Polimerisasi adalah proses penggabungan satu molekul (monomer)
menjadi molekul yang berantai panjang (polimer). Polimerisasi dapat
terjadi karena panas, cahaya, oksigen, dan zat kimia. Resin acrylic
dapat berolimerisasi oleh karena panas atau cahaya. Polimerisasi
merupakan proses yang lama dan sesungguhnya tidak pernah selesai.
Polimerisasi pada suhu tinggi menghasilkan berat jenis yang lebih
rendah daripada bahan yang dihasilkan polimerisasi pada suhu
rendah. Ada dua tipe polimerisasi, yaitu polimerisasi adisi dan
polimerisasi kondensasi. Bila molekul sejenis bergabung menjadi
ikatan yang lebih panjang, maka disebut polimrisasi adisi. Tipe ini
banyak dipakai pada kedokteran gigi, missal: resin acrylic. Bila
molekul yang berlainan bergabung dan membentuk molekul ketiga yang
sama sekali berbeda pada keadaan awal, disebut polimerisasi
kondensasi. Polimerisasi sempurna terjadi dalam empat tahap:a.
Initiation ( Tahap pembentukan molekul monomer aktif oleh initiator
benzoil peroxide yang dibantu dengan activator (zat kimia, sinar
ultraviolet,atau pemanasan).b. Propagation ( Tahap terbentukknya
rantai polimer.c. Termination ( Tahap pembentukan polimer dimana
reaksinya terhenti, yang ditandai dengan pertukaran sebuah atom
hydrogen dari satu rantai yang terbentuk pada rantai lain.d. Chain
Transfer ( Proses dimana pertumbuhan rantai menjadi aktif kembali
untuk pertumbuhan selanjutnya.I.3. Permasalahan
I.3.1. Bagaimana klasifikasi resin?I.3.2. Apa saja syarat resin
dalam kedokteran gigi?I.3.3. Bagaimana komposisi dan sifat resin
akrilik?I.3.4. Bagaimana cara manipulasi resin akrilik?I.3.5. Apa
sajakah pengaplikasian resin akrilik dalam kedokteran gigi? I.5.
Learning Objevtive
I.5.1.Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi
resin.I.5.2.Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan syarat-syarat
resin dalam kedokteran gigi.I.5.3.Mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan komposisi dan sifat resin.I.5.4.Mahasiswa mampu
memahami dan menjelaskan cara manipulasi resin
akrilik.I.5.5Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan aplikasi
resin akrilik dalam kedokteran gigi.TINJAUAN
PUSTAKAII.1.Klasifikasi resin
Berdasarkan asalnya resin dapat dibedakan menjadi resin alami
dan sintetik. Resin alami merupakan bahan yang disekresikan oleh
tumbuhan dan serangga tertentu, misalnya rosin (Harty, 1987).
Sedangkan resin sintetik terdiri dari campuran bahan-bahan kimia
dengan struktur kimia yang mengacu pada resin alami.Dari sifat
termalnya, resin dibagi lagi menjadi resin termoplastik dan
termosetting. Resin termoplastik, seperti kompoun cetak dan
akrilik, melunak ketika di panaskan melebihi temperatur transisi
kaca (Tg), kemudian dapat dibentuk dan dengan pendinginan akan
mengeras dalam bentuk tersebut. namun, pada pemanasan ulang bahan
dapat melunak kembali dan dapat dibentuk kembali bila diperlukan.
Setelah itu, resin termosetting, merupakan resin yang menjadi keras
secara permanen bila dipanaskan melebihi temperatur kritis dan
tidak melunak kembali pada pemanasan ulang (Phillips, 1996).
Sesuai dengan skenario, resin akrilik merupakan resin sintetik
termoplastik. Resin akrilik sendiri memiliki beberapa klasifikasi
berdasarkan cara polimerisasinya:
1. Heat cured acrylic resin : resin akrilik yang menggunakan
pemanasan untuk polimerisasi.
2. Self cured acrylic resin : resin akrilik yang menggunakan
akselerator kimia untuk polimerisasi yaitu dimetil-para-toluidin.3.
Light cured resin : resin akrilik yang menggunakan sinar tampak
untuk polimerisasi.II.2. Syarat resin dalam KG
Semua dental material harus memenuhi syarat-syarat fundamental
sebelum dapat digunakan secara klinis pada pasien, tidak terkecuali
resin akrilik. Berikut adalah syarat-syarat standar dental
material:
1. Biologis : tidak memiliki rasa, tidak berbau, tidak toksik,
dan tidak mengiritasi jaringan rongga mulut, tidak boleh larut
dalam saliva atau cairan lain yang dimasukkan ke dalam mulut, dan
tidak dapat ditembus cairan mulut.
2. Fisik : memiliki kekuatan dan kepegasan serta tahan terhadap
tekanan gigit atau pengunyahan, tekanan benturan, serta keausan
berlebihan yang dapat terjadi di dalam rongga mulut. Resin akrilik
jugalah harus stabil dimensinya dibawah semua keadaan, termasuk
perubahan termal serta variasi-variasi dalam beban.
3. Estetik : menunjukkan transluensi atau transparansi yang
cukup sehingga cocok dengan penampilan jaringan mulut yang
digantikan, harus dapat diwarnai atau dipigmentasi, dan harus tidak
berubah warna atau penampilan setelah pembentukan.
4. Karakteristik penanganan : tidak boleh menghasilkan uap atu
debu toksik selama penanganan dan manipulasi, mudah diaduk,
dimasukkan, dibentuk, dan diproses, mudah dipoles, dan pada keadaan
patah yang tidak disengaja, resin harus dapat diperbaiki dengan
mudah dan efisien.
5. Ekonomis : biaya resin dan penanganannya haruslah rendah, dan
proses tersebut tidak memerlukan peralatan kompleks serta mahal
(Phillips, 1996)
II.3. Komposisi dan sifat resin akrilik
Resin akrilik pada dasarnya memiliki dua komposisi dasar yaitu
bubuk polimer dan cairan monomer.
Polimer
Secara umum polimer resin akrilik terdiri dari poli (metil
metakrilat), initiator (0.2-0.5% benzoil peroksida), pigmen
(merkuri sulfat, cadmium selenit, ferric oxide), plasticizer
(dibutil ptalat), opacifiers (zinc atau titanium oxide), bahan
tambahan berupa serat sintetis organik (serat nilon atau serat
akrilik) dan anorganik (serat kaca, zirkonium silikat). Untuk resin
akrilik jenis self cured , ada bahan tambahan aktivator berupa amin
tersier, sedangkan pada light cured terdapat aktivator berupa
camphoroquinone. Monomer
Monomer resin akrilik terdiri dari metil metakrilat, stabilizer
(0.003 0.1% metil ether hydroquinone untuk mencegah terjadinya
proses polimerisasi selama penyimpanan), plasticizer (dibutil
pthalat), bahan untuk memacu ikatan silang (cross-linking agent)
yaitu etilen glikol dimetakrilat (EGDMA). Cross-link agent ini
berpengaruh pada sifat fisik polimer dimana polimer yang memiliki
ikatan silang bersifat lebih keras dan tahan terhadap pelarut
(Chanaka, 2010)II.4. Manipulasi resin akrilik
Manipulasi adalah suatu bentuk tindakan atau proses rekayasa
terhadap sesuatu dengan menambah ataupun mengurangi variabel yang
berkaitan guna mencapai sifat fisik maupun mekanik yang
dikehendaki. Sebelum diaplikasikan pada pasien, resin akrilik harus
diolah dan dimanipulasi sedemikian rupa sehingga memenuhi kriteria
pengaplikasian klinis yang baik. Secara umum, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam memanipulasi resin akrilik, antara
lain:
1. Perbandingan monomer dan polimer
Perbandingan yang umum digunakan adalah 3,5 : 1 satuan volume
atau 2,5 : 1 satuan berat. Bila monomer terlalu sedikit maka tidak
semua polimer sanggup dibasahi oleh monomer akibatnya akrilik yang
telah selesai berpolimerisasi akan bergranul. Sebaliknya, monomer
juga tidak boleh terlalu banyak karena dapat menyebabkan terjadinya
kontraksi pada adonan resin akrilik. 2. PencampuranPolimer dan
monomer dengan perbandingan yang benar dicampurkan dalam tempat
yang tertutup lalu dibiarkan beberapa menit sampai mencapai fase
dough.( SK Khindria ,2009) . Pada saat pencampuran ada empat
tahapan yang terjadi, yaitu: 1. Sandy stage adalah terbentuknya
campuran yang menyerupai pasir basah.
2. Sticky stage adalah saat bahan akan merekat ketika bubuk
mulai larut dalam cairan dan berserat ketika ditarik.
3. Dough stage adalah saat konsistensi adonan mudah diangkat dan
tidak melekat lagi, dimana tahap ini merupakan waktu yang tepat
untuk memasukkan adonan ke dalam mould dan kebanyakan dicapai dalam
waktu 10 menit.
4. Rubber hard stage adalah tahap seperti karet dan tidak dapat
dibentuk dengan kompresi konvensional. 3. PengisianTahap ini
disebut juga dengan packing, yaitu tahap penuangan resin kedalam
mould. Pada proses manipulasi yang perlu diperhatikan pada tahap
pengisian ini adalah ketepatan bahan mengisi rongga mould. dengan
pengisian pada rongga mould secara bertahap. Pada tahap selanjutnya
setelah dilakukan pengisian pada rongga mould adalah dilakukannya
press dengan pada kuvet. Kekuatan press yang diberikan pada kuvet
sebesar 1000 psi selama 5 menit kemudian sebesar 2200 psi selamat 5
menit juga. Selama proses press ini biasanya ditemukan flash, yaitu
adanya kelebihan bahan. Flash ini harus dibersihkan dan dipisahakan
dengan bagian resin yang mengisi mould. Setelah dilakukan ini tahap
berikutnya adalah dilakukannya curing.
4. Curring. Proses curring adalah proses terjadinya pengerasan,
dimana setiap jenis resin akrilik memiliki spesialisasi
tersendiri.
Heat cured acrylic resin : yaitu terjadinya curring yang
diaktivasi oleh adanya panas. Self cured acrylic resin : curring
cukup dapat dilakukan pada suhu ruang karena adanya aktivator amin
tersier. Light cured resin : proses curring dicapai dengan
dipaparkannya cahaya tampak.II.5. Aplikasi resin akrilik dalam
KG
Resin akrilik merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang
telah banyak aplikasikan untuk pembuatan anasir dan basis gigi
tiruan, pelat ortodonsi, sendok cetak khusus, serta restorasi
mahkota dan jembatan dengan hasil memuaskan, baik dalam hal estetik
maupun dalam hal fungsinya. Selain itu resin digunakan untuk reline
dan perbaikan prostesa, gigi palsu parsial. Resin juga telah
digunakan untuk retainer ortodontik dan perangkat removable gigi ,
pelindung mulut dari bruxism, mahkota gigi. (philis, 2003)
Resin akrilik digunakan sebagai bahan restorasi karena memilki
kelebihan yaitu daya alir tinggi, aplikasi mudah setting dengan
light-cured selama 10 menit, dan menghasilkan permukaan yang sangat
halus dan mengkilat. Digunakam sebagai sendok cetak karena dibuat
untuk menyesuaikan lengkung tertentu sehingga sering disebut sendok
cetak individual. Sebagai alat ortodonsi lepasan karena dipakai
sebagai plat dasar alat ortodontik lepasan yang berupa lempengan
plat akrilik berbentuk melengkung mengikuti permukaan palatum atau
permukaan lingual lengkung mandibula. Jenis resin yang dipakai
adalah heat curing dan cold curing. Bahan dari cold curing memiliki
berat molekul lebih rendah sehingga pengkerutannya lebih sedikit
namun memiliki porositas lebih banyak sehingga kekuatannya lebih
rendah.Sebagai reparasi yaitu bahan yang biasa digunakan adalah
jenis self-cured dan heat-cured. Bias juga digunakan sebagai
relining, Relining adalah mengganti permukaan protesa yang
menghadap jaringan. Bahan yang biasa digunakan adalah self-cured.
Namun juga digunakan resin yang diaktivasi dengan energy panas,
sinar, atau gelombang mikro yang nantinya akan menghasilkan panas
yang cukup besar dan distorsi basis protesa cenderung terjadi.
Tahap awal dari relining itu membersihkan permukaan yang menghadap
jaringan untuk meningkatkan perlekatan antara resin yang ada dengan
bahan relining. Lalu resin yang tepat dimasukkan dan dibentuk
dengan teknik molding tekanan.Dan yang terakhir digunakan untuk
rebasing, rebasing adalah mengganti keseluruhan basis protesa.
Bahan yang biasa digunakan adalah sel-cured. Caranya adalah bahan
self-cured dicampur sampai konsistensi encer lalu dimasukkan ke
daerah yang kan direparasi. Polimerisasi yang timbul akan lebih
sedikit apabila polimerisasi dilakukan di bawah tekanan hydrolic
hingga sebesar 250 kN/m pada suhu 40-50oC. (Philips,2003)BAB
IIIPEMBAHASANII.1.Klasifikasi resin
Resin merupakan suatu dental material yang telah digunakan
secara luas. Secara umum, resin ada yang alami (berasal dari
tumbuhan atau serangga tertentu) dan sintetik (dari senyawa kimia
yang strukturnya mengacu pada struktur resin alami). Resin akrilik
adalah salah satu contoh dari resin sintetik. Selain itu, resin
juga dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat termalnya, yaitu
termoplastik dan termosetting. Resin termoplastik dalah suatu resin
yang akan melunak apabila diberi suhu melebihi suhu transisi kaca
(Tg)-nya, dan kemudian mengeras. Apabila resin tersebut dipanaskan
kembali, maka akan lunak kembali. Contoh resin termoplastik adalah
resin akrilik. Hal tersebutlah yang membedakan resin termoplastik
dengan resin termosetting. Untuk resin termosetting, resin jenis
ini akan mengeras secara permanen apabila dipanaskan melebihi suhu
kritisnya. Sehingga bentuk resin ini akan tetap atau tidak berubah
meskipun mengalami pemanasan ulang.
Sesuai dengan skenario, resin akrilik yang merupakan jenis resin
sintetik, juga memiliki klasifikasi tersendiri berdasarkan cara
polimerisasinya, yaitu: heat-cured, self-cured, dan
light-cured.
Heat cured acrylic resin : yaitu terjadinya curring yang
diaktivasi oleh adanya panas.
Self cured acrylic resin : curring cukup dapat dilakukan pada
suhu ruang karena adanya aktivator amin tersier.
Light cured resin : proses curring dicapai dengan dipaparkannya
cahaya tampak
Setiap jenis resin akrilik tersebut, memiliki kekurangan dan
kelebihan masing-masing.
A. Heat Cured Acrylic (Resin Akrilik teraktivasi Panas)
Pada resin jenis ini, energy thermal diperoleh dari proses
perendaman akrilik di dalam air, selain itu juga diperoleh dari
proses perebusan. Resin ini memiliki komposisi bubuk atau powder
berupa polimethyl metakrilat dengan tambahan inisiator berupa
benzoil peroksida. Disamping juga ada liquid atau cairan berupa
methyl metakrilat yang di dalamnya terkandung sedikit kandungan
hydroquinone yang ditambah dengan glikol dimetakrilat sebagai bahan
ikat silang.
Kelebihan dari heat cured acrylic adalah nilai estetis unggul
dimana warna hasil akhir akrilik sama dengan warna jaringan lunak
rongga mulut. Selain itu, resin akrilik ini tergolong mudah
dimanipulasi dan harga terjangkau. Sedangkan jika dilihat dari segi
kekurangan heat cured acrylic adalah daya tahan abrasi atau
benturan masih tergolong rendah, fleksibilitas juga masih rendah
dan hasil akhir dari manipulasi akrilik akan terjadi penyusutan
volume.B. Self Cured Acrylic (Resin Akrilik teriaktivasi Kimia)
Berbeda dengan heat cured acrylic, self cured acylic menggunakan
activator berupa cairan kimia. Cairan kimia yang digunakan adalah
dari golongan amin tersier biasanya adalah dietil paratuloidin.
Jenis ini memang tidak sesempurna tipe I karena residu monomer yang
terbentuk dari proses polimerisasi dan manipulasi lebih banyak.
Namun hal tersebut dapat diatasi dengan mengatur suhu dan waktu
manipulasi secara tepat.
Kelebihan dari tipe ini adalah mudah dilepaskan dari kuvet,
fleksibilitas lebih tinggi dari tipe I, pengerutan volumeakhir
tergolong rendah karena proses polimerisasi dari tipe ini tergolong
kurang sempurna. Sedang kekurangannya adalah elastisitas dari tipe
ini tergolong kurang dari tipe I, kemudian karena digunakan bahan
kimia hal tersebut dapat mengiritasi jaringan rongga mulut, dandari
segi ekonomis lebih mahal.C. Light Cured Acrylic (Resin Akrilik
teriaktivasi Cahaya)
Cahaya yang dapat digunakan sebagai activator pada resin akrilik
jenis ini adalah sinar UV dengan panjang gelombang 290-4nm dan
sinar tampak dengan panjang gelombang 400-700 nm. Pada proses
manipulasi resin akrilik jenis ini, ditambahkan bahan inisiator
berupa champorquinon.
Kelebihan dari resin akrilik jenis ini adalah penyusutan saat
polimerisasi rendah, hasil akhir manipulasinya dapat dibentuk
dengan baik dan resin ini dapat dimanipulasi dengan peralatan
sederhana. Kekurangan dari resin akrilik ini adalah elastisitas
dari resin akrilik ini kecil dan penggunaan sinar UV pada resin ini
dapat merusak jaringan rongga mulut.D. Microwave Cured Acrylic
(Resin Akrilik teriaktivasi Kimia)
Activator pada resin akarilik ini adalah gelombang mikro dimana
gelombang ini membuat molekul bergerak secara merata dan seimbang
ke segala arah sehingga hasil akhir dari resin akrilik ini lebih
sempurna dari yang lain. Hal tersebut disebabkan karena hamper
semua monomer beraksi sehingga proses polimerisasinya sempurna.
Kelebihan dari jenis resin akrilik ini adalah waktu pemanasan
yang dibutuhkan dari resin ini lebih singkat, perubahan warna
kecil, sisa monomer lebih sedikit karena polimerisasinya lebih
sempurna. Kekurangan dari resin jenis ini yakni resin akrilik ini
masih dapat menyerap air, selain itu harga cukup mahal karena
peralatan manipulasinya canggih.Jenis
ResinAktivatorKelebihanKekurangan
Heat Curing acrylic resinEnergi termal yang berasal dari
panasWarna stabil dan murahTerdapat pengerutan volume akhir,
pembuatannya tidak praktis
Self Curing acrylic resinDimethyl paratoluidine atau amin
tersierPengerutan volume akhir lebih kecil, praktis, dan relatif
murahTerdapat sisa-sisa monomer, kestabilan warna rendah, sisa
monomer lebih banyak, porositas lebih tinggi.
Light Curing acylic resinSinar tampak dan sinar UVWaktu
polimerisasi dapat diaturBila menggunakan sinar UV dapat merusak
jaringan.
Microwave Curing acrylicGelombang mikroWaktu lebih singkat,
polimerisasi lebih sempurna, proses pembuatannya lebih bersih, sisa
monomer lebih sedikit.Membutuhkan peralatan yang lebih mahal, masih
bersifat menyerap air.
Sehingga diharapkan dokter gigi dapat memilih mana resin akrilik
terbaik untuk digunakan.
II.2. Syarat resin dalam KG
Persyaratan bahan basis gigitiruan yang ideal untuk pembuatan
basis gigitiruan adalah:
1. Tidak toksis dan tidak mengiritasi
2. Tidak terpengaruh oleh cairan mulut: tidak larut dan tidak
mengabsorbsi
3. Mempunyai sifat-sifat yang memadai, antara lain:
a. Modulus elastisitas tinggi
b. Proportional limit tinggi: tidak mudah mengalami perubahan
secara permanen jika menerima tekanan.
c. Kekuatan transversal tinggi
d. Kekuatan impak tinggi: basis gigitiruan tidak mudah pecah
apabila terjatuh
e. Kekuatan fatique tinggi
f. Abration resistance dan kekerasan yang baik
g. Konduktivitas termal yang baik
h. Density rendah: untuk membantu retensi gigitiruan pada rahang
atas
4. Estetis dan stabilitas warna cukup baik
5. Hal-hal lain yang menjadi pertimbangan antara lain:
a. Radiopak
b. Mudah dimanipulasi dan direparasi
c. Tidak mengalami perubahan dimensi
d. Mudah dibersihkan
Sampai saat ini belum ada satu pun bahan basis gigitiruan yang
memenuhi semua persyaratan diatas.
II.3. Komposisi dan sifat resin akrilik
Komposisi
Komposisi resin akrilik secara umum adalah sama, yaitu terdiri
dari bubuk polimer dan cairan monomer. Namun pada resin jenis
tertentu, memiliki beberapa bahan tambahan. Berikut adalah
komposisi resin akrilik:
1. Polimer:
a. Poli(metil metakrilat)
Bubuk polimer yaitu poli( metil metakrilat ) adalah resin
transparan yang dapat menyalurkan cahaya dalam range ultraviolet
hingga yang mempunyai wavelength 250nm. Ia mempunyai kekerasan dari
18 hingga 20 Knoop Number. Kekuatan tensilnya dianggarkan dalam 60
Mpa, ketumpatannya adalah 1.19 g/cm2 dan modulus elasticity
dianggarkan 2.4 Gpa (2400 Mpa). Polimer ini sangat stabil. Ia tidak
mengalami diskolorisasi dalam cahaya ultraviolet, secara kimiawi
stabil dalam panas dan melembut pada 125C dan dapat dibentuk
seperti bahan termoplastik. Depolimerisasi terjadi pada suhu di
antara 125C dan 200C. Sekitar suhu 450C, 90% polimer telah
terdepolimerisasi membentuk monomer.
Poli (metil metakrilat) mempunyai kecenderungan untuk meresap
air melalui proses imbibisi. Ini karena, struktur non-kristalinnya
mempunyai tenaga internal yang tinggi. Jadi, diffusi molekul dapat
terjadi dengan mudah karena tidak memerlukan tenaga aktivasi yang
banyak. Ia dapat larut dalam beberapa pelarut organik seperti
kloroform dan aseton. b. Initiator
Initiator merupakan suatu bahan yang berfungsi untuk
mengaktifkan reaksi polimerisasi resin akrilik. Bahan initiator
yang biasa ditemukan adalah berupa 0.2 - 0.5% benzoil peroksida.
Substansi ini akan mengalami pemutusan ikatan oleh karena adanya
pemicu seperti panas pada heat-cured, kimia pada self-cured, dan
cahaya pada light-cured. Pemutusan ikatan satu benzoil peroksida
akan menghasilkan dua buah radikal bebas. Radikal bebas inilah yang
nantinya akan mengikat monomer-monomer sehingga terjadilah reaksi
polimerisasi.c. Pigmen
Zat pigmen pada resin akrilik akan membuat resin akrilik dapat
memiliki bermacam warna, yaitu transparan yang menyerupai warna
gigi, atau pink yang menyerupai gingiva. Beberapa sedian bahwa
mengandung serat-serat merah sehingga menyerupai pembuluh darah.
Zat pigmen dapat berupa merkuri sulfit, cadmium sulfit, cadmium
selenit, dan ferric oxide.d. Plasticizer
Plasticizer adalah zat additif untuk menambah kefleksibilitasan
resin akrilik. Zat ini dapat berupa dibutil pthalat.
e. Opacifiers
Tujuan bagi penambahan opacifiers adalah untuk memastikan resin
akrilik terlihat di dalam sinar-X apabila tertelan. Opacifiers yang
biasa digunakan adalah zinc atau titanium oxide.f. Bahan
tambahan
Bahan yang umumnya ditambahkan pada resin akrilik adalah serat
sintetis/organik (serat nilon atau serat akrilik) dan partikel
inorganik, seperti serat kaca, zirkonium silikat. Adanya penambahan
bahan-bahan ini biasanya dilakukan untuk merubah sifat fisik dan
menkanik, seperti penambahan serat kaca akan menyebabkan densitas
resin akan akrilik semakin meningkat.2. Monomer
a. Metil metakrilat
Cairan monomer adalah metil metakrilat, yaitu suatu cairan
bening pada suhu ruangan yang mempunyai sifat fisikal berikut:
Berat molekul : 100 u
Suhu lebur : - 48C
Suhu didih : 100.8C
Ketumpatan : 0.945 g/mL pada 20C
Tenaga polimerisasi : 12.9 kcal/mol
Metil metakrilat menunjukkan tekanan uap yang tinggi dan
merupakan pelarut organik yang baik.
b. Stabilizer
Terdapat sekitar 0.003 0.1% metil ether hydroquinone untuk
mencegah terjadinya proses polimerisasi selama penyimpanan.
c. Plasticizer: dibutil pthalat
d. Bahan untuk memacu ikatan silang (cross-linking agent)
Cross-linked agent dapat berupa etilen glikol dimetakrilat (EGDMA).
Bahan ini berpengaruh pada sifat fisik polimer dimana polimer yang
memiliki ikatan silang bersifat lebih keras dan tahan terhadap
pelarut.
Sifat
Beberapa sifat-sifat umum resin akrilik adalah:
a. Berat molekul
Resin akrilik polimerisasi panas memiliki berat molekul polimer
yang tinggi yaitu 500.000 1.000.000 dan berat molekul monomernya
yaitu 100. Berat molekul polimer ini akan bertambah hingga mencapai
angka 1.200.000 setelah berpolimerisasi dengan benar. Rantai
polimer dihubungkan antara satu dengan lainnya oleh gaya Van der
Waals dan ikatan antar rantai molekul.
Bahan yang memiliki berat molekul tinggi mempunyai ikatan rantai
molekul yang lebih banyak dan mempunyai kekakuan yang besar
dibandingkan polimer yang memiliki berat molekul yang lebih
rendah.
b. Monomer sisa
Monomer sisa berpengaruh pada berat molekul rata-rata.
Polimerisasi pada suhu yang terlalu rendah dan dalam waktu singkat
menghasilkan monomer sisa lebih tinggi. Monomer sisa yang tinggi
berpotensi untuk menyebabkan iritasi jaringan mulut, inflamasi dan
alergi, selain itu juga dapat mempengaruhi sifat fisik resin
akrilik yang dihasilkan karena monomer sisa akan bertindak sebagai
plasticizer yang menyebabkan resin akrilik menjadi fleksibel dan
kekuatannya menurun. Pada akrilik yang telah berpolimerisasi secara
benar, masih terdapat monomer sisa sebesar 0.2 sampai 0.5%. Proses
kuring yang kuat pada temperatur tinggi sangat direkomendasikan
untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien yang diketahui memiliki
riwayat alergi terhadap MMA (Metil Metakrilat). c. Absorbsi air
Resin akrilik polimerisasi panas relatif menyerap air lebih
sedikit pada lingkungan yang basah. Nilai absorbsi air oleh resin
akrilik yaitu 0.69% mg/cm2. Absorbsi air oleh resin akrilik terjadi
akibat proses difusi, dimana molekul air dapat diabsorbsi pada
permukaan polimer yang padat dan beberapa lagi dapat menempati
posisi di antara rantai polimer. Hal inilah yang menyebabkan rantai
polimer mengalami ekspansi. Setiap kenaikan berat akrilik sebesar
1% yang disebabkan oleh absorbsi air menyebabkan terjadinya
ekspansi linear sebesar 0.23%. Sebaliknya pengeringan bahan ini
akan disertai oleh timbulnya kontraksi.
e. Retak
Pada permukaan resin akrilik dapat terjadi retak. Hal ini diduga
karena adanya tekanan tarik (tensile stress) yang menyebabkan
terpisahnya molekul-molekul polimer. Keretakan seperti ini dapat
terjadi oleh karena stress mekanik, stress akibat perbedaan
ekspansi termis dan kerja bahan pelarut. Adanya crazing (retak
kecil) dapat memperlemah gigi tiruan.
