Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui suatu defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (karnadihardja, 2005).
Penyakit Hernia Inguinalis Lateralis pada anak tetap merupakan problem kesehatan
yang tidak bisa lepas dari problem sosial. Banyak orang tua membawa anaknya dengan
benjolan dilipat paha kemudian dibawa ke dukun sebelum dibawa ke rumah sakit atau
dokter. Ada pula sebagian masyarakat yang merasa malu bila anak mereka diketahui
orang lain sakit demikian, sehingga hal-hal inilah yang kadang kala memperlambat
penanganan penyakit dan khususnya hernia. Problem kedokteran yang penting adalah
bagaimana mengurangi frekuensi timbulnya hernia inguinalis lateralis. (Daninilege, 2008
dalam Hidayati, 2009).
Hernia inguinalis lateralis merupakan keadaan yang lazim dan membutuhkan
pembedahan pada kelompok umur anak insiden hernia pada anak belum ditegakkan
tetapi antara 10-20: 1000 kelahiran hidup. Rasio antara anak laki-laki dan wanita 4:1.
sekitar 50% akan muncul sebelum umur 1 tahun, kebanyakan muncul pada umur 6
bulan. Hernia inguinalis yang paling sering pada anak adalah hernia inguinalis lateralis
(indirect). Hernia inguinalis medialis (direct) jarang dan terjadi pada sekitar 1% dari
seluruh hernia inguinalis. 60% dari kasus hernia inguinalis biasanya biasanya ada pada
sisi kanan, 30% pada sisi kiri dan 10% bilateral (shochat, 2000).
Bayi prematur mempunyai insiden hernia inguinalis lateralis lebih tinggi. Sampai
dengan 7% anak laki-laki yang dilahirkan kurang dari 30 minggu usia kehamilan
menderita hernia inguinalis lateralis dibanding 0,6% bayi laki-laki yang lahir lebih dari 36
minggu usia kehamilan. Lagi pula, sekitar 20 kali lebih besar insiden hernia pada bayi
prematur dengan berat badan kurang dari 1.500 gr di banding bayi-bayi yang lebih
besar, karena inkarserata mendekati 30% pada populasi ini, perbaikan hernia secara
elektif harus dipertimbangkan sebelum dipulangkan dari perwatan intensif neonatus
(shochat, 2000).
Menurut Ilham (2008) dalam Nurlaili Hidayati (2009), di Indonesia diperkirakan 102
ribu anak menderita penyakit hernia. Untuk data di Jawa Tengah, mayoritas usia
penderita selama Januari-Desember 2007 berkisar antara 2-5 tahun, dengan rincian
umur kurang dari 1 tahun sebanyak 51-211 penderita, dan umur 5 tahun berkisar antara
150-214 penderita.
Hernia inguinalis lateralis seringkali dapat didorong kembali ke dalam rongga perut.
Tetapi jika tidak dapat didorong kembali melalui dinding perut, maka usus bisa
Page 2
terperangkap di dalam kanalis inguinalis (inkarserasi) dan aliran darahnya terputus
(strangulasi). Jika tidak ditangani, bagian usus yang mengalami strangulasi bisa mati
karena kekurangan darah. Biasanya dilakukan pembedahan untuk mengembalikan usus
ke tempat asalnya dan untuk menutup lubang pada dinding perut agar hernia inguinalis
lateralis tidak berulang. (karnadihardja, 2005)
Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis, yang
menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Penyebabnya karena
gangguan dalam pembentukan alat genitalia eksternal, yaitu kegagalan penutupan
saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan peritoneum
mengalir melalui saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam skrotum
sehingga skrotum membengkak. Sekitar 10% bayi baru lahir mengalami hidrokel, dan
umumnya akan hilang sendiri dalam tahun pertama kehidupan. Biasanya tidak terasa
nyeri dan jarang membahayakan sehingga tidak membutuhkan pengobatan segera. Di
USA, insidensi hidrokel adalah sekitar 10-20 per 1000 kelahiran hidup dan lebih sering
terjadi pada bayi premature. Lokasi tersering adalah di sebelah kanan, dan hanya 10%
yang terjadi secara bilateral.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mendiagnosis hernia inguinalis lateralis dan hidrokel?
2. Bagaimana manajemen yang tepat untuk hernia inguinalis lateralis dan hidrokel?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui cara mendiagnosis hernia ingunalis lateralis dan hidrokel
2. Mengetahui manajemen yang tepat untuk hernia inguinalis lateralis dan hidrokel
Page 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hernia Ingunalis Lateralis
2.1.1 Anatomi Testis
Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Ukuran testis pada orang
dewasa adalah 4×3×2,5 cm dengan volume 15-25 ml berbentuk ovoid kedua buah testis
terbungkus oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Diluar tunika albuginea
terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis, serta tunika dartos.
