Top Banner
REKONSTRUKSI MORAL UMAT MENUJU MASYARAKAT IDEAL: KRITIK ATAS FANATISME AGAMA OLEH: HASRUL MAHASISWA INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN (IPTIQ) JAKARTA SELATAN (EMAIL : [email protected])
20

Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal PDF

Aug 09, 2015

Download

Documents

RulHas SulTra
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal PDF

REKONSTRUKSI MORAL UMAT MENUJU MASYARAKAT IDEAL:

KRITIK ATAS FANATISME AGAMA

OLEH:

HASRUL

MAHASISWA

INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN (IPTIQ)

JAKARTA SELATAN

(EMAIL : [email protected])

Page 2: Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal PDF

Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal: Kritik atas Fanatisme Agama

1

2012

ABSTRAKSI

Dinamika kehidupan umat beragama saat ini nampak tercabut dari

pilar-pilarnya. Agama hanya sebatas simbol sosial yang ajaran-ajarannya

disalahgunakan untuk melegitimasi kepentingan-kepantingan individu atau

kelompok. Diambang kehancuran tersebut, perlu upaya rekonstruksi

moral untuk menyelamat generasi masa depan dan harapan terciptanya

kembali masyarakat ideal. Proses rekonstruksi ditandai dengan

perubahan kondisi dari buruk ke baik atau perubahan menuju kondisi

semula. Realisasi tersebut harus diawali dengan merubah kondisi

subyektifnya, yakni sikap mental setiap individu.

Sikap mental pada manusia hakikatnya konstan. Manusia hanya

dituntut untuk melestarikan dan menjaganya. Ketika mentalitas itu

turun, maka saat itulah hilang eksitensinya. Adapun sebaliknya,

pelestarian sikap mental yang menyebabkan prilakunya semakin baik,

maka akan hidup bahagia. Sikap mental ini sangat dipengaruhi oleh

akhlak dan moral seseorang. Inilah sebabnya, kehidupan sosial

masyarakat dalam perspektif akhlak dan moral seperti fungsinya dalam

perspektif akidah. Ini sebuah gambaran yang menunjukkan pentingnya

sebuah sistem masyarakat dalam menciptakan generasi yang memilki

solidaritas tinggi terhadap sesama.

Jelaslah, kehidupan sosial tidak akan terlepas dari dimensi agama.

Pemahaman dan penghayatan akan eksistensi agama dalam masyarakat

akan menentukan masa depan suatu bangsa dan negara. Tindak lanjut

yang harus dibenahi dalam rekonstruksi moral ialah pemahamaan dan

pemaknaan ajaran-ajaran agama dalam ruang lingkup masyarakat dan

bangsa agar dapat menghilangkan fanatisme agama. Upaya ini

diharapkan terciptanya masyarakat homogen yang ideal.

Keywords : rekonstruksi moral, masyarakat ideal, sikap mental, fanatisme

agama

Page 3: Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal PDF

Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal: Kritik atas Fanatisme Agama

2

2012

PENDAHULUAN

Al-Quran merupakan kitab suci umat Islam yang memuat beragam

ajaran untuk menghasilakn sikap moral yang benar bagi tindakan

manusia. Tindakan yang benar, baik dalam bidang politik, keagamaan

ataupun sosial dipandang al-Quran sebagai Ibadah. Oleh karena itu,

al-Quran mengutamakan semua penekanan moral dan faktor psikologis

yang melahirkan kerangka berfikir yang benar bagi tindakan.

Selama lebih dari 14 abad yang silam, Islam tumbuh dan

berkembang menjadi sebuah agama dunia yang pemeluknya bisa

ditemukan di segenap penjuru dunia. Dalam proses tersebut, sebuah

tradisi monoteis agung yang memiliki banyak kesamaan dengan agama

Yahudi dan Kristen mengubah kehidupan jutaan pemeluk sepanjang

sejarah. Pergeseran zaman yang secara global semakin menuntut saling

ketergantungan dan kesepahaman adalah hal yang penting sekaligus

diperlukan. Memahami Islam maupun kebangkitan kembali politik dan

masyarakat muslim bukan saja bermanfaat secara keagamaan, tetapi

penting pula secara politik.

Penekanan akhak dan moral dalam sendi ajaran Islam

sebagaimana disebutkan dalam al-Quran menunjukkan akan eksitensinya

yang sangat signifikan. Peranann moral akan menjadi tolak ukur

pemahaman agama seseorang terhadap realisasinya dalam kehidupan.

Itulah sebabnya, sebuah kehancuran umat dalam suatu bangsa selalu

diawali dengan penyelewengan dan kebejatan moral. Allah tidak akan

mengazab suatu kaum sebelum kaum itu sendiri yang memenuhi syarat

terjadinya sebuah bencana. Ulasan ini dalam al-Quran disebut sebagai

Kitab Ma’lum.

Prinsip diatas menjadi landasan utama uraian berikut dalam

menelaah sebuah konstruksi moral umat menuju masyarakat ideal. Dalam

analisa judul tersebut mengantarkan sebuah kesimpulan bahwa agama

adalah pondasinya yang menafikkan fanatisme agama.

