Page 1
Reptil Laut Terancam PunahAfifi Rahmadetiassani
Sebagai negara maratim, Indonesia memiliki kekayaan alam laut yang luar biasa
indahnya. Berbagai jenis ikan, mamalia laut, terumbu karang bahkan kelompok renik yang hanya
dapat dilihat menggunakan mikroskop seperti plankton hidup di laut Indonesia. Namun
meningkatnya perubahan lingkungan, membuat beberapa makhluk laut tersebut mengalami
ancaman serius. Contohnya adalah penyu laut. Penyu laut termasuk ke dalam kelompok reptil.
Memiliki cangkang (karapas) yang dilapisi zat tanduk pada bagian atas dan plastron dibagian
bawah, terdapat flipper yang digunakan untuk mendayung dan alat kemudi merupakan ciri-ciri
yang dimilikinya (Safrizal, 2009).
Negara khatulistiwa ini merupakan rumah bagi enam dari tujuh spesies penyu di dunia.
Jenis tersebut anatara lain Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea), Penyu Hijau (Chelonia
mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu Tempayan (Caretta carreta), Penyu
Lekang (Lepidochelys olivacea) dan Penyu Pipih (Natator depressus). Satu jenis di luar Negara
Khatulistiwa ini adalah Penyu Lekang Kempii (Lepidochelys kempii) (Yusri, 2013) (Gambar 1).
(a) (b)
Page 2
(c) (d)
(e) (f) (g)
Gambar 1. Jenis-jenis Penyu di Dunia; (a) Penyu Belimbing ; (b) Penyu Hijau ; (c) Penyu Sisik ;
(d) Penyu Tempayan ; (e) Penyu Pipih ; (f) Penyu Lekang dan (g) Penyu
Lekang Kempii
Ketujuh reptil laut tersebut dilindungi secara Internasional maupun Nasional.
Perlindungan Internasional dilndungi oleh IUCN (International Union for The Conservation of
Nature) Red List, CITES (Convention on International Trade in Endangerd Species of Wild
Fauna and Flora) dan perlindungan Nasional dilindungi oleh UU No.5 Tahun 1990 dan PP No.7
tahun 1999 (Fajar, 2014).
IUCN Red List merupakan sebuah lembaga internasional yang mengatur status fauna dan
flora yang ada di alam. Berdasarkan tabel 1, IUCN Redlist memasukkan ketujuh penyu tersebut
dimasukkan ke dalam kategori (Tabel 1) :
Tabel 1. Status IUCN Redlist Penyu di Dunia (www.iucnredlist.org,diakses pada tanggal 24 Mei
2015)
No Jenis Penyu Status IUCN Redlist
1 Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Critically Endangered (Kritis)
2 Penyu Lekang Kempii (Lepidochelys
kempii)
Critically Endangered (Kritis)
3 Penyu Hijau (Chelonia mydas) Endangered (Terancam)
4 Penyu Tempayan (Caretta caretta) Endangered (Terancam)
5 Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea) Vulnerable (Rentan)
6 Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) Vulnerable (Rentan)
7 Penyu Pipih Data Deficient (Informasi Kurang)
Page 3
Berdasarkan status CITES yang mengatur jalur perdagangan semua satwa dan tumbuhan,
menyebutkan bahwa semua jenis penyu masuk ke dalam kategori Appendix I. Artinya, penyu
tidak boleh diperjual belikan dalam segala bentuk perdagangan secara komersial (Dermawan, A.
dkk., 2009). Adanya perlindungan dari berbagai pihak menunjukkan ancaman yang besar bagi
kelangsungan hidup penyu. Ancaman yang dihadapi seperti : berkurangnya habitat penyu untuk
bersarang, perdagangan, tercemarnya perairan laut dan lain sebagainya.
Berkurangnya habitat penyu untuk bertelur merupakan salah satu ancaman
keberlangsungan hidupnya. Pembangunan secara berlebih di pesisir pantai yang merupakan
tempat penyu bertelur, perusakan tanaman pakan di laut akibat manusia menyebabkan
berkurangnya individu penyu dibumi,
Ancaman kedua adalah perdagangan. Kasus perdagangan yang dilakukan baik dalam
bentuk daging, telur atau pun bagian tubuhnya. Umumnya penyu yang sering diperdagangkan
dagingnya adalah penyu hijau dan yang sering diambil karapasnya untuk membuat cinderamata
adalah penyu sisik. Menurut data Profauna Indonesia (2010), menunjukan dari 29 lokasi, 18
lokasi (62%) ditemukan adanya aktivitas perdagangan telur penyu di Kalimantan. Sepuluh lokasi
(56%) penjualan telur penyu ditemukan di Kalimantan Barat, lima lokasi (28%) di Kalimantan
Selatan, dua lokasi (11%) di Kalimantan Timur dan satu lokasi (5%) di Kalimantan Tengah.