Otot kremaster yang berada disekitar testis memungkinkan testis dapat digerakan
mendekati rongga abdomen untuk mempertahankan temperatur testis agar tetap stabil.
Secara histopatologis, testis terdiri atas kurang lebih 250 lobuli dan tiap lobulus terdiri
atas tubuli seminiferi. Didalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel spermatogenia dan sel
Sertoli, sedang diantara tubulus seminiferi terdapat sel-sel Leyding. Sel-sel spermatogenia
pada proses spermatogenesis menjadi sel spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi memberi
makanan pada bakal sperma, sedangkan sel-sel Leyding atau disebut sel interstisial testis
berfungsi dalam menghasilkan hormon testosteron. Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di
tubuli seminiferi testis disimpan dan mengalami pematangan atau maturasi diepididimis
setelah mature (dewasa) sel-sel spermatozoa bersama-sama dengan getah dari epididimis
dan vas deferens disalurkan menuju ke ampula vas deferens. Sel-sel itu setelah dicampur
dengan cairan-caidari epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, serta cairan prostat
menbentuk cairan semen.
Testis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu :
1. Arteri spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta
2. Arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior
3. Arteri kremasterika yang merupakan cabang arteri epigastrika.
Pembuluh vena yang meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus Pampiniformis.
Page 4
2.1.2 Definisi
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari lapisan muskolo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas
cincin, kantong, dan isi hernia. (Jong, 2004).
Hernia iguinalis lateralis adalah suatu keadaan dimana sebagian organ intraabdomen
masuk melalui sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis
inguinalis adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis
(buah zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan.
2.1.3 Epidemiologi
Hernia inguinalis lateralis merupakan keadaan yang lazim dan membutuhkan
pembedahan pada kelompok umur anak insiden hernia pada anak belum ditegakkan tetapi
antara 10-20: 1000 kelahiran hidup. Rasio antara anak laki-laki dan wanita 4:1. sekitar 50%
akan muncul sebelum umur 1 tahun, kebanyakan muncul pada umur 6 bulan.
Hernia inguinalis yang paling sering pada anak adalah hernia inguinalis lateralis
(indirect). Hernia inguinalis medialis (direct) jarang dan terjadi pada sekitar 1% dari seluruh
hernia inguinalis. 60% dari kasus hernia inguinalis biasanya biasanya ada pada sisi kanan,
30% pada sisi kiri dan 10% bilateral (shochat, 2000). Bayi prematur mempunyai insiden
hernia inguinalis lateralis lebih tinggi. Sampai dengan 7% anak laki-laki yang dilahirkan
Page 5
kurang dari 30 minggu usia kehamilan menderita hernia inguinalis lateralis dibanding 0,6%
bayi laki-laki yang lahir lebih dari 36 minggu usia kehamilan. Lagi pula, sekitar 20 kali lebih
besar insiden hernia pada bayi prematur dengan berat badan kurang dari 1.500 gr di
banding bayi-bayi yang lebih besar, karena inkarserata mendekati 30% pada populasi ini,
perbaikan hernia secara elektif harus dipertimbangkan sebelum dipulangkan dari perwatan
intensif neonatus (shochat, 2000).
Menurut Ilham (2008) dalam Nurlaili Hidayati (2009), di Indonesia diperkirakan 102
ribu anak menderita penyakit hernia. Untuk data di Jawa Tengah, mayoritas usia penderita
selama Januari-Desember 2007 berkisar antara 2-5 tahun, dengan rincian umur kurang dari
1 tahun sebanyak 51-211 penderita, dan umur 5 tahun berkisar antara 150-214 penderita.
Menurut data di RSUD Saiful Anwar Malang jumlah anak yang menderita hernia
inguinalis pada tahun 2008 - 2013 sebanyak 296, dengan rincian anak laki-laki sebanyak
256 anak dan anak perempuan sebanyak 40 anak. Diantara jumlah tersebut anak yang
berumur ≤ 1 tahun sebanyak 108 anak dan > 1 tahun sebanyak 188 anak.
2.1.4 Etiologi
Hernia inguinalis lateralis dapat terjadi karena anomaly congenital atau sebab yang
didapat, hernia inguinalis lateralis dapat di jumpai pada semua usia, lebih banyak pada pria
dari pada wanita. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk pada
annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia.
Disamping itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia untuk melewati pintu
yang cukup lebar tersebut. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah, adanya
prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan dalam rongga perut dan kelemahan
otot dinding perut karena usia (karnadihardja, 2005).
Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis, pada neonatus kurang lebih 90%
prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30%
prosesus vaginalis belum tertutup. Tapi kejadian hernia inguinalis lateralis pada anak usia ini
hanya beberapa persen. Umumnya disimpulkan bahwa adanya prosesus vaginalis yang
patent bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia inguinalis lateralis, tetapi
diperlukan faktor lain, seperti anulus inguinalis yang cukup besar (karnadihardja, 2005)
Sebagian besar tipe hernia inguinalis adalah hernia inguinalis lateralis, dan laki-laki
lebih sering terkena dari pada perempuan (9:1), hernia dapat terjadi pada waktu lahir dan
dapat terlihat pada usia berapa pun. Insidensi pada bayi populasi umum 1% dan pada bayi-
bayi prematur dapat mendekati 5 %, hernia inguinal dilaporkan kurang lebih 30% kasus
terjadi pada bayi laki-laki dengan berat badan 1000 gr atau kurang.
Page 6
2.1.5 Klasifikasi Hernia Inguinalis
A. Hernia Inguinalis Direk (Medialis)
Hernia inguinalis direk terjadi sekitar 15% dari semua hernia inguinalis. Kantong
hernia inguinalis direk menonjol langsung ke anterior melalui dinding posterior kanalis
inguinais medial terhadap arteria, dan vena epigastrika inferior, karena adanya tendo
conjunctivus (tendo gabungan insersio musculus obliquus internus abdominis dan musculus
transversus abdominis) yang kuat, hernia ini biasanya hanya merupakan penonjolan biasa,
oleh karena itu leher kantong hernia lebar. (Snell, 2006).
Hernia inguinalis direk jarang pada perempuan, dan sebagian besar bersifat
bersifat bilateral. Hernia ini merupakan penyakit pada laki-laki tua dengan kelemahan otot
dinding abdomen. (Snell, 2006).
B. Hernia Inguinalis Indirek (Lateralis)
Hernia inguinalis indirek merupakan bentuk hernia yang paling sering ditemukan
dan diduga mempunyai penyebab kongenital. (Snell, 2006). Hernia inguinalis lateralis
adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa
epigastric inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus
inguinalis eksternus. (Mansjoer, 2000).
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penutunan testis tersebut akan
menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut
prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah
mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun
dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun lebih
Page 7
dahulu maka kanalis kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal kanalis yang
terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. (Mansjoer, 2000).
2.1.6 Embriologi dan Patogenesis
Mayoritas hernia inguinalis pada anak adalah hernia inguinalis lateralis akibat dari
prosesus vaginalis yang patent. Pada janin gonad mulai berkembang selama 5 minggu
kehamilan, ketika sel benih primordial berpindah dari kantung telur (yolk sac) ke rigi gonad.
Gubernakulum ligamentosa terbentuk dan turun pada salah satu sisi abdomen pada kutub
inferior gonad dan melekat pada permukaan dalam lipatan labium-skrotum. Selama
perjalanan turun, gubernakulum melalui dinding anterior abdomen pada tempat cincin
inguinalis interna dan kanalis inguinalis. Prosesus vaginalis merupakan penonjolan di
vertikulum peritoneum yang terbentuk tepat sebelah ventral gubernakulum dan berherniasi
melalui dinding abdomen dengan gubernakulum kedalam kanalis inguinalis. Testis yang
pada mulanya terletak didalam rigi urogenital di retroperitoneum, turun ke daerah cincin
dalam pada sekitar umur kehamilan 28 minggu. Penurunan testis melalui kanalis inguinalis
diatur oleh hormon androgen dan faktor mekanis (meningkatkan tekanan abdomen), testis
turun kedalam skrotum pada umur kehamilan 29 minggu. Setiap testis turun melalui kanalis
inguinalis eksterna ke prosesus vaginalis (shochat, 2000).
Ovarium juga turun kedalam pelvis dari rigi urogenital tetapi tidak keluar dari rongga
abdomen. Bagian kranial gubernakulum berdiferensiasi menjadi ligamentum ovarii, dan
bagian inferior gubernakulum menjadi ligamentum teres uteri, yang masuk melalui cincin
dalam, ke dalam labia mayor, prosesus vaginalis pada anak wanita meluas kedalam labia
mayor melalui kanalis inguinalis, yang juga dikenal sebagai kanal nuck (shochat, 2000).
Selama beberapa minggu terakhir kahamilan atau segera setelah, lapisan prosesus
vaginalis secara normal berfusi bersama dan berobliterasi masuk ke dalam saluran inguinal
di sekitar cincin interna. Kegagalan obliterasi mengakibatkan berbagai anomali inguinal.
