Top Banner

of 31

Renstra Tbp Jabar

Mar 03, 2016

Download

Documents

Dedi Somantri

CONTOH RENSTRA
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    RENSTRA TB PARU DI RSP PROV.JABAR

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1;Latar Belakang

    Indonesia menduduki ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi didunia.

    Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660,000 (WHO, 2010) dan estimasi

    insidensi berjumlah 430,000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan

    61,000 kematian per tahunnya

    Strategi nasional program pengendalian TB dengan visi-visi menuju masyarakat

    bebas masalah TB sehat, mandiri, dan berkeadilan untuk mencapai target ynag ditetapkan

    dalam strategi disusun 8 rencana aksi nasional yaitu :

    1; Publik Private Mix Untuk TB2; Programatic Management Drug Resisteance TB3; Kolaborasi TB-HIV4; Penguatan Laboratorium 5; Pengembangan SDM6; Penguatan Logistik7; Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial8; Informasi Strategi TB

    Rumah sakit paru Provinsi Jawa Barat merupakan organisasi pelaksana dalampenanggulangan Tuberkulosis dengan melaksanakan semua kegiatan tatalaksana pasienTuberkulosis di rumah sakit. Rumah Sakit Paru mempunyai Tugas Pokok melaksanakanpelayanan penunjang penyelenggaraan Pemerintahan Daerah bidang kesehatan paru dandalam menyelenggarakan Tugas Pokok, Rumah Sakit Paru mempunyai fungsi yaitupenyelenggaraan pelaksanaan usaha pelayanan medis penyakit paru, penyelengaraanpelaksanaan usaha pelayanan penunjang medis, penyelenggaraan pelaksanaan usahaperawatan penderita dan kegawatdaruratan penyakit paru, penyelenggaraan pelaksanaanusaha rehabilitasi medis penyakit paru dan penyelenggaraan pelaksanaan sistemrujukan(Sistem Referral) (KepDirut RSP,2013).

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 1

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    Tim Directly Observed Treatment Short-course (DOTS) rumah sakit paruProvinsi Jawa Barat adalah kelompok kerja yang konprehensif di tingkat Provinsi Jawa Baratyang dibentuk berdasarkan keputusan Direktur rumah sakit paru Provinsi Jawa Barat nomor800/011/TU.1/RSP dengan tujuan untuk menanggulangi penyakit Tuberkulosis. Tim DirectlyObserved Treatment Short-course (DOTS) rumah sakit paru Provinsi Jawa Barat mempunyaitugas yaitu: memberikan masukan kepada direktur sebagai bahan rumusan pelayananprogram pencegahan dan penanggulangan tuberkulosis, membuat program kerja,melaksanakan program sesuai jadwal, mengadakan evaluasi dan tindak lanjut terhadappelaksanaan program, mengikuti rapat dan pertemuan rutin serta membuat laporan bulanan(KepDirut RSP,2013).

    1.2 Landasan HukumLandasan Hukum untuk menyusun Renstra Dots Rumah sakit paru provinsi Jawa

    Barat tahun 2014 - 2019, sebagai berikut :1; Undang- undang Nomer 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Memular2; Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.3; Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah sakit;4; Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 5; Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 6; Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

    tanggung jawab Keuangan Negara; 7; Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

    Nasional; 8; Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; Undang-

    Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara PemerintahPusat dan Pemerintah Daerah;

    9; Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007, tentang Rencana Pembangunan JangkaPanjang Nasional Tahun 2005-2025;

    10; Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 203/ Menkes/SK/III/999 tentang GerakanTerpadu Nasional Penanggulangan Tuberkulosis;

    11; Kepeutusan Menteri Kesehatah Nomor 131/Menkes/SK/II/2004 tentang SistemKesehatan Nasional;

    12; Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/ 2005 tenteng Organisasidan Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan peraturanMenteri Kesehatan Nomor 1295/Menkes/Per/XII/2007;

    13; Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang RencanaPembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat 2005 2025;

