Top Banner
Remaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi
17

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

Dec 30, 2016

Download

Documents

lykhue
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Remaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

Page 2: Remaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

32

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi InformasiRemaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi Rutgers WPF Indonesia

Tim Penyusun PenulisFarhanahRaka Ibrahim EditorHarry KurniawanMonique SoesmanNurul AgustinaRinaldi Ridwan Layout : madebyactiv.com Foto cover : Jeroen van Loon

Penelitian ini dibuat bersama oleh dalam kemitraan program ASK yang dikordinasikan oleh Rutgers WPF Indonesia. Kami mengucapkan terima kasih kepada peneliti yang terlibat di dalam riset ini, peneliti muda, responden, dan staff organisasi yang terlibat dalam kemitraan program ASK.

Cetakan pertama, Desember 2015Materi ini dapat diperbanyak, direproduksi, dan disimpan dalam format digital tanpa tujuan profit. Setiap kutipan terhadap materi ini harus mencantumkan Rutgers WPF Indonesia sebagai referensi.

Copyright © Rutgers WPF Indonesia

Rutgers WPF IndonesiaJl Pejaten Barat Raya 17BPejaten Barat, Pasar MingguJakarta Selatan, 12510.Indonesia e. [email protected]

www.rutgerswpfindo.org

DAFTAR ISI

Ringkasan Eksekutif

01. Latar Belakang

02. Temuan Riset

03. Kesimpulan

04. Rekomendasi Riset

05. Mentransformasi riset menjadi

penguat aksi di lapangan

06. Liputan Media

5

7

15

19

21

23

29

KAMU TIDAK SENDIRIAN

Page 3: Remaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

54

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi InformasiRemaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

RINGKASAN EKSEKUTIF

Di internet dan berbagai media lainnya informasi seputar seksualitas beredar sangat luas dan dalam bentuk yang berbeda-beda atau tidak lengkap. Maka organisasi-organisasi HKSR (Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi Remaja) di Indonesia perlu memanfaatkan media yang tepat untuk menarik perhatian remaja dan cara paling baik dan kreatif untuk menyampaikan informasi tentatg seksualitas yang benar dan lengkap.

Penelitian yang dilakukan selama tahun 2014 di Jakarta, DI Yogyakarta dan Jawa Timur menunjukan bahwa ada kesenjangan yang besar antara informasi terkait kesehatan reproduksi dan seksualitas yang diinginkan dan dibutuhkan remaja dengan informasi yang disediakan oleh organisasiHKSR.. Penelitian ini menunjukan bahwa remaja membutuhkan informasi yang spesifik terkait hubungan yang sehat, orientasi seksual, aborsi, pubertas dan infeksi menular seksual.

Tak hanya isi pesan, pemilihan kanal media juga sangat berpengaruh. Bahkan di beberapa wilayah suburban di Jawa Timur dimana akses internet lebih terbatas dibandingkan dengan Jakarta dan DI Yogyakarta, tingkat akses internet remaja ternyata lebih tinggi dari yang diperkirakan. Tantangan yang dihadapi adalah berbagai upaya untuk menyediakan informasi melalui medium website ternyata tidak terlalu diminati oleh remaja. Meskipun remaja memiliki tingkat akses internet yang luas, namun social media masih menjadi medium favorit untuk mengakses informasi mulai dari Facebook, Twitter dan mesin pencari Google.

Temuan ini menjadi dasar pengembangan strategi edukasi dalam program ASK, yakni pentingnya pemilihan dan penggunaan berbagai media yang relevan bagi remaja beserta konten yang tepat dan sesuai kebutuhan. Oleh sebab itu, penting sekali untuk para praktisi untuk mengemas ulang berbagai pesan SRHR yang ditujukan bagi remaja agar makin banyak remaja terpapar informasi seksualitas dan kesehatan reproduksi yang akurat, kredibel dan ilmiah.

Publikasi ini dibuat untuk memaparkan hasil riset serta penggunaannya dalam memperkuat strategi edukasi HKSR di lapangan untuk mendorong perubahan perilaku remaja terkait kesehatan seksual dan reproduksi . Selamat membaca hasil riset ini.

Remaja membutuhkan informasi yang tepat tentang seksualitas karena remaja pada umumnya ingin tahu apa yang terjadi dengan dirinya.

54

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi InformasiRemaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

Page 4: Remaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

76

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi InformasiRemaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

LATAR BELAKANG RISET

01

Remaja adalah populasi yang rentan dalam hal risiko kesehatan reproduksi dan seksualitas jika tidak dibekali dengan informasi dan layanan kesehatan seksual dan reproduksi yang memadai.Hingga saat ini, pendidikan seksualitas yang komprehensif masih belum terintegrasi ke dalam kurikulum sekolah dan standar layanan kesehatan seksual dan reproduksi esensial yang ramah remaja belum sepenuhnya terpenuhi. Menghadapi tantangan dan menutup kesenjangan ini, pada tahun 2013 sebanyak 9 organisasi di Indonesia mengimplementasikan program ASK (Access, Services and Knowledge) di tiga provinsi yakni DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur dengan menyasar pada penyediaan layanan kesehatan seksual dan reproduksi dengan target remaja marginal yang kemudian diperluas ke provinsi Bali dan Jawa Tengah pada tahun 2014.

Program ASK ditujukan untuk meningkatkan akses terhadap layanan dan juga meningkatkan kualitas layanan agar ramah remaja. Untuk mendorong kesadaran remaja akan pentingnya layanan, perlu dibuat pengemasan informasi yang ramah remaja dan tepat sasaran. Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, kemitraan di dalam program ASK menggunakan berbagai saluran komunikasi termasuk strategi media elektonik dan mobile.

Dalam jangka panjang, program ASK dirancang untuk: 1. menguatkan kapasitas individu pendidik sebaya melalui pengembangan kemampuan dalam memberikan informasi dan edukasi terkait SRHR yang berbasis hak, sensitif gender dan ramah remaja 2. menciptakan lingkungan yang mendukung dengan bekerja bersama komunitas serta mengadvokasi perubahan struktural bersama pembuat kebijakan; dan 3. meningkatkan kemampuan, aksesibilitas dan kualitas dari layanan-layanan kesehatan seksual dan reproduksi bagi remaja.

Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) menjadi salah satu strategi kunci dalam Program ASK dengan memanfaatkan berbagai saluran komunikasi, termasuk elektronik dan mobile dalam menyajikan informasi langsung bagi remaja dan memberi mereka petunjuk

menuju layanan. Ketiga hal tersebut harus dipenuhi beriringan untuk meningkatkan akses dan pemanfaatan oleh remaja terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi.

Tujuan dari penelitian operasional (operational research) dalam program ASK di Indonesia adalah: • untuk mendukung pengembangan strategi komunikasi yang efektif yang mampu meningkatkan kesadaran remaja terhadap isu-isu HKSR. • untuk mencari cara memperkuat kemampuan mitra pelaksana dalam memanfaatkan berbagai saluran komunikasi dan fokus isi komunikasi sesuai kebutuhan remaja. • untuk mengumpulkan pandangan remaja tentang prioritas dan kebutuhan informasi HKSR serta pola penggunaanberbagai media sosial,situs web, helplines,. Untuk mencari praktik-praktik yang baik dan mengumpulkan masukan praktis dari remaja terkait saluran informasi dan materi yang disajikan oleh mitra-mitra ASK,

Hasil dari penelitian operasional ini digunakan untuk menguatkan intervensi, termasuk pengembangan situs web bersama Sobat ASK, juga sarana elektronik dan mobile supaya penyebaran informasi bagi remaja Indonesia semakin luas, khususnya bagaimana mengembangkan obrolan interaktif yang dapat memberikan informasi pada remaja secara langsung.

