Top Banner
PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS BERASAL DARI BERBAGAI LIMBAH ORGANIK PADA TANAH BASAH DAN LEMBAB TERHADAP KETERSEDIAAN N DAN P TANAH SERTA PERTUMBUHAN TANAMAN THE EFFECTS OF ADDITION COMPOST FROM SOME ORGANIC WASTES ON WET AND MOIST SOILS ON N AND P AVAILIBILITY OF SOIL AND PLANT GROWTH Fiqolbi Nuro Pohan *) Abstract The research was aimed to study the effect of addition composts from some organic wastes on wet and moist soil in availability N, P soil and plant growth. The experiment was held in gauze house and Chemistry/Soil Fertility Laboratory Agricultural Faculty of North Sumatera University, Medan in January-April 2009. This research consisted of two experiments: first experiment (wet soil) used randomized block design non factorial with seven treatments and four replications, second experiment (moist soil) with seven treatments were taken from bundle of every treatment replications in first experiment after the end of plant vegetative. The treatments were (g/2 kg BTKO): K (control: Urea 9 g, TSP 3 g, KCl 1.5 g), O1 (husk-pulp compost of durian = 800 g), O2 (husk-pulp compost of cocoa = 760 g), O3 (husk-pulp compost of banana = 740 g), O4 (compost of water hyacinth = 825 g), and O5 (compost of household waste = 657.5 g). Result of experiment showed that the addition composts from some organic after 2 weeks incubation and the end of plant vegetative were significantly increased N-total, P-available in soil, dry weight of plant, and plant height but not significantly increased N and P uptake at the end of plant vegetative in first experiment, while in second experiment were only the difference of values in every treatment. Commonly, the values of N-total and P-available in soil, dry weight of plant, plant height and also N and P uptake at the end of plant vegetative in second experiment are better than in first experiment. Keywords : compost of organic wastes, wet and moist soil, availability N and P Abstrak Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh pemberian kompos berasal dari berbagai limbah organik pada tanah basah dan lembab terhadap ketersediaan N, P tanah dan pertumbuhan tanaman. Percobaan ini dilaksanakan di rumah kasa dan laboratorium Kimia/Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan Januari-April 2009. Penelitian ini terdiri atas dua percobaan yaitu percobaan I (tanah basah) menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial dengan tujuh perlakuan dan empat ulangan, percobaan II (tanah lembab) dengan tujuh perlakuan yang diperoleh dari gabungan ulangan tiap perlakuan pada percobaan I setelah akhir vegetatif tanaman. Perlakuan terdiri atas (g/2 kg BTKO): K (kontrol: urea 9 g, TSP 3 g, KCl 1.5 g), O1 (kompos kulit durian = 800 g), O2 (kompos kulit kakao = 760 g), O3 (kompos kulit pisang = 740 g), O4 (kompos eceng gondok = 825 g), dan O5 (kompos limbah rumah tangga = 657.5 g). *) Mahasiswi pada Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian USU, Medan 1
11

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN … · Web viewPercobaan ini terdiri dari: Percobaan I yang dilaksanakan di rumah kassa. Pada percobaan I, tanah yang basah disebabkan hujan yang berlebihan.

Jul 26, 2019

Download

Documents

doantram
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN … · Web viewPercobaan ini terdiri dari: Percobaan I yang dilaksanakan di rumah kassa. Pada percobaan I, tanah yang basah disebabkan hujan yang berlebihan.

PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS BERASAL DARI BERBAGAI LIMBAH ORGANIK PADA TANAH BASAH DAN LEMBAB TERHADAP KETERSEDIAAN N DAN P TANAH

SERTA PERTUMBUHAN TANAMAN

THE EFFECTS OF ADDITION COMPOST FROM SOME ORGANIC WASTES ON WET AND MOIST SOILS ON N AND P AVAILIBILITY OF SOIL AND PLANT GROWTH

Fiqolbi Nuro Pohan*)