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 2

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    14; Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2009 tentang RencanaPembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 2013;

    15; Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 Tentang SistemPerencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat:

    16; Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 72 Tahun 2005 tentang Tata Cara PerencanaanPembangunan Tahunan Daerah;

    17; Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 54 Tahun 2008 tentang RencanaPembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 201

    1.3;Maksud dan tujuan 1; Maksud disusunnya RENSTRA DOTS RS Paru Provinsi Jawa Barat ini

    diharapkan secara keseluruhan dapat melaksanakan dan merencanakanpengelolaan program penanggulangan TB di RSP Provinsi Jawa barat.

    2; Tujuan Perencanaan Strategis sebagai acuan dalam pelaksanaan pengelolaanprogram penanggulangan TB di RSP Provinsi Jawa Barat lima tahun ke depansehingga pelaksanaannya terarah dan tepat sasaran.

    1.4 Sistematika Penulisan

    Adapun pembuatan Dokumen Rencana Strategis (Renstra) DOTS Rumah Sakit ParuProvinsi Jawa Barat tahun 2014-2019 ini disusun ke dalam 7(tujuh) bab dengan sistematikapenulisan sebagai berikut:

    BAB I PENDAHULUAN: Pada Bab Pendahuluan dipaparkan Latar Belakang,Landasan Hukum, Maksud dan Tujuan dan diakhiri dengan SistematikaPenulisan Rencana Strategis.

    BAB II GAMBARAN PELAYANAN DOTS DI RUMAH SAKIT RSPPROVINSI JAWABARAT : Dalam Bab ini diuraikan mengenai Tugas,Fungsi dan struktur Organisasi, Sumber Daya yang dimiliki, serta KinerjaPelayanan sasaran/target DOTS Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Baratperiode sebelumnya.

    BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI: Padabab ini berisi uraian Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi,Telaah Visi, Misi Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat serta ProgramGubernur dan Wakil Gubernur, Telaah Renstra K/L dan Renstra Propinsi JawaBarat.

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 3

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGIDANKEBIJAKAN : Dalam Bab ini dirumuskan Visi dan Misi DOTS, Tujuan dansasaran Jangka Menengah, yang diakhiri perumusan Strategi dan KebijakanRumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat.

    BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF : Dalam Babini akan dikemukakan dijelaskan Rencana Program dan Kegiatan, IndikatorKinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif.

    BAB VI INDIKATOR KINERJA DOTS YANG MENGACU PADA TUJUANDAN SASARAN RPJMD: Pada Bab ini dikemukakan Indikator KinerjaDOTS RS Paru Provinsi Jawa Barat yang secara langsung menunjukkankinerja yang akan dicapai dalam lima tahun mendatang sebagai komitmenuntuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD

    BAB VII PENUTUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

    BAB IIGAMBARAN PELAYANAN DOTS DIRUMAH SAKIT PARU PROVINSI JAWA

    BARAT

    2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi DOTS Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa

    Barat

    DOTS RS Paru Provinsi Jawa Barat adalah salah satu unit pelayanan di rumah sakit

    Paru Provinsi Jawa Barat awalnya adalah unit penyuluhan di Poliklinik rumah sakit Paru

    Provinsi Jawa Barat tahun 2004 kemudian namanya dirubah menjadi POJOK DOTS

    berdasarkan SK Direktur. Seiring berjalannya waktu dan pergantian pimpinan Tahun 2009

    berubah namanya menjadi Unit DOTS samapai dengan sekarang sasuai dengan SK Direktur

    Nomor 800.6/07/TU-1/RSP tahun 2009.

