Top Banner

of 60

Regristrasi Produk Farmasi

Jul 05, 2018

Download

Documents

Agus Styawan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    1/60

    MAKALAH FARMASI INDUSTRI

    REGRISTRASI PRODUK FARMASI

    DISUSUN OLEH :

    1.  AGUS STYAWAN (I4041152020)

    2.  NELLI KARINA (I4041152037)

    3.  SALLY HERVIANTI (I4041152040)

    PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS TANJUNGPURA

    PONTIANAK

    2016 

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    2/60

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... i

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. iv

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v

    BAB I PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang ............................................................................. 1

    I.2. Tujuan ......................................................................................... 2

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    II.1. Regristrasi Obat .......................................................................... 3

    II.1.1 Kategori Registrasi Obat ..................................................... 4

    II.1.1.1. Registrasi Baru ............................................................ 5

    II.1.1.2. Registrasi Variasi ........................................................ 5

    II.1.1.3. Registrasi Ulang .......................................................... 6

    II.1.2 Pengajuan Registrasi Obat ................................................... 6

    II.1.2.1. Registrasi Obat Produksi Dalam Negeri...................... 6

    II.1.2.1.1.Registrasi Obat Produksi Dalam Negeri Berdasarkan

    Lisensi .................................................................................. 7

    II.1.2.1.2.Registrasi Obat Produksi Dalam Negeri Berdasarkan

    Kontrak ................................................................................. 7

    II.1.2.2. Registrasi Obat Impor.................................................. 9

    II.1.3 Dokumen Registrasi Obat ................................................... 10

    II.1.4 Tata Laksana Registrasi Obat .............................................. 11

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    3/60

     

    II.1.4.1. Pra-Registrasi ............................................................. 12

    II.1.4.2. Registrasi .................................................................... 13

    II.1.4.3. Jalur Evaluasi .............................................................. 14

    II.1.5 Evaluasi dan Pemberian Keputusan ..................................... 15

    II.1.6 Masa Berlaku dan Pelaksanaan Izin Edar ........................... 16

    II.1.7 Nomor Registrasi Obat ......................................................... 16

    II.1.8 Spektrofotometri UV-VIs .................................................... 16

    II.2. Regristrasi Obat Tradisional ....................................................... 18

    II.2.1. Persyaratan Obat Tradisional ............................................. 19

    II.2.2. Kategori Registrasi Obat Tradisional ................................. 21

    II.2.2.1. Pedaftaran Baru Obat Tradisional .............................. 22

    II.2.2.2. Pendaftaran Variasi Obat Tradisional ........................ 22

    II.2.3. Persyratan Regristrasi Obat Tradisional ............................. 23

    II.2.3.1. Obat Tradisional Lokal ............................................... 23

    II.2.3.2. Obat Tradisional Impor .............................................. 24

    II.2.4. Tata Laksana Registrasi Obat Tradisional ......................... 25

    II.2.5. Dokumen Regristrasi Obat Tradisional .............................. 25

    II.2.5.1. Lokal ........................................................................... 25

    II.2.5.2. Lisensi ........................................................................ 26

    II.2.6. Nomor Registrasi Obat Tradisional ................................... 26

    II.3. Registrasi Kosmetik ................................................................... 28

    II.3.1. Kriteria Kosmetika Yang Diregistrasikan ..................... 29

    II.3.2. Registrasi dan Notifikasi Kosmetika ............................. 29

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    4/60

     

    II.3.2.1. Persyaratan Notifikasi Kosmetik ........................... 31

    II.3.3. Nomor Regristrasi Kosmetika ....................................... 35

    II.4. Suplemen Makanan .................................................................... 36

    II.4.1. Kategori Registrasi Suplemen Makanan ....................... 37

    II.4.2. Persyaratan Registrasi Suplemen Makanan ................... 39

    II.4.3. Persyaratan Mutu Suplemen Makanan .......................... 42

    II.5. Peran Apoteker dalam Regristrasi Produk Farmasi ................... 50

    BAB III PENUTUP

    III.1. Kesimpulan ............................................................................... 54

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 55

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    5/60

     

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Dokumen Registrasi Obat ............................................................................. 10

    2. Perbedaan Antara Mekanisme Registrasi dan Notifikasi Kosmetika ........... 30

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    6/60

     

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Alur Registrasi Obat ................................................................................. 11

    2. Alur Registrasi Obat Tradisional ............................................................... 25

    3. Prosedur Notifikasi Kosmetika .................................................................. 35

    4. Alur registrasi suplemen makanan............................................................. 47

    5. Apoteker Dalam Registrasi Produk  ................................................................ 52

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    7/60

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Dewasa ini, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

    teknologi serta kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan membuat

     permintaan akan produk farmasi seperti obat, suplemen makanan dan kosmetik

    semakin meningkat. Hal ini mendorong industri farmasi untuk meningkatkan

    kualitas dari produk farmasi guna memenuhi kebutuhan dan kepuasan masyarakat.

    Produk farmasi yang berkualitas mencakup 3 aspek yaitu khasiat (efficacy),

    keamanan ( safety), dan kenyamanan (acceptability) dalam dosis yang digunakan

    sesuai tujuan penggunaannya. Produk farmasi tersebut harus memenuhi nilai-nilai

     parameter kualitas secara konstan, seperti identitas (identity), kekuatan ( strength),

    kemurnian ( purity), dan karakteristik lainnya (Sampurno, 2011).

    Dalam upaya menjamin keamanan produk farmasi yang digunakan

    masyarakat, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) berkewajiban sebagai

    regulator dan evaluator yaitu menilai semua produk farmasi sebelum dipasarkan

    (pengawasan  pre market ), memberi izin pemasaran (registrasi) dan selanjutnya

    melakukan pengawasan terhadap produk tersebut setelah dipasarkan (pengawasan

     post market ) untuk memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa produk

    tersebut memenuhi standar khasiat, keamanan dan mutu yang dibutuhkan (BPOM

    RI, 2011). Dalam hal ini, regulator dan evaluator yang dimaksud adalah orang-

    orang yang memiliki pengetahuan dan kemampuan secara akademis dibidang

    obat-obatan dan kesehatan, salah satunya adalah apoteker.

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    8/60

    2

    Registrasi merupakan salah satu hal penting yang harus dipenuhi sebelum

     produk farmasi dipasarkan. Proses registrasi meliputi prosedur pendaftaran dan

    evaluasi produk farmasi untuk mendapatkan izin edar. Proses registrasi ini

    dilakukan oleh industri farmasi yang ditujukan ke BPOM, dengan tembusan

    kepada Menteri Kesehatan. BPOM kemudian akan melakukan penilaian dan

    evaluasi apakah obat tersebut memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Jika

    obat tersebut dianggap telah memenuhi syarat registrasi yang dinyatakan dengan

    diberikannya nomor registrasi, maka Menteri Kesehatan akan mengeluarkan ijin

    edar, yang pada pelaksanannya dilimpahkan kepada BPOM (Menkes RI, 2008).

    Hal inilah yang mendorong suatu obat memiliki nomor regristrasi guna menjamin

    kualitas dan keamanannya.

    1.2 Tujuan

    1.2.1 Mengetahui pentingnya registrasi suatu produk farmasi.

    1.2.2 Mengetahui tata cara registrasi suatu produk farmasi.

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    9/60

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Regristrasi Obat

    Obat merupakan sediaan atau paduan bahan  –   bahan termasuk produk

     biologi dan kontrasepsi yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau

    menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan

    diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, dan peningkatan kesehatan

    (Menkes RI, 2008). Ketika obat sampai ke tangan pasien, obat harus tetap

    terjamin keamanan, kualitas, dan efektifitasnya. Oleh sebab itu pemerintah telah

    mengatur registrasi obat, yaitu dalam :

    a. 

    Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

    1010/Menkes/Per/XI/2008 tentang Registrasi Obat

     b. 

    Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

     Nomor HK.03.1.23.10.11.08481 Tahun 2011 tentang Kriteria dan Tata

    Laksana Registrasi Obat.

    Obat yang beredar di Indonesia adalah obat yang memiliki izin edar.

    Proses untuk mendapatkan izin edar yaitu dengan cara registrasi. Pendaftar dapat

    meregistrasikan obat kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Obat

    yang akan memiliki izin edar harus memenuhi kriteria obat yang dapat

    diregistrasikan, yaitu (Depkes RI, 2008) :

    1.  Memiliki khasiat yang meyakinkan dan keamanan yang memadai. Hal ini

    dapat dibuktikan melalui uji non-klinik dan uji klinik atau bukti-bukti lain

    sesuai dengan status perkembangan ilmu pengetahuan yang bersangkutan.

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    10/60

    4

    2.  Mutu obat yang memenuhi syarat, hal ini dinilai dari proses produksi sesuai

    Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), spesifikasi dan metode analisis

    terhadap semua bahan yang digunakan serta produk jadi dengan bukti yang

    sah.

    3.  Penandaan dan informasi produk berisi informasi lengkap, objektif, dan tidak

    menyesatkan yang dapat menjamin penggunaan obat secara tepat, rasional dan

    aman.

    4.  Sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat.

    5.  Khusus untuk psikotropika baru, harus memiliki keunggulan dibandingkan

    dengan obat yang telah disetujui beredar di Indonesia.

    6. 

    Obat kontrasepsi atau obat lain yang digunakan dalam program nasional harus

    dilakukan uji klinik di Indonesia.

    II.1.1 Kategori Registrasi Obat

    Registrasi obat dibedakan menjadi berbagai kategori, yaitu sesuai dengan

     jenis obat yang diregistrasikan. Obat yang diregistrasikan dapat berupa obat

     produksi dalam negeri maupun obat produksi luar negeri. Obat-obatan yang

    diproduksi di dalam negeri dapat berupa produk obat buatan sendiri, produk obat

     berdasarkan lisensi maupun produk obat berdasarkan kontrak. Registrasi obat

    terdiri dari registrasi baru, registrasi variasi dan registrasi ulang.

    Menurut Peraturan Kepala BPOM No. HK.03.1.23.10.11.08481 tahun

    2011 tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat, tedapat 7 kategori yang

    digolongkan dalam registrasi baru, registrasi variasi, dan registrasi ulang.