Page 4: Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal PDF

Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal: Kritik atas Fanatisme Agama

3

2012

METODE PENELITIAN

Penulisan ini bersifat kepustakaan murni atau library research.

Artinya data-data yang digunakan berasal dari sumber kepustakaan baik

primer maupun sekunder, baik berupa buku, ensiklopedi, jurnal, majalah

dan lain sebagainya. Metode yang digunakan ialah deskriftif sintesis.

Deskriftif ialah memberikan gambaran mengenai keadan sosial dalam

kajian moral dalam masyarakat yang bersumber dari al-Quran dan

beberapa analisa atas kebudayaan, psikologi dan sosial itu sendiri. Dalam

hal ini, penulis berusaha memberikan penjelasan dan penggambaran

mengenai hubungan signifikan antara moral dan kelangsungan

masyarakat. Sintesis adalah suatu usaha mencari kesatuan dalam

keragaman atau mencari titik temu antara dan nilai-nilai moral dalam

relasinya denga masyarakat.

Selain itu, penelitian ini mengarah dalam hubungan Kausal-

komparatif yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan

sebab-akibat, tetapi tidak dengan jalan eksperimen melainkan dilakukan

dengan pengamatan terhadap data yang diduga menjadi penyebab yaitu

eksistensi moral akan menentukan keberlangsungan suatu masyarakat

yang ideal. Bersaman dengan itu, moral dan masyarakat ideal akan

menafikan paham fanatisme agama.

HASIL PENELITIAN

1. Moral merupakan pilar utama dalam memelihara stabilitas dan

eksistensi masyarakat, bangsa dan negara;

2. Islam adalah pandangan hidup yang total dan lengkap; oleh karena itu,

agama integral dengan politik, sosial, budaya, hukum, masyarakat dan

sendi-sendi kehidupan lainnya;

3. Kehidupan Moral dan masyarakat ideal yang taat akan menafikkan

paham fanatisme agama.

Page 5: Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal PDF

Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal: Kritik atas Fanatisme Agama

4

2012

A. EKSISTENSI MORAL DAN UMAT

Moral atau akhlak adalah bagian original dari ajaran agama yang

turut menentukan warna masyarakat. Pembinaan sikap dan tindakan

merupakan hal yang diperlukan untuk menata masyarakat yang bermoral.

Keseluruhan aspek manusia menjadi titik berat pembinaan itu, baik lahir

batin, perbuatan kecil dan besar, maupun pribadi dan komunal.

Pembinaan yang sistematik dan terus menerus harus ditempuh agar

sosialisasi sikap dan tindakan dapat menjadi sebuah kebutuhan dalam

masyarakat.

Perbedaan-perbedaan dalam masyarakat adakah suatu

kenyataaan kemanusian yang merupakan cerminan dari terdapatnya

eksistensi yang lebih tinggi. Perbedaan kelompok bangsa maupun suku

dengan berbagai aspeksnya dari warna kulit, bahasa dan budaya

mempunyai peranan untuk bangkitnya interaksi antara berbagai pihak

sehingga terjadilah tukar-menukar informasi.oleh karenanya, meletakkan

perbedaan suku, bangsa warna kulit dan bahasa sebagai faktor-faktor

potensial bagi bangkitnya peropecahan dan konflik dalam sekelompok

masyarakat adalah keputusan yang sangat bertentangan dengan al-

Quran. Islam memandang perbedaan itu sebagai potensi bagi

terjadinya perkenalan dan hubungan-hubungan sosial, bukan

sebaliknya.1

a) Moral dan Masyarakat

Kehidupan sosial masyarakat dalam perspektif akhlak dan moral

seperti fungsinya dalam perspektif akidah, pemahaman, dan syiar-syiar

ritual lainnya. Ini menunjukkan peranan penting sebuah sistem

masyarakat dalam menciptakan generasi yang memilki solidaritas tinggi

terhadap sesama. Menurut Yusuf Qardhawy, masyarakat dalam kaitannya

dengan moral berperan dalam tiga aspek,2 yaitu:

1) Aspek pengarahan, aspek ini berperan dalam mengatur sisi

penerbitan, propaganda dan berbagai media penerangan (informasi)

dan percerdasan serta berbagai media dakwah dan penyuluhan;

Page 6: Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal PDF

Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal: Kritik atas Fanatisme Agama

5

2012

2) Aspek pemantapan, sisi ini berjalan melalui pengajaran jangka

panjang pendidikan yang berakar mendalam pada lingkup keluarga,

sekolah dan universitas;

3) Aspek perlindungan; aspek ini berjalan melalui kontrol kritis berupa

opini umum masyarakat dengan memerintahkan kebaikan dan

mencegah kemungkaran, anti terhadap tindak penyelewengan dan

membersihkan iklim masyarakat dari polusi moral.

Melalui optimalisasi fungsi masyarakat yang terdiri dari aspek

pengarahan, pemantapan dan perlindungan, maka akan tercipta

kehidupan yang bermoral, yaitu kehidupan yang dijalankan bukan atas

kepentingan materi, tendensi politis, dominasi golongan lemah dan

pertimbangan militer belaka. Maka dalam masyarakat ini, tidak ada

dikotomi antara ilmu dan moral, seni dan moral, ekonomi dan moral, politik

dan moral, perang dan moral. Oleh karena itu, moral atau akhlak

merupakan unsur dominan yang menguasai semua urusan kehidupan dan

prilakunya, kecil dan besarnya maupun individual dan komunitasnya.

b) Umat dan Bangsa

Kehidupan sosial juga tidak akan terlepas dari dimensi agama.

Pemahaman dan penghayatan akan eksistensi agama dalam masyarakat

akan menentukan masa depan suatu bangsa dan negara. Kehidupan

umat dengan moral yang baik dalam suatu bangsa dan negara akan

mengantarkan masyarakatnya kepada kehidupan yang tentram dan

sejahtera. Sebaliknya, kehidupan umat dengan moral yang bejat, akan

mengantarkan masyarakatnya pada jurang kehancuran.

Term umat mencakup pengertian masyarakat dan lebih luas

maknanya. Menurut Ali Syari’ati, kata umat yang berasal dari kata amma

(bermaksud) dan azimah (berkeinginan kuat) mengandung tiga hal, yaitu

gerakan, tujuan dan ketetapan hati yang sadar. Sepanjang kata tersebut

mengandung arti “kemajuan” maka di dalamnya terkandung empat arti,

yaitu usaha, gerakan, kamajuan dan tujuan. Dengan demikian,

kepemimpinan dan keteladanan, jalan dan tempat yang dilalui tercakup

Page 7: Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal PDF

Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal: Kritik atas Fanatisme Agama

6

2012

pula dalam istilah umat. jadi, pengikat paling penting yang

mempersatukan individu-individu adalah jalan yang dilalui. Atau dengan

kata lain, umat adalah himpunan manusia yang seluruh anggotanya

secara bersama menuju satu arah, bahu membahu dan bergerak secara

dinamis di bawah kepemimpinan bersama.3

Kata umat dalam al-Quran sering dirangkaikan dengan kata “ajal”

yang bermakna ajal kolektif. Secara umum, ajal kolektif dapat dipahami

sebagai batas akhir eksistensi komunitas masyarakat bukan individu yang

secara bersama-sama terhimpun dalam kesamaan arah tujuan, visi,

ideologi, tradisi, adat istiadat, periode dan geografis, dalam satu

kepemimpinan, baik terjadinya secara paksa atau kehendak masing-

masing anggotanya. Menurut sayyid Qutb, ajal kolektif atau akhir

eksistensi suatu umat kadang-kadang berupa kehancuran total yang

bersifat indrawi, seperti bencana, gemap bumi, tsunami dan sejenisnya.

Namun akhir eksistensi suatu umat bisa juga bersifat non indrawi. Artinya,

secara lahiriyah tidak mengalami kahancuran secara fisik, tetapi mereka

telah kehilangan eksistensinya seperti kasus orde baru.4

B. PSIKOLOGI KEHIDUPAN MANUSIA

Hidup adalah pemaksaan dan pilihan, dimana hidup terikat dengan

sejumlah peraturan. Hidup harus tunduk dan mengikuti paraturan yang

berlaku. Keterikatan pertama adalah antara diri sendiri dan alam yang

menunutut untuk berinteraksi dengannya agar kehidupan tetap

berlangsung. Orang mengatakan bahwa hidup ini adalah pilihan, tetapi

tidak ada yang mengatakan bahwa semuanya adalah pilihan. Keterikatan

selanjutnya ialah diri sendiri dengan motif bawaan. Motif merupakan

kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup

termasuk manusia. Motif-motif itulah yang mendorong makhluk hidup

untuk memenuhi kebutuhannya dan mempertahankan eksistensinya untuk

terus berkembang. Sangat wajar bahwa pemuasaan motif-motif tersebut

merupakan persoalan penting yang dituntut oleh fitrah.5

Page 8: Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal PDF

Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal: Kritik atas Fanatisme Agama

7

2012

a) Pergulatan Motif Manusia

Potensi motif pada manusia tidak selamanya berjalan normal

karena problem internal antar motif itu sendiri. Keadaan semacam ini

merupakan pergulatan antarmotif yang dikenal sebagai pergulatan

psikologis. Al-Quran menggambarkan kondisi pergulatan psikologis yang

diderita oleh banyak individu yang menyikapi iman dengan sikap yang

bimbang dan ragu. Akibatnya, mereka tidak menghadap ke arah

keimanan secara total dan tidak pula menghadap ke arah kekufuran

secara total melainkan berdiri di antara keimanan dan kekufuran dengan

sikap bimbang dan tidak sanggup membuat keputusan final dalam

persoalan tersebut.6 Allah SWT berfirman:

نا قللل للل للل عنهنلللل اع لللأ د الللدلا للل االللهف لللفلال ا اه لللن للل أنللل لل اللقلل لل نلل ئن للعن لل أي لل ل ه ي لل يل لللو س ا لل

ام ي ة)ن هأ ن اس م ن (١٧:نامس

artinya:

Katakanlah: Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah,

sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfa'atan kepada kita dan

tidak pula mendatangkan kemudharatan kepada kita dan apakah kita akan

dikembalikan ke belakang, sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita,

seperti orang yang telah disesatkan oleh syaitan di pesawangan yang

menakutkan; dalam keadaan bingung, dia mempunyai kawan-kawan yang

memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan): Marilah

ikuti kami. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang

sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada

Tuhan semesta alam. (Q.S. al-An’am : 71)

Untuk itulah, berbagai hukum dan perintah al-Quran datang

berkaitan dengan persoalan motif-motif tersebut bersesuai dengan fitrah

manusia. Jadi, hukum-hukum al-Quran mengakui dan mendorong

pemuasaan motif-motif tersebut dalam batas yang diterangkan syariat.