Kegagalan total obliterasi akan menghasilkan hernia inguinalis total. Obliterasi distal dengan
bagian distal patensi akan menghasilkan hernia inguinalis lateralis (shochat, 2000)
2.1.7 Manifestasi Klinis
Hernia inguinalis lateralis biasanya terlihat sebagai benjolan pada daerah inguinal
dan meluas ke depan atau ke dalam skrotum. Kadang-kadang, anak akan datang dengan
bengkak skrotum tanpa benjolan sebelumnya pada daerah inguinal. Orang tuanya biasanya
sebagai orang pertama yang melihat benjolan ini, yang mungkin muncul hanya saat
menangis atau mengejan. Selama tidur atau apabila pada keadaan istirahat atau santai,
hernia menghilang spontan tanpa adanya benjolan atau pembesaran skrotum. Riwayat
bengkak pada pangkal paha, labia, atau skrotum berulang-ulang yang hilang secara
spontan adalah tanda klasik untuk hernia inguinalis lateralis (shochat, 2000)
Page 8
Pemeriksaan fisik akan menunjukkan benjolan inguinal pada setinggi cincin interna
atau eksterna atau pembengkakan skrotum yang ukurannya dapat berkurang atau
berfluktuasi. Cara klasik memeriksa hernia inguinalis orang dewasa dengan menempatkan
jari telunjuk pada kanalis inguinalis, yang sebenarnya pada bayi tidak perlu dilakukan, dan
ternyata bisa menyebabkan perasaan tidak enak. Hal ini karena cincin interna dan eksterna
pada dan anak paralel. Hernia inguinalis lateralis dapat diketahui dengan meletakkan bayi
tidur telentang dengan kaki lurus dan tangan diatas kepala. Posisi. Posisi ini dapat
menyebabkan bayi menangis menangis, dan dapat meningkatkan tekanan intra abdomen
dan akan memperlihatkan benjolan di tuberkulum pubis (cincin eksterna) atau
pembengkakan di dalam skrotum. Anak yang lebih tua dapat diperiksa dengan berdiri, yang
juga akan meningkatkan tekanan intra abdomen dan memperlihatkan hernia tersebut. Testis
yang retraksi sering terjadi pada bayi dan anak-anak daan bisa menyerupai hernia inguinalis
dengan benjolan di atas cincin eksterna. Karena itu sangat penting meraba testis sebelum
meraba benjolan inguinal. Hal ini akan memungkinkan diferensiasi antara keduanya dan
menghindari tindakan bedah yang tidak perlu (shochat, 2000).
Pada diagnosa yang sulit, pemeriksaan rektum bisa membantu membedakan
kelainan pangkal paha akut, pemeriksa awalnya memeriksa cincin interna pada sisi yang
tidak terlihat dan kemudian dapat mengusapkan jari telunjuk atau jari kelima ke cincin
interna pada daerah yang terlibat. Pada kasus dengan hernia inguinalis lateralis organ
dalam abdomen bisa di palpasi secara menyeluruh melalui cincin interna. Cara ini sangat
mebantu dalam membedakan hernia inkarserasi dengan hidrokel tali akut atau kelainan
linguinal lain seperti adenitis inguinalis (shochat, 2000).
2.1.8 Tata Laksana
Terapi pililihan untuk hernia inguinalis lateralis adalah operasi, karena hernia inguinalis
lateralis tidak bisa sembuh secara spontan. Operasi ini harus segera dilakukan secera elektif
setelah diagnosis di tentukan, karena akan beresiko tinggi terjadinya inkarserata di
kemudian hari setelah terutama selama tahun pertama kehidupan. Perbaikan elektif hernia
inguinalis lateralis dapat dilakukan pada penderita rawat jalan (shochat, 2000).
Ada kontroversi tentang kapan dilakukan eksplorasi pangkal paha kontralateral pada
bayi dan anak dengan hernia inguinalis lateralis unilateral. Insiden prosesus vaginalis yang
terbuka sekitar 60% pada bayi 2 bulan dan sekitar 40% pada umur 2 tahun. Prosesus
vaginalis yang terbuka di temukan pada 30% populasi umum. Setelah perbaikan hernia
unilateral pada anak, hernia kontralateral menjadi 30% kasus. Jika perbaikan unilateral pada
sisi kiri, peluang terjadinya hernia sisi kanan 40%, kemungkinan karena penurunan testis
pada sisi kanan lebih lambat. Resiko terjadinya inkarserata lebih tinggi pada anak umur 1
tahun tahun, biasanya terjadi pada umur 6 bulan (shochat, 2000).