Abstract

The research was aimed to study the effect of addition composts from some organic wastes on wet and moist soil in availability N, P soil and plant growth. The experiment was held in gauze house and Chemistry/Soil Fertility Laboratory Agricultural Faculty of North Sumatera University, Medan in January-April 2009. This research consisted of two experiments: first experiment (wet soil) used randomized block design non factorial with seven treatments and four replications, second experiment (moist soil) with seven treatments were taken from bundle of every treatment replications in first experiment after the end of plant vegetative. The treatments were (g/2 kg BTKO): K (control: Urea 9 g, TSP 3 g, KCl 1.5 g), O1 (husk-pulp compost of durian = 800 g), O2 (husk-pulp compost of cocoa = 760 g), O3 (husk-pulp compost of banana = 740 g), O4 (compost of water hyacinth = 825 g), and O5 (compost of household waste = 657.5 g).

Result of experiment showed that the addition composts from some organic after 2 weeks incubation and the end of plant vegetative were significantly increased N-total, P-available in soil, dry weight of plant, and plant height but not significantly increased N and P uptake at the end of plant vegetative in first experiment, while in second experiment were only the difference of values in every treatment. Commonly, the values of N-total and P-available in soil, dry weight of plant, plant height and also N and P uptake at the end of plant vegetative in second experiment are better than in first experiment.

Keywords : compost of organic wastes, wet and moist soil, availability N and P

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh pemberian kompos berasal dari berbagai limbah organik pada tanah basah dan lembab terhadap ketersediaan N, P tanah dan pertumbuhan tanaman. Percobaan ini dilaksanakan di rumah kasa dan laboratorium Kimia/Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan Januari-April 2009. Penelitian ini terdiri atas dua percobaan yaitu percobaan I (tanah basah) menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial dengan tujuh perlakuan dan empat ulangan, percobaan II (tanah lembab) dengan tujuh perlakuan yang diperoleh dari gabungan ulangan tiap perlakuan pada percobaan I setelah akhir vegetatif tanaman. Perlakuan terdiri atas (g/2 kg BTKO): K (kontrol: urea 9 g, TSP 3 g, KCl 1.5 g), O1 (kompos kulit durian = 800 g), O2 (kompos kulit kakao = 760 g), O3 (kompos kulit pisang = 740 g), O4 (kompos eceng gondok = 825 g), dan O5 (kompos limbah rumah tangga = 657.5 g).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kompos berasal dari berbagai limbah organik setelah inkubasi 2 minggu dan akhir vegetatif tanaman nyata meningkatkan nilai N-total, P-tersedia tanah, berat kering tajuk, tinggi tanaman tetapi tidak nyata meningkatkan serapan N dan P akhir vegetatif tanaman pada percobaan I, sedangkan pada percobaan II hanya ada perbedaan nilai tiap perlakuan. Secara umum nilai N-total, P-tersedia tanah, berat kering tajuk, tinggi tanaman serta serapan N dan P akhir vegetatif tanaman pada percobaan II lebih baik daripada pada percobaan I.

Kata kunci : kompos limbah organik, tanah basah dan lembab, ketersediaan N dan P

PENDAHULUAN

Di sekitar kita banyak terdapat buangan limbah yang berdampak negatif bagi lingkungan maupun manusia sendiri. Limbah ini berasal dari pabrik

(industri), rumah tangga, lahan perkebunan/pertanian. Khusus limbah di perkotaan (sampah kota) mengandung minimal 75 % limbah bahan organik dan

*) Mahasiswi pada Program Studi Ilmu Tanah, FakultasPertanian USU, Medan

1

Page 2: REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN … · Web viewPercobaan ini terdiri dari: Percobaan I yang dilaksanakan di rumah kassa. Pada percobaan I, tanah yang basah disebabkan hujan yang berlebihan.

sisanya bersifat anorganik. Yuwono (2007) memperkirakan sampah perkotaan dapat mencapai sekitar 100.000 ton sampah/hari berdasarkan penelitian National Urban Development Strategy pada tahun 2003.