Page 9: Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal PDF

Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal: Kritik atas Fanatisme Agama

8

2012

b) Pengendalian Motif Manusia

Al-Quran tidak menyuruh untuk membinasakan motif-motif alamiah,

akan tetapi, al-Quran mendorong untuk mengatur pemuasaan dorongan-

dorongan itu, mengontrol dan mengarahkan motif-motif itu secara benar

dengan memperhatikan kemaslahatan individu dan masyarakat.

Misalanya, al-Quran melarang manusia berlaku dzalim dan bermusuhan

dengan orang lain, baik secara fisik maupun verbal. Bahkan al-Quran

memerintahkan manusia agar bergaul dengan orang-orang secara baik

dan lemah lembut.7 Firman Allah:

ن ه ا لؤ ا االومه س نل ل ع ة خ هل ا دنم هأ ة)و لانسل:٨٥)

artinya:

Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min dan mu’minat

tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah

memikul kebohongan dan dosa yang nyata. (Q.S. al-Ahzab : 58)

Al-Quran juga mendorong manusia agar mengendalikan dorongan

pemilkan, al-Quran melarang kikir, menimbun harta kekayaan, riba,

memakan harta orang lain secara batil dan mencuri. Sebaliknya, al-Quran

menyuruh manusia berinfaq, bersedaqah kepada fakir miskin dan

menunaikan zakat. Allah berfirman:

لل ني سلل هف لللب خ لل للن ا آهلل مب لل ف لل لل دلل نللم خل نللم شلل لل ق للسللو مد ب ة ل ة)س مهت ريثها آلس (٧٥٠: م

artinya:

Dan Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta

yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa

kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk

bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di

lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang

ada) di langit dan di bumi. (Q.S. al-Imran : 180)

Page 10: Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal PDF

Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal: Kritik atas Fanatisme Agama

9

2012

c) Arah Pengendalian Motif Manusia

Pengekangan motif pada manusia diarahkan untuk

mengendaliakan hawa nafsu dan agar kehidupan sosial dapat terwujud.

Hal ini merupakan kontruksi awal dalam membangun kehidupan

masyarakat yang ideal, yaitu penataan kembali sisi dalam pada manusia

agar dapat tunduk dan patuh dibawah satu kepemimpinan. Dari sudut

pandang ini, kehidupan masyarakat diarahkan lebih elastis dalam setiap

problematikan kehidupan. Rasa persamaan dan persatuan akan

terbangun yang saling mengokohkan dalam setiap sendi-sendi kehidupan.

Kerangka inilah yang menjamin keharmonisan kehidupan antar sesama

dan antar umat beragama.

Jika kita bayangkan bahwa setiap individu berdiri sendiri, tidak

terikat dengan sebuh sistem, maka jelas keharmonisan mustahil tercipta

bahkan tidak mungkin terbentuk masyarakat yang syarat dengan nilai

kebersamaan. Dari sini kita bisa simpulkan bahwa keluarga adalah sel

terkecil dari masyarakat. Eksistensinya merupakan cerminan sebuh

masyarakat, dan masyarakat tunduk pada sebuah pemerintahan yang kita

kenal dengan bangsa atau negara.8 Dalam pandangan al-Farabi dan

filosof yang mengikutinya, keharmonisan sosial adalah sesuatu yang

ideal. Keadaan itu terdapat pada negara yang penduduknya berada dalam

bimbingan penguasa yang bijaksana yang dapat membawa mereka pada

kerja sama yang sempurna.9 Salah satu bentuk kerja sama itu ialah usaha

melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Firman Allah SWT:

ك كل ا د أ م أنل امون ا مةغري هت قل و م لغري س (٨٣:نل)د أنل

artinya:

Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali

tidak akan merubah ni’mat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu

kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri,

(Q.S. al-Anfal : 53)

Page 11: Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal PDF

Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal: Kritik atas Fanatisme Agama

10

2012

C. KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT

Abad kedua puluh yang lalu telah digambarkan sebagai era

migrasi. Sejumlah besar orang telah melintasi perbatasan, menjadikan

setiap daerah benar-benar polietnis dalam komposisinya. Abad itu

dinyatakan pula sebagai abad nasionalisme karena semakin banyak

kelompok bangsa di seluruh dunia mengerahkan dan menyatakan

identitas mereka. Akibatnya aturan-aturan kehidupan politik yang sudah

mapan di banyak negara ditantang oleh politik perbedaan kebudayaan

baru.10 Gambaran sosial tersebut semakin kompleks dan rumit. Ini

menunjukkan arus globalisasi dan perkembangan zaman dapat

menghembuskan nilai-nilai baru pada stabilitas sosial yang telah mapan.

Dampak ini tidak bisa dihindari melainkan melakukan proses integrasi

melalui proses yang selektif.