Mitra-mitra ASK yang terlibat dalam penelitian ini adalah:1. Aliansi Remaja Independen (ARI) – Jakarta2. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Pusat beserta PKBI Daerah Jawa Timur, DKI Jakarta, dan DI Yogyakarta3. Yayasan Pelita Ilmu (YPI) – Jakarta 4. CD Bethesda – Yogyakarta 5. Rutgers WPF Indonesia

76

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi InformasiRemaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

Page 5: Remaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

98

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi InformasiRemaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

1.1. Tujuan riset

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.

1. Informasi SRHR seperti apa yang disediakan oleh mitra-mitra ASK di Jakarta, Yogyakarta, dan Jawa Timur serta bagaimana strateginya? Apa saja keuntungan dan tantangan setiap organisasi terkait penyebaran informasi tersebut?

2. Informasi SRHR seperti apa yang dibutuhkan oleh remaja di Jakarta, Yogyakarta, dan Jawa Timur?

3. Saluran apa saja yang paling sering digunakan oleh mitra-mitra ASK dan bagaimana remaja menggunakan konten dari saluran-saluran tersebut?

4. Bagaimana cara meningkatkan dan menguatkan kemampuan staf media ASK agar remaja dapat lebih percaya terhadap mitra-mitra ASK dan konten-konten yang disajikan?

5. Bagaimana konten yang disebarkan melalui oleh partner melalui saluran-saluran informasi yang beragam (televisi, radio, koran, social media, situs web, SMS, hotlines/helplines) dapat dipadukan dalam satu strategi komunikasi yang komprehensif?

1.2. Metode riset

Metode

Penelitian operasional ini menggunakan tiga jenis metodologi, yaitu: pemetaan media, kajian kualitatif, dan analisis konten. Ketiga aktivitas dari metodologi tersebut dijalankan oleh tiga orang konsultan peneliti. Selain itu, setelah sejumlah penemuan dalam penelitian, seorang konsultan strategi komunikasi menggunakannya untuk menyusun strategi yang tepat. Di bagian ini akan dipaparkan metode-metode yang telah disebutkan.

Program ASK adalah program yang ditujukan bagi, oleh dan untuk remaja. Kemitraan yang terbentuk di dalam program ini memiliki nilai inti yang sama yakni pentingnya pelibatan remaja secara bermakna di seluruh tahapan proses kegiatan mulai dari awal hingga akhir kegiatan. Di dalam penelitian ini, remaja dilibatkan sejak dari penyusunan awal disain penelitian termasuk juga di dalam pengumpulan data.

Kajian 1: Pemetaan Media

Pemetaan ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan eksploratif dan bertujuan mengenali saluran-saluran media yang telah dikembangkan, topik yang disajikan dan pengelolaan konten oleh mitra-mitra ASK untuk memastikan bahwa pesan-pesan tersebut sampai pada remaja yang menjadi target di program ini. Teknik yang digunakan dalam pemetaan media adalah wawancara mendalam dan focus group discussions (FGD) yang dilaksanakan bersama perwakilan-perwakilan dan spesial media dari masing-masing mitra ASK. Kedua teknik pengumpulan data tersebut dipilih agar responden mampu membagi pengalaman-pengalamannya dengan lengkap dan jelas. Dengan begitu, pengumpul data pun diberikan kebebasan untuk menggali isu-isu yang dirasa belum jelas.

Pemetaan media yang dilaksanakan dari Mei sampai Agustus 2014 ini melibatkan PKBI Jakarta, PKBI DI Yogyakarta, PKBI Jawa Timur (Surabaya, Jombang, dan Pamekasan), Yayasan Pelita Ilmu, Aliansi Remaja Independen, CD Bethesda, dan Kementerian Sosial Republik Indonesia.

Untuk memastikan para responden menjawab pertanyaan yang sama, digunakan sebuah pedoman. Pertanyaan-pertanyaan dibagi ke dalam dua kelompok:1. Penjelasan umum mengenai organisasi-organisasi mitra ASK (visi dan misi, kegiatan yang sedang berlangsung, dan tujuan masing-masing).2. Penjelasan program yang dikembangkan oleh mitra-mitra (strategi elektronik dan mobile, kegiatan lapangan, penggunaan media, kegiatan yang berkaitan dengan media, komitmen, tantangan dan kesempatan, implementasi dan rencana pengembangan masa depan).

Sebuah acuan dikembangkan untuk memudahkan perbandingan di antara mitra-mitra dan mengenali aspek-aspek terkait strategi komunikasi. Kemudian temuan-temuan dari pemetaan ini digunakan untuk membuat instrumen kajian kualitatif dan lebih jauh dalam mengembangkan strategi komunikasi di tingkat nasional.

Kajian 2: Kajian Kualitatif

Metodologi yang kedua, kajian kualitatif, melibatkan delapan mitra ASK. Metode ini dimaksudkan untuk mengevaluasi keampuhan menyampaikan pesan-pesan ASK pada remaja di tiga provinsi yang telah disebutkan sebelumnya. Sebelum pengumpulan data, organisasi-organisasi terkait telah menyetujui, seperti lembaga pemasyarakatan dan pemerintah lokal di setiap wilayah. Sejumlah wawancara dan FGD dilaksanakan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan juga bahasa

Pada 10 – 13 September 2014 kami memulai kegiatan ini dengan membuat lokakarya penelitian operasional mengundang seluruh mitra yang terlibat di dalam program ASK. Prioritas diberikan kepada staf dan voluntir yang masih remaja.

Setelah lokakarya pembuatan disain penelitian, langkah selanjutnya adalah melatih melibatkan para remaja yang terlibat di dalam program ASK untuk turut menjadi peneliti di dalam riset ini. Pada 14 – 17 September 2014 sebanyak kurang lebih 30 remaja dilatih untuk terlibat bermakna dalam penelitian ini dengan menjadi co-researcher. Hasilnya adalah 30 remaja yang siap turun lapangan mengumpulkan data yang akan memperkaya pemahaman mengenai akses informasi seksualitas remaja di tiga wilayah di Indonesia!

daerah. Pengumpulan data ini dijalankan selama jenjang Oktober sampai November 2014. Pengumpul data di lapangan merupakan para remaja yang diambil dari setiap mitra dan sebelumnya telah dilatih soal pengumpulan data.

Karakteristik SampelPeserta di kajian ini adalah remaja berusia 14-24 tahun yang diambil dari komunitas-komunitas lokal dan tak terlayani dibawah pengawasan delapan mitra di ketiga provinsi. Totalnya ada 32 komunitas: sebanyak dua belas (12) komunitas berada di Jakarta, sebelas (11) di Yogyakarta, dan sembilan (9) di Jawa Timur. Komunitas-komunitas tersebut adalah perwakilan remaja dengan HIV & AIDS, tahanan, pengguna NAPZA, pelajar dari daerah terpencil, berkebutuhan khusus, anggota forum remaja, LGBT, anak jalanan, dan komunitas-komunitas dengan kegemaran aktivitas atau hobi (skateboarding, sepeda, membatik, dan sebagainya). Selanjutnya, responden dikelompokan dalam dua kategori: remaja berisiko rendah dan remaja berisiko tinggi. Pelajar, difabel dan remaja di komunitas hobi termasuk dalam kategori remaja berisiko rendah, sementara sisanya termasuk dalam remaja berisiko tinggi.