Secara umum sampah di perkotaan dapat berupa hasil buangan dari pertanian yang dikenal dengan limbah pertanian seperti kulit durian, kulit kakao, dan kulit pisang. Ketiga bahan tersebut sangat potensial digunakan sebagai bahan kompos. Adapun jenis gulma seperti eceng gondok yang tumbuh dan berkembang dengan cepat di daerah tergenang juga sangat baik sebagai bahan dasar untuk membuat kompos. Selain itu, limbah rumah tangga memiliki sampah organik yang bermanfaat dalam pembuatan kompos.

Kompos merupakan hasil dekomposisi limbah padat organik, tidak berbau, berwarna coklat sampai kehitaman. Kompos sebagai pupuk organik memiliki kemampuan yang besar dalam memperbaiki kesuburan tanah terutama tanah yang memiliki sifat fisik tanah yang jelek, misalnya pada Entisols (Santoso, 2007).

Penggunaan kompos pada keadaan tanah basah pengaruhnya berbeda jika dibandingkan dengan tanah yang lembab (cukup air). Hal ini terkait dengan persyaratan proses reaksi perubahan kompos dan pertumbuhan tanaman. Pada tanah yang basah, menyebabkan pertumbuhan terhambat akibat kekurangan oksigen, sehingga proses-proses reaksi dalam tanah dan proses fisiologis tanaman terganggu. Sedangkan, perubahan kompos pada keadaan lembab, aerasi tanah cukup menyediakan oksigen dan serentak terjadi reaksi pembebasan/penyediaan hara dari bahan organik. Hal ini erat kaitannya terhadap ketersediaan N dan P dalam tanah, dimana unsur ini bersifat mobil yang pada akhirnya mempengaruhi penyerapan unsur hara tersebut oleh tanaman.

Berdasarkan uraian di atas dilakukan percobaan pemberian kompos kulit durian, kompos kulit kakao, kompos kulit pisang, kompos eceng gondok, dan kompos limbah rumah tangga pada Entisols keadaan basah dan lembab, dengan tujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian kompos dari berbagai limbah organik terhadap N dan P tanah serta pertumbuhan tanaman.

BAHAN DAN METODE

Percobaan ini terdiri dari: Percobaan I yang dilaksanakan di rumah kassa. Pada percobaan I, tanah yang basah disebabkan hujan yang berlebihan. Percobaan ini menggunakan rancangan acak kelompok

(RAK) non faktorial dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuannya meliputi: kontrol (pupuk 9 g Urea, 3 g TSP dan 1.5 g KCl), blanko (tanah perlakuan), kompos kulit durian (800 g, % KA = 60 %), kompos kulit kakao (760 g, KA = 52 %), kompos kulit pisang (740 g, % KA = 48 %), kompos eceng gondok (825 g, % KA = 65 %), kompos limbah rumah tangga(657,5 g, % KA = 31,5 %). Pengomposan dilakukan secara aerob dan alami dengan metode open windrow yaitu penumpukan terbuka (Indriani, 2007). Dosis kompos yang ditambahkan setara dengan 0.5 kg BKO/2 kg BTKO dimana disesuaikan dengan jumlah populasi jagung/ha = 66.666 populasi dengan jarak tanam 75x25 cm dan dosis bahan organik 20 ton/ha, dan pada perlakuan kontrol (pupuk dasar) sesuai dengan dosis pupuk N (urea= 45% N) 200-300 kg/ha, pupuk P2O5 (TSP=48% P2O5) 75-100 kg/ha dan pupuk K2O (KCl=60% K2O) 50 kg/ha. Perlakuan dicampur merata pada masing-masing unit percobaan yang diinkubasi selama 2 minggu. Percobaan II, dilaksanakan di pekarangan Laboratorium Kimia/Kesuburan Tanah. Tanah dari setiap ulangan dengan perlakuan yang sama setelah Percobaan I panen (4MST) digabungkan, sehingga hanya ada 7 perlakuan tanpa ulangan yaitu: K, O, O1, O2, O3, O4, O5.