Penajaman sekat-sekat sosial dalam masyarakat merupakan salah

satu akibat modernisasi. Dalam perkembangan lain terjadi proses

kristalisasi sekat-sekat kultural yang biasanya sangat mewarnai

hubungan-hubungan sosial. Dalam situasi seperti ini, kita berharap

norma-norma yang ada untuk ditingkatkan agar dapat meminimalisir

konflik-konflik kultural serta kesenjangan sosial lainnya.11 Semua sistem

nasional di dunia kini cenderung kehilangan identitas dan wawasan

kebangsaan pun mengalami masalah eksistensi. problematika ini juga

tidak lupuk di Indonesia yang banyak terpengaruh melalui arus komunikasi

dan informasi.

Negara-negara barat memahami bahwa kenyakinan-kenyakinan

agama dan nilai-nilai nasionalisme setiap bangsa merupakan identitas

bangsa, seperti Indonesia. Kita masih kurang menyadari bahwa nilai-nilai

tersebut berperan sebagai unsur penguat bentuk perlawanan dalam

menghadapi serangan dan budaya dan ekonomi dari barat. Karena itu,

negara-negara adidaya telah melakukan berbagai upaya untuk merusak

nilai-nilai keagamaan dengan serangan propaganda yang sangat halus.

Dampak ini akan berpengaruh kepada sistemik dalam kehidupan sosial.12

Page 12: Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal PDF

Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal: Kritik atas Fanatisme Agama

11

2012

a) Interaksi antar Kelompok

Interaksi antara kaum muslimin dengan kelompok lainnya baik yang

berada dalam wilayah kekuasaan kuam muslimin atau yang berada di

luar batas kekuasaan berporos pada prinsip-prinsip penghargaan

terhadap kemerdekaan dan dihormatinya hak hidup manusia. Asas ini

mendasari segala bentuk perhubungan serta merupakan patokan bagi

lankah-langkah apabila terjadi permasalahan di dalamnya.13

Pada hakikatnya Islam menghendaki kedamaian di antara umat

manusia sebgai penghargaan terhadap free will manusia. Allah melarang

Rasulullah untuk melakukan pemaksaan terhadap kemerdekaan orang

lain. Firman Allah:

ل ف ن ل ل قلل هلبللي لل لن عش ل فملن غلل ن د و للوت ك د للا هللؤ سللكفل ل م س ثل د ا هة (٦٨٢:ب ة)نن صمف

artinya:

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);

sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.

Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada

Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang

amat kuat yang tidak akan putus. (Q.S. al-Baqarah : 256)

Ayat di atas meligitimasi bahwa pendirian seorang terhadap

kenyakinan agamanya dihargai bahkan ibadahnya pun di akui.

Persaudaraan dibina dalam masyarakat sebenarnya berdiri pada tali

keimanan. Oleh karena itu, berbagai teror dan tindakan anarkis atas umat

lain atas nama agama justru sebuh perbuatan yang tidak mencerminkan

nilai-nilai iman. Permasalahan ini sepele namun memiliki dampak yang

sangat besar dalam kelangsungan kehidupan umat. Perspektif ini perlu

diluruskan agar tidak terwariskan pada generasi depan untuk

mempersiapkan terciptanya masyarakat yang yang lebih baik. Islam tidak

mengenal perpecahan dan peperangan yang disebabkan masalah ras,

suku, warna kulit, bahasa, adat dan juga agama.

Page 13: Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal PDF

Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal: Kritik atas Fanatisme Agama

12

2012

b) Egalitarian, Utilitarian atau Libertarian

Sikap arus utama dalam berkehidupan masyarakat bisa

mengutamakan persamaan, manfaat atau kebebasan. Sesuai analisa

moral diatas, sikap kita dalam masyarakat semestinya egalitarian. Sikap

egalitarian berakar pada kenyakinan bahwa semua manusia ¾ intra dan

antar generasi dan ¾ sama sama terikat dalam kontrak sosial yang

menetapkan bahwa semua orang harus diperlakukan sama secara moral.

Hal ini cukup beralasan karena setipa orang memiliki dua sifat esensial

pribadi moral, yaitu kemampuan untuk merasakan ada atau tiadanya

keadilan dan kenyataan bahwa sebagai perseorangan dan masyarakat

kebangsaan tidak cukup, malainkan saling tergantung dalam pola-pola

kerja sama sosial tertentu.14

Adapun utilitarian tidak membenarkan perlakuan dan pemberian

kesempatan yang sama kepada semua orang. Panganut utilitarianisme

memang tidak menginginkan sejumah besar diantara kaum miskin

dawasa ini mati kelaparan. Mereka juga menganggap tidak baik kalau

generasi sekarang menyegsarakan generasi-generasi mendatang dengan

ulah generasi sekarang. Adapun libertarianisme tidak mengutamakan

persamaan sebab yang dipentingkan adalah hak perseorangan. Sering

kepentingan perseorangan dari elite penguasa yang berKKN dan

pengusaha kaya raya dikemas sebagai kepentingan publik, dan

dipaksakan dengan menggususr kaum marginal secera legal.15

c) Bentuk Konflik Sosial

Konsep tentang masyarakat merujuk pada semua metodologi dan

problematika yang dipakai dalam ilmu-ilmu sosial, politik, dan humaniora

saat ini. Bidang-bidang keilmuan tersebut menunjukkan luasnya muatan

akan term masyarakat yang menuntut analisa dan pandangan yang lebih

cermat dan teliti dalam merespon problematika kehidupan. Sisi ini akan

selalu diwarnai dengan eksistensi masyarakat sebagai subjek utama.

