Laporan KasusVERTIGOTugas Kepaniteraan KlinikBagian Ilmu THT KL
RSUD Dr. Adhyatma, MPH (RSUD Tugurejo) SemarangPeriode 2 Maret 2015
28 Maret 2015
Pembimbing:dr. Sukamta Yudi, Sp. THT-KL
Disusun oleh :Larashati Wahyu Wijayanti01.210.6206
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG2015BAB ISTATUS PASIEN1.IDENTITAS PASIEN1. Nama: Ny. S1.
Usia: 55 tahun1. Jenis Kelamin: Perempuan1. Alamat: Jl. Tanjungsari
RT 01 / RW 051. Pekerjaan: Dosen1. No. RM: 04-09-09
2. ANAMNESIS Dilakukan secara autoanamnesis tanggal 12 Maret
2015 pukul 10.00 di poli THT-KL Keluhan Utama: telinga kiri
berkurang pendengaran Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke
Poli THT RSUD Tugurejo 12 Maret 2015 pukul 10.00 wib mengeluh
telinga kiri berkurang pendengaran sejak kurang lebih setengah
bulan yang lalu semakin lama semakin berat. Pasien juga sering
mendengar suara mendenging. Sebelumnya, pasien mengeluh pusing
berputar hingga muntah lebih dari 10 kali sehari kurang lebih
sebulan yang lalu dan telah diobati, namun keluhan tersebut
sekarang tidak dirasakan lagi. Keluhannya sekarangmengganggu
aktivitasnya sebagai pengajar. Keluhan tidakdisertai dengan demam,
batuk, nyeri tenggorok, nyeri kepala, hidung tersumbat dan gangguan
penghidu. Riwayat Penyakit DahuluRiwayat keluhan serupa sebelumnya
disangkal oleh pasien. Riwayat ISPA, asma, alergi, hipertensi,
diabetes mellitus, trauma, otorrhea dan operasi THT juga disangkal.
Namun sebulan lalu pasien pernah menderita pusing berputar disertai
muntah yang didiagnosis sebagai vertigo oleh dokter spesialis saraf
dan telah mendapatkan pengobatan. Riwayat Penyakit Keluarga:Riwayat
penyakit serupa pada keluarga disangkal. Begitu juga riwayat
alergi, hipertensi, maupun diabetes mellitus tidak diderita.1.
Riwayat Sosial Ekonomi, Pekerjaan, dan KebiasaanPasien seorang
dosen, biaya kesehatan dtanggung BPJS, kesan ekonomi baik.
3. PEMERIKSAAN FISIKStatus generalisata Kesadaran: Compos mentis
Aktivitas : Normoaktif Sikap : Kooperatif Status gizi : Baik Tanda
Vital TD: 110/70 mmHg Nadi : 76 x/menit RR : 20 x/menit Suhu: 360
C
Status lokalis (THT)Kepala & leher :1. Kepala : mesocephale
1. Wajah : simetris 1. Leher : pembesaran kelj.limfe (-)
TELINGABagian AuriculaDextraSinistra
AuriculaBentuk normalnyeri tarik (-)nyeri tragus (-)Bentuk
normalnyeri tarik (-)nyeri tragus (-)
Pre auricularBengkak (-)nyeri tekan (-)fistula (-)Bengkak
(-)nyeri tekan (-)fistula (-)
Retro auricularBengkak (-)Nyeri tekan (-)Bengkak (-)Nyeri tekan
(-)
MastoidBengkak (-)Nyeri tekan (-)Bengkak (-)Nyeri tekan (-)
CAESerumen (+)hiperemis (-)Sekret (-)Serumen (+)hiperemis
(-)Sekret (-)
Membran timpaniIntakputih mengkilatrefleks cahaya (+)Intakputih
mengkilatrefleks cahaya (+)
HIDUNG DAN SINUS PARANASALLuar:KananKiri
Bentukdeformitasdeformitas
SinusNyeri tekan (-)Nyeri tekan (-)
Inflamasi/tumor(-)(-)
Rhinoskopi AnteriorKananKiri
Sekret(-)(-)
Mukosahiperemis (-)edema (-)pucat (-)hiperemis (-)edema (-)pucat
(-)
Konka hipertrofi (-)hiperemis (-)hipertrofi (-)hiperemis (-)
Tumor(-)(-)
SeptumDeviasi (+)
Massa(-)(-)
TENGGOROKANLidahUlcus (-) Stomatitis (-)
UvulaBentuk normal, di tengah, hiperemis (-)
TonsilDextraSinistra
UkuranT1T1
Permukaanratarata
WarnaHiperemis (-)Hiperemis (-)
KripteMelebar (-)Melebar (-)
Detritus(-)(-)
Faring Mukosa hiperemis (-), dinding rata, granular (-)
II.4.RINGKASAN1. Anamnesis 1. Berkurang pendengaran telinga
kiri1. Mendengar suara mendenging telinga kiri1. Sebulan lalu
pasien pernah menderita pusing berputar disertai muntah dan telah
mendapat pengobatan 1. Pemeriksaan Fisik1. Pada pemeriksaan telinga
didapatkan adanya sedikit serumen pada canalis acusticus externus,
membrane timpani utuh dan berwarna putih mengkilatII.5. USULAN
PEMERIKSAAN1. Tes pendengaran dengan audiometri nada murni1. Tes
perasat Dix-Hallpike1. Tes perasat Sidelying1. Tes kalorimetri1.