Page 9
Berdasarkan data ini, kebanyakan ahli bedah anak menganjurkan eksplorasi inguinal
bilateral pada semua anak laki-laki kurang dari 1 tahun, anak wanita dengan umur kurang
dari 2 tahun. Anak laki-laki dan wanita yang datang dengan hernia inguinalis sisi kiri
beresiko terjadi hernia kontralateral dan harus dilakukan eksplorasi sisi kanan, (shochat,
2000).
Manual reduction hernia inguinalis lateralis yang terinkarserasi dapat dilakukan setelah
bayi tenang, bayi dalam posisi trendelenburg, dengan menggunakan kantong es diletakkan
pada posisi yang terserang. Ini di kontraindikasikan pada inkarserasi yang lebih dari 12 jam
atau adanya buang air besar bercanpur darah (stool), (shocat, 2000).
Pembedahan efektif untuk hernia inguinalis lateralis di anjurkan pada saat kondisi
anak dalam keadaan baik, dan koreksi pada sisi asimptomatis sering dilakukan pada anak
berusia kurang dari 2 tahun, terutama pada perempuan.
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan kemudian direposisi. Kantong dijahit-
ikat setinggi mungkin lalu dipotong (karnadihardja, 2005). Pada herniaplastik dilakukan
tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis (karnadihardja, 2005). Strangulasi di tangani dengan nasogastric suction,
rehidrasi, perbaikan defisiensi elektrolit, dan operasi dapat di lakukan setelah kondisi pasien
stabil.
Page 10
2.2 Hidrokel
2.2.1 Anatomi Testis
Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Ukuran testis pada orang
dewasa adalah 4×3×2,5 cm dengan volume 15-25 ml berbentuk ovoid kedua buah testis
terbungkus oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Diluar tunika albuginea
terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis, serta tunika dartos.
Otot kremaster yang berada disekitar testis memungkinkan testis dapat digerakan
mendekati rongga abdomen untuk mempertahankan temperatur testis agar tetap stabil.
Secara histopatologis, testis terdiri atas kurang lebih 250 lobuli dan tiap lobulus terdiri
atas tubuli seminiferi. Didalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel spermatogenia dan sel
Sertoli, sedang diantara tubulus seminiferi terdapat sel-sel Leyding. Sel-sel spermatogenia
pada proses spermatogenesis menjadi sel spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi memberi
makanan pada bakal sperma, sedangkan sel-sel Leyding atau disebut sel interstisial testis
berfungsi dalam menghasilkan hormon testosteron. Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di
tubuli seminiferi testis disimpan dan mengalami pematangan atau maturasi diepididimis
setelah mature (dewasa) sel-sel spermatozoa bersama-sama dengan getah dari epididimis
dan vas deferens disalurkan menuju ke ampula vas deferens. Sel-sel itu setelah dicampur
dengan cairan-caidari epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, serta cairan prostat
menbentuk cairan semen.
Testis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu :
1. Arteri spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta
2. Arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior
3. Arteri kremasterika yang merupakan cabang arteri epigastrika.
Pembuluh vena yang meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus Pampiniformis.
Page 11
2.2.2 Definisi
Hidrokel adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan di antara
lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang berada
di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi dan
reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.
2.2.3 Epidemiologi
Di USA, insidensi hidrokel adalah sekitar 10-20 per 1000 kelahiran hidup dan lebih
sering terjadi pada bayi premature. Lokasi tersering adalah di sebelah kanan, dan hanya
10% yang terjadi secara bilateral.
Insidensi PPPVP (Persistent Patent Processus Vaginalis Peritonei) menurun seiring
dengan bertambahnya umur. Pada neonates, 80%-94% memiliki PPPVP. Risiko hidrokel
lebih tinggi pada bayi premature dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gram
dibandingkan dengan bayi aterm.
Menurut data di RSUD dr. Saiful Anwar Malang jumlah total anak yang mengalami
hidrokel pada tahun 2008 – 2013 sebanyak 61 anak, dengan rincian 2 anak perempuan dan
59 anak laki-laki. Dari jumlah tersebut jumlah anak yang berumur ≤ 1 tahun sebanyak 11
anak dan > 1 tahun sebanyak 50 anak.
Page 12
2.2.4 Etiologi
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena : (1) belum
sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke
prosesus vaginalis atau (2) belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam
melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.
2.2.5 Klasifikasi Hidrokel
Hidrokel dapat diklasifikasi menjadi dua jenis berdasarkan kapan terjadinya yaitu:
1. Hidrokel_primer
Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan prosesus vaginalis.
Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum peritoneum embrionik yang melintasi
kanalis inguinalis dan membentuk tunika vaginalis. Hidrokel jenis ini tidak diperlukan
terapi karena dengan sendirinya rongga ini akan menutup dan cairan dalam tunika
akan diabsorpsi.
2. Hidrokel_sekunder
Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat dalam suatu
masa dan dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar limfe. Dapat disebabkan
oleh kelainan testis atau epididimis. Keadaan ini dapat karena radang atau karena
suatu proses neoplastik. Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis menyebabkan
terjadinya produksi cairan berlebihan yang tidak dapat dibuang keluar dalam jumlah
yang cukup oleh saluran limfe dalam lapisan luar tunika.
Berdasarkan kejadian dibagi menjadi :
1. Hidrokel akut
Biasanya berlangsung dengan cepat dan dapat menyebabkan nyeri. Cairan
berrwarna kemerahan mengandung protein, fibrin, eritrosit dan sel polimorf.
2. Hidrokel kronis
Hidrokel jenis ini hanya menyebabkan peregangan tunika secara perlahan dan
walaupun akan menjadi besar dan memberikan rasa berat, jarang menyebabkan
nyeri.
Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa
macam hidrokel, yaitu
1. Hidrokel testis.
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat diraba.
Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari.
2. Hidrokel funikulus.
Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial dari testis,
sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong hidrokel. Pada
anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.
Page 13
3. Hidrokel Komunikan
Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum sehingga
prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis kantong hidrokel
besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah pada saat anak menangis. Pada
palpasi kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan kedalam rongga
abdomen
2.2.6 Embriologi dan Patogenesis
Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongenital (bawaan sejak lahir) ataupun
ketidaksempurnaan dari prosesus vaginalis tersebut menyebabkan tidak menutupnya
rongga peritoneum dengan prosessus vaginalis. Sehingga terbentuklah rongga antara tunika
vaginalis dengan cavum peritoneal dan menyebabkan terakumulasinya cairan yang berasal
dari sistem limfatik disekitar.
Cairan yanng seharusnya merupakan keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi
oleh sistem limfatik di sekitarnya. Tetapi pada penyakit ini, telah terganggunya sistem
sekresi atau reabsorbsi cairan limfa. Dan terjadilah penimbunan di tunika vaginalis tersebut.
Akibat dari tekanan yang terus-menerus, mengakibatkan Obstruksi aliran limfe atau vena di
dalam funikulus spermatikus. Dan terjadilah atrofi testis dikarenakan akibat dari tekanan
pembuluh darah yang ada di daerah sekitar testis tersebut.
Selama perkembangan janin, testis terletak di sebelah bawah ginjal, di dalam rongga
peritoneal. Ketika testis turun melalui canalis inguinalis ke dalam scrotum, testis diikuti
dengan ekstensi peritoneum dengan bentuk seperti kantung, yang dikenal sebagai
processus vaginalis. Setelah testis turun, procesus vaginalis akan terobliterasi dan menjadi
fibrous cord tanpa lumen. Ujung distal dari procesus vaginalis menetap sebagai tunika yang
melapisi testis, yang dikenal sebagai tunika vaginalis. Normalnya, region inguinal dan
scrotum tidak saling berhubungan dengan abdomen. Organ viscera intraabdominal maupun
cairan peritonel seharusnya tidak dapat masuk ke dalam scrotum ataupun canalis inguinalis.
Bila procesus vaginalis tidak tertutup, dikenal sebagai persistent patent processus vaginalis
peritonei (PPPVP).
Page 14
2.2.7 Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan
konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya
transiluminasi.
Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis
tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari.
Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah
kranial testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong
hidrokel. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.
Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan
rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada
anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah besar pada
saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat
dimasukkan ke dalam rongga abdomen.
Pemeriksaan fisik dilakukan pada posisi berbaring dan berdiri. Jika pada posisi berdiri
tonjolan tampak jelas, baringkan pasien pada posisi supine. Bila terdapat resolusi pada
tonjolan (dapat mengecil), harus dipikirkan kemungkinan hidrokel komunikan atau hernia.
Bila tonjolan tidak terlihat, lakukan valsava maneuver untuk meningkatkan tekanan
intaabdominal. Pada anak yang lebih besar, dapat dilakukan dengan menyuruh pasien
meniup balon, atau batuk. Pada bayi, dapat dilakukan dengan memberikan tekanan pada
Page 15
abdomen (palpasi dalam) atau dengan menahan kedua tangan bayi diatas kepalanya
sehingga bayi akan memberontak sehingga akan menimbulkan tonjolan.
Pemeriksaan transiluminasi pada scrotum menunjukkan cairan dalam tunika vaginalis.