Secara keseluruhan terdapat 34 wawancara terstruktur (setiap wawancara berdurasi 45-60 menit) dan dilaksanakan oleh peserta yang sebelumnya sudah pernah mengakses media mitra. Untuk perbandingan, sebanyak 21 wawancara dilakukan terhadap peserta yang belum pernah mengakses media mitra. Berikut pembagiannya:

WilayahJumlah Peserta yang Pernah Mengakses

Jumlah Peserta yang Belum Pernah Mengakses

Jakarta 21 6Yogyakarta 6 9Jawa Timur 7 6TOTAL 34 21

Sebagai tambahan, sebanyak 20 focus group discussion juga dilaksanakan (masing-masing berdurasi 60-90 menit). Setiap sesinya terdiri dari tiga sampai tujuh peserta dengan total keseluruhan sebanyak 132 peserta (yang sudah pernah maupun belum pernah mengakses media-media mitra).

Tabel 1: Peserta Wawancara semi-terstruktur

98

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi InformasiRemaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

Page 6: Remaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

1110

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi InformasiRemaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

WilayahJumlah Grup yang Pernah Mengakses

Jumlah Grup yang Belum Pernah Mengakses

Jakarta 6 4Yogyakarta 5 1Jawa Timur 4 0TOTAL 15 5

Tabel 2: Peserta FGD

Sebelum pengumpulan data dimulai, para pengumpul data diminta untuk menandatangani kesepakatan dan izin untuk merekam percakapan. Para peserta juga diberikan penjelasan soal tujuan riset, kerahasiaan data, dan kesukarelaan partisipasi mereka.

Topik Wawancara dan Focus Group DiscussionTopik-topik untuk wawancara dan diskusi berhubungan dengan tujuan dari penelitian operasional: (1) untuk mengenali kebutuhan informasi yang paling tinggi bagi remaja yang tak terlayani; dan (2) untuk mengenali saluran informasi langsung dan konten agar bisa memberikan masukan terhadap cara-cara membagi informasi untuk seluruh mitra ASK.

Peserta yang pernah mengakses. Setiap peserta diwawancarai mengenai pengalaman mereka mengakses media mitra. Khususnya, peserta ditanyai mengenai keuntungan, topik-topik, saluran informasi, dan layanan yang terdapat di media. Sebagai tambahan, mereka juga diminta untuk berbagi pandangan umum mengenai informasi media di masa mendatang juga informasi yang paling dibutuhkan oleh remaja.

Peserta yang belum pernah mengakses. Setiap peserta diwawancarai mengenai pengalamannya soal social media. Khususnya, para peserta ditanyai mengenai pandangan mereka soal informasi media di masa mendatang yang dapat memahami hambatan mereka dalam mengakses saluran-saluran media mitra di masa lalu. Sebagai tambahan, mereka juga ditanyai mengenai informasi apa yang mereka paling butuhkan.

Kajian 3: Analisis Konten

Pada bagian ini, sebuah konten analisis sederhana dilakukan terhadap sosial media mitra-mitra ASK dengan cara: 1. menghitung jumlah pesan dari dua social media (Facebook dan Twitter),2. mengkodekan pesan-pesan tersebut yang berkaitan dengan isu dalam program.

1.3.LatarBelakangDemografisdan Sosial-Budaya

Sama halnya dengan wilayah jangkauan program ASK, penelitian operasional ini juga dilaksanakan di tiga provinsi, yaitu DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Perbedaan latar belakang demografi, sosial dan budaya mempengaruhi pendekatan yang dipilih oleh setiap mitra di wilayahnya.

DKI JakartaJakarta dikenal sebagai megapolitan dengan penduduk sebanyak 16 juta (BPS, 2012). Jakarta memiliki lima kawasan yang memiliki karakteristik sosial masing-masing. Usia rata-rata penduduk Jakarta adalah 22-28 tahun (BPS, Jakarta dalam Angka 2012). Ini menunjukkan bahwa populasi DKI Jakarta adalah kelas menengah dan didominasi oleh usia produktif. Khususnya, jenjang usia dalam kategori dewasa muda.

Sebagai ibukota negara, Jakarta juga merupakan pusat bisnis, perdagangan dan pemerintahan. Jakarta juga merupakan kota dengan jaringan dan akses internet yang paling memadai dibanginkan tiga provinsi. Ini mendukung penggunaan smartphone secara luas di antara remaja. Pada tahun 2013, menurut data Nielsen Media, Jakarta merupakan kota dengan penggunaan smartphone tertinggi di kalangan remajanya (tertinggi dibandingkan dengan Jawa Timur, Medan, Makassar, dan DI Yogyakarta).

Jakarta juga dianggap sebagai kota di mana berbagai etnik berada. Kejamakan dan budaya urban mempengaruhi gaya hidup anak muda di kota, lepas dari psiko-demografis mereka. Umumnya, remaja di Jakarta lebih terpapar media dan lebih familiar terhadap penggunaan social media dan teknologi elektronik dan mobile. Radio juga populer di kalangan remaja yang ingin mendapatkan informasi dan hiburan. Pendekatan seksualitas yang “selama tidak terlalu jelas” membuat isu-isu terkait seks masih tabu di masyarakat Jakarta. Seks dan kencan menjadi topik yang populer di kalangan remaja yang didiskusikan di permainan namun tak terdapat pendidikan seksualitas yang layak di sekolah.

DI YogyakartaDaerah Istimewa Yogyakarta dapat dibilang merupakan jantung dari kebudayaan Jawa, di mana masih terdapat keraton Mataram dan sultan masih menjabat gubernur provinsi. Secara demografis, komposisi dari populasi Yogyakarta didominasi oleh kelas menengah kelompok usia 27-35 tahun. Dikenal sebagai kota pelajar, remaja di Yogyakarta memiliki latar belakang multikultural yang menciptakan masyarakat yang unik. Banyak kelompok dan perkumpulan dengan karakter dan fokus yang berbeda-beda. Terdapat kumpulan anak jalanan dan

Pesan-pesan yang dianalisis adalah pesan yang disajikan oleh para mitra melalui Facebook dan Twitter dalam jenjang waktu Agustus sampai September 2014.

Isu-isu utama dalam program ASK adalah:1. Gender, LGBTIQ2. HIV & AIDS3. Kekerasan terhadap perempuan dan anak4. Dasar-dasar seksualitas5. Kesehatan reproduksi6. Life skills7. Kekerasan dalam pacaran8. Pernikahan anak9. Kehamilan yang tidak diinginkan dan kehamilan remaja10. Penyakit menular seksual11. Hubungan yang setara12. Perilaku-perilaku berisiko

Ada 13 media yang dikembangkan oleh mitra-mitra ASK yang terlibat dalam kajian analisis konten ini:

Guetau.com Gubug Sebaya PKBI Jatim

PKBI DIY YC PKBI Pamekasan

Aliansi Remaja Independen (ARI)

ProCare Clinic

Rutgers Tesa 129 – Kementerian Sosial RI

LECenter PKBI Yayasan Pelita Ilmu (YPI)

CD ethesda Sebaya PKBI Jombang.

Sobat ASK

Kajian 4: Penyusunan strategi Komunikasi

Berdasarkan temuan dan rekomendasi dalam riset operasional, seorang konsultan strategi komunikasi dan Rutgers WPF Indonesia memberikan asistensi teknis kepada seluruh mitra ASK. Konsultasi ini membantu para mitra untuk menggunakan hasil kajian dalam strategi komunikasi mereka. Selain itu, konsultan juga telah mengembangkan panduan untuk materi komunikasi sebagai strategi komunikasi bersama.

komunitas dengan beragam hobi. Yogyakarta memiliki lima kawasan (Sleman, Kulon Progo, Gunung Kidul, Bantul, dan Kota Yogyakarta), di mana program ASK dilaksanakan.