Tes ENG (Elektro Nistamo Grafi) II.6. DIAGNOSIS BANDING Meniere
sindrom BPPVII.7. DIAGNOSIS SEMENTARAObservasi vertigoSerumen II.8.
USULAN TERAPI: Medikamentosa Betahistin 3 x 2 mg Flunarizin 2 x 5
mg Mecobalamin 2 x 1 mg Ear toilet
II.9. EDUKASI Minum obat teratur Menjaga daya tahan tubuh dengan
makan teratur dan istirahat cukup Menjaga agar tekanan darah
terkontrol Menghindari trauma Menghindari suara yang terlalu bising
Menjaga kebersihan telinga II.10. PROGNOSA:Quo ad vitam: dubia ad
bonamQuo ad sanam: dubia ad bonamQuo ad fungsionales: dubia ad
bonam
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI2.1. Anatomi dan Fisiologi Telinga Anatomi telinga dibagi
atas telinga luar,telinga tengah,telinga dalam: 2.1.1 Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai
membran tympani. Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari
tulang rawan yang diliputi kulit. Daun telinga terdiri dari tulang
rawan elastin dan kulit. Liang telinga (meatus akustikus eksternus)
berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian
luar, di sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak
kelenjar serumen (modifikasikelenjar keringat = Kelenjar serumen)
dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang
telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai
kelenjar serumen, dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari
tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 - 3 cm. Meatus dibatasi oleh kulit
dengan sejumlah rambut, kelenjar sebasea, dan sejenis kelenjar
keringat yang telah mengalami modifikasi menjadi kelenjar
seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler yang berkelok-kelok yang
menghasilkan zat lemak setengah padat berwarna kecoklat-coklatan
yang dinamakan serumen (minyak telinga). Serumen berfungsi
menangkap debu dan mencegah infeksi.
Gambar 2.1 : Telinga luar, telinga tengah, telinga dalam.
Potongan Frontal Telinga 1,2,32.1.2 Telinga TengahTelinga tengah
berbentuk kubus dengan : Batas luar : Membran timpani Batas depan :
Tuba eustachius Batas Bawah : Vena jugularis (bulbus jugularis)
Batas belakang : Aditus ad antrum, kanalis fasialis pars
vertikalis. Batas atas : Tegmen timpani (meningen / otak ) Batas
dalam: Berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis
horizontal, kanalis fasialis,tingkap lonjong (oval window),tingkap
bundar (round window) dan promontorium.Membran timpani berbentuk
bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat
oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut Pars
flaksida (Membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah Pars Tensa
(membrane propia). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian
luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam
dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran
napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan
yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang
berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian
dalam.Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani
disebut umbo. Dimembran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler
dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya reflek cahaya
yang berupa kerucut. Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran dengan
menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang
tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian
atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah belakang, untuk
menyatakan letak perforasi membrane timpani.Didalam telinga tengah
terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar kedalam,
yaitu maleus, inkus, dan stapes. Tulang pendengaran didalam telinga
tengah saling berhubungan . Prosesus longus maleus melekat pada
membrane timpani, maleus melekat pada inkus dan inkus melekat pada
stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan
dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan
persendian.Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang
terletak pada lamina propria yang tipis yang melekat erat pada
periosteum yang berdekatan. Dalam telinga tengah terdapat dua otot
kecil yang melekat pada maleus dan stapes yang mempunyai fungsi
konduksi suara. maleus, inkus, dan stapes diliputi oleh epitel
selapis gepeng. Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut
atik. Ditempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang
menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid. Tuba eustachius
termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring
dengan telinga tengah.
Gambar 2.2 : Membran Timpani 1,2,3Telinga tengah berhubungan
dengan rongga faring melalui saluran eustachius (tuba auditiva),
yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan antara kedua sisi
membrane tympani. Tuba auditiva akan membuka ketika mulut menganga
atau ketika menelan makanan. Ketika terjadi suara yang sangat
keras, membuka mulut merupakan usaha yang baik untuk mencegah
pecahnya membran tympani. Karena ketika mulut terbuka, tuba
auditiva membuka dan udara akan masuk melalui tuba auditiva ke
telinga tengah, sehingga menghasilkan tekanan yang sama antara
permukaan dalam dan permukaan luar membran tympani. 2.1.3 Telinga
DalamTelinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa
dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah
kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut
holikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala
vestibuli.Kanalis semi sirkularis saling berhubungan secara tidak
lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap.Pada irisan
melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani
sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala
vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media
berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membrane
vestibuli (Reissners membrane) sedangkan dasar skala media adalah
membrane basalis. Pada membran ini terletak organ corti.Pada skala
media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran
tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri
dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang
membentuk organ corti.Kokleabagian koklea labirin adalah suatu
saluran melingkar yang pada manusia panjangnya 35mm. koklea bagian
tulang membentuk 2,5 kali putaran yang mengelilingi sumbunya. Sumbu
ini dinamakan modiolus, yang terdiri dari pembuluh darah dan saraf.
Ruang di dalam koklea bagian tulang dibagi dua oleh dinding
(septum). Bagian dalam dari septum ini terdiri dari lamina spiralis
ossea. Bagian luarnya terdiri dari anyaman penyambung, lamina
spiralis membranasea. Ruang yang mengandung perilimf ini dibagi
menjadi : skala vestibule (bagian atas) dan skala timpani (bagian
bawah). Kedua skala ini bertemu pada ujung koklea. Tempat ini
dinamakan helicotrema. Skala vestibule bermula pada fenestra ovale
dan skala timpani berakhir pada fenestra rotundum. Mulai dari
pertemuan antara lamina spiralis membranasea kearah perifer atas,
terdapat membrane yang dinamakan membrane reissner. Pada pertemuan
kedua lamina ini, terbentuk saluran yang dibatasi oleh:1. membrane
reissner bagian atas2. lamina spiralis membranasea bagian bawah3.
dinding luar kokleasaluran ini dinamakan duktus koklearis atau
koklea bagian membrane yang berisi endolimf. Dinding luar koklea
ini dinamakan ligamentum spiralis.disini, terdapat stria
vaskularis, tempat terbentuknya endolimf. Didalam lamina
membranasea terdapat 20.000 serabut saraf. Pada membarana basilaris
(lamina spiralis membranasea) terdapat alat korti. Lebarnya
membrane basilaris dari basis koklea sampai keatas bertambah dan
lamina spiralis ossea berkurang. Nada dengan frekuensi tinggi
berpengaruh pada basis koklea. Sebaliknya nada rendah berpengaruh
dibagian atas (ujung) dari koklea.Pada bagian atas organ korti,
terdapat suatu membrane, yaitu membrane tektoria. Membrane ini
berpangkal pada Krista spiralis dan berhubungan dengan alat
persepsi pada alat korti. Pada alat korti dapat ditemukan sel-sel
penunjang, sel-sel persepsi yang mengandung rambut. Antara sel-sel
korti ini terdapat ruangan (saluran) yang berisi kortilimf. Duktus
koklearis berhubungan dengan sakkulus dengan peralatan duktus
reunions. Bagian dasar koklea yang terletak pada dinding medial
cavum timpani menimbulkan penonjolan pada dinding ini kearah cavum
timpani. Tonjolan ini dinamakan promontorium.VestibulumVestibulum
letaknya diantara koklea dan kanalis semisirkularis yang juga
berisi perilimf. Pada vestibulum bagian depan, terdapat lubang
(foramen ovale) yang berhubungan dengan membrane timpani, tempat
melekatnya telapak (foot plate) dari stapes. Di dalam vestibulum,
terdapat gelembung-gelembung bagian membrane sakkulus dan
utrikulus. Gelembung-gelembung sakkulus dan utrikulus berhubungan
satu sama lain dengan perantaraan duktus utrikulosakkularis, yang
bercabang melalui duktus endolimfatikus yang berakhir pada suatu
lilpatan dari duramater, yang terletak pada bagian belakang os
piramidalis. Lipatan ini dinamakan sakkus endolimfatikus. Saluran
ini buntu.Sel-sel persepsi disini sebagai sel-sel rambut yang di
kelilingi oleh sel-sel penunjang yang letaknya pada macula. Pada
sakkulus, terdapat macula sakkuli. Sedangkan pada utrikulus,
dinamakan macula utrikuli.Kanalis semisirkularisanlis Di kedua sisi
kepala terdapat kanalis-kanalis semisirkularis yang tegak lurus
satu sama lain. didalam kanalis tulang, terdapat kanalis bagian
membran yang terbenam dalam perilimf. Kanalis semisirkularis
horizontal berbatasan dengan antrum mastoideum dan tampak sebagai
tonjolan, tonjolan kanalis semisirkularis horizontalis
(lateralis).Kanalis semisirkularis vertikal (posterior) berbatasan
dengan fossa crania media dan tampak pada permukaan atas os
petrosus sebagai tonjolan, eminentia arkuata. Kanalis
semisirkularis posterior tegak lurus dengan kanalis semi sirkularis
superior. Kedua ujung yang tidak melebar dari kedua kanalis
semisirkularis yang letaknya vertikal bersatu dan bermuara pada
vestibulum sebagai krus komunis. Kanalis semisirkularis membranasea
letaknya didalam kanalis semisirkularis ossea. Diantara kedua
kanalis ini terdapat ruang berisi perilimf. Didalam kanalis
semisirkularis membranasea terdapat endolimf. Pada tempat
melebarnya kanalis semisirkularis ini terdapat sel-sel persepsi.