2.2.8 Tata Laksana
Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan
harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri; tetapi jika
hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi.
Mayoritas hidrokel pada neonates akan hilang karena penutupan spontan dari PPPVP awal
setelah kelahiran. Cairan dalam hidrokel biasanya akan direabsorpsi sebelum bayi berumur
1 tahun.
Indikasi operasi perbaikan hidrokel :
- Gagal untuk hilang pada umur 2 tahun
- Rasa tidak nyaman terus-menerus akibat hidrokel permagna
- Pembesaran volume cairan hidrokel sehingga dapat menekan pembuluh darah
- Adanya infeksi sekunder (sangat jarang)
Penyembuhan post-operasi hidrokel biasanya cepat.
Terapi yang diberikan antara lain :
- Analgetik
- Bayi : Ibuprofen 10mg/kg setiap 6-8 jam; paracetamol 15 mg/kg setiap 6-
8 jam; hindari penggunaan narkotika pada bayi karena adanya risiko
apneu
- Anak yang lebih besar – Paracetamol dengan kodein (1mg/kg kodein)
setiap 6-8 jam
- Sekitar 2 minggu setelah operasi, posisi mengangkang (naik sepeda) harus
dihindari untuk mencegah perpindahan testis yang mobile keluar dari
scrotum, dimana dapat terjebak oleh jaringan ikat dan mengakibatkan
cryptorchidism sekunder.
Page 16
- Pada anak dengan usia sekolah, aktivitas olahraga harus dibatasi selama 4-
6 minggu.
Teknik Operasi Hidrokel (High Ligation) :
o Memeriksa anak untuk mengkonfirmasi adanya testis.
o Membuat incisi inguinal kecil
o Masuk ke canalis inguinalis dan diseksi PV, yang merupakan kantung hidrokel,
harus bebas dari vas deferens dan pembuluh darah.
o Keluarkan isi kantung hidrokel (cairan) ke dalam abdomen
o Ligasi kantung pada atau di atas annulus inguinalis interna
o Inspeksi annulus inguinalis interna untuk memastikan seluruh isi kantung telah
dikeluarkan seluruhnya.
o Jahit lapisan fascia dan kulit..
Page 17
Keterangan Gambar :
A. Incisi pada kuadran bawah abdomen sepanjang 2-4cm, ke arah lateral dari titik tepat di
atas spina pubic.
B. Fascia superfisialis telah diincisi. Musculus obliqus externus terlihat.
C. Musculus obliqus externus telah diincisi, tampak kantung hidrokel dan cord.
D. Fascia oblique externus dijepit, memperlihatkan musculus cremaster dan fascia
spermaticus interna melapisi kantung dan cord.
Page 18
E. Kantung yang melalui canalis inguinalis dan annulus inguinalis externa dipisahkan dari
cord di bawahnya. Ujung distal telah dibuka sebagian. Ujung proximal akan dilakukan
high ligation pada leher kantung.
F. Ujung proximal kantung diangkat. Retroperitoneal fat pad yang selalu ada dan
merupakan indikasi titik untuk high ligation. Jahitan dilakukan pada leher kantung.
Setelah dijahit, jahitan kedua dilakukan pada distal dari jahitan pertama untuk
memastikan ligasi yang permanen.
G. Musculus oblique externus dijahit.
H. Menjahit jaringan subcuticular.
Page 19
BAB III
PEMBAHASAN
Diagram jumlah pasien hidrokel di RS Saiful Anwar periode 2008-2013 adalah sebagai
berikut :
Usia Jenis kelamin44
46
48
50
52
54
56
58
60
62
perempuanLaki-laki< 1 tahun> 1 tahun
Data pasien penderita hidrokel di RS Saiful Anwar Malang di tahun 2008-2013 total
sebanyak 60 pasien, dengan persebaran 50 pasien berusia diatas 1 tahun dan 10 pasien
dibawah 1 tahun, 58 pasien laki-laki dan 2 pasien perempuan. Data di USA menunjukkan
bahwa insidensi hidrokel adalah sekitar 10-20 per 1000 kelahiran hidup dan lebih sering
terjadi pada bayi premature. Menurut steven (2012), paten prosesus vaginalis ditemukan
pada 80-90% bayi laki-laki saat lahir dan frekuensinya akan menurun sampai usia 2 tahun.
Terapi operatif yang dilakukan di RS Saiful Anwar Malang pada kasus hidrokel pada
anak adalah dengan melakukan ligasi tinggi dan atau hidrocelectomy. Menurut literatur,
hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan harapan
setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri; tetapi jika hidrokel masih
tetap ada atau bertambah besar perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi. Indikasi operasi
perbaikan hidrokel adalah gagal untuk hilang pada umur 2 tahun, rasa tidak nyaman terus-
menerus akibat hidrokel permagna, pembesaran volume cairan hidrokel sehingga dapat
menekan pembuluh darah, adanya infeksi sekunder (sangat jarang).
Page 20
Diagram jumlah pasien hernia inguinalis di RS Saiful Anwar tahun 2008-2013 adalah
sebagai berikut :
Jenis kelamin Usia0
50
100
150
200
250
300
350
>1tahun≤ 1 tahunperempuanlaki-laki
Data pasien anak yang menderita hernia inguinalis lateralis di RS Saiful Anwar Malang
pada tahun 2008 – 2013 sebanyak 296, dengan rincian anak laki-laki sebanyak 256 anak
dan anak perempuan sebanyak 40 anak. Diantara jumlah tersebut anak yang berumur ≤ 1
tahun sebanyak 108 anak dan > 1 tahun sebanyak 188 anak. Sedangkan, menurut literatur
didapatan hernia inguinalis merupakan keadaan yang lazim terjadi antara 10-20: 1000
kelahiran hidup, dengan rasio antara anak laki-laki dan wanita 4:1. Penanganan hernia
inguinalis lateralis pada anak di RS Saiful Anwar Malang pada tahun 2008 – 2013 adalah
dengan dilakukan herniotomi, ini sesuai dengan literatur bahwa penanganan untuk hernia
inguinalis adalah operasi, karena hernia inguinalis lateralis tidak bisa sembuh secara
spontan. Operasi ini harus segera dilakukan secera elektif setelah diagnosis di tentukan,
karena akan beresiko tinggi terjadinya inkarserata di kemudian hari setelah terutama selama
tahun pertama kehidupan. Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai
ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan kemudian
direposisi. Kantong dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Page 21
BAB IV
KESIMPULAN
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui suatu defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (karnadihardja, 2005).
Hernia inguinalis lateralis merupakan keadaan yang lazim dan membutuhkan
pembedahan pada kelompok umur anak insiden hernia pada anak belum ditegakkan
tetapi antara 10-20: 1000 kelahiran hidup. Rasio antara anak laki-laki dan wanita 4:1
Hidrokel adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan di antara
lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang
berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara
produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.
Di USA, insidensi hidrokel adalah sekitar 10-20 per 1000 kelahiran hidup dan lebih
sering terjadi pada bayi premature. Lokasi tersering adalah di sebelah kanan, dan
hanya 10% yang terjadi secara bilateral.
Insidensi PPPVP (Persistent Patent Processus Vaginalis Peritonei) menurun seiring
dengan bertambahnya umur. Pada neonates, 80%-94% memiliki PPPVP. Risiko
hidrokel lebih tinggi pada bayi premature dengan berat badan lahir kurang dari 1500
gram dibandingkan dengan bayi aterm.
Adapun data pasien penderita hidrokel di RS Saiful Anwar malang di tahun 2008-
2013 total sebanyak 61 anak, dengan rincian 2 anak perempuan dan 59 anak laki-
laki. Dari jumlah tersebut jumlah anak yang berumur ≤ 1 tahun sebanyak 11 anak
dan > 1 tahun sebanyak 50 anak.
Page 22
DAFTAR PUSTAKA
1. Benson CD, Mustard WT. Pediatric Surgery. Volume 1. 1962. Year Book Medical
Publishers, Inc. USA. p. 580-582
2. Sjamsuhidajat R. dan Jong W.D., Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 4, Jakarta, EGC, 1997
3. James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier. Philadelphia. p
118-129
4. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12. McGraw-Hill
Companies. New York. p 245-259
5. Brunicardi FC et al. Schwartz’s principles of surgery. 8th edition. United States
America : McGraw Hill, 2005.826-42.
6. http://www.medindia.net/patients/patientinfo/hydrocele-adult-
surgery.htm#ixzz12zjIvvR5
7. http://emedicine.medscape.com/article/777386-print
8. http://emedicine.medscape.com/article/1015147-print
9. http://emedicine.medscape.com/article/438724-overview
10. Snel, R.S., 2006. Abdomen: Bagian I Dinding Abdomen. Dalam: Hartanto, Huriawati, ed.
Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC, 147–200.
11. Karnadihardja, W, 2004. Dinding perut, hernia, retroperitoneum, omentum. Dalam buku
ajar ilmu bedah edisi 2: Jakarta: Halaman: 519-540.
12. Steven, Lee. 2012. Hydrocele. http://emedicine.medscape.com/article/777386-
overview. diakses tanggal 27 Januari 2014