REKRISTALISASI
Ristia Purwodiningsih
4311412011
Rombel 1
Ringkasan
Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat
yang jamak digunakan, dimana zat-zat tersebut atau zat-zat padat
tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan
kembali. Prinsip dari rekristalisasi, yaitu dua atau lebih senyawa
memiliki kelarutan yang berbeda pada pelarut yang sama dan hanya
molekul-molekul yang sama yang mudah masuk ke dalam struktur lattik
kristalnya, sedangkan molekul-molekul lain/pengotor akan tetap di
dalam larutan atau berada diluar kristalnya. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam memilih pelarut yang sesuai adalah sebagai
berikut: pelarut tidak hanya bereaksi dengan zat yang akan
dilarutkan, pelarut hanya dapat melarutkan zat yang akan dimurnikan
dan tidak melarutkan zat pencemarnya, titik didh pelarut harus
rendah, hal ini akan mempermudah pengeringan kristal yang
terbentuk, titik didih harus lebih rendah dari titik leleh zat yang
akan dimurnikan agar zat tersebut tidak terurai. Secara runtut
proses rekristalisasi dapat dituliskan sebagai berikut : melarutkan
padatan ke dalam pelarut yang mendidih, jika pelarut ditambahkan
karbon aktif untuk memisahkan pengotor yang dapat diserap,
menyaring larutan di dalam keadaan panas, mendinginkan larutan
panas untuk membentuk kristal, memisahkan kristal dari pelarut
dengan penyaringan dan mencuci kristal dengan pelarut baru untuk
menyempurnakan pemisahan pengotor, mengeringkan kristal dengan
evaporasi. Salah satu contoh dari rekristalisasi adalah proses
pembuatan Aspirin. Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat
dengan anhidrida asam asetat menggunakan katalis H2SO4 pekat
sebagai zat penghidrasi.BAB IPENDAHULUAN
1.3 Latar Belakang
Secara mendasar, proses pemisahan dapat diterangkan sebagai
prosesperpindahan massa. Proses pemisahan sendiri dapat
diklasifikasikan menjadi proses pemisahan secara mekanisme atau
kimiawi. Pemilihan jenis proses pemisahan yang digunakan bergantung
pada kondisi yang dihadapi. Pemisahan secara mekanis dilakukan
kapanpun memungkinkan karena biaya operasinya lebih murah dari
pemisahan secara kimiawi. Untuk campuran yang tidak dapat
dipisahkan melalui proses pemisahan mekanis, proses pemisahan
kimiawi harus dilakukan. Proses pemisahan suatu campuran dapat
dilakukan dengan berbagai metode. Metode pemisahan yang dipilih
bergantung pada fasa komponen penyusun campuran. Suatu campuran
dapat berupa campuran homogen (satu fasa) atau campuran heterogen
(lebih dari satu fasa). Suatu campuran heterogen dapat mengandung
dua atau lebih fasa: padat-padat, padat-cair, padat-gas, cair-cair,
cair-gas, gas-gas, campuran padat-cair-gas, dan sebagainya. Pada
berbagai kasus, dua atau lebih proses pemisahan harus
dikombinasikan untuk mendapatkan hasil pemisahan yang diinginkan.
(Wikipedia,2013)Rekristalisasi berasal dari kata re dan
kristalisasi. Re artinya kembali sedangkan kristalisasi berarti
proses mengkristalkan. Jadi rekristalisasi adalah pengkristalan
kembali dari Kristal zat yang sudah terlarut oleh pelarut dalam
suatu campuran/larutan dengan cara pemanasan dan penguapan. Dengan
kata lain kristalisasi merupakan salah satu cara pemisahan atau
pemurnian Kristal-kristal yang larut dalam suatu larutan. Dasar
proses rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan dalam pelarut pada