f. Ketepatan dimensional
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi ketepatan dimensional resin
akrilik adalah ekspansi mould sewaktu pengisian resin akrilik,
ekspansi termal resin akrilik, kontraksi sewaktu polimerisasi,
kontraksi termis sewaktu pendinginan dan hilangnya stress yang
terjadi sewaktu pemolesan basis gigi tiruan resin akrilik.
g. Kestabilan dimensional
Kestabilan dimensional berhubungan dengan absorbsi air oleh
resin akrilik. Absorbsi air dapat menyebabkan ekspansi pada resin
akrilik. Pada resin akrilik dapat terjadi hilangnya internal stress
selama pemakaian gigi tiruan. Pengaruh ini sangat kecil dan secara
klinis tidak bermakna.h. Resisten terhadap asam, basa, dan pelarut
organik
Resistensi resin akrilik terhadap larutan yang mengandung asam
atau basa lemah adalah baik. Penggunaan alkohol dapat menyebabkan
retaknya protesa. Ethanol juga berfungsi sebagai plasticizer dan
dapat mengurangi temperatur transisi kaca. Oleh karena itu, larutan
yang mengandung alkohol sebaiknya tidak digunakan untuk
membersihkan protesa.
i. Porositas
Porositas adalah gelembung udara yang terjebak dalam massa
akrilik yang telah mengalami polimarisasi. Timbulnya porositas
menyabababkan efek negatif terhadap kekuatan dari resin akrilik.
Ada 2 jenis porositas yang dapat kita temukan pada basis gigi
tiruan yaitu shrinkage porosity dan gaseous porosity. Shrinkage
porosity kelihatan sebagai gelembung yang tidak beraturan bentuk di
seluruh permukaan gigi tiruan sedangkan gaseous porosity terlihat
berupa gelembung kecil halus yang uniform, biasanya terjadi
terutama pada protesa yang tebal dan di bagian yang lebih jauh dari
sumber panas.j. Radiologi Akrilik tidak dapat dideteksi dalam foto
karena sifat radiolusensinya. Ini disebabkan karena atom C,H,O yang
terdapa dalam alrilik melemahkan, menyerap sinar x- ray. Hal ini
akan meyulitkan jika terjadi kecelakaan dimana ada bagian akrilik
yang tertelan atau tertanam di dalam jaringan lunak.II.4.
Manipulasi resin akrilik
Manipulasi adalah suatu bentuk tindakan atau proses rekayasa
terhadap sesuatu dengan menambah ataupun mengurangi variable yang
berkaitan guna mencapai sifat fisik maupun mekanik yang
dikehendaki. Dengan demikian, apabila manipulasi dilakukan pada
resin akrilik memiliki tujuan agar resin akrilik ini nantinya mampu
memenuhi persyaratan sebagai material yang digunakan pada
kedokteran gigi dengan sifat fisik dan mekanik yang sesuai dengan
pengaplikasiannya pada kedokteran gigi.
Manipulasi kedokteran gigi meliputi : menentukkan perbandingan
polimer dan monomer, pencampuran keduanya, pengisian, serat
terakhir adalah proses curring.
1. Perbandingan monomer dan polimer
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa resin akrilik dikemas
dalam dua bentuk yaitu cairan (yang mengandung poli (metil
metakrilat)/PMMA yang tidak terpolimerasi atau dengan kata lain
dalam bentuk monomer) dan bubuk ( berupa PMMA prapolimerasi yang
berbentuk butiran-butiran halus. Perbandingan keduanya sangat
penting bila digunakan untuk pengaplikasian di kedokteran gigi,
semisal pembuatan protesa, hal ini dikarenakan konsistensi yang
tepat diantara keduanya mampu menghasilkan sifat fisik dan mekanik
yang tepat pula.
Perbandingan yang tidak sesuai antara bubuk dan cairan mampu
menyebabkan pengerutan volumetrik dan pengerutan secara linier.
Selain itu keadaaan dimana:
a. Konsentrasi Bubuk > Cairan
Keadaan ini mampu menyebabkan terbentuknya granula-granula pada
adonan. Hal ini dikarenakan bubuk tidak sepenuhnya mampu dibasahi
oleh cairan
b. Konsentrasi Cairan > Bubuk
Keadaan ini mampu menyebabkan kontraksi pada adonan resin
akrilik, akibatnya akan terjadi perubahan dimensi yang tampak,
serta adanya pengerutan volumetrik dan linier yang telah dijelaskan
sebelumnya.
Akibat yang paling harus diwaspadai dari ketidaktepatan
perbandingan ini adalah mampu menghasilkan monomer sisa. Dimana
monomer sisa ini apabila bereaksi dengan jaringan rongga mulut
terutama fibroblas akan menimbulkan respon iritasi, hal ini sangat
dihindari pada tindakan kedokteran gigi karena menimbulkan
ketidaknyamanan atau bahkan kerugian bagi pasien. Disamping itu
monomer sisa juga mampu bertindak sebagai plasticizer yang mampu
berakibat pada menurunnya sifat flexibel dari resin dan menurunkan
kekuatannya.
Untuk itu,dalam mencapai campuran antara bubuk dan cairan yang
tepat. Perbandingan antara bubuk dan cairan resin akrilik adalah
3:1 dilihat berdasarkan volumenya.
2. Pencampuran
Tidakan berikutnya yang berkaitan dengan proses manipulasi
setelah menentukkan perbandingan yang tepat adalah pencampuran
antara bubuk (polimer) dan cairan(monomer).Begitu kedua variable
ini dicampur akan terbentuk beberapa tahap yang terlihat. Pada
point ini yang perlu diperhatikan adalah kemampuan dalam mengenali
tahap-tahap tersebut guna menentukan waktu yang tepat untuk
dilakukan pengisian pada mould. Jika tidak, akan berakibat pada
adonan yang terlanjur menjadi keras yang berujung pada
ketidakmampuannya dilakukan pembentukan. Atau bahkan campuran yang
masih pada tahap lunak akibatnya dapat berpengaruh terhadap
perubahan dimensi nantinya, serta timbulanya porositas.
Tahap yang nampak setelah dilakukan pencampuran antara cairan
dan bubuk adalah sebagai berikut:
a. Sandy stage
Tahap ini dicirikan dengan terbentuknya bentukan pasir basah.
Ini adalah bentuk respon mulai berinteraksinya bubuk dan cairan.
Pada tahap ini interaksi tingkat molekuler belum sepenuhnya terjadi
atau bahkan belum sama sekali.b. Adonan seperti Lumpur basah (mushy
stage).c. Sticky stage Pada tahap ini mulai terjadi interaksi
antara bubuk dan cairan. Dimana cairan mulai larut pada bubuk yang
dapat berakibat pada terdispersinya rantai polimer (pada bubuk)
pada monomer (cairan). Sehingga rantai polimer melepaskan jalinan
ikatan yang berpengaruh terhadap adukan yang secara fisual dapat
dilihat dengan adanya bentukan serat begitu adonan tersebut
ditarik.
d. Dough Stage
Pada tahap ini adalah kesempurnaan dari sticky stage. Yaitu
tahap dimana polimer dalam jumlah besar telah terlarut sepenuhnya
pada monomer. Dengan demikian adukan yang terbentuk tidak lagi
berserat ataupun lengket. Bahkan tidak laki adanya bentukan rekatan
pada spatulan ataupun cawannya, yaitu benar-benar berbentuk adonan.
