BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di area globalisasi ini banyak kebutuhan manusia yang diperlukan,mulai kebutuhan pokok ,sekunder sampai kebutuhan tersier. Seiring banyaknya kebutuhan yang diperlukan manusia maka makin banyak perusahaan - perusahaan yang memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan tingkat kebutuhan yang meningkat maka tingkat keamanan mulai difikirkan,mulai keamanan jiwa sampai keamanan harta benda. Maka banyaklah bermunculan perusahaan - perusahaan jasa, perusahaan asuransi yang memenuhi kebutuhan jasa tersebut. Asuransi adalah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai pengganti atau subtitusi kerugian-kerugian yang besar yang belum pasti (Abbas Salim,1993).Dalam asuransi banyak hal-hal yang memang harus diperhatikan oleh suatu perusahaan asuransi diantaranya adalah resiko investasi,Tarif asuransi,Risk Managemen dan Statistik Kerugian. Menurut Abbas Salim keempat komponen asuransi yaitu,resiko investasi,tarif asuransi risk menagemen dan statistik kerugian harus dipenuhi oleh suatu perusahaan asuransi baik milik negara maupun milik swasta. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di area globalisasi ini banyak kebutuhan manusia yang diperlukan,mulai
kebutuhan pokok ,sekunder sampai kebutuhan tersier. Seiring banyaknya
kebutuhan yang diperlukan manusia maka makin banyak perusahaan -perusahaan
yang memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan tingkat kebutuhan yang meningkat
maka tingkat keamanan mulai difikirkan,mulai keamanan jiwa sampai keamanan
harta benda. Maka banyaklah bermunculan perusahaan -perusahaan jasa,
perusahaan asuransi yang memenuhi kebutuhan jasa tersebut.
Asuransi adalah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil
(sedikit) yang sudah pasti sebagai pengganti atau subtitusi kerugian-kerugian yang
besar yang belum pasti (Abbas Salim,1993).Dalam asuransi banyak hal-hal yang
memang harus diperhatikan oleh suatu perusahaan asuransi diantaranya adalah
resiko investasi,Tarif asuransi,Risk Managemen dan Statistik Kerugian. Menurut
Abbas Salim keempat komponen asuransi yaitu,resiko investasi,tarif asuransi risk
menagemen dan statistik kerugian harus dipenuhi oleh suatu perusahaan asuransi
baik milik negara maupun milik swasta.
B. Rumusan Masalah
Kerugian-kerugian yang diderita oleh seorang atas harta kekayaanya
menyebabkan masyarkat untuk memilih masuk ke asuransi untuk
menginvestasikan kerugian-kerugian tersebut. Sebagai perusahaan asuransi,maka
perusahaan harus memberikan pelayanan terbaik bagi pengguna jasanya agar bisa
mendatangkan benefit dikedua belah pihak. Untuk mencapai keadaan tersebut
perusahaan asuransi harus memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan
asuransi diantaranya adalah resiko investasi,tarif asuaransi,risk managemen dan
statistk kerugian. Dari uraian tersebut di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut yaitu :
1
1. Apa yang dimaksud dengan resiko investasi,tarif asuaransi,risk
manegemen dan statistik kerugian ?
2. Mengapa suatu perusahaan asuransi harus memperhatikan resiko
investasi,tarif asuransi,risk managemen dan statistik kerugian?
3. Apa pengaruh resiko investasi,tarif asuransi risk managemen dan statistik
kerugian terhadap suatu perusahaan asuransi
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Memberikan pengetahuan tentang resiko investasi,tarif asuransi,risk
managemen dan statistik kerugian .
2. Mendeskripsikan dan menjelaskan pentinganya resiko investasi,tarif
asuaransi,risk managemen dan statistik kerugian asuransi serta
hubungannya terhadap suatu perusahaan asuransi.