suhu tertentu. Dalam proses yang sederhana, pemisahan zat ini hanya
cukup dengan penguapan. Larutan sampai kering dan terbentuk Kristal
baru yang mempunyai sifat fisika yang sedikit berbeda dari Kristal
semula. Contoh sederhana dari rekristalisasi adalah pembuatan garam
oleh para penambang garam di tepi pantai, hanya dengan penguapan
alami.(Karyadi,1994)1.2 Permasalahan
1. Apa pengertian dari rekristalisasi ?
2. Bagaimana dari rekristalisasi ?
3. Apa contoh dari rekristalisasi ?1.3 Tujuan
4. Untuk mengetahui pengertian dari rekristalisasi.
5. Untuk mengetahui tahapan dari rekristalisasi.
6. Untuk mengetahui contoh dari rekristalisasi.
1.4 Manfaat
Untuk memberikan informasi mengenai pemurnian zat dengan cara
rekristalisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian RekristalisasiRekristalisasi merupakan salah satu
cara pemurnian zat padat yang jamak digunakan, dimana zat-zat
tersebut atau zat-zat padat tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut
kemudian dikristalkan kembali. Cara ini bergantung pada kelarutan
zat dalam pelarut tertentu di kala suhu diperbesar. Karena
konsentrasi total impuriti biasanya lebih kecil dari konsentrasi
zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi impuriti yang
rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi
tinggi akan mengendap (Arsyad, 2001).
Rekristalisasi adalah metode pemurnian padatan-padatan organic
yang mempunyai kecenderungan membentuk kisi-kisi kristal melalui
penggabungan molekul yang mempunyai bentuk, ukuran, dan gaya ikatan
yang sama. Rekristalisasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses
pemisahan padatan senyawa organik. Biasanya proses ini dilakukan
dengan cara fussion atau melting atau dengan dissolution yang
diikuti dengan pengkristalan sehingga pengotor tetap berada di
dalam pelarut. Prinsip umum rekristalisasi yaitu jika terjadi
penurunan temperatur, maka padatan menjadi kurang larut (Korro,
1961).
Proses kristalisasi adalah kebalikan dari proses pelarutan.
Mula-mula molekul zat terlarut membentuk agrerat dengan molekul
pelarut, lalu terjadi kisi-kisi diantara molekul zat terlarut yang
terus tumbuh membentuk Kristal yang lebih besar diantara molekul
pelarutnya, sambil melepaskan sejumlah energy. Kristalisasi dari
zat akan menghasilkan Kristal yang identik dan teratur bentuknya
sesuai dengan sifat Kristal senyawanya. Dan pembentukan Kristal ini
akan mencapai optimum bila berada dalam kesetimbangan.
Untuk merekristalisasi suatu senyawa kita harus memilih pelarut
yang cocokdengan senyawa tersebut. Setelah senyawa tersebut
dilarutkan kedalampelarut yang sesuai kemudian dipanaskan sampai
semuasenyawanya larut sempurna. Apabila pada temperatur kamar,
senyawatersebut telah larut sempurna di dalam pelarut, maka tidak
perlu lagidilakukan pemanasan. Pemanasan hanya dilakukan apabila
senyawatersebut belum atau tidak larut sempurna pada keadaan suhu
kamar.Salah satu faktor penentu keberhasilan proses kristalisasi
danrekristalisasi adalah pemilihan zat pelarut.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih pelarut yang
sesuai adalah sebagai berikut:
1.Pelarut tidak hanya bereaksi dengan zat yang akan
dilarutkan.
2.Pelarut hanya dapat melarutkan zat yang akan dimurnikan dan
tidak melarutkan zat pencemarnya.
3.Titik didh pelarut harus rendah, hal ini akan mempermudah
pengeringan Kristal yang terbentuk.
4.Titik didih harus lebih rendah dari titik leleh zat yang akan
dimurnikan agar zat tersebut tidak terurai.
Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung
pada dua faktor penting yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan
laju pertumbuhan kristal. Jika laju pembentukan inti tinggi, banyak
sekali kristal akan terbentuk, tetapi tak satupun dari ini akan
tumbuh menjadi terlalu besar, jadi terbentuk endapan yang terdiri
dari partikel-partikel kecil. Laju pembentukan inti tergantung pada
derajat lewat jenuh dari larutan. Makin tinggi derajat lewat jenuh,
makin besarlah kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi makin
besarlah laju pembentukan inti. Laju pertumbuhan kristal merupakan
faktor lain yang mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama
pengendapan berlangsung. Jika laju ini tinggi, kristal-kristal yang
besar akan terbentuk yang dipengaruhi oleh derajat lewat jenuh
(Svehla, 1979).