Di antara kelima kawasan tersebut, Kota Yogyakarta dan Sleman adalah kota dengan penggunaan teknologi elektronik dan mobile tertinggi di antara kalangan remajanya. Sementara, tiga kawasan lainnya relatif lebih rendah mengingat lebih rendahnya pengguna smartphone dan layanan internet yang tidak memadai. Talk show radio, konseling langsung ke komunitas dan sekolah-sekolah pun menjadi pilihan dalam menggapai remaja di Bantul, Gunung Kidul, dan Kulon Progo.

Jawa TimurDi provinsi Jawa Timur, program ASK dilaksanakan di tiga kawasan: Surabaya, Jombang, dan Pamekasan. Di antara ketiga kawasan tersebut, Surabaya relatif lebih urban dikarenakan perkembangan kota yang pesat dan meningkatnya jumlah populasi. Sebagai ibukota provinsi Jawa Timur, Surabaya juga termasuk kota metropolitan yang pada akhirnya berdampak pada gaya hidup remajanya. Kini, dengan lebih banyaknya ruang terbuka di Surabaya, dinamika di kalangan remaja juga berubah. Beraneka ragamnya komunitas yang muncul di Surabaya dalam dua tahun terakhir ini juga merupakan dampak dari sambungan internet yang lebih baik dan kebiasaan pada social media dan teknologi elektronik dan mobile. Lepas dari karakteristik urbannya, Surabaya juga memiliki etnik yang beraneka ragam.

Percakapan mengenai seks dan hubungan umum di antara permainan, namun tidak di forum dan ruang-ruang publik. Tak ada pendidikan seksualitas yang layak di sekolah. Car free day yang diadakan di Surabaya setiap Minggu dari pukul 6-10 pagi merupakan kesempatan yang bagus bagi komunitas-komunitas untuk mengadakan acara publik dan menunjukkan keberadaan mereka.

Sementara, Jombang merupakan kota dengan ukurang yang sedang dengan populasi sebanyak 1.217.560 dengan keberadaan pesantren yang banyak. Banyak dari tokoh-tokoh dan cendekiawan Islam berasal dari Jombang. Masyarakat Islam Jombang sangat dipengaruhi oleh kyai yang memberikan dasar-dasar moral bagi kehidupan sehari-hari. Penggunaan telepon mobile tinggi, terutama penggunaan SMS dan BBM.

Meskipun begitu, social media belum optimal. Ini berarti remaja di Jombang yang kebanyakan adalah santri belum begitu terekspos oleh teknologi elektronik dan mobile. Radio populer bagi remaja untuk mendapatkan informasi dan hiburan. Jombang juga memiliki car free day setiap Minggu pukul 6-10 pagi yang menjadi ajang bagi

1110

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi InformasiRemaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

Page 7: Remaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

1312

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi InformasiRemaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

komunitas-komunitas motor (yang populer di Jombang) untuk tidak menggunakan kendaraan bermotor mereka pada waktu tersebut. Kesempatan tersebut digunakan oleh komunitas-komunitas untuk saling menunjukkan perhatian dan berinteraksi satu sama lain. Percakapan pribadi mengenai seks dan hubungan populer di kalangan remaja di sekolah sekuler, namun dianggap tidak pantas. Di luar kerelijiusannya, tingkat kasus HIV & AIDS cukup tinggi di sejumlah lokasi “hotspots” di Jombang

Pamekasan cukup berbeda jika dibandingkan dengan Surabaya dan Jombang serta terletak di pulau yang berbeda, Madura. Pamekasan juga memiliki karakteristik sosial yang berbeda. Empat pengaruh terbesar bagi masyarakat Pamekasan adalah ibu, ayah, guru, dan kyai. Bagaimana pun juga, kyai tetap lebih dominan, terutama dalam membuat keputusan yang berurusan dengan kepentingan bersama.

Tarekat atau praktik mistis umum di kalangan masyarakat Islam di Pamekasan, ini menandakan bahwa kehidupan masyarakat sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai dan norma-norma Islam. Meskipun begitu, remaja tetaplah remaja yang memiliki karakter dinamis layaknya juga remaja di Surabaya dan Jombang. Mereka mengikuti perkembangan informasi dengan cepat. Masalah terbesar di Pamekasan adalah koneksi internet yang buruk dan fasilitas telekomunikasi publik yang tidak memadai. Oleh karena itu, penggunaan social media dan layanan chat online rendah. Radio pun menjadi saluran informasi yang paling populer di kalangan remaja.

1312

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi InformasiRemaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

Page 8: Remaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

1514

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi InformasiRemaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

TEMUAN RISET02

Sepanjang berjalannya penelitian ini, kami mendapatkan berbagai pemahaman menarik terkait bagaimana mitra-mitra yang tergabung di dalam program ASK mengelola strategi komunikasinya; serta kecocokannya dengan kebutuhan riil yang dirasakan oleh remaja.Pada 12 Januari 2015, temuan dari penelitian ini kami lepas dan validasi dengan mengundang seluruh organisasi mitra ASK.

2.1. Apa yang Disebarkan, dan Bagaimana?

Mitra-mitra ASK yang berbasis di Jakarta, Yogyakarta dan Jawa Timur mengangkat berbagai isu yang disesuaikan dengan ruang lingkup kerja para mitra, serta permasalahan sosial yang mereka petakan di daerah masing-masing. Topik-topik yang diangkat melalui kanal media sosial Facebook dan Twitter didominasi oleh topik seputar kesehatan reproduksi (total 326 kali posting), life skills (192 posting), serta pembahasan mengenai dasar-dasar seksualitas. Kanal media sosial yang dipilih oleh para mitra juga didominasi oleh Twitter. Sebanyak total 788 posting di akun Twitter para mitra jauh mengungguli 60 posting di Facebook.

Lingkup kerja masing-masing mitra menjadi salah satu penentu utama seberapa beragamnya topik yang mereka angkat serta medium yang mereka gunakan untuk menyebarkan informasi. Aliansi Remaja Independen, misalnya, mengangkat lebih banyak ragam isu melalui berbagai media karena lingkup kerja mereka sebagai organisasi yang fokus pada kampanye dan advokasi isu. Situs, media sosial, dan metode komunikasi lainnya menjadi salah satu usaha mereka dalam mengkampanyekan isu tersebut dan menggalang dukungan untuk advokasi.

Selain itu, para mitra menyesuaikan strategi komunikasi dengan profil kelompok remaja yang mereka sasar – termasuk ketersediaan akses internet yang berkualitas bagi kelompok yang disasar. Selain menggunakan media baru berbasis internet seperti Facebook, Twitter, Google search engine, Youtube, Instagram, dan Blackberry Messenger, para mitra juga memanfaatkan media konvensional untuk menyampaikan informasi. Baik dalam bentuk cetak maupun elektronik, mitra-mitra ASK mendistribusikan informasi melalui poster, brosur, koran, majalah, talkshow radio, broadcast SMS, helpline, hotline, serta kegiatan offline seperti pengjangkauan dan penyuluhan. Meskipun begitu, kadang mitra ASK tidak berhasil memanfaatkan medium yang sesungguhnya digunakan oleh kelompok remaja yang mereka sasar. Kendala ini akan dibahas lebih lanjut.