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 4

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    A; Tugas dan Fungsi

    B; A.1. Tugas Pokok

    B.1.1; DOTS RS Paru Rumah sakit Provinsi Jawa Barat mempunyai Tugas

    memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Sesuai dengan Undang-

    undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 BAB III Pasal 4 tentang Rumah Sakit

    yaitu yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan

    pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk memelihara dan

    meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit dan memulihkan

    kesehatan.A.2. Fungsi

    Unit pelayanan DOTS di rumah sakit paru Provinsi Jawa Barat sesuai dengan buku

    pedoman Nasional Pengendalian TB tahun 2011 mempunyai fungsi :

    a; Tatalaksana Pasien TB:

    1; Penemuan tersangka TB

    2; Diagnosis

    3; Pengobatan

    b; Manajemen Program:

    1; Perencanaan

    2; Pelaksanaan

    3; Pencatatan dan Pelaporan

    4; Pelatihan

    5; Bimbingan teknis (supervisi)

    6; Pemantapan mutu laboratorium

    7; Pengelolaan logistik

    8; Pemantauan dan Evaluasi (Surveilance)

    c; Kegiatan penunjang:

    1; Promosi

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 5

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    2; Kemitraan

    3; Penelitian

    C;Struktur Organisasi

    Unit DOTS Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat terdiri dari Penanggung jawabDirektur Rumah sakit Paru, Pembina Ka.Sie Medis, Konsulen Dokter sepesialis paru, Ketuadan wakli ketua dibantu oleh sekertaris, bendahara serta membawahi kordinator program dankordinator unit seperti Bagan Struktur di bawah ini :

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 6

    Penanggungjawab

    Direktur

    Pembina

    Ka.sieMedis

    Konsulen DokterSepesialis paru

    Ketua

    Wakil Ketua

    BENDAHARA

    SEKERTARIS

    KORDINATOR

    POLI DOTS

    MEDIS

    RAWAT INAP

    RAWATJALAN

    IGD LAB

    RAD FARMASI

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    C;Sumber DayaC.1. Ketenagaan TIM DOTS

    Ketenagaan Terlatih NON PNS

    Dokter Sepesialis 1

    Dokter Umum 1 1

    Sarjana KesehatanMasyarakat

    3

    Perawat 7

    Analis 2

    Sarjana Apotker 1

    DIII Apotker 1

    DIII Radiologi 1

    DIII Rekam Medik 1

    SLTA 1

    Jumlah 14 3

    C.2. Sarana Bangunan

    Bangunan yang dimiliki Unit DOTS Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat adalah Ruangan dengan ukuran 4 x 8 M2

    C.3. Fasilitas

    Fasilitas yang di miliki Unit DOTS Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat diantaranya:

    1; Jaringan telepon

    2; Jaringan Wifi

    3; Satu unit computer

    4; Satu unit laptop

    5; Satu mesim printer

    D; KINERJA PELAYANAN DOTS RS PARU PROVINSI JAWA BARAT

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 7

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    Untuk menilai tingkat keberhasilan atau memberikan gambaran tentang keadaan pelayanan DOTSdi rumah sakit biasanya dilihat dari berbagai segi, yaitu :

    1; Angka Penjaringan saspek

    Adalah jumlah suspek yang diperiksa dahaknya diantara 100.000 penduduk pada suatu

    wilayah tertentu dalam 1 tahun. Angka ini digunakan untuk mengetahui upaya tertentu,

    dengan memperhatikan kecenderungannya dari waktu ke waktu ( triwulan/ tahun)

    Rumus:

    Jumlah suspek yang diperiksa

    2; Proporsi pasien TB BTA positif diantara suspek

    Adalah prosentase pasien BTA positif yang ditemukan diantara seluruhsuspek yang diperiksa

    dahaknya. Angka ini menggambarkan mutu dari proses penemuan sampai diagnosis pasien,

    serta kepekaan menetapkan Kriteria suspek.