Unit percobaan menggunakan Entisols yang setara dengan 2 kg tanah kering oven. Pada percobaan I benih jagung ditanam 3 benih per pot, sedangkan pada percobaan II ditanam benih jagung 5 biji/polybag, dan setelah 2 minggu ditinggalkan 1-2 tanaman yang seragam pertumbuhannya. Pengamatan data terdiri atas N-total, P-tersedia, pH, C-organik, tinggi tanaman, berat kering atas tanaman serta serapan N dan P. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan ANOVA, pada perlakuan yang nyata dilakukan uji beda rataan dengan menggunakan uji DMRT taraf 5 % pada percobaan I dan dilihat perbedaan nilai peubah amatan tiap perlakuan pada percobaan II.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Perlakuan terhadap Pertumbuhan Tanaman (Keadaan Fisik, Tinggi, Berat Kering Atas, serta Serapan N dan P)

Keadaan pertumbuhan tanaman jagung umur 4 MST pada percobaan I (tanah basah) dan II (tanah lembab) berbeda pada setiap perlakuan. Pada Gambar 1 dapat dilihat pertumbuhan tanaman yang baik terdapat pada perlakuan kompos limbah rumah tangga (O5) pada percobaan I dan II, sedangkan pertumbuhan tanaman yang jelek pada perlakuan kontrol (K) bahkan tanaman layu dan ada yang mati pada percobaan I,

*) Mahasiswi pada Program Studi Ilmu Tanah, FakultasPertanian USU, Medan

2

Page 3: REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN … · Web viewPercobaan ini terdiri dari: Percobaan I yang dilaksanakan di rumah kassa. Pada percobaan I, tanah yang basah disebabkan hujan yang berlebihan.

namun lebih baik pertumbuhan tanamannya pada percobaan II.

Kelihatan bahwa keadaan pertumbuhan tanaman pada percobaan II lebih baik dibandingkan dengan keadaan pertumbuhan tanaman pada percobaan I. Pada percobaan I terjadi stagnasi pertumbuhan akibat kekurangan oksigen dalam tanah sehingga akar kurang baik dalam melakukan penyerapan unsur-unsur hara dari larutan tanah, tanaman mengalami defisiensi N dan P dimana tanaman kerdil, daun kekuning-kuningan serta keunguan. Pertumbuhan tanaman akan meningkat secara proporsional dengan jumlah air, selanjutnya air akan menghambat pertumbuhan tanaman jika jumlah air sangat sedikit atau sangat banyak.

Peningkatan terhadap tinggi tanaman, berat kering atas, serta serapan N dan P pada kedua

percobaan akibat pemberian beberapa kompos asal limbah organik dapat dilihat pada Tabel 1. Unsur N dan P merupakan unsur essensial yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Unsur hara N penting dalam meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman dan mendukung fase generatif pada tanaman untuk hara P (Winarso, 2005).

Pada percobaan I dan II, diperoleh tinggi tanaman, berat kering atas, dan serapan P tertinggi pada perlakuan kompos limbah RT (O5), sedangkan untuk serapan N tertinggi pada perlakuan kompos kulit kakao (O2). Serapan N lebih tinggi daripada serapan P tanaman walaupun tidak berpengaruh nyata.

Secara umum kelihatan bahwa tinggi tanaman pada percobaan II lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi tanaman pada percobaan I.

Tabel 1. Nilai Rataan Peubah Amatan terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (4 MST), Serapan N dan P pada Percobaan I dan II

Peubah Perlakuan Percobaan I (tanah basah) Percobaan II (tanah lembab) (0.5 kg BKO/2 kg BTKO)

Tinggi Kontrol (K) 5.50 g 49.30 Tanaman Blanko (O) 34.10 de 55.20

Kompos kulit durian(O1) 30.90 def 68.20 Kompos kulit kakao(O2) 54.48 abc 58.50 Kompos kulit pisang(O3) 34.60 d 64.80Kompos eceng gondok (O4) 56.56 ab 68.10 Kompos limbah RT (O5) 60.40 a 75.30

Berat Kering Kontrol (K) 0.15 d 0.90 Atas Blanko (O) 0.55 bcd 1.20 Tanaman Kompos kulit durian(O1) 0.43 d 1.80