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    11/60

    5

    II.1.1.1 Registrasi Baru

    Registrasi baru adalah registrasi obat yang belum pernah mendapat izin

    edar di Indonesia, beberapa kategori untuk registrasi obat baru diantaranya:

    a.  Kategori 1 : Registrasi obat baru dan produk biologi, termasuk Produk Biologi

    Sejenis (PBS). Obat baru adalah obat dengan zat aktif baru, zat tambahan

     baru, bentuk sediaan/rute pemberian baru, kekuatan baru, atau kombinasi baru

    yang belum pernah disetujui di Indonesia. Produk biologi contohnya adalah

    vaksin imunosera, antigen, hormon, enzim, produk darah, dan produk hasil

    fermentasi lainnya (termasuk antibodi monoklonal dan produk yang berasal

    dari teknologi rekombinan DNA) yang digunakan untuk mempengaruhi atau

    menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka pencegahan,

     penyembuhan, pemulihan, dan peningkatan kesehatan.

     b.  Kategori 2 : Registrasi obat copy. Obat copy  adalah obat yang mengandung

    zat aktif dengan komposisi, kekuatan, bentuk sediaan, rute pemberian,

    indikasi, dan posologi yang sama dengan obat yang sudah disetujui.

    c.  Kategori 3 : Registrasi sediaan lain yang mengandung obat. Produk ini adalah

     produk yang mengandung obat dengan teknologi khusus, contoh dari sediaan

    ini adalah path, implant , dan beads. 

    II.1.1.2 Registrasi Variasi

    Registrasi variasi adalah registrasi perubahan aspek apapun pada obat

    yang telah memiliki izin edar di Indonesia, termasuk perubahan formulasi,

    metode, proses pembuatan, spesifikasi untuk obat dan bahan baku, wadah,

    kemasan dan penandaan. Beberapa kategori untuk registrasi variasi diantaranya:

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    12/60

    6

    a.  Kategori 4 : Registrasi variasi major (VaMa). Registrasi ini berpengaruh

     bermakna terhadap aspek khasiat, keamanan, dan atau mutu obat.

     b. 

    Kategori 5 : Registrasi variasi minor yang memerlukan persetujuan (VaMi-B).

    Registrasi ini merupakan registrasi obat yang tidak termasuk dalam kategori

    minor dengan notifikasi maupun variasi major.

    c.  Kategori 6 : Registrasi variasi minor dengan notifikasi (VaMi-A). Registrasi

    variasi ini minimal atau bahkan tidak berpengaruh sama sekali terhadap aspek

    khasiat, keamanan, dan mutu obat, serta tidak merubah informasi pada

    sertifikat izin edar.

    II.1.1.3 Registrasi Ulang

    a. 

    Kategori 7 : Registrasi ulang, yaitu registrasi perpanjangan masa berlaku izin

    edar.

    II.1.2 Pengajuan Registrasi Obat

    II.1.2.1 Registrasi Obat Produksi Dalam Negeri

    Obat produksi dalam negeri adalah obat yang dibuat atau dikemas primer

    oleh industri farmasi di Indonesia. Registrasi obat produksi dalam negeri

    dilakukan oleh pendaftar yang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut

    (Menkes RI, 2008) :

    a. 

    Memiliki izin industri farmasi

     b. 

    Memiliki sertifikat CPOB yang masih berlaku sesuai dengan jenis dan bentuk

    sediaan yang diregistrasikan

    c.  Untuk calon industri farmasi yang sedang melakukan pembangunan, atau

    industri farmasi yang sedang melakukan perluasan fasilitas produksi,

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    13/60

    7

     persyaratan registrasi dapat berupa hasil inspeksi terhadap pelaksanaan

     pembangunan. Data inspeksi terakhir dan perubahan terkait paling lama 2

    (dua) tahun yang dikeluarkan oleh BPOM.

    II.1.2.1.1 Registrasi Obat Produksi Dalam Negeri Berdasarkan Lisensi 

    Lisensi adalah perlimpahan hak dan wewenang penggunaan hasil

     penelitian dan pengembangan yang menyangkut khasiat, keamanan, mutu, dan

    alih teknologi dalam pembuatan, dan penggunaan nama dagang serta penjualan

    suatu obat. Obat lisensi merupakan obat yang dibuat oleh industri farmasi dalam

    negeri berdasarkan lisensi. Adapun syarat registrasi obat produksi dalam negeri

    yang berdasarkan lisensi adalah (Menkes RI, 2008) :

    a. 

    Pendaftar registrasi obat produksi dalam negeri yang berdasarkan lisensi harus

    dilakukan oleh industri farmasi yang menerima lisensi.

     b. 

    Izin industri farmasi atau dokumen penunjang dengan bukti yang cukup untuk

     badan/institusi riset sebagai pemberi lisensi.

    c.  Izin industri farmasi sebagai penerima lisensi.

    d.  Sertifikat CPOB industri farmasi penerima lisensi yg masih berlaku untuk

     bentuk sediaan yang didaftarkan.

    e. 

    Memiliki dokumen perjanjian lisensi, yang minimal memuat masa berlaku

    lisensi dan obat yang akan diregistrasikan.

    f. 

    Pemberi lisensi dapat berupa industri farmasi di luar negeri atau badan riset

     pemilik formula dan teknologi di dalam atau di luar negeri.

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    14/60

    8

    II.1.2.1.2 Registrasi Obat Produksi Dalam Negeri Berdasarkan Kontrak

    Pendaftar untuk registrasi obat produksi dalam negeri berdasarkan kontrak

    adalah industri farmasi yang melimpahkan pekerjaan pembuatan obat berdasarkan

    kontrak (pemberi kontrak). Sedangkan penerima kontrak adalah industri farmasi

    yang menerima pekerjaan pembuatan obat berdasarkan kontrak. Persyaratan yang

    harus dipenuhi oleh pendaftar dalam registrasi obat ini yaitu (Menkes RI, 2008) :

    a.  Izin industri farmasi pendaftar /pemberi kontrak.

     b.  Izin industri farmasi sebagai penerima kontrak.

    c.  Sertifikat CPOB industri farmasi pendaftar/pemberi kontrak yang masih

     berlaku.

    d. 

    Pendaftar memiliki paling sedikit 1 fasilitas produksi sediaan lain yang telah

    memenuhi persyaratan CPOB.

    e. 

    Sertifikat CPOB industri farmasi penerima kontrak yang masih berlaku sesuai

     bentuk sediaan obat jadi yg dikontrakkan.

    f.  Memiliki dokumen perjanjian kontrak.

    g.  Pembuatan obat dapat berupa seluruh tahapan pembuatan atau sebagian

    tahapan pembuatan.

    h. 

    Formula obat dapat berupa formula dari pemberi kontrak atau formula dari

     penerima kontrak.

    i. 

    Penanggung jawab utama adalah industri farmasi pemberi kontrak sebagai

     pemilik izin edar.

     j.  Penerima kontrak tidak dapat mengalihkan pembuatan obat yang dikontrakkan

    kepada industri farmasi pihak ketiga.

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    15/60

    9

    II.1.2.2 Registrasi Obat Impor

    Obat impor adalah obat yang dibuat oleh industri farmasi luar negeri

    dalam bentuk produk jadi atau produk ruahan dalam kemasan primer yang akan

    diedarkan di Indonesia. Adapun ketentuan registrasi obat impor yaitu (Menkes RI,

    2008) :

    a. 

    Obat impor diutamakan untuk obat program kesehatan masyarakat

     berdasarkan penetapan oleh program kesehatan.

     b.  Obat yang diimpor diutamakan adalah obat penemuan baru yang masih

    dalam perlindungan paten atau obat originator (obat yang pertama kali

    diberi izin edar di Indonesia berdasarkan data lengkap khasiat, keamanan,

    mutu, dan obat dengan inovasi baru).

    c.  Obat yang diimpor diutamakan adalah obat dibutuhkan tetapi tidak dapat

    diproduksi di dalam negeri.

    d.  Harus dilengkapi dengan justifikasi bahwa obat yang bersangkutan tidak

    dapat diproduksi di Indonesia.

    e.  Registrasi obat impor hanya dapat dilakukan oleh pendaftar yang

    mendapat persetujuan tertulis dari industri farmasi di luar negeri.

    f.  Izin industri farmasi produsen & pendaftar .

    g.  Certificate of Pharmaceutical Product (CPP) dari negara produsen

    dan/atau negara dimana diterbitkan sertifikat pelulusan bets.

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    16/60

    10

    h.  Sertifikat CPOB yang masih berlaku dari produsen untuk bentuk sediaan

    yang didaftarkan atau dokumen lain yang setara (termasuk sertifikat.

    CPOB produsen zat aktif untuk Produk Biologi).

    i. 

    Data inspeksi CPOB terakhir dan perubahan terkait paling lama 2 (dua)

    tahun yang dikeluarkan oleh otoritas pengawas obat setempat dan/atau

    otoritas pengawas obat negara lain.

     j.  Bukti perimbangan kegiatan ekspor dan impor (jika perlu).

    II.1.3 Dokumen Registrasi Obat

    Registrasi obat dilakukan oleh pendaftar dengan menyerahkan

    dokumen registrasi. Dokumen harus menggunakan bahasa Indonesia atau

     bahasa Inggris, dan bersifat rahasia karena hanya dipergunakan untuk

    keperluan evaluasi oleh pihak yang berwenang. Secara umum, dokumen

    registrasi obat harus dipenuhi atau diserahkan kepada BPOM .

    Tabel 1. Dokumen Registrasi Obat

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    17/60

    11

    II.1.4 Tata Laksana Registrasi Obat

    Langkah awal untuk mendapatkan izin edar adalah melalui tahapan pra-

    registrasi, kemudian dilanjutkan dengan proses registrasi. Permohonan pra-

    registrasi maupun registrasi diajukan oleh pendaftar secara tertulis kepada Kepala

    BPOM dilampiri dengan dokumen yang dibutuhkan. Dokumen registrasi disusun

    sesuai dengan format  ASEAN Common Technical Dossier (ACTD). Selain

    dilakukan dengan cara manual (mendatangi kantor BPOM), kini tahapan registrasi

    dapat dilakukan secara elektronik yaitu dengan AeRO (Aplikasi e-Registrasi

    Obat) (BPOM RI, 2011).

    Gambar 1. Alur Registrasi Obat

    Keterangan:

    1.  Pendaftaran oleh Industri Farmasi kepada kepala BPOM, sekaligus tahapan

     pra-registrasi yaitu prosedur untuk menentukan jalur evaluasi dan kategori

    registrasi. Pada tahap pra-registrasi juga disertai dengan penyerahan dokumen

     pra-registrasi.

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    18/60

    12

    2.  Pemberitahuan hasil pra-registrasi secara tertulis dari BPOM.

    3. 

    Pengajuan registrasi dengan menyerahkan berkas registrasi, mengisi formulir

    registrasi, menyerahkan bukti pembayaran biaya evaluasi dan pendaftaran,

    serta hasil pra-registrasi.

    4.  Evaluasi berkas registrasi obat oleh KomNas Penilai Obat Jadi yang dibentuk

    oleh BPOM.

    5.  KomNas Penilai Obat Jadi memberitahukan hasil evaluasi secara tertulis

    kepada Industri Farmasi pendaftar dan memberikan rekomendasi kepada

    kepala BPOM.

    6.  Kepala BPOM memberikan keputusan berupa pemberian ijin edar atau

     penolakan pemberian ijin edar. Keputusan ini disampaikan secara tertulis

    kepada Industri Farmasi yang bersangkutan. Pemberian keputusan ini

    diberikan selambat-lambatnya berkisar antara 40-100 hari kerja (tergantung

    kategori dan jalur evaluasi) setelah menerima berkas registrasi yang lengkap.

    7.  Setelah mendapatkan ijin edar, Industri Farmasi yang bersangkutan boleh

    mulai memproduksi obat jadi tersebut untuk kemudian diedarkan.

    8.  BPOM melaporkan pemberian ijin edar obat jadi kepada Menteri Kesehatan

    setiap satu tahun sekali.

    II.1.4.1 Pra-Registrasi

    Permohonan pra-registrasi obat dilakukan untuk penentuan registrasi obat,

     penentuan kategori registrasi, penentuan jalur evaluasi, penentuan biaya evaluasi,

    dan penentuan dokumen registrasi obat. Pada tahap ini pemohon mengisi formulir,

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    19/60

    13

    menyerahkan bukti pembayaran biaya pra-registrasi, dan melampirkan dokumen

    yang sesuai (BPOM RI, 2011).

    Hasil Pra-Registrasi (HPR) akan diberikan oleh kepala BPOM paling

    lama 40 hari sejak diterima permohonan pra-registrasi. HPR bersifat final dan

    mengikat, serta berlaku selama 1 tahun sejak tanggal dikeluarkan. Pemohon

    diberikan kesempatan untuk melengkapi data apabila data yang diserahkan ke

    BPOM belum lengkap, dan diberikan jangka waktu paling lama 20 hari sejak

    diberikan surat permintaan tambahan data. Apabila selama waktu tersebut

     pemohon tidak dapat melakukan tambahan data, maka pra-registrasi dinyatakan

    ditolak dan biaya yang sudah dibayarkan tidak dapat ditarik kembali (BPOM RI,

    2011).

    II.1.4.2 Registrasi

    Pengajuan registrasi dilakukan dengan menyerahkan berkas registrasi

    dengan mengisi formulir registrasi disertai bukti pembayaran biaya evaluasi dan

     pendaftaran dan hasil pra-registrasi. Berkas registrasi terdiri dari formulir

    registrasi dengan dokumen administratif dan dokumn penunjang. Dokumen

     penunjang yang dimaksud yaitu (BPOM RI, 2011):

    1. 

    Dokumen mutu dan teknologi untuk menjamin mutu obat.

    2. 

    Dokumen Uji Pre-Klinik yang menggambarkan profil farmakodinamika,

    farmakokinetika, maupun toksisitas yang aman.

    3.  Dokumen uji klinik harus dapat mmbuktikan efikasi dan keamanan obat jadi

    secara meyakinkan dengan rincian sesuai.

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    20/60

    14

    Untuk keperluan evaluasi mutu, pendaftar harus menyerahkan contoh

    obat untuk 3 (tiga) kali pengujian dan bahan baku pembanding sesuai dengan

    spesifikasi dan metode pengujian zat aktif yang dimaksud. Rancangan kemasan

    yang meliputi etiket, dus/ bungkus luar, strip/blister, catch cover , ampul/vial dan

    kemasan lain sesuai ketentuan tentang pembungkusan dan penandaan yang

     berlaku, yang merupakan rancangan kemasan obat yang akan diedarkan dan dapat

    dilengkapi dengan rancangan warna (BPOM RI, 2011).

    II.1.4.3 Jalur Evaluasi

    Jalur evaluasi dibagi menjadi 4 jalur, yaitu (BPOM RI, 2011): 

    1.  Jalur 40 hari

    a. 

    Registrasi variasi minor yang memerlukan persetujuan.

     b.  Registrasi obat khusus ekspor.

    2. 

    Jalur 100 hari

    a.  Registrasi baru obat baru dan produk biologi yang diindikasikan untuk

    terapi penyakit serius yang mengancam nyawa manusia atau menular

    kepada orang lain, dan belum ada atau kurangnya terapi yang aman dan

    efektif.

     b. 

    Registrasi baru obat baru dan produk biologi yang diindikasikan untuk

     penyakit serius dan langka.

    c. 

    Registrasi baru obat baru dan produk biologi yang ditujukan untuk program

    kesehatan masyarakat.

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    21/60

    15

    d.  Registrasi baru obat baru dan produk biologi yang dikembangkan oleh

    industri farmasi atau inststitusi riset di Indonesia dan seluruh tahapan uji

    kliniknya dilakukan di Indonesia.

    e. 

    Registrasi baru obat copy esensial generik.

    f.  Registrasi baru obat copy dengan standar informasi elektronik (stinel).

    g.  Registrasi variasi major indikasi baru.

    h.  Registrasi variasi major yang tidak termasuk pada poin g.

    3.  Jalur 150 hari

    a.  Registrasi baru obat baru, produk biologi, dan registrasi variasi major

    indikasi baru, yang telah disetujui di negara yang telah menerapkan sistem

    evaluasi terharmonisasi atau sistem evaluasi yang telah dikenal baik.

     b.  Registrasi baru obat baru, produk biologi, dan registrasi variasi major

    indikasi baru, yang telah disetujui paling sedikit di 3 negara dengan sistem

    evaluasi yang telah dikenal baik.

    c.  Registrasi baru obat copy tanpa stinel.

    4.  Jalur 300 hari

    Registrasi yang tidak termasuk dalam jalur evaluasi baik pada poin 2 dan 3.

    II.1.5 Evaluasi dan Pemberian Keputusan

    Dokumen registrasi yang telah dinyatakan lengkap akan dilakukan

    evaluasi sesuai dengan kriteria obat. Evaluasi dilakukan sesuai dengan jalur

    evaluasi, dan perhitungan waktu evaluasi pun sesuai dengan jalurnya. Untuk

    melakukan evaluasi, maka dibentuk (BPOM RI, 2011) : 

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    22/60

    16

    1.  Komite Nasional (KOMNAS) Penilai Obat, yaitu membahas, merumuskan,

    memberikan pertimbangan dan keputusan hasil evaluasi obat melalui forum

    rapat berkala.

    2. 

    Panitia Penilai Khasiat Keamanan, bertugas melakukan evaluasi terhadap

    aspek khasiat dan keamanan untuk dibahas dalam rapat KOMNAS.

    3.  Panitia Penilai Mutu, yaitu melakukan evaluasi terhadap aspek mutu.

    4.  Panitia Penilai Informasi Produk dan Penandaan, bertugas melakukan evaluasi

    terhadap aspek informasi produk dan penandaan.

    Berdasarkan hasil evaluasi data khasiat dan keamanan, KOMNAS penilai

    obat dapat memberikan rekomendasi kepada Kepala Badan. Apabila diperlukan

    klarifikasi atau penjelasan teknis secara rinci dari dokumen yang diserahkan,

    KOMNAS penilai obat dapat merekomendasikan untuk dilakukan dengan

     pendapat oleh pendaftar. Pemberian keputusan yaitu bahwa permohonan registrasi

    diterima atau ditolak.

    II.1.6 Masa Berlaku dan Pelaksanaan Izin Edar 

    Izin edar obat hanya diberikan kepada pendaftar yang memenuhi

     persyaratan yaitu administrasi dan teknis (berupa hasil evaluasi efikasi, keamanan,

    mutu, kemanfaatan dan penandaan). Izin edar obat berlaku 5 (lima) tahun selama

    memenuhi ketentuan yang berlaku. Pemberlakuan kembali izin edar obat

    ditetapkan tersendiri oleh Kepala Badan (Menkes RI, 2008).

    II.1.7 Nomor Registrasi Obat

     Nomor Registrasi Obat yang didapatkan setelah selesai registrasi terdiri

    dari 15 digit.

