BAB I PENDAHULUAN Jaringan parut pita suara terbentuk karena trauma yang terjadi pada struktur berlapis pita suara dan menyebabkan penurunan yang signifikan dalam karakteristik getaran. Hal ini berdampak pada perubahan viskoelastis jaringan dan menyebabkan terjadinya disfonia, perubahan nafas dan memiliki dampak yang cukup besar pada kualitas hidup. Ciri utama dari jaringan parut pita suara yaitu jaringan kolagen dan elastin yang tidak teratur, kehilangan struktur matriks ekstraselluler dan mengurangi kelenturan pita suara dan insufisiensi glotis. 1 Pengobatan jaringan parut pita suara masih merupakan bab yang belum terselesaikan di Laryngology dan terutama disebabkan oleh mikro-struktur jaringan pita suara yang sangat kompleks, terutama struktur tiga lapis dari lamina propria. Pengetahuan yang komprehensif tentang hal ini sangat spesifik dan mekanisme molekuler dari jaringan parut pita suara adalah latar belakang untuk setiap modalitas pengobatan yang mendalam. Penelitian di bidang ini memberikan wawasan yang lebih dalam dan pemahaman baru dari interaksi kompleks antara protein interstisial 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Jaringan parut pita suara terbentuk karena trauma yang terjadi pada
struktur berlapis pita suara dan menyebabkan penurunan yang signifikan dalam
karakteristik getaran. Hal ini berdampak pada perubahan viskoelastis jaringan dan
menyebabkan terjadinya disfonia, perubahan nafas dan memiliki dampak yang
cukup besar pada kualitas hidup. Ciri utama dari jaringan parut pita suara yaitu
jaringan kolagen dan elastin yang tidak teratur, kehilangan struktur matriks
ekstraselluler dan mengurangi kelenturan pita suara dan insufisiensi glotis. 1
Pengobatan jaringan parut pita suara masih merupakan bab yang belum
terselesaikan di Laryngology dan terutama disebabkan oleh mikro-struktur
jaringan pita suara yang sangat kompleks, terutama struktur tiga lapis dari lamina
propria. Pengetahuan yang komprehensif tentang hal ini sangat spesifik dan
mekanisme molekuler dari jaringan parut pita suara adalah latar belakang untuk
setiap modalitas pengobatan yang mendalam. Penelitian di bidang ini
memberikan wawasan yang lebih dalam dan pemahaman baru dari interaksi
kompleks antara protein interstisial (fibronektin, decorin, dan fibromodulin),
glukosaminoglikan (asam hyaluronat) dan berbagai serat matriks ekstraselular
(kolagen, prokolagen dan elastin).
Jaringan parut pada pita suara menyebabkan kerusakan struktur mikro sangat
kompleks dengan berturut-turut mengganggu pola getaran dan insufisiensi glotis.
Disfonia yang dihasilkan terutama ditandai dengan kapasitas vokal yang berkurang.
Meskipun kemajuan dalam pemahaman tentang patofisiologi yang mendasari,
pengobatan jaringan parut pada lipatan vokal masih merupakan bab yang belum
terselesaikan di Laryngology dan Phonosurgery. Metode bedah saraf yang dipilih
ditentukan oleh gejala klinis utama yaitu teknik medialization untuk pengobatan
kesenjangan glotis, atau epitel dengan teknik membebaskan untuk perbaikan
karakteristik getaran sering dikombinasikan dengan augmentation injeksi atau
1
implantasi. Dalam kasus yang berat, bukal mukosa okulasi bisa menjadi pilihan.
Perkembangan baru, termasuk pengobatan dengan laser anxiolytic, teknologi laser
dengan sifat ultrafine eksisi/ablasi menghindari terjadinya koagulasi.
2
BAB II
ANATOMI LARING1, 2, 6
Embriologi Laring
Faring, laring, trakea dan paru-paru merupakan derivat foregut embrional yang
terbentuk sekitar 18 hari setelah konsepsi. Tak lama sesudahnya, terbentuknya alur faring
median yang berisi petunjuk-petunjuk pertama sistem pernapasan dan benih laring.
Sulkus atau alur laringotrakea menjadi nyata pada sekitar hari ke-21 kehidupan embrio.
Perluasan alur ke arah kaudal merupakan primordial paru. Alur menjadi lebih dalam dan
berbentuk kantung dan kemudian menjadi 2 lobus pada hari ke ke-27 atau ke-28. Bagian
yang paling proksimal dari tuba yang membesar ini akan menjadi laring. Pembesaran
aritenoid dan lamina epitelial dapat dikenali menjelang hari ke-33, sedangkan kartilago,
otot dan sebagian besar pita suara (korda vokalis) terbentuk dalam tiga atau empat
minggu berikutnya.3
Kerangka Laring
Laring mempuyai 3 fungsi yaitu sebagai katup saat respirasi, berperan dalam
proses menelan dan fonasi. Laring adalah organ khusus yang mempunyai sfingter
pelindung pada pintu masuk jalan napas. Diatas laring membuka ke arah dalam
laringofaring dan dibawah bersambung dengan trakea. Ukuran rata-rata dari Laring
dewasa adalah: Pria (panjang 44 mm, diameter transversal 43 mm, diameter
anteroposterior 36 mm). Wanita (panjang 36 mm, diameter transversal 41 mm, diameter
anteroposterior 26 mm).
Kerangka laring dibentuk oleh beberapa tulang rawan yang dihubungkan
membran dan ligamen yang digerakkan oleh otot dan dilapisi mukosa.
Cartilago thyroidea terdiri dari lamina tulang rawan yang bertemu pada tonjolan
jakun. Tepi posterior lamina tertarik keatas membentuk cornu superius dan kebawah
cornu inferius. Pada permukaan luar tiap lamina melekat M.sternohyoid, tyrohyoid, dan
M. konstriktor faringis inferior di linea obliqua. Perikondrium melapisi permukaan luar
dari lamina tyroid, melekat erat dari batas superior sampai inferior bergabung dengan
membran tyrohioid dibawahnya dan berikatan longgar dengan permukaan luar kartilago.
3
Cartilago cricoidea dibentuk dari cincin tulang rawan utuh. Bentuknya mirip
cincin dan terletak dibawah cartilago tyroidea. Memiliki arcus anterior sempit dan lamina
posterior yang lebar. Pada permukaan lateral terdapat faset sirkular dan dikiri kanan tepi
atas terdapat faset artikular untuk artikulasi.
Gambar.1 Kerangka Laring
Cartilago arytenoida merupakan dua tulang rawan kecil dengan bentuk pyramid.
Letaknya dibelakang laring, dilateral tepi atas lamina cricoidea. Processus vocalis terjulur
horizontal ke depan tempat melekat lig.vocale. Processus muscularis terjulur kelateral
tempat melekat m.krikoaritenoid lateralis dan posterior.
Faktor resiko yang pasti Faktor resiko yang masih mungkin
Dugaan, belum terbukti
sebagai 13ongen resiko
Wanita Usia > 50 tahun Tube dengan lumen ganda Pengembangan balon / cuff berlebihan
Penggunaan kortikosteroid Trakeomalacia Posisi yang salah dari tube Kondisi medis yang buruk Kesalahan penggunaan mandrain Batuk yang terlalu keras dan berlebihan
Trakeostomi perkutan
Perawakan pendek
Obesitas.
Trauma Inhalasi12,14
Inhalasi uap yang sangat panas, gas atau asap yang berbahaya akan cenderung
mencederai laring dan trakea servikal dan jarang merusak saluran napas bawah.
