RESPON JAMAAH MAJELIS TAKLIM BAITURRAHMAN BUKIT CINERE TERHADAP MATERI DAKWAH “SEDEKAH” USTAD YUSUF MANSUR Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Oleh Sofyan Hadi Rahman NIM: 107051002421 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M / 1432 H
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
RESPON JAMAAH MAJELIS TAKLIM BAITURRAHMAN
BUKIT CINERE TERHADAP MATERI DAKWAH “SEDEKAH”
USTAD YUSUF MANSUR
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Sofyan Hadi Rahman
NIM: 107051002421
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M / 1432 H
DAKWAH SEDEKAH USTAD YUSUF MANSUR
PENGESAHAN PANITIA UJIAI\
Skripsi berjudul "RESPON JAMAAH MAJELIS TAKLIM BAITURRAHMANBUKIT CINERE TERIIADAP MATERI DAKWAH "SEDEKAH" USTAD YUSUFMANSUR" telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan IlmuKomunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tanggal 20 September 2011. skripsi initelah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam(S.Kom.l) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran lslam.
Jakart4 22 September 2011
Sidang Munaqasyah
Sekreuris Merangkap Anggota
Penguji I Penguji II
NIP.19660605 199403 1005
t99703 2 002
0816 1997032002
Pembimbing
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memenuhi gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari bahwa karya ini bukan asli karya saya atau merupakan hasil
jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 September 2011
Penulis
Sofyan Hadi Rahman
ABSTRAK
Sofyan Hadi Rahman
Respon Jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere Terhadap Materi Dakwah
“Sedekah” Ustad Yusuf Mansur
Bersedekah merupakan aktivitas seorang muslim yang memiliki sifat keutamaan,
karena ketinggian derajat seorang muslim ditentukan oleh sebesar dan sejauh mana ia
memiliki kepedulian dan kepekaan sosial kepada muslim yang lainnya. Baik yang kaya
ataupun miskin, baik yang kuat ataupun lemah, baik laki-laki maupun perempuan dan baik
yang muda ataupun yang tua. Sedekah bukanlah amalan biasa. Sedekah punya keajaiban yang
terkadang membuat hitung-hitungan logika manusia tercengang. Bagi kita mungkin 1+1 =2,
tapi pada konsep sedekah 1+1= 10. Inilah keajaiban Tuhan yang diberikan kepada hambaNya
yang mau melakukan amalan mulia tersebut. Ingat, bahwa ibadah sedekah tidak hanya
melibatkan dua pihak yakni pelaku sedekah dengan Tuhan akan tetapi ibadah ini melibatkan
tiga pihak, yakni si pelaku, objek penerima dan Tuhan. Ustad Yusuf Mansur melaui The
Power Of Giving banyak menjelaskan kepada pembaca mengenai berbagai macam
keuntungan ibadah sedekah dan hikmah yang terjadi pada diri seseorang setelah ia melakukan
ibadah sedeka. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk membuat sebuah penelitian yang
berjudul “Respon Jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere Terhadap Materi
Dakwah “Sedekah” Ustad Yusuf Mansur”.
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana respon jamaah Majelis
Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah “sedekah” Ustad Yusuf, yang
meliputi respon kognitif Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere Terhadap materi dakwah
“sedekah” dakwah Ustad Yusuf Mansur?, respon afektif Majelis Taklim Baiturrahman Bukit
Cinere Terhadap Materi dakwah “sedekah” dakwah Ustad Yusuf Mansur?, respon
konatif/behavioral Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere Terhadap Materi dakwah
“sedekah” dakwah Ustad Yusuf Mansur?.
Pada penelitian ini teori yang digunakan adalah stimulus respon, yang mana ini
dikarenakan komunikan atau dalam hal ini adalah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere
akan distimulus atau dirangsang oleh ceramah Ustad Yusuf Mansur dan melakukan perhatian,
pengertian dan penerimaan stimulus sehingga munculah respon ataupun efek yang didapatkan
dari ceramah itu.
Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Penelitian
kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah melakukan perhitungan angka yang
tepat. Selain itu metode kuantitatif lebih ditekankan pada data yang dapat dihitung untuk
menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh. format deskriptif dalam penelitian ini.
Format deskriptif adalah format yang bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai
kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi
objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi.
Dari hasil pengolahan data terdapat perbedaan antara latar jenis kelamin dengan
respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah “sedekah”
Ustad Yusuf Mansur. terdapat perbedaan antara latar belakang pendidikan dengan respon
jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah “sedekah” Ustad
Yusuf Mansur. Respon kognitif yang didapat dari responden bahwa Ustad Yusuf Mansur
dalam ceramahnya selalu mengajak orang lain untuk bersedekah menduduki peringakat
pertama dengan skor 391. Respon afektif yakni tentang kesenangan responden terhadap
ceramah Ustad Yusuf Mansur dengan skor tertinggi 305. Respon behavioral (perilaku) yakni
tentang responden peduli dengan sesama yang membutuhkan bantuan dengan skor 322.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil‟alamin...
Tidak ada kata selain puji serta syukur penulis kepada Allah SWT yang
telah memberikan nikmat dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini. Meskipun banyak kendala-kendala di tengah jalan yang terkadang
menjadi beban penulis dan penghambat proses, tapi semua ini penulis jadikan
pembelajaran dan pengalaman yang sangat berjarga. Dengan usaha dan kerja
keras akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Respon jamaah
Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi dakwah „sedekah‟
Ustad Yusuf Mansur”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terwujudnya skripsi ini tidak lepas
dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ayahanda Abudurrahman dan ibunda Sumarni yang tak pernah bosan
memberi semangat dan nasehat kepada penulis untuk terus membaca dan
menyelesaikan skripsi ini. Kakanda Khaeruddin dan adinda Tasya yang
selalu membantu dan menemani penulis menyelesaikan skripsi ini.
Terimakasih untuk semua bantuan moril dan materil selama ini.
2. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi. Pembantu Dekan I Bidang Akademik, Bapak Drs. Wahidin
Saputra, M.A, Pembantu Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak
Drs. Mahmud Jalal, M.A, serta Pembantu Dekan III Bidang
Kemahasiswaan, Bapak Drs Study Rizal, L.K, MA.
ii
3. Ketua Komunikasi dan Penyiaran Islam Bapak Drs. Jumroni M.Si, beserta
Sekretaris Komunikasi dan Penyiaran Islam, Ibu Umi Musyarrofah M.A,
atas segala bantuan dan bimbingannya selama ini.
4. Bapak Dr.A Ilyas Ismail, MA selaku dosen pembimbing yang telah
banyak membantu, memberikan pengarahan dan kesempurnaan pada
penulisan skripsi ini.
5. Seluruh jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere beserta
pengurus. Terimakasih penulis ucapkan atas waktu dan bantuannya dalam
mengisi angket.