Kompos kulit kakao(O2) 1.05 ab 1.30 Kompos kulit pisang(O3) 0.65 bcd 1.50 Kompos eceng gondok (O4) 0.98 abc 1.60 Kompos limbah RT (O5) 1.43 a 2.20

Serapan N Kontrol (K) 23.52 56.44 Blanko (O) 52.36 57.14 Kompos kulit durian(O1) 41.93 92.74Kompos kulit kakao(O2) 80.01 90.34Kompos kulit pisang(O3) 37.49 87.36Kompos eceng gondok (O4) 75.74 98.56Kompos limbah RT (O5) 77.28 125.67

Serapan P Kontrol (K) 1.52 1.53 Blanko (O) 5.01 8.52 Kompos kulit durian(O1) 9.11 15.07 Kompos kulit kakao(O2) 5.94 12.18 Kompos kulit pisang(O3) 6.54 14.66 Kompos eceng gondok (O4) 4.86 9.01 Kompos limbah RT (O5) 15.36 15.51

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada P 0.05

*) Mahasiswi pada Program Studi Ilmu Tanah, FakultasPertanian USU, Medan

3

Page 4: REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN … · Web viewPercobaan ini terdiri dari: Percobaan I yang dilaksanakan di rumah kassa. Pada percobaan I, tanah yang basah disebabkan hujan yang berlebihan.

Peningkatan tinggi tanaman tertinggi pada perlakuan kontrol (K) dan kompos kulit durian (O1) masing-masing 8x dan 2x lebih tinggi pada percobaan II. Pada

tahap awal pertumbuhan tanaman (masa vegetatif) hara nitrogen dibutuhkan jauh lebih besar untuk mendukung

Perlakuan Kontrol (K) Perlakuan Kompos Limbah Rumah Tangga (O5)

Gambar 1. Tampilan Keadaan Pertumbuhan Tanaman Perlakuan Kontrol (K) dan Kompos Limbah Rumah Tangga (O5) pada Percobaan I (Atas) dan pada Percobaan II (Bawah)

pertumbuhannya dibandingkan dengan hara fosfor. Apabila unsur N tidak mencukupi di tanah maka akan menghambat pertumbuhan tanaman (Winarso, 2005). Efek perlakuan kompos pada percobaan I dan II terhadap tinggi tanaman kelihatan konsisten, kecuali pada perlakuan kontrol (K), blanko (O), kompos kulit durian (O1), dan kompos kulit pisang (O3).

Berat kering atas tanaman pada percobaan II kelihatan lebih tinggi dibandingkan dengan berat

kering atas tanaman pada percobaan I. Peningkatan berat kering atas tanaman tertinggi pada perlakuan kontrol (K) dan kompos kulit durian (O1) masing-masing 6x dan 4x lebih tinggi pada percobaan II. Efek perlakuan kompos pada percobaan I dan II terhadap berat kering atas tanaman kelihatan konsisten, kecuali pada perlakuan kontrol (K), kompos kulit durian (O1), dan kompos kulit kakao (O2).

Pada serapan tanaman, serapan N pada percobaan II lebih tinggi dibandingkan dengan serapan N pada percobaan I. Peningkatan serapan N tertinggi pada perlakuan kontrol (K) dan kompos eceng gondok (O4) masing-masing 2.39 x dan 2.33 x lebih tinggi

pada percobaan II. Efek perlakuan kompos pada percobaan I dan II terhadap serapan N kelihatan konsisten, kecuali pada perlakuan blanko (O), kompos kulit kakao (O2) dan kompos limbah rumah tangga (O5). Sama halnya seperti serapan N, serapan P pada

*) Mahasiswi pada Program Studi Ilmu Tanah, FakultasPertanian USU, Medan

4

Page 5: REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN … · Web viewPercobaan ini terdiri dari: Percobaan I yang dilaksanakan di rumah kassa. Pada percobaan I, tanah yang basah disebabkan hujan yang berlebihan.

percobaan II lebih tinggi dibandingkan dengan serapan P pada percobaan I. Peningkatan serapan P tertinggi pada perlakuan kompos kulit pisang (O3) dan kompos eceng gondok (O4) masing-masing 2.2 x dan 1.8 x

lebih tinggi pada percobaan II. Efek perlakuan kompos pada percobaan I dan II terhadap serapan N kelihatan konsisten, kecuali pada perlakuan blanko (O), dan kompos eceng gondok (O4).