Pada tahap inilah yang dikatakan tahap paling tepat untuk
dituangkan pada mould.
e. Rubber hard stage
Tahap ini adalah tahap yang telah dikatakan sebelumnya, yaitu
ketika adukan sudah tidak lagi mampu dilakukan pembentukkan dengan
teknik kompresi konvensional . hal ini dikarenakan sepenuhnya
monomer bebas telah diuapkan dan polimer telah seutuhnya masuk
lebih jauh di antara monomer, sehingga adonan nampak seperti karet
dan tidak lagi memiliki kemampuan ketika diregangkan.Waktu dough
(waktu sampai tercapainya konsistensi liat) tergantung pada:
1. Ukuran partikel polymer; partikel yang lebih kecil akan lebih
cepat dan lebih cepat mencapai dough.
2. Berat molekul polymer; lebih kecil berat molekul lebih cepat
terbentuk konsistensi liat.
3. Adanya Plasticizer yang bisa mempercepat terjadinya
dough.
4. Suhu; pembentukan dough dapat diperlambat dengan menyimpan
adonan dalam tempat yang dingin.
5. Perbandingan monomer dan polymer; bila ratio tinggi maka
waktu dough lebih singkat.3. Pengisian
Tahap ini disebut juga dengan packing, yaitu tahap penuangan
resin kedalam mould. Pada proses manipulasi yang perlu diperhatikan
pada tahap pengisian ini adalah ketepatan bahan mengisi rongga
mould. Apabila terjadi keadaan:
a. Overpacking : akibatnya akan berpengaruh terhadap ketebalan
berlebih pada pembuatan basis proteosa yang nantinya akan
mempengaruhi posisi elemen gigi protesa di dalamnya.
b. Underpacking : sedangkan keadaan bahan yang tidak sepenuhnya
memenuhi rongga mould akan mampu menimbullkan porus.
Untuk menghindari over ataupun under packing. Dapat dilakukan
dengan pengisian pada rongga mould secara bertahap. Pada tahap
selanjutnya setelah dilakukan pengisian pada rongga mould adalah
dilakukannya press dengan pada kuvet. Kekuatan press yang diberikan
pada kuvet sebesar 1000 psi selama 5 menit kemudian sebesar 2200
psi selamat 5 menit juga. Selama proses press ini biasanya
ditemukan flash, yaitu adanya kelebihan bahan. Flash ini harus
dibersihkan dan dipisahakan dengan bagian resin yang mengisi mould.
Setelah dilakukan ini tahap berikutnya adalah dilakukannya curing.
Ruang cetak diisi dengan acrylic pada tahap adonan mencapai tahap
plastis (dough).Sebelum rongga tersebut diisi dengan acrylic, lebih
dulu diulasi dengan bahan separator/pemisah, yang umumnya
menggunakan could mould seal (CMS). Ruang cetak diisi dengan
akrilik pada waktu adonan mencapai tahap plastis (dough stage).
Pemberian separator tersebut dimaksudkan untuk:
a. Mencegah merembesnya monomer ke bahan cetakan (gips) dan
ber-polimerisasi di dalam gips sehingga menghasilkan permukaan yang
kasar dan merekat dengan bahan cetakan/gips.
b. Mencegah air dari bahan cetakan masuk ke dalam resin
acrylic.4. Curring
Proses curring adalah proses terjadinya pengerasan, dimana yang
menjadi komponen pembantu dalam terjadinya curring adalah dibagi
menjadi 4:
a. Heat curring : yaitu terjadinya curring yang diaktivasi
dengan adanya panas. Dimana panas yang diperlukan untuk terjadinya
polimerasi dan tercapainya curring yang sempurna adalah 740C
(1650F) yang dilakukan pada bak air dengan menjaga suhu tersebut
selama 8-12 jam tanpa adanya prosedur pendidihan terminal. Baru
selanjutnya masuk ke tahap yang kedua dengan meningkatkan suhu
mencapai 100oC dan diproses selama 1 jam.Metode pemasakan dapat
dilakukan dengan cara cepat atau lambat. Ada tiga metode pemasakan
resin acrylic, yaitu:
1. Kuvet dan Begel dimasukkan ke dalam waterbath, kemudian diisi
air setinggi 5 cm diatas permukaan kuvet. Selanjutnya dimasak
diatas nyala api hingga mencapai temperature 700C (dipertahankan
selama 10 menit). Kemudian temperaturnya ditingkatkan hingga 1000C
(dipertahankan selama 20 menit). Selanjutnya api dimatikan dan
dibiarkan mendingin sampai temperature ruang.
2. Memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C),
kemudian kuvet dan beugel dimasukkan dan ditunggu hingga mendidih
kembali (dipertahankan selama 20 menit), api dimatikan dan
dibiarkan mendingin sampai temperature ruang.
3. Memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C),
kemudian kuvet dan beugel dimasukkan dan ditunggu hingga mendidih
kembali. Setelah mendidih api segera dimatikan dan dibiarkan selama
45 menit.
Kuvet dan begel yang terletak dalam water bath harus dibiarkan
dingin secara perlahan-lahan. Selama pendinginan terdapat perbedaan
kontraksi antara gips dan acrylic yang menyebabkan timbulnya stress
di dalam polimer. Pendinginan secara perlahan-lahan akan akan
memberi kesempatan terlepasnya stress oleh karena perubahan
plastis. Selama pengisian mould space, pengepresan dan pemasakan
perlu dikontrol perbandingan antara monomer dan polimer. Karena
monomer mudah menguap, maka berkurangnya jumlah monomer dapat
menyebabkan kurang sempurnanya polimerisasi dan terjadi porositas
pada permukaan acrylic. Hal-hal yang menyebabkan berkurangnya
jumlah monomer adalah:
1. Perbandingan monomer dan polimer yang tidak tepat.2.
Penguapan monomer selama proses pengisisan rongga cetak.
3. Pemasakan yang terlalu panas, melebihi titik mdidih monomer
(100,30C).
Secara normal setelah pemasakan terdapat sisa monomer 0,2-0,5%.
Pemasakan pada temperature yang terlalu rendah dan dalam waktu
singkat akan menghasilkan sisa monomer yang lebih besar. Ini harus
dicegah, karena:a. Monomer bebas dapat lepas dari gigi tiruan dan
mengiritasi jaringan mulut.
b. Sisa monomer akan bertindak sebagai plasticizer dan membuat
resin menjadi lunak dan lebih flexible.
