotor, peninggian tekanan torakis dan
peninggian compliance dari ventrikel kanan5. Tekanan darah ->
evaluasi tekanan darah lebih bermakna dari pada hanya sekali
mengukur tekanan darah6. Produksi urin ->produksi urin normal
pada org dewasa 0,5 cc/kg/jam , pada anak 1-2 cc/kg/jam7. Pulse
oksimeter -> Oksigenasi jaringan di tentukan oleh perfusi ,
kadar Hb dan saturasi oksigen yang dapat di monitor dengan pulse
oksimeter, digunakan secara rutin untuk menilai syok.Monitoring
yang dilakukan :1. Non Invasif : yakni memonitor tanda tanda vital,
tekanan darah, nadi , PaO2, jumlah urin, ECG, intake serta
output.2. Invasif : monitoring meliputi kateterisasi arteri,CVP,
dan kateter pulmonalis.3. Metabolik : asam laktat
2.9 Tatalaksana SyokPengenalan awal akan syok membutuhkan
pemahaman tentang kebiasaan anak yang normal dan keadaan anak yang
memang menderita shock. Pucat ringan, ekstremintas dingin,
mengantuk ringan atau acuh terhadap sekitar, takikardia yang
taksesuai dan factor lain seperti cemas, demam dan hal lain yang
penting sering terabaikan. Oliguria adalah tanda yang penting, anak
dengan trauma berat atau sepsis membutuhkan pemasangan kateter
untuk menghitung secara cermat cairan yang keluar dan
kebutuhancairan secara akurat. Nilai normal nadi dan tekanan darah
berbeda untuk tiap umur, terkadang nilai normal sering tak sesuai
dengan panduan ketika anak mengalami distress.Pada tahap awal, syok
memerlukan penanganan yang segera untuk mempertahankan hidup,
bagaimanapun penanganan shock tergantung seberapa cepat untuk bisa
mendapat pertolongan di rumah sakit.Pertolongan awal syok:1. Segera
beri pertolongan, jika pasien masih sadar tempatkan dengan nyaman2.
Jika pasien sendiri, cari pertolongan, atau meminta seseorang
mencari pertolongan dan seseorang menjaga pasien3. Pastikan jalan
nafas dan pernafasan baik.4. Lindungi pasien dengan jaket tapi
jangan terlalu rapat agar tidak terjadi vasodilatasi5. Jangan beri
minum6. Siapkan untuk cardiopulmonary resuscitation7. Berikan
banyak informasi ketika ambulan datang
Tatalaksana syok dimulai dengan tindakan umum untuk memulihkan
perfusi jaringan dan oksigenasi sel. Tindakan ini tidak tergantung
pada penyebab syok. Diagnosa harus segera dibuat sehingga dapat
diberikan pertolongan sesuai dengan kausa. Tujuan utama adalah
mengembalikan perfusi dan oksigenasi terutama di otak, jantung dan
ginjal. Tanpa memandang etiologi syok, oksigenasi dan perfusi
jaringan dapat diperbaiki dengan memperhatikan 4 variabel ini:1.
Ventilasi dan oksigenasi ( Airway dan Breathing )a. Memperbaiki
jalan napas, ventilasi buatan dan oksigen 100%b. Akses vena dan
pemberian cairan diberikan bersamaan dengan oksigen 100%.2. Curah
jantung dan volume darah di sirkulasi ( Cirkulasi ). Resusitasi
cairan dan pemberian obat vasoaktif merupakan metode utama untuk
meningkatankan curah jantung dan mengembalikan. Perfusi organ
vital.a. Resusitasi cairan:1) Pada syok hipovolemik apapun
penyebabnya, resusitasi cairan dimulai dengan cairan kristaloid (Rl
atau garam fisiologis) sebanyak 20 ml/kg secepatnya. Bila tidak
terlihat perbaikan (frekuensi jantung masih tinggi, perfusiperifer
jelek, kesadaran belum membaik) dan dicurigai masih terjadi
hipovolemia diberikan lagi cairan yang sama sebanyak 20 ml/kg dan
pasien dievaluasi kembali. Syok kardiogenik dan obstruksi harus
dipertimbangkan apabila tidak ada perbaikan setelah resusitasi
cairan. Sebagian besar pasien dengan syok hipovolemik akan
menunjukkan perbaikan terhadap pemberian cairan 40 ml/kg.2) Pada
syok septik, resusitasi cairan berguna untuk mengembalikan volume
intravaskular. Jenis cairan masih konroversial, cairan kristaloid
dapat menyebabkan edema paru akibat penurunan tekanan onkotik
intravaskular dan memperberat kebocoran kapiler. Sedangkan cairan
koloid, walaupun dapat mempertahankan tekanan onkotik pada akhirnya
dapat merembes ke ruang interstisial akibat hilangnya integritas
vaskular. Resusitasi pada syok septik memerlukan kombinasi cairan
kristaloid dan koloid untuk mengembalikan perfusi yang adekuat.3)
Pada syok distributif, pemberian cairan kristaloid yang cepat telah
terbukti menyelamatkan jiwa pasien.4) Pada syok endokrin gangguan
yang terjadi diperbaiki. Hipotiroid membutuhkan levothyroxine, pada
hyperthyroid produksi hormon thyroid dihambat oleh sitostatika
seperti methimazole (tapazole) atau PTU (propylthiouracil).