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Kita akan lebih mengetahui tentang resiko investasi,risk managemen,tarif
asuransi dan statistik kerugian
2. Mengetahui hubungan dan arti penting resiko investasi,risk
managemen,tarif asuaransi dan statistik kerugian
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini adalah ;
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
E. Sistematika Penulisan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2
A. Tinjauan tentang Resiko Investasi
1. Pengertian Resiko
2. Tingkat Resiko
3. Konsep Resiko dalam Investasi
B. Tinjauan tentang Tarif asuransi
1. Pengertian Tarif Asuransi
2. Unsur-unsur Tarif Asuransi
C. Tinjauan tentang Risk Managemen
1. Pengertian Risk Managemen
2. Fungsi Pokok Risk Managemen
D. Tinjauan tentang Statistik Kerugian
1. Pengertian Statistik Kerugian
2. Jenis-jenis Metode Statistik
BAB III : PEMBAHASAN
A. RESIKO INVESTASI
B. TARIF ASURANSI
C. RISK MANAGEMEN
D. STATISTIK KERUGIAN
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PESTAKA
LAMPIRAN
3
BAB IITINJAUAN PUATAKA
A. Tinjauan tentang Resiko Investasi
1. Pengertian Resiko
Resiko adalah kemungkinan penyimpangan nilai riil dan nilai yang
diharapkan (Abbas Salim,1993 : 183). Sedangkan menurut Hasyim Ali resiko
adalah ketidak pastian mengenai suatu kerugian. Dari sudut pandangan
tertanggung resiko itu hanya dapat menimbulkan kerugian (resiko murni),resiko
spekulasi bisa pula menimbulkan keuntungan.
2. Tingkat Resiko
Tingkat resiko diukur dengan menghitung kemungkinan perbedaan
pengalaman yang sesungguhnya dengan pengalaman yang
diperkirakan.Bertambah kecil perbedaan atau selisih persentase kemungkinan ini
bertambah kecil resiko (Hasyim Ali,2002 : 23).
3. Konsep Resiko dalam Investasi
Setiap investasi mengandung resiko, semakin tinggi resiko suatu
investasi,maka akan semakin tinggi tingkat keuntungan yang diminta oleh pemilik
modal. Hubungan positif antara resiko dengan tingkat keuntungan menjadi
pertimbangan dalam penilaian investasi. Menurut Abbas Salim ada beberapa
metode yang digunakan dalam memasukan factor resiko dalam investasi
diantaranya adalah metode NPV,metode Penyelesaian terhadap aliran kas,dan
metode CAPM.
B. Tingkat tentang Tarif Asuransi
1. Pengertian Tarif Asuransi
Tarif Asuransi adalah harga satuan dari suatu kontrak asuransi
tertentu,untuk orang tertentu,terhadap kerugian tertentu dan digunakan untuk
masa tertentu pula (Abbas Salim,1993 : 135).
2. Unsur-unsur Tarif Asuransi
4
Secara umum tarif asuransi terdiri dari 4 unsur yaitu :
Harga satuan
Digunakan orang tertentu
Kerugian tertentu
Masa tertentu (Abbas Salim,1993 : 149)
C. Tinjauan tentang Risk Managemen
1. Pengertian Risk Managemen
Risk Managemen adalah peninjauan resiko dari sudut pandangan seorang
manager asuransi (Abbas Salim,1993 : 149)
2. Fungsi pokok yang harus diketahui Risk Manager
Ada 3 faktor penting yang harus diketahui dan dimengerti seorang Risk
Manager,diantaranya yaitu :
Dapat menentukan resiko yang dihadapi oleh perusahaan
Dapat menganalisa resiko yang dihadapi oleh perusahaan
Seorang Risk Manager harus faham serta mengerti akan ilmu asuransi
(Abbas Salim,1993 : 150)
D. Tinjauan tentang Statistik Kerugian
1. Pengertian Statistik Kerugian
Statistik kerugian adalah statistik yang dapat digunakan untuk menghitung
kerugian (Abbas Salim,1993 : 150).
2. Jenis-jenis Metode Statistik
Untuk menetapkan kerugian dalam asuransi dapat digunakan metode
statistik sebagai berikut :
Probabilitas
Teori kecenderungan
Expected value
Median
Mode
Standart deviasi dan variance
Penyebaran/Distribusi Binomial
Distribusi Normal
Teori poisson (Abbas Salim,1993 ; 157)
5
zBAB IV
PEMBAHASAN
A. RESIKO INVESTASI
1 . Tujuan
Setiap investor selalu ingin untung begitu juga investor terhadap
perusahaan asuransi, dalam hal ini konsep resiko tetap menjadi hal yang
terpenting, sebab semakin tinggi resiko suatu investasi maka semakin tinggi
tingkat keuntungan yang diminta oleh pemilik modal. Sebelumnya kita ingat
kembali tentang apa itu resiko, yaitu kemungkinan penyimpangan nilai riil dari
nilai yang diharapkan.
2. Metode Factor Resiko dalam Investasi
Metode NPV : Dalam metode yang diperhitungkan adalah menentukan
tingkat bunga, Jika investor menganggap proyek tersebut beresiko tinggi maka
semakin tinggi tingkat bunga yang diminta oleh pemilik modal.
