i DAFTAR ISI DAFTAR ISI ...................................................................................................................................................... i BAB I .............................................................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 1 Latar Belakang........................................................................................................................................... 1 Contents DAFTAR ISI ...................................................................................................................................................... i BAB I .............................................................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang............................................................................................................................... 1
76
Embed
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KAMPUNG … · Kerja Pembangunan Desa (RPKD) yang diperlukan oleh pemerintah desa/kampung untuk jangka satu tahun. Rencana pembangunan Jangka Menengah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................................... i
BAB I .............................................................................................................................................................. 1
Latar Belakang ........................................................................................................................................... 1
Contents
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................................... i
BAB I .............................................................................................................................................................. 1
Tiga tahun kemudian masyarakat Long Duhung pindah lagi ke Nguik K,Sui, lebih hilir
dari tempat semula, jumlah kepala keluarga yang pindah sebanyak 17 kepala keluarga.
Sampai terjadinya banjir besar yang menghanyutkan lumbung-lumbung padi pada tahun
1979.
Pasca banjir ini tahun 1980, dinas sosial Kabupaten Berau menganjurkan masyarakat Long
Duhung untuk pindah ke Muara Sungai Gie1 dan pada tahun itu pula masyarakat Long
10
Duhung pindah ke Muara Sungai Gie. Dua tahun kemudian mulai dibangun sekolah dasar
di lokasi tersebut dan dimulainya pendidikan formal di Muara Sungai Gie.
Pada tahun yang sama terjadi pula kemarau panjang, kemarau ini tidak hanya lingkup
Kecamatan Kelay saja tetapi merupakan kemarau panjang di Kalimantan. Anehnya setahun
kemudian, tepatnya tahun 1983 musim buah di sekitar daerah tersebut mengalami panen
yang paling besar dan juga kematian penduduk yang cukup banyak akibat malaria.
Tahun 1984 masyarakat Long Duhung pindah ke Muara Sungai Melay dengan alasan
mencari lahan yang lebih subur, lokasi pemukiman di muara Sungai Melay ini dulunya
pernah di tempati oleh Suku Kayan yang sedang singgah dan sekarang sudah menetap di
Kampung Miau Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur. Pada tahun itu Kepala
Kampung bernama Titus dan merupakan saat panen madu yang paling banyak.
Pada tahun 1985 masyarakat Kampung Long Duhung terjangkit penyakit Typhus dan
Malaria, tidak diketahui berapa jumlah penduduk yang terkena penyakit tersebut. Tiga
tahun kemudian Program PMDH2 PT Alas Helau mulai masuk dan pada saat yang sama
dimulainya pembangunan gereja secara swadaya. Pembangunan gereja itu juga dibantu
oleh PT Alas Helau dua tahun kemudian, di samping bantuan untuk pembangunan Sekolah
Dasar pada tahun yang sama.
Dalam rentang waktu 1991 sampai 1999 pendeta di Long Duhung berturut-turut dari
Zenas, Yeheskel sampai dengan Samuel Anom, sedangkan Kepala Kampung dari Marsoni,
Yahya, sampai Misak. Dan pada tahun 1999 inilah mulai masuk program PMDH PT
Mardhika Insan Mulia. Pada saat yang sama dimulainya pembalakan kayu skala besar di
wilayah Kampung Long Duhung.
Pada tahun 2000 Long Duhung mulai memiliki seorang perawat Kesehatan (Paramedis)
program PMDH PT. Mardhika Insan Mulia, dan terjadi penyakit bisul besar-besaran yang
menimpa masyarakat. Dan pada tahun yang sama terjadi pula insiden PT. Aditya Kirana
Mandiri yang masuk di muara sungai Bulu tanpa ijin masyarakat yang berakibat penahanan
alat berat oleh masyarakat dan mulai terbukanya jalan tembus di muara sungai Bulu
tersebut. Pada tahun tersebut pula masyarakat Long Duhung menandai lokasi asal mereka
di sungai Duhung agar perusahaan mengetahui dan tidak menggusurnya. Setahun
11
kemudian masyarakat dikejutkan lagi oleh penggusuran kuburan dan kebun masyarakat
yang dilakukan PT Mardhika Insan Mulia yang berakibat masyarakat mendemo perusahaan
tersebut.
Tahun 2002, banjir melanda ladang-ladang masyarakat di sungai Bulu, sehingga padi
masyarakat banyak yang hanyut, pada saat yang sama pohon-pohon buah mulai
musimnya, tetapi setelah itu ada masyarakat yang terkena cacar. Pada tahun yg sama PT
Aditya Kirana Mandiri datang ke Desa Long Duhung untuk membicarakan janji sewa
basecamp yang dipakai.
Tahun 2004/2005 dari sungai Melay masyarakat Long Duhung pindah ke wilayah
sungai Bulu dengan alasan peningkatan pembangunan infrastruktur kampung.
Pembangunan perumahan dibantu oleh PT. Mardhika Insan Mulia sebagai salah satu dari
program Bina Desa. Pada tahun yang sama masyarakat membangun kebun kakau bagi
setiap kepala keluarga dengan di dampingi lembaga lingkungan (World Education) yang
ada di kecamatan Kelay untuk pengadaan bibit dan peningkatan kapasitas.
Tahun-tahun selanjutnya pembangunan infrastruktur seperti balai serbaguna kampung,
puskesmas pembantu, semenisasi jalan dan pembangunan lainnya dibangun pada
kampung Long Duhung.
Pada tahun 2011 dilakukan pemilihan kepala kampung dari yang sebelumnya adalah Pak
Willem selanjutnya terpilih Pak Misak untuk periode selanjutnya. Dan Pada tahun periode
2018-2023 yang terpilih sebagai Kepala Kampung Long Duhung adalah Pak Wesly.
Tahun Kejadian
1950 Pertemuan antara masyarakat bahwa Indonesia merdeka
1960 Terbentuk Kampung Long Duhung yang memiliki SK atau diakui oleh pemerintah sebagai kampung yang menetap dan terletak di muara sungai Duhung. Ding Anyiu menjadi kepala kampung. Belum ada mesin-mesin seperti chain shaw, ketinting, sepeda motor dan lainnya. Musim kemarau dan hujan masih stabil/ dapat diprediksi, Hasil hutan/ kayu tersedia (masih banyak). Penyakit yang mewabah cacar dan penyakit kulit
1962 Kebakaran di kampung Long Gahyin Dari Long Duhung lama pindah Muara Long Duhung
1968 Lih Awun menjabat sebagai Kepala Kampung. Pendeta Damus Singa dan Vetrus masuk ke Long Duhung.
1972 Kepala desa Lih Awun diganti dengan Kades Dalay Dai.Pernah terjadi kelaparan. Mulai berladang di Muara Duhung dipimpin oleh guru Mincai. Pada tahun ini terjadi banjir besar yang menghancurkan kampong
12
1975
Masyarakat pindah ke Nguik Sui ( Hulu Long Boy ) sebanyak 17 orang Kepala Keluarga.Pendeta yang bertugas adalah Pendeta Luther
1976 Masyarakat Long Duhung sudah mempunyai mesin ketinting milik nenek Harun.Masyarakat Long Duhung mulai mengalami perubahan berladang dan berkebun tapi masih dikuasai oleh pedagang luar.