Insufisiensi adrenal diobati dengan suplemen kortikosteroid.b. Obat
vasoaktifAda beberapa obat yang dapat digunakan sebagai penunjang
dalam penanganan syok bila resusitasi cairan belum cukup untuk
menstabilkan system kardiovaskular. Obat inotropik meningkatan
kontraktilitas miokard dan obat kronotropik meningkatkan frekuensi
jantung. Obat vasoaktif yang paling banyak digunakan adalah
golongan amin simpatomimetik yaitu golongan katekolamin, epinefrin,
norepinefrin, dopamine endogen, dobutamin, dan isoproternol
sintetis. Obat ini bekerja merangsang adenilsiklase yang
menyebabkan terjadinya sintetis AMP siklik, aktifasi kinase
protein, fosforilasi protein intrasel, dan peningkatan kalsium
intrasel. Obat tersebut bekerja memperbaiki tekanan darah dengan
konsekuensi peningkatan resistensi vaskuler dan penurunan aliran
darah. Obat vasoaktif ini diberikan bila pemberian cairan
danoksigenasi alveolar telah maksimal.Beberapa obat vasoaktif yang
dapat diberikan berikut dosisnya dapat dilihat dalam tabel dibawah
ini.Dosis dan efek klinis beberapa obat vasoaktifObatDosis
Efek klinis
Dobutamin
2-20 g/kg/menitMemperbaiki konraktilitas miokardBerguna pada
gagal jantung dengan syok
Dopamine2-20 g/kg/menitDosis rendah (4-5 g/kg/menit):
memperbaiki aliran darah ginjalDosis tinggi: efek Memperbaiki
kontraktilitas miokard bila dosis ditingkatkan
Efinefrin0,05-1 g/kg/menit
Dosis rendah: efek Dosis tinggi: efek Berguna bila dikombinasi
dengan dopamine dosis rendah
Norefinefrin0,05-1 g/kg/menit
Efek sangat kuatHipotensi refrakter
Amrinon0,75-4 mg/kg/kali5-20 g/kg/menitKombinasi dengan
katekolaminMemperbaiki fungsi miokard
Milrinon50-75 g/kg/kali0,5-1 g/kg/kaliKombinasi dengan
katekolaminMemperbaiki fungsi miokard
Kapasitas angkut oksigen1. Sebagian besar anak dengan syok tidak
memerlukan transfusi darah, tetapi kapasitas angkut oksigen diruang
intravaskular harus cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen
jaringan.2. Transfusi darah dipertimbangkan apabila tidak ada
perbaikan setelah pemberian cairan isotonik sebanyak 60mL/kg3.
Transfusi darah harus diberikan berdasarkan penilaian klinis an
tidak berdasarkan kadar hemoglobin4. Pada anak dengan anemia kronis
(anemia defisiensi) darah harus diberikan dengan hati-hati.
Pemberian tidak boleh melebihi 5-10mL/kg dalam 4 jam untuk mencegah
gagal jantung kongestif, kecuali bila proses kehilangan darah masih
berlangsung.
Kelainan yang mendasari1. Pasien dengan syok septik memerlukan
antibiotik segera2. Pasien dengan syok hipovolemik dievaluasi
terhadap kehilangan cairan melalui saluran cerna atau perdarahan.3.