Kristal dapat digolongkan berdasarkan sifat ikatan antara
atom-atom, ion-ion atau molekul-molekul yang menyusunnya.
Penggolongan ini akan lebih mendasar menggunakan jumlah dan jenis
unsure semestinya. Bila hasil rotasi, pantulan atau inverse suatu
benda dapat dengan tepat disuspensi pada benda asalnya, maka
struktur itu dikatakan mengandung unsure seperti simetri tertentu
sumbu rotasi, bidang pantulan (cermin),atau titik pusat .operasi
simetri ini dapat diterapkan pada bentuk-bentuk geometris, pada
siatu benda fisis atau stuktur molekul.Rekristalisasi merupakan
metode yang sangat penting untuk pemurnian komponen larutan
organic. Ada tujuh metode dalam rekristalisasi yaitu: memilih
pelarut, melarutkan zat terlarut, menghilangkan warna larutan,
memindahkan zat padat, mengkristalkan larutan, mengumpul dan
mencuci kristal, mengeringkan produknya (hasil) (Williamson,
1999).Terdapat tiga jenis kristal cair: smektik, nematik, dan
kholesterik. Hubungan struktural antara kristal padat-smektik,
nematik dan kholesterik secara skematik ditunjukkan pada gambar.
Kristal cair digunakan secara luas untuk tujuan praktis semacam
layar TV atau jam tangan. Keteraturan dalam kristal cair.
Keteraturan dalam kristal adalah tiga dimensi. Dalam kristal cair
smektik dapat dikatakan keteraturannya di dua dimensi, dan di
nematik satu dimensi. T adalah temperatur transisi. (Fachturrizki
et al., 2009).Berdasarkan pelarut yang digunakan metode
rekristalisasi terbagi menjadi dua yaitu rekristalisasi dengan
pelarut tunggal dan rekristalisasi dengan multi pelarut. Sedangkan
berdasarkan tekniknya, metode rekristalisasi dibagi menjadi tiga
yaitu rekristalisasi dengan penyaringan panas, rekristalisasi
dengan nukleasi spontan dan rekristalisasi menggunakan seeding dari
filtrat. Meski sedikit masih dimungkinkan senyawa pengotor terikut
dalam Kristal. Pelakasanaan proses pemurnian ini yang
berulang-ulang akan mengakibatkan hilangnya sejumlah Kristal karena
terbatasnya kelarutan senyawa yang akan dimurnikan. Pada dasarnya
peristiwa rekristalisasi berhubungan dengan reaksi pengendapan.
Endapan merupakan zat yang memisah dari satu fase padat keluar ke
dalam larutannya. Endapan terbentuk jika larutan bersifat terlalu
jenuh dengan zat yang bersangkutan. Disamping untuk pemisahan bahan
padat yang sudah berbentuk kristal. Proses pemurnian ini disebut
kristalisasi ulang (rekristalisasi) dan terdiri atas dua tahap
yaitu proses pelarutan dan proses kristalisasi, karena kristalisasi
ulang terutama merupakan proses pemurnian, maka proses kristalisasi
sering kali dihentikan sebelum waktunya (misalnya pendinginan hanya
sampai pada suhu tertentu, penguapan hanya sampai suatu konsentrasi
tertentu). Hal ini di maksudkan agar pengotor yang larut tidak ikut
di pisahkan. (Pinalia, 2011)2.2 Tahapan Rekristalisasi
Prinsip dari rekristalisasi1. Dua atau lebih senyawa memiliki
kelarutan yang berbeda pada pelarut yang sama,
2. Hanya molekul-molekul yang sama yang mudah masuk ke dalam
struktur lattik kristalnya, sedangkan molekul-molekul lain/pengotor
akan tetap di dalam larutan atau berada diluar kristalnya.Pada
prakteknya untuk melakukan proses rekristalisasi, dilakukan
pendinginan larutan jenuh panas secara perlahan-lahan. Selama
pendinginan, molekul-molekul yang sama akan tersusun pada lattik
kristal, membentuk kristal. Setelah pendinginan dilakukan
penyaringan vakum dan pencucian dengan pelarut
dingin.Rekristalisasi dapat dilakukan dengan pelarut tunggal
ataupun dua pelarut.
Pelarut tunggal : pelarut yang dipilih harus dapat melarutkan
zat dengan mudah pada kondisi panas, dan tidak larut pada keadaan
dingin/suhu kamar.
Dua pelarut : pelarut pertama harus dapat melarutkan zat pada
semua suhu, sedangkan pelarut kedua tidak dapat melarutkan zat pada
semua suhu. Kedua pelarut harus dapat bercampur/larut satu sama
lainnya.( Thedfreeze,2011)
Secara runtut proses rekristalisasi dapat dituliskan sebagai
berikut (Gilbert, 1974):
7. Melarutkan padatan ke dalam pelarut yang mendidih
8. Jika pelarut ditambahkan karbon aktif untuk memisahkan
pengotor yang dapat diserap
9. Menyaring larutan di dalam keadaan panas
10. Mendinginkan larutan panas untuk membentuk kristal
11. Memisahkan kristal dari pelarut dengan penyaringan dan
mencuci kristal dengan pelarut baru untuk menyempurnakan pemisahan
pengotor
12. Mengeringkan kristal dengan evaporasi
Beberapa factor yang mempengaruhi kecepatan pembentukan kristal
dalam proses rekristalisasi, antara lain (Roth, 1989):
13. Konsentrasi, semakin besar konsentrasi maka zat yang
diendapkan semakin banyak dan cepat
14. Temperatur, semakin besar temperatur maka pelarutannya
semakin cepat sehingga kristal akan lebih cepat terbentuk
15. Kadar air, semakin sedikit kadar air maka kelarutan kristal
semakin kecil
Hal-hal yang harus dilakukan untuk mendapatkan kristal dalam
jumlah besar diantaranya (Roseav, 1987):
16. Pengendapan kristal harus dilakukan pada larutan encer untuk
memperkecil kesalahan akibat kontaminasi endapan oleh zat lain
17. Pereaksi dicampur perlahan-lahan dan teratur dengan
pengadukan tetap, ini berguna untuk pembentukan kristal yang
teatur. Untuk kesempurnaan reaksi pereaksi ditambahkan dengan
jumlah yang berlebih
18. Pengendapan dialakukan pada larutan panas, jika endapan
kristal yang terbentuk stabil pada temperatur tinggi
19. Endapan dicuci dengan larutan encer dan dapat menekan
kelarutan
20. Dilakukan pengendapan ulang untuk menghindari kontaminasi
oleh zt asing lain
Keberhasilan rekristalisasi sangat bergantung pada pelarut yang
digunakan, sehingga pelarut yang baik harus memenuhi syarat sebagai
berikut (Day dan Underwood, 1990):
21. Pelarut harus tidak menimbulkan reaksi (inert) terhadap
padatan organic yang dimurnikan
22. Kelarutan padatan cukup tinggi dalam pelarut pada titik
didih pelarut, namun kelarutannya relative sedikit pada temperatur
rendah
23. Mudah dipisahkan dari hasil kristal dengan cara penguapan
(titik didihnya relative rendah)
24. Kelarutan pengotor dalam pelarut sangat kecil, baik pada
temperatur tinggi maupun pada temperatur rendah
25. Murah dan tidak berbahaya
Rekristalisasi sering dilakukan untuk memisahkan atau memurnikan
suatu zat padat yang dapat mengkristal. Kristal dibentuk oleh ion
ion, atom atom, molekul molekul yang tersusun secara sistematik dan
bertahap, sehingga membentuk geometri tertentu. Bentuk kristal
bergantung kepada sifat sifat, ukuran dan gaya elektrostatik
antaraion ion, atom atom, molekul molekul penyusun kristal. Bila
zat mengkristal dari larutannya,ion ion, atom atom, molekul molekul
yang berlainan sifatnya, akan cenderung dikeluarkan dari susunan
kristal karena tidak dapat masuk dalam susunan kristal secara
bertahap. Dengan demikian jika kita melakukan rekristalisasi maka
kristal yang didapat akan lebih murni dari kristal sebelumnya.