Tingkat keuntungan yang diharapkan dan standart deviasi dari investasi A dan B
Karyawan PT Bank Ekspor Indonesia (Persero)(BEI NEWS Edisi 5 Tahun II, Maret-April 2001)
Risk Management pada dasarnya adalah proses menyeluruh yang dilengkapi dengan alat, teknik,
dan sains yang diperlukan untuk mengenali, mengukur, dan mengelola risiko secara lebih
transparan. Sebagai sebuah proses menyeluruh Risk Management menyentuh hampir setiap
aspek aktivitas sebuah entitas bisnis, mulai dari proses pengambilan keputusan untukmenginvestasikan sejumlah uang, sampai pada keputusan untuk menerima seorang karyawan baru.
Berdasarkan konsep dasar di atas salah satu paradigma penting yang ditawarkan oleh Risk
Management di dalam mengelola risiko adalah bahwa risiko dapat didekati dengan menggunakan
suatu kerangka pikir yang sangat rasional. Hal ini dimungkinkan berkat berkembangnya teori
probabilitas dan statistik yang memungkinkan kita memiliki alat untuk memilah, meng-quantify
dan mengukur risiko. Asumsi yang mendasari hal ini adalah bahwa statistik mengandungdidalamnya “ingatan numerik” (numerical memory) yang bertitik tolak dari hal itu kita dapatmembaca suatu alur tertentu yang memungkinkan kita memproyeksikan kemungkinan-kemungkinan yang akan kita hadapi di masa mendatang.
Bagaimanapun, Risk Management tetaplah hanya alat bantu bagi manajemen dalam prosespengambilan keputusan. Risk Management bukanlah sekedar angka statistik, teknik ataupunteknologi. Wujud penerapan terbaik Risk Management merupakan suatu proses membangun
20
kesadaran tentang risiko di seluruh komponen organisasi, suatu proses pendidikan bagaimanamenggunakan alat dan teknik yang disediakan oleh Risk Management tanpa harus dikendalikanolehnya, dan mengembangkan naluri pengambilan keputusan yang kuat (khususnya terhadap risiko).
Kerangka Kerja Risk ManagementSebagai sebuah proses, kerangka kerja Risk Management pada dasarnya terbagi dalam tigatahapan kerja :
1. Identifikasi Risiko
Identifikasi Risiko adalah rangkaian proses pengenalan yang seksama atas risiko dan komponen risiko yang melekat pada suatu aktivitas atau transaksi yang diarahkan kepada proses pengukuran serta pengelolaan risiko yang tepat. Identifikasi Risiko adalah pondasi dimana tahapan lainnya dalam proses Risk Management , dibangun.
2. Pengukuran Risiko Pengukuran Risiko adalah rangkaian proses yang dilakukan dengan tujuan untuk memahami signifikansi dari akibat yang akan ditimbulkan suatu risiko, baik secara individual maupun portofolio, terhadap tingkat kesehatan dan kelangsungan usaha. Pemahaman yang akurat tentang signifikansi tersebut akan menjadi dasar bagi pengelolaan risiko yang terarah dan berhasil guna.
3. Pengelolaan Risiko
Pengelolaan risiko pada dasarnya adalah rangkaian proses yang dilakukan untuk meminimalisasi tingkat risiko yang dihadapi sampai pada batas yang dapat diterima. Secara kuantitatif upaya untuk meminimalisasi risiko ini dilakukan dengan menerapkan langkah- langkah yang diarahkan pada turunnya (angka) hasil ukur yang diperoleh dari proses pengukuran risiko.
Identifikasi Risiko
Sebagai suatu rangkaian proses, identifikasi risiko dimulai dengan pemahaman tentang apa sebenarnya yang disebut sebagai risiko. Sebagaimana telah didefiniskan di atas, maka risiko adalah : tingkat ketidakpastian akan terjadinya sesuatu/tidak terwujudnya sesuatu tujuan, pada suatu kurun/periode tertentu (time horizon).Bertitik tolak dari definisi tersebut maka terdapat dua tolok ukur penting di dalam pengertian risiko, yaitu :
1. Tujuan (yang ingin dicapai)/Objectives
Untuk dapat menetapkan batas-batas risiko yang dapat diterima, maka suatu perusahaan harus terlebih dahulu menetapkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai
21
secara jelas. Seringkali ketidakjelasan mengenai tujuan-tujuan yang ingin dicapai mengakibatkan munculnya risiko- risiko yang tidak diharapkan.