Syok kardiogenik mungkin memerlukan terapi farmakologis untuk
menurunkan afterload atau intervensi bedah untuk mengatasi
obstruksi4. Syok anafilaktik memerlukan epinefrin, eliminasi
penyebab dan antihistamin.
2.10 Terapi cairanDalam tubuh , faal sel tergantung pada
keseimbangan cairan dan elektrolit. Jumlah air dalam tubuh harus di
pertahankan dalam batas batas tertentu untuk berlangsungnya
metabolisme tubuh dengan baik. Tubuh manusia terdiri atas :1. Lean
body mass (tubuh tanpa lemak), yaitu air (73%), tulang, jaringan
bukan lemak.2. Jaringan lemak
Cairan tubuh (60%) terdiri atas:1. Cairan intraseluler 40%2.
Cairan ekstra seluler 20% :a. cairan interstisial 15%b. plasma
darah 5%
Air masuk ke dalam tubuh terutama melalui penyerapan dari
saluran pencernaan. air meninggalkan tubuh terutama sebagai air
kemih yang dikeluarkan dari ginjal. ginjal bisa mengeluarkan sampai
beberapa liter air kemih dalam sehari atau dapat menahannya dengan
membuang kurang dari 0,5 l air kemih dalam sehari. Sekitar 1 liter
air juga dibuang setiap harinya melalui penguapan dari kulit dan
paru-paru. keringat yang berlebihan (misalnya karena latihan berat
atau cuaca panas), bisa meningkatkan jumlah air yang hilang melalui
penguapan.Dalam keadaan normal, sedikit air dibuang melalui saluran
pencernaan. Pada muntah yang berkepanjangan atau diare yang berat,
sebanyak 3,84 l air bisa hilang melalui saluran pencernaan. Bila
asupan cairan sesuai dengan cairan yang hilang, cairan tubuh akan
tetap seimbang. Untuk menjaga keseimbangan cairan, orang sehat
dengan fungsi ginjal yang normal dan tidak berkeringat berlebihan,
harus minum sedikitnya 1 l cairan/hari. Untuk mencegah dehidrasi
dan pembentukan batu ginjal, dianjurkan untuk minum cairan sebanyak
1,5-2 l/hari. Bila otak dan ginjal berfungsi dengan baik, tubuh
dapat mengatasi perubahan yang ekstrim dalam asupan cairan.
Seseorang biasanya dapat minum cairan yang cukup untuk menggantikan
kehilangan air yang berlebihan dan mempertahankan volume darah dan
konsentrasi dari garam-garam mineral yang terlarut (elektrolit)
dalam darah. Jika seseorang tidak dapat minum air yang cukup untuk
menggantikan kehilangan air yang berlebihan (seperti yang terjadi
pada muntah berkelanjutan atau diare hebat), maka bisa mengalami
dehidrasi.Jumlah air dalam tubuh berkaitan erat dengan jumlah
elektrolit tubuh. konsentrasi natrium darah merupakan indikator
yang baik dari jumlah cairan dalam tubuh. Tubuh berusaha untuk
mempertahankan jumlah total cairan tubuh sehingga kadar natrium
darah tetap stabil. Jika kadar natrium terlalu tinggi, tubuh akan
menahan air untuk melarutkan kelebihan natrium, sehingga akan
timbul rasa haus dan lebih sedikit mengeluarkan air kemih.
Sedangkan jika kadar natrium terlalu rendah, ginjal mengeluarkan
lebih banyak air untuk mengembalikan kadar natrium kembali ke
normal.
2.11 Pemberian cairan2.11.1 Cairan KristaloidCairan kristaloid
yang di gunakan biasanya NaCl 0,9% dan ringer laktat. Cairan
kristaloid akan menyebar cepat ke ekstraseluler. Menurut Dillon
kehilangan 1cc darah harus di gantikan 3cc kristaloid. Akan tetapi
menaiknya permeabilitas kapiler pada syok juga dapat menyebabkan
cairan kristaloid keluar dari pembuluh darah. Pemberian cairan
kristaloid dalam jumlah besar ini mempunyai maksud :1. larutan
kristaloid dapat mengurangi gagal ginjal2. larutan kristaloid dapat
mengurangi menurunnya fungsi paru secara progresif secara cepat
dari intravaskuler dan interstitial volume dari kristaloid 2-4 kali
lebih tinggi dari koloid yang di butuhkan untuk mempertahankan
hemodinamik , namun CVP ( central venous pressure ) menjadi
berkurang dan cairan berkumpuldi interstitial sehinggamenghambat
oksigenasi jaringan, memperlambat penyembuhan luka, mengurangi
gerakan gastrointestinal dan daya obstruksi. Pada syok hipovolemik
cairan berkumpul, intra vascular, dan pemberian cairan kristaloid
dapat mengatasi deficit cairan, karena itu lebih banyak di gunakan
kristaloid daripada koloid karena di perlukan cairan terus
menerus.