Tahapan yang diperlukan dalam melakukan rekristalisasi adalah
sebagai berikut.
1. Zat padat yang akan dimurnikan dilarutkan dengan pelarut yang
sesuai, sambil di kocok atau diaduk bila perlu sambil dipanaskan
hingga mendekati titik didihnya, kemudian diuapkan sampai larutan
mendekati jenuh
2. Ketika larutan masih panas dilakukan penyaringan untuk
memisahkan partikel yang tidak larut
3. Biarkan menjadi dingin secara perlahan dan zat yang larut
akan mengkristal
4. Kristal yang di dapat dicuci dengan sedikit pelarut yang
masih baru untuk menghilangkan kotoran kotoran yang menempel
dipermukaannya, kemudian kristal tersebut dikeringkan
Beberapa hal penting yang perlu di perhatikan dalam melakukan
rekristalisasi yaitu :
26. Pemilihan pelarut
27. Pembentukan Kristal
28. Penyaringan
29. Pengeringan Kristal dari pelarutnya
Pemilihan PelarutPemilihan pelarut hendaknya berdasarkan
kepolarannya, dimulai dari pelarut yang polar berurut ke pelarut
yang non polar atau sebaliknya, jika cara tersebut tidak berhasil
dengan baik, dapat dicoba dengan menggunakan campuran beberapa
macam pelarut. Pelarut yang baik untuk rekristalisasi harus
mempunyai sifat sifat sebagai berikut:
Pengotor harus sangat larut atau hanya sedikit larut dalam
pelarut tersebut
Pelarut harus mudah dihilangkan dari kristal murninya
Tidak terjadi reaksi antara pelarut dengan zat yang
dipisahkan
Pelarut harus tidak sangat mudah menguap atau mudah terbakar
Pembentukan KristalPada umumnya dengan mendinginkan secara
perlahan kristal dapat terbentuk. Untuk mempercepat proses
pembentukan kristal dapat dilakukan dengan menambahkan butir
kristal yang sama pada larutan lewat jenuh. hal ini diperlukan
untuk membantu pembentukan inti kristal, cara ini sering dilakukan
untuk pengkristalan senyawa anorganik. untuk senyawa organik cara
tersebut agak sulit dilakukan jarena pembentukan kristal
senyawaorganik pada umumnya sangat lambat. Cara yang paling tepat
ialah dengan mendinginkan larutan lewat jenih dengan es samblo
diaduk, maka kristal akan cepat terbentuk.
PenyaringanPenyaringan harus dilakukan secara cepat, sedangkan
larutan dapat dalam keadaan panas dan dingin. Jika penyaringan
dilakukan dalam keadaan panas, maka diperlukan penyaring buchner
dengan pompa vakum agar penyaringan cepat selesai. (proses ini
sebenarnya ialah proses filtrasi) . Kertas saring dipilih yang
ukuran medium, jika perlu gunakan 2 buah kertas saring yang
digabung menjadi satu agar tidak bocor sewaktu divakumkan. Jika
partikel pengotor sangat kecil, dapat dilakukan sentrifugasi
terlebih dahulu sebelum dilakukan penyaringan.
Pengeringan Kristal Dari PelarutnyaKristal yang stabil, dapat
langsung dikeringkan menggunakan oven pemanas, suhu oven pemanas
diatur diatas titik didih pelarutnya tetapi suhu masih dibawah
titik leleh kristal. Setelah dipanaskan beberapa lama, kristal
ditempatkan di desikator, bila perlu desikator divakumkan untuk
mempercepat pengeringan. Desikator harus diisi zat pengadsorpsi
yang sesuai dengan jenis pelarut yang dinakan, misalnya pelarutnya
senyawa hidrokarbon maka isi desikatornya yang sesuai ialah
parafin, jika pelarutnya asam asetat dapat digunakan pengadsorpsi
NaOH atau KOH pelet. (Sunardi,2004)2.3 Contoh Rekristalisasi
Salah satu contoh dari rekristalisasi adalah proses pembuatan
Aspirin. Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan
anhidrida asam asetat menggunakan katalis H2SO4 pekat sebagai zat
penghidrasi. Asam salisilat adalah asam bifungsional yang
mengandung dua gugus OH dan COOH. Karenanya asam salisilat ini
dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda. Dengan anhidrida
asam asetat akan menghasilkan aspirin, sedangkan dengan metanol
ekses akan menghasilkan metil salisilat.