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    23/60

    17

    Contoh : Sediaan Salep Inerson 15 gram memiliki nomor registrasi sebagai

     berikut :

    D K L 8 8 1 7 6 0 5 2 3 0 A 1

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

    Digit 1 : D : menunjukkan nama dagang

    G : menunjukkan nama generik

    Digit 2 : K : Golongan obat keras

    T : Golongsn obat bebas terbatas

    B : Golongan obat bebas

    P : Golongan obat Psikotropika

     N : Golongan obat Narkotika

    H : Golongan obat hewan

    Digit 3 : I : Obat jadi impor

    L : Obat jadi produksi local

    E : Obat jadi untuk keperluan ekspor

    X: Obat jadi untuk keperluan khusus (misalnya untuk keperluan

     program)

    Digit 4, 5 : Membedakan periode pendaftaran obat jadi

    Misal 88 = Obat jadi yang telah disetujui pada periode 88

    Digit 6, 7, 8: Menunjukkan nomor urut pabrik (jumlah pabrik yang ada lebih

    dari 100 dan kurang dari 1000)

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    24/60

    18

    Digit 9, 10,11: Menunjukkan nomor urut obat jadi yang disetujui untuk masing  –  

    masing pabrik (jumlah obat jadi untuk masing- masing pabrik

    ada yang lebih dari 100 dan diperkirakan tidak lebih dari 1000

    Digit 12, 13 : Menunjukkan bentuk sediaan obat jadi (macam bentuk sediaan

    yang ada lebih dari 26 macam)

    Digit 14 : Menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi;

    A : menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi yang pertama

    disetujui

    B : menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi yang kedua disetujui

    C : menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi yang ketiga disetujui

    dst

    Digit 15 : Menunjukkan kemasan berbeda untuk tiap nama, kekuatan dan

     bentuk sediaan obat jadi

    II.2 Regristrasi Obat Tradisional

    Obat herbal yang diproduksi dan dijual ke masyarakat umum harus

    memenuhi aturan yang ditetapkan oleh BPOM, antara lain mengenai persyaratan

    obat tradisional, aturan kemasan, serta pedoman Cara Pembuatan Obat

    Tradisional yang Baik (CPOTB). Obat tradisional adalah bahan atau ramuan

     bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian

    (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah

    digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang

     berlaku di masyarakat (BPOM RI, 2011).

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    25/60

    19

    Registrasi Obat Tradisional adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi obat

    tradisional untuk mendapatkan izin edar. Izin edar Obat Tradisional merupakan

     bentuk persetujuan registrasi obat tradisional untuk dapat diedarkan di suatu

    wilayah (negara) tertentu. Di Indonesia telah ditetapkan pengaturan tentang

    Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar,

    dan Fitofarmaka, yaitu dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan

    Makanan Republik Indonesia Nomor HK. 00.05.41.1384. Kemudian secara

    spesifik pengaturan registrasi obat tradisional telah disusun dalam Peraturan

    Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 007 Tahun 2012 tentang Registrasi

    Obat Tradisional. Tujuan disusunnya peraturan ini adalah untuk melindungi

    masyarakat dari peredaran obat tradisional yang tidak memenuhi persyaratan

    keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu.

    II.2.1 Persyaratan Obat Tradisional

    Untuk pembuatan obat tradisional berupa serbuk (berupa butiran homogen

    dengan derajat halus yang cocok, bahan bakunya berupa simplisia/bahan kering),

    harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu (Menkes RI, 2012) : 

    1.  Kadar air tidak lebih dari 10%.

    2. 

    Angka kapang (semacam jamur yang biasanya tumbuh pada permukaan

    makanan yang sudah basi atau terlalu lama tidak di olah), dan khamir (ragi)

    tidak lebih dari 10.

    3.  Mikroba patogennya negatif/nol.

    4.  Aflatoksin tidak lebih dari 30 bpj (bagian per juta).

    5.  Serbuk dengan bahan baku simplisia dilarang ditambahkan bahan pengawet.

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    26/60

    20

    6.  Wadah tertutup baik, disimpan pada suhu kamar, ditempat kering dan

    terlindung dari sinar matahari.

    Sedangkan untuk obat tradisional berbentuk kapsul (obat tradisional yang

    terbungkus cangkang keras atau lunak), harus memenuhi beberapa persyaratan,

    yaitu (Menkes RI, 2012) :

    1.  Waktu lunak tidak lebih dari 15 menit.

    2.  Isi kapsul harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.

    3.  Kadar air isi kapsul tidak lebih dari 10%.

    4.  Angka kapang dan khamir tidak lebih dari 10.

    5.  Aflatoksis tidak lebih dari 30 bpj.

    6. 

    Dalam wadah tertutup baik, disimpan pada suhu kamar, ditempat kering dan

    terlindung dari sinar matahari.

    Kemasan obat tradisional memiliki aturan-aturan yang jelas dari BPOM.

    Desain kemasan obat yang tidak memenuhi ketentuan-ketentuan ini akan ditolak

    oleh BPOM, menjadikan produk tersebut tidak memiliki nomor registrasi dan

    menjadi ilegal bila diedarkan. Beberapa aturan desain kemasan Obat Tradisional

    BPOM, antara lain (BPOM RI, 2005) :

    1. 

    Merek

    2. 

    Ilustrasi

    3. 

    Khasiat

    4.   Nomor regristrasi

    5.  Logo Obat Tradisional/Jamu dibagian kiri atas. Penggunaan warna logo juga

    tidak bisa diubah, standar warna yang digunakan adalah warna hijau tua.

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    27/60

    21

    6.   Nama produsen

    7. 

    Komposisi produk

    8. 

    Peringatan/Perhatian (optional dari BPOM)

    9. 

     Netto/Isi

    10. Khasiat produk pada kemasan obat tradisional harus sama dengan sertifikat

    yang diberikan oleh BPOM. Khasiat tidak boleh dilebih-lebihkan.

    11. Cantumkan cara penyimpanan agar kandungan produk tidak mudah

    kadaluarsa.

    12. Dosis

    13.  Nomor produksi dan tanggal kadaluarsa, sehingga mudah mengecek tanggal

     produksi, ataupun hal lain seperti pengajuan komplain dari konsumen atas

    ketidakpuasan isi produk.

    14. 

    Logo halal.

    Obat tradisional, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka yang akan

    didaftarkan harus memenuhi kriteria sebagai berikut (Menkes RI, 2012) : 

    1.  Menggunakan bahan berkhasiat dan bahan tambahan yang memenuhi

     persyaratan mutu, keamanan, kemanfaatan / khasiat. 

    2. 

    Dibuat sesuai dengan ketentuan tentag Pedoman Cara Pembuatan Obat

    Tradisional yang Baik dan Cara Pembuatan Obat yang Baik yang berlaku. 

    3. 

    Penandaan berisi informasi yang lengkap dan objektif yang dapat menjamin

     penggunaan obat tradisional, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka secara

    tepat, rasional, dan aman sesuai dengan hasil evaluasi dalam rangka

     pendaftaran. 

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    28/60

    22

    II.2.2 Kategori Registrasi Obat Tradisional

    Pendaftaran obat tradisional, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka

    dikategorikan menjadi pendaftaran baru dan pendaftaran variasi (BPOM RI,

    2005).

    II.2.2.1 Pedaftaran Baru Obat Tradisional

    a.  Kategori 1 : Obat tradisional yang hanya mengandung simplisia berasal dari

    Indonesia dalam bentuk sediaan sederhana (rajangan, serbuk, dodol, tapel,

    cairan obat luar).

     b.  Kategori 2 : Obat tradisional yang hanya mengandung simplisia berasal dari

    Indonesia dalam bentuk sediaan modern (pil, tablet, kapsul, krim, gel, salep,

    suppositoria, cairan obat dalam).

    c.  Kategori 3 : Obat tradisional kategori 1 dan kategori 2 dengan klaim indikasi

     baru, bentuk sediaan baru, posologi, dan dosis baru.

    d.  Kategori 4 : Pendaftaran obat herbal terstandar.

    e.  Kategori 5 : Pendaftaran Fitofarmaka.

    f.  Kategori 6 : Pendaftaran kategori 4 dan 5 dengan klaim indikasi baru, bentuk

    sediaan baru, posologi, dan dosis baru.

    g. 

    Kategori 7 : Obat tradisional yang mengandung simplisia bukan dari Indonesia

    dan atau simplisia yang profil keamanannya belum diketahui dengan pasti.

    h. 

    Kategori 8 : Obat tradisional dengan kategori 7 dengan klaim indikasi baru,

     bentuk sediaan baru, posologi, dan dosis baru.

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    29/60

    23

    II.2.2.2 Pendaftaran Variasi Obat Tradisional

    a. 

    Kategori 9 : Pendaftaran obat tradisional, obat herbal terstandar, dan

    fitofarmaka yang telah mendapat izin edar dengan perubahan nama produk

    tanpa perubahan komposisi, perubahan atau penambahan ukuran kemasan,

     perubahan klaim pada penandaan yang tidak mengubah manfaat, perubahan

    desain kemasan, perubahan nama pabrik atau nama pemberi lisensi tanpa

     perubahan status kepemilikan, dan perubahan nama importir tanpa perubahan

    status kepemilikan.

     b.  Kategori 10 : Pendaftaran obat tradisional, obat herbal terstandar, dan

    fitofarmaka yang telah mendapat izin edar dengan perubahan spesifikasi dan

    atau metode analisis bahan baku, perubahan spesifikasi dan atau metode

    analisis produk jadi, perubahan stabilitas, perubahan teknologi produksi,

     perubahan tempat produksi, perubahan atau penambahan jenis kemasan.

    c.  Kategori 11: Pendaftaran obat tradisional, obat herbal terstandar, dan

    fitofarmaka yang telah mendapat izin edar dengan perubahan formula atau

    komposisi termasuk bahan tambahan yang tidak mengubah khasiat.

    II.2.3 Persyaratan Registrasi Obat Tradisional

    II.2.3.1 Obat Tradisional Lokal

    a. 

    Formulasi / Khasiat yang terdiri dari komposisi, nama bahan baku dan

     jumlahnya.

     b.  Khasiat / Kegunaan yang didukung oleh khasiat / kegunaan bahan baku yang

    ditunjang daftar pustaka.

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    30/60

    24

    c.  Cara Pemakaian dan takaran / dosis obat tradisional (terperinci), seperti

     peringatan, perhatian, pantangan/anjuran, lama pemakaian.

    d. 

    Mutu dan Teknologi.

    e. 

    Cara Pembuatan. Jumlah produk yang direncanakan untuk satu kali

     pembuatan lengkap dengan jumlah bahan baku yang digunakan, semua tahap

     pembuatan / Prosedur Operasional Standar, dan alat atau mesin yang

    digunakan.

    f.  Sumber perolehan bahan baku.

    g.  Penilaian Mutu Bahan Baku, yaitu pemerian/organoleptik, makroskopik,

    mikroskopik dan uji fisika-kimia yang disesuaikan dengan jenis bahan baku

    (simplisia atau ekstrak).

    h.  Penilaian Mutu Produk Jadi, dengan adanya Sertifikat analisa produk jadi

    meliputi pemeriksaan fisika, kimia, cemaran mikroba dan cemaran logam.

    i.  Metoda dan Hasil Pengujian Stabilitas/Keawetan.