CairanNa+
(mEq/L)K+(mEq/L)Cl-(mEq/L)Ca++(mEq/L)HCO3(mEq/L)Tekanan osmotik
(mOsm/L)
Ringer Laktat1304109328*273
Ringer Asetat1304109328:273
NaCl 0.9%154- 154--308
2.11.2 Cairan KoloidCairan koloid yang dapat di gunakan pada
syok adalah hemasel, gelofusin, dekstran 70, hespan, albumin 4,5%
dan albumin 20%. Penggunaan cairan koloid yang lebih besar di
butuhkan untuk mempertahankan volume plasma untuk meningkatkan
fungsi kardiovaskuler dan oksigen konsumsi, begitu pula dengan
cairan koloid dapat di kurangi pengumpulan cairan interstitial dan
cairan intravaskular.Apabila permeabilitas cairan bertambah zat ini
keluar dari intravascular dan menyebabkan meningginya tekanan
onkotik interstitialdan menyebabkan terjadinya udem. Di samping itu
koloid juga menghambat diuresis oleh karena itu masih menjadi
pertanyaan penggunaan cairan koloid karena bahayanya terutama bila
permeabilitas kapiler bertambah. Dalam keadaan kritis cairan koloid
harus di berikan sebanyak kristaloid , yang dapat merupakan cairan
:1. Albumin2. Dekstran3. Hemasel4. HAS ( Human Albumin Solution
)
1. AlbuminAlbumin terdapat sebagai donor plasma. Albumin sama
dengan osmotic koloid plasma dengan masa tengah 10 15 hari. Dapat
terjadi reaksi anafilaktoid walaupun jarang dan tidak rutin di
gunakan. Keadaan hipoalbuminemi dapat bersamaan dengan hipovolemi,
edema, dan ascites di berikan albumin 20%.2. DekstranDekstran
merupakan polimer polisakarida dalam dekstrosea 5% atau NaCl 0,9%
dengan berat molekul 40.000. dekstran dengan cepat di keluarkan
oleh ginjaldan dapat membentuk kompleks dengan fibrinogen sehingga
menyebabkan koagulopati. Dua bentuk dekstran : dekstran 40 dan
dekstran 70. Dekstran 40 lebih sering di gunakan dan terdapat
kemungkinan alergi.3. HemaselHemasel mengandung kalsium 10kali
lebih banyak 6,3 mmol/l, dan kalium 5,1mmol/l. pemberian dalam
jumlah banyak tidak di anjurkan karena menyebabkan defek koagulasi
dan tidak mempengaruhi fungsi ginjal. Pemberian dalam jumlah besar
dalam bentuk gelatin kompleks dapat menyebabkan kebocoran pada
kapiler dan menyebabkan edema paru.4. HAS ( Human Albumin Solution
)HAS di bebaskan melalui ginjal melalui hidrolisis dengan
amylase.HAS juga tersimpan dalam RES.
2.11.3 Kontroversi Kristaloid versus KoloidPertanyaan apakah
kristaloid atau koloid yang terbaik untuk resusitasi terus
merupakan bahan diskusi dan penelitian. Banyak cairan telah di kaji
untuk resusitasi cairan ,antara lain : NaCl 0,9%, larutan Ringer
laktat, NaCl hipertonik , albumin, fraksi protein murni, plasma
beku segar, hetastarch, pentastarch dan dekstran 70.a. Penganut
resusitasi koloid berkilah bahwa tekanan onkotik yang meningkat
karena penggunaan zat zat ini adalah mengurangi edema paru. Namun ,
vaskulatur paru memungkinkan aliran zat dalam jumlah besar,
termasuk protein ,di antara ruang iintravaskular dan
interstitial.Di pertahankannya tekanan hidrostatik paru pada