6. Seluruh dosen-dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Terimakasih untuk saran-saranya dan bantuannya.
7. Terima kasih buat anak-anak KPI C 2007, Fitri, Hany, Fardun, Wati,
substansinya terletak pada aktivitas yang memerintahkan amar ma’ruf nahi
munkar.13
3) Menurut Muhammad Natsir dakwah mengandung arti kewajiban yang
menjadi tanggung jawab seorang muslim dalam amar ma;ruf nahi munkar.14
4) Menurut Syiekh Ali Mahfudz, sebagaimana yang dikutip oleh Rafi’udin
menjelaskan bahwa dakwah adalah mengajak (mendorong) manusia untuk
mengikuti kebenaran dan petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan
melarang mereka dari perbuatan munkar agara mereka dapat kebahagian dunia
dan akhirat.15
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
dakwah adalah menyampaikan dan memanggil serta mengajak manusia ke jalan
Allah SWT, untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjahui larangan-Nya dalam
mencapai kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat, sesuai dengan tuntunana
agama.
2. Tujuan Dakwah
Tujuan utama dakwah adalah nilai hasil akhir yang ingin dicapai atau
diperoleh keseluruhan tindakan dakwah. Untuk tercapainya tujuan utama maka
semua penyusunan rencana dan tindakan dakwah harus ditujukan dan diarahkan.
Tujuan utama dakwah sebagaimana telah dirumuskan ketika memberikan
tentang dakwah adalah terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia
dan di akhirat yang diridhai Allah SWT.
13 Hamka, Pelajaran agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1956), hal. 233 14 Nur Amin Fattah, Metode Dakwah Wali Songo, (Pekalongan: PT. T. B. Bahagia, t.t) hal. 16-17 15 Rafi’udin, dkk, Prinsip dan strategi Dakwah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), cet Ke-1, hal.
24
23
Nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai oleh keseleuruhan usaha dakwah
itu pada hakekatnya adalah merupakan akibat atau konsekuensi logis saja dari
dilaksanakannya usaha-usaha itu. Artinya apabila usaha mengajak umat manusia
kepada Islam dilakukan dengan sungguh-sungguh, dengan demikian pula usaha
merealisir ajaran Islam dalam segenap aspek kehidupan serta usaha amar ma’ruf
nahi munkar dijalankan dengan sebaiknya. Maka dapatlah diharapakan umat
manusia akan memetik buahnya berupa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.
Bisri Afandi mengatakan bahwa yang diharapkan oleh dakwah adalah
terjadinya perubahan dalam diri manusia, baik kelakuan adil maupun aktual
pribadi maupun keluarga dan masyarakat. Way of thinking atau cara berfikirnya
berubah, way of life atau cara hidupnya berubah menjadi lebih baik ditinjau dari
segi kualitas maupun kuantitas. Yang dimaksud adalah nilai-nilai agama
sedangkan kualitas adalah bahwa kebaikan yang bernilai agama itu semakin
dimiliki banyak orang dalam segala situasi dan kondisi.16
Berdasarkan pengertian di atas tentang tujuan dakwah, penulis
menyimpulkan bahwa tujuan dakwah adalah untuk merubah hidup manusia baik
diri sendiri maupun masyarakat lain, baik cara berfikirnya maupun tingkah
lakunya.
3. Subjek dan Objek dakwah
a) Subjek Dakwah
Subjek adalah pelaku atau orang yang melakukan pekerjaan, sedangan
subjek dakwah adalah pelaku pekerjaan dakwah seperti da’i, da’iyah, mengajak
dan memberi pengajaran dan pelajaran bagi umat agama Islam.
16 Mohammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 60
24
Untuk melakukan aktivitas dakwah, seorang da’i perlu mempunyai syarat-
syarat dan kemampuan tertentu agar bisa berdakwah dengan hasil yang baik dan
sampai apada tujuannya. Persyaratan dan kemampuan yang perlu dimiliki oleh
da’i secara umum bisa mencontoh kepada Rasulullah SAW, merupakan standar
atau uswatun hasanah bagi umatnya, maka tentunta hal itupun berlaku dalam
dakwah Islam.17
Berdasarkan penejelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa subjek
dakwah adalah seorang da’i atau da’iyah yang member pelajaran dan pengajaran
tentang agama Islam kepada ummat Islam khususnya.
b) Objek Dakwah
Yang dinamakan objek dakwah atau sasaran dakwah adalah orang-orang
yang dituju oleh suatu kegiatan dakwah.18
Seorang da’i harus mengetahui keberagaman audience, dari sudut
ideology, mereka ada yang atheis, musyrik, Yahudi, Nasrani dan munafiq. Ada
juga yang muslim tapi masih membutuhkan bimbingan atau umat Islam yang
masih melakukan maksiat, mereka juga berbeda dari segi intelektualitas, sstatus
sosial, kesehatan, pendidikan, ada yang buta huruf, ada yang kaya, miskin, ada
yang sehat dan sakit. Oleh karena itu, sebelum seorang da’i melalui dakwah untuk
orang lain, ada baiknya ia memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menjadi diri sendiri hingga menjadi panutan dalam hal kebaikan.
2. Memperbaiki keadaan rumah tangga dan keluarga agar menjadi rumah
3. Memperbaiki masyarakat dengan menebar kebaikan dan memerangi
kemunkaran secara bijak, disamping juga memberikan motivasi untuk
perbuatan-perbuatan yang baik dan akhlak yang mulia.
4. Mengajak umat non muslim ke jalan yang hak dan syariat Islam.19
Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan subjek dakwah
adalah orang-orang yan dituju untuk kegiatan dakwah, orang-orang tersebut di
antaranya adalah orang munafiq, atheis, Nasrani, Yahudi, maupun orang muslim
itu sendiri yang membutuhkan siraman rohani atau masih membutuhkan
bimbingan tantang agama Islam.
4. Metode Dakwah
Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu “meta” (melalui)
dan “hodos” (jalan cara), maka metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan.20
Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman
methodica artinya ajaran tentang metode. dalam bahasa Yunani metode berasal
dari kata methodos artinya jalan, yang dalam bahasa Arab disebut thariq.21
Sehingga metode adalah cara yang telah diatur dan memulai proses pemikiran
untuk mencapai suatau maksud.
Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i
kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.22
Metode yang harus dijalani oleh seorang da’i, yaitu metode yang sesuai
dengan surat an-Nahl ayat 125.
19 Said bin Ali al-Qahtani, Dakwah Islam dakwah Bijak, (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), h. 101 20 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 61 21 Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 35 22 Hasanuddin, Manajemen Dakwah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 60
26
Menurut Muhammad Natsir dalam bukunya Fiqhud Dakwah mengatakan
bahwa hikmah adalah ilmu yang sehat yang sudah dicernakan dengan ilmu yang
terpadu dengan rasa periksa, sehingga menjadi daya penggerak untuk melakukan
sesuatu yang bermanfaat, berguna, kalau dibawa dalam bidang dakwah untuk
melakukan tindakan yang berguna dan bermanfaat secara efektif.23
Metode yang kedua adalah mauidzatil hasanah, yaitu memeberikan contoh
atau nasehat yang baik. Nasehat yang baiak adalah memberikan nasehat kepada
orang lain dengan cara yang baik, berupa petunjuk-petunjuk ke arah kebaikan
dengan bahasa yang baik yang dapat mengubah hati, agar nasehat tersebut dapat
diterima. Jadi dakwah bukan propaganda yang memaksakan orang lain.24
Metode yang ketiga adalah metode al-Mujadalah bil lati hiya ahsan, yaitu
penyampaian dakwah yang dilakukan dengan cara berdebat atau bertukar pikiran
secara baik, bertukar pikiran disini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk dialog,
diskusi, seminar dan lain-lain. Dengan tujuan satu sama lain mengenai serta
mempelajari, ajaran-ajaran yang satu dengan yang lainnya secara luas untuk
menghapuskan sifat sombong kepada ilmu pengetahuan yang dimiliki
seseorang.25
Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan metode dakwah
adalah cara yang digunkan oleh seorang da’i dalam menyampaikan dakwahnya
terhadap mad’u nya. Di dalam al-Quran surat an-Nahl ayat 125 dijelaskan
bagaimana cara atau metode yang digunakan dalam berdakwah, cara yang
diterangkan dalam al-Quran adalah al-hikmah, Mauidzatil hasanah, dan
23 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 158 24 Hamka, Prinsip dan kebijakan Dakwah Islam, (Jakarta: PT. Pustaka Panji Mas, 1998), h. 199 25 Ghazali Darussalam, Dinamuka Ilmu Dakah Islamiyah, (Malaysia: Nur Siaga SDNBHD, 1999),
cet. Ke-1 hal. 28
27
Mujadalah bil lati hiya ahsan. Cara inilah yang sampai sekarang masih dipakai
oleh para da’i dan da’iyah.
