BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tinitus merupakan gangguan persepsi suara tanpa adanya sumber eksterna. Studi mengenai tinitus banyak dilakukan di Eropa barat dan Amerika. Studi dengan sampel dalam jumlah cukup besar (n = 48.313) di Inggris melaporkan prevalensi pada dewasa sekitar 10,1% dan lebih dari 50 juta orang di Amerika dilaporkan mengalami tinitus, dan diperkirakan prevalensinya pada dewasa sekitar 10 – 15%, serta sekitar 20% orang dewasa yang mengalami tinitus memerlukan intervensi klinis. Prevalensi tinitus diperkirakan oleh National Health Interview Survey di Amerika pada tahun 1994, sebanyak 1,6% pada dewasa dengan usia 18 – 44 tahun, 4,6% pada dewasa dengan usia 45 – 64 tahun, dan 9,0% pada dewasa >60 tahun. 1 Hasil penelitian ini serupa dengan yang dilakukan di Mesir, Jepang, dan Nigeria, dan juga pada negara – negara dengan pendapatan menengah di Afrika dan Asia. 2 Prevalensi tinitus yang sifatnya mengganggu, jumlahnya meningkat pada usia diatas 70 tahun. Prevalensi pada pria dan wanita sama. Prevalensi pada anak – anak sulit diperkirakan, tetapi studi yang ada menunjukkan pengalaman tinitus yang dirasakan pada anak – anak hampir serupa dengan orang dewasa. 3 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tinitus merupakan gangguan persepsi suara tanpa adanya sumber
eksterna. Studi mengenai tinitus banyak dilakukan di Eropa barat dan
Amerika. Studi dengan sampel dalam jumlah cukup besar (n = 48.313) di
Inggris melaporkan prevalensi pada dewasa sekitar 10,1% dan lebih dari 50
juta orang di Amerika dilaporkan mengalami tinitus, dan diperkirakan
prevalensinya pada dewasa sekitar 10 – 15%, serta sekitar 20% orang
dewasa yang mengalami tinitus memerlukan intervensi klinis. Prevalensi
tinitus diperkirakan oleh National Health Interview Survey di Amerika pada
tahun 1994, sebanyak 1,6% pada dewasa dengan usia 18 – 44 tahun, 4,6%
pada dewasa dengan usia 45 – 64 tahun, dan 9,0% pada dewasa >60 tahun.1
Hasil penelitian ini serupa dengan yang dilakukan di Mesir, Jepang, dan
Nigeria, dan juga pada negara – negara dengan pendapatan menengah di
Afrika dan Asia.2 Prevalensi tinitus yang sifatnya mengganggu, jumlahnya
meningkat pada usia diatas 70 tahun. Prevalensi pada pria dan wanita sama.
Prevalensi pada anak – anak sulit diperkirakan, tetapi studi yang ada
menunjukkan pengalaman tinitus yang dirasakan pada anak – anak hampir
serupa dengan orang dewasa.3
Tinitus merupakan sebuah gejala yang berkaitan dengan banyak
penyebab dan kofaktor pemicunya. Tinitus umum terjadi, tetapi pada
beberapa kasus, hal tersebut dapat menjadi gejala dari penyakit yang serius
seperti tumor vaskuler atau vestibular schwannoma. Tinitus dapat menjadi
persisten, mengganggu, dan menghabiskan biaya yang tinggi. Tinitus dapat
terjadi pada satu atau dua sisi kepala dan dapat muncl dari dalam atau luar
kepala. Tinitus sering terjadi bersamaan dengan kehilangan pendengaran
sensorineural, terutama pada pasien dengan tinitus yang mengganggu dan
tanpa adanya patologi telinga yang jelas. Kualitas tinitus dapat bervariasi,
yaitu bunyi telepon, berdengung, klik, pulsasi, dan gangguan lain yang
digambarkan oleh pasien. Pada kondisi, efek tinitus yang berkaitan dengan
kualitas hidup, dengan beberapa pasien mengalami kecemasan, depresi, dan
1
perubahan hidup yang ekstrim. Pasien dengan tinitus disertai dengan
kecemasan atau depresi berat perlu dilakukan identifikasi dan intervensi
mengenai kecenderungan bunuh diri.1
2
BAB 2
ISI
2.1 Anatomi Telinga
2.1.1. Telinga Luar
Telinga luar sendiri terbagi atas daun telinga (pinna), liang telinga
dan bagian lateral dari membran timpani. Daun telinga di bentuk oleh tulang
rawan dan otot serta ditutupi oleh kulit. Ke arah liang telinga lapisan tulang
rawan berbentuk corong menutupi hampir sepertiga lateral, dua pertiga
lainnya (liang telinga) dibentuk oleh tulang yang ditutupi kulit yang melekat
erat dan berhubungan dengan membran timpani. Bentuk daun telinga
dengan berbagai tonjolan dan cekungan serta bentuk liang telinga yang lurus
dengan panjang sekitar 2,5 cm, menyebabkan terjadinya resonansi bunyi
sebesar 3500 Hz.4 Sendi temporomandibularis dan kelenjar parotis terletak
di depan terhadap liang telinga, sementara prosesus mastoideus terletak di
belakangnya. Tulang rawan liang telinga merupakan salah satu patokan
pembedahan untuk mencari saraf fasialis, patokan lainnya adalah sutura
timpanomastoidea.5
Membran timpani atau gendang telinga adalah suatu bangunan
berbentuk kerucut dengan umbo sebagai puncaknya mengarah ke medial.
Membran timpani umumnya berbentuk bulat. Membran timpani tersusun
dari lapisan epidermis di bagian luar, lapisan fibrosa di bagian tengah
sebagai tempat melekatnya tangkai maleus, dan lapisan mukosa di bagian
dalam. Lapisan fibrosa tidak terdapat di atas prosesus lateralis maleus dan
ini menyebabkan bagian membran timpani yang disebut membran Sharpnell
menjadi lemas (pars flaksid).5
2.1.2 Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk seperti kubah dengan enam sisi. Telinga
tengah terbagi atas tiga bagian dari atas ke bawah, yaitu epitimpanum
terletak di atas dari batas atas membran timpani, mesotimpanum disebut
juga kavum timpani terletak medial dari membran timpani dan
hipotimpanum terletak kaudal dari membran timpani. Organ konduksi di
3
dalam telinga tengah ialah membran timpani, rangkaian tulang pendengaran,
ligamentum penunjang, tingkap lonjong dan tingkap bundar. Kontraksi otot
tensor timpani akan menarik manubrium maleus ke arah anteromedial,
mengakibatkan membran timpani bergerak ke arah dalam, sehingga besar
energi suara yang masuk dibatasi.5
Dinding superior dari telinga tengah berbatasan dengan lantai fossa
cranii media. Bagian atas dinding posterior terdapat aditus ad antrum tulang
mastoid dan di bawahnya terdapat saraf fasialis. Otot stapedius timbul pada
daerah saraf fasialis dan tendonnya menembus melalui suatu piramida
tulang menuju leher stapes. Saraf korda timpani timbul dari saraf kranialis
di bawah stapedius dan berjalan ke arah lateral menuju inkus dan keluar dari
telinga tengah lewat sutura petrotimpanika. Korda timpani kemudian
bergabung dengan saraf lingualis dan menghantarkan serabut
sekretomotorik ke ganglion submandibularis dan serabut pengecap dari dua
pertiga anterior lidah. Dasar telinga tengah adalah atap bulbus jugularis
yang pada sebelah superolateral menjadi sinus sigmoidea dan lebih ke
tengah menjadi sinus transversus. Keduanya adalah aliran vena utama
rongga tengkorak.5
Fungsi dari telinga tengah akan meneruskan energi akustik yang
berasal dari telinga luar kedalam koklea yang berisi cairan. Sebelum
memasuki koklea bunyi akan diamplifikasi melalui perbedaan ukuran
membran timpani dan tingkap lonjong, daya ungkit tulang pendengaran dan
bentuk spesifik dari membran timpani. Meskipun bunyi yang diteruskan ke
dalam koklea mengalami amplifikasi yang cukup besar, namun efisiensi
energi dan kemurnian bunyi tidak mengalami distorsi walaupun intensitas
bunyi yang diterima sampai 130 dB.6
Aktifitas dari otot stapedius disebut juga refleks stapedius pada