1978 Pendeta yang bertugas adalah pendeta Antonius
1979 Kampung Ngui K, Sui dilanda banjir
1980 Kampung dilanda banjir besar yang menghanyutkan lumbung-lumbung padi. Masyarakat Long Duhung pindah ke Long Gi atas inisiatif dinas sosial. Pendeta yang bertugas adalah pendeta Daring
1982 Pendidikan mulai masuk Ke desa Long Gie. Terjadi kemarau panjang.
1983 Musim buah yang panennya paling besar tidak seperti biasanya. Masyarakat banyak meninggal karena penyakit malaria
1984 Masyarakat pindah dari Long Gi ke Long Melay yang sekarang namanya Long Duhung. Kepala desa yang menjabat adalah Bapak Titus. Tahun ini musim panen madu paling banyak
1985 Masyarakat terkena penyakit Typhus dan malaria. Pendeta yang bertugas adalah Bp. Jeffry kemudian digantikan oleh Bp. Bilung. Kebun pisang, kakao mulai dibudidayakan oleh sebagian besar masyarakat
1987 PMDH Alas Helau masuk ke desa Long Duhung Gereja dibangun secara swadaya
1988 Perusahaan Alas Helau membantu pembangunan gereja. PT. Alas Helau membangun SD untuk desa Long Duhung
1991 Sebagai gembala adalah Bp. Zenas
1994 Kepala desa Long Duhung adalah Bp. Marsoni
1995 Terjadi kebakaran dapur di rumah Bp. Roben
1996 Kepala desa Long Duhung adalah Bp. Yahya. Sebagai Babinsa Long Duhung adalah Bp. Martin tapi dia menetap desa di Long Gie. Terjadi malapetaka perahu Bp. Roben terbalik di hilir Long Boy
1997 Sebagai Bp. Gembala adalah Bp. Yeheskel
1998 Perahu Bp. Misakh karam di Batu Lubang karena orang kerja kayu. Terjadi kemarau
1999 Sebagai Kepala desa adalah Bp. Misak. PMDH Mahardika masuk ke Kampung Long Duhung. Bp. Gembala Adalah Bp. Samuel Anom
2000 Kepala adat adalah Bp. Samion. Perawat kesehatan yang pertama kali di desa Long Duhung adalah ibu Mariati. Masyarakat terkena penyakit Abses ( bisul ) besar-besaran. Masyarakat menahan alat berat PT. Wana Bhakti karena masuk tanpa izin di Sungai Bulu. PT. Wana Bhakti membangun Base Camp di Sungai Bulu dengan janji menyewa tanah ke masyarakat. Jalan Sungai Bulu sudah tembus oleh PT. Wana Bhakti. Tanah adat di beri tanda kayu ulin (di mana cari makan disana, dia tinggal dan dikuburkan) tanah adat Long Duhung didaerah sungai Lu. di wilayah Administrasi Kampung Long Boy sekarang
2001 Masyarakat mendemo PT. Mardhika karena menggusur kuburan dan kebun masyarakat. Masyarakat desa Long Duhung terkena wabah malaria (99 %). Pertanian dan perkebunan terancam gagal produksinya karena musim yang
13
tidak menentu dan penyakit tanaman pisang. Hama dari binatang pengganggu, babi, monyet, dll. Terbukanya jalan darat melalui jalan logging
2002 Terjadi banjir di Sungai Bulu yang membuat padi masyarakat hanyut. Tanggal 23 Juli dapur Bp. Roben terbakar lagi. Musim buah, semua masyarakat ke hutan mencari buah. Setelah musim buah masyarakat terjangkit wabah penyakit malaria, ada sebagian masyarakat desa Long Duhung terjangkit penyakit masyarakat TBC (penyakit turunan) dan penyakit cacar menyerang pada anak-anak usia 3 s/d 5 tahun. Tanggal 12 Juli 2002 pimpinan PT. Wana Bhakti datang ke Kampung Long Duhung bertemu dengan aparat Kampung membicarakan tentang janji sewa Base Camp di tanah adat kampung Long Duhung yang sampai sekarang belum ada. Lembaga TNC masuk ke Long Duhung
2004 Kampung Long Duhung di muara Sungai Melay pindah ke muara Sungai Bulu
2.1.2 Keadaan Geografis
Secara geografis, Kampung Long Duhung berada pada 116,92⁰ BT & 1,96⁰ LU – 116,92⁰ BT
& 1,80⁰ LU dengan topografi yang datar dan berbukit dalam kawasan hutan dataran
rendah. Kampung Long Duhung memiliki luas 17.420,42 Ha.
Secara administratif Kampung Long Duhung berbatasan dengan:
• Sebelah Utara dengan Kampung Long Beliu/ sungai Gih
• Sebelah Timur dengan Kecamatan Segah/ sungai Siduung
• Sebelah Selatan dengan Kampung Long Beliu
• Sebelah Barat dengan desa Long Boy
2.1.3 Status Kawasan dan Peruntukan lahan
Kawasan Kampung Long Duhung merupakan status kawasan hutan yang berada pada
wilayah Kawasan Budidaya Kehutanan dan hutan lindung. Terdapat 4 IUPHHK-HA pada
kawasan administrasi kampung, yaitu PT Mahardika Insan Mulya, PT Karya Lestari, PT
Wana Bhakti, dan PT. Aditya Kirana Mandiri. Kampung Long Duhung sendiri merupakan
kampung binaan dari PT Mahardika Insan Mulia.
Berdasarkan hasil perencanaan tata guna lahan masyarakat. Secara peruntukan kawasan
kampung Long Duhung juga terdapat peruntukan lahan sebagai ladang dan kebun yang
dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat Long Duhung.
14
Berdasarkan Perencanaan Tata ruang kampung Long Duhung tahun 2004, luas administrasi
kampung Long Duhung adalah 17.420, 42 hektar dengan peruntukan 2.571,71 Hektare
untuk pemukiman, lahan perladangan dan kebun. 1.958, 82 Hektar Kawasan Wungun,
124,83 Hektar Kawasan Sumber Air Bersih dan Listrik, selebihnya adalah kawasan hutan
(KBK dan Hutan Lindung).
Dalam hal pemanfaatan Kawasan oleh masyarakat, wilayah Long Duhung di kategorikan
menjadi empat zona pemanfaatan, yaitu;
1) Kawasan untuk pemukiman
2) Kawasan untuk keperluan berburu dan meramu hasil hutan,
3) Kawasan perladangan,
4) Lokasi adat.
Sementara untuk pemanfaatan untuk kepentingan berburu dan meramu tidak dibatasi
lokasi tertentu, pergerakan berburu dan meramu masyarakat Long Duhung sampai juga ke
Hulu Sungai Gie, maupun sungai Kelay. Untuk kawasan perladangan terletak di kanan-kiri
Sungai Kelay dan Sungai Bulu serta untuk lokasi adat terletak di Sungai Lu’ dan Sungai
Duhung. Semua lokasi tersebut berhimpit dengan lokasi-lokasi IUPHHK-HA yang ada
disekitar tersebut.
Lahan perladangan masyarakat berupa ladang gilir balik tebas bakar, khususnya
perladangan untuk pemenuhan kebutuhan karbohidrat/beras guna pemenuhan
kebutuhan sehari-hari. Juga terdapat lahan yang diperuntukkan sebagai kebun dengan
pohon campuran, pohon buah, pohon kayu dan tanaman perkebunan seperti kakao. Jenis
tanah di kampung long Duhung umumnya berwarna kuning kemerahan. Terdapat lahan
berawa yang dapat dimanfaatkan sebagai persawahan untuk pemenuhan kebutuhan beras
masyarakat sebagai sumber karbohidrat.