F. Sedekah
1. Pengertian Sedekah
Secara etimologi, sedekah asal kata bahasa Arab ash-shadaqoh yang
berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain
secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga
berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang
mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian di
atas oleh para fuqaha (ahli fikih) disebuh sadaqah at-tatawwu' (sedekah secara
spontan dan sukarela.26
Secara terminologi, sedekah diartikan sebagai pemberian seseorang,secara
ikhlas, kepada yang berhak menerimanya diiringi oleh pemberian pahala dari
Allah. Berdasarkan pengertian ini, maka infaq (pemberian sumbangan) harta
untuk kebaikan termasuk ke dalam katagori sedekah.27
Sedekah dapat diberikan kepada fakir, miskin, untuk kepentingan umum
atau kepentingan orang banyak. Semakin banyak orang yang
menerima/menikmati sedekah yang kita berikan semakin besar nilai syukur kita
kepada Allah SWT dan tentu saja nilai pahalanya. Disamping itu ada sedekah
yang nilai pahala Allah SWT lebih besar dan lebih baik, yaitu sedekah berupa
harta benda yang bersifat lama, dan selalu memberikan manfaat, inilah yang
26
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2007), cet ke-2, hal.
88 27
Ibid, 89
28
disebut shadaqah jariyah. Selama barang itu masih dimanfaatkan, selama itu pula
orang yang bersedekah masih mendapat pahalanya.28
2. Dasar Hukum Sedekah
Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa sedekah merupakan salah satu
perbuatan yang disyariatkan dan hukumnya adalah sunnah. Di samping sunah,
adakalanya hukum sedekah menjadi haram yaitu dalam kasus seseorang yang
bersedekah mengetahui pasti bahwa orang yang bakal menerima sedekah tersebut
akan menggunakan harta sedekah untuk kemaksiatan.29
3. Perbedaan Sedekah dengan Zakat
Menurut fukaha, perbedaan sedekah dengan zakat dapat dilihat dari
beberapa segi yaitu:
a) Dari segi subjek (orang yang bersedekah)
Sedekah dianjurkan (disunahkan) kepada setiap orang yang
beriman, baik miskin maupun kaya, dan kuat lemah. Sedangkan
zakat, diwajibkan kepada orang-orang tertentu, yaitu orang-orang
kaya yang telah memenuhi persyaratan sebagai wajib zakat. Hal ini
diterangkan Nabi SAW dalam hadist, Sesungguhnya Allah
mewajibkan zakat kepada mereka yaitu dari harta benda yang
mereka miliki, yang diambil dari orang-orang kaya dan beriman
kepada orang-orang faqir (miskin) di antara mereka (HR. al-
e) Memberikan bantuan/pertolongan terhadapa sesama manusia.
f) Menyambung tali silaturrahmi dan persaudaraan.
g) Melindungi keselamatan diri kita di akherat nanti.32
G. Majelis Taklim
1. Pengertian Majelis Taklim
Kata Majelis Taklim terdiri dari dua kata, yaitu “Majelis” dan Taklim”.
Kata “Majelis” dalam bahasa Arab berasal dari kata “Jalasa Yajlisu” yang berarti
duduk sedangkan kata “Majelis” merupakan “Ism Mashdar” yang mengandung
arti tempat duduk. Di dalam kamus bahasa Arab Munjid dikatakan bahwa kata
“Majelis” berarti tempat duduk yang di dalamnya berkumpulnya orang-orang.
Maka berdasarkan kata asal tersebut, Majelis Taklim adalah wadah atau tempat
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, maka terdapat di dalamnya yaitu:
jamaah, guru atau ustad, materi yang diajarkan, sarana dan tujuan.33
Sedangkan Dra. Hj. Tutty Alawiyah A.S. dalam bukunya strategi Dakwah
di Lingkungan Majlis Taklim, mengatakan bahwa” salah satu arti Majelis adalah
pertemuan atau perkumpulan orang banyak, sedangkan Taklim berarti pengajaran
atau pengajian Islam”. 34
Pada musyawarah Majelis Taklim se-DKI pada tanggal 9-10 Juli 1980,
memberikan batasan (ta’rif) Majelis Taklim adalah lembaga pendidikan non
formal Islam yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala
dan teratur, dan diukuit oleh jamaah yang relatif banyak, dan bertujuan untuk
32
Ibid, 128 33
Depag RI, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Depag RI, 1987), cet ke-2, h. 556-557 34
Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majlis Ta’lim (Bandung: Mizan,
1997), h. 5
31
membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia
dengan Allah SWT.35
Maka dari beberapa definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa Majelis
Taklim adalah suatu tempat atau wadah pengkajian dan pengajaran umat Islam
yang berbentuk lembaga non formal, yang memiliki bentuk kurikulum tersendiri,
dan dilakukan secara teratur, dalam rangka membina umat kepada kehidupan yang
sesuai dengan syariat Islam, baik dalam rangka menjalin hubungan
hablumminannas dan hablumminallah.
2. Pengertian Jamaah
Jamaah secara bahasa diambil dari kata dasar jama’a artinya
mengumpulkan sesuatu, dengan mendedekatkan sebagian dengan sebagian lain.
Dan kata tersebut berasal dari kata ijtima’ (perkumpulan), yang merupakan lawan
kata dari tafarruq yang artinya perceraian dan juga lawan kata dari furqah
(perpecahan).
Pengertian jamaah secara istilah (terminologi), yiatu kelompok kaum
mukminin, dan mereka adalah pendahulu ummat dari kalangan para sahabat,
tabi’in dan orang-orang ynag mengikuti jejak kebaikan mereka sampai hari
kiamat. Dimana mereka berkumpul berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah dan
mereka berjalan sesuai dengan jalan Rasulullah SAW secara lahir maupun batin.