2. Periode Waktu (Time Horizon)
Periode waktu yang digunakan di dalam mengukur tingkat risiko yang dihadapi, sangatlah tergantung pada jenis bisnis yang dikerjakan oleh suatu perusahaan. Semakin dinamis pergerakan faktor-faktor pasar untuk suatu jenis bisnis tertentu, semakin singkat periode waktu yang digunakan di dalam mengukur tingkat risiko yang dihadapi. Contoh, seorang manajerpasar uang di suatu bank mestinya akan melakukan pemantauan atas tingkat risiko yang dihadapi secara harian. Di lain pihak seorang manajer portofolio kredit/capital market, mungkin akan menerapkan periode waktu 1 bulan untuk melakukan pemantauan atas tingkat risiko yang dihadapi.
Pemahaman yang benar atas kedua tolok ukur tersebut akan sangat menentukan validitas dan
efektifitas dari konsep Risk Management yang akan dibangun.
Tahapan selanjutnya dari proses identifikasi risiko adalah mengenali jenis-jenis risiko yang
mungkin (dan umumnya) dihadapi oleh setiap pelaku bisnis. Khusus untuk industri perbankan,
salah satu rujukan yang digunakan dalam merumuskan jenis-jenis risiko yang dihadapi oleh
kalangan perbankan adalah apa yang tercantum di dalam Core Principle for Effective Banking
Supervision (Basel Core principles) September 1997, yang tergabung di dalam Compendium of
documents produced by the Basel Committee on Banking Supervision, February 2000. Jenis-jenis
risiko menurut dokumen tersebut adalah :
1. Risiko Kredit (Credit Risk)
Adalah risiko (munculnya kerugian) yang disebabkan oleh kegagalan counterparty (debitur)
dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya sesuai yang disyaratkan oleh kontrak/
perjanjian.
22
Risiko ini tidak hanya muncul dari kredit/pinjaman (loan) melainkan juga meliputi
komponen-komponen lain, baik on maupun off balance sheet seperti Garansi, Akseptasi,
Securities Investment, dll.
2. Risiko Negara dan Pengalihan (Country and Transfer Risk)
Adalah risiko (munculnya kerugian) yang disebabkan oleh kondisi lingkungan ekonomi,
sosial, politik dari negara asal counterparty (debitur). Risiko ini muncul dalam transaksi
pinjaman lintas negara.
3. Risiko Pasar (Market Risk)
Adalah risiko (munculnya kerugian) yang disebabkan oleh pergerakan harga di pasar. Risiko
ini harus dilihat dalam konteks prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku saat ini. Risiko ini
tampak jelas pada aktivitas trading seperti debt/equity instruments, foreign exchange, atau
komoditas.
4. Risiko Tingkat Bunga (Interest Rate Risk)
Adalah risiko (munculnya kerugian) yang disebabkan oleh pergerakan tingkat bunga di
pasar.
5. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)
Adalah risiko (munculnya kerugian) yang disebabkan oleh ketidakmampuan bank untuk
mengakomodasi berkurangnya pasiva/liabilities atau untuk membiayai/mendanai
peningkatan di sisi aktiva/assets.
6. Risiko Operasional (Operational Risk)
23
Adalah risiko (munculnya kerugian) yang disebabkan oleh pelanggaran atas ketentuan-
ketentuan internal maupun atas kebijakan-kebijakan bank.
7. Risiko Hukum (Legal Risk)
Adalah risiko (munculnya kerugian) yang disebabkan oleh ketidakcukupan (inadequacy)
atau kesalahan dalam pemberian pendapat hukum maupun dokumentasi hukum.
8. Risiko Reputasi (Reputational Risk)
Adalah risiko (munculnya kerugian) yang disebabkan oleh kegagalan di dalam operasional
bank khususnya kegagalan dalam memenuhi ketentuan-ketentuan hukum atau peraturan
yang dikenakan atas bank.
Pengukuran Risiko
Pengukuran Risiko dibutuhkan sebagai dasar (tolok ukur) untuk memahami signifikansi dari
akibat (kerugian) yang akan ditimbulkan oleh terealisirnya suatu risiko, baik secara individual
maupun portofolio, terhadap tingkat kesehatan dan kelangsungan usaha bank. Lebih lanjut
pemahaman yang akurat tentang signifikansi tersebut akan menjadi dasar bagi pengelolaan risiko
yang terarah dan berhasil guna.