2.1.4 Kondisi Demografis
a. Jumlah Penduduk menurut umur dan jenis Kelamin
1. Jumlah Penduduk Kampung Long Duhung Menurut Jenis Kelamin adalah sebagai berikut
Jumlah penduduk : 145 jiwa
Jumlah KK : 37 KK
Jumlah laki-laki : 73 jiwa
15
Jumlah perempuan : 72 jiwa
2. Berdasarkan data penduduk tahun 2017 kampung Long Duhung, data kampung dapat dilihat
sebagai berikut:
1. Sebaran penduduk berdasarkankelompok usia :
No Usia L P Jumlah
1 Kurang dari 5 tahun 5 13 18
2 5 sampai dengan < 12 tahun 8 10 18
3 12 sampai dengan <18 tahun 12 10 22
4 18 sampai dengan < 45 tahun 37 31 68
5 45 sampai dengan < 60 tahun 4 4 8
6 Lebih dari 60 tahun 7 4 11
Jumlah 73 72 145
2. Sebaran penduduk berdasarkan tingkat pendidikan :
No Tingkat pendidikan L P Jumlah
1 Belum sekolah 4
4 8
2 Play Group/ \TK 4 12 16
3 Pelajar Sekolah Dasar/MI 11 8 19
4 Tamat Sekolah Dasar 2 2 4
5 Tidak tamat SD/MI 25 16 41
6 Pelajar SMP/MTs 4 10 14
7 Tamat SMP/MTs 2 - 2
8 Tidak tamat SMP/MTs 3 5 8
9 Pelajar SMU 4 1 5
10 Tamat SMA/SMK sederajat 2 4 6
11 Tidak tamat SMA/SMK sederajat 3 3 6
12 Mahasiswa 3 - 3
13 Diploma - - -
14 Sarjana 1 1 2
15 Doktor
16 Tidak tamat kuliah 2 1 3
17 Tidak pernah sekolah 3 5 8
Jumlah 73 72 145
3. Sebaran penduduk berdasarkan pekerjaan
16
2.1.5 Keadaan Prasarana dan Sarana Pembangunan
I. Prasarana dan Sarana Perekonomian Perekonomian
1. Sarana Perhubungan Desa
Kampung Long Duhung saat ini terhubung dengan kampung lain dengan adanya akses
jalan darat yang dibuka oleh perusahaan kayu atau IUPHHK. Meskipun sebagai jalan logging
kampung Long Duhung dan lainnya memanfaatkan jalan ini untuk menuju ke ibukota
kabupaten dan ibukota kecamatan. Dikala musim penghujan jalan menuju kampung Long
No. Pekerjaan L P Jumah
1 Belum bekerja dan tidak sekolah
4 4 8
2 Play Group/TK 4 12 16
3 Pelajar sekolah dasar/sederajat
11 8 19
4 Usia SD tetapi tidak bersekolah
- - -
5 Pelajar SMP/sederajat 4 8 12
6 Usia SMP tetapi tidak bersekolah
7 Pelajar SMA/sederajat 6 3 9
8 Usia SMA/ sederajat tetapi tdk sekolah
2 1 3
9 Mahasiswa 2 - -
10 Petani 21 21 42
11 Nelayan - - -
12 Tukang Kayu - - -
13 Buruh 4 - -
14 Pengusaha - - -
15 Aparat Kampung 10 3 113
16 Wiraswasta 9 9
17 PNS 3 3
18 Ibu Rumah tangga - -
19 Karyawan Swasta 5 1 6
20 TNI/POLRI - - -
21 Pengangguran Usia Produktif
- -
22 Pekerjaan Lainnya 2 2
23 Tidak Bekerja manula
Jumlah 73 72 145
17
Duhung hanya dapat dilewati dengan mobil double karena licin. Tak jarang terdapat jembatan
yang rusak sehingga akses menuju kampung ini terputus dan harus melalui jalan sungai.
2. Sarana Transportasi
a. Sepeda Motor : 37
b. Mobil : 1
c. Perahu : 37
d. Ketinting : 37
3. Pasar/toko/warung
a. Pasar :
b. Toko :
c. Kios : 2
II. Prasarana dan Sarana sosial Budaya
1. Sarana /tempat Ibadah
a. Gereja : 1 unit
b. Balai Pertemuan Umum : 1 Unit
2. Sarana Pendidikan
a. SD : 1 unit
b. Play Grup/Paud : 1 unit
3. Sarana Olaraga
a. Lapangan Bola Volly : 2 Unit
b. Lapangan Bulutangkis : 2 unit
4. Sarana Kesehatan
a. Pustu : 1 Unit
b. Posyandu : 2 Tempat
5. Sarana Kesenian
Tarian Mapnan : 2 Grup
2.1.6 Mata Pencaharian
Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, Masyarakat Kampung Long Duhung, melakukan
beberapa kegiatan yang kompleks seperti berladang, berburu, mencari buah, mencari madu,
mencari ikan, bekerja di Perusahaan dan mencari emas.
18
1. Berladang
Berladang ini merupakan pola yang dilakukan oleh masyarakat setiap tahun, dilakukan secara
bergotong royong dengan pengaturan waktu pelaksanaan yang telah ditentukan. Padi yang
ditanam merupakan padi lokal jenis padi gunung. Hasil dari berladang untuk saat ini tidak
dipasarkan tetapi lebih banyak digunakan sebagai persediaan pangan setahun kedepan, tetapi
bila ada yang membeli (tapi kasusnya sangat sedikit) biasa dijual seharga IDR 12.000/kg.
Kegiatan berladang ini dilakukan oleh hampir semua rumah tangga di Kampung Long Duhung.
Di samping menanam padi masyarakat kadang-kadang menanam tanaman sayuran tetapi
dalam jumlah terbatas.
2. Berburu
Aktivitas ini tidak memiliki pola tertentu dan dilakukan pada umumnya masyarakat Kampung
Long Duhung. Aktivitas berburu ini dilakukan masyarakat sesuai keinginan, dan paling lama
untuk berburu itu dalam rentang satu minggu sekali umumnya setiap hari Sabtu. Dari hasil
survey 7 orang responden, binatang yang paling sering didapat di Kampung Long Duhung
adalah babi dan payau, hasil buruan ini semua dimakan sendiri. Dan rata-rata dalam satu bulan
mendapatkan 5 (lima) ekor binatang buruan. Hasil berburu seluruhnya untuk pemenuhan
kebutuhan pangan sehari-hari. Hasil buruan yang didapat akan dibagikan kepada seluruh
masyarakat kampung dengan diolah terlebih dahulu (direbus).
3. Mencari Ikan
Mencari ikan dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Sungai Kelay dan anak
sungainya di sekitar kampung merupakan tempat sehari-hari masyarakat mencari ikan.
Pendapatan Ikan ini rata-rata 80% digunakan sendiri, sisanya dijual kepada pengumpul yang
secara regular ke kampung untuk membeli ikan tangkapan masyarakat. Setiap rumah tangga di
Long Duhung mencari ikan tiga kali dalam seminggu dengan pendapatan 15 ekor ikan setiap
bulan dengan ukuran rata-rata3. Harga jual komoditas sekitar Rp. 20.000, untuk ikan Salap dan
Rp. 30.000,- untuk ikan Patin. Dalam mencari ikan ini masyarakat menggunakan pancing, jala,
pukat dan tombak.
4. Mencari madu
19
Mencari madu ini tidak dilakukan sehari-hari tetapi dilakukan dalam waktu-waktu musimnya
saja. Biasanya madu ada setelah musim buah tiba. Mencari madu ini dilakukan oleh sebagian
masyarakat. Mencari madu dengan berkelompok dengan jumlah 4-5 keluarga dimana hasilnya
akan dibagi secara merata dan terkadang sebagian dibagikan kepada masyarakat yang tidak
ikut mencari agar dapat ikut merasakannya. Madu ini digunakan untuk keperluan sendiri,
tetapi bila ada yang membeli rata-rata seharga Rp. 100.000,- sampai Rp. 150.000,- setiap
liternya. Dalam satu sarang biasanya menghasilkan 10 sampai 20 liter, sementara dalam satu
pohon madu4 terdapat beberapa sarang. Madu ini merupakan alternatif simpanan untuk
mendapatkan uang kontan. Dari beberapa orang pengumpul madu di Long Duhung rata-rata
hasil dari madu setiap orang sekitar 35 liter per tahun5.
5. Bekerja di Perusahaan
Beberapa warga masyarakat ada yang bekerja di PT. Karya Lestari, PT. WSS, PT. MIM dan PT
AKM. Meskipun mereka bekerja di perusahaan bila ada kegiatan-kegiatan kampung selalu
kembali untuk melakukan gotong royong. Ada beberapa keluarga yang bekerja dan anak muda
yang bekerja di perusahaan sebagai chainsaw man, mekanik, penjaga malam dan beberapa
keahlian lainnya.