Istilah Jamaah mempunyai arti yang berbeda-beda konteks, kalimat dan
kaitannya.pertama, dikaitkan dengann kata “ahlu sunnah” sehingga menjadi ahlu
sunnah wal jamaah, yang berarti golongan yang mengikuti tradisi Nabi
Muhammad SAW serat berada dalam kumpulan kaum muslim. Kedua, istilah
35 Koordinasi Dakwah Islam, Pedoman Maj’lis Ta’lim (Jakarta: KODI, 1996), h. 6
32
jamaah dikaitkan dengan ijma’ sebagai sumber hukum yang merupakan hasil
ulama dalam suatu masalah yang didalamnya terjadi sidang pendapat. Ketiga,
istilah jamaah dikaitkan dengan iman atau pemimpin, yang berarti komunitas
kaum muslimin yang dipimpin seorang imam.
Istilah jamaah juga diakaitkan dengan shalat, terutam dalam pelaksanaan
shalat Jumat harus mencukupi jumlah 40 orang. Sehingga jika jumlah ini tidak
terpenuhi, maka shalatnya tidak sah. Mazhab-mazhab lain berpendapat bahwa jika
pengertian jamaah telah terpenuhi ditinjau dari segi jumlahnya, tiga orang atau
lebih, termasuk imam maka shalatnya sah. Hal ini disebabkan arti dari istilah
jamaah itu sendiri, yaitu jamak, banyak atau lebih dari tiga orang. 36
Jamaah ada yang bersifat tetap dan ada pula yang bersifat sewaktu-
waktu (tidak tetap). Jamaah yang bersifat tetap biasanya jamaah yang mengikuti
pengajian yang dilangsungkan di majelis taklik seperti pengajian, pengajian
malam Jumat, dan lain sebagainya. Sedangkan jamaah yang tidak tetap adalah
jamaah yang hanya mendatangi kegiatan tahunan seperti Maulid Nabi Muhammad
SAW.
Adapun yang dimaksud dengan jamaah dalam penelitian ini adalah
jamaah yang mengikuti kegiatan pengajian. Mereka adalah jamaah yang rutin
mengikuti pengajian yang dilangsungkan di majelis taklim Baiturrahaman Bukit
Cinere.
36
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Jamaah (Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997),
jilid ke 2. hal. 310-311
33
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Berdirinya Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere
Di daerah Gandul, Cinere, pada tahun 1985 sudah terbentuk “Majelis Taklim
Bukit Cinere”, sebagai wadah untuk menyalurkan kegiatan sosial dan keagamaan atas
inisiatif ibi-ibu warga pendatang yang bermukim di daerah ini. Di samping Majelis
Taklim itu sudah pula terbentuk Paguyuban Jalan Bukit Cinere dan sekitarnya,
sebagai wadah antar warga yang teridiri dari berbagai golongan dan Agama.
Kegiatan keagamaan yang dilakaukan Majelis Taklim Baiturrahman Bukit
Cinere waktu itu antara lain adalah: pengajian, shalat tarawih berjamaah, shalat Idul
Fitri dan Idul Adha, disamping itu juga penerimaan dan penyaluran zakat dan qurban
pada fakir miskin, yatiu-piatu dan mengelola anak asuh. Namun cita-cita yang lebih
besar dari Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere ini adalah mendirikan sebuah
Masjid yang dapat menampung kegiatan beragama yang cukup banyak itu.
Untuk mendapatkan legalisasi penggunaan tanah ex Pertamina, panitia
pembangunan Masjid Bukit Cinere telah menghubungi Kepala Desa Gandul agar
mengizinkan tanah yang berlokasi pada kavling No 150 C itu dapat dimanfaatkan
untuk pembangunan Masjid guna menampung kegiatan Majelis Taklim yang saat itu
semakin meningkat.
Usaha yang telah dirintis panitia pembangunan Masjid Bukit Cinere tidak sia-
sia dan akhirnya penguasa tanah itu dapat izin dari, H. Saimin (Lurah Gandul) pada
waktu itu. Dengan suratnya No. 148101/X1/1996, tanggal 18 November 1996.
34
Untuk menguatkan izin yang diberikan Kepala Desa Gandul itu panitia
pembangunan Masjid Bukit Cinere, jauh-jauh sebelumnya juga sudah memberikan
surat kepada pihak Pertamina untuk pembebasan tanah seluas 6.000 M2 dengan surat
No. 015/PPM/996, tanggal 24 September 1996.
B. Visi dan Misi
1) Visi
Menjadikan Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere, sebagai pusat
kegiatan beribadah yang berkualitas dengan mengembangkan daan membina
pendidikan yang Islami untuk mencetak sumber daya manusia yang unggul,
beetanggungjawab dan bertaqwa kepada Allah SWT.
2) Misi
Mempersiapkan peserta didik dengan mengacu aspek terhadap
kepribadian, jasmani sehingga mampu mengaplikasikan nilai-nilai keimanan
dan keterampilan dengan akhlakul karimah.
C. Jadwal Kegiatan Majelis Taklim Baiturrahaman
1. Ceramah Rutin
Senin I : Pukul. 09.00-11.00 WIB
Kamis I : Pukul. 10.00-12.00 WIB
Kamis II : Pukul. 10.00-12.00 WIB
Kamis III : Pukul. 10.00-12.00 WIB
Senin III : Pukul. 09.00-11.00 WIB
Kamis IV : Pukul. 10.00-12.00 WIB
35
2. Belajar Baca Al-Quran Tingkat Pemula Sampai Mahir
Senin : Pukul 09.00-12.00 WIB
Kamis : Pukul 08.00-10.00 WIB
Selasa & Rabu : Pukul 14.30-16.00 WIB
3. Terjemah Al-Quran Sistem 40 Jam
Senin : Pukul 15.30-17.30 WIB
Selasa : Pukul 08.00-10.00 dan 10.00-12.00 WIB
Rabu : Pukul 08.00-10.00 WIB
4. Halaqah
Selasa I, II, IV dan V Pukul 08.00-10.00 WIB
Kamis : Pukul 08.00-10.00 WIB
5. Progam Anak Asuh
Senin ke-2
6. Kajian Tafsir
Minggu : ba’da Subuh sampai Pkl. 07.30 WIB
7. Belajar Baca Al-Quran dengan “Qira’ah”
Jum’at : Pukul 18.00-19.00 WIB
8. TKA/TPA (Anak Usia 4-12 Tahun)
Senin, Selasa, Rabu dan Kamis
36
D. Strukutur Organisasi Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere
Dalam mewujudkan progam kerja yang konkrit dan sistematis, juga
diperlukan adanya sumber daya manusia yang bergabung dalam stuktur organisasi
Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere. Dengan adanya struktur organisasi
dengan pembagian kerja yang jelas, maka diharapakan progam-progam kerja yang
dicanangkan dapat berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan tujuan dari
bentuknya Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere.
Adapun struktur organisasi Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere adalah
sebagai berikut:
Struktur Kepengurusan Majelis Taklim Baiturrahman
Ketua : Dra. Hj. Oka A. Yoeti
Sekretaris : Hj. Evie Janu Isnadi
Bendahara : Hj. Hendrato Tri
Seksi Pendidikan non-formal : Hj. M. Nurhasan
: Hj. Madani
: Sugeng S
Seksi Pengajian : Hj. Kayat Kadya
: Hj. Hambali
: Hj. Zakaria
Seksi Sosial : Iskandar
: Hj. Jalali Nur
Seksi Usaha : Hj. T. Soemardjo Husein
37
E. Biografi Ustad Yusuf Mansur
Ustad Yusuf Mansur dikenal sebagai pimpinan Pondok Pesantren Daarul
Quran Bulak Santri, Cipondoh, Tangerang dan pimpinan pengajian Wisata Hati.