Tabel 2. Nilai Rataan Peubah Amatan terhadap Tanah pada Percobaan I dan II

Peubah Perlakuan Percobaan I (tanah basah) Percobaan II (tanah lembab) (0.5 kg BKO/2 kg BTKO) A B B

N-total Kontrol (K) 0.18 ab 0.14 abcd 0.07 Tanah Blanko (O) 0.10 e 0.09 g 0.09

Kompos kulit durian(O1) 0.14 c 0.12 bcdef 0.11 Kompos kulit kakao(O2) 0.13 cd 0.13 bcde 0.08 Kompos kulit pisang(O3) 0.13 cde 0.14 bc 0.09 Kompos eceng gondok (O4) 0.12 cde 0.14 b 0.09 Kompos limbah RT (O5) 0.19 a 0.19 a 0.11

P-tersedia Kontrol (K) 35.42 ab 30.75 ab 20.20 Tanah Blanko (O) 29.52 b 20.48 cd 22.83

Kompos kulit durian(O1) 21.67 c 12.37 d 24.59 Kompos kulit kakao(O2) 34.28 ab 19.79 cd 33.60 Kompos kulit pisang(O3) 29.63 b 31.32 a 24.58 Kompos eceng gondok (O4) 31.79 ab 17.44 cd 38.24 Kompos limbah RT (O5) 43.51 a 25.23 abc 37.07

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada P 0.05

Pengaruh Perlakuan terhadap Ketersediaan N dan P Tanah

Peningkatan terhadap N-total tanah sangat nyata dan nyata terhadap P-tersedia tanah setelah 2 minggu inkubasi dan pada akhir vegetatif tanaman pada percobaan I serta perbedaan nilai N dan P tersedia tanah pada percobaan II akibat pemberian beberapa kompos asal limbah organik dapat dilihat pada Tabel 2. Kompos ini termineralisasi dengan baik dengan bantuan aktivitas mikroorganisme dan faktor-faktor yang mendukung. Pelepasan N dari bahan organik tergantung pada sifat fisik dan kimia bahan organik, kondisi lingkungan dan komunitas organisme perombak (Handayanto, et al, 1999). Bahan organik juga mempengaruhi ketersediaan fosfat melalui dekomposisinya yang menghasilkan asam-asam organik dan CO2. Asam-asam organik ini akan menghasilkan anion organik yang dapat mengikat ion Al, Fe, dan Ca yang bebas di dalam larutan sehingga diharapkan fosfat tersedia akan lebih banyak (Ardjasa, 1994).

Pada percobaan I (tanah basah), peningkatan N-total tanah pada saat inkubasi 2 minggu dan akhir vegetatif adalah perlakuan kompos limbah RT (O5), kompos ini memiliki nilai C/N paling rendah diantara yang lain sehingga N dapat termineralisasi dengan

cepat, serta kandungan N yang tinggi pada kompos ini. Pada P-tersedia tanah, terjadi peningkatan setelah 2 minggu inkubasi pada percobaan I. Limbah rumah tangga yang berasal dari gabungan bahan-bahan kaya akan unsur hara makro. Kompos ini sebagai pupuk organik memiliki kandungan hara 1,70% N, 1,38% P2O5, 1,55% K2O, 2,41% MgO, 2,32% CaO dan 3,14 % S yang tersedia bagi tanaman (Djaja, 2008). Sedangkan pada akhir vegetatif, perlakuan kompos kulit pisang (O3) memberikan nilai P-tersedia tanah tertinggi. pH kompos ini lebih mendekati netral, dimana pH merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketersediaan fosfor anorganik (Buckman dan Brady, 1982). P-tersedia tanah yang tinggi akibat perlakuan kompos limbah rumah tangga (O5) dan kompos kulit pisang (O3) termasuk ke dalam kriteria sangat tinggi dan tinggi berdasarkan penilaian kandungan hara tanah menurut BPP Medan (1982), sehingga dapat dikatakan mencukupi kebutuhan tanaman akan unsur ini.