Kesenjangan akses internet sangat mempengaruhi strategi komunikasi yang ditentukan mitra-mitra ASK. Hanya anak muda di kota-kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya yang dapat mengakses konten secara rutin melalui media sosial dan kanal-kanal berbasis internet lainnya. Sementara, di daerah-daerah dengan akses internet terbatas seperti Jombang dan Pamekasan, mitra ASK lebih bergantung pada strategi kampanye yang lebih konvensional seperti media cetak, brosur, poster, talkshow di radio lokal, dan kampanye turun ke lapangan seperti penyuluhan ke sekolah dan kunjungan ke komunitas.

Menariknya, tren ini mulai bergeser secara perlahan. Mitra ASK dari PKBI Jombang, misalnya, masih mengandalkan talkshow radio sebagai salah satu strategi komunikasi utama. Padahal, kelompok anak muda yang mereka sasar lebih menggemari informasi yang disebarkan melalui website, Facebook, dan poster. Temuan ini menunjukkan bahwa mitra-mitra ASK perlu rutin meriset preferensi

ARI/Guetau.com

PKBI Jakarta

YPI

PKBI DIY (Yogyakarta)

CD Bethesda

PKBI Surabaya

PKBI Jombang

PKBI Pamekasan

GenderHIV dan AIDSKekerasan terhadap perempuanPendidikan seksualitasKesehatan reproduksi Life skillsKekerasan dalam pacaran Perkawinan anak

Kesehatan reproduksiLife skills

HIV dan AIDS

Kesehatan reproduksiLife skills

Kesehatan reproduksi

HIV dan AIDSKesehatan reproduksiLife skills

Kesehatan reproduksi

Life skills

MITRA TOPIK

Topik SRHR yang disebarkan oleh mitra program ASK melalui Facebook dan Twitter

1514

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi InformasiRemaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

Page 9: Remaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

1716

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi InformasiRemaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

ARI/Guetau.com

PKBI Jakarta

YPI

PKBI DIY (Yogyakarta)

CD Bethesda

PKBI Surabaya

PKBI Jombang

PKBI Pamekasan

guetau.com adalah kanal yang paling popular untuk berbagi informasi

aliansiremajaindependent.org adalah kanal yang paling popular untuk advokasi Social media (Facebook dan Twitter)Penjangkauan komunitas kepada remaja di komunitas dan sekolah

Radio talkshowsHelpline/hotline

Social media (Facebook and Twitter)Radio

SMS gateaway/hotlineRadio talkshow

Social media (Facebook and Twitter)Radio

Penjangkauan komunitasRadio talkshow

FacebookRadio talkshow

Website, E-course, Materi cetak, RadioTV,Suvenir

Facebook, Google, Twitter, Kurikulum sekolahBrosur, Interaksi tatap muka

Facebook, Twitter, Website, GoogleBlackberry Messenger, YoutubeInteraksi tatap muka , PosterInstagram, Path

Facebook, Twitter, Aktivitasdi sekolah/kampus/komunitas , Instagram, Blog, Souvenir

TV, Koran, Majalah, Website, FilmSekolah

Google, Facebook, TwitterBlackberry Messenger, PosterRadio, Koran, Instagram, Youtube

Roadshow ke sekolahWebsites, Facebook, Posters

Radio, Aktivitas di lapanganFacebook, Koran

Mitra Kanal media yang paling banyak digunakan oleh mitra

program ASK

Kanal media yang paling banyak digunakan oleh

responden remaja

terbaru remaja yang mereka sasar, untuk tahu strategi komunikasi apa yang paling efektif. Ini juga memberi mereka ruang untuk mengajak remaja berpartisipasi dalam merancang dan merencanakan program serta aktivitas mitra.

2.2. Informasi yang Dibutuhkan

Meski mitra-mitra ASK telah mengangkat isu-isu yang dibutuhkan oleh remaja seperti isu gender, HIV & AIDS, relasi, kekerasan seksual, dan kesehatan reproduksi, masih banyak topik lain yang belum dibahas secara mendalam. Responden remaja mengaku membutuhkan konten terkait isu pubertas, menstruasi, kekerasan dalam hubungan, kondom dan kontrasepsi, LGBTIQ, perilaku seksual, aborsi, pekerja seks, hubungan sehat, dan infeksi menular seksual.

Informasi terkait HIV & AIDS dan Infeksi Menular Seksual, misalnya, dianggap mampu membantu anak muda untuk mengetahui bagaimana cara menghindari infeksi menular seksual, menyadari bahwa banyak remaja menghadapi masalah serupa dan membuat mereka merasa terhubung dengan satu sama lain, serta memahami bahwa HIV dapat ditangani dengan terapi ARV.

Remaja ingin menjadi yang terdepan, dan mengetahui semua informasi ini membuat mereka merasa mampu menyebarkan informasi tersebut kepada teman-temannya. Inisiatif dari remaja untuk menyebarkan informasi ini sangat penting, karena banyak remaja yang penasaran dan butuh informasi tentang HKSR, namun sulit mengakses informasi yang akurat karena dianggap tabu dan tak bisa dibicarakan secara terbuka.

Infografik di atas menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan antara informasi yang disediakan mitra-mitra ASK dengan informasi yang sesungguhnya dibutuhkan oleh remaja. Oleh karena itu, para mitra perlu terus bekerjasama dengan kelompok remaja untuk memastikan bahwa isi konten yang mereka sediakan memang sesuai dengan kebutuhan remaja yang mereka sasar.

Sebenarnya, isu SRHR termasuk salah satu topik yang penting bagi remaja dan menarik untuk dibicarakan. Namun, topik tersebut masih dianggap tabu, sehingga sulit bagi remaja untuk membicarakannya secara terbuka. Remaja pun tertarik pada ruang-ruang di mana mereka bisa bertemu dan mengobrol dengan sesama remaja, berkenalan dengan teman-teman baru, dan mendiskusikan topik-topik “tabu” tersebut tanpa kehadiran figur otoritas seperti orang tua. Seperti yang telah disinggung di atas, kecenderungan inilah yang membuat media sosial begitu populer bagi remaja. Di sana, mereka bisa membicarakan hal-hal yang menarik

• HIV/AIDS • Kesehatan Reproduksi

• Lesbian Gay Biseksual • Transgender (LGBT) • Aborsi • Perilaku kekerasan• Pernikahan dini

• Seks yang aman • Infeksi Menular Seksual• Orientasi seksual• Pola hidup sehat

• Kondom

• Kekerasan dalam pacaran • HIV/AIDS• Narkoba• Infeksi Menular Seksual• Kesehatan Reproduksi

• Pacaran • Informasi terkait Perkembangan Remaja• Perilaku Seksual• Apa itu Gender• Kehamilan yang tidak diinginkan• Aborsi• Lesbian Gay Biseksual Transgender (LGBT)• Pekerja Seks Komersial (PSK)• Gambar (visualisasi) penyakit

2.3. Apa saja informasi YAnG SuDAh didapatkan remaja?

2.4. Apa informasi YAnG BeLuM remaja dapatkan?

bagi mereka, dengan teman-teman mereka sendiri, dan dalam bahasa dan pendekatan mereka sendiri, tanpa harus khawatir dirundung orang tua.