Ustad kelahiran Jakarta, 19 Desember 1976 ini melalui perjalanan berliku sampai
menjadi ustad terkenal seperti sekarang.
Ustad Yusuf Mansur lahir dari keluarga Betawi yang berkecukupan pasangan
Abdurrahman Mimbar dan Humrif'ah dan sangat dimanja orang tuanya. Keluarga
Ustad Yusuf Mansur merupakan sebuah keluarga yang dikenal religius dan memiliki
kedisplinan yang tinggi, meskipun demikian pola pendidikan yang ditanamkan oleh
orang tuanya seperti kebanyakan keluarga lain pada umumnya, maka tidak heran
Yusuf kecil merupakan anak yang memiliki pola kedisiplinan tinggi.
Pada usia yang masih relatif kecil Ustad Yusuf Mansur sudah disekolahkan di
MI Al-Mansyuriah yang terletaj di jembatan Lima, sekolah MI tersebut merupakan
kepunyaan buyutnya ynag bernama KH. Mansur seorang ulama besar dan seorang
ahli falaq yang sangat disegani masyarakat waktu itu.
Bakat dakwah Ustad Yusuf Mansur terasah dari masih kecil, saat itu ia sering
mengisi dakwah dimana-manadan sebutan dai cilik kerap dialamatkan kepadanya.
Kemudian setelah menamatkan tingkatan Madrasah Ibtidaiyah Ustad Yusuf Mansur
melanjutkan pendidikan Tsanawiyah di temapt yang sama, sedangkan untuk tingkatan
SLTA ia memasuki Madrasah Aliayah Negeri (MAN) I Grogol Jakarat Barat Ustad
Yusuf Mansur lulusan terbaik tahun 1992.
38
Tamatan dari MAN I Grogol usia Ustad Yusuf Mansur memasuki 17 tahun
dan kemudian ia memasuki bangku perkuliahan, IAIN Jakarta tetapnya di Fakultas
Syariah dan Hukum.
Ustad Yusuf Mansur merasakan dinginnya hotel pledeo selama 2 bulan.
Setelah bebas, Ustad Yusuf kembali mencoba berbisnis tapi kembali gagal dan terlilit
utang lagi. Cara hidup yang keliru membawa Ustad Yusuf Mansur kembali masuk
buih pada 1998.
Ada cerita menarik pada saat beliau berada dalam penjara, saat itu beliau
mendapatkan arti dan pentingnya sedekah dalam kehidupan manusia, ceritany
berawal dari rasa lapar yang melilit perutnya, makanan yang bisanya dikirimmkan
oleh petugas tak kunjung datang, sehingga ia hanya menahan lapar sambil tidur-
tiduran, namun akhirnya teringat dengan sepotong roti yang disimpan, maka ia
bergegas mengambil sepotong roti tersebut.
Pada saat hendak memakannya Ustad Yusuf Mansur teringat bahwa tidak
memiliki air untuk diminum sehingga ia menunda memakan roti tersebut. Secara
tidak sengaja Ustad Yusuf Mansur melihat semut yang berbaris di dingding tahanan,
lalu ia mengampirinya dan berkata.
“Mut, Tuhan lu sama dengan tuhan gue (Allah). Begini deh, mungkin kalau
gue berdoa sekang gak bakalan terkabul karena dosa-dosa gue, tapi,,,kalau lu yang
berdoa barang kali terkabul, bagaimana kalau gue tuker, lu pada roti, tapi doain gue
biar makan nasi, perut gue laper nich”.1
1 Tabloid Wisata Hati, Hikmah Sedekah Dalam Sepotong Roti, (Jakarta : 1 Agustus 2006),
hal. 12
39
Tidak lama kemudian datang seorang petugas, lalu mengahampirinya dan ia
bertanya, apa sudah dapet jatah nasi apa belum, maka Yusuf menjawab belum,
kemudian petugas tersebut keluar dan tidak lama kembali lagi dengan membawa
sebungkus nasi padang, kemudian petugas tersebut berkata, “Nih kamu makan, hari
ini menunya berbeda, nasi padang,” kata petugas tersebut.
Dari peristiwa ini, Yusuf mengucap syukur kepada Allah SWT yang
membukakan hikmah dan pelajaran dan keutamaan bersedekah, yang sampai
sekarang menjadi konsep dakwah beliau, yaitu banyak berbuat baik dan bersedekah
kepada siapa saja.
Tanggal 25 Juni 1999 merupakan hari kebebasan Yusuf dari penjara, selepas
dari penjara, Ustad Yusuf Mansur berjualan es di terminal Kali Deres. Setiap akan
berjualan ia sisihkan 5 bungkus es untuk dibagikan kepada anak yatim dengan
harapan dagangannya cepat laris, hal ini ternyata terbukti es yang dijajakan terjual
habis.
Saling berbagi kepada yang membutuhkan terus ia lakukan dengan cara
mencari beberapa anak yatim untuk diasuh dirumahnya, padahal pada saat itu Yusuf
masih terlilit hutang yang sangat banyak, akan tetapi keyakinannya akan bersedekah
masih kuat dan mengakar dalam dirinya.
Dari beberap anak yatim yang ia biayai, terdapat seseorang gadis yang bru
lulus SLTP bernama Maimunah, kemudian Yusuf melabuhkan hatinya kepada gadis
tersebut, pada tahun 1999 Yusuf akhirnya resmi mempersunting Maimunai sebagi
istrinya.
40
Ada wacana dan motifasi baru setelah mempersunting Maimunah, Yusuf jadi
rajin menulis, memperdalam ilmu agama dan sedikit mengesampingkan bisnisnya.
Kampung Ketapang Cipondoh Tangerang merupakan tempat peristirahatan dan awal
lembar kehidupan baru bersama Maimunah, di kampung inilah ia mengembangkan
konsep dan syair dakwahnya.
Karier Ustad Yusuf Mansur makin mengkilap setelah bertemu dengan Yusuf
Ibrahim, Produser dari label PT Virgo Ramayana Record dengan meluncurkan kaset
Tausiah Kun Fayakun, The Power of Giving dan Keluarga. Konsep sedekah pula
yang membawanya masuk dunia seni peran. Melalui acara Maha Kasih yang digarap
Wisata Hati bersama SinemArt, ia menyerukan keutamaan sedekah melalui tayangan
yang didasarkan pada kisah nyata.. Ia juga menggagas Program Pembibitan Penghafal
Al Quran (PPPA), sebuah program unggulan dan menjadi laboratorium sedekah bagi
seluruh keluarga besar Wisata Hati. Donasi dari PPPA digunakan untuk mencetak
penghafal Alquran melalui pendidikan gratis bagi dhuafa Pondok Pesantren Daarul
Quran Wisata Hati.
F. Kiprah Dakwah Yusuf Mansur
Masa kelamnya yang kelabu telah di kubur dalam-dalam, saat ini ia fokus
dalam kegiatan dakwah, kalau Aa Gym dengan Menejemen Qolbu, Ustad Arifin
dengan zikirnya, Ustad Jefri Al-Bukhori dengan suara merdunya maka Yusuf Mansur
dengan konsep shalat malam dan sedekahnya.