Aspirin yang terjadi dapat bereaksi dengan NaHCO3 membentuk
garam natrium yang larut dalam air, sedangkan hasil samping berupa
polimer tidak larut dalam bikarbonat. Perbedaan sifat ini digunakan
untuk pemurnian aspirin.
Kita bisa menggunakan besi(III)klorida untuk menguji kemurnian
aspirin. Besi(III)klorida bereaksi dengan gugus fenol membentuk
kompleks ungu. Asam salisilat (murni) akan berubah menjadi ungu
jika FeCl3 ditambahkan, karena asam salisilat adalah fenol. Jika
tidak ada gugus fenol warna larutan tak berubah (kuning).
Bagan Rekristalisi Aspirin(Smith dan Harriot, 1993)
BAB IIIPENUTUP1. Kesimpulan
30. Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat
yang jamak digunakan, dimana zat-zat tersebut atau zat-zat padat
tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan
kembali.31. Secara runtut proses rekristalisasi dapat dituliskan
sebagai berikut (Gilbert, 1974):32. Melarutkan padatan ke dalam
pelarut yang mendidih 33. Jika pelarut ditambahkan karbon aktif
untuk memisahkan pengotor yang dapat diserap
34. Menyaring larutan di dalam keadaan panas
35. Mendinginkan larutan panas untuk membentuk kristal
36. Memisahkan kristal dari pelarut dengan penyaringan dan
mencuci kristal dengan pelarut baru untuk menyempurnakan pemisahan
pengotor
37. Mengeringkan kristal dengan evaporasi
38. Salah satu contoh dari rekristalisasi adalah proses
pembuatan Aspirin. Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat
dengan anhidrida asam asetat menggunakan katalis H2SO4 pekat
sebagai zat penghidrasi.DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, M. Natsir, 2001, Kamus Kimia Arti dan Penjelasan
Istilah. Jakarta: Gramedia.Day,A.R dan Underwood.1990.Kimia
Analisis Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.Fachturrizki., Muhammad
Arief dan Gian. 2009. Kimia Berbagai Kristal.
http://www.k15tium.blogspot.com/berbagai-kristal.html/Gilbert,R.1974.
An Introductionto Modern Experiment Organic Chemistry. New
York:Half Rinenhort and wtneton Inc.Korro. 1961. Text Book of
Inorganic Chemtry .New York: Mc.Millan CoMc Cabe,W.L.J.C,Smith,dan
P.Harriot.1993. Operasi Teknik Kimia Jilid 2 edisi keempat.
Jakarta: Erlangga.Pinalia, A., 2011, Kristalisasi Ammonium
Perkoalat (AP) Dengan Sistem Pendinginan Terkontrol Untuk
Menghasilkan Kristal Berbentuk Bulat, Majalah Teknologi Dirgantara,
Vol. 9 No. 2.
Roth,J.H.1989.Analisis Farmasi. Yogyakarta:
UGM-Press.Rouseav,W.1987.Encyclopedia of Physical Science and
Tecnology. Orlando: Academic Press.Sukardjo (1989). Kimia Fisika.
Bandung: Bina Cipta Aksara.Sunardi.2004.Diktat Kuliah cara cara
pemisahan. Depok: Dept Kimia FMIPA UISvehla, 1979, Buku Ajar Vogel:
Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro, PT Kalman Media
Pusaka, Jakarta.
Thedfreeze.2011.Rekristalisasi.http://smartfresh.blogspot.com/2011/01/rekristalisasi.htmlWikipedia.
2013. Proses Pemisahan.
http://id.wikipedia.org/wiki/Proses_pemisahan
Williamson. (1999). Macroscale and Microscale Organic
Experiments. USA: Houghton Mifflin Company.
Gambar 1. Proses pembentukan kristal zat terlarut dari larutan
lewat jenuh