A. Dimensi Risiko
Signifikansi suatu risiko maupun portofolio risiko dapat diketahui/disimpulkan dengan
melakukan pengukuran terhadap 2 dimensi risiko yaitu :
i. Kuantitas (quantity) risiko, yaitu jumlah kerugian yang mungkin muncul dari
24
terjadinya/terealisirnya risiko. Dimensi kuantitas risiko dinyatakan dalam satuan mata uang.
ii. Kualitas (quality) risiko, yaitu probabilitas (likelihood) dari terjadinya/terealisirnya
risiko. Dimensi kualitas risiko dapat dinyatakan dalam bentuk : confidence level, matrix
risiko (tinggi, sedang, rendah), dan lain-lain yang dapat menggambarkan kualitas risiko
Dua dimensi ini harus muncul sebagai hasil dari proses pengukuran risiko.
B. Alat Ukur Risiko
Sebagai suatu konsep baru yang sedang terus dikembangkan, terdapat berbagai macam
metode pengukuran risiko yang muncul dan diujicobakan oleh para pelaku pasar.
Value At Risk
i.
Salah satu metode yang banyak diterima dan diaplikasikan saat ini adalah apa yang dikenal
dengan metode Value At Risk (VAR). Value At Risk pada saat ini dapat dianggap sebagai
metode standar di dalam mengukur Risiko Pasar (Market Risk), dan mulai banyak
digunakan untuk mengukur Risiko (Portofolio) Kredit.
Per definisi Value At Risk adalah : kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang
waktu/periode tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu (“predicted
worst-case loss with a specific confidence level over a period of time”). Konsep VAR
berdiri di atas dasar observasi statistik atas data-data historis dan relatif dapat dikatakan
sebagai suatu konsep yang bersifat obyektif.
25
Upaya untuk mengukur risiko telah dilakukan orang dengan berbagai cara. Berbagai
indikator yang sering digunakan oleh bank dalam mengukur dan mengelola Risiko Kredit
atas portofolio kreditnya misalnya : penetapan rating, pembatasan tenor, pembatasan sektor
industri, penetapan watch list, dsb. Risiko Pasar misalnya : volatilitas, sensitivitas, dsb.
Risiko Tingkat Bunga misalnya : Liquidity Gap, Interest Rate Gap, dsb. VAR, dapat
dikatakan, merangkum seluruh substansi yang ingin ditangkap dari alat-alat atau metode-
metode tradisional tersebut. VAR juga megakomodasi kebutuhan untuk mengetahui potensi
kerugian atas exposure tertentu. VAR juga dapat diterapkan pada berbagai level transaksi,
mulai dari individual exposure sampai pada portfolio exposures. Dua hal yang tidak dapat
ditawarkan oleh alat metode tradisional seperti disebutkan di atas.
Secara umum ada empat pertanyaan dasar yang akan dijawab dengan menggunakan konsep
VAR yaitu :
Ø Berapa banyak bank akan mengalami kerugian?
Ø Apakah kerugian tersebut akan terkonsentrasi pada satu aspek tertentu (obligor,
area, jenis risiko)?
Ø Exposure mana yang akan meminimalkan risiko dari exposure yang lain?
Ø Berapa banyak keuntungan yang dapat diperoleh dengan mengambil risiko tersebut?
ii. Stress Testing
Salah satu keterbatasan konsep VAR adalah bahwa VAR hanya efektif diterapkan dalam
26
kondisi pasar yang normal. Konsep VAR tidak dirancang untuk memprediksikan terjadinya
suatu kejadian yang akan menyebabkan runtuhnya pasar (unexpected event) seperti perang,
bencana alam, perubahan drastis di bidang politik, dll.
Konsep Stress Testing memberikan jawaban untuk masalah tersebut. Konsep Stress Testing
dirancang sebagai suatu pendekatan subyektif terhadap risiko yang bagian terbesarnya
tergantung pada human judgement. Konsep ini adalah sebuah rangkaian proses eksplorasi,
mempertanyakan, dan berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan (khususnya terkait
dengan risiko) pada saat terjadinya sesuatu yang dianggap “tidak mungkin” (very unlikely)
terjadi.
Di dalam konsep Stress Testing dilakukan hal-hal sebagai berikut :
Ø Menyusun beberapa skenario (terjadinya unexpected event)
Ø Melakukan revaluasi (risiko) atas portofolio
Ø Menyusun kesimpulan atas skenario-skenario tersebut
Stress Testing harus dilaksanakan secara periodik dengan melibatkan Senior Management.
iii. Back Testing
Suatu model hanya berguna jika model tersebut dapat menerangkan realitas yang terjadi.