    Rumus :

    Angka ini sekitar 5 - 15%. Bila angka ini terlalu kecil ( < 5 % ) kemungkinandisebabkan :

    a; Penjaringan suspek terlalu longgar. Banyak orang yang tidak memenuhikriteria suspek, atau

    b; Ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium ( negatif palsu ).Bila angka ini terlalu besar ( > 15 % ) kemungkinan disebabkan :

    c; Penjaringan terlalu ketat atau

    d; Ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium ( positif palsu)

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 8

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    3; Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara semua pasien TB paru tercatat/diobati

    Adalah prosentase pasien Tuberkulosis paru BTA positif diantara semuapasien Tuberkulosis

    paru tercatat. Indikator ini menggambarkan prioritaspenemuan pasien Tuberkulosis yang

    menular diantara seluruh pasien Tuberkulosis paru yang diobati.

    Rumus :

    Angka ini sebaiknya jangan kurang dari 65%. Bila angka ini jauh lebihrendah, itu berarti

    mutu diagnosis rendah, dan kurang memberikan prioritasuntuk menemukan pasien yang

    menular (pasien BTA Positif)

    4; Proporsi pasien TB anak diantara seluruh pasien TB

    Adalah prosentase pasien TB anak (

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    Di fasyankes, indikator ini dapat dihitung dari kartu pasien TB.01, yaitudengan cara

    mereview seluruh kartu pasien baru BTA Positif yang mulaiberobat dalam 3-6 bulan

    sebelumnya, kemudian dihitung berapadiantaranya yang hasil pemeriksaan dahak negatif,

    setelah pengobatanintensif (2 bulan).Di tingkat kabupaten, propinsi dan pusat, angka ini

    dengan mudah dapatdihitung dari laporan TB.11.Angka minimal yang harus dicapai adalah

    80%

    6; Angka kesembuhan

    Angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan prosentase pasienbaru TB

    paru BTA positif yang sembuh setelah selesai masa pengobatan,diantara pasien baru TB

    paru BTA positif yang tercatat.Angka kesembuhan dihitung juga untuk pasien BTA positif

    pengobatanulang dengan tujuan:

    a; Untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan kekebalan terhadapobat terjadi di komunitas, hal ini harus dipastikan dengan surveilanskekebalan obat.

    b; Untuk mengambil keputusan program pada pengobatan menggunakanobat baris kedua (second-line drugs).

    c; Menunjukan prevalens HIV, karena biasanya kasus pengobatan ulangterjadi pada pasien dengan HIV.

    Rumus

    Di fasyankes, indikator ini dapat dihitung dari kartu pasien TB.01, yaitu dengan cara

    mereview seluruh kartu pasien baru BTA Positif yang mulai berobat dalam 9 - 12 bulan

    sebelumnya, kemudian dihitung berapa diantaranya yang sembuh setelah selesai pengobatan.Di

    tingkat kabupaten, propinsi dan pusat, angka ini dapat dihitung darilaporan TB.08. Angka

    minimal yang harus dicapai adalah 85%. Angkakesembuhan digunakan untuk mengetahui hasil

    pengobatan.Walaupun angka kesembuhan telah mencapai 85%, hasil pengobatanlainnya tetap

    perlu diperhatikan, yaitu berapa pasien dengan hasilpengobatan lengkap, meninggal, gagal,

    default, dan pindah.

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 10

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    a; Angka default tidak boleh lebih dari 10%, karena akan menghasilkanproporsi kasusretreatment yang tinggi dimasa yang akan datang yangdisebabkan karena ketidak-

    efektifan dari pengendalian Tuberkulosis.

    b; Menurunnya angka default karena peningkatan kualitas pengendalian TB akanmenurunkan proporsi kasus pengobatan ulang antara 10-20 %dalam beberapa tahun.