Bagian ini dinamakan ampulla.Sel-sel persepsi yang ditunjang oleh
sel-sel penunjang letaknya pada Krista ampularis yang menempati 1/3
dari lumen ampulla. Rambut-rambut dari sel persepsi ini mengenai
organ yang dinamakan kupula, suatu organ gelatinous yang mencapai
atap dari ampulla sehingga dapat menutup seluruh ampulla.
2.1.4 Fisiologi pendengaran Proses mendengar diawali dengan
ditangkapnya energy bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang
yang dialirkan melalui udara atau tulang kekoklea. Getaran tersebut
menggetarkan membran timpani diteruskan ketelinga tengah melalui
rangkaian tulang pendengaran yang akan mengimplikasi getaran
melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan
luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah
diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan
tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak.
Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong
endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membran
basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang
mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel
rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion
bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses
depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter ke
dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf
auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke
korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.
VERTIGO1.PengertianPerkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani
vertere yang artinya memutar. Pengertian vertigo adalah : sensasi
gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya,
dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat
gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan hanya
terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala
atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus,
unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing
(Tarwoto, dkk. 2007)Vertigo adalah perasaan yang abnormal, mengenai
adanya gerakan penderita sekitarnya atau sekitarnya terhadap
penderita; tiba-tiba semuanya serasa berputar atau bergerak naik
turun dihadapannya. Keadaan ini sering disusul dengan
muntah-muntah, bekringat, dan kolaps. Tetapi tidak pernah
kehilangan kesadaran. Sering kali disertai gejala-gejala penyakit
telinga lainnya. (Manjoer, Arif, dkk. 2002)Vertigo juga dapat
terjadi pada berbagai kondisi, termasuk kelainan batang otak yang
serius, misalnya skelerosis multiple, infark, dan tumor. (Muttaqin,
Arif. 2008)
2.EtiologiMenurutTarwoto, dkk. (2007)yaitu :a.Lesi
vestibular1)Fisiologik2)Labirinitis3)Menire4)Obat ; misalnya
quinine, salisilat.5)Otitis media6)Motion sickness
b.Lesi saraf vestibularis1)Neuroma akustik2)Obat ; misalnya
streptomycin3)Neuronitis vestibular
c.Lesi batang otak, serebelum atau lobus temporal1)Infark atau
perdarahan pons2)Insufisiensi vertebro-basilar3)Migraine arteri
basilaris4)Sklerosi diseminata5)Tumor6)Siringobulbia7)Epilepsy
lobus temporal
d.Penyakit Sistem Vestibuler Perifer :1)Telinga bagian luar :
serumen, benda asing.2)Telinga bagian tengah: retraksi membran
timpani, otitis media purulenta akuta, otitis media dengan efusi,
labirintitis, kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan.3)Telinga
bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan
vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus Meniere ), mabuk gerakan,
vertigo postural.4)Nervus VIII. : infeksi, trauma,
tumor.5)Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis
arteria serebeli posterior inferior, tumor, sklerosis
multipleks.e.Penyakit SSP :1)Hipoksia Iskemia otak. : Hipertensi
kronis, arterios-klerosis, anemia, hipertensi kardiovaskular,
fibrilasi atrium paroksismal, stenosis dan insufisiensi aorta,
sindrom sinus karotis, sinkop, hipotensi ortostatik, blok
jantung.2)Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses, lues.3)Trauma
kepala/ labirin.4)Tumor.5)Migren.6)Epilepsi.
f.Kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi, hipoparatiroid,
tumor medula adrenal, keadaan menstruasi-hamil-menopause.g.Kelainan
psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom hiperventilasi,
fobia.h.Kelainan mata: kelainan proprioseptik.