Porositas dapat memberi pengaruh yang tidak menguntungkan pada
kekuatan dan sifat-sfat optic acrylic. Porositas yang terjadi dapat
berupa shrinkage porosity (tampak geleembung yang tidak beraturan
pada permukaan acrylic) dan gaseous porosity (berupa gelembung
uniform, kecil, halus dan biasanya terjadi pada bagian acrylic yang
tebal dan jauh dari sumber panas).Permasalahan yang sering timbul
pada acrylic yang telah mengeras adalah terjadinya crazing (retak)
pada permukaannya. Hal ini disebabkan adanya tensile stress ysng
menyebabkan terpisahnya moleku-molekul primer. Retak juga dapat
terjadi oleh karena pengaruh monomer yang berkontak pada permukaan
resin acrylic, terutama pada proses reparasi.
Keretakan seperti ini dapat terjadi oleh karena :1. Stress
mekanis oleh karena berulang-ulang dilakukan pengerigan dan
pembasahan denture yang menyebabkan kontraksi dan ekspansi secara
berganti-ganti. Dengan menggunakan bahan pengganti tin-foil untuk
lapisan cetakan maka air dapat masuk ke dalam acrylic sewaktu
pemasakan; selanjutnya apabila air ini hilang dari acrylic maka
dapat menyebabkan keretakan.
2. Stress yang timbul karena adanya perbedaan koefisien ekspansi
termis antara denture porselen atau bahan lain seperti klamer
dengan landasan denture acrylic;retak-retak dapat terjadi di
sekeliling bahan tersebut.
3. Kerja bahan pelarut; missal pada denture yang sedang
direparasi, sejumlah monomer berkontak dengan resin dan dapat
menyebabkan keretakan.
Denture dapat mengalami fraktur atau patah karena:1. Impact;
missal jatuh pada permukaan yang keras.
2. Fatigue; karena denture mengalami bending secara
berulang-ulang selama pemakaian.
b. Self curring : cukup dilakukan pada suhu ruang dikarenakan
aktivator yang digunakan telah mengunakan amin tersier yang telah
dijelaskan sebelumnya pada klasifikasi
c. Light curring : proses curring dicapai dengan dipaparkannya
cahaya tampak dengan panjang gelombang sebesar 400-500nm dengan
kemampuan menembus ketebalan sebesar 5-6 mm dengan pemaparan
radiasi selama 10-25 menit.
II.5. Aplikasi resin akrilik dalam KG
Pembuatan Basis Gigi Tiruan
Resin akrilik terutama polimetilmetakrilat (PMMA) telah
diperkenalkan dan dengan cepat menggantikan bahan basis gigi tiruan
sebelumnya. Resin akrilik digunakan karena memiliki sifat yang
menguntungkan yaitu estetik, warna dan tekstur mirip dengan gingiva
sehinggga estetik di dalam mulut baik, daya serap air relatif
rendah dan perubahan dimensi kecil.
Sebagai Bahan Restorasi
Kelebihan resin akrilik untuk bahan restorasi antara lain daya
alir tinggi, aplikasi mudah setting dengan Light Curing selama 10
menit, dan menghasilkan permukaan yang sangat halus dan
mengkilat.
Bahan penambah post dam pada full denture
Pada gigi palsu dibuat pagaran 2 mm agar dam (jarak antara gigi
palsu) tidak kemasukkan saliva yang dapat membuat lepas
Restorasi gigi ; tambalan, inlay dan laminate (resin
komposit)
Splint dan stents
Sebagai individual tray atau sendok cetak perorangan
Sendok cetak resin dibuat untuk menyesuaikan lengkung tertentu
sehingga sering disebut sendok cetak individual. Bahan yang
digunakan adalah bahan self-cured resin. Tetapi akhir-akhir ini
sering digunakan bahan resin urethra dimetakrilat yang diaktivasi
sinar. Sendok cetak dari bahan ini mempunyai dimensi yang stabil
selama pasca polimerisasi tetapi rapuh dan melepaskan partikel
bubuk selama proses pengasahan.
Peralatan ortodonsia (plat ortodontik) dan Pedodonsia
Sebagai alat ortodonti lepasan
Dipakai sebagai plat dasar alat ortodontik lepasan yang berupa
lempengan plat akrilik berbentuk melengkung mengikuti permukaan
palatum atau permukaan lingual lengkung mandibula. Jenis resin yang
dipakai adalah heat curing dan cold curing. Bahan dari cold curing
memiliki berat molekul lebih rendah sehingga pengkerutannya lebih
sedikit namun memiliki porositas lebih banyak sehingga kekuatannya
lebih rendah. Cold curing polimerisasinya lebih cepat sehingga
waktu pengolahannya pun singkat. Waktu pembuatan yang singkat ini
membuat bahan ini cocok untuk pembuatan alat ortodontik lepasan dan
untuk reparasi plak akrilik. Selain itu cold curing juga mudah
dimanipulasi dalam pembuatan.
Protesa maksilofasial (obturator pada celah palatal)
Inlay dan post-core pattern
Relining
Relining adalah mengganti permukaan protesa yang menghadap
jaringan. Bahan yang biasa digunakan adalah self-cured. Namun juga
digunakan resin yang diaktivasi dengan energy panas, sinar, atau
gelombang mikro yang nantinya akan menghasilkan panas yang cukup
besar dan distorsi basis protesa cenderung terjadi. Tahap awal dari
relining itu membersihkan permukaan yang menghadap jaringan untuk
meningkatkan perlekatan antara resin yang ada dengan bahan
relining. Lalu resin yang tepat dimasukkan dan dibentuk dengan
teknik molding tekanan.
Rebasing
Rebasing adalah mengganti keseluruhan basis protesa. Bahan yang
biasa digunakan adalah sel-cured. Caranya adalah bahan self-cured
dicampur sampai konsistensi encer lalu dimasukkan ke daerah yang
kan direparasi. Polimerisasi yang timbul akan lebih sedikit apabila
polimerisasi dilakukan di bawah tekanan hydrolic hingga sebesar 250
kN/m pada suhu 40-50oC.
Die lepasan
Pelindung Mulut untuk atlet
2.2 KEUNTUNGAN RESIN Resin merupakan bahan yang laris digunakan
sebagai bahan basis dari berbagai piranti kedokteran gigi.
Alasannya ialah karena bahan tersebut memiliki beberapa keuntungan
atau kelebihan . 1) Warnanya harmonis dengan jaringan sekitarnya,
sehingga memenuhi faktor estetik 2) Dapat dilapis dan dicekatkan
kembali dengan mudah 3) Relatif lebih ringan 4) Teknik pembuatan
dan pemolesannya mudah 11 5) Harga relatif murah. 2.3 KERUGIAN
RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS Selain mempunyai sifat-sifat
menguntungkan, gigi tiruan dari bahan resin akrilik mempunyai
kelemahan yaitu mudah patah bila jatuh pada permukaan yang keras
atau akibat kelelahan karena ulangan lenturan oleh suatu beban1 .