    Sedangkan angka gagal untuk pasien baru BTA positif tidak boleh lebih dari4% untuk daerah

    yang belum ada masalah resistensi obat, dan tidak bolehlebih besar dari 10% untuk daerah yang

    sudah ada masalah resistensi obat

    7; Angka keberhasilan pengobatan

    Angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan prosentase pasienbaru TB paru BTA

    positif yang menyelesaikan pengobatan (baik yangsembuh maupun pengobatan lengkap)

    diantara pasien baru TB paru BTApositif yang tercatat.Dengan demikian angka ini merupakan

    penjumlahan dari angkakesembuhan dan angka pengobatan lengkap.Cara perhitungan untuk

    pasien baru BTA positif dengan pengobatan kategori 1

    Rumus

    8; Angka kesalahan loboratorium Error rate atau angka kesalahan baca adalah angka kesalahan laboratoriumyang menyatakanprosentase kesalahan pembacaan slide/ sediaan yangdilakukan oleh laboratorium pemeriksapertama setelah di uji silang (crosscheck) oleh BLK atau laboratorium rujukan lain Angkakeberhasilan pengobatan

    Angka ini menggambarkan kualitas pembacaan slide secara mikroskopis langsunglaboratorium petrama

    Rumus

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 11

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    Angka kesalahan baca sediaan (error rate) ini hanya bisa ditoleransi maksimal 5%.

    Apabila error rate = 5 % dan positif palsu serta negatif palsu keduanya < 5%berarti mutu

    pemeriksaan baik.Error rate ini menjadi kurang berarti bila jumlah slide yang di uji

    silang(cross check) relatif sedikit. Pada dasarnya error rate dihitung pada masing-masing

    laboratorium pemeriksa, di tingkat kabupaten/ kota.Kabupaten / kota harus menganalisa

    berapa persen laboratorium pemeriksayang ada diwilayahnya melaksanakan cross check,

    disamping menganalisaerror rate per PRM/PPM/RS/BP4, supaya dapat mengetahui

    kualitaspemeriksaan slide dahak secara mikroskopis langsung

    E; DATA KEADAAN DOTS 2009 SAMPAI 2014

    1; JANGKAUAN WILAYAH PASIEN TB 2012, 2013 DAN 2014

    2; SUSPEK TB TAHUN 2012,2013,DAN 2014 (TW 1-2)

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 12

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    3; JUMLAH PENEMUAN PASIEN TB ( DOTS) TAHUN 2009-2014 ( TW 1-2)

    4; JUMLAH PASIEN BERDASARKAN KLASIFIKASI PENYAKIT TB TAHUN 2009-2014 (TW 1-2

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 13

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    5; JUMLAH PENEMUAN BTA POSITIF TAHUN 2009-2014 ( TW 1-2)

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 14

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    6; JUMLAH PASIEN BERDASARKAN UMUR

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 15

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    7; PROPORSI PASIEN TB PARU BTA POSITIF DIANTARA SEMUA PASIEN YANGDI OBATI TAHUN 2009-2014 (TW 1-2 T)AHUN 2009-2014 ( TW 1-2)

    8; JUMLAH KONVERSI TAHUN 2009-2014 ( TW 1)

    9; KASUS TB ANAK 2009 2014 (TW 1-2)

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 16

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    10; ANGKA CURE RATE TAHUN 2009-2012

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 17

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    11; PASIEN PINDAH TAHUN 2014

    12; TEMPAT TUJUAN PASIEN PINDAH

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 18

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    13; SUCCESS REFERRAL

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 19

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    14; TB MDR

    F; TANTANGAN DAN PELUANG DOTS RUMAH SAKIT PARU PROVINSI JAWA BARAT

    Rumah Sakit Paru provinsi Jawa Barat satu- satunya rumah saki khusus paru milik

    pemerintah yang ada diwilayah Ciayumajakunig dan sangat konsen dengan pengobatan paru

    menggunakan setrategi DOTS , serta telah melakukan kerjasama dengan dinas kesehatan

    kabupaten/kota serta paskes TK I (Puskesmas)dalm program pemberantasan TB, dengan

    masih tingginya tingkat kepercayaan terhadap pelayanan yang diberikan RS Paru Provinsi