Masyarakat dibawah komando pemerintahan akan menghadapi dualisme

bentuk pemerintahan, yaitu antara kebebasan dan pemaksaan.16

Page 14: Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal PDF

Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal: Kritik atas Fanatisme Agama

13

2012

Ragam bentuk pemerintahan, baik sistem demokrasi maupun sitem

diktator, akan salalu nampak jurang pemisah antara kaya dan miskin, elit

dan golongan bawah serta sekat-sekat sosial lainnya. Berhubungan

dengan ini, filosof beranggapan bahwa konflik masyarakat elit dan

masyarakat biasa merupakan hal yang alamiah. Dalam sitem

perundangan, Plato juga berpandanagan akan fundamental antara

penguasa dan yang dikuasai serta menggambarkan ketegangan yang

alamiah dab permanen di antara mereka. Dia juga menganjurkan untuk

menghindari keadaan ekstrem terlalu kaya atau terlalu miskin sebab hal

ini akan mengundang permusuhan di antara manusia.17

Bentuk konflik lainnya yang sering timbul dalam masyarakat ialah

karena perbedaan status dan posisi, latar belakang dan minat intelektual

dan budaya serta kecenderungan politik. Bahkan telah diperdebatkan juga

bahwa banyak orang arab monnoteis yang ikut serta dalam penaklukan

pada masa lampau yang dimotivasi oleh orientasi egaliter yang berasal

dari kenyakinana mereka. Mereka berharap agar keegaliteran itu

diterapkan baik di bidang agama maupun kemasyarakatan. Harapan-

harapan ini meninggalakn bekas pada literatur yang ada pada abad

pertama dan pertengahan awal abad kedua. Sebagian diantarannya berisi

desakan akan adanya kesetaran sosial di kalangan orang beriman yang

dikaitkan dengan Umar dan Ali. Sedangkan yang lain berisi usaha-usaha

agar gagasan keegaliteran memiliki implikasi sosial.18

Dalam kehidupan maodern saat ini, kehidupan sosial semakin

bergeser eksistensinya dan semakin kompleks sehingga membutuhkan

sebuah starategi intelektual dalam meminamilisir faktor konflik berlatar

agama dalam masyarakat. Langkah ini menuntut kehatian agar

pandangan ortodoks dapat dimaknai dengan adil dan obyektif. Lebih jauh,

setiap kelompok berkompetisi dengan kelompok lain, baik untuk

memperluas lingkungan dominasinya atau sekedar mempertahankan

eksistensinya.19 Dalam kerangka inilah, bentuk saling menyalahkan dan

egoisme muncul yang berujung pada fanatisme buta.

Page 15: Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal PDF

Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal: Kritik atas Fanatisme Agama

14

2012

D. TENDENSI AGAMA DAN IDEOLOGI DALAM SOSIAL

KEMASYARAKATAN

Agama adalah sistem kepercayaan, kenyakinan dan pengetahuan

yang sampai kini masih mendominasi dan mengatur keberadaan banyak

masyarakat. Khususnya Islam, kenyataan tersebut menjadi sangat penting

karena berbagai gerakan revollusioner yang dikenal luas dan

diasosiasikan dengan Islam menimbulkan berbagai pristiwa menakjubkan

yang semuanya mengatasnamakan Tuhan dan ajaran-Nya.20

Dewasa ini, sebagian kelompok sosial berpandangan bahwa

ideologi sebagai sebuah visi konseptual diklaim dapat melindungi identitas

mereka dan pada akhirnya memperluas pada kelompok lain. Tentu saja

merupakan suatu hal yang tak dapat dihindarkan bahwa agama

dimanipulasi oleh banyak kelompok sosial yang kemudian

mentransformasikannya kedalam bentuk ideologi. Kita haru meluruskan

pandangan ini karena Agama merupakan suatu perspektif terbuka yang

memungkinkan munculnya makna-makna dan aktualisasi eksistensi dan

ko-eksistensi manusia. Adapun ideologi hanya terbatas pada kondisi-

kondisi serta tujuan-tujuan budaya, ekonomi dan politik yang sulit.