1. Penghantar panas yang buruk 2. Dimensinya tidak stabil pada
waktu pembuatan, pemakaian maupun reparasi 3. Mudah terjadi abrasi
pada saat pembersihan atau pemakaian. 4. Walaupun dalam derajat
kecil, resin menyerap cairan mulut, yang mempengaruhi stabilitas
warna 5. Kalkulus dan deposit makanan mudah melekat pada basis
resin Persiapan Model MalamPada saat pembentukan mould space ini
pada tahap awal dilakukan penutupan celah yang ada pada tepi malam
dengan malam cair hal ini bertujuan agar pada saat penanaman tidak
ada gips yang masuk. Selain itu juga bertujuan untuk memberikan
kesempatan pada operator untuk melakukan finishing. Penanaman /
InvestingUntuk penanaman igunakan gips putih karena jenis gips ini
gips memerlukan detail dan kehalusan yang baik sedangkan gips biru
yang mempunyai ukuran partikel yang lebih kecil dan halus
dipergunakan pada pembukaan kuvet maka permukaan gips pada kuvet
bagian atas dan bawah masing-masih diolesi dengan bahan separator
yaitu vaselin. Pembuangan MalamPada pembuangan malam ini yang perlu
diperhatikan adalah suhu air yang besarnya (1000 C sedang lama
perebusan 10 menit. Waktu perebusan harus tepat, bila terlalu lama
malam yang ada akan mencair dan merembes kepori-pori gips, hal ini
berpengaruh jelak pada hasil permukaan mould space yaitu bahan
separator CMS tidak dapat menempel dan melapisi secara
sempurna.Manipulasi Bahan Akrilik* Pencampuran. Pencampuran bahan
akrilik ini harus sesuai dengan perbandingan antara powder atau
polimer dengan liguid atau monomer yaitu 3 : 1. Bila ratio terlalu
tinggi maka akrilik yang telah digodok akan bergranula dan bila
terlalu rendah kontraksi yang terjadi akan lebih besar. Pada
pencampuran tempat yang digunakan terbuat dari bahan porselen atau
dari bahan kaca yang tertutup karena akrilik ini prosesnya melalui
polimerisasi dan bila tempat yang digunakan terbuat dari plastik
maka bagian dari tenpat berjenis polimer tersebut akan ikut
bereaksi dalam reaksi polimerisasi adonan gips, sehingga hasilnya
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Tempat yang tertutup untuk
meminimalkan pengaruh-pengaruh dari luar yang nantinya akan
mengurangi tingkat keberhasilan dalam pencetakan akrilik. Misalnya
sinar matahari, kelembaban udara dan faktor yang lain.* Pengisian.
Pada tahap ini diawali dengan pemberian bahan separator yaitu CMS.
dan labih cepat tercapai konsistensi liat. Kiur/ pemanasanKarena
tipe akrilik ini adalah heat cured maka polimerisasinya dibantu
dengan pemanasan. Cara dari pemanasannya yaitu dengan memanaskan
pada air mendidih yang suhunya kira-kira 1000 C selama 20 menit.
PendinginanKuvet yang masih dalam press dibiarkan perlahan karena
selama pendinginan terdapat kontraksi antara bahan cetakan dan
akrilik yang menyebabkan timbulnya stress dalam
polimer.a.Processing dengan panci dan kompor gasKuvet yang telah
berisi resin akrilik dimasukkan ke dalam panci yang telah diisi
air, kemudian dipanaskan di atas api kompor sedang. Suhu dibiarkan
naik perlahan hingga mencapai kurang lebih 70oC. Suhu ini
dipertahankan hingga 1 jam 30 menit dengan mengecilkan api kompor
atau menambahkan air dingin jika suhu diperkirakan naik. Suhu
dinaikkan dari 70oC menjadi 100oC (mendidih) dan dibiarkan selama
30 menit.
b.Processing dengan Curing UnitAlat kuring unit yang
dipergunakan terbuat dari bakstainless steelberukuran 35x48x53 cm.
Alat ini dilengkapi dengan sensor panas yang dihubungkan dengan
pembaca suhu di bagian dalam bak. Pada bagian luar bak dipasang
komponen pengatur panas dan waktu. Alat kuring unit yang digunakan
telah dikalibrasi untuk pengendalian suhu dan waktu. Pemrosesan
resin akrilik dilakukan dengan mengisi bak kuring unit dengan 5
liter air. Pengaturan kuring unit untuk suhu dan waktu dilakukan
dalam dua tahap. Tahap pertama diatur pemanasan mulai suhu kamar
dinaikkan perlahan-lahan hingga mencapai suhu 70oC. Suhu ini
dipertahankan sampai 1 jam 30 menit. Tahap kedua suhu dinaikkan
menjadi 100oC dan dipertahankan selama 30 menit.
Deflasking/ pelepasanPelepasan akrilik ini sulit dilakukan
karena : a. Tebal tipisnya lapisan yang dibentuk CMS pada waktu
mengering. Keadaan akrilik setelah dilepas terdapt kelebihan
dipinggir cetakan akrilik hal itu dapat ditanggulangi dengan cara
mengurangi dan merapikan sesuai dengan outline formnya pada waktu
finishing. Akrilik tidak patah karena pendinginan yang dilakukan
berhati-hati. Tidak terdapat porus karena mould space karena
pencampuran yang sudah homogen. Akrilik berwarna merah muda pucat
seharusnya berwarna merah muda. Hal ini dikarenakan cara pemanasan
yag salah suhu yang digunakan terlalu tinggi. b. Pemberian bahan
separator tidak sepenuhnya menempel pada permukan mould space yang
hal ini disebabkan karena ada malam yang masih menempel pada proses
pembuangan malam. Penyelesaian / finishingPada tahap ini dilakukan
pemotongan bagian-bagian yang berlebih. Merapikan pinggiran akrilik
dan meratakan permukaan akrilik dengan bor stone, fraiser dan
amplas halus.
Pemolesan/ polishingPemolesan ini merupakan tahap terakhir dalam
manipulasi gips. Bahan yang digunakan untuk pemolesan pertama kali
adalah pumish yang merupakan bahan dari batu apung yang
dipergunakan dalam suspensi dalam air. Bahan selanjutnya dipoles
dengan bahan yang lebih halus yaitu whiting yang dipergunakan dalam
bentuk suspensi dalam air. Pemolesan ini dilakukan sampai permukaan
akrilik halus dan mengkilap. Setelah itu diaplikasikan dalam model
rahang yang baik yaitu pada waktu dilepas mudah dan pada waktu
posisi terbalik akrilik tetap pada model rahang atau tidak
jatuh.9.Finishing dan PolishingMenghilangkan sisa-sisa material
dari permukaan dan kontur resin akrilik merupakan tahap kelanjutan
dari deflasking. Semua kecuali daerah basal (yang menempel dengan
palatum untuk maxilla) harusnya halus yang mana tidak ada daerah
kasaran ataupun tonjolan. Untuk daerah basal tidak
di-polishinguntuk daerah basal dengan tujuan agar bisa menempel
erat dengan palatum. Daerah basal dilingkupi resin akrilik sehingga
regangan pada permukaan tidak seimbang. Penghilangan beberapa
daerah yang masih kasar pada daerah resin akrilik yang menghadap ke
lingual akan menyebabkan regangan yang semula tidak seimbang
menjadiseimbang dan akan membuat daerah basal lebih menyatu. Semua
permukaan selain permukaan basal harus dibuat semengkilat
mungkin.