    Jawa Barat pada umumnya dan khususnya unit pelayanan DOTS

    C; Analisa Kekuatan, Kelemahan, Peluang Dan Acaman

    Kekuatan1; Ketersediaan dana pemerintah (APBD) untuk Kegiatan DOTS 2; Adanya TIM DOTS3; Komitmen Politis ( steak holder)4; Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya;

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 20

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    5; Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus Tuberkulosis dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan;

    6; Ketersedian OAT Gratis7; Pencatatan dan Pelaporan 8; Adanya fasilitas Penunjang ( Rawat Inap, Ruang inap,rawat jalan,IGD,Radiologi dan

    laboratorium

    Kelemahan 1; Kurang Kertersedian SDM yang memadai 2; Koordinasi antara TIM dots dengan Unit Lain Belum optimal3; Belum ada kerjasama dengan Dinkes diluar Ciayumajakuning4; Belum ada kerjasama dengan DPS5; Pencatatan dan Pelaporan belum Maksimal6; pelacakan pasien mangkir yang belum optimal7; Petugas di unit dots masih ada yang belum di latih dots.

    Peluang1; Kepercayaan masyarakat terhadap Pelayan TB di RSP Prov Jabar2; Belum ada rumah sakit paru di wilayah Ciayu majakuning3; Sudah ada Kerjasama dengan Dinkes dan PKM di Wilayah Ciayumajakuning

    ( Jejaring Eksternal)4; Sudah ada kerja sama dengan RS Rujukan ( RSHS ) untuk Pelayanan TB Kronis

    Ancaman1; Jangkauan Wilayah Kerja Sangat Luas2; Masih Rendahnya Kesadaran pasien dalam Pengobatan TB 3; Belum Tersedianya akses transportasi yang memadai 4; Banyaknya DPS dan Fasyankes yang memberikan Pelayanan TB

    B. ANALISIS SWOT

    Berikut ini adalah hasil analisis SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat.

    No Uraian Kekuatan Kelemahan Ancaman Peluang

    1 2 3 Tot 1 2 3 Tot 1 2 3 Tot 1 2 3 Tot

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 21

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    ASPEK PELAYANAN

    1 Jangkauan Wilayah Kerja Sangat Luas

    2Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya;

    3 Belum ada rumah sakit parudi wilayah Ciayu majakuning

    9; Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus Tuberkulosis dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan;

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 22

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    No Uraian Kekuatan Kelemahan Ancaman Peluang

    1 2 3 Tot 1 2 3 Tot 1 2 3 Tot 1 2 3 Tot

    ASPEK POLIIS

    1 1; Sudah ada Kerjasama dengan Dinkes dan PKM di Wilayah Ciayumajakuning ( Jejaring Eksternal)

    2 1; Sudah ada kerja sama dengan RS Rujukan ( RSHS ) untukPelayanan TB Kronis

    3 Komitmen Politis ( steak holder

    ;

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 23

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 24

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    Strategi SO; Meningkatkan kerjasama dengan RS / DPS danDINKES; Terus memberikan pembekalan pelatihan bagi petugas TB; Penggunaan dana secara optimal

    Strategi WO; Optimalkan kinerja yang ada sesuai tugas pokok; Meningkatkan kualitas kerjasama dengan Puskesmas melalui dinkes dengan promosi

    lewat penyuluhan TB sehingga bisa meningkatkan rujukan suspek TB.; Meningkatkan peran serta seluruh karyawan rsp dalam mendukung program P2TB.

    Strategi ST; Melakukan survei sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB ; Meningkatkan kegiatan-kegiatan promkes; Melakukan jejaring internal

    .> Melakukan jejaring eksternal

    Strategi WT; Lebih melibatkan peran serta puskesmas dan RSUD dalam mendukung program TB di

    rsp; Memperbaiki perencanaan dan strategi program penyuluhan ; Meningkatkan komunikasi dan koordinasi yang jelas dengan pelayanan kesehatan swasta