Daerah yang terkena akan menjadi nekrosis, membentuk jaringan parut yang
menyebabkan defek stenosis pada daerah yang terkena
13
3. Penyakit Radang 4,6
Refluks laryngitis adalah terjadinya aliran balik dari isi lambung ke laring,
faring dan upper aerodigestive tract. Pada orang normal, sfingter esophagus atas
(UES) dan sfingter esophagus bawah (LES) bekerja secara bersama untuk
mencegah terjadinya refluks ini. Karenanya patologi utama penyebab reflux
laryingitis berhubungan dengan disfungsi sfingter esophagus terutama sfingter
esophagus atas. Sfingter esophagus atas (UES) terdiri dari cricopharingeus,
thyropharyngeus dan proksimal cervical esophagus dan menempel pada kartilago
tiroid dan krikoid yang membentuk seperti huruf C (C-shape), yang membungkus
daerah sekitar esophagus servikal dan mendapat persarafan dari pleksus faringeal.
Ketika sfingter esophagus atas memungkinkan terjadinya refluks dan
menyebabkannya kontak dengan segmen laringofaringeal, asam lambung dan
pepsin yang teraktivasi dapat menyebabkan kerusakan langsung pada mukosa
laring. Hal ini mengakibatkan gangguan klirens mukosilier yang menyebabkan
stasis 14ongen yang dapat memperburuk terjadinya iritasi mukosa dan
berkontribusi terhadap gejala yang dialami pasien misalnya postnasal drip, throat
clearing dan globus sensation.
Patofisiologi Jaringan Parut Pita Suara7
Jaringan parut pada pita suara dapat berupa 14ongenital atau diperoleh.
Bouchayer dan Cornut (1985), menyatakan sebuah konsep bawaan lesi pita suara,
menunjukkan kista epidermoid sebagai penyebab umum untuk kondisi patologis. Mereka
berhipotesis bahwa kista epidermoid merupakan hasil dari residual lengkungan empat dan
enam branchial. Menurut mereka, teori sulcus vocal atau vergeture, hasil dari pecahnya
kista epidermoid tersebut. Jika kista pada pita suara pecah menembus pada lapisan di
kedua sisi (superior dan inferior pita suara), mukosa antara kedua sisi ini berubah menjadi
jembatan mukosa. Mereka menggarisbawahi teori tersebut ditandai dengan adanya onset
awal yang khas seperti disfonia selama masa kanak-kanak, adanya riwayat keluarga,
14
temuan simultan dari beberapa lesi di kedua plika ventrikularis dan hubungan dengan
malformasi lain, seperti pembuluh darah patologis dan jaringan mikro.
Sulkus vokalis diklasifikan menjadi tiga subtipe yaitu: a. Tipe I adalah adanya
atrofi, dengan lamina propria yang utuh dan jaringan mukosa yang tidak terganggu; b.
Tipe II, ditandai dengan hilangnya sebuah SLP fungsional. Dalam kebanyakan kasus,
bagian bawah sulkus vokalis yang melekat pada ligamen vokal dan menyebabkan
disfonia sedang; c. Tipe III sulkus vokalis yang meluas lebih dalam ke dalam ligamentum
vokal dan bahkan dapat menembus ke dalam otot thyroarytenoid. Ini mengganggu
getaran mukosa dan menyebabkan disfonia berat. Pendapat lain menyatakan bahwa
sulkus vocalis diperoleh dari trauma lokal atau proses inflamasi kronis.
Gambar.5 Lesi congenital menurut kosep Bouchayer dan Cornut
Sato dan Hirano, mengatakan bahwa sulkus vocalis berhubungan dengan
degenerasi fibroblas di macula flava. Kolagen dan elastis serat disintesis oleh fibroblas di
macula flava, mengalami penurunan. Mereka menjelaskan, banyaknya serat elastis yang
abnormal dalam macula flava tersebut. Pendapat lain, Giovanni, menyimpulkan bahwa
lesi kongenital dan yang didapat, saling melengkapi dan terdapat hubungan yang
menentukan yaitu kelemahan tertentu dalam mekanisme regulasi jaringan fibrosa di pita
suara. Sehubungan dengan tingkat keparahan terjadinya pembentukan jaringan parut,
15
Arens dan Remacle membagi jaringan parut pita suara menjadi empat jenis yaitu: a. tipe
I, ringan sampai sedang.
Adanya insufisiensi glotis menyebabkan getaran yang berkurang dari pita suara.
Bekas luka melibatkan tingkat mukosa dan submukosa pada lipatan pita suara; b. tipe II,
insufisiensi anterior glotis sedang, terlihat pada sekitar wilayah komisura anterior. Bekas
luka melibatkan otot pita suara sehingga menyebabkan tidak ada getaran pada pita suara;
c. tipe III, insufisiensi glotis yang cukup berat. Pembentukan bekas luka meluas ke
perikondrium. Kelainan meluas sampai ke wilayah supraglotis, dan tampak otot
arytenoids terpelintir atau memutar; d. tipe IV, insufisiensi glotis yang berat. Terjadi
pembentukan jaringan di wilayah komisura anterior dan tampak getaran bilateral
berkurang dari glotis.
Tanda Gejala Klinis Jaringan Parut Pita Suara7
Gejala jaringan parut pita suara mengubah fonasi dengan mengganggu penutupan
glotis dan gelombang mukosa. Jaringan parut juga dapat menyebabkan disfonia dengan
pembatasan mekanik getaran atau penutupan glotis, seperti yang terdapat pada beberapa
kasus pada lipatan pita suara atau fibrotik massa pada lipatan membran pita suara, yang
dapat mengakibatkan terjadinya perdarahan pita suara. Gejala lain yang dapat ditemukan
seperti suara serak, hembusan nafas yang lemah, dan terjadinya peningkatan usaha atau
regangan pada pita suara untuk menghasilkan suara.
Diagnosis Jaringan Parut Pita Suara7
Dokter akan menanyakan kepada pasien tentang gejala yang dialami dan riwayat
pengobatan, diikuti dengan pemeriksaan fisik kepala dan leher menyeluruh. Laring
videostroboscopy mungkin diperlukan. Ini adalah prosedur menggunakan endoskopi
fleksibel yang digabungkan ke monitor video dan sumber cahaya stroboskopik untuk
memungkinkan evaluasi visual rinci fungsi laring dan getaran. Microlaryngoscopy
mungkin diperlukan. Ini adalah prosedur yang dilakukan di bawah anestesi umum yang
memungkinkan dokter untuk memeriksa pita suara laring dengan alat pembesaran.
16
Tatalaksana Jaringan Parut Pita Suara1,7,9,11,15,16,17
Terapi untuk jaringan parut pita suara tergantung pada ukuran, lokasi dan
keparahan bekas luka. Terapi konservatif harus men jadi baris pertama pengobatan.
Terapi suara saja bisa efektif dan memuaskan, tapi mungkin juga akan diberikan sebagai
modalitas pengobatan pasca operasi tambahan. Hal ini biasanya didasarkan pada
konsep holistik tradisional terutama berfokus pada suara. Anti-refluks terapi,
antibiotik dan steroid kadang-kadang berperan dalam pencegahan dan manajemen
awal jaringan parut.
Berbagai pilihan pengobatan telah dikembangkan dalam dekade terakhir.
Operasi tidak boleh dilakukan dalam waktu 6 bulan setelah pembentukan bekas luka saat
proses penyembuhan belum lengkap. Sebagai tujuan pembedahan adalah untuk
meningkatkan penutupan glotis dan kelenturan dari jaringan parut pita suara, fasilitas
pengobatan harus berorientasi pada fitur klinis utama, baik kesenjangan glotis atau
kekakuan.
Prosedur Medialization7,9
Dalam kasus, di mana penutupan glotis merupakan gejala temuan yang dominan,
prosedur medialization terbukti sangat efektif. Ini dapat juga dilakukan dengan
medialization thyroplasty atau augmentasi injeksi.