3.Klasifikasi Vertigoa.Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo
dapat dibagi atas beberapa kelompok :1)Vertigo paroksismalYaitu
vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa
menit atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika
serangan tersebut dapat muncul lagi. Di antara serangan, penderita
sama sekali bebas keluhan. Vertigo jenis ini dibedakan menjadi
:a)Yang disertai keluhan telinga : Termasuk kelompok ini adalah :
Morbus Meniere, Arakhnoiditis pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes,
Sindrom Cogan, tumor fossa cranii posterior, kelainan gigi/
odontogen.b)Yang tanpa disertai keluhan telinga; termasuk di sini
adalah : Serangan iskemi sepintas arteria vertebrobasilaris,
Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo pada anak (Vertigo de
L'enfance), Labirin picu (trigger labyrinth).c)Yang timbulnya
dipengaruhi oleh perubahan posisi, termasuk di sini adalah :
Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo posisional
paroksismal benigna.
2)Vertigo kronisYaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan
tanpa serangan akut, dibedakan menjadi:a)Yang disertai keluhan
telinga : Otitis media kronika, meningitis Tb, labirintitis kronis,
Lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik, tumor
serebelopontin.b)Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri,
ensefalitis pontis, sindrom pasca komosio, pelagra, siringobulbi,
hipoglikemi, sklerosis multipel, kelainan okuler, intoksikasi obat,
kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainan
endokrin.c)Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik,
Vertigo servikalis.
3)Vertigo yang serangannya mendadak / akut kemudian
berangsur-angsur mengurang, dibedakan menjadi :a)Disertai keluhan
telinga : Trauma labirin, herpes zoster otikus, labirintitis akuta,
perdarahan labirin, neuritis n.VIII, cedera pada auditiva
interna/arteria vestibulokoklearis.b)Tanpa keluhan telinga :
Neuronitis vestibularis, sindrom arteria vestibularis anterior,
ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika, sklerosis multipleks,
hematobulbi, sumbatan arteria serebeli inferior posterior.4)Ada
pula yang membagi vertigo menjadi :a)Vertigo Vestibuler: akibat
kelainan sistem vestibuler.b)Vertigo Non Vestibuler: akibat
kelainan sistem somatosensorik dan visual.4.PatofisiologiVertigo
timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang
disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting
dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang
secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan.
Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik,
jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N.
III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan
vestibulospinalis.Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh
akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik;
reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih
dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil
kontribusinya adalah proprioseptik.Dalam kondisi fisiologis/normal,
informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan tubuh
berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan
dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron
dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa
penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan
bergerak.Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya
terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di
perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis,
atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses
pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala
vertigo dan gejala otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot
menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat
berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan
gejala lainnya (Tarwoto, dkk. (2007).5.Manifestasi klinikPerasaan
berputar yang kadang-kadang disertai mual, muntah, rasa kepala
berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih
lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan
kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung,
gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.
KOMPLIKASI Komplikasi tergantung pada penyakit yang mendasari.
Bedah perawatan vertigo harus dilakukan dengan hati-hati, atau
cedera dan kehilangan pendengaran bisa terjadi. Tambahan komplikasi
operasi termasuk infeksi,penyembuhan lambat, dan reaksi alergi
terhadap obat. Anastesi local yang berhubungan dengan diagnosis dan
atau perawatan dan menyababkan gangguan system telinga dalam,
menyebabkan kerusakan atau kehilangan pendengaran. Beberapa
penyakit autoimun telinga bagian dalam, seperti sindrom Sjgren dan
penyakit Cogans, dapat mengakibatkan kerusakan yang progresif pada
telinga bagian dalam dan kehilangan pendengaran yang menyertai.
Tergantung pada sumber vertigo, sementara kebutaan dapat terjadi.