Demikian pula dengan model pengukuran risiko. Untuk menjaga reliability dari model,
maka secara periodik suatu model pengukuran harus diuji dengan menggunakan suatu
27
konsep yang dikenal dengan Back Testing.
C. Risiko vis a vis Pricing dan Modal
Hasil yang diperoleh dari proses pengukuran risiko menggambarkan potensi kerugian yang
akan muncul dalam hal risiko terealisir. Dalam konsep Risk Management kerugian tersebut
harus diantisipasi dengan cara menyisihkan sejumlah modal sebagai cushion/buffer yang akan
melindungi (kemampuan keuangan) perusahaan. Semakin tinggi risiko yang diambil, semakin
besar pula modal yang dibutuhkan.
Penyisihan sejumlah modal (di luar PPAP) tersebut tentunya akan mengakibatkan
munculnya opportunity loss bagi perusahaan/bank. Sebagai konsekuensi maka Risk
Management mengenal apa yang disebut sebagai RAROC atau Risk Adjusted Return On
Capital. Konsep pricing yang menggunakan RAROC akan secara jelas memperlihatkan
seberapa tinggi risiko dari satu counterpart di mata bank/perusahaan yang melakukan evaluasi
risiko.
Pengelolaan Risiko
Jika risiko-risiko yang dihadapi oleh perusahaan telah diidentifikasi dan diukur maka pertanyaan
selanjutnya adalah : “Profil/Struktur Risiko yang bagaimana yang terbaik bagi perusahaan?”
Pertanyaan tersebut mengarah kepada upaya untuk :
Meningkatkan kualitas dan prediktabilitas dari pendapatan perusahaan (earning)
28
1.
untuk mengoptimalkan nilai bagi pemegang saham (shareholder value)
Mengurangi kemungkinan munculnya tekanan pada kemampuan keuangan
2.
(financial distress)
Mempertahankan marjin operasi (operating margin)
3.
Konsep Pengelolaan Risiko berbicara seputar alternatif cara untuk mencapai tujuan-tujuan di atas.
Pada dasarnya mekanisme Pengelolaan Risiko dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Membatasi Risiko (Mitigating Risk)
Membatasi Risiko dilakukan dengan menetapkan limit risiko, baik untuk individual
exposure maupun portfolio exposure, yang dapat diterima oleh perusahaan.
Penetapan Limit Risiko yang dapat diterima oleh perusahaan tidak semata-mata dilakukan
untuk membatasi risiko yang diserap oleh perusahaan, melainkan juga harus diarahkan
kepada upaya untuk mengoptimalkan nilai bagi pemegang saham. Pendekatan tersebut
terkait dengan konsekuensi (Modal/Capital) yang muncul dari angka-angka risiko yang
dihasilkan dari proses pengukuran risiko. Artinya penetapan batas risiko dengan berbagai
konsekuensi (finansial) yang muncul kemudian harus menghasilkan struktur neraca
maupun rugi laba yang optimal bagi para pemegang saham.
Mengelola Risiko (Managing Risk)
29
2.
Sebagaimana kita ketahui, nilai exposure yang dimiliki oleh perusahaan dapat bergerak
setiap saat sebagai akibat pergerakan di berbagai faktor yang menentukan di pasar. Dalam
kondisi demikian, maka angka yang dihasilkan dari proses pengukuran risiko di awal
(munculnya exposure) akan berkurang validitasnya. Artinya bisa jadi profile risiko akan
berubah sehingga tidak lagi dapat memberikan hasil yang optimal bagi pemegang saham.
Untuk itu maka dibutuhkan suatu proses untuk mengembalikan profil risiko kembali
kepada profil yang memberikan hasil optimal bagi pemegang saham. Proses dimaksud
dilakukan melalui berbagai jenis transaksi yang pada dasarnya merupakan upaya untuk :
Menyediakan cushion/buffer untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin a. muncul dalam hal risiko yang diambil terealisir.
Mengurangi/menghindarkan perusahaan dari kerugian total (total loss) yang
b. mucul dalam hal risiko terealisir
Mengalihkan risiko kepada pihak lain
c. Memantau Risiko (Monitoring Risk)
3. Pemantauan risiko pada dasarnya adalah mekanisme yang ditujukan untuk dapat
memperoleh informasi terkini (updated) dari profile risiko perusahaan.