Agama dan ideologi mempunyai fungsi yang sama, tetapi keduanya

memainkan perangakat yang berbeda dan membuka jalan yang juga

berbeda. Keduanya mempunyai tatanan imajiner dan tatanan nyata

masyarakat, keduanya menimbulkan harapan, baik skala individual

maupun kelompok dan memberikan dukungan imajiner pada tatanan etnis

dan politis. Namun, pada sisi lain Agama merujuk pada sesuatu yang

sifatnya transenden dan memperkuat momentum mistik menuju yang

absolut. Adapun ideologi, mengarah pada suatu bentuk tatanan praktis

dan terbatas yang di idealkan oleh suatu kelompok saja. Menurut

pernyataan tersebut, Agama tidak bisa hanya dipertentangkan dengan

sekularisasi sebagaimana yang sering dilakukan dalam tradisi keilmuan

barat. Kita menyadari kehidupan masyarakat muslim belum sepenuhnya

menjawab dinamika itu sehingga masih mennjadi hambatan besar untuk

Page 16: Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal PDF

Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal: Kritik atas Fanatisme Agama

15

2012

bergerak menuju rasionalitas baru. Kesabaran, keteguhan dan waktu

dibutuhkan untuk menerobos batu karang yang tidak bisa dihindari yang

diwarisi dari masa lalu dan rintangan-rintangan baru yang diciptakan oleh

tata politik dan ekonomi modern. Kita semua menghadapi tantangan yang

sama dan harus menentukan sutu jalan untuk memperkenalkan sebuah

praktik simbolik dan semantik baru yang dibutuhkan pada abad ke-21.21

Salah satu soslusinya ialah rekonstruksi kembali ajaran-ajaran agama

dalam perspektif sosial kemasyarakatan.

Menurut penelitian yang dilakukan Jalaluddin Rahmat, Islam

ternyata menekankan urusan muamalah lebih besar daripada urusan

ibadah. Ia menyimpulkan empat hal dalam al-Quran tentang kepedulian

terhadap masalah sosial. Pertama, al-Quran dan kitab-kitab hadis,

proporsi terbesar ditujukan pada urusan sosial; kedua, dalam kenyataan

bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah yang

penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (tentu bukan

ditinggalkan); ketiga, bila ibadah mengandung segi kemasyarakatan diberi

ganjaran lebih besar daripada ibadah yang bersifat perorangan; keempat,

bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal karena melanggar

pantangan tertentu, maka kafaratnya (tebusannya) ialah melakukan

sesuatu yang berhubungan dengan masalah sosial.22

Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi ini Masjid,

tempat mengabdi kepada Allah. Konsekuensi pandangan diatas tentunya

tidak melupakan sisi luar sosial Islam dalam menjalin kerukunan umat

beragama. Merujuk pada pasal 29 ayat 2 UUD 1945 (kemerdekaan

agama), kita menyaksikan meluasnya diversifikasi kegiatan lembaga-

lembaga agama hingga menjangkau banyak bidang, tak terkecuali bidang

politik dan sosial itu sendiri.23 Kondisi seperti ini secara tidak langsung

melibatkan peranan negara atau bangsa pada satu sisi. Melihat

perkembangan yang ada, justru menunjukkan kontradisksi antara realita

dan konteks. Meluasnya budaya kekerasan, kolusi, korupsi, kriminalitas

dimana-mana dan lebih ironisnya disertai kemerosotan mental dan

Page 17: Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal PDF

Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal: Kritik atas Fanatisme Agama

16

2012

spritual. Kesalahan sepenuhnya terletak pada pribadi masing-masing

yang memberi dampak gagalnya sistem menanggapi realita yang ada. Ini

adalah salah satu tawaran untuk merekonstruksi moral umat untuk

menciptakan masyarakat yang ideal. Pertimbangannya bahwa perubahan

sistem tidaklah menjamin perbaikan yang signifikan karena sistem

hanyalah sebuah kendali yang monoton.

Pencapaian utama dalam rekonstruksi moral umat adalah

perubahan kondisi dari buruk ke baik atau perubahan menuju kondisi

semula. Realisasi tersebut harus diawali dengan merubah kondisi

subyektifnya, yakni sikap mental. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa

ekonomi yang kuat akan menjadi salah satu faktor terjadinya perubahan.

Hanya saja, menurut mazheruddin didasarkan pada Surah Saba ayat 37,

bahwa kebutaan spritual biasanya akan tersebar luas dikalangan mereka

yang memiliki kekuasaan materi dan politik untuk jangka waktu yang

cukup lama. Demikian ini karena kekuatan spritual dan moral tidak dapat

diukur melalui statistik kekayaan dan, jumlah penduduk atau kesenangan

dan fasilitas yang mereka nikmati. Argumen ini secara jelas digambarkan

oleh al-Quran melalui kisah Qarun yang membuktikan bahwa kekayaan

tampa disertai kekuatan spritual, sikap rendah hati dan rasa tanggung

jawab kepada Allah, justru menuntun sesorang kapada jurang

kehancuran.24

Proses pelembagaan prilaku keagamaan melalaui mazhab-mazhab

sebgaimana halnya yang terdapat dalam teologi jelas diperlukan. Antara

lain berfungsi untuk mengawetkan ajaran agama dan juga berfungsi

sebagai pembentukan karakter pemeluknya dalam rangka membangun

masyarakat ideal menurut pesan dasar agama. Tetapi, ketika tradisi

agama secara sosiologis mengalami reifikasi atau pengentalan, maka bisa

jadi spirit agama yang paling hanif lalu terkubur oleh simbol-simbol yang

diciptakan dan dibakukan oleh para pemeluk agama itu sendiri. Pada taraf

ini sangat mungkin orang lalu tergelincir menganut dan menyakini agama

yang mereka buat sendiri, bukan lagi agama yang asli.