Merebaknya ruang semi-privat ini bisa membantu remaja lebih dewasa dalam menyikapi berbagai isu dan membiasakan diri bertukar pikiran dengan orang lain. Namun di sisi lain, ada kekhawatiran bahwa informasi yang keliru bisa menyebar dengan luas di kalangan remaja bila ruang-ruang ini tidak diintervensi – terutama informasi terkait SRHR. Karena itulah, mitra-mitra ASK harus berhati-hati dalam memasuki ruang interaksi remaja. Mereka perlu menyisipkan informasi yang akurat tanpa terkesan menggurui dan mengganggu ruang pribadi remaja.

Kepercayaan bisa dibangun dengan memperbaharui informasi secara rutin dan memastikan bahwa staff media di masing-masing mitra ASK memiliki kemampuan untuk mengelola media secara konsisten, mampu bertindak sebagai konselor dan fasilitator, dan sadar

1716

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi InformasiRemaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

Page 10: Remaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

1918

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi InformasiRemaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

akan perkembangan-perkembangan terbaru dalam isu SRHR. Ketertarikan pembaca dapat dibangun dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan judul yang menarik, mengurangi istilah medis yang terlalu sulit, dan tidak mengunggah foto organ seksual dan infeksi menular seksual yang “vulgar”. Remaja yang disurvei dalam penelitian ini juga mengaku lebih menyukai konten yang dapat membicarakan isu SRHR dari sisi agama tanpa terkesan menggurui, menggunakan fitur menarik seperti visual (gambar, animasi, infografik, meme) serta audiovisual (video), menghindari topik-topik yang terlalu politis dan tidak relevan, serta memungkinkan adanya dialog dan komentar

2.5. Kendala

Anggapan bahwa isu SRHR sangat tabu untuk dibicarakan membuat remaja sulit membicarakan SRHR secara terbuka dan mengakses informasi yang akurat. Meski semakin meratanya akses internet memberi peluang bagi remaja untuk mendapat berbagai informasi, banyak pembaca masih belum memiliki kemampuan untuk menimbang informasi mana yang akurat atau tidak. Tidak semua sumber informasi yang disajikan ke remaja di media sosial bisa dipercaya. Sayangnya, informasi keliru ini begitu cepat disebarkan oleh remaja tanpa disaring. Remaja dihadapkan dengan banjir informasi dan opini, yang justru membuat mereka sulit memahami informasi yang sebenarnya. Kecenderungan ini bukannya tidak disadari oleh remaja. Mereka masih mempercayai media-media yang lebih mapan dan dikenal, seperti media korporasi, untuk mendapatkan informasi yang dianggap lebih akurat ketimbang informasi yang berseliweran di media sosial.

 2.6. Ahli dan terpercaya namun berstatus sebagai relawan

Penelitian ini menunjukkan bahwa di kalangan remaja, mitra-mitra ASK sudah dianggap sebagai sumber rujukan informasi yang terpercaya terkait SRHR. Namun, tak semua mitra memiliki pekerja tetap di bidang media yang bisa mengembangkan dan mengelola strategi komunikasi ke publik. Hampir semua staff yang bertanggung jawab atas media berstatus relawan. Oleh karena itu, sulit untuk memastikan komitmen jangka panjang mereka di dalam organisasi mitra ASK, dan mengembangkan kapasitasnya lebih jauh.Padahal, pengembangan kapasitas dalam berbagai bidang sangat dibutuhkan untuk mitra-mitra ASK. Staff media perlu berdiskusi secara rutin dengan divisi penelitian dan pengembangan, agar terus mendapatkan informasi dan hasil penelitian terbaru terkait HKSR yang bisa diolah untuk publik. Menyediakan jurnal, publikasi

media seperti koran, dan data-data terbaru dari instansi terkait seperti Kementerian Kesehatan akan sangat membantu pemahaman staff media akan isu HKSR. Dengan pengetahuan yang lebih luas ini, konten yang disediakan oleh staff media juga akan jadi jauh lebih beragam.

Kemampuan staff media dalam mengelola konten juga perlu terus dikembangkan. Staff media harus mampu menyediakan informasi yang akurat dan berkualitas, namun tetap ringan dan relevan bagi pembaca. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa remaja cenderung tertarik pada konten yang penuh warna secara visual, dan tidak terkesan terlalu formal atau kaku. Karena itu, konten visual yang sederhana namun menarik secara visual seperti infografik dianggap sebagai contoh konten yang menarik.

Salah satu kunci dari strategi komunikasi pada remaja adalah memastikan adanya interaksi antara mereka dengan penyedia konten. Ketika remaja memberi komentar atau bertanya – baik melalui saluran komunikasi pribadi maupun melalui kolom komentar yang terbuka ke publik – staff media harus memberi respon yang cepat dan ramah. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kemampuan staff media dalam memfasilitasi diskusi dan memberi konseling pada penanya dapat menguatkan kepercayaan remaja pada penyedia konten. Terutama mengingat isu yang dibicarakan oleh mitra-mitra ASK masih dianggap sangat tabu di kalangan remaja, dan informasi yang biasa mereka dapatkan seringkali tidak akurat.

KESIMPULAN03

1

2

3

4

5

6

7

Remaja sebenarnya tertarik menerima informasi terkait HKSR. Namun, karena topik ini dianggap terlalu tabu untuk dibicarakan secara terbuka, mereka memilih untuk mencari tahu dari teman-temannya; atau dari sumber informasi daring yang tidak banyak diawasi figur otoritas seperti orang tua. Karena itulah media sosial, aplikasi, situs, dan sumber informasi daring lainnya penting dimanfaatkan untuk menjangkau remaja.

Penelitian ini menemukan bahwa remaja lebih banyak menggunakan media sosial seperti Facebook dan Twitter ketimbang situs untuk mengakses informasi. Remaja juga sering memanfaatkan mesin pencarian seperti Google untuk mendapat informasi yang mereka butuhkan.

Perkembangan infrastruktur di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta membuat mitra ASK di kota-kota ini perlu menggunakan media elektronik dan mobile untuk menyebarkan informasi terkait HKSR. Namun, di kota-kota kecil di mana remaja memiliki akses terbatas pada internet, banyak mitra ASK masih memanfaatkan cara-cara konvensional seperti brosur, leaflet, poster, talkshow radio, dan SMS blast.

Mitra ASK perlu menyesuaikan konten yang disediakan dengan preferensi remaja. Remaja menginginkan konten yang disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami, dan mengangkat topik yang relevan bagi kehidupan mereka. Sebaiknya, mitra ASK juga menggunakan foto dengan berbagai warna, infografik, animasi, dan medium visual lainnya yang bisa membuat informasi tersebut lebih menarik dibaca.

Meski mitra ASK telah dianggap sebagai sumber informasi yang terpercaya, tidak semua informasi yang dibutuhkan remaja telah diangkat oleh mitra-mitra ASK. Informasi yang tersedia kadang dianggap tidak relevan, tidak konsisten, dan kurang rutin muncul untuk bisa dianggap sebagai sumber yang kuat untuk topik HKSR.

Beberapa topik yang sangat dibutuhkan remaja, namun kurang sering dibahas oleh mitra-mitra ASK adalah:a. HIV & AIDSb. Kesehatan reproduksic. Infeksi menular seksuald. Orientasi seksuale. Pernikahan di bawah umurf. Kekerasan dalam pacaran

Dari delapan mitra ASK yang diteliti, hanya ARI (Guetau.com) dan Gubug Sebaya di Jombang yang menyediakan informasi yang relevan dan konsisten. Mitra-mitra lain dinilai terlalu sering mengangkat topik yang kurang relevan dan menarik; seperti informasi komunitas, kegiatan komunitas, dan topik-topik yang tak terlalu terkait dengan HKSR.

