BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF REFARATFAKULTAS KEDOKTERAN OKTOBER
2013UNIVERSITAS HASANUDIN
SISTEM MOTORIK DAN APLIKASI KLINISNYA
DISUSUN OLEH :ALMA FAEEZ BIN A. K. C111 07 283GODEBERTA ASTRIA
P.C111 10 101FLOREAN HARTUNGIC111 10 104IRMA ARMIYAHC111 10 130
PEMBIMBING :dr. Handedi
SUPERVISOR :dr. A. Kurnia Bintang, Sp.S(K), M.Kes
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKBAGIANILMU
PENYAKIT SARAFUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2013LEMBAR
PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :Nama: Alma
Faeez bin A. K., Godeberta Astria P., Florean Hartungi, Irma
ArmiyahNIM: C111 07 283, C111 10 101, C111 10 104, C111 10 130Judul
Referat: Sistem Motorik dan Aplikasi Klinisnya
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada
bagian Ilmu Kesehatan Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin.
Makassar, 29 Oktober 2013 Mengetahui,
Pengamat, Pembimbing,
dr. A. Kurnia Bintang, Sp.S(K), M.Kes dr. Handedi
I. PENDAHULUANSegala aktivitas susunan saraf pusat yang dapat
dilihat, didengar, dan direkam, dan diperiksa berwujud gerak otot.
Gerak jalan, gerak otot wajah, gerak otot yang menentukan sikap
tubuh dan gerak otot skletal apapun merupakan manifestasi eksternal
susunan saraