BUBUR ASYURA[versi manis ]
bahan2 kilo beras
2 kilo keledek2 kilo keladi2 biji pisang nangka5 liter santan [5
biji kelapa]1 kilo gula pasir2 kilo gula merah3 tin jagung manis1
kilo kacang hijau [rebuskan]1/2 kilo sagu [basuh dan toskan]1/2
kilo tepung beras10 helai daun pandan
cara1. Keledek, keladi dan pisang dipotong dadu2. Rebuskan
beras,kedelek dan keladi. Toskan3. Jerangkan santan dengan gula
merah, gula pasir dan daun pandan sehingga larut.4. Masukkan semua
bahan dan tepung beras.5. Sentiasa kacau supaya tidak bergentel.6.
Masukkan sagu dan kacau sehingga pekat dan kental.7. Bila sagu
nampak jerneh tuangkan dalam loyang dan sejukkan.8. Bila sejuk
boleh dipotong dan hidangkan.
ini resepi yang saya download dari internet..tak jauhlah sangat
bezanya dengan resepi yang pelajar Mesbah buat .. niat tahun ni,
nak kacau bubur asyuraa versi utara setelah sekian lama asyik
mengacau bubur asyuraa untuk hidangan anak-anak makan di Cairo.kami
rasa mereka dah rindu sangat nak makan bubur asyura dari Mesbah.
Walaupun mereka tak boleh nak buat tapi tengok pun dan rasa sedap,
kalau duduk jauh. Kalau lapar nak makan bubur Syuraa kamu bautlah,
ikut resepi yang di sediakan ini, pakat haru ramai-ramai....
Resipi Bubur Asyura
Memandangkang lening masih lagi musing syura, pok rase ade
baiknye pok boh lah sini resipi nok buat syura. Rama orang suke
makang syura tapi dok rama orang tahu membuatnye. Cume sekador jong
kuca tu memang rama orang yang pandai. Biasenye orang-orang tue
macang pok ni lah hok tahu care-care nok buat syura. Bukang kate
nok nunjuk-nunjuk pulok. Pok ni bukang jenih orang kedekut ilmu.
Jadi kite pakat-pakat belajorlah ye. Pok takut kalu orang2 tue
macang pok ni tak dok lagi, sape pulok nok buat syura.
SYURA - CARA KLANTANG(Cara Gganu kite pong lebih kurang same
je)
Bahang-bahangnye: (Untuk satu kawoh kecil)(Tapi kalu nok buat
sikit tu buleh lah kuca dalang kuali je. Bahang-bahang tu ejas le
ye).
1 gantang beras.4 kg bawang merah (3 kg dimesin , 1 kg dijadikan
bawang goreng)
3 kg gula (kalu takut kena kecing manis, kurangkanglah
sikit)
½ kg nisang.
4 kg daging lembu atau ayang (Kalu nok buboh keduo2 sekalipong
buleh gak).
4 kg santang
1 kg kacang hijau (dimasak terlebih dulu sapa pok)
1 kg ubi stelor (dimasak terlebih dulu sapa pok)10 jantung
jagung (parut dan ambik isinye je, jangang boh ngan pulo-pulo tuh,
nanti lekat pulok orang makang. Pok dok tanggungjawab....)
1 kg kelapa parut (untuk kerisek)
5 btg serai (Kalu belakang umoh tu ade hok tanang sediri, bohla
lebih siket)
5 cm halia
1/4 kg bawang putih
rempah syura (Beli atah pasor Siti Khatijah – kabo nok untuk
sekawoh)
1/2 cawan garam (secukup rase)Tempurong kelapa. ( Bekah untok
makan mase panah-panah…. hehehe)
Cara memasaknya:
Sediakang kawoh. Nok lebih elok gunalah kayu api. (Tok soh gune
dapor gaslah. Gas lening mahal sangat…. rugi) Beras, kacang hijau
dan ubi di masak dan dikacau hingga hancur. Jangang berenti kacau.
Nanti hangit dang berkerak pulok . (tambah air jika perlu). 3 kg
bawang merah + bawang putih + halia + serai dimesin. (Orang jamang
dulu tumbok weh). Daging lembu / ayang direbus hingga pok dan
disoyok-soyok(serupe buat sambal daging). Gaul bersama air
rebusangnya, rempah syura dan bahan yang dimesin. Masukkan santang
sedikit demi sedikit hingga habis. Masukkan gula, nisang, garam
dang kacau hingga rata. Masukkan daging dang rempah tadi serta
bahang-bahang lain kemudian kacau lagi. Akhir sekali, masukkang
kerisek dan bawang goreng. Kacau hingga kering. Sejukkan ke dalang
talang. Kalu nok makang panas-panas, boh la dalang purong. Carila
tepat2 teduh sikit, dok tinggong dan makanglah.