    .; Adanya monev pelaksanaan program

    Program TB hanya mengandalkan (PCF) untuk menjaring kasus

    Penerapan Estimasi Prevalensi kasus TB BTAPositif

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 25

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    Kurangnya informasi dan pengetahuan pada kader TB, petugas P2TB dan masyarakat mengenai TBC

    Sistem pendataan dan pelaporan dari pelayanan kesehatan lainnya dengan belum terperinci

    Masalah program TB Paru

    Pohon MasalahKinerja Staf Puskesmas dan Promosi Kurang

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 26

    Menyebabkan

    Petugas rangkap jabatan Kerjassama antara staf, kaderdan masyarakat kurang

    Program TB paru

    Kurangnya tenagakhusus program TB

    Kinerja staf kurangoptimal dalampenangananprogram TB

    Tempat pemeriksaanlabor, alat masih

    minim

    Tidak mengertitanda-tanda TB

    Masyarakat belumterlalu familiar

    tentang TB

    Kurang sarana danprasarana untuk

    program TB

    Akibat

    Masalahutama

    Sebab

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    BAB III

    ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

    3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Majalaya Kabupaten

    Bandung sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten BandungNomor 5 Tahun 2008 Peraturan Daerah Kabupaten Bandung tentang Rumah SakitUmum Daerah Kabupaten Bandung, yaitu RSUD Majalaya mempunyai tugasmelaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasilguna denganmengutamakan upaya

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 27

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    Situasi TB di dunia makin memburuk, jumlah kasus TB meningkat dan banyak yang

    tidak berhasil disembuhkan, terutama pada negara yang dikelompokkan dalam 22 negara

    dengan masalah TB besar (high burden countries). Menyikapi hal tersebut, pada tahun 1993,

    WHO mencanangkan TB sebagai kedaruratan dunia (global emergency).

    Munculnya pandemia HIV / AIDS di dunia menambah permasalahan TB. Koinfeksi dengan

    HIV akan meningkatkan resiko kejadian TB secara signifikan. Pada saat yang sama,

    kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti TB (multidrug resistance = MDR) semakin

    menjadi masalah akibat kasus yang tidak berhasil disembuhkan. Keadaan tersebut pada

    akhirnya akan menyebabkan terjadinya epidemi TB yang sulit ditangani.

    Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien

    TB di Indonesia merupakan ke-5 terbanyak di dunia setelah India, Cina, Nigeria dan Afrika

    Selatan dengan jumlah pasien sekitar 10 % dari total jumlah pasien TB di dunia.

    Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan

    kematian 101.000 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk.

    1; UPAYA PENANGGULANGAN TB Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) pertama kali

    diperkenalkan pada tahun 1996 dan telah diimplementasikan secara meluas dalam sistempelayanan kesehatan masyarakat. Sampai dengan tahun 2001, 98% dari populasi pendudukdapat mengakses pelayanan DOTS di puskesmas. Strategi ini diartikan sebagai "pengawasanlangsung menelan obat jangka pendek oleh pengawas pengobatan" setiap hari.

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 28

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    BAB 3

    PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DI INDONESIA

    Pengendalian Tuberkulosis (TB) di Indonesia telah mendekati target MilleniumDevelopment Goals (MDGs). Pada tahun 2008 prevalensi TB di Indonesia mencapai 253 per100.000 penduduk, sedangkan target MDGs pada tahun 2015 adalah 222 per 100.000penduduk. Sementara itu, angka kematian TB pada tahun 2008 telah menurun tajam menjadi38 per 100.000 penduduk dibandingkan tahun 1990 sebesar 92 per 100.000 penduduk. Hal itudisebabkan implementasi strategi DOTS di Indonesia telah dilakukan secara meluas denganhasil cukup baik. Pada tahun 2009 angka cakupan penemuan kasus mencapai 71 % dan angkakeberhasilan pengobatan mencapai 90 %. Keberhasilan ini perlu ditingkatkan agar dapatmenurunkan prevalensi, insiden dan kematian akibat TB.