    II.2.3.2 Obat Tradisional Impor

    Persyaratan sama dengan produk lokal, dengan melampirkan data-data

    dari industri asal (asli atau fotokopi yang dilegalisir). Untuk penandaan/etiket

    sekurang-kurangnya memuat (Menkes RI, 2012) :

    a. 

     Nama Obat Tradisional.

     b. 

    Ukuran kemasan (Berat bersih/isi bersih).

    c.   Nomor Pendaftaran, nama dan alamat industri (sekurang-kurangnya nama

    kota dan negara).

    d.  Komposisi (nama latin bahan baku).

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    31/60

    25

    e.  Khasiat/Kegunaan.

    f. 

    Cara pemakaian.

    g. 

    Peringatan dan kontraindikasi (bila ada).

    h. 

     Nomor kode produksi.

    i.  Kadaluwarsa.

    Untuk Produk Lokal, tambahkan kata jamu dalam lingkaran (logo jamu).

    Untuk Produk Lisensi, tambahkan lambang daun (logo produk OT Lisensi) dan

    nama pemberi lisensi. Sedangkan untuk Produk Impor, tambahkan nama

    importir/distributor di Indonesia, dan informasi harus ditulis dengan huruf latin

    dalam bahasa Indonesia disamping bahasa aslinya.

    II.2.4 Tata Laksana Registrasi Obat Tradisional

    Gambar 2. Alur Registrasi Obat Tradisional

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    32/60

    26

    II.2.5 Dokumen Registrasi Obat Tradisional 

    II.2.5.1 Lokal

    a. 

    Fotokopi izin usaha Industri Obat Tradisional/Industri Kecil Obat Tradisional.

     b. 

    Fotokopi ijazah, Surat Ijin Kerja Apoteker Penanggung Jawab Teknis yang

    telah divisum atau Surat Penugasan dari Kantor Wilayah Departemen

    Kesehatan RI setempat dimana industri tersebut berada.

    c.  Surat Pernyataan Apoteker sebagai Penanggung Jawab Teknis.

    II.2.5.2 Lisensi

    Persyaratannya sama dengan produk lokal, disertai dengan:

    a.  Surat Penunjukan Lisensi

     b. 

     Free Sale Certificate  (asli) dari negara asal yang disahkan oleh Pejabat

    Perwakilan Pemerintah RI di negara tersebut.

    Pemohon selain industri Obat Tradisional juga boleh didaftarkan oleh

    suatu Badan Usaha, dan disertai dengan surat penunjukan dari produsen negara

    asal,  Free Sale Certificate  (asli) dari negara asal yang disahkan oleh Pejabat

    Perwakilan Pemerintah RI di negara tersebut, sertifikat uji laboratorium yang

    ditunjuk oleh BPOM, Data Uji toksisitas untuk obat tradisional yang

    keamanannya belum diketahui.

    II.2.6 Nomor Registrasi Obat Tradisional

     Nomor pendaftaran obat tradisional terdiri dari 11 digit yaitu 2 digit

     pertama berupa huruf dan 9 digit kedua berupa angka.

    Misalkan obat counterpain dengan nomor registrasi sebagai berikut :

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    33/60

    27

    BT R 0 0 1 7 0 0 0 3 2

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 

    -  Digit ke-1 : menunjukkan obat tradisional.

    -  Digit ke-2 : menunjukkan lokasi obat tradisional tersebut diproduksi.

    TR : Obat tradisional produksi dalam negeri.

    TL : Obat tradisional produksi dalam negeri dengan lisensi.

    TI : Obat tradisional produksi luar negeri atau impor.

    BTR : Obat tradisional yang berbatasan dengan obat produksi

    dalam negeri.

    BTL : Obat tradisional yang berbatasan dengan obat produk

    dalam negeri dengan lisensi.

    BTI :Obat tradisional yang berbatasan dengan obat produksi

    luar negeri atau impor.

    SD : Suplemen makanan produksi dalam negeri.

    SL : Suplemen makanan produksi dalam negeri dengan lisensi.

    SI : Suplemen makanan produksi luar negeri atau impor.

    -  Digit ke-3,4 : Tahun mulai didaftarkan pada Depkes.RI

    1976 ditulis 76.

    1978 ditulis 78.

    2000 ditulis 00.

    -  Digit ke 5 : menunjukkan perusahaan.

    1 : pabrik farmasi.

    2 : pabrik jamu.

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    34/60

    28

    3 : perusahaan jamu.

    Digit ke- 6 : Menunjukkan bentuk sediaan.

    1 : bentuk rajangan.

    2 : bentuk serbuk.

    3 : bentuk kapsul.

    4 : bentuk pil, granul, boli, pastiles, jenang, tablet/kaplet.

    5 : bentuk dodol, majun.

    6 : bentuk cairan.

    7 : bentuk salep, krim.

    8 : bentuk plester/koyo.

    9 : bentuk lain seperti dupa, ratus, mangir, permen.

    -  Digit ke-7 sampai 10 : menunjukkan nomor urut jenis produk yang

    terdaftar.

    -  Digit ke- 11 : menunjukkan jenis atau macam kemasan ( volume).

    1 : 15 ml.

    2 : 30 ml.

    3 : 45 ml.

    II.3 Registrasi Kosmetik

    Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan

     pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital

     bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk:

    membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, memperbaiki bau badan,

    dan melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    35/60

    29

    Menurut asal produksinya, kosmetika dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu

    kosmetika dalam negeri, kosmetika impor, kosmetika kontrak, dan kosmetika

    lisensi.

    II.3.1 Kriteria Kosmetika Yang Diregistrasikan

    Kosmetik yang akan memiliki izin edar harus memenuhi kriteria kosmetik

    yang dapat diregistrasikan, yaitu (Menkes RI, 2010) :

    1. 

    Keamanan, dinilai dari bahan kosmetika yang digunakan sesuai dengan

    ketentuan peraturan perundang-undangan.

    2.  Kosmetika tidak mengganggu atau membahayakan kesehatan manusia.

    3.  Kemanfaatan yang dinilai dari kesesuaian dengan tujuan penggunaan dan

    klain yang cantumkan.

    4.  Mutu yang dinilai dari pemenuhan persyaratan sesuai CPKB dan bahan

    kosmetika yang digunakan sesuai dengan Konteks Kosmetika Indonesia,

    standar lain yang diakui, dan ketentuan perundang-undangan.

    5. Penandaan yang berisi informasi lengkap, obyektif, dan tidak menyesatkan.

    II.3.2 Registrasi dan Notifikasi Kosmetika

    Dalam membuat sebuah produk kosmetik maka produk tersebut harus di

    daftarkan ke BPOM. Ada serangkaian proses panjang yang biasanya disebut

     proses registrasi produk, umumnya bisa berlangsung 1- 3 tahun tergantung

     produknya. Hal ini memakan waktu yang lama karena untuk keluar nomor

    registrasinya perlu banyak dokumen, validasi, formula, stabilitas produk, dan

    kandungan bahan tersebut aman atau tidak, lolos uji dan sebagainya, sehingga

    kemudian akan mendapatkan nomor registrasi.

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    36/60

    30

    Sejak adanya harmonisasi ASEAN 2010 dimana barang import dapat

    masuk lebih leluasa ke negara-negara ASEAN maka untuk memudahkan masuk

    dan meregistrasi maka dibentuk suatu sistem dari pemerintah dimana produk

    impor yang masuk tidak membutuhkan waktu yang panjang dan berliku. Cukup

    hanya didaftarkan saja dan tidak dilakukan pengetesan bahan tersebut (hanya

    kelengkapan dokumentasi dan data pendukung). Keamanan produk tersebut

    dijamin oleh negara pembuat bukan negara yang dituju.

    Tabel 2. Perbedaan Antara Mekanisme Registrasi dan Notifikasi Kosmetika

    REGISTRASI NOTIFIKASI

      Dilakukan dengan cara mengisi

    template elektronik

      Dilakukan dengan cara mengisi

    template notifikasi elektronik

    melalui website BPOM yang

    dilakukan secara online

      Data Informasi Produk /

    Kosmetika diserahkan ke BPOM

      Dokumen Informasi Produk disimpan

    oleh pemohon

      Dilakukan penilaian terhadap

    keamanan, kemanfaatan, dan

    mutu sebelum kosmetika beredar

      Dilakukan penilaian terhadap

    keamanan, kemanfaatan, dan mutu

    melalui audit setelah kosmetika

     beredar

    Misalnya Produk A dibuat oleh negara Thailand dan sekarang produk A

    masuk ke Indonesia maka produk A cukup didaftarkan saja ke BPOM dan

    mendapat nomor notifikasi ( disingkat NA). Jika sudah mendapat nomor maka

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    37/60

    31

     bisa dijual di Indonesia, soal keamanannya diserahkan pada produsen pembuat

    dinegara Thailand dan bukan dari BPOM.

    Jika beredar sudah dipasaran BPOM kita akan mengambil sampel di

     pasaran produk A ( disebut post market surveillance) dan dicek apakah ada

    kandungan bahan berbahya atau tidak. Jika ada, maka produk tersebut dapat

    ditarik kembali dari pasaran. Itulah cara kerja registrasi dengan sistem NA.

    Perbedaan mekanisme registrasi dan notifikasi kosmetika dapat dilihat pada tabel

    2.

    II.3.2.1 Persyaratan Notifikasi Kosmetik

    A. Pemohon Notifikasi Kosmetika

    1. 

    Industri kosmetika yang telah memiliki ijin produksi.

    2.  Importir kosmetika yang mempunyai Angka Pengenal Impor (API) dan

    surat penunjukan keagenan dari produsen negara asal.

    3.  Usaha perorangan/badan usaha yang melakukan kontrak produksi dengan

    industri kosmetika yang telah memiliki ijin produksi.

    B. Persyaratan Administratif Notifikasi Kosmetika

    1.  Kosmetika Dalam Negeri

     

     NPWP.

      Fotokopi surat ijin produksi kosmetika.

    2.  Kosmetika Impor

      Fotokopi Angka Pengenal Importir (API).

      Fotokopi surat penunjukan keagenan dari produsen negara asal.

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    38/60

    32

      Fotokopi Certificate of Free Sale dan Good Manufacturing Process untuk

    kosmetika impor yang berasal dari negara di luar ASEAN, dikeluarkan

    oleh pejabat yang berwenang atau lembaga yang diakui di negara asal dan

    dilegalisir oleh Kedutaan Besar/Konsulat Jendral Republik Indonesia

    setempat.

      Sertifikat CPKB/GMP atau surat pernyataan penerapan CPKB/GMP

    sesuai dengan bentuk sediaan yang akan dinotifikasi untuk pabrik yang

     berlokasi di ASEAN.

    3.  Kosmetika Kontrak

       NPWP.

      SIUP perusahaan pemberi kontrak.

      Fotokopi surat ijin produksi kosmetika industri penerima kontrak.

      Sertifikat Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB).

      Surat perjanjian kerjasama kontrak.

    4.  Kosmetika Lisensi

      Fotokopi surat ijin produksi kosmetika.

      Surat perjanjian kerjasama lisensi.

    C. Dokumen Notifikasi Kosmetika

    1.  Dokumen dan Ringkasan Produk Dokumen Administrasi

    a.  Formula kualitatif dan kuantitatif.

     b.  Penandaan dan informasi kosmetika.

    c.  Pernyataan pembuatan ( Manufacturing Statement ).

    d.  Pernyataan bahwa kosmetika dibuat sesuai CPKB.

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    39/60

    33

    e.  Penjelasan tentang system penomoran bets.

    f. 

    Ringkasan penilaian keamanan sesuai dengan Pedoman Evaluasi

    Keamanan Kosmetika.

    g. 

    Ringkasan efek yang tidak diinginkan pada manusia.

    h.  Ringkasan data pendukung klaim.

    2. Data Mutu dan Keamanan Bahan Kosmetika

    a.  Spesifikasi dan metode analisis bahan kosmetika.

    3. Data Mutu Kosmetika

    a.  Formula kosmetika.

     b.  Pembuatan kosmetika.

    c. 

    Spesifikasi dan metode analisis kosmetika.

    d.  Ringkasan laporan stabilitas kosmetika.

    4. Data Keamanan dan Kemanfaatan

    Data keamanan dan kemanfaatan terdiri dari informasi mengenai

     penilaian keamanan kosmetika, data kosmetika sserta data pendukung

    klain kosmetika (Menkes RI, 2010).

    D. Tata Laksana Notifikasi Kosmetika

    1. 

    Pemohon yang akan mengajukan permohonan notifikasi kosmetika harus

    mendaftarkan diri kepada Kepala Badan. Pendaftaran sebagai pemohon

    hanya dilakukan 1 kali sepanjang tidak terjadi perubahan data pemohon. 

    2.  Pemohon yang telah terdaftar dapat mengajukan permohonan notifikasi

    dengan mengisi formulir (template) secara elektronik pada website

    BPOM. 

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    40/60

    34

    2.  Apabila dalam jangka waktu 14 hari kerja tidak ada surat penolakan sejak

     pengajuan permohonan notifikasi diterima Kepala BPOM, maka

    kosmetika dianggap sudah dinotifikasi dan dapat diedarkan. 

    3.  Permohonan yang dianggap disetujui, dalam jangka waktu 6 bulan,

    kosmetika yang telah dinotifikasi wajib diproduksi atau diimpor dan

    diedarkan. 

    4.   Notifikasi berlaku dalam jangka waktu 3 tahun, dan setelah masa berlaku

     berakhir pemohon harus memperbahatui notifikasi (Menkes RI, 2010). 

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    41/60

    35

    Gambar 3. Prosedur Notifikasi Kosmetika

    II.3.3 Nomor Registrasi Kosmetika

     Nomor registrasi kosmetika di Indonesia terdiri dari 12 digit. Berikut adalah

    contoh dari nomor registrasi kosmetika :

    C D 0 9 0 5 9 0 0 0 1 2

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

    Digit ke-1 dan 2 : menunjukkan kode kosmetika dalam atau luar negeri

    CD : kode kosmetika dalam negeri

    CL : kode kosmetika luar negeri

    Digit ke- 3 dan 4 : menunjukkan jenis sediaan

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    42/60

    36

    01 = Sediaan bayi

    02 = Sediaan mandi

    03 = Sediaan kebersihan badan

    04 = Sediaan cukur

    05 = Sedian wangi-wangian

    06 = Sediaan rambut

    07 = Sediaan pewarna rambut

    08 = Sediaan rias mata

    09 = Sediaan rias wajah

    10 = Sediaan perawatan kulit

    11 = Sediaan mandi surya dan tabir surya.

    12 = Sediaan kuku

    13 = Sediaan higiene mulut

    Digit ke- 5 dan 6 : menunjukkan sub bagian dari 2 angka sebelumnya

    contoh : 0905 (09 merupakan sediaan rias wajah, dan 05 merupakan lip-gloss).

    Digit ke-7 dan 8 : merupakan tahun dibuat namun dengan terbalik

    contoh : tahun 2009, menjadi 90

    Digit ke-9 sampai 12 : menunjukkan nonmor urut produk yang diproduksi oleh

     perusahaan

    II.4. Suplemen Makanan

    Suplemen makanan adalam produk yang digunakan untuk melengkapi

    makanan, mengandung satu atau lebih bahan sebagai berikut, yaitu vitamin, mineral,

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    43/60

    37

    tumbuhan atau baha yang berasal dari tumbuhan asam amino, bahan yang digunakan

    untuk meningkatkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) atau konsentrat, metabolit,

    konstituen, ekstak atau kombinasi dari beberapa bahan di atas. Suplemen makanan

    dapat berupa produk padat meliputi tablet, tablet hisap, tablet efervesen, tablet

    kunyah, serbuk, kapsul, kapsul luna, granula, pastilles, atau produk cair berupa tetes,

    sirup, atau larutan. 

    Suplemen makanan dalam negeri adalah suplemen makanan yang dibuat dan

    dikemas oleh industri di dalam negeri meliputi suplemen makanan tanpa lisensi,

    suplemen makanan lisensi dan sulemen makanan kontrak. Suplemen makanan lisensi

    adalah suplemen makanan yang dibuat di Indonesia atas dasar lisensi. Suplemen

    makanan kontrak adalah suplemen makanan yang pembuatannya dilimpahkan kepada

    industri farmasi, industri di bidang obat tradisonal atau industri pangan berdasarkan

    kontrak. Suplemen makanan impor adalah suplemen makan yang dibuat oleh industri

    di luar negeri, yang dimasukkan dan diedarkan di wilayah Indonesia. Izin edar adalah

     bentuk persetujuan pendaftaran suplemen makanan yang diberikan oleh Kepala

    Badan untuk dapat diedarkan di wilayah Indonesia (BPOM RI, 2005). 

    II.4.1. Kategori Registrasi Suplemen Makanan

    Registrasi suplemen makanan ke BPOM dikelompokkan menjadi 2 kelompok

     besar, yaitu pendaftaran baru dan pendaftaran variasi. Sedangkan untuk kategorinya,

    dapat dibedakan menjadi 6 kategori (BPOM RI, 2005).

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    44/60

    38

    a.  Pendaftaran Baru

     

    Kategori 1

    Pendaftaran suplemen makanan yang mengandung satu atau lebih

    ahan berua vitamin, mineral, asam aminu, karbohidrat, protein, lemak atau

     bahan lain berupa isolat.

      Kategori 2

    Pendaftaran sulemen makanan yang mengandung satu atau lebih

     bahan berupa vitamin, mineral, asam amino, kabohidrat, protein, lemak,

    isolate lain dan baha berupa bahan alam.

      Kategori 3

    Pendaftaran suplemen makanan dari kategori 1 dan 2 dengan klaim

     penggunaan baru, bentuk sediaan baru, posology dan dosis baru.

    b. 

    Pendaftaran Variasi

      Kategori 5

    Pendaftaran suplemen makanan yang telah mendapat izin edar dengan:

    1)  Perubahan sesifiksi dan atau metode analisis bahan baku.

    2)  Perubahan spesifikasi dan atau metode analisis produk jadi.

    3)  Perubahan stabilitas.

    4)  Perubahan teknologi produksi.

    5)  Perubahan tempat produksi’erubahan atau penambahan jenis kemasan.

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    45/60

    39

      Kategori 6

    Pendaftaran suplemen makanan yang telah mendapat izin edar dengan:

    1)  Perubahan formua atau komposisi yang baha utamanya tergolong dalam

    satu kelompok.

    2)  Perubahan baha tambahan yang tidak mengubah manfaat.

    II.4.2. Persyaratan Registrasi Suplemen Makanan

    Persyaratan Registrasi Suplemen Makanan menurut peraturan yaitu (BPOM

    RI, 2005) :

    a.  Suplemen Makanan Dalam Negeri

      Produk tanpa lisensi

    1)  Izin industri farmasi atau industri di bidang obat tradisional atau industri

     pangan.

    2) 

    Sertifikat Cara Pembuatan Obat yang baik untuk sediaan yang

    didaftarkan.

    3)  Memberikan Contoh produk SM.

    4)  Rancangan kemasan yang meliputi etiket, dus, pembungkus, strip,

     blister, catch cover , dan kemasan lain sesuai ketentuan tentang

     pembungkus dan penandaan yang berlaku, yang merupakan rancangan

    kemasan suplemen makanan yang akan diedarkan dan harus dilengkapi

    dengan rancangan warna; brosur yang mencantumkan informasi

    mengenai obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka.

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    46/60

    40

      Produk Lisensi

    1) 

    Izin industri di bidang obat tradisional, industri farmasi atau industri

     pangan dan dilengkapi dengan bukti yang cukup berupa dokumen mutu

    dan teknologi sebagai pemberi lisensi.