Pada percobaan II (tanah lembab), N-total tanah tertinggi pada perlakuan kompos kulit durian (O1), kompos ini kaya akan unsur makro seperti N dan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung yang ditanam pada lahan pekarangan (Lahuddin, 1999). Sedangkan P-tersedia tanah tertinggi

*) Mahasiswi pada Program Studi Ilmu Tanah, FakultasPertanian USU, Medan

5

Page 6: REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN … · Web viewPercobaan ini terdiri dari: Percobaan I yang dilaksanakan di rumah kassa. Pada percobaan I, tanah yang basah disebabkan hujan yang berlebihan.

pada perlakuan kompos eceng gondok (O4). P-tersedia kompos ini termasuk kriteria sangat tinggi (BPP Medan, 1982) sehingga dapat menyumbangkan fosfat yang cukup bagi tanaman. Eceng gondok juga mengandung unsur hara N dan P setara dengan kompos sisa tanaman (Sri dan Sutanto, 2002).

Pada percobaan I dan II terdapat perbedaan yang signifikan terhadap nilai N-total tanah tiap perlakuan. Secara umum kelihatan bahwa N-total tanah pada percobaan II lebih rendah dibandingkan dengan N-total tanah pada percobaan I. Penurunan N-total tanah tertinggi pada perlakuan kontrol (K) dan kompos kulit kakao (O2) masing-masing 2x dan 1.6x lebih rendah pada percobaan II. Efek perlakuan kompos pada percobaan I dan II terhadap N-total tanah kelihatan konsisten, kecuali pada perlakuan blanko (O), kompos kulit durian (O1), dan kompos kulit kakao (O2). Pada percobaan I telah terjadi penyerapan N oleh tanaman dimana N dalam bentuk organik telah terdekomposisi menjadi bentuk tersedia bagi tanaman, terbukti dari peningkatan N-total tanah pada inkubasi dan setelah panen sangat nyata lebih tinggi. Namun, Nilai N-total tanah akibat perlakuan kompos asal limbah organik ini termasuk ke dalam kriteria rendah berdasarkan penilaian kandungan hara tanah menurut BPP Medan (1982), sehingga belum mencukupi kebutuhan hara bagi tanaman, ditandai adanya gejala defisiensi N pada tanaman percobaan I dan II (Gambar 1). Kekurangan unsur N pada tanaman dicirikan dengan pertumbuhan yang lambat, tanaman kerdil, batangnya tinggi dan kurus, daunnya kecil, perkembangan akar terbatas,

daun berwarna kekuningan dan terjadi dimulai pada daun yang lebih muda (Winarso, 2005).

Terdapat nilai korelasi (r), antara peubah amatan. Nilai korelasi (r)N-total tanah dengan pH, P-tersedia dan C-organik tanah masing-masing 0.31, 0.25 dan 0.54. Hal ini menandakan keberadaan N-total tanah dipengaruhi oleh pH, P-tersedia dan C-organik berturut-turut 31 %, 25 % dan 54 %. Semakin tinggi nilai korelasi, maka semakin erat hubungan keduanya dalam mempengaruhi keberadaan masing-masing.