    Demikian sambutan Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH saatmembuka Seminar Sehari TB dalam rangka peringatan Hari TB Sedunia 2010. Hadir dalamacara ini Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Pejabat Eselon I dan II JajaranPemerintah, Kepala Perwakilan WHO, Ketua PPTI (Perkumpulan PemberantasanTuberkulosis Indonesia) serta undangan lainnya.

    Walaupun telah banyak kemajuan yang dicapai dalam Penanggulangan TB diIndonesia, tapi tantangan masalah TB ke depan masih besar. Terutama dengan adanyatantangan baru berupa perkembangan HIV dan MDR (Multi Drugs Resistancy) TB. Menkesmenyadari TB tidak bisa diberantas oleh Pemerintah atau jajaran kesehatan saja, tetapi harusmelibatkan dan bermitra dengan banyak sektor.

    Hal ini memotivasi kita untuk meningkatkan upaya Penanggulangan TB jika inginmenanggulangi TB secara tuntas dan mencapai target MDG tepat waktu. Untuk itu perlulebih ditingkatkan kemitraan dengan berbagai pihak, tegas Menkes.

    Menurut Menkes, peningkatan koordinasi dan sinkronisasi Program PenanggulanganTB di antara para pemangku kepentingan dan mitra harus dilakukan mulai dari perencanaan,pelaksanaan dan penilaian demi tercapainya target Penanggulangan TB di Indonesia.

    TB merupakan salah satu masalah kesehatan penting di Indonesia. Selain itu,Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara dengan jumlah penderita TB terbanyak di duniasetelah India dan China. Jumlah pasien TB di Indonesia adalah sekitar 5,8 % dari total jumlahpasien TB dunia. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB barudengan kematian sekitar 91.000 orang. Angka prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif. Dalampada itu kerugian ekonomi akibat TB juga cukup besar.

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 29

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    Tanggal 24 Maret diperingati sebagai World TB Day atau Hari TB Sedunia.Peringatan ini untuk mengingatkan bahwa TB telah ditemukan sejak lama, yaitu lebih dari100 tahun yang lalu, obatnya juga telah ditemukan sejak 50 tahun yang lalu, tetapi kasusnyamasih tetap menjadi ancaman dunia. Bahkan, tahun 1993 masyarakat dunia menyatakan TBsebagai kedaruratan dunia. Tahun 1995 Indonesia menerapkan strategi Directly ObservedTreatment Shortcourse (DOTS) sebagai strategi penanggulangan TB yang direkomenasikanWHO. Strategi ini diterapkan sebagai Program TB Nasional di berbagai negara termasukIndonesiaVisi dan Misi

    Visi :Terwujudnya tambusai utara sehat melalui pembangunan kesehatan yang optimal dalammenyongsong Kampar sehat 2016

    Misi : - Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu merata dan terjangkau- Memberdayakan serta mendorong masyarakat dalam pembangunan kesehatan dengan mengupayakan perilaku hidup bersih dan sehat menjadi kebutuhan masyarakat- Menjalin dan meningkatkan kerjasama dengan lintas sektoral- Mengarahkan pembangunan kesehatan berwawasan kesehatan

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 30

  • DOTS RS Paru Prov Jabar

    BAB IV

    PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN

    Permasalahan dalam program TB.paru dipuskesmas Kampar adalah:

    1; SDM

    ; Pemegang program masih rangkap jabatan

    ; Pemegang program belum terlatih

    ; Tenaga labor belum mendapat pelatihan khusus tentang TB

    2; PROGRAM

    ; Penanganan penyembuhan belum ada pencatatan terperinci

    3; NON LOGISTIK

    ; Penanganan TB di wilayah puskesmas Kampar belum menyeluruh

    ; Promosi dan edukasi masyarakat tentang TB masih belum optimal

    ; Manajemen program penanggulangan TB di unit pelayanan kesehatanbelum optimal

    By Rudhiana AMK.,SKM.Burhanudin.AMK.SKM,Neneng.U.SKM

    Page 31