6. Mencari emas dan gaharu
Emas masih merupakan sumber pendapatan tunai yang cukup dominan di Kecamatan Kelay,
tidak hanya masyarakat Long Duhung tapi juga kampung-kampung lain khususnya yang berada
di hulu Kelay. Setiap musim kemarau masyarakat Long Duhung akan pergi mencari emas di
anak-anak sungai Kelay maupun pinggir sungai Kelay dalam waktu relatif panjang sekitar 2
minggu sampai 1 bulan. Terlebih lagi dengan semakin tingginya harga emas saat ini, aktivitas
ini selalu dilakukan setiap selesai kegiatan rutin di kampung misalnya setelah menebas dan
menebang, nugal, panen, sebelum natal dan waktu lain ketika kemarau panjang. Harga emas
saat ini berkisar IDR 430.000/gram. Selain emas, gaharu masih sering dicari oleh sebagian
masyaraka Long Duhung. Namun saat ini dengan semakin banyak orang mencari dari berbagai
suku, gaharu sangat sulit ditemukan khusunya yang memiliki kualitas baik.
2.1.7 Sistem Perladangan gilir balik
20
Dalam melihat tingkat suksesi hutan, masyarakat mengenal dua tingkatan suksesi yaitu rimba
dan belukar. Kondisi rimba bila hutan tersebut belum pernah dibuka ladang, sedangkan
belukar adalah bila hutan tersebut pernah dibuka ladang. Dalam berladang, masyarakat
menggunakan sistem gilir balik (istilah yang umum: shifting cultivation). Dalam sistem ini
masyarakat membutuhkan tiga sampai lima lokasi ladang yang akan digilir setiap tahunnya.
Biasanya luas ladang sekitar satu hektar.
Walaupun akhir-akhir ini jumlah plot ladang masyarakat dari tahun ke tahun semakin
bertambah. Dari penggalian kepemilikan lahan yang dimiliki oleh masyarakat pada tahun 2010,
beberapa anggota masyarakat mengakui memiliki ladangan sejumlah 30 plot.
Tahapan-tahapan dalam berladang dalam masyarakat Long Duhung tidak jauh berbeda dengan
masyarakat lainnya di Kecamatan Sungai Kelay.
1. Mtau Tana’ (Survey lokasi)
Tahapan ini biasanya dilakukan pada awal sekali, bertujuan untuk mengetahui kesuburan
tanah. Dalam meneliti kesuburan tanah tersebut, masyarakat memiliki pengetahuan
tradisional untuk mengetahuinya. Tanah yang subur ditandai dengan kondisi tanahnya
gembur, selain itu ditumbuhi pula jenis tumbuhan Kembang batu, Lbu Binuang, dan kayu
ketimangar. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh laki-laki. Dan dilakukan oleh masing-masing
keluarga
2. Perencanaan berladang
Sebelum dilakukan kegiatan pembukaan lahan, semua perlengkapan dikumpulkan dan
diadakan doa bersama menurut agama Protestan. Dalam perencanaan ini dilakukan secara
bersama untuk mengatur lokasi berladang, dan menentukan waktu mulai kegiatan serta
menentukan ketua kerja. Perencanaan ini biasanya dilakukan pada bulan April.
3. Menebas (Lemliq)
Menebas bertujuan membersihkan belukar ataupun pohon kecil-pohon kecil agar
memudahkan dalam menebang. Menebas ini biasanya dilakukan pada bulan April, Mei, Juni
dan dilakukan biasanya oleh ibu dan bapak serta anak-anak yang sudah besar. Setelah ditebas
ini dibiarkan kurang lebih seminggu agar mati dan kering. Dalam menebas ini menggunakan
mandau.
21
4. Menebang (Wang)
Setelah menebas maka dilakukan penebangan. Tahapan ini bertujuan untuk menebang pohon-
pohon besar sehingga semua tumbuhan diatas ladang tidak ada yang tegak lagi. Kegiatan ini
biasa dilakukan pada bulan Mei, Juni, Juli, dan biasanya dilakukan oleh laki-laki. Dalam
menebas ini masyarakat menggunakan chainsaw atau kampak.
5. Mencincang (Saw)
Setelah semua pohon besar ditebang, maka dilakukan memotong dahan-dahan atau sering
juga disebut mencincang, agar dapat mudah kering dan mudah dibakar. Tahapan ini dalam
bahasa punan disebut ”Sau”. Biasanya kegiatan ini dilakukan pada bulan Mei, Juni, dan Juli dan
dilakukan bersama-sama oleh perempuan dan laki-laki.
6. Membakar (Tung)
Sekitar bulan Agustus mulai di lakukan kegiatan membakar setelah semuanya kering. Kegiatan
ini dalam bahasa Punan disebut “Tung” dan biasa dilakukan bersama-sama. Dalam membakar
ini, masyarakat selalu memperhatikan keadaan cuaca dan angin. Bila cuaca panas baru dimulai
membakar. Waktu membakar biasanya pada pukul 02.00 siang dilakukan secara serentak,
lama membakar antara 1 sampai 2 jam.
7. Menugal (Kul) dan Menanam (Wus)
Kegiatan ini biasa dilakukan antara bulan Agustus dan September, karena bertepatan dengan
musim hujan. Cara menugal ini dengan memasukkan biji-biji padi ke dalam lubang tanah, yang
dibuat oleh sebilah tongkat. Biasanya bapak yang membuat lubang dan ibu-ibu yang
memasukkan biji padi.
8. Merumput (wat lau)
Kegiatan ini biasa dilakukan ketika padi berumur tiga bulan, dan mulainya tumbuh rerumputan
di sekitar padi, Biasanya merumput ini dilakukan oleh ibu-ibu dengan menggunakan lingga
(skoy).
9. Panen (tam)
Panen ini biasanya dilakukan pada bulan Februari atau Maret. Dalam melakukan panen
dilakukan oleh semua keluarga dengan menggunakan anai-anai. Hasil panen diangkut masih
dengan tangkai padi dimasukkan ke dalam karung dengan perahu.
22
2.1.8 Persepsi Masyarakat Tentang Kecenderungan Perubahan
Dari beberapa topik yang diamati masyarakat telah terjadi dinamika perubahan. Hasil panen
semenjak tahun 1994 hingga 2002 tidak banyak mengalami perubahan artinya hasilnya biasa
saja, hanya saja pada tahun 1998 mengalami penurunan karena kemarau. Tetapi pada tahun
1999 kembali seperti biasa.
Hasil madu tahun 1994 sampai 1997 menghasilkan seperti biasa, tetapi pada tahun 1998 hasil
madu meningkat dari biasanya karena bertepatan dengan musim buah. Setelah tahun 1998
tidak ada musim madu tetapi pada tahun 2001 dan 2002 mulai musim madu tetapi hasilnya
telah berkurang seperti biasanya. Sementara untuk hasil buah yang terbanyak pada tahun
2002 dan tahun 1998 sementara untuk tahun 1999, 2000 tidak ada musim buah.
2.2 Kondisi Pemerintahan Desa
Roda Pemerintahan kampung Long Duhung sampai hari ini berjalan dengan baik dan kondusif,
baik dari internal Pemerintahan Kampung, BPK, LPM, KPM, PKK dan semua lembaga yang ada
di kampung.
2.2.1 Pembagian Wilayah Kampung
Kampung Long Duhung membawahi 1 RT yang terdiri dari 37 KK dan 145 Jumlah Penduduk
2.2.2 Struktur Organisasi Pemerintahan Kampung
Kampung Long Duhung menganut sistem kelembagaan Pemerintahan Kampung dengan pola
sebagai berikut :
23
Struktur Organisasi Pemerintahan Kampung Long Duhung
KEPALA KAMPUNG
WESLY
BPK (5 Orang )
Ketua : MATIAS R
SEKRETARIS KAMPUNG :
JERRY YOTAM
KAUR PEMERINTHAN
AGUSTINUS
KAUR PEMBANGUNAN
SERGIUS
KAUR UMUM
PHILIPUS
STAP ADMIN
LIJUN MAPUN
PENJAGA
MARSITI
KETUA RT
DARING HABEL
KELEMBAGAAN MASYARAKAT DESA
(RT, LPM, KPM, TP.PKK KARANG TARUNA , ADAT DLL)
24
2.3 Dinamika Konflik
Analisis Konflik merupakan Gambaran menyeluruh tentang Keadaan Kampung , Pola
intensitas, dan Karakter masyarakat meliputi kekuatan hubungan antarpemangku kepentingan
yang berpengarauh terhadap pencapaian tujuan pembangunan dan upaya bina damai. Kajian
dinamika konflik adalah serangkaian kegiatan pengumpulan, pengelolaan dan formulasi data
keadaan masyarakat yang meliputi pemahaman konteks, interaksi, intervensi, pelaku masalah
dalam rangka perumusan program Pembangunan Kampung
Salah satu syarat keberhasilan pembangunan adanya kondisi kondusif dan terkendali.
Pemahaman tentang situasi dan dan keadaan suatu masyarakat akan membantu dalam
memetahkan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi. Terutama dalam menyangkut
hubungan sosial. Sumber daya, nilai-nilai yang telah terbangun, pendapatan masyarakat,
sistem distribusi, kebijakan, pengaruh, global dan penyebab ketidakstabilan yang mungkin
terjadi dan dapat menghambat proses pembangunan itu sendiri.
2.3.1 Maksud dan Tujuan
Kanjian terhadap konflik berhubungan erat dengan upaya Pemerintah Daerah dalam
membangun harmonisasi antarpemangku kepentingan dan pencegahan konflik dalam
pelaksanaan Pembangunan. Kajian konflik dimaksudkan untuk menggambarkan secara
keseluruhan pola kekuatan hubungan antarkelompok, kerentanan sosial, kohesivitas
kelompok, serta faktor-faktor pendorong dan penghambat perdamaian sebagai masukan
dalam merumuskan kebijakan dan strategi program. Yang bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi kekuatan hubungan antar pemangku kepentingan yang terlibat dalam
program pembangunan
2. Mengidentifikasi kondisi sosial yang menyebabkan kesenjangan diantara kelompok
atau antarpemangku kepentingan
3. Mengidentifikasi faktor-faktor pendorong dan pemecah perdamaian dalam
masyarakat
4. Merumuskan strategi penanganan dan pencegahan konflik serta bina damai secara
terpadu.
25
2.3.2 hasil yang diharapkan
Kajian konflik dalam perencanaan dapat membantu Tim Perencanaan dalam
pembagunan kampung untuk mengenal kondisi sosiogeografis, budaya, sejarah perkembangan
Kampung (Frofil Kampung) yang berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan
Masyarakat. Yang menghasilkan hal-hal sebagai berikut :
1. Frofil Kampung ( Kekuatan hubungan antarpemangku kepentingan yang terlibat dalam
pembangunan
2. Gambaran kondisi sosial yang menyebabkan kesenjangan diantara kelompok atau
antar pemangku kepentingan.
3. Inventarisasi faktor-faktor pendorong dan pemecah perdamaian dalam masyarakat.
4. Strategi penanganan dan pencegahan konflik secara terpadu.
2.3.3 Pengelolaan sumber daya alam Kampung Long Duhung
Suku masyarakat kampung Long Duhung adalah suku Punan (Mabnan) yang
merupakan salah satu suku Dayak yang tinggal di pedalaman Kalimantan Timur. Menurut
Sitorus (2004) Punan berarti pemburu-peramu. Suku Dayak Punan biasanya hidup dekat
dengan sumber makanan. Mereka baru berpindah bila sumber makanan telah berkurang atau
ada bencana yang menimpanya di daerah itu, seperti penyakit, kematian dan lain-lain.
Masyarakat Punan pada umumnya hidup di wilayah ini sejak ratusan tahun yang lalu. Seperti
suku Dayak Punan pada umumnya, masyarakat kampung Long Duhung berpindah dari satu
wilayah ke wilayah yang lainnya. Menurut penuturan kaum tua suku Dayak Punan Kelay,
nenek moyang mereka berasal dari gunung Kemul (Kung Kemul), sebuah gunung di hulu sungai
Kelay dan berbatasan dengan kabupaten Bulungan di Kalimantan Timur.
Selama ini kehidupan Dayak Punan Long Duhung sangat bergantung pada alam.
Mereka berburu untuk memenuhi kebutuhan protein dan berladang untuk memenuhi
kebutuhan karbohidrat, dan apabila kemarau panjang mengakibatkan kegagalan panen maka
hutan menjadi tempat bergantung untuk mendapatkan buah untuk keberlangsungan hidup.
Selain sebagai wilayah ritual dengan segala nilai-nilai kesejarahan, masyarakat Dayak Punan
Long Duhung juga menjadikan hutan bagi sebagai ruang rekreasi. Pada saat musim buah
26
berlangsung, mereka meninggalkan wilayah kampung mereka dan masuk ke hutan untuk
waktu yang cukup lama, sehingga pada waktu-waktu tertentu kita sulit menemukan
masyarakat di kampung karena mereka sedang berekreasi dengan memanen buah dan hasil
hutan lainnya.
Secara administratif Kampung Long Duhung berada didalam kawasan hutan produksi
yang dikonsesikan kepada dua IUPHHK-HA yakni PT. Mardhika Insan Mulia dan PT. Aditya
Kirana Mandiri. Keberadaan kedua konsesi ini awalnya direspons positif oleh masyarakat
dengan harapan bahwa keberadaan mereka akan memberikan benefit bagi masyarakat Long
Duhung berupa peningkatan kesejahteraan masyarakat Long Duhung. Dalam perjalanannya
terjadi beberapa dinamika antara masyarakat Long Duhung dengan IUPHHK-HA yang ditandai
dengan konflik antara masyarakat dengan IUPHHK-HA yang berada diwilayah Kampung Long
Duhung.
Tahun 2004, dengan difasilitasi oleh The Nature Conservancy (TNC), Kampung Long Duhung
melakukan kegiatan pemetaan partisipasipatif untuk mengidentifikasi kawasan-kawasan
penting masyarakat yang terkait dengan peruntukan sosial, ekologi dan ekonomi. Dari kegiatan
ini secara garis besar masyarakat Long Duhung mengidentifikasi kawasan untuk pemukiman,
Kawasan untuk keperluan berburu dan meramu hasil hutan, Kawasan perladangan, dan Lokasi
adat.
Melalui proses pemetaan ini dikembangkan penataan wilayah yang
mengakomodasikan kepentingan para pemangku kepentingan agar keseimbangan alam,
produksi kayu, dan perhatian terhadap akses masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam
berjalan seimbang. Dari hasi pemetaan partisipatif ini, selanjutnya masyarakat kampung
menyusun perencanaan tata guna lahan yang terdiri dari peruntukan pengembangan
pemukiman, perlindungan kawasan penting berupa wilayah perburuan dan air bersih serta
wilayah pengembangan perkebunan skala rakyat, perikanan dan lain-lain.
Dari perencanaan tata guna lahan ini, masyarakat kampung membangun komitmen untuk
melakukan pembangunan yang selaras dengan iklim. Komitmen ini dilakukan mengingat
dinamika internasional terkait dengan kecenderungan semakin meningkatnya
suhu/temperatur bumi yang menyebabkan pemanasan global.
27
Beberapa komitmen masyarakat yang selaras dengan iklim adalah membangun kesepakatan
pengurangan jumlah perladangan yang dimiliki oleh masyarakat dengan membatasi
pembukaan perladangan 5-7 lahan setiap KK menjadi upaya dimasa mendatang; memasukkan
program-program terkait pengelolaan sumberdaya alam kedalam Perencanaan Kampung;
mendokumentasikan kawasan penting kampung selanjutnya dikomunikasikan dengan
parapihak; mengaktifkan kembali penjaga lingkungan atau sumberdaya alam; Rencana
pencetakan sawah/ ladang basah untuk mengurangi perladangan sistem tebas gilir balik;
Perencanaan kebun karet skala masyarakat untuk penguatan ekonomi dimasa mendatang;
memastikan IUPHHK melakukan Pengelolaan Hutan Secara Lestari; Pengembangan ekonomi
yang tidak berbasis pada Sumberdaya Alam, seperti: ternak unggas (ayam, bebek), sapi,
Pada dasarnya proses pemberdayaan dan pembangunan bertujuan membantu
masyarakat untuk mendapatkan kemampuan dalam mengambil keputusan dan menentukan
tindakan yang akan dilakukan yang terkait dengan diri mereka. Kemampuan ini termasuk
mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan
melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dia
miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya. Pandangan ini menyadari
pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal,
melalui kesanggupan untuk melakukan kontrol internal atas sumber daya materi dan non
material yang penting melalui redistribusi modal atau kepemilikan.