Perawatan berkepanjangan menggunakan beberapa obat antivertigonous
bisa mengakibatkan ketidakmampuan individu untuk beradaptasi secara
alamiah terhadap perubahan dalam system telingan bagian
dalam,sehingga mengarah ke masalah jangka panjang dengan
keseimbangan. Keseimbangan miskin berhubungan dengan vertigo dapat
menyebabkan jatuh dan cedera lainnya.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Sebelum
memulai pengobatan, harus ditentukan sifat dan penyebab dari
vertigo. Gerakan mata yang abnormal menunjukkan adanya kelainan
fungsi di telinga bagian dalam atau saraf yang menghubungkannya
dengan otak. Untuk menguji keseimbangan, penderita diminta berdiri
dan kemudian berjalan dalam satu garis lurus, awalnya dengan mata
terbuka, kemudian dengan mata tertutup. Tes pendengaran seringkali
bisa menentukan adanya kelainan telinga yang mempengaruhi
keseimbangan dan pendengaran. Pemeriksaan lainnya adalahCT
scanatauMRIkepala, yang bisa menunjukkan kelainan tulang atau tumor
yang menekan saraf. Jika diduga suatu infeksi, bisa diambil contoh
cairan dari telinga atausinusatau dari tulang belakang. Jika diduga
terdapat penurunan aliran darah ke otak, maka dilakukan
pemeriksaanangiogram, untuk melihat adanya sumbatan pada pembuluh
darah yang menuju ke otakPENATALAKSANAANPemeriksaan pada vertigo
mempunyai pola seperti pemeriksaan penyakit lain yaitu, dari
anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan spesifik dan pemeriksaan
tambahan. Untuk masalah pengobatan pada prinsipnya terbagi dua,
yaitu pengobatan gejala dan penyakit yang mendasarinya
/etiologi.Pengobatan gejala/simptomatis adalah menggunakan obat-
obatan dan latihan fisik (rehabilitatif). Berbagai macam obat
vertigo, lanjutnya, harus memperhatikan golongannya, dosis, khasiat
dan efek sampingnya. Pengobatan rehabilitatif atau latihan
dimaksudkan untuk menumbuhkan dan mempercepat timbulnya
kompensasi/adaptasi sistem keseimbangan sehingga gejalanya
berkurang dan selanjutnya menghilang. Salah satu contoh latihan ini
adalah latihan pandangan mata dan keseimbangan (visual- vestibuler
exercise), latihan ini meliputi saat berbaring, sudah bisa duduk,
dan bisa berjalan. Untuk mengetahui pangkal penyebabnya, memerlukan
pemeriksaan lebih teliti dan melibatkan berbagai disiplin ilmu
kedokteranPengobatan pada vertigo tergantung kepada penyebabnya.
Obat untuk mengurangi vertigo yang ringan adalah meklizin,
dimenhidrinat, perfenazin dan skopolamin. Skopolamin terutama
berfungsi untuk mencegah motion sickness, yang terdapat dalam
bentuk plester kulit dengan lama kerja selama beberapa hari. Semua
obat di atas bisa menyebabkan kantuk, terutama pada usia lanjut.
Skopolamin dalam bentuk plester menimbulkan efek kantuk yang paling
sedikit. Untuk vertigo perifer, dokter akan memberikan
antihistamin, antikolinergik, antiemetik, dan benzodiazepines.
PENYAKIT MENIERE(HIDROPS LABIRIN IDIOPATIK)
PENDAHULUANPada tahun 1861, Proper Meniere seorang dokter
Perancis menggambarkan manifestasi klinik yang berkaitan dengan
hidrops endolimfatik yang ditandai oleh berbagai kumpulan gejala
berupa vertigo yang episodic, gangguan pendengaran, tinnitus dan
rasa penuh atau tertekan di dalam telinga. Kemudian pada tahun 1938
Hallpike dan Cairns melaporkan tentang gambaran histopatologi
berupa perubahan dilatasi sistem endolimfe yang disertai dengan
degenerasi elemen-elemen sensorik koklea dan alat vestibuler. Sejak
saat itu, pemeriksaan mikroskopis pada os temporal yang terkena
telah berhasil memberikan gambaran patologik yang tepat secara
jelas, sementara etiologinya tetap kabur. 1,2,3
ETIOLOGIPenyebab pasti dari penyakit Meniere belum diketahui.
Beberapa teori melaporkan beberapa faktor resiko yang dapat
menimbulkan penyakit ini adalah :1. Gangguan lokal keseimbangan
garam dan air, yang menyebabkan edema endolimf.2. Gangguan regulasi
otonomi sistem endolimf.3. Alergi lokal telinga dalam, yang
menyebabkan edema dan gangguan kontrol otonom.4. Gangguan
vaskularisasi telinga dalam, terutama stria vaskularis.5. Gangguan
duktus atau sakus endolimfatik yang mengganggu absorbsi endolimf.6.