Medialization Thyroplasty7,9
Prinsip medialization thyroplasty adalah untuk cukai jendela kartilago tiroid
sesuai dengan posisi pita suara di endolaring dan untuk memasukkan implan melalui
jendela ini yang medializes pita suara. Keuntungan utama dari teknik ini adalah untuk
mencapai reorganisasi spasial kerangka glotis tanpa menyentuh jaringan parut pita suara
langsung sehingga menghindari trauma apapun untuk jaringan parut pita suara dengan
potensi jaringan parut dan kaku. Hal ini penting khusus di bekas luka yang sebelumnya
jaringan parut, seperti thyroplasty biasanya reversibel dan karenanya bahaya kerusakan
suara pasca operasi minimal dibandingkan dengan operasi pita suara langsung. Isshiki
memperkenalkan silastic block yang masih banyak digunakan. Namun demikian,
berbagai modifikasi bedah dan implan yang berbeda mengenai materi dan bentuk telah
dikembangkan dari waktu ke waktu.
17
Indikasi utama untuk medialization thyroplasty adalah kelumpuhan pita suara
sepihak, namun efektivitasnya juga telah terbukti dalam insufisiensi glotis karena atrofi
dan/atau jaringan parut. Implan tetap di tempat dan memastikan perbaikan permanen
bahkan dalam larynges dengan mobilitas normal, dimana bahan disuntikkan biasanya
cenderung menyebar. Dalam sangat kaku, kombinasi medialization thyroplasty dan
relaksasi laryngoplasty dapat menyebabkan peningkatan suara lebih lanjut. Keuntungan
khusus bedah kerangka laring dengan anestesi lokal adalah bahwa hal itu memungkinkan
fine tuning dengan mendengarkan perubahan positif terjadi pada suara pasien di atas meja
saat melakukan prosedur bedah kerangka kerja yang berbeda dalam kombinasi. Khusus
untuk medialization pita suara setelah cordectomy, Sittel et al, mengembangkan prosedur
dimana setelah reseksi tepi atas tulang rawan tiroid kantong subperichondrial dibuat.
Tulang rawan ditanam kembali untuk mencapai pembesaran pita suara dan peningkatan
suara konsekuen.
Gambar.6 Vergeture dan mucosal bridge (a) mucosal bridge (b) explorative direct
laryngoscopy
Gambar.7 Prinsip Tiroplasti medialisasi pada pita suara
18
Injeksi Augmentasi7,9,16
Injeksi augmentasi diperkenalkan oleh Brunings pada tahun 1911 dan
merupakan prosedur yang sebenarnya phonosurgical pertama. Hal ini terutama
dirancang untuk pengobatan unilateral kelumpuhan pita suara. Sejumlah besar pengisi
injeksi telah digunakan dari waktu ke waktu, yang menunjukkan bahwa masih ada
substansi untuk pembesaran injeksi yang tersedia. Dalam sebuah penelitian multi-institusi
retrospektif, Sulica et al, Ulasan 460 pasien yang berkaitan dengan praktek saat ini di
augmentation injeksi di Amerika Serikat. Dari 460 pasien, hampir setengah dirawat di
kamar operasi, sementara setengah lainnya diperlakukan dengan prosedur pendekatan
berbasis trans krikotiroid, pendekatan oral, pendekatan trans thyrohyoid, atau
pendekatan tulang rawan. Secara umum, bahan alloplastic pengisi non-biodegradable
yang bertujuan untuk tinggal di tempat permanen. Mereka memiliki kelemahan bahwa
dalam kasus hasil pasca operasi yang tidak menguntungkan (misalnya dengan
penempatan sengaja) penghapusan substansi sulit disuntikkan dan menyebabkan trauma
parah pita suara. Selain itu, efek samping jangka panjang, seperti reaksi benda asing, atau
pembentukan granuloma tidak dapat sepenuhnya dikecualikan, seperti yang diamati
dalam kasus suntikan silikon atau Teflon usang. Zat-zat ini harus disuntikkan lateral