    2)  Izin industri farmasi atau industri di bidang obat tradisional atau industri

     pangan sebagai penerima lisensi.

    3)  Sertifikat yang ditandatangani oleh Pejabat Pemerintah yang berwenang

    di negara pengekspor yang menyatakan bahwa produk tersebut telah

    dibuat dan diedarkan di negara pengekspor.

    4)  Sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (GMP) penerima lisensi

    untuk bentuk sediaan yang didaftarkan.

    5)  Perjanjian lisensi.

    6) 

    Rancangan kemasan yang meliputi etiket, dus, pembungkus, strip,

     blister, catch cover , dan kemasan lain sesuai ketentuan tentang

     pembungkus dan penandaan yang berlaku, yang merupakan rancangan

    kemasan suplemen makanan yang akan diedarkan dan harus dilengkapi

    dengan rancangan warna, brosur yang mencantumkan informasi

    mengenai obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka.

     

    Produk Kontrak

    1)  Mempunyai Izin industri farmasi atau industri dibidang obat tradisional

    atau industri pangan atau badan usaha dibidang pemasaran suplemen

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    47/60

    41

    makanan dan dilengkapi bukti yang cukup berupa dokumen mutu dan

    teknologi sebagai pemberi kontrak.

    2)  Izin industri farmasi dibidang Obat tradisional atau industry pangan

    sebagai penerima kontrak.

    3)  Sertifikat cara Pembuatan yang baik (GMP) penerima kontrak sesuai

     bentuk sediaan yang dikontrakan.

    4)  Memberikan contoh produk SM.

    5) 

    Rancangan kemasan yang meliputi etiket, dus, pembungkus, strip,

     blister, catch cover , dan kemasan lain sesuai ketentuan tentang

     pembungkus dan penandaan yang berlaku, yang merupakan rancangan

    kemasan suplemen.

    b.  Suplemen Makanan Impor

    1.  Mempunyai Izin industri farmasi atau Industri dibidang obat tradisional,

    atau industri pangan atau izin importir dibidang sediaan farmasi.

    2.  Surat penunjukan dari industri suplemen makanan atau pemilik produk di

    negara asal.

    3.  Sertifikat yang ditandatangani oleh pejabat pemerintah yang berwenang di

    negara pengekspor yang menyatakan bahwa produk tersebut telah dibuat

    dan diedarkan di negara asal.

    4.  Sertifikat Cara Pembuatan yang Baik (GMP)/ Certificate of Pharmaceutical

     Product (CPP) dari produsen negara asal.

    5.  Fotokopi Angka Pengenal Importir (API).

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    48/60

    42

    6.  Memberikan Contoh produk SM.

    7. 

    Rancangan kemasan yang meliputi etiket, dus, pembungkus, strip, blister,

    catch cover , dan kemasan lain sesuai ketentuan tentang pembungkus dan

     penandaan yang berlaku, yang merupakan rancangan kemasan suplemen

    makanan yang akan diedarkan dan harus dilengkapi dengan rancangan

    warna, brosur yang mencantumkan informasi mengenai obat tradisional,

    obat herbal terstandar dan fitofarmaka.

    II.4.3. Persyaratan Mutu Suplemen Makanan

    Persyaratan Mutu Suplemen Makanan dalam peraturan registrasi yaitu

    (BPOM RI, 2005) :

    a.  Bahan Utama

    1.  Dicantumkan nama dan Alamat produsen atau distributor bahan baku.

    2.  Uraian bahan utama, diperlukan untuk mengetahui spesifikasi bahan utama

    (sifat, karakteristik, orgnoleptik, dan lain-lain).

    3.  Cara pengujian bahan utama, meliputi: identifikasi, pemerian uraian tentang

    cara pemeriksaan fisika dan kimia serta acuan yang digunakan (Farmakope

    Indonesia, Materia Medika Indonesia, Standar atau acuan yang diakui).

    b.  Bahan Tambahan

    1. 

    Sumber bahan tambahan. Dicantumkan nama dan alamat produsen atau

    distributor bahan tambahan.

    2.  Uraian bahan tambahan. Untuk mengetahui spesifikasi bahan tamahan (sifat,

    karakteristik oranoleptik dan lain-lain).

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    49/60

    43

    3.  Khusus untuk bahan tambahan ang mempengaruhi stabilitas produk suplemen

    makanan (misalnya pengawet, pemantap dan lain-lain) perlu dilengkapi

    informasi cara pengujian seperti pada bahan utama.

    c.  Produk Jadi

    Formula harus mencantumkan semua bahan dan bahan tambahan yang

    digunakan, lengkap dengan jumlah masing-masing bahan tersebut dalam satu kali

     pembuatan.Tata nama bahan utama dituliskan dengan nama generik atau International

     Non Proprietary (INN) yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO). Untuk

     bahan utama berupa tumbuhan atau hewan dituliskan dengan nama latin dengan

    menyebutkan nama marga (genus), atau nama jenis (species) atau petunjuk jenis

    (Specific epithet ),diikuti dengan bagian yang dipergunakan. Penulisan bahan

    tambahan sesuai dengan nama yang tercantum dalam Farmakope Indonesia atau

    Merck Index atau nama kimia sesuai dengan nomenklatur dari  International Union of

     Pure and Applied   Chemistry (IUPAC) atau  International Union of Biochemisty 

    (RUD). Zat warna dituliskan dengan nama sederhana yang umum dan harus

    dituliskan pula nomor indeks warnanya (CI number ). Bahan tambahan yang

    digunakan harus sesuai dengan ketentuan tentang persyaratan bahan tambahan yang

     berlaku di bidang pangan. Cara pembuatan harus menguraikan tahap demi tahap

    mulai dari penimbangan bahan baku sampai dengan pengemasan terakhir.

    Kontrol selama proses produksi (in process control ), meliputi :

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    50/60

    44

    1.  Sebelum pencetakan sediaan setengah padat perlu diterangkan jumlah bahan

    yang diperoleh setelah selesai pengadukan atau pencampuran (pembuatan

    adonan).

    2.  Selama pencetakan sediaan setengah padat perlu diterangkan mengenai

     persyaratan keseragaman bobot, pengontrolan dilakukan secara berkala.

    3.  Setelah selesai pencetakan dan pengemasan sediaan setengah padat perlu

    diterangkan jumlah hasil yang diperoleh setiap kali pembuatan.

    d.  Pastilles

    Pada cara pembuatan diterangkan mengenai derajat halusdari bahan baku, cara

    dan waktu pencampuran jenis bahan tambahan yang digunakan, cara pengisian dalam

    wadah, bobot tiap wadah. Dilakukan control selama proses produksi. 

    e.  Tablet

    Pada cara pembuatan diterangkan mengenai pencampuran bahan obat ke

     pekatan mucilago yang digunakan, serta cara mencampur atau melarutkan pengawet

    dalam masa suplemen makanan, ayakan (no mesh) untuk granulat basah dan kering,

    suhu dan kelembaban udara dalam ruang mesin tablet serta ruang pengemasan pada

     pembuatan tablet tertentu dan apakah pada waktu mengemas ditambah zat

     penyerapan air. Untuk bahan utama berupa ekstrak yang dibuat sendiri perlu

    dijelaskan cara penyarian yang dilakukan, cairan penyari yang digunakan, lama

     penyarian, alasan pemilihan larutan penyari. Untuk bahan utama berupa ekstrak

    impor harus disertakan nomor pendaftarannya. Selain hal tersebut diatas, khusus pada

     pembuatan tablet bersalut gula atau selaput perlu ditambahkan keterangan mengenai

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    51/60

    45

    suhu dan banyak larutan penyalut serta interval waktu tiap penambahan suhu dan

    waktu tiap tingkatan yakin tingkatan lapisan dasar, lapisan subcoating pewarna,

    lapisan terakhir, suhu dan waktu mengalir udara panas/kering setiap dilakkan, khusus

     spray coating , harus diterangkan tekanan udara/compressor   untuk  spray  tersebut,

     penyimpanan dan pengemasan dalam wadah akhir apakah ditambah zat penyerap uap

    air. Dilakukan Kontrol selama proses produksi, meliputi:

    1.  Sebelum dicetak menjadi tablet perlu diterangkan berat granulat kering yang

    diperoleh kadar air dalam granulat kering.

    2.  Selama dicetak menjadi tablet perlu diterangkan persyaratan mengenai bobot

    rata-rata tiap tablet, waktu hancur tiap tablet, pengontrolan dilakukan secara

     berkala.

    3.  Setelah dicetak atau disalut perlu diterangkan persyaratan mengenai

    keseragamam bobot, waktu hancur, kualitatif dan kuantitatif bahan utama, isi

    tiap wadah akhir, kebocoran wadah serta jumlah hasil yang diperoleh setiap

    kali pembuatan.

    f.  Kapsul

    Pada cara pembuatan diterangkan mengenai suhu dan kelembaan udara dalam

    ruangan pengisi kapsul, bobot rata-rata tiap kapsul. Bahan utama berupa ekstrak yang

    dibuat sendiri perlu dijelaskan cara penyarian yang dilakukan, cairan penyari yang

    digunakan, lama penyarian, alasan pemilihan larutan penyari. Untuk bahan utama

     berupa ekstrak impor harus disertakan nomor pendaftarannya. Dilakukan pegontrolan

    selama proses produksi, meliputi: 

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    52/60

    46

    1.  Sebelum pengisian kapsul perlu diterangkan persyaratan mengenai bahan

    utama, homogenitas, kadar air.

    2.  Selama pengisian kapsul perlu diterangkan persyaratan mengenai bobot rata-

    rata isi tiap kapsul, waktu hancur, pengontrolan dilakukan secara berkala.

    3.  Setelah selesai pengisian kapsul perlu diterangkan persyaratan mengenai

    kesergaman bobot rata-rata kasul, waktu hancur, kualitatif dan kuantitatif

     bahan utama, kadar air,kebocoran wadah serta jumlah hasil yang diperoleh

    setiap kali pembuatan.cairan, larutan, emulsi dan suspensi. Pada cara

     pembuatan diterangkan mengenai cara-cara melarutkan bahan, cara

    mereaksikan bahan-bahan, penyaringan larutan bobot atau volume tiap wadah.