Perubahan hubungan dinamika tekanan perilimf dan endolimf yang
mungkin berhubungan dengan perubahan anatomik di dalam pembuluh
endolimf dan akua duktus koklea.7. Manifestasi lokal labirin pada
penyakit sistemik metabolik yang mengenai baik tiroid maupun
metabolisme glukosa atau keduanya.8. Berkaitan dengan beberapa
kelainan os temporal termasuk berkurangnya pneumatisasi dari
mastoid dan hipoplasi akuaduktus vestibuler. Kantong endolimf
terlalu kecil dan berada dalam posisi abnormal di bawah labirin.9.
Terdapat bukti adanya penimbunan kompleks imun dalam endolimf pada
pasien dengan penyakit Meniere memperkuat dugaan bahwa penyakit ini
merupakan suatu gangguan imun.
GAMBARAN KLINISPenyakit Meniere biasanya ditemukan antara dekade
keempat dan keenam; jarang terjadi di masa kecil atau setelah
dekade ke delapan. Pria terkena lebih sering daripada perempuan.
Sifatnya yang khas adalah terdapat adanya periode aktif yang
bervariasi lamanya yang diselingi oleh periode remisi yang lebih
panjang yang juga bervariasi lamanya.Gejala dan tanda khas penyakit
Meniere yaitu serangan pertama sangat berat berupa vertigo yang
episodik, gangguan pendengaran yang berfluktuasi, tinnitus, serta
rasa penuh dan tertekan di dalam telinga.1,4
GAMBARAN HISTOPATOLOGIPengetahuan mengenai proses patologi pada
penyakit Meniere telah diperoleh melalui penelitian tulang temporal
pada orang-orang yang menderita penyakit ini. Perubahan utama
hidrops endolimfatik adalah dilatasi sakulus dan skala media di
dalam koklea. Dilatasi koklea ini dibuktikan dengan adanya
peregangan membrane Reissner di dalam labirin, membran ini dapat
robek atau mengalami prolaps masuk ke dalam ruang labirin yang
lain. Pecahnya atau robeknya membran ini menyebabkan bercampurnya
endolimf dan perilimf mengakibatkan perubahan natrium dan kalium
fisiologik. Biasanya tidak ditemukan perubahan struktural dan unsur
sensorik atau neural telinga bagian dalam dengan hidrops. Ditemukan
fibrosis serabut saraf koklea, degenerasi sel rambut dan atrofi
stria vaskularis pada pasien-pasien dengan penyakit Meniere, tetapi
perubahan ini mungkin juga akibat faktor umur. Atrofi stria
vaskularis dapat juga ditemukan pada telinga yang normal.1
DIAGNOSISPenyakit Meniere didiagnosis berdasarkan
(1,2,3,4,5,6,7,8):1. Riwayat gejala klinisMuncul pertama kali pada
orang yang relatif berusia muda (biasanya sekitar 30 tahun)a.
Gangguan pendengaran berfluktuasi, terjadi pada saat serangan atau
sekitar serangan vertigo. Biasanya dialami satu telinga, tidak sama
pada kedua telinga.b. Vertigo episodik, biasanya berlangsung 2 24
jam. Vertigo sering sangat cepat dan diperparah dengan gerakan
kepala. Sering disertai muntah, berkeringat, jantung berdebar dan
kecemasan.c. Tinitusd. Perasaan tertekan atau rasa penuh di dalam
telingae. Deviasi gaya berjalan dan kecenderungan untuk
jatuh.Terdapat periode remisi di mana pasien merasa cukup normal,
walaupun sesingkat beberapa hari atau lebih dari 10 tahun.2.
Pemeriksaan fisik terdapat tuli sarafPemeriksaan kalori pada alat
vestibuler biasanya menunjukkan penurunan fungsi pada telinga yang
bersangkutan baik terhadap rangsangan panas ataupun dingin.3.
Pemeriksaan audiogram, untuk mengidentifikasi pasien-pasien dengan
gangguan pendengaran yang khas pada penyakit Meniere.4. ENG, suatu
tes keseimbangan untuk mengetahui gangguan pada sistem
kesetimbangan5. BERA (Brainsten Evoked Response Audiometry) untuk
mengetahui kerusakan sistem keseimbangan telinga bagian dalam.6.
EcoG (Electro Cochleography)7. Laboratorium8. Radiologik : CT Scan,
MRI
KRITERIA DIAGNOSISThe American Academy of Ophthalmology and
Otolaryngology, Head and Neck Surgery pada tahun 1995 merumuskan
kriteria penyakit Meniere :Certain Menieres disease konfirmasi
histopatologi adanya hidrops endolymphatic gejala-gejala seperti
dalam kriteria " definite Menieres disease"Definite Menieres
disease dua atau lebih serangan vertigo, masing-masing berlangsung
lebih dari 20 menit audiometri menunjukkan gangguan / kehilangan
pendengaran dalam setidaknya pada satu pemeriksaan tinnitus atau
terasa penuh pada telinga yang terkena penyebab lainnya
dikecualikanProbable Menieres Disease setidaknya satu episode
vertigo audiometri menunjukkan gangguan / kehilangan pendengaran
dalam setidaknya pada satu pemeriksaan tinnitus atau terasa penuh
pada telinga yang terkena penyebab lainnya dikecualikanPossible
Meniere's disease vertigo episodik tetapi tanpa kehilangan
pendengaran gangguan pendengaran sensorineural, berfluktuasi atau
tetap, dengan disekuilibrium, tetapi tanpa vertigo dengan episode
yang pasti penyebab lainnya dikecualikan.DIAGNOSIS DIFERENSIAL DAN
PROBLEM KLINISSerangan pertama penyakit Meniere harus dibedakan
dari defisit vestibular akut unilateral, misalnya sehubungan dengan
neuritis vestibular. Durasi serangan sangat membantu: penyakit
Meniere biasanya berlangsung beberapa jam dan paling banyak satu
hari, sedangkan pada neuritis vestibular mereka beberapa hari
terakhir. Gejala yang menyertainya juga membantu untuk diagnosis,
misalnya, "gejala telinga" pada penyakit Meniere dan tanda
inflamasi mata dan gangguan pendengaran dalam sindrom Cogan atau
gangguan pendengaran dan tanda-tanda mungkin infark dari AICA /
arteri labirin. Gangguan sistem motor okular sentral atau fungsi
vestibular sentral juga terjadi setelah infark lacunar.Keadaan
langka, berulang tiba-tiba jatuh, disebut vestibular drop attack
(krisis otolithic Tumarkin's), yang terjadi pada tahap awal atau
akhir penyakit Meniere tanpa pemicu pasti, tanda-tanda awal atau
gangguan kesadaran, sulit untuk membedakan dari drop attack yang
disebabkan oleh iskemia vertebrobasilar (Baloh et al 1990.).
Serangan tersebut ternyata hasil dari fluktuasi tekanan
endolymphatic disebabkan oleh eksaserbasi sepihak dari otoliths dan
reaksi postural vestibulospinal yang tidak memadai.Diagnosis
diferensial penting lainnya adalah migren basilar / vestibular,
yang dapat terwujud tidak hanya dalam bentuk serangan pendek,
tetapi juga sebagai serangan yang berlangsung beberapa jam.
Tanda-tanda bahwa serangan itu adalah migren vestibular adalah: (1)
gangguan pusat motorik mata selama interval bebas serangan, (2)
tidak adanya gangguan pendengaran yang progresif walaupun banyak
serangan, (3) asosiasi dengan gejala neurologis lain seperti rasa
tebal pada wajah (migrain basilar), (4) nyeri kepala dan leher, dan
(5) memberikan respon terhadap pengobatan profilaksis dengan
beta-blocker. Dalam literatur baru-baru ini ditemukan ada indikasi
peningkatan hubungan antara penyakit Meniere dan migren vestibular
(Radtke et al. 2002). Vestibular paroxysmia, yang disebabkan oleh
kompresi neurovaskular, juga ditandai dengan serangan berulang
vertigo dan / atau kadang-kadang gejala telinga yang lain. Serangan
ini, bertentangan dengan penyakit Meniere, biasanya hanya
berlangsung beberapa detik.2
PENGOBATAN 1,2,61. Terapi konservatifa. Keseimbangan air dan
elektrolitb. Diet tinggi protein, rendah natrium dikombinasikan
dengan pemberian ammonium klorida. Konsumsi garam dibatasi sampai
1500 mg per hari.c. Kombinasi dengan diuresis (HCT 50 mg)d.
Pemberian kalium klorida untuk mencapai kadar natrium serum dan
inhibitor anhidrase karbonik yang rendah.2. Terapi farmakologika.
Vasodilator : asam nikotinat 50 150 mg pada saat perut
kosongHistamin difosfat 2-4 tetes sublingual 2 kali sehari sebelum
makan.b. Antihistamin : dimenhidrinatc. Antiemetikd. Sedatife.
Kortikosteroid : Prednison 80 mg selama 7 hari kemudian diturunkan
bertahap3. Terapi bedaha. Dibuat shunt endolimfatik-subarakhnoidb.
Labirinektomi