dekat dengan kartilago tiroid (Thyroplasty internal). Suntikan dangkal harus benar-
benar dihindari karena hal ini dapat menyebabkan kaku dari jaringan parut pita
suara dengan disfonia. Pengisi alloplastic saat ini disetujui untuk medialization
pita suara adalah vox implant secara silikon (partikel polydimethylsiloxane) dan
Radiesse (kalsium hidroksilapatit). Pengisi alloplastic tidak menunjukkan hasil yang
menjanjikan dalam pengobatan jaringan parut pita suara, di mana operasi kerangka laring
terbukti unggul. Sittel et al memperkenalkan, antara lain, penggunaan partikel
polydimethylsiloxane bertekstur (partikel PDMS: Vox Implant) dalam laring manusia
untuk pembesaran injeksi. Dengan sifat viskoelastik diinginkan dekat Teflon, partikel
polydimethylsiloxane tidak menunjukkan kecenderungan merugikan implan migrasi dan
reaksi benda asing. Hal ini disebabkan sifat mekanik dengan ukuran partikel sekitar 200
lm yang mencegah dari fagositosit. Sebagai prosedur implan tidak dapat diubah, injeksi
dengan anestesi umum biasanya dianjurkan. Peningkatan hasil suara dan parameter
akustik digambarkan mirip dengan operasi kerangka laring. Sintetik kalsium
19
hidroksilapatit (Caha: Radiesse Voice) tersedia sebagai Radiesse Suara. Di antara
karakteristik yang menguntungkan adalah inersia biologis dan mudah Aplikasi bahkan
melalui jarum kecil-gauge. Komplikasi termasuk teoritis (seperti dalam kebanyakan
Gambar.9 Penyuntikan Teflon transkutan ke korda vokalis. (a). Penyuntikan dengan jarum lurus; (b). Penyuntikan dengan jarum hipodermik yang telah dibengkokkan.
22
Pasta Teflon (Polytef(R)) adalah polimer dari tetrafluoroethylene,
merupakan material biosintetik yang pertama kali di desain secara spesifik untuk
implan. Penyuntikan dengan Teflon pasta diperkenalkan tahun 1962, dan
mendapat persetujuan FDA (Amerika) tahun 1972. Sejak itu injeksi Teflon
seringkali dilakukan dan merupakan prosedur pilihan untuk medialisasi korda
vokalis yang tidak dapat bergerak ke medial. Bahan bioinert ini relatif dapat
diterima jaringan disekitarnya (well tolerated) dan diakui sangat baik untuk
augmentasi plika vokalis. Kelebihan bahan ini adalah harganya murah, teknik
penyuntikannya mudah dan perbaikan suara dapat segera diperoleh (90% hasilnya
sangat baik). Jumlah dan lokasi penyuntikan yang tepat merupakan kunci
keberhasilan medialisasi korda vokalis dengan Teflon. Penyuntikan yang
berlebihan dapat menyebabkan obstruksi jalan napas. Dari hasil penelitian
diketemukan, daerah dibawah korda vokalis yaitu sekitar 3 mm inferior dari ujung
plika vokalis merupakan asal mula gelombang mukosa. Lokasi ini penting untuk
osilasi. Selain itu, daerah ini merupakan perluasan lapisan 9 Penyuntikan atau
migrasi Teflon di daerah ini dan berdifusi akan menyebabkan plika vokalis
menjadi keras seperti batu (stony hard vocal fold). Akhir-akhir ini penyuntikan
dengan Teflon mulai jarang dilakukan oleh karena sering terjadi pembentukan
granuloma (Teflon granuloma) yang kadang disertai obstruksi jalan napas, migrasi
Teflon ke jaringan sekitarnya, fiksasi aritenoid akibat proses inflamasi
imunogenik, ketidak mampuan menutup glotis posterior dan bahan ini sangat sulit
dikeluarkan melalui prosedur endoskopi bahkan tidak mungkin (ireversibel). Saat
ini injeksi pasta Teflon mulai digantikan oleh prosedur lain yaitu bedah kerangka
laring (tiroplasti) yang lebih aman dan efektif.