    Kontrol selama proses produksi sebelum pengisian ke dalam wadah dan

    setelah penyaringan perlu diterangkan persyaratan mengenai pH, kekentalan,

    homgenitas, kadar alkohol (bila digunakan pelarut alkohol), kebocoran wadah

    serta jumlah hasil yang diperoleh setiap kali pembuatan.

    II.4.4. Tata Laksana Registrasi Suplemen Makanan

    Secara umum, registrasi suplemen makanan dapat dilihat pada gambar berikut

    ini :

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    53/60

    47

    Gambar 4. Alur registrasi suplemen makanan

    a.  Pendaftaran diajukan oleh pendaftar kepada Kepala Badan.

     b.  Pendaftaran suplemen makanan dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu pra penilaian

    dan penilaian.

      Pra penilaian merupakan tahap pemeriksaan elenkapan keabsahan dokumen

    dan diakukan penentuan kategori.

      Penilaian merupakan proses evaluasi terhadap dokumen dan data pendukung.

    c.  Hasil pra penilaian diberitahukan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja

    untuk pendaftaran variasi dan 20 (dua puluh) hari kerja untuk pendaftaran baru

    terhitung sejak tanggal diterimanya berkas pendaftaran.

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    54/60

    48

    d.  Pengajuan pendaftaran dilakukan dengan menyerahkan berkas pendaftaran yang

    terdiri dari formulir pendaftaran yang telah diisi, dilengkapi dengan dokumen

    administrasi dan dokumen pendukung.

    e.  Dokumen pendukung suplemen makanan terdiri dari:

      Dokumen mutu dan teknologi.

      Dokumen yang mendukung klaim kegunaan sesuai jenis dan tingkat

     pembuktian.

    f.  Berkas pendaftaran harus dilengkapi dengan:

      Rancangan kemasan yang meliputi etiket, dus, pembungkus, strip, blister,

    catch cover , dan kemasan lain sesuai ketentuan tentang pembungkus dan

     penandaan yang belaku, yang merupakan rancangan kemasan suplemen

    makanan yang akan diedarkan dan harus dilengkapi dengan rancangan warna.

     

    Brosur yang mencantumkan informasi mengenai suplemen makanan.

    g.  Untuk pendaftar baru, berkas yang diserahkan terdiri dari:

      Formulir SA berisi keterangan mengenai dokumen administrasi.

      Formulir SB berisi dokumen yang mencangkup formula dan cara pembuatan.

      Formulir SC berisi dokumen yang mencangkup cara pemeriksaan mutu bahan

     baku dan produk jadi.

      Formulir SD berisi dokumen yang mencangkup klaim penggunaan, cara

     pemakaian dan bets.

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    55/60

    49

    h.  Untuk pendaftaran variasi berkas yang diserahkan terdiri dari formulir

     pendaftaran variasi dan kelengkapan variasi untuk masing-masing kategori.

    i.  Setelah dokumen suplemen makanan telah memenuhi ketentuan, dilakukan

     penilaian oleh panitia Penilaian Suplemen Makanan (KOMNAS PSM).

     j.  Hasil penilaian mutu, keamanan dan kemanfaatan dapat berupa memenuhi syarat

    atau tidak memenuhi syarat.

    k.  Mendapat nomor izin edar.

    l. 

    Pendaftar yang memenuhi syarat wajib membuat atau mengimpor suplemen

    makanan yang telah mendapat izin edar selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah

    tanggai izin edar dikeluarkan.

    m.  Pendaftar harus menyerahkan kemasan siap edar kepada Kepala Badan selambat-

    lambatnya 1 (satu) bulan sebelum suplemen makanan dibuat atau diimpor.

    n.  Pendaftar wajib melaporkn informasi kegiatan pembuatan atau impor secara

     berkala setiap 6 (enam) bulan kepada Kepala Badan.

    o.  Persetujuan pendaftaran suplemen makanan berlaku 5 (lima) tahun selama masih

    memenuhi ketentuan yang berlaku dan dapat diperpanjang melalui pendaftaran

    ulang.

    II.5. Peran Apoteker dalam Regristrasi Produk Farmasi

    BPOM merupakan instansi pemerintah yang memiliki otoritas dan wewenang

    di Indonesia sebagai regulator dan evaluator suatu produk farmasi sebelum dan

    setelah beredar di pasar dalam rangka perlindungan masyarakat dari penggunaan

     produk yang tidak bermutu dan berbahaya. Dalam hal ini, regulator dan evaluator

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    56/60

    50

    yang dimaksud adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan dan kemampuan

    secara akademis bidang obat-obatan dan kesehatan, salah satunya adalah apoteker.

    Secara tidak langsung, apoteker berperan sebagai regulator, evaluator dan pengawas

    dalam peredaran produk farmasi di Indonesia.

    Selain itu, kemajuan dan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan

    membuka peluang bagi pelaku usaha untuk berinovasi mengembangkan produk

    ( product development ) dan memperluas pemasaran (business development ). Usaha

     perusahaan dalam hal  product development dan business development tersebut harus

     berjalan seiring dengan persyaratan regulasi dan registrasi yang juga terus

    disesuaikan dengan perkembangan zaman. Dalam hal ini apoteker berperan

    mendukung dan mengarahkan perusahaan dalam memenuhi regulasi termasuk

    registrasi yang berlaku, diantaranya adalah sebagai berikut :

    a.  Sebagai penghubung antara perusahaan dengan otoritas pemerintahan,

     bertanggung jawab dimana suatu produk akan dipasarkan (baik dalam negeri

    maupun luar negeri).

     b.  Bertanggung jawab dalam presentasi dokumen registrasi produk kepada

    otoritas yang berwenang.

    c.  Melakukan kontak dan negoisasi yang diperlukan untuk

    mendapatkan/mempertahankan lisensi pemasaran produk.

    d.  Memberikan informasi terbaru kepada perusahaan mengenai peraturan dan

    legalitas daerah tempat tujuan pemasaran.

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    57/60

    51

    e.  Memberikan input kepada perusahaan mengenai berbagai persyaratan dan

     batasan baik legal maupun ilmiah.

    Untuk dapat memenuhi perannya tersebut dalam hal registrasi produk farmasi,

    apoteker harus :

    1.  Memiliki pengetahuan dasar mengenai kerangka tanggung jawab bagian

    registrasi secara umum.

    2.  Mengembangkan pengetahuan akan peraturan, batasan dan pedoman

    registrasi.

    3.  Cermat dalam menyikapi perbedaan peraturan pada otoritas pemerintahan

    yang berbeda.

    4.  Memiliki kemampuan manajerial dan interpersonal yang baik.

    Di industri farmasi harus terdapat apoteker penanggung jawab, perannya

    adalah bertanggung jawab terhadap bagian-bagian yang terdapat dibawahnya, yaitu

    seperti bagian produksi, pengawasan mutu (Quality Control ), dan pemastian mutu

    (Quality Assurance). Sehingga apoteker di industri sangat dibutuhkan agar dapat

    memproduksi produk yang terjamin keamanan, kualitas, dan efektifitasnya.

    Registrasi produk erat kaitannya dengan dokumen-dokumen yang perlu

    disiapkan sebagai syarat registrasi. Dokumen-dokumen tersebut yang dibutuhkan

    diantaranya adalah dokumen bahan aktif, formula, proses pembuatan, data uji disolusi

    terbanding, data uji stabilitas, dan masih banyak lainnya. Hal yang demikian yang

     paling memahami dan mengerti akan isi dan arti dokumen tersebut adalah apoteker.

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    58/60

    52

    dokumen bahan aktif 

    formula

    proses pembuatan

    data uji disolusi terbanding

    data uji stabilitas

    dllYang mengertiadalah

    APOTEKER

    Dokumen - dokumen

    yang perlu disiapkan

     

    Gambar 5. Apoteker Dalam Registrasi Produk  

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    59/60

    53

    BAB III

    PENUTUP

    III.1. Kesimpulan

    1.  Regristrasi dilakukan oleh industri farmasi untuk menjamin efektivitas,

    keamanan dan mutu produk farmasi yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan

    yang telah ditetapkan.

    2.  Regristrasi produk farmasi, meliputi obat, obat tradisional, kosmetik, dan

    suplemen makanan yang dilakukan melalui BPOM dengan melengkapi

     persyratan yang telah ditetapkan.

  • 8/16/2019 Regristrasi Produk Farmasi

    60/60

    54

    DAFTAR PUSTAKA

    BPOM RI. 2005.  Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

     Indonesia Nomor HK..00.05.41.1381 Tahun 2005 tentang Tata Laksana

     Pendaftaran Suplemen Makanan.  Badan Pengawas Obat Dan Makanan

    RI, Jakarta.

    BPOM RI. 2005.  Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

     Indonesia Nomor HK..00.05.41.1384 Tahun 2005 tentang Kriteria dan

    Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisonal, Obat Herbal Terstandar

    dan Fitofarmaka. Badan Pengawas Obat Dan Makanan RI, Jakarta.

    BPOM RI. 2010.  Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor

     HK. 03.1.23.12.10.11983 tentang Kriteria dan Tata Cara Pengajuan

     Notifikasi Kosmetik . Badan POM RI, Jakarta.

    BPOM RI. 2011.  Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

     Indonesia Nomor HK. 03.123.10.11.08481 Tahun 2011 tentang Kriteria

    Tata Laksana Registrasi Obat . Badan Pengawas Obat dan Makanan RI,

    Jakarta.BPOM RI. 2012.  Konsep Dasar Penilaian. Badan Pengawas Obat Dan Makanan

    Republik Indonesia, Jakarta.

    Menkes RI. 2008.  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

    1010/Menkes/Per/XI/2008 temtang Registrasi Obat.  Departemen

    Kesehatan RI, Jakarta.

    Menkes RI. 2010.  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :

    1176/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Notifikasi Kosmetik . Departemen

    Kesehatan RI, Jakarta.

    Sampurno. 2011. Manajemen Pemasaran Farmasi. Gajahmada University Press,