1918

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi InformasiRemaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

Page 11: Remaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

2120

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi InformasiRemaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

REKoMENDASI RISET

04

Semua mitra ASK perlu memiliki tim khusus yang bertugas menangani kanal-kanal media, menyediakan informasi teranyar, dan merespon pertanyaan dari pembaca dan remaja. Staff yang diangkat untuk tim ini perlu memahami isu HKSR, mengenal teknologi informasi, dan paham bagaimana caranya berkomunikasi secara efektif pada remaja. Selain itu, mereka perlu memiliki ruang gerak dan inisiatif untuk memberi respon secara cepat. Apabila tim ini terlambat atau terlalu lama merespon pertanyaan dan tanggapan remaja, kredibilitas mereka sebagai sumber informasi akan berkurang. Remaja akan mencari informasi dari sumber-sumber lain yang dianggap lebih bisa menanggapi pertanyaan mereka.

Mitra ASK perlu menyediakan konten yang berkualitas dan kredibel, namun tetap mudah dimengerti pembaca. Karena itu, peningkatan kapasitas dalam penulisan konten sangat dibutuhkan oleh mitra-mitra ASK. Kemampuan jurnalistik dasar juga penting bagi para staff media. Dalam menyajikan konten, mitra ASK perlu memilih foto-foto yang menarik namun tidak melanggar kaidah jurnalistik, serta mendiskusikan topik sensitif tanpa mengundang debat kusir.

1

2

2120

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi InformasiRemaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

Page 12: Remaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

2322

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi InformasiRemaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

MENTRANSFoRMASI RISET MENJADI PENGUAT AKSI DI LAPANGAN

05

5.1. Tindak Lanjut 1: Asistensi teknis kepada seluruh mitra program ASK oleh Rutgers WPF Indonesia dan konsultan komunikasi

Asistensi teknis dilakukan untuk membantu organisasi yang tergabung dalam kemitraan ASK untuk mengembangkan strategi komunikasi sebagai salah satu rekomendasi penelitian operasional. Secara spesifik, konsultan strategi komunikasi berkolaborasi dengan tim riset untuk menerjemahkan rekomendasi tersebut menjadi sebuah strategi bersama mitra, baik secara lokal maupun nasional.

Sebelum menjalani asistensi teknis ini, konsultan telah membuat naskah untuk keseluruhan materi komunikasi nasional dan mendiskusikannya bersama tim peneliti, Rutgers WPF Indonesia, dan mitra-mitra ASK dalam sebuah rapat konsolidasi. Salah satu strategi bersamanya adalah dengan menggunakan slogan “Kamu tidak sendirian” yang bertujuan untuk merangkul seluruh remaja.

Asistensi dilakukan oleh konsultan strategi komunikasi dan staff komunikasi Rutgers WPF Indonesia kepada mitra yang melakukan kegiatan komunikasi untuk menjangkau remaja marjinal. Asistensi ini dilakukan dengan mendatangi mitra satu per satu. Menurut Glenn Marsalim, konsultan, target dari program ASK yang adalah remaja tak terlayani, berisiko tinggi, dan netizen menjadi tantangan terbesar setelah penetrasi internet yang belum merata di seluruh daerah jangkauan mitra. Maka, untuk membuat pesan menyebar dan dapat digunakan terhadap berbagai jenis remaja, “Kamu tidak sendirian” pun dianggap menjadi pesan yang paling cocok dan mengena bagi berbagai jenis remaja.

Di pertemuan asistensi teknis ini, konsultan berusaha mengajak mitra untuk menjaga agar kampanye ASK tetap dalam tema “Kamu Tidak Sendirian”, meski cara penyampaiannya bisa berbeda-beda disesuaikan dengan gaya dan target masing-masing mitra. Selain itu, kreativitas dalam penggunaan medium internet pun menjadi pokok pengawasan. Tentunya dengan

pemahaman akan tantangan dan keistimewaan masing-masing wilayah mitra.

Tantangan lainnya adalah ketidakseragaman kapasitas, pemahaman dan kepabitilas para mitra untuk mendapatkan hasil maksimal sesuai dengan kondisi masing-masing mitra.

Kapan?Asistensi teknis dilakukan selama minggu pertama Februari 2015 dengan mengunjungi seluruh mitra pelaksana program ASK.

Panduan komunikasi sebagai tindak lanjut penelitian operasional

Pesan Komunikasi Program Sobat ASK

Rasionalisasi

• Program Sobat ASK adalah program yang menyasar remaja marjinal di lima provinsi di Indonesia. Seluruh mitra memiliki kekhasannya masing-masing dalam hal program dan juga layanan yang diberikan. Oleh sebab itu, diperlukan satu pesan utama untuk memperkenalkan program ASK kepada remaja marjinal.

• Pesan komunikasi ditujukan untuk memperkenalkan program karena isu yang diangkat oleh program ASK sangatlah spesifik di kesehatan reproduksi dan seksualitas remaja. Sudah banyak inisiatif yang dilakukan baik oleh LSM maupun pemerintah untuk menyasar remaja, namun belum ada satu pesan khusus yang mengena dan bisa diterima oleh remaja khususnya remaja marjinal.

• Situs www.sobatask.net menjadi pintu masuk bagi remaja marjinal untuk mengetahui berbagai pilihan yang bisa mereka ambil terkait kesehatan reproduksi dan seksualitas mulai dari konseling, pengenalan akan hak seksual dan reproduksi, layanan kesehatan, hingga keterlibatan dalam program.

2322

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi InformasiRemaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

Page 13: Remaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

2524

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi InformasiRemaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

Kepada siapakah kita berkomunikasi?

Program ASK sejak awal dirancang untuk menyasar remaja-remaja berikut. • Remaja marjinal (LGBT, difabel, ibu muda, hingga ODHA. • Remaja yang menggunakan saluran elektronik dan mobile. • Remaja di lima provinsi target program ASK.

Namun, ada gap besar dalam pelaksanaan program berdasarkan temuan penelitian dan asistensi teknis, yakni: • tidak adanya statistik secara khusus terkait jumlah remaja marjinal di Indonesia; • definisi remaja marjinal di Indonesia sangatlah beragam hingga mencakup remaja pesantren, remaja di komunitas hobi, hingga remaja dengan kebutuhan khusus lainnya; • keseluruhan mitra berusaha untuk menggunakan pendekatan khusus untuk setiap kelompok remaja dengan sumber daya program yang terbatas; • remaja marjinal memiliki akses yang terbatas terhadap saluran electronik dan mobile. Lebih spesifiknya, akses internet bagi remaja marjinal tidak memadai.

Untuk menyiasati sangat beragamnya jenis remaja marjinal dalam konteks Indonesia, terbatasnya akses remaja marjinal terhadap electronic and mobile channel dan juga ambisi untuk menjangkau sebanyak mungkin remaja marjinal, berikut adalah strateginya:

Target utama program ASK IDEALNYA akan diarahkan kepada remaja

underserved : menyasar remaja yang belum memiliki akses layanan kesehatan seksual dan reproduksi dengan baik dibandingkan remaja lainnya yang lebih memiliki akses dan kemudahan.

high-risk : beresiko tinggi dalam hal kesehatan reproduksi, kekerasan, hingga seksualitas

netizen : remaja yang aktif dan paham dalam menggunakan internet

Karena remaja tak terlayani (underserved) dan berisiko tinggi (high risk) tidak secara umum memiliki akses internet yang baik, maka komunikasi akan diarahkan kepada dua kelompok, yaitu:

1. remaja tak terlayani, berisiko tinggi, dan netizen; dan2. remaja tak terlayani, berisiko tinggi, dan non-netizen.