manusia akan muncul pada intensitas bunyi diatas 80 dB (SPL) dalam
bentuk refleks bilateral dengan sisi homolateral lebih kuat. Refleks otot ini
berfungsi melindungi koklea, efektif pada frekuensi kurang dari 2 khz
dengan masa latensi 10 mdet dengan daya redam 5-10 dB. Dengan demikian
dapat dikatakan telinga mempunyai filter terhadap bunyi tertentu, baik
terhadap intensitas maupun frekuensi.6
4
Tuba eustachius menghubungkan rongga telinga tengah dengan
nasofaring. Bagian lateral tuba eustachius bersifat pertulangan, sementara
dua pertiga bagian medial bersifat kartilaginosa. Origo otot tensor timpani
terletak di sebelah atas bagian bertulang dan kanalis karotikus terletak di
bagian bawahnya. Tuba eustachius dapat dibuka melalui kontraksi otot
levator palatinum dan tensor palatinum yang masing – masing dipersarafi
pleksus faringealis dan saraf mandibularis. Tuba eustachius berfungsi untuk
menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani.5
2.1.3. Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari organ keseimbangan dan organ
pendengaran. Telinga dalam terletak di pars petrosus os temporalis dan
disebut labirin, karena bentuknya kompleks. Telinga dalam pada waktu lahir
bentuknya sudah sempurna dan hanya mengalami pembesaran seiring
dengan pertumbuhan tulang temporal. Telinga dalam terdiri dari dua bagian
yaitu labirin tulang dan labirin membran. Labirin tulang merupakan susunan
ruangan yang terdapat dalam pars petrosa os temporalis (ruang perilimfatik)
dan merupakan salah satu tulang terkeras. Labirin tulang terdiri dari
vestibulum, kanalis semisirkularis dan kohlea.4 Labirin membran diisi oleh
endolimfe, satu-satunya cairan ekstraselular dalam tubuh yang tinggi kalium
dan rendah natrium. Labirin membran dikelilingi oleh cairan perilimfe yang
tinggi natrium dan rendah kalium yang terdapat di kapsula otika bertulang.5
Vestibulum merupakan bagian yang membesar dari labirin tulang
dengan ukuran panjang 5 mm, tinggi 5 mm dan dalam 3 mm. Bagian
vestibulum telinga dalam dibentuk oleh sakulus, utrikulus, dan kanalis
semisirkularis. Utrikulus dan sakulus mengandung makula yang diliputi
oleh sel rambut. Sel rambut ini ditutupi oleh lapisan gelatinosa yang
ditembus oleh silia, dan pada lapisan ini terdapat pula otolith yang
mengandung kalsium, dengan berat jenis lebih besar daripada endolimfe.
Karena pengaruh gravitasi, maka gaya dari otolith akan membengkokkan
silia sel rambut dan menimbulkan rangsangan pada reseptor.2 Dinding
medial menghadap ke meatus akustikus internus dan ditembus oleh saraf.
Pada dinding medial terdapat dua cekungan yaitu spherical recess untuk
sakulus dan eliptical recess untuk utrikulus. Di bawah eliptical recess
5
terdapat lubang kecil akuaduktus vestibularis yang menyalurkan duktus
endolimfatikus ke fossa kranii posterior diluar duramater.4
Di belakang spherical recess terdapat alur yang disebut vestibular
crest. Pada ujung bawah alur ini terpisah untuk mencakup recessus
cochlearis yang membawa serabut saraf koklea ke basis koklea. Serabut
saraf untuk utrikulus, kanalis semisirkularis superior dan lateral menembus
dinding tulang pada daerah yang berhubungan dengan N. Vestibularis pada
fundus meatus akustikus internus. Di dinding posterior vestibulum
mengandung 5 lubang ke kanalis semisirkularis dan dinding anterior ada
lubang berbentuk elips ke skala vestibuli koklea.4
Ada tiga buah semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis superior,
posterior dan lateral yang terletak di atas dan di belakang vestibulum.
Bentuknya seperti dua pertiga lingkaran dengan panjang yang tidak sama
tetapi dengan diameter yang hampir sama sekitar 0,8mm. Pada salah satu
ujungnya masing – masing kanalis ini melebar disebut ampula yang berisi
epitel sensoris vestibular dan terbuka ke vestibulum.4
Ampula kanalis superior dan lateral letaknya bersebelahan pada
masing – masing ujung anterolateralnya, sedangkan ampula kanalis
posterior terletak dibawah dekat lantai vestibulum. Ujung kanalis superior
dan inferior yang tidak mempunyai ampula bertemu dan bersatu membentuk
crus communis yang masuk vestibulum pada dinding posterior bagian
tengah. Ujung kanalis lateralis yang tidak memiliki ampula masuk
vestibulum sedikit dibawah crus communis. Kanalis lateralis kedua telinga
terletak pada bidang yang hampir sama yaitu bidang miring ke bawah dan
belakang dengan sudut 30o terhadap bidang horizontal bila orang berdiri.
Kanalis lainnya letaknya tegak lurus terhadap kanal ini, sehingga kanalis
superior sisi telinga kiri letaknya hampir sejajar dengan posterior telinga
kanan demikian pula dengan kanalis posterior telinga kiri sejajar dengan
kanalis superior telinga kanan.4
Koklea membentuk tabung ulir yang dilindungi oleh tulang dengan
panjang sekitar 35mm dan terbagi atas skala vestibuli, skala media dan skala
timpani. Koklea melingkar seperti rumah siput dengan dua dan satu –
setengah putaran.5 Skala timpani dan skala vestibuli berisi cairan perilimfe
dengan konsentrasi K+ 4 mEq/l dan Na+ 139 mEq/l. Perilimfe pada kedua
6
skala berhubungan pada apeks koklea spiralis tepat setelah ujung buntu
yang dikenal dengan helikotrema. Skala media berada dibagian tengah,
dibatasi oleh membran reissner, membran basilaris, lamina spiralis dan
dinding lateral, berisi cairan endolimfe dengan konsentrasi K+ 144 mEq/l
dan Na+ 13 mEq/l.4 Membran basilaris sempit pada basis (nada tinggi) dan
melebar pada apeks (nada rendah).5
Organ corti terletak di membran basilaris yang lebarnya 0,12mm di
bagian basal dan melebar sampai 0,5mm di bagian apeks, berbentuk seperti
spiral. Beberapa komponen penting pada organ corti adalah sel rambut
dalam, sel rambut luar, sel penunjang Deiters, Hensens, Claudius, membran
tektoria dan lamina retikularis. Sel rambut tersusun dalam 4 baris, yang
terdiri dari 3 baris sel rambut luar yang terletak lateral terhadap terowongan
yang terbentuk oleh pilar – pilar Corti, dan sebaris sel rambut dalam yang
terletak di medial terhadap terowongan. Sel rambut dalam yang berjumlah
sekitar 3.500 (satu baris sel rambut dalam) dan sel rambut luar dengan
jumlah 12.000 (tiga baris sel rambut luar) berperan dalam merubah hantaran
bunyi dalam bentuk energi mekanik menjadi energi listrik.4
2.1.4 Vaskularisasi Telinga Dalam
Vaskularisasi telinga dalam berasal dari A. Labirin, cabang A.
Cerebelaris anteroinferior atau cabang dari A. Basilaris atau A. Vertebralis.
Arteri ini masuk ke meatus akustikus internus dan terpisah menjadi A.
Vestibularis anterior dan A. Kohlearis communis yang bercabang pula
menjadi A. Kohlearis dan A. Vestibulokohlearis. A. Vestibularis anterior
memperdarahi N. Vestibularis, urtikulus dan sebagian duktus semisirkularis.
A.Vestibulokohlearis sampai di mediolus daerah putaran basal kohlea
terpisah menjadi cabang terminal vestibularis dan cabang koklear. Cabang
vestibular memperdarahi sakulus, sebagian besar kanalis semisirkularis dan