Syura hok siap doh. Jemput makang......
Hiaslah siket deh dengang telor dadar dang nyior goreng.
Napoklah selero sikit.
Muharam dan kelebihannya...
Posted by humaira_ on Jan 18, '08 2:27 AM for everyone
Bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan haram atau
bulan yang dimuliakan Allah. Empat bulan tersebut adalah bulan
Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.
“Sesungguhnya jumlah bulan di kitabullah (Al Quran) itu ada dua
belas bulan sejak Allah menciptakan langit dan bumi, empat di
antaranya adalah bulan-bulan haram” (QS. At Taubah: 36)
Kata Muharram artinya “dilarang”. Sebelum datangnya ajaran
Islam, bulan Muharram sudah dikenal sebagai bulan suci dan
dimuliakan oleh masyarakat Jahiliyah. Pada bulan ini dilarang untuk
melakukan hal-hal seperti peperangan dan bentuk persengketaan
lainnya. Kemudian ketika Islam datang, kemuliaan bulan haram
ditetapkan dan dipertahankan sementara tradisi jahiliyah yang lain
dihapuskan termasuk kesepakatan tidak berperang.
Bulan Muharram memiliki banyak keutamaan, sehingga bulan ini
disebut bulan Allah (Syahrullah). Beribadah pada bulan haram
pahalanya dilipatgandakan dan bermaksiat di bulan ini dosanya
dilipatgandakan pula. Pada bulan ini, tanggal 10 Muharram, Allah
menyelamatkan nabi Musa a.s dan Bani Israil dari kejaran Firaun.
Mereka memuliakannya dengan berpuasa. Kemudian Rasulullah SAW
menetapkan puasa pada tanggal 10 Muharram sebagai kesyukuran atas
pertolongan Allah SWT. Masyarakat Jahiliyah sebelumnya juga
berpuasa. Puasa Muharram tadinya hukumnya wajib, kemudian berubah
jadi sunnah setelah turun kewajiban puasa Ramadhan.
“Ini adalah hari yang agung yaitu hari Allah menyelamatkan Musa
dan menenggelamkan keluarga Firaun.
Rasulullah SAW bersabda: “Dari Ibu Abbas ra, bahwa Nabi SAW,
ketika datang ke Madinah, mendapatkan orang Yahudi berpuasa satu
hari, yaitu ‘Asyuraa (10 Muharram). Mereka berkata, “Ini adalah
hari yang agung yaitu hari Allah menyelamatkan Musa dan
menenggelamkan keluarga Firaun. Maka Nabi Musa as berpuasa sebagai
bukti syukur kepada Allah SWT”. Rasulullah SAW, berkata, “Saya
lebih berhak mengikuti Musa as. Daripada mereka.” Maka beliau
berpuasa dan memerintahkan (umatnya) untuk berpuasa”. (HR.
Bukhari)
Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah SAW bersabda,
“Sebaik-baiknya puasa setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan
Allah Muharram. Dan sebaik-baiknya ibadah setelah ibadah wajib
adalah shalat malam.” (HR Muslim)
Walaupun ada kesamaan dalam ibadah, khususnya berpuasa, tetapi
Rasulullah SAW memerintahkan pada umatnya agar berbeda dengan apa
yang dilakukan oleh Yahudi, apalagi oleh orang-orang musyrik. Oleh
karena itu beberapa hadis menyarankan agar puasa ‘Asyura diikuti
oleh puasa satu hari sebelum atau sesudah puasa hari ‘Asyura.
Secara umumnya, puasa Muharram dapat dilakukan dengan beberapa
pilihan:
1. Berpuasa tiga hari, sehari sebelumnya dan sehari sesudahnya,
yaitu puasa tanggal 9, 10 dan 11 Muharram.
2. Berpuasa pada hari itu dan satu hari sesudah atau sebelumnya,
yaitu puasa tanggal 9 dan 10, atau 10 dan 11 Muharram.
3. Puasa pada tanggal 10 saja, hal ini karena ketika Rasulullah
SAW memerintahkan untuk puasa pada hari ‘Asyura para sahabat
berkata: “Itu adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi
dan Nasrani, beliau bersabda: “Jika datang tahun depan insya Allah
kita akan berpuasa hari kesembilan, akan tetapi beliau meninggal
pada tahun tersebut.” (HR. Muslim)
Landasan puasa pada tanggal 11 Muharram didasarkan pada keumuman
dalil keutamaan berpuasa pada bulan Muharram. Di samping itu
sebagai bentuk kehati-hatian jika terjadi kesalahan dalam
penghitungan awal Muharram. Selain berpuasa, umat Islam disarankan
untuk banyak bersedekah dan menyediakan lebih banyak makanan untuk
keluarganya pada 10 Muharram. Tradisi ini memang tidak disebutkan
dalam hadits, namun ulama seperti Baihaqi dan Ibnu Hibban
menyatakan bahwa hal itu baik untuk dilakukan. Demikian juga
sebagian umat Islam menjadikan bulan Muharram sebagai bulan anak
yatim. Menyantuni dan memelihara anak yatim adalah sesuatu yang
sangat mulia dan dapat dilakukan kapan saja. Dan tidak ada landasan
yang kuat mengaitkan menyayangi dan menyantuni anak yatim hanya
pada bulan Muhaaram. Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam
sistem kalender Islam. Oleh karena itu salah satu momentum yang
sangat penting bagi umat Islam yaitu menjadikan pergantian tahun
baru Islam sebagai saranan umat Islam untuk bermuhasabah terhadap
langkah-langkah yang telah dilakukan dan rencana ke depan yang
lebih baik lagi. Momentum perubahan dan perbaikan menuju
kebangkitan Islam sesuai dengan jiwa hijrah Rasulullah SAW dan
sahabatnya dari Mekkah ke Madinah.
Dari Abu Qatada ra. Rasulullah ditanya tentang puasa hari
‘Asyura, beliau bersabda: “Saya berharap ia bisa menghapuskan
dosa-dosa satu tahun yang telah lewat.” (HR. Muslim)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al
Hasyr: 18)
ANTARA ADAT DAN SYARIAT
Perkara yang sering menjadi adat dikalangan kita ialah memasak
BUBUR ASYURAA'. Hal ini disandarkan kepada peristiwa Nabi Allah Nuh
as.
Disebutkan dalam kitab Nihayatuz Zain (halaman 196 Syeikh Nawawi
Al-Banteni), Kitab Nuzhatul Majalis (halaman 172 Syeikh Abdur
Rahman Al-Ushfuri), Kitab Jam'ul Fawaid ( halaman 132 Syeikh Daud
Al-Fathoni) bahawasanya ketika mana bahtera Nabi Nuh as berlabuh di
bukit Juudi pada hari Asyuraa maka berkatalah baginda kepada
umatnya :
"Himpunkan apa yang kamu miliki daripada makanan yang lebih,
maka dibawalah satu genggam daripada kacang Baqila' iaitu kacang
ful dan satu genggam kacang Adas dan Ba'ruz dan tepung dan kacang
Hinthoh sehingga menjadi tujuh jenis biji bijian yang dimasak"
"Maka berkata Nabi Nuh as : Masaklah sekaliannya kerana kamu
sudah mendapat kesenangan sekarang".
Maka berdasarkan kisah inilah sebahagian kaum muslimin
menjadikan makanan mereka itu daripada biji bijian yang dinamakan
BUBUR ASYURAA' (bubur yang dimasak sempena hari kesepuluh dalam
bulan Muharam). Dan itulah masakan yang pertama dimasak di atas
permukaan bumi setelah berlakunya banjir besar dan taufan yang
melanda bumi.
Syeikh Ibn Hajar Al Asqolani bersyair dengan katanya
في يوم عاشوراء سبع تهرس بر أرز ثم ماش عدس
وحمص ولوبيا والفول هذا هو الصحيح والمنقول
Maksudnya : Pada Hari Ayuraa' terdapat tujuh yang dimakan iaitu
Gandum (tepung) Beras, kemudian Kacang Mash (kacang kuda) dan
Kacang Adas (kacang dal).
Dan Kacang Himmash (kacang putih) dan Kacang Lubia ( sejenis
kacang panjang) dan kacang Ful. Inilah kata-kata yang sohih dan
manqul (yang diambil dari kata-kata ulamak).
Daripada apa yang dibahaskan di atas, maka dilihat bahawa
sejarah BUBUR ASYURAA' ini diambil daripada peristiwa arahan dan
perintah Nabi Nuh as kepada umatnya ketika dahulu.
Oleh itu, Adakah salah bagi kita mengambil apa yang dilaksanakan
oleh umat terdahulu dan apa yang diarahkan oleh Nabi Nuh as kepada
umatnya untuk kita pula laksanakannya?
Perkara ini bukanlah termasuk dalam hukum hakam yang ada
nasakhnya dalam Syariat Islam. Ianya hanya kisah dan peristiwa yang
perlu diambil iktibar dan dihayati oleh umat manusia dan seterusnya
beriman dan menghampirkan diri kepada Allah swt dengan
sebenar-benar taqwa.
Andai ia arahan tadi merupakan suatu perintah, maka kita
mengatakan ia merupakan Ash Syar'uu Man Qablana iaitu perkara
syariat yang berlaku pada zaman dan umat terdahulu yang tidak
dinasakhkan untuk menjadikan iktibar dan panduan hidup berterusan
umat akan datang.
Maka BUBUR ASYURAA' merupakan salah satu daripada perkara yang
disebutkan sebagai Ash Syar'uu Man Qablana yang boleh kita amalkan
dalam kehidupan kita dan ia tidaklah di anggap sebagai suatu
BIDAAH.
Tanggapan sebahagian orang yang mengatakan perkara ini BIDAAH
dan adat semata-mata adalah tidak benar. Adat juga boleh menjadi
Ibadah andai perkara seperti memasak BUBUR ASYURAA' ini kita
jadikan sebagai amalan untuk mengingati dan menghayati peristiwa
yang berlaku di zaman Nabi Nuh as. Kerana kelalaian dan lupa dengan
tuntutan beragama, dan di sebabkan menuruti kehendak nafsu yang
rakus, maka Allah tenggelamkan mereka sehingga tiada suatu pun yang
tinggal dan disimpan untuk dimakan melainkan sedikit sahaja.
Maka tidak salah kita adakan Majlis Memasak BUBUR ASYURAA'
dengan penghayatan tersebut dan bertujuan untuk memberi makan
kepada keluarga, faqir miskin yang sangat memerlukan dan menjamu
orang yang berbuka puasa dan sebagainya. Ia akan dihitung sebagai
Ibadah yang mulia disisi Allah swt insyaallah.
p/s : Makan bubur makan juga!!! Tapi penghayatan itu lebih
penting. Menggabungkan kedua-dua niat itu alangkah lagi bagus.
"Masak dengan niat menjamu dan sedekah + Menghayati peristiwa dan
Kisah Nabi Nuh as".
Dewan pelajar Mesbah membuat Asyura
Khamis 31 Dicember 2009 : Dewan pelajar Maahad Mesbah el-Ulum,
mengadakan acara membuat asyura berjamaah. Acaca membuat ayura kali
ini, diikuti oleh semua para guru dan pelajar Mesbah. Mereka
membuat bubur asyura sebanyak 11 kawah Menelan perbelanjaan sekitar
6,550 kup/bath.masa 1 malam 1 hari.
Ini resepi asyura Mesbah (Untuk 1 kawah = 6 nikar)
Bahan asas
1- Beras5 kg.
2- Gula 5 kg.
3- Manisan4 kg.
4- Kelapa20 biji
5- Kelapa kering½ kg.
6- Garamsecukup rasa
7- Airsecukup rasa
Bahan rempah
1- Serai (diheris kecil)1 liter
2- Langkuas (diheris kecil)1 liter
3- Kunyit (diheris kecil)1 liter
4- Halia (diheris kecil)1 liter
5- Lada hitam (lada benar) 1 gr.
6- Ketumbar(diheris kecil)½ kg
7- Bawang merah 1 kg
8- Bawang puteh½ kg
Bahan tambahan
1- Buah Labu3 kg
2- Jagung3 kg
Cara memasaknya:Sediakan kawah. Nak lebih baik gunalah dapur
pakai kayu api. (Tak u sah guna dapur gas). Gas sekarang mahal
sangat…. rugi) Beras, kacang hijau dan ubi di masak dan dikacau
hingga hancur. Jangang berenti kacau. Nanti hangit dan jangan
berkerak pulak . (tambah air jika perlu). 1 kg bawang merah +
bawang putih + halia + serai dimesin. (Orang zamandulu tumbok).
Gaul bersama air rebusannya, rempah syura dan bahan yang dimesin.
Masukkan santang sedikit demi sedikit hingga habis. Masukkan gula,
nisang, garam dan kacau hingga rata. Masukkan rempah tadi serta
bahang-bahang lain kemudian kacau lagi. Hingga satut atau
masak.
Akhir sekali, masukkang kerisek dan bawang goreng. Kacau hingga
kering. Sejukkan ke dalang talang. Kalu nok makang panas-panas, boh
la dalang purong. Carila tepat2 teduh yang sesuai untuk di makan
bersama.. beramai-mai, jangan lupa berdoa gatek . Amin
Cara pelajar membuat asyura.
Mereka bahagi 10 kumpulan untuk 1 kawah, di jalankan serentak 10
kawah , setiap kumpulan mempunyai anggota seramai 45-50 orang
pelajar, bergilir-gilir kacau/haru dengan menelan masa setiap kawah
selama 6-7 jam. Mereka mengadakan pertandengan cara mengacau dan
kawah mana yang yang sedap atau cepat masak.