Jumlah telur yang dijual diperkirakan sekitar 100.0000 buah di seluruh Pulau Kalimantan. Kota
Samarinda (Kalimantan Timur) tercatat sebagai kota yang mempunyai jumlah pedagang
telurpenyu yang paling banyak. WWF (2012) menyebutkan, perdagangan telur penyu juga
terdapat di Samarinda sejak tahun 2007. Menurut survey ditemukan sekitar 19-20 toko yang
menjual telur penyu dan setiap toko memiliki stok telur penyu berkisar 1500-3000 butir dengan
rata-rata penjualan mencapai 1500-2000 butir/hari. Pada tahun 2012, toko yang menjual telur
tersebut mengalami penurunan. Toko yang menjual telur penyu tersisa 5-7 toko dan telur terjual
setiap harinya berkisar 500-700 butir. Selain Samarinda, kota besar lainnya seperti Pontianak dan
Banjarmasin turut serta sebagai pusat perdagangan telur penyu di Kalimantan.
Tidak hanya di Pulau Kalimantan yang melakukan hal tersebut, hampir seluruh pulau di
Indonesia juga melakukan hal yang serupa. Contoh kasusnya, seperti Pulau Sumatera di Provinsi
Sumatera Barat. Setiap tahunnya di wilayah Sumatera Barat tercatat sekitar 75000 butir telur
penyu diekspoloitasi khususnya di tiga pulau pemasok utama telur penyu, anataralain Pulau
Penyu Painan, Pulau Telur Pasaman dan Pulau Pieh Pariaman.. Jika hal tersebut terus terjadi,
Page 4
maka dimungkinkan pada 5-10 tahun mendatang penyu tidak akan terlihat di wilayah Sumatera
Barat (WWF, 2015).
Kasus perdagangan penyu juga ditemukan di pesisir selatan Pulau Jawa. Pada tahun 2005
ditemukan enam lokasi pantai tempat jual beli penyu. Lokasi tersebut anatara lain : Pantai Teluk
Penyu, Cilacap (Jawa Tengah) ; Pantai Puger, Banyuwangi (Jawa Timur); Pantai Pangandaran
(Jawa Barat); Pantai Pelabuhan Ratu (Jawa Barat); Pantai Pangumbahan, Sukabumi (Jawa Barat)
dan Pantai Samas (Yogyakarta). Semua lokasi tersebut memperdagangkan penyu dalam bentuk
daging, telur, minyak maupun souvenir (Profauna Indonesia, 2005) (Gambar 2). Menurut
ANTARA News.com (2006), sekitar 1.000 ekor penyu setiap tahun dibunuh untuk dijual oleh
pedagang gelap di sepanjang pesisir Pantai Selatan Jawa dan sekitar 60 ekor setiap tahun
tertangkap jaring nelayan tanpa sengaja.
(a) (b)
Gambar 2. Perdagangan Penyu; (a) Telur Penyu yang Dijual di Pantai Padang (Tempo.Co, 2012)
dan (b) Souvenir yang Dibuat Menggunakan Bagian Tubuh Penyu di Samarinda
(Dok.Profauna Indonesia dikutip oleh ANTARA News.com, 2015)
Tahun 1970, Bali dikenal sebagai provinsi pengkonsomsi penyu terbesar di Indonesia.
Pada tahun 1969-1999, kebutuhan konsumsi penyu hijau mencapai 19.628-30.121 ekor/tahun
(BKSDA Bali, 2009). Menurut ANTARA News.com (2006), ProFauna Indonesia mencatat
sekitar 27.000 ekor penyu hijau dibunuh di tahun 1999. Kurun waktu 2000 – 2008 ditemukan 31
kasus dengan jumlah penyu yang tersita, sejumlah 1.100 ekor dan 450 butir telur penyu lekang
(BKSDA Bali, 2009).