Sekali lagi, Risk Management tetaplah hanya alat bantu bagi manajemen dalam proses
pengambilan keputusan. Wujud penerapan terbaik Risk Management merupakan suatu proses
30
membangun kesadaran tentang risiko di seluruh komponen organisasi perusahaan, suatu proses
pendidikan bagaimana menggunakan alat dan teknik yang disediakan oleh Risk Management
tanpa harus dikendalikan olehnya, dan mengembangkan naluri pengambilan keputusan yang kuat
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses dari pembatasan dan
perumusan masalah, membuat beberapa alternatif pemecahan beserta konsekuensi
masing-masing alternatif, dan memilih salah satu alternatif pemecahan terbaik untuk
selanjutnya melaksanakan keputusan tersebut.
2.2. Faktor-Faktor Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Faktor keadaan intern organisasi
2. Faktor tersedianya informasi yang diperlukan
3. Faktor keadaan ekstern organisasi
4. Faktor kepribadian dan kecakapan pengambil keputusan
2.3. Model Keputusan
Ada beberapa elemen dan konsep yang biasanya digunakan pada semua
model keputusan, hampir semua model apakah itu kompleks dan sederhana, dapat
diformulasikan dengan menggunakan suatu struktur standard dan dipecahkan
dengan penggunaan prosedur umum. Dalam tulisan ini digunakan model probabilistik
32
dalam kondisi ketidakpastian yakni memakai Teori Peluang dan expektasi (harapan).
2.4. Pengertian Peluang
Secara umum peluang terjadinya suatu kejadian A dapat dinyatakan sebagai
frekwensi relatif, yaitu perbandingan antara banyaknya cara kejadian A dapat terjadi
dengan banyaknya semua cara (kejadian) dapat terjadi dalam suatu
keadaan tertentu (percobaan). Secara matematis hal ini dapat dirumuskan dengan:
n (A)
P(A) =
n (Ω)
Sebagai contoh untuk memudahkan pengertian rumusan peluang di atas, jika
sebuah dadu yang setimbang digulirkan, dan A adalah kejadian mata dadu ganjil
yang muncul, maka peluang A, P(A), adalah 1/2. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
mendaftarkan semua mata dadu (outcome) yang mungkin terijdi dalam percobaan
tersebut yaitu Ω={1,2,3,4,S,5}. Himpunan ini sering disebut dengan ruang sampel
(sample space), dimana secara himpunan dapat dituliskan n(Ω) = 6. Sedangkan
kejadian A dikatakan terjadi bilamana mata dadu yang muncul adalah 1, 3, atau 5.
Hal ini dapat dinyatakan dalam himpunan, A ={1,3,5}, artinya n(A)=3. Sehingga
menurut persamaan (1) di alas P(A)=3/6=1/2.
2.5. Ekspektasi
Ekpektasi (Expectation) adalah suatu nilai harapan terhadap suatu peubah
(kejadian) tertentu yang diperhitungkan berdasarkan semua kemungkinan (peluang)
yang akan terjadi terhadap peubah tersebut. Secara matematis jika X menyatakan
suatu peubah acak yang mempunyai peluang p(x), maka ekspektasi X (yang
33
dinotasikan dengan E(X)) didefinisikan sebagai berikut:
E(X) = Σ xp(x), jika X peubah acak diskrit, dan
xЄX
E(X) = ∫ xp(x)dX jika X peubah acak kontinu.
xЄX . KESIMPULAN
Pemakaian Teori Peluang untuk membahas persoalan ketidakpastian dapat
dilakukan bilamana dimiliki suatu informasi yang dapat dimodifikasi menjadi
frekwensi relatif. Contoh kasus masalah grosir buah tetah menunjukkan bagaimana
penggunaan konsep teori peluang dan ekspektasi digunakan untuk mengambii
keputusan. Dan perhitungan dapat diperoleh bahwa nilai minimum kerugian adalah
$17.50, dengan jumlah persediaan perharinya 12 keranjang.