Berdasarkan pembagian ini, strategi komunikasi yang dilakukan akhirnya akan menyasar kepada seluruh remaja di lima provinsi dengan asumsi sebagai berikut:

• Remaja tak terlayani dan berisiko tinggi adalah juga bagian dari populasi remaja secara umum. Dengan menyasar populasi remaja secara luas, maka kita akan turut berkomunikasi kepada remaja tak terlayani dan berisiko tinggi yang ada di dalamnya.

• Karena tidak seluruh remaja tak terlayani dan berisiko tinggi menggunakan saluran elektronik dan mobile (E & M), maka kita tetap perlu menggunakan saluran komunikasi yang yang bukan E & M untuk menyasar remaja sambil terus-menerus memperkuat dan memperluas distribusi saluran elektronik dan mobile.

Pesan komunikasi yang disampaikan berdasarkan media:

Media komunikasi mainstream- Sekarang ada sarana layanan di internet untuk remaja berkonsultasi mengenai seks, kesehatan reproduksi, secara AMAN, RAHASIA dan TERJANGKAU yakni di www.sobatask.net

Electronic and mobile channel- Sekarang ada sarana layanan kesehatan seksual dan reproduksi baik melalui konsultasi di internet DAN juga rujukan layanan berdasarkan rekomendasi www. sobatask.net dan juga mitra di internet untuk mereka berkonsultasi mengenai seks, kesehatan reproduksi, secara AMAN, RAHASIA dan TERJANGKAU

Media komunikasi mainstream dengan

pesan utama mengajak remaja

mengakses www.sobatask.net

Remaja high risk dan underserved

Remaja high-risk, underserved dan netizen

Electronic and mobile channel dengan

mengajak remaja mengakses

www.sobatask.net dan layanan yang diberikan

oleh masing-masing organisasi

Apakah bukti bahwa layanan ini aman, rahasia dan terjangkau?

• Dikawal oleh jajaran praktisi terpercaya selama puluhan tahun • PKBI Pusat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, dan Bali yang memiliki rekam jejak puluhan tahun dalam menyediakan informasi layanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi remaja • YPI dan CD Bethesda yang memiliki rekam jejak panjang dalam penyediaan akses layanan HIV • Tesa129 Kemensos yang memiliki rekam jejak panjang dalam penyediaan layanan helpline bagi anak

Bagaimana kita mengkomunikasikannya?

INSIGHT: • Mereka selama ini terpinggirkan. Suara mereka tidak didengar apalagi terdengar. • Mereka menyimpan masalah (penyakitnya) sendiri. • Tidak ada tempat untuk berbagi. Bahkan ke keluarga dan orang-orang terdekat. • Tentu mereka ingin keluar dari masalah ini, tapi tidak tahu caranya, dan kalau pun tahu belum tentu bisa melakukannya.

Karenanya, jadilah “TEMAN”• Teman itu mendengarkan tanpa menghakimi.• Teman itu selalu ada bahkan sebelum dibutuhkan.• Teman itu membantu menyelesaikan masalah tanpa mengintimidasi apalagi menguasai.• Teman itu menjaga rahasia selamanya.

Positioning keseluruhan pesan komunikasi: “KAMU TIDAK SENDIRIAN”

• Kamu kini memiliki teman untuk berbagi masalahmu. Teman yang tidak akan menghakimi apapun kesalahan yang pernah kamu lakukan. • Kamu bisa menjadi dirimu sendiri dan tidak perlu ragu apalagi takut bersamanya.• Dia adalah teman yang akan terus mendampingimu.

AMATI - PAHAMI – SIKAPI• AMATI: masalah dan kebutuhan target audience• PAHAMI: kendala atas penyelesaian masalah mereka• SIKAPI: perlakukan diri kita setara dengan mereka

2524

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi InformasiRemaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

Page 14: Remaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

2726

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi InformasiRemaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

5.2. Tindak lanjut 2: peluncuran Sobat ASK “Remaja, Seksualitas & Teknologi”

Sebagai terusan dari perencanaan strategi komunikasi nasional, maka sebuah situs web dibuat sebagai wadah gabungan bagi seluruh mitra. Situs web beralamat sobatask.net berisi konten-konten berupa artikel yang ditulis dengan gaya anak muda, berupa tips, dan bahasan isu-isu yang kerap dianggap tabu namun banyak dicari oleh remaja.

Selain website, di dalamnya juga terdapat e-course yang bernama Ruang Belajar. Ruang Belajar berupa lima bab pemaparan pendidikan seksualitas komprehensif dasar yang diadaptasi dari modul yang telah ada dalam bentuk video animasi.

Untuk menjangkau remaja yang berinternet secara mobile, kami membuat aplikasi Android Sobat ASK yang menampilkan apa yang ada di situs web terutama artikel.Dalam rangka menyebarluaskan hasil penelitian operasional ini, sekaligus juga memperkenalkan hasil

kerja kemitraan kami berupa situs web, e-course, dan aplikasi Android Sobat ASK, maka acara peluncuran pun dilakukan pada Agustus 2015. Acara ini bertema “Remaja, Seksualitas & Teknologi” #KamuTidakSendirian. Acara berlangsung pada Selasa 4 Agustus 2015 bertempat di Erasmus Huis Jakarta dengan mengundang lebih dari 100 peserta. Acara dimeriahkan oleh remaja, akademisi, LSM, public figure, hingga media massa.

Acara berupa perpaduan antara diskusi, talk show, dan hiburan, yang diisi oleh Dena Rachman (yang menjelaskan soal bullying di internet), Dytha Caturani (yang menjelaskan bagaimana menghadapi bullying di internet), dan Ignatius Haryanto (sebagai salah satu peneliti operational research). Sementara itu, Nia Dinata sebagai public figure sekaligus orangtua yang memiliki anak remaja turut meluncurkan e-course Ruang Belajar dan aplikasi Android Sobat ASK bersama Monique Soesman, Direktur Rutgers WPF Indonesia.

2726

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi InformasiRemaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

Page 15: Remaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

2928

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi InformasiRemaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

Hasil dan peluncuran penelitian ini telah diliput oleh berbagai media. Di antaranya:

MeDIA OnLIne

“Remaja cari informasi seksualitas dari media sosial” (Antaranews.com, 4 Agustus 2015)

LIPUTAN MEDIA06

Di-Bully di Media Sosial, Dena Rahman Mantap Jadi Perempuan” (Suara.com, 5 Agustus 2015)

“Rutgers WPF Rilis Situs Seputar Seksualitas yang Aman untuk Remaja” (Metro TV News, 4 Agustus 2015)

“Rutgers WPF Indonesia Luncurkan Kursus ‘Online’ Kesehatan Reproduksi” (Beritasatu.com, 4 Agustus 2015)

“Remaja Penasaran Tentang Seks? Medsos Jadi Sumber Informasi” (Tempo Online, 4 Agustus 2015)

“Remaja Penasaran Tentang Seks? Medsos Jadi Sumber Informasi” (Tempo Online, 4 Agustus 2015)

2928

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi InformasiRemaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

Page 16: Remaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

3130

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi InformasiRemaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

Digital engagement selama peluncuran Sobat ASK”

3130

Remaja, Seksualitas, dan Teknologi InformasiRemaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

Page 17: Remaja, Seksualitas, dan Teknologi Informasi

Ingin tahu lebih banyak tentang laporan penelitianterkait dengan program ASK

silakan kontak kami [email protected]

www. rutgerswpfindo.org