Proses pembangunan masyarakat membicarakan mengenai bagaimana cara
masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya melalui peningkatan kapasitas dan
kemampuan masyarakat tersebut. Apabila kita melihat proses pemberdayaan masyarakat,
maka tidak hanya berbicara mengenai peningkatan kemampuan atau kapasitas dari
masyarakat tersebut. Tetapi dalam hal ini penting juga melihat aset-aset yang ada di
masyarakat. Aset- aset yang ada di masyarakat juga penting untuk dikembangkan atau
dimaksimalkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Aset komunitas sebagai aset
yang melekat dalam setiap masyarakat yang kadangkala dapat menjadi kelebihan suatu
masyarakat.
Walaupun disadari pula bahwa terkadang aset ini juga secara bersamaan dapat merupakan
kekurangan dari suatu masyarakat yang harus diperbaiki ataupun dikembangkan. Dari sisi ini,
berbagai bentuk modal dalam masyarakat dapat dilihat sebagai suatu potensi dalam
masyarakat dan disisi lain dapat pula diidentifikasi sebagai aspek yang menjadi kelemahan
masyarakat tersebut. Ada beberapa aset komunitas yang perlu untuk dipahami dalam proses
pemberdayaan masyarakat, yaitu:
1. Modal Manusia (Human Capital)
Modal ini mewakili unsur pengetahuan, perspektif, mentalitas, keahlian, pendidikan,
kemampuan kerja, dan kesehatan masyarakat yang berguna untuk meningkatkan kualitas
hidup masyarakat.
29
2. Modal Fisik (Physical Capital)
Modal ini mewakili unsur bangunan (seperti : perumahan, pasar, sekolah, rumah sakit, dan
sebagainya) dan infrastruktur dasar (seperti: jalan, jembatan, jaringan air minum, jaringan
telefon, dan sebagainya) yang merupakan sarana yang membantu masyarakat untuk
meningkatkan kualitas hidupnya.
3. Modal Finansial (Financial Capital)
Modal ini mewakili unsur sumber-sumber keuangan yang ada di masyarakat (seperti
penghasilan, tabungan, pendanaan reguler, pinjaman modal usaha, sertifikat surat berharga,
saham, dan sebagainya) yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang derajat kehidupan
masyarakat.
4. Modal Teknologi (Technological Capital)
Modal ini mewakili sistem atau peranti lunak (software) yang melengkapi modal fisik (seperti
teknologi pengairan sawah, teknologi penyaringan air, teknologi pangan, teknologi cetak jarak
jauh dan berbagai teknologi lainnya) yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
5. Modal Lingkungan (Environmental Capital)
Modal ini mewakili sumber daya alam dan sumber daya hayati yang melingkupi suatu
masyarakat.
6. Modal Sosial (Social Capital)
Modal ini mewakili sumber daya sosial (seperti jaringan sosial, kepercayaan masyarakat, ikatan
sosial, dan sebagainya) yang bermanfaat untuk membantu masyarakat memunuhi kebutuhan
hidupnya.
Selain itu, aset juga dijelaskan dalam meningkatkan sumber penghidupan (livelihoods)
masyarakat. Dalam hal ini, United Kingdom Departement for International Development (DFID)
mengidentifikasikan adanya 5 (lima) aset dalam sumber penghidupan (livelihoods) (dalam
Carney et.al, 1999), yaitu:
1. Aset Manusia: keterampilan, pengetahuan, kemampuan untuk bekerja dan pentingnya
kesehatan yang baik agar mampu menerapkan strategi-strategi dalam sumber
penghidupan yang berbeda.
30
2. Aset Fisik: infrastruktur dasar (transportasi, perumahan, air, energi, dan alat-alat
komunikasi) dan alat-alat produksi serta cara yang memampukan masyarakat untuk
meningkatkan sumber penghidupannya.
3. Aset Sosial: sumber daya sosial (jaringan sosial, anggota kelompok, hubungan dan
kepercayaan, akses yang luas terhadap institusi sosial) untuk dapat meningkatkan sumber
penghidupan mereka.
4. Aset Finansial: sumber-sumber keuangan yang digunakan oleh masyarakat (seperti
tabungan, pinjaman atau kredit, pengiriman uang, atau dana pensiun) untuk dapat
memilih sumber penghidupan yang cocok bagi mereka.
5. Aset Natural: persediaan sumber-sumber alam (seperti tanah, air, biodiversifikasi, sumber-
sumber yang berasal dari lingkungan dan dapat digunakan dalam sumber penghidupan
masyarakat.
Aset-aset yang ada di masyarakat atau yang dimiliki oleh masyarakat sangat berperan
dalam proses pemberdayaan dan pembangunan masyarakat. Misalnya, dalam proses
pemberdayaan masyarakat peran aset manusia sangat mendukung keberlangsungan
pengembangan atau pemberdayaan kapasitas atau kemampuan masyarakat. Tetapi dalam hal
ini peran aset yang lain juga sangat berperan. Misalnya, untuk meningkatkan aset manusia
diperlukan aset fisik seperti sekolah atau rumah sakit sebagai sarana untuk mengembangkan
pengetahuan, keahlian, pendidikan, maupun kesehatan masyarakat. Demikian juga dengan
aset keuangan sangat mendukung masyarakat untuk meningkatkan perekonomiannya. Aset
sosial sebagai sarana untuk mengembangkan ikatan sosial atau jaringan sosial dalam
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Selain itu, modal atau aset lingkungan dan teknologi
sangat penting dalam membantu masyarakat untuk mengembangkan sumber daya alam yang
dimiliki dengan dibantu oleh penguasaan teknologi yang dapat meningkatkan penggunaan
sumber daya alam yang ada di masyarakat seperti penggunaan teknologi untuk
pengembangan pertanian masyarakat agar nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat sebagai strategi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat atau meningkatkan kualitas masyarakat harus memperhatikan atau memahami
31
kondisi masyarakat termasuk aset-aset yang ada di dalamnya. Karena aset yang ada di dalam
masyarakat dapat menjadi keunggulan yang dapat dikembangkan untuk kesejahteraan
masyarakat. Tidak adanya aset juga menjadi masalah atau kendala bagi masyarakat untuk
dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Melalui pemberdayaan masyarakat maka aset-aset
yang belum ada dan penting bagi masyarakat penting untuk dikembangkan atau diciptakan
untuk membantu masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Misalnya, di suatu desa
dimana penduduknya mayoritas hidup dari pertanian. Tetapi di desa tersebut modal atau aset
fisik belum memadai seperti jalan atau jembatan sehingga masyarakat sangat susah untuk
memasarkan hasil pertaniannya. Ini adalah salah satu contoh dimana aset tersebut sangatlah
penting.