Berbeda dengan N-total tanah, P-tersedia tanah pada percobaan II lebih tinggi dibandingkan dengan P-tersedia tanah pada percobaan I. Ketersediaan P-anorganik dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah pH tanah, umumnya pH tanah menurun pada percobaan II. Terdapat korelasi antara nilai P-tersedia tanah dengan pH tanah dengan nilai r = 0.17. Artinya adalah peningkatan ketersediaan P dalam tanah dipengaruhi oleh pH tanah sebesar 17 %. Selain itu, penyerapan P berlangsung dengan baik saat dekomposisi bahan organik masih segar yang tergantung pada tingkat pembentukan bahan organik dan dekomposisinya serta kemampuan tanah untuk mengikat ortofosfat larut (Tisdale, et al, 1985). Peningkatan P-tersedia tanah tertinggi pada perlakuan kompos eceng gondok (O4) dan kompos kulit durian (O1) masing-masing 2x dan 1.9 x lebih tinggi pada percobaan II. Efek perlakuan kompos pada percobaan I dan II terhadap P-tersedia tanah kelihatan konsisten, kecuali pada perlakuan kontrol (K), blanko (O), kompos kulit durian (O1), dan kompos kulit pisang (O3).

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Pada percobaan I (tanah basah) diperoleh bahwa pemberian beberapa kompos asal limbah organik sangat nyata meningkatkan N-total tanah dan nyata terhadap peningkatan P-tersedia setelah inkubasi 2 minggu dan pada akhir vegetatif. Keadaan pertumbuhan tanaman tidak baik dan peningkatan serapan N dan P tidak nyata, sedangkan pada percobaan II (tanah lembab) secara umum terjadi peningkatan N-total dan P-tersedia tanah. Pertumbuhan tanaman yang lebih baik dan peningkatan serapan N dan P.

2. Terdapat perbedaan efek perlakuan pemberian beberapa kompos asal limbah organik pada Percobaan II dalam meningkatan N-total dan P-tersedia tanah serta pertumbuhan tanaman yang secara umum lebih baik dibandingkan dengan percobaan II.

Dari hasil penelitian ini disarankan agar dalam pengaplikasian kompos asal limbah organik diperhatikan tingkat kematangan dan keadaan tanah, sehingga dekomposisi dan pelepasan unsur-unsur hara lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ardjasa, W.S. 1994. Peningkatan produktivitas lahan kering marginal melalui pemupukan fosfat alam dan bahan organik berlanjut pada pola: padi gogo-kedelai-kacang tunggak. Prosiding seminar nasional. Pengembangan wilayah lahan kering bagian I. Lembaga Penelitian Universitas lampung, Lampung.

BPP. 1982. Kriteria Penilaian Kandungan Hara Tanah. Medan

*) Mahasiswi pada Program Studi Ilmu Tanah, FakultasPertanian USU, Medan

6

Page 7: REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN … · Web viewPercobaan ini terdiri dari: Percobaan I yang dilaksanakan di rumah kassa. Pada percobaan I, tanah yang basah disebabkan hujan yang berlebihan.

Soegiman. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Buckman, H.O dan N.C. Brady.. Brathara Karya Aksara, Jakarta.

Djaja, W. 2008. Langkah Jitu Membuat Kompos dari Kotoran Ternak & Sampah. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Handayanto, E., Y. Nuraini dan Syekhfani. 1999. Stimulasi dekomposisi dan mineralisasi nitrogen dari bahan organik yang berbeda kualitas akibat penambahan bahan organik baru. Prosiding Kongres Nasional VII HITI. 2-4 Nopember. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Bandung.

Indriani, Y.H. 2007. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Lahuddin. 1999. Pengaruh kompos kulit durian terhadap produktivitas lahan pekarangan. Makalah Seminar pada Kongres HITI, Bandung.

Santoso, B. H. 2007. Teknologi Tepat Guna Pupuk Kompos. Kanisius, Yogyakarta.

Sri, N. H dan Sutanto, R. 2002. Pengaruh sampah kota terhadap hasil dan tahana hara lombok. Jurnal Ilmu Tanah, 2002. 3;24-28. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Tisdale, S., S. L. Nelson and J. D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers. MacMilan Publishing Co, Inc. New York.

Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah; dasar kesehatan dan kualitas tanah. Gava Media, Yogyakarta.

Yuwono, D. 2007. Kompos. Penebar Swadaya, Jakarta.

*) Mahasiswi pada Program Studi Ilmu Tanah, FakultasPertanian USU, Medan

7