Untuk mewujudkan konsep dakwahnya Yusuf Mansur membentuk wadah
dakwah dengan nama Wisata Hati, yaitu sebuah lembaga yang bergerak bidang
41
Publishing, Training Sumber Daya Manusia (SDM), dan perdagangan tanpa
mengurangi esensi dakwah dan syariat.2
Sukses dengan wadah dakwah wisata Hati,Usatad yang satu ini juga
mendirikian pondok pesantren Tahfidzul Quran yang merupakan pondokan
dikhususkan bagi para penghafal Al-Quran yang dididik dengan dan dibina dengan
baik, selain itu terdapat Sekolah Lanjutan Tinggakt Pertama (SLTP) yang berbasiskan
Islam.
Aktifitas dakwah Ustad Yusuf Mansur tidak hanya dilingkungannya saja,
beliau aktif mensyiarkan dakwah ke berbagai daerah dengan konsep sedekah, menulis
artikel dan esai tentang dakwah kerap dilakuakn seperti kolom Wisata Hati di surat
kabar harian Poskota, selain itu berhasil meluncurkan buku-buku tentang dakwah
Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Selain media cetak Ustad yang satu ini juga menggunakan sarana media
elektronik untuk menyampaikan pesan dakwahnya, terutam pada saat bulan
Ramadhan sering memberikan KULTUM di salah satu stasiun televisi swasta. Ada
beberapa sinopsis sinetron hasil buah pikirannya, yaitu sinetron Tukang Bubur Naik
Haji yang disiarkan oleh TPI pada saat itu yang sekarang sudah menjadi MNC TV.
G. Karya-karya Yusuf Mansur
Banyak karangan dann buah pikiran Ustad Yusuf Mansur dalam mensyiarkan
agama Islam, untuk media cetak yang berupa buku diantaranya: Mnecari Tuhan Yang
Hilang, kajian sufistik perjalannan Lukman Hakim Menepis Azab Menuai Rahmat,
2 Alia, Yusuf Mansur, Penjara, Nikah Muda, dan isteri Sholehah (Jakarta : Edisi Ramadhan
142/ September 200)
42
buku ini ia tuliskan sebagian saat berada dalam jeruji besi yang berisikan pengalaman
beliau dalam menyikapi berbagai macam cobaan, godaan dan jatuh bangun
kehidupan. Berikut karya-karya dakwah beliau dalam media tulisan:
1) Uang Gampang Dicari
2) Nikmatnya Sedekah
3) Mencari Tuhan yang Hilang
4) The Miracle of Giving
5) Cara Gampang Bayar Hutang
6) Kun Fayakun, selalu ada harapan di tengah kesulitan
7) Bocah Misterius
8) Jejak Berlumpur
9) Belajar Mencari Cinta Dari Kehidupan
Ustad Muda memang sangat produktif dalam menulis, sedikit berbagi tips,
bahwa proses penulisannya ia lakukan pada saat tengah malam setelah Qiyamul Lail
sebab menurutnya ide dan gagasan dapat mengalir begitu saja pada saat suasana
hining dan tenang.
43
BAB IV
ANALISIS RESPON KOGNITIF, AFEKTIF DAN BEHAVIORAL
A. Hasil analisis respon kognitif, afektif dan behavioral
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal 9 sampai 16
Juni 2011 pada jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere adalah sebagai
berikut:
1) Deskripsi Data Responden
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden
Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui identitas responden berdasarkan jenis
kelamin laki-laki berjumlah 44 orang (46,80%), sedangkan jumlah kelamin
perempuan berjumlah 50 orang (53,19%).
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1. Laki-Laki 47 orang 50%
2. Perempuan 47 orang 50%
Jumlah 94 orang 100%
43
44
Tabel 4.2 Latar Belakang Pendidikan Responden
No Jenis Pendidikan Frkuensi Presentase
1 Sekolah Menengah Atas 21 orang 22,34%
2 Diploma 26 orang 27,69%
3 Sarjana 47 orang 50%
Jumlah 94 orang 100%
Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui identitas responden berdasarkan latar
belakang pendidikan, jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere yang
berlatang pendidikan Sekolah Menengah Atas berjumlah 21 orang (22,34%), jamaah
Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere yang berlatang pendidikan Diploma
berjumlah 26 orang (27,69%), jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere
yang berlatang pendidikan Sarjana berjumlah 47 orang (50%).
2) Deskripsi Kuesioner
Kuesioner pada penelitian ini terdiri dari 3 bagian dengan jumlah 21
pertanyaan. Bagian pertama merupakan pertanyaan tentang respon kognitif dengan
jumlah 8 pertanyaan, bagian kedua merupakan pernyataan tentang respon afektif
dengan jumlah 7 pertanyaan, dan bagian ketiga merupakan pertanyaan tentang respon
behavioral dengan jumlah 6 pertanyaan. Adapun frekuensi masing-masing pertanyaan
adalah sebagai berikut:
45
3) Analisis dengan skala likert
Pertanyaan tentang respon kognitif
Table 4.4 tentang kognitif
No Item Pertanyaan Frekuensi Presentase
1 Respon Kognitif 8 38,09%
2 Respon Afektif 7 33,33%
3 Respon Behavioral 6 28,57%
Jumlah 21 100%
No Item Pertanyaan SS S TS STS Skors Rangking
1
Ceramah Ustad Yusuf Mansur
berbeda dengan Ustad kondang
lainnya
23
55
15
1
288
6
2
Ustad Yusuf Mansur selalu
mengajak orang untuk
bersedakah
39
54
0
1
319
1
3
Ceramah Ustad Yusuf Mansur
membuat saya mengerti tentang
sedekah
30
60
2
2
306
2
4
Ceramah Ustad Yusuf Mansur
membuat saya TIDAK mengerti
tentang sedekah
1
6
59
28
218
7
5
Materi ceramah Ustad Yusuf
Mansur adalah materi yang
sesuai dengan semua kalangan
masyarakat
18
67
9
0
291
5
6
Dakwah Ustad Yusuf Mansur
lebih menekankan materi
sedekah kepada jamaahnya.
21
62
11
0
292
4
46
Variabel pada nomor 2 (dua) yaitu tentang ustad Yusuf Mansur selalu
mengajak orang untuk bersedekah, menduduki peringkat pertama. Hal ini
menunjukan bahwa dalam ceramahnya ustad Yusuf Mansur selalu mengajak orang
lain untuk bersedekah dengan skors 319. Adapun pada peringkat ke 2 (dua) yakni
diduduki oleh variabel nomor 3 (tiga) yakni bahwasanya ceramah Ustad Yusuf
Mansur membuat responden mengerti tentang sedekah dengan skors 306. Sedangkan
peringkat nomor 3 (tiga) diduduki oleh variabel nomor 7 (tujuh) yakni tentang
wawasan responden bertambah setelah mendengar ceramah Ustad Yusuf Mansur
tentang sedekah dengan skor 300.