2. Aset Masyarakat Kampung Long Duhung
Dari hasil diskusi dan pemetaan aset masyarakat, dapat diidentifikasi beberapa aset
masyarakat Kampung Long Duhung yang dapat dioptimalkan dalam pembangunan kampung
Long Duhung. Aset ini terdiri dari aset sumber daya manusia, aset infrastruktur, aset
kemampuan keuangan masyarakat, aset sosial budaya masyarakat dan aset lingkungan dan
sumber daya alam. Berikut aset masyarakat kampung Long Duhung :
No Aset Masyarakat Keterangan
1 Aset Sumber Daya Manusia - Pengetahuan tentang sejarah kampung
- Pengetahuan tentang hubungan masyarakat dengan
SDA
- Komitmen dan keinginan kuat untuk berubah kea
rah yang lebih baik
- Guru pengajar Sekolah Dasar
- Tenaga Kesehatan
- Kader Pos Yandu
- Ada Gembala
- Tenaga Pengajar Paud
- Pemerintah kampung dan aparatnya
- Badan Permusyawaratan Kampung
32
- Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
- Kader Pemberdayaan Masyarakat
- LSM yang memfasilitasi pemberdayaan masyarakat
dan pengelolaan hutan secara lestari
- IUPHHK-HA PT. Mardhika Insan Mulia dan PT. Aditya
Kirana Mandiri
- PKK
2 Aset Infrastruktur - Akses jalan ke kampung yang sudah baik
- Prasarana air bersih
- Sarana pendidikan (Gedung SD, Guru Sddan Guru
Paud Gedung Paud )
- Sarana Kesehatan berupa Gedung Puskesmas
Pembantu
- Gereja
- Penggilingan Padi
- Gedung Pertemuan
- Lapangan Olahraga
- Kantor Kampung
- Kantor BPK, LPM dan PKK
- Rumah Belajar
- Ketersediaan lahan untuk ladang dan perkebunan
skala
masyarakat
- Ternak Ayam
- Perkebunan Sayur
- Prasarana Mikrohidro (rusak)
- Potensi ekowisata
- Areal perburuan
- Wilayah perlindungan air bersih
- Ketinting masyarakat
33
- Persemaian bibit karet
3 Aset Sosial Budaya - Gotong royong yang masih kuat
- Ikatan kekerabatan yang kuat
- Keterkaitan dengan SDA yang masih tinggi
- Nilai-nilai masyarakat yang masih tinggi untuk
melestarikan SDA
- Jaringan dengan LSM
- Kearifan pengelolaan SDA yang masih dipegang oleh
masyarakat
- Pemakaman umum
4 Aset Keuangan Masyaralat - Pembagian saham dengan PT. Mardhika
- Tabungan Credit Union
- Jual hasil ternak ayam
- Kompensasi fee dari kegiatan penebangan IUPHHK-
HA
- Bantuan Keuangan Desa
- Bantuan pihak lain (LSM)
5 Aset Lingkungan dan SDA - Hutan yang ada disekitar kampung yang relative
masih baik
- Pengalokasian kawasan penting masyarakat
- Hewan buruan untuk kepentingan kebutuhan
protein masih tersedia
- Buah-buah hutan yang masih ada
- Madu hutan yang masih tersisa walaupun
produksinya tidak sebesar dimasa lalu
- Sungai untuk kebutuhan transportasi dan air minum
- Sumber air bersih
- Rotan
- Kayu untuk ramuan rumah dan perahu
- Peta tata guna lahan masyarakat
34
- Peta 3 D perencanaan pemanfaatan lahan (sosial,
ekonomi dan ekologi) kampung
- Kelompok pemantau lingkungan
2.4.2 Masalah yang dihadapi Kampung
Berdasarkan Penjaringan Masalah yang dilakukan di Kampung Long Duhung adalah sebagai
berikut :
No Uraian Masalah Lokasi
A Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
1 Penetapan dan Penegasan Batas Desa
Indentitas atau Batas Desa Belum Jelas Kampung
2 Penyusunan tata Ruang Desa
Peta wilayah Desa kampung Long Duhung Belum ada
di Kantor Kepala Desa
Kampung
3 Penyelenggaraan Musyawarah Desa
Kurangnya Komunikasi antara Pemerintah Kampung
Dengan Kelembagaan
Kampung
Kurangnya Komunikasi antara Pemerintah Kampung
dengan BPK
Kampung
4 Pengelolaan Informasi Desa
Tidak jaringan komunikasi dikantor Kampung
Belum adanya Papan informasi di Desa Kampung
Belum mengertinya betapa pentingnya informasi Kampung
5 Pengelolaan Kearsipan
Kurangnya sarana pengelolaan dan Penyimpanan
Arsip Desa
Kampung
Dokumen/arsip banyak yang tercecer Kampung
6 Penyelenggaraan Perencanaan Kampung
35
Perlunya musrembangkam Kampung
Belum tersedianya RPJMK, RKPK, dan APBK Kampung
7 Penyelenggaraan Evaluasi Tingkat Perkembangan
Pemerintah Kampung
Pentingnya ketransparansian Laporan
Pertanggungjawaban Penyelenggara pemerintah
Kampung
Kampung
Capaian Kegiatan Pelaksanaan Pemerintahan
Kampung yang stagnan.
Kampung
8 Pembangunan Sarana Prasarana Kantor
Gedung KantorDesa kurang layak Kampung
Halaman kantor desa kurang bersih Kampung
36
B PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA
1 Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan Infrastruktur dan Lingkungan Desa
Jalan dari simpang Kekampung separuhnya belum disemenisasi
Kampung
Semenisasi jalan yang rusak Kampung
Saluran Air Bersih kurang layak Kampung
Lahan sawah belum jadi sawah Kampung
Balai Pertemuan Umum sudah kurang layak digunakan
Kampung
2 Pembangunan, Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kesehatan
Rumah tidak Layak Huni Kampung
Penerangan Listrik Belum ada Kampung
Tidak punya Bank sampah Kampung
Buang sampah sembarangan Kampung
3 Pembangunan, Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan dan kebudayaan
Belum ada gedung Perpustakaan Kampung
Belum ada gedung sanggar tari Kampung
4 Pengembangan Usaha Produktif serta Pembangunan, Pemanfaatan dan Pemeliharaan sarana dan Prasarana Ekonomi
Perlunya Pengembangan Ekonomi rakyat Kampung
C Pembinaan Kemasyarakatan
1 Pembinaan Lembaga Kemasyarakatan
Kurang Optimalnya Kelembagaan kampung Kampung
2 Penyelenggaraan Ketentraman dan ketertiban
Belum ada Gardu siskamling Kampung
3 Pembinaan Kerukunan antar umat beragama
Sarana tempat ibadah kurang Memadai Kampung
Rumah Gembala Kurang Layak Kampung
Pentingnya kerukunan antar umat beragam Kampung
4 Pemeliharaan sarana dan Prasarana Olaraga
Belum ada lapangan takraw Kampung
Belum ada lapangan Batminton Kampung
5 Pembinaan Kesenian dan sosial Budaya
Kurang adanya minat anak muda terhadap budaya asli suku Mapnan
Kampung
37
D PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
1 Pelatihan Usaha Ekonomi, Pertanian, Perikanan dan Perdagangan
Ibu rumah tangga banyak yang nganggur Kampung
Banyak Hama Tanaman Pangan Kampung
2 Pelatihan Teknologi tepat Guna
Kualitas SDM Pemuda /angkatan kerja rendah Kampung
3 Pendidikan, Pelatihan, dan penyuluhan bagi Kepala Kampung, Perangkat Desa dan BPK
Sarana Prasarana Aparatur Pemerintah kurang Kampung
Kurang mengertinya aparatur Pemerintah kampung di bidang Keuangan teng administrasi
Kampung
SDM aparatur pengelola Administrasi Kependudukan Kurang Optimal
Kampung
Pelayanan publik dalam bidang kependudukan kurang optimal
Kampung
Kurangnya informasi tentang pengurusan E KTP dan kartu Keluarga
Kampung
SDM aparatur Pemerintah Kampung kurang mampu Kampung
4 Peningkatan Kapasitas Masyarakat
Kurang Optimalnya Peran kelompok Perempuan Kampung
Kurang Optimalnya Kelompok karang taruna Kampung
Belum ada Kelompok tani Kampung
38
BAB III
PROSES PENYUSUNAN RPJM KAMPUNG
3.1 Pengkajian Kampung
Pengkajian keadaan Desa/Kampung PKD/K merupakan tahapan penting dalam
Perencanaan di Desa/Kampung. PKD/K bertujuan untuk mendapatkan data akurat untuk
mendukung program-program pembangunan yang akan diputuskan dalam Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Desa (Musrembang).