Page 18: Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal PDF

Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal: Kritik atas Fanatisme Agama

17

2012

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Sikap eksklusufisme teologis dalam memandang perbedaan dan

pluralitas agama tidak saja merugikan bagi agama lain, tetapi juga

merugikan diri sendiri karena sikap semacam itu sesungguhnya

mempersempit masuknya kebenaran-kebenaran baru yang bisa membuat

hidup ini lebih lapang dan lebih kaya dengan nuansa. Inilah yang

selanjutnya dapat dijadikan landasan untuk membangun konsep

toleransi dalam beragama.

Dalam hubungan ini menarik sekali apa yang dikatakan M. Qurais

Shihab. Menurutnya bahwa dengan menggali ajaran-ajaran agama,

meninggalkan fanatisme buta serta berpijak pada kenyataan, jalan akan

dapar dirumuskan. Bukankah agama-agama monoteisme dengan ajaran

ketuhanan Yang Maha Esa pada hakikatnya menganut universalisme.

Tuhan Yang Maha Esa itulah yang menciptakan manusia. Pandangan ini

merupakan modal besar. Disamping itu, diyakini secara sempurana

oleh setiap penganut Agama bahwa Tuhan yang merupakan

sumber ajaran agama, tidak membutuhkan pengabdian manusia.

Ketaatan dan kedurhakaan manusia tidak menambah dan mengurangi

kesempurnaan-Nya.

Dengan demikian, karakteristik ajaran Islam dalam visi

keagamaanya bersifat toleran, pemaaf, tidak memaksakandan saling

menghargai karena dalam pluralitas agama tersebut terdapat unsur

kesamaan yaitu pengabdian pada Tuhan.

Kita harapkan dengan memaknai nilai-nilai ajaran agama dapat

memberikan warna dalam tindakan kita. Sebab inilah buah yang dapat

dipetik dalam menjalankan agama serta dapat mengangkat marbat

manusia. Beragama tanpa disertai tindakan lanjut yang real adalah

hampa. Progresif kita ke depan dengan modal moralitas yang terpuji

diharapkan terciptanya komunitas yang homogen sebagai langkah awal

menuju masyarakat yang ideal.

Page 19: Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal PDF

Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal: Kritik atas Fanatisme Agama

18

2012

DAFTAR PUSTAKA

Allam, A. Khalid, dkk. (2005). Al-Quran dalam Keseimbangan Alam

dan Kehidupan, Jakarta: Gema Insani.

Arkoun, Muhammed. (2001). Islam Kontemporer: Menuju Dialog

antar Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hakim, A Husnul. (2011). Mengintip Takdir Ilahi: Mengungkap

makna sunnatullah dalam al-Quran, Depok: Lingkar Studi al-Quran ()

Kimlicka, Will. (2002). Kewargaan Multikultural, Jakarta:Pustaka

LP3ES

Marlow, Louise. (1999). Masyarakat Egaliter: Visi Islam, Bandung:

Mizan.

Muis, Andi Andul. (2001). Komunikasi Islam, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Najati, M. Utsman. (2005). Psikologi dalam Al-Quran, Bandung: CV

Pustaka Setia.

Nata, Abuddin. (2009). Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT

RawaGrafindo Press.

Qardhawy, Yusuf. (1999). Anatomi Masyarakat Islam, Jakarta:

Pustaka al-Kautsar.

Saefuddin, AM. (2010). Islamisasi Sains dan Kampus, Jakarta: PT

PPA Consultans

Syaefuddin, AM. (1987). Wawasan Kebudayaan Islam dalam

Mewujudkan Tata Sosial yang Maju, dalam “Perspektif Islam dalam

Pembangunan Bangsa”, Yogyakarta: PL2PM.

Wiladjo, Liek, dkk. (2006). Ilmu, Etika dan agama: Menyingkap

Tabir Alam dan Manusia, Yogyakarta: CRCS.

Page 20: Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal PDF

Rekonstruksi Moral Umat Menuju Masyarakat Ideal: Kritik atas Fanatisme Agama

19

2012

ENDNOTE

1 AM. Syaefuddin 1987, h. 138 2 Yusuf Qardhawy 1999, h. 91-92 3 A. Khusnul Hakim 2011, h. 89-90 4 A. Khusnul Hakim, h. 90 5 M. Utsman Najati 2005, h. 23 6 M. Utsman Najati, h. 69 7 M. Utsman Najati, h. 84 8 A. Khalid Adam, dkk 2005, h. 223 9 Louise Marlow 1999, h. 73 10 Will Kymlicka 2002, h. 293 11 Andi Abdul Muis 2001, h. 159 12 AM. Syaefuddin 2010, h. 138-139 13 AM. Syaefuddin 1987, h. 143 14 Liek Wilardjo 2006, h. 248 15 Liek Wilardjo, h. 249-248 16 A. Khalid Adam, dkk, h. 228 17 Louise Marlow, h. 73 18 Louise Marlow, h. 106 19 Muhammed Arkoun 2001, h. 101-102 20 Muhammed Arkoun, h. 99-100 21 Muhammed Arkoun, h. 145 22 Abuddin Nata 2009, h. 2 23 Andi Abdul Muis, h. 297 24 A. Khusnul Hakim, h. 132

SEKIAN