34
Lampiran 3SERTIFIKASI RIKS MANAGER
No. 6/78/BGub/Humas Gubernur Bank Meresmikan Program Sertifikasi Risk Manager Perbankan Nasional
GUBERNUR BANK INDONESIA, BURHANUDDIN ABDULLAH, HARI INI MERESMIKAN PELUNCURAN PROGRAM SERTIFIKASI RISK MANAGER PERBANKAN SEBAGAI IMPLEMENTASI PILAR IV ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA DI GEDUNG BI, JAKARTA. PROGRAM INI BERTUJUAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PERBANKAN NASIONAL DALAM HAL RISK MANAGEMENT. PERESMIAN DILAKUKAN DENGAN PENANDATANGANAN NOTA KESEPAKATAN ANTARA BANK INDONESIA DAN INDONESIA RISK PROFESSIONAL ASSOCIATION (IRPA), YANG MASING-MASING DIWAKILI OLEH MAMAN H. SOMANTRI, DEPUTI GUBERNUR BANK INDONESIA DAN I WAYAN PUGEG, KETUA IRPA YANG JUGA DIREKTUR PT BANK MANDIRI."Acara ini merupakan momen penting bagi dunia perbankan nasional", demikian ungkap Burhanuddin dalam sambutannya. Peresmian ini, menurut Burhanuddin merupakan implementasi dari komitmen Bank dan pelaku industri perbankan nasional untuk bersama-sama seiring sejalan melangkah maju guna meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) perbankan. “Pada saat ini baru Bank saja sebagai otoritas perbankan yang menetapkan program sertifikasi risk manager, sebagai suatu kewajiban formal yang mengikat industri perbankan yang diawasinya”, demikian lanjut Burhanuddin.Menyadari pentingnya manajemen risiko dalam mengelola aktivitas fungsional bank maka Bank bersama para regulator perbankan serta komunitas perbankan internasional meyakini bahwa sesuai dengan karakteristik usahanya, para pelaku industri perbankan harus memiliki kemampuan untuk menyeimbangkan antara keuntungan yang ingin diraih dengan risiko yang terkandung dalam setiap langkah kebijakannya. Hal tersebut terus diupayakan, terutama sejak Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003 pada tanggal 19 Mei 2003 mengenai Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum yang mewajibkan setiap bank untuk menerapkan manajemen risiko secara efektif.LEBIH LANJUT, BURHANUDDIN MENGURAIKAN BAHWA DENGAN PENINGKATAN KUALITAS SDM SEBAGAI HASIL DARI PROGRAM INI, MAKA SEBENARNYA KITA MERESPON BEBERAPA PERMASALAHAN YANG DIHADAPI SEKALIGUS YAITU, PERTAMA, MENGANTISIPASI KEMUNGKINAN IMPLEMENTASI BASEL II DI BIDANG RISK MANAGEMENT SEBAGAI BEST PRACTICES PERBANKAN DALAM JANGKA MENENGAH-PANJANG, KEDUA, PENINGKATAN KOMPETENSI SDM PERBANKAN DI BIDANG RISK MANAGEMENT, BERARTI JUGA AKAN AKAN DAPAT MENUTUP BERBAGAI KELEMAHAN DALAM SISTEM DAN INFRASTRUKTUR OPERASIONAL PERBANKAN YANG SAAT INI MASIH ADA, DAN KETIGA, PROGRAM SERTIFIKASI RISK MANAGER INI PADA DASARNYA AKAN MEMPERCEPAT PROSES PENGUATAN INSTITUSIONAL PERBANKAN. SECARA FUNDAMENTAL, PENERAPAN RISK MANAGEMENT OLEH PERBANKAN AKAN MENDORONG DITERAPKANNYA PULA PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN PENINGKATAN KEHATI-HATIAN DALAM KEGIATAN OPERASIONAL SEHARI-HARI. Program sertifikasi ini dilaksanakan oleh IRPA, asosiasi praktisi profesional risk manager dengan bantuan expertise ABN Amro dalam mengajarkan berbagai practical aspects risk management. Sementara itu, Bank Indonesia sebagai regulator, bekerja sama dengan IRPA dengan dukungan seluruh para pelaku industri perbankan, akan menetapkan suatu standar kualitas skill & knowledge yang harus dicapai oleh risk manager, dan kemudian mengimplementasikannya melalui suatu program sertifikasi.
35
Program sertifikasi ini terdiri dari dua program, yaitu program fast track (eksekutif) dan program reguler. Program fast track (eksekutif) ditujukan bagi para eksekutif bank seperti anggota Direksi Bank Umum, khususnya yang membawahi bidang manajemen risiko, agar mampu memfasilitasi pengembangan risk management pada masing-masing banknya. Sedangkan program reguler ditujukan bagi setiap SDM perbankan yang tugas maupun tanggung jawabnya terkait dengan bidang manajemen risiko.
, 7 Juli 2004
BIRO KOMUNIKASI
Rizal A. DjaafaraKepala Biro
36
Soal
Kerjakan soal di bawah ini !
1. Sebutkan dan Jelaskan kerangka kerja Riks managemen
2. pengeluaran investasi pada tahun 2000 adalah 200.000. iuran kas pada
tahun 2003 adalah 100.000 tingkat keuntungannya 1.9. tentukan tingkat