Dengan demikian dapat dilihat dari deskripsi tabel skala kognitif diatas bahwa
respon baik yang diberikan oleh responden ini ditunjukan dengan ustad Yusuf
Mansur selalu mengajak orang untuk bersedekah mendapatkan skors paling tinggi hal
ini pun dikuatkan bahwasannya ceramah Ustad Yusuf Mansur membuat responden
mengerti tentang sedekah dengan skors tinggi ke 2 (dua) pada tabel diatas. Hal ini
sesuai dengan pengertian dakwah yaitu mengajak, menyeru dan memanggil.
Bahwasannya seorang da’i tidak terlepas untuk menyeru, mengajak manusia agar
berbuat kebajikan amar ma’ruf nahi munkar. Dengan menjalankan perintah Allah
SWT dan menjauhkan seluruh apa-apa yang dilarang-Nya khalayak bisa
7
Wawasan saya bertambah
setelah mendengar ceramah
Ustad Yusuf Mansur tentang
sedekah
23
66
5
0
300
3
8
Ceramah Ustad Yusuf Mansur
hanya menyajikan tentang
sedekah saja
9
13
64
8
211
8
47
mendapatkan Syurga yang telah dijanjikan oleh Allah SWT. Seperti yang dikutip dari
buku : “dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang
benar sesuai dengan perintah Allah untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka
dunia dan akherat”.1 Artinya apabila usaha mengajak umat manusia kepada Islam
dilakukan dengan sungguh-sungguh, dengan demikian pula usaha merealisir ajaran
Islam dalam segenap aspek kehidupan serta usaha amar ma’ruf nahi munkar
dijalankan dengan sebaiknya. Maka dapatlah diharapakan umat manusia akan
memetik buahnya berupa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.
Seorang da’i dan mad’u biasanya saling bertatap muka sehingga materi yang
disampaikan langsung diterima dan biasanya reaksi yang ditimbulkan oleh mad’u
akan langsung diketahui. Disamping itu, karena pesan-pesan dakwah haruslah
manusiawi yang akan membentuk pengalaman sehari-harinya nanti menurut tantanan
agama. Oleh karena itu materi dakwahpun harus meningkatkan kemampuan dan
akomodasi manusia dalam perkembangan dan kemajuannya. Materi dakwah haruslah
memberikan relevansi antara manusia penerima dakwah tersebut dengan alam
sekitarnya. Materi untuk ini akan lebih rumit, perlu selain subtansinya juga susunan
penyampaiannya secara prioritas.2
Dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah menyampaikan dan memanggil
serta mengajak manusia ke jalan Allah SWT, untuk melaksanakan perintah-Nya dan
menjahui larangan-Nya dalam mencapai kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat.
Materi yang berujud pesan-pesan sudah tentu mempunyai tujuan yang direncanakan,
1 H. M. S. Nasarudin Latief, Teori dan Praktek Dakwah Islamiah,(Jakarta : PT Firma Dara) h. 11 2 M. Syafa’at Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta : PT BUMIRESTU, 1982). hal. 100
48
sebagai yang dipesankan oleh agama kepada para da’i dan muballigh, apalagi kalau
diingat bahwa mereka adalah Warasatul Anbiya.
Pertanyaan tentang respon afektif
Table 4.5 tentang afektif
No Item Pertanyaan SS S ST STS Skors Rangking
1 Saya senang melihat ceramah
Ustad Yusuf Mansur
26
65
3
0
305
1
2 Saya suka dengan materi sedekah
yang disampaikan Ustad Yusuf
Mansur
24
67
3
0
303
2
3 Saat menonton ceramah Ustad
Yusuf Mansur saya termotivasi
untuk bersedekah
24
64
6
0
300
3
4 Saya tertarik dengan kepribadian
Ustad Yusuf yang rendah hati
23
63
8
0
297
4
5 Setelah menonton ceramah Ustad
Yusuf Mansur saya merasa iba
melihat seorang pengemis
20
58
14
2
284
5
6 Saya suka dengan gaya
penyampaian ceramah Ustad
Yusuf Mansur
19
71
4
0
297
4
7 Saya terharu dengan ceramah
Ustad Yusuf Mansur
17
53
24
0
275
6
49
Pada tabel pertanyaan tentang afektif bahwasanya variabel nomor 1 ( satu )
menduduki peringkat 1 ( satu ) yakni tentang kesenangan responden terhadap
ceramah ustad Yusuf Mansur dengan skors tertinggi yakni 305. Sedangkat peringkat
nomor 2 ( dua ) diduduki oleh variabel nomor 2 (dua) yakni tentang kesenangan
responden terhadap materi sedekah yang disampaikan ustad Yusuf Mansur dengan
skors 303. Adapun peringkat nomor 3 (tiga) diduduki oleh variabel nomor 3 (tiga)
yakni tentang responden yang telah menonton ceramah ustad Yusuf Mansur
termotivasi untuk bersedekah dengan skors 300.
Dengan demikian dapat dilihat dari deskripsi tabel tentang respon afektif
bahwasanya, kesenangan responden terhadap ceramah ustad Yusuf Mansur
menduduki peringkat pertama, hal ini dikuatkan dengan peringkat nomor dua yang
diduduki, yakni tentang kesenangan responden terhadap materi sedekah yang
disampaikan usatd Yusuf Mansur. Secara fungsional da’i adalah pemimpin yang
memiliki sifat-sifat kepemimpinan (Leadership). Kepemimpinan bagi seorang juru
dakwah sebagai seni untuk mempengaruhi khalayak. Hal ini ditunjukan oleh ustad
Yusuf Mansur dalam berdakwahnya ia mempunyai gaya sendiri dengan mengemas
pesan dakwah menjadi menarik dan dapat dipahami oleh mad’u dalam
menyampaikan ceramahnya. Lebih tapatnya da’i selaku komunikator harus mampu
melogikakan pesan dakwah dengan bahasa yang mudah dipahami sehingga
mempunyai daya tarik yang khas. Dengan bakat dan keterampilan tersebut sangat
berguna dalam menjalankan tugasnya mengembangkan motif-motif baik motif
pembawaan (geogenetik), motif yang berasal dari masyarakat lingkungan (Sosio
50
Genetis), maupun motif yang bersal dari ajaran agama (Theogenetis), menjadi
perilaku yang diinginkan oleh peran dakwah yang disampaikannya.3
Dalam garis besarnya, sebenarnya telah jelas, bahwa materi dakwah adalah
seluruh ajaran Islam yang telah tertuang di dalam Al-Quran dan As-Sunnah sedang
pengembangannya akan mencakup seluruh kultur Islam yang murni. Materi yang luas
sudah tentu memerlukan pemilihan yang cermat, disamping perlunya diperhatikan
kondisi dan situasi kemasyarakatan yang ada.
Ustad Yusuf Mansur dalam menyampaikan ceramahnya dapat ditempuh dari
beberapa cara, misalnya pendekatan substansial, dimana Yusuf Mansur telah
mengadakan pemilihan materi yang tetap dari ajaran Islam tersebut. Misalnya dalil-
dalil tentang sedekah, maka substansi itu kemudian dijabarkan secara maksudnya dan
ditunjukan implementasinya atau pelaksanaanya.