Kegiatan utama PKK berupa penggalian dan pengumpulan data mengenai keadaan objektif
masyarakat, masalah, potensi, dan beragam informasi yang menggambarkan kondisi secara
jelas dan Lengkap, tak terkecuali dinamika masyarakat Desa/Kampung.
Secara hukum, kegiatan PKD/K telah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) Nomor 114 tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa. Dalam
peraturan ini disebutkan, PKD merupakan salah satu tugas dari TIM Penyusunan Rencana
Pembangunan Menengah Desa/Kampung (RPJMDES).
Dalam PKD ada tiga macam kegiatan utama PKD yaitu :
1. Penyelarasan data Desa
Tim Penyusun melakukan Pengambilan data meliputi : data Sumber Daya Alam (SDA),
data Sumber Daya Manusia (SDM), data sumber daya pembangunan, dan sumber
daya sosial budaya. Kemudian, Tim penyusun membandingkan antara data
Desa/Kampung dengan kondisi Desa/Kampung terkini. Apakah ada perbedaan yang
mencolok , mengapa perbedaan itu terjadi, termasuk menyiapkan data yang
ditetapkan menjadi rujukan bersama dalam pengambilan keputusan dalam
musrembangdes/kam.
2. Penggalian gagasan warga
Tim penyusun bekerja keras untuk menemukenali potensi dan peluang
pendayagunaan sumber daya desa dan masalah yang dihadapi desa. Metode yang
digunakan pada fase ini sebaiknya mengutamakan tingkat partisifatif seluruh unsur
masyarakat desa.
3. Penyusunan laporan hasil PKD/K
Tim Penyusun membuat laporan hasil PKD/K berita acarahasil laporan dan
melampirkan dokumen-dokumen pendukung seperti data desa yang sudah
diselaraskan, dokumen data rencana program pembangunan Kabupaten/Kota yang
akan masuk Kedesa, data rencana Program Pembangunan kawasan Perdesaan dan
rekapitulasi usulan pembangunan desa /Kampung dari dusun kelompok masyarakat
yang ada di desa.
39
Setelah semua data tersebut selesai di susun, Tim Penyusun selanjutnya melaporkan
hasil PKD/K kepada Kepala Desa, dan selanjutnya Kepala Desa menyampaikan laporan
itu kepada Badan Permusyawaratan Kampung (BPK)dan masyarakat melalui
musrembangdes/kam.
3.2 Musyawara Desa
Musyawarah Desa selanjutnya disebut Musdes, merupakan forum permusyawaratan
tertinggi ditingkat desa. Musdes sebagai forum yang mempertemukan seluruh elemen
masyarakat, baik berbasis kepentingan maupun kewilayaan, untuk membahas dan mengambil
keputusan atas hal/isu strategis yang terjadi di Desa/Kampung.
Musdes diikuti oleh Badan Permusyawaratan kampung (BPK) Pemerintah Kampung, dan unsur
masyarakat. Hasil Musdes berbentuk kesepakatan-kesepakatan yang dituangkan dalam
keputusan hasil musyawarah. Selanjutnya hasil Musdes menjadi dasar bagi BPK dan
Pemerintah Kampung untuk menetapkan kebijakan Pemerintah Desa
Musdes diselenggarakan selambat-lambatnya satu kali dalam setahun. Bpk menjadi lembaga
yang bertugas menyelenggarakan MusKAM, tentu dengan dukungan dari anggaran
Pendapatan Belanja Kampung (APBK). Sebagai forum permusyawaratan tertinggi didesa,
Musdes musti direncanakan dan dipersiapkan dengan baik agar menghasilkan keputusan-
keputusan yang bermutu dan merakyat.
Dalam penyelenggaraan Musdes menganut prinsip musyawarah untuk mufakat dengan
prosedur penyelenggaraan MusKAM ditetapkan dalam Peraturan Desa (Perdes) sebagai acuan
dan payung hukum .
Secara umum, UUD Nomor 6 Tahun 2014 pasal 54 memberikan Pedoman
Penyelenggaraan Musdes. Pada Pasal 54 disebutkan :
1). Musyawarah Desa Merupakan forum permusyawaratan yang diikuti oleh badan
permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa dan unsur masyarakat Desa untuk
memusyawarakan hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan Pemerintah
Desa.
2). Hal yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Penataan desa/Kampung ;
b. Perencanaan Desa ;
c. Kerjasama Desa ;
d. rencana investasi yang masuk ke Desa ;
40
e. Pembukaan BUM Des/ Kam
f. Penambahan dan Pelepasan Aset desa ;
g. Kejadian luar biasa.
3). Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling kurang
dalam 1 (satu) Tahun
4). Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibiayai dari anggaran
Pendapatan Belanja Kampung.
Pada bagian penjelasan disebutkan Muskam merupakan forum pertemuan dari seluruh
pemangku kepentingan yang ada di desa, termasuk masyarakat. Unsur masyarakat yang
dimaksud adalah bisa tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh Pendidikan,
Pengrajin, Kelompok Perempuan, Kelompok tani dan kelompok masyarakat miskin.
Kata kunci untuk menentukan peserta Muskam adalah keterwakilan. peserta muskam
merupakan orang yang ditunjuk atau diberi mandat oleh kelompok untuk memperjuangkan
aspirasi/usulan kelompok. Karena itu sebelum Muskam diselenggarakan maka kelompok-
kelompok, baik basis kewilayaan maupun basis kepentingan, sebaikanya sudah melaksanakan
musyawarah kelompok.
Penyelenggaraan musyawarah kelompok penting dilakukan agar Muskam menghasilkan
keputusan bermutu. Keterlibatan masyarakat tidak sekadar mobilisasi, namun sudah pada
tingkat partisipatif aktif. Selain itu, kesepakatan-kesepakatan yang akan dihasilkan oleh
Muskam mampu menjawab isu-isu strategis didesa secara subtansi.
41
BAB IV
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH LONG DUHUNG
4.1.Visi dan Misi
4.1.1 VISI Kampung Long Duhung
Visi adalah pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk dan
pelayanan yang ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang
dilayani, nilai-nilai yang diperoleh serta aspirasi dan cita-cita masa depan.
Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa Visi yang efektif antara lain harus memiliki
karakteristik dapat dibayangkan, menarik, realistis dan dapat dicapai, jelas dan mudah
dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat dan pihak lainnya.
Untuk masyarakat Kampung Long Duhung, setelah melalui proses partisipasi yang
panjang dan dengan mempertimbangkan karakateristik kampung dan cita-cita masyarakat
dimasa depan, maka visi Kampung Long Duhung adalah sebagai berikut :
Terwujudnya Masyarakat Kampung Long Duhung sejahtera, berpendidikan tinggi, ekonomi dan energi yang mandiri, Damai Kampungnya Alam tetap Lestari *(BEDA)*. Melalui pemerintahan yang bertanggung jawab, dan pengelolaan sumber daya alam
yang ramah lingkungan
4.1.2 MISI Kampung Long Duhung
Untuk menterjemahkan mimpi masyarakat Long Duhung yang telah disampaikan
melalui VISI, maka masyarakat kampung selanjutnya menyusun MISI. MISI adalah pernyataan
tentang apa yang harus dikerjakan oleh lembaga, komunitas, kelompok maupun individu
dalam usahanya mencapai VISI.
Dalam operasionalnya orang berpedoman pada pernyataan misi yang merupakan hasil
kompromi intepretasi Visi. Misi merupakan sesuatu yang nyata untuk dituju serta dapat pula
memberikan petunjuk garis besar cara pencapaian Visi. Pernyataan Misi memberikan
keterangan yang jelas tentang apa yang ingin dituju serta kadangkala memberikan pula
keterangan tentang bagaimana cara lembaga, organisasi, komunitas, kelompok atau
perorangan dalam bekerja. Mengingat demikian pentingnya pernyataan misi maka selama