Ancaman ketiga adalah tercemarnya perairan laut. Contoh pencemaran laut seperti
tumpahan minyak dan plastik. Permasalahan tersebut tidak hanya menganggu habitat penyu saja
Page 5
namun biota lain pun akan terganggu. Contoh kasusnya seperti di Brazil yang menemukan
seekor penyu hijau betina mati karena sampah. Sampah-samaph tersebut banyak ditemukan di
bagian sistem pencernaan dan pernapasannnya ditemukan banyak sampah (Tribun Sumsel.com,
2015) (Gambar 3). Kasus serupa di negara Argentina juga ditemukan penyu hijau mati
dikarenakan sampah yang tertelan plastik. Menurut surat kabar Marine Turtle Newsletter
menegaskan 75% penyu hijau memakan sampah plastik (Lapak Info, 2011). Selain itu sampah
plastik juga dapat menjerat penyu sehingga tubuh penyu menjadi rusak (abnormal) (Gambar 3).
(a) (b)
Gambar 3. Akibat Sampah Berdampak Terhadap Penyu; (a) Penyu Memakan Sampah
(Norikoreza,2011); (b) Penyu yang Terlilit Sampah Sehingga Bentuknya
Menjadi
Abnormal (Anonim, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Akibat Kurang Pedulinya Manusia Pada Lingkungan (Sampah Plastik).
http://dibsky.blogspot.com/2010/10/tumpukan-sampah-terbesar-di-dunia-ada.html.
Diakses pada tanggal 25 Mei 2015.
ANTARA News.com. 2006. 1.000 Penyu Dibantai Tiap Tahun di Pantai Selatan Jawa.
http://www.antaranews.com/berita/36408/1000-penyu-dibantai-tiap-tahun-di-pantai-
selatan-jawa. Diakses pada tanggal 25 Mei 2015.
BKSDA Bali. 2009. Upaya Penanganan Penyu di Bali. http://www.ksda-bali.go.id/upaya-
penanganan-isu-penyu-di-bali/. Diakses pada tanggal 25 Mei 2015.
Page 6
Dermawan, A., dkk. 2009. Pedoman Teknis Pengelolaan Konservasi Penyu. Direktorat
Konservasi dan Taman Laut, Direktorat Jendral Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,
Departemen Kelautan dan Perikanan RI. Jakarta.
Fajar, Jay. 2014. Penyu Sisik Penyu Pengembara yang Terancam Punah.
http://www.mongabay.co.id/2014/11/10/penyu-sisik-penyu-pengembara-yang-terancam-
punah/. Diakses pada tanggal 25 Mei 2015
Lapak Info. 2011. Seram, Perut Penyu Dipenuhi Ribuan Sampah Plastik.
http://rockypanjaitan.blogspot.com/2011/03/seram-perut-penyu-dipenuhi-ribuan.html.
Diakses pada tanggal 25 Mei 2015.
Norikoreza. 2011. Plastik dan Bahanya.
https://norikoreza.wordpress.com/category/lingkungan/. Diakses pada tanggal 25 Mei
2015.
Profauna Indonesia. 2005. Laporan Investigasi Perdagangan Penyu di Pesisir Selatan
Jawa.
Profauna Indonesia. 2010. Perdagangan Ilegal Telur Penyu di Kalimantan.
http://www.profauna.net/id/kampanye-penyu/perdagangan-ilegal-telur-penyu-di-
kalimantan#.VWKciE-qqko. Diakses pada tanggal 25 Mei 2015.
Safrizal,R. 2009. Jenis dan Morfologi Penyu Laut.
http://infopenyu.blogspot.com/2009/12/jenis-dan-morfologi-penyu-laut.html. Diakses
pada tanggal 25 Mei 2015.
TRibun Sumsel.com. 2015. Diduga Kebanyakan Makan Sampah Laut, Penyu Hijau yang
Lucu Ini Mati. http://sumsel.tribunnews.com/2015/04/09/diduga-kebanyakan-makan-
sampah-laut-penyu-hijau-yang-lucu-ini-mati. Diakses pada tanggal 25 Mei 2015.
World Wide Fund for Nature. 2012. Stop Perdaganagn Telur Penyu : Sebuah
Pembelajaran dari Berau. http://www.wwf.or.id/?24462/Stop-perdagangan-telur-penyu-
sebuah-pembelajaran-dari-Berau. Diakses pada tanggal 25 Mei 2015.
World Wide Fund for Nature. 2015. Bantu Kurangi Ancaman Terhadap Penyu di
Indonesia. http://earthhour.wwf.or.id/bantu-kurangi-ancaman-terhadap-penyu-di-
indonesia/. Diakses pada tanggal 25 Mei 2015.
Page 7
Yusri, S. 2013. Tentang Penyu. http://www.terangi.or.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=35%3Atentang-penyu&catid=16%3Amakhluk-
laut&Itemid=12&lang=id. Diakses pada tanggal 25 Mei 2015.