Hal ini juga bisa ditempuh dengan pendekatan pragmatis, dimana materi
dijabarkan sesuai dengan keperluan para peminat dakwah sendiri, disesuaikan dengn
kehidupan sehari-hari, sehingga ajaran Islam itu dirasakan sebagai petunjuknya yang
tetap untuk praktek kehidupannya.4
Dapat disimpulkan bahwa seorang da’i selaku komunikator harus mampu
melogikakan pesan dakwah dengan bahasa yang mudah dipahami sehingga
mempunyai daya tarik yang khas. Materi dakwah yang disampaikan mampu
mengambil posisi sebagai stimulator yang dapat memotivasir menuju tingkah laku
3 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2006). h. 173 4 M. Syafa’at Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta : PT BUMIRESTU, 1982). h. 94
51
atau sikap kita yang sesuai dengan pesan-pesan dakwah. Dan dalam pemilihan
materipun seorang da’i pula harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan, bahasa dan
tradisi yang menjadi sasaran dakwah. Sehingga kominikasi yang dilakukan berjalan
dengan efektik sesuai apa yang diharapakan komunikan dan komunikator.
Pertanyaan tentang respon behavioral
Table 4.6 tentang behavioral
No Item Pertanyaan SS S TS STS Skors Rangking
1 Setelah menonton ceramah Ustad
Yusuf Mansur saya lebih giat
untuk bersedekah.
20
60
13
1
287
2
2 Setelah menonton ceramah Ustad
Yusuf Mansur saya menerapkan
pola hidup hemat.
17
57
19
1
278
6
3 Saya akan mengajak jamaah lain
untuk mengikuti ceramah Ustad
Yusuf Mansur
15
62
17
0
280
5
4 Setelah menonton ceramah Ustad
Yusuf Mansur saya akan lebih giat
mengadakan santunan anak yatim.
19
61
13
1
286
3
5 Saya akan lebih peduli dengan
sesama yang membutuhkan
bantuan
31
60
3
0
322
1
52
6 Saya menyarankan orang lain
untuk menonoton ceramah Ustad
Yusuf Mansur.
15
66
13
0
284
4
Pada tabel pertanyaan tentang Behavioral variabel nomor 5 (lima) menduduki
peringkat pertama dengan skors 322, yakni tentang dimana responden peduli dengan
sesama yang membutuhkan bantuan. Sedangakan pada tabel ini yang menduduki
peringkat nomor 2 (dua) yakni variabel nomor 1 (satu) dengan skors 287, tentang
dimana responden lebih giat untuk bersedekah setelah menonton ceramah ustad
Yusuf Mansur. Adapun peringkat ke 3 diduduki oleh variabel nomor 4 (empat) yang
mana responden setuju dan akan lebih giat mengadakan santunan anak yatim setelah
menyaksikan ceramah ustad Yusuf Mansur, dengan skors 286.
Dengan demikian dapat dilihat dari deskripsi tabel tentang respon Behavioral
bahwasanya, responden lebih peduli dengan sesama yang membutuhkan bantuan
menduduki peringkat pertama, hal ini dikuatkan dengan peringkat nomor dua yang
diduduki, yakni responden lebih giat untuk bersedekah setelah menonton ceramah
dakwah ustad Yusuf Mansur.
Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Oleh
karena itu, manusia tidak bisa hidup di muka bumi ini kalau tidak bersosialisasi
dengan masyarakat luas. Hal ini disebabkan oleh responden lebih peduli dengan
sesama yang membutuhkan bantuan atau uluran dari tangan kita menduduki
peringakat pertama.
53
Manusia adalah mahluk yang paling gemar mempergunakan lambang bahkan
dapat dikatakan bahwa salah satu karakteristik dari manusia yang membedakan dari
mahluk lain adalah dalam hal kemampuannya berkembang (Simbolicum Animal).5
Secara psikologis, bahasa mempunyai peran yang sangat besar dalam mengendalikan
ataupun merubah tingkah laku manusia.
Materi dakwah yang disampaikan mampu mengambil posisi sebagai
stimulator yang dapat memotivasir menuju tingkah laku atau sikap kita yang sesuai
dengan pesan-pesan dakwah. Da’i sebagai komunikator sudah barang tentu usahanya
tidak hanya terbatas pada usaha menyampaikan pesan semata-mata tetapi dia juga
harus konsen terhadap kelanjutan efek komunikasinya terhadap komunikan, apakah
pesan-pesan dakwah tersebut sudah cukup membangkitkan rangsangan/dorongan bagi
komunikan sesuai dengan apa yang diharapkan, ataukan komunikan tetap pasif
(mendengar tetapi tidak mau melaksanakan) bahkan menolak atau serta antipasti dan
apatis terhadap pesan dakwah tersebut.6
Dapat disimpulkan bahwa manusia adalah mahluk sosial yang saling
membutuhkan satu sama lainnya. Disamping itu, dilengkapi pula oleh adanya
perasaan sosial, nilai-nilai dan norma-norma yang timbul atas akibat dari adanya
pergaulan hidup merupakan bentuk sosialisasi dengan sesama manusia dan hidup
berdampingan satu sama lain secara harmonis dan saling melengkapi. Dan materi
dakwah sebagai stimulator dapat memotivasi kita untuk menuju kebahagian dunia
dan kebahagiaan akherat.
5 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gema Media Pratama, 1997). h. 4 6 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2006). h. 159
54
4) Analisis Data Menggunakan Chi-Kuadrat
Tabel 4.7. Analisis data menggunakan Chi-kuadrat sesuai Jenis kelamin Responden
Jenis
Kelamin Respon Fo Fh fo-fh (fo-fh)² (fo-fh)²/fh
55
Keterangan:
= frekuensi observasi
= frekuensi harapan
Ho: Tidak terdapat perbedaan antara latar jenis kelamin dengan jamaah Majelis
Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi sedekah dakwah ustad Yusuf
Mansur.
H1 : terdapat perbedaan antara latar jenis kelamin dengan respon jamaah Majelis
Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi sedekah dakwah ustad Yusuf
Mansur.
Jadi r x² hit = 1926.804168
db = (r-1) (c-1) jadi: Alfa = 5%
= (3-1) (3-1) x²tab = 5,99
= 2 x 2 Maka: x² hit > x²tab Ho ditolak
= 4
Dari tebel 4.7 menunjukan bahwa nilai chi-square x²tab (5,99) dan nilai x² hit
(1926.804168) maka x² hit > x²tab atau x² hit lebih besar dari x²tab artinya terdapat
Kognitif 1232 1748,57 83 6889 3.9397908
PR Afektif 1126 1787,64 1149 1320201 738.516144
Behavioral 922 1750,09 -23 529 0.30227017
Kognitif 1079 1318,98 945 893025 677.057272
LK Afektif 940 1285,33 134 17956 13.9699532
Behavioral 806 1317,67 806 649636 493.018738
1926.804168
56
perbedaan antara jenis kelamin dengan respon jamaah Majelis Taklim Baiturrahman
Bukit Cinere terhadap materi sedekah dakwah ustad Yusuf Mansur.
Tabel 4.8. Analisis data menggunakan Chi-kuadrat sesuai latar belakang pendidikan
Responden
Keterangan:
= frekuensi observasi
= frekuensi harapan
Ho: Tidak terdapat perbedaan antara latar belakang pendidikan dengan respon
jamaah Majelis Taklim Baiturrahman Bukit Cinere terhadap materi sedekah dakwah
ustad Yusuf Mansur.
Jenis
Pendidikan Respon Fo Fh fo-fh (fo-fh)² (fo-fh)²/fh