Gambar. 10 Membebaskan dari epitel; (a) Insisi; (b) penghapusan subepitel dari bekas luka; (c) membalik kembali epitel dan penutupan luka dengan
fibrin lem dan / atau mikro-jahitan.
23
Gambar. 11 Setelah membebaskan epitel, implantasi subepitel fasia ini dilakukan dengan diikuti oleh penutupan luka dengan jahitan mikro.
Gambar. 12 Medial injeksi ke lamina propria untuk medialization dan pemulihan zona baru
Injeksi lemak autolog1,7,15
Penyuntikan lemak (autologous fat) untuk medialisasi korda vokalis
dilaporkan hasil jangka pendek yang cukup memuaskan. Sepotong lemak (kecil)
yang berasal dari abdomen dan telah melalui proses tertentu menjadi cair,
disuntikkan di permukaan plika vokalis yang mengalami paralisis. Cara seperti ini
pertama kali dilakukan oleh Brandenburg tahun 1987. Cara lainnya yaitu
membuat insisi kecil di permukaan superior plika vokalis, lalu dibuat celah
(kantung) untuk menempatkan potongan lemak, lalu di jahit. Meskipun lemak
yang disuntikkan atau di implantasikan agak sedikit lebih banyak
24
(overcorrection), sekitar 50-75% akan diresorbsi dalam waktu beberapa bulan
atau tahun. Panen dan pengolahan.
Okulasi Mukosa7
Dalam kasus, di mana hilangnya jaringan dan jumlah pembentukan bekas
luka begitu signifikan bahwa tidak ada kesempatan untuk restorasi menggunakan
salah satu teknik tersebut bebas bukal mukosa okulasi bisa menjadi pilihan.
Neumann, telah menggunakan teknik transplantasi ini pada 1970-an dengan
teknik terbuka untuk pengobatan berbagai bekas luka yang disebabkan lesi.
Teknik ini dapat digunakan untuk pemulihan komisura anterior dan mengganti
mukosa pita suara. Alasan di balik teknik ini adalah untuk membawa jaringan
unscarred ke endolaring bekas luka dengan tujuan untuk menciptakan struktur
jaringan.
Mukosa mulut dipanen dari pipi bagian dalam. Ketebalan transplantasi
dapat dipilih sesuai dengan persyaratan: sangat tipis ketika hanya epitel harus
diganti atau ketebalan penuh mukosa untuk mengisi cacat. Untuk mengamankan
transplantasi di laring, mukosa buccal graft (permukaan baku luar) dijahit pada
lembar silastic (0,5 mm, kain diperkuat) dengan Vicryl 3/0. Melekat dengan satu
atau dua endo-extralaryngeal jahitan dengan jarum Lichtenberger menggunakan
prolene 2/0 ke permukaan baku laring. Jahitan yang diikat pada kulit lebih elastis
guling terbuat dari lembaran terlipat silastic yang menjamin kontak yang baik dari
transplantasi dengan daerah penerima.
Setelah 3 minggu, lembar silastic dihapus di bawah anestesi umum dan
pembentukan jaringan granulasi dapat dihapus dalam sesi yang sama dengan laser
CO2. Biasanya diperlukan waktu beberapa minggu untuk mendapatkan
permukaan endolaryngeal halus. Kemunculan kembali getaran membutuhkan
waktu beberapa bulan, namun tidak dijamin dalam setiap kasus. Jika perlu
tambahan augmentasi atau medialization thyroplasty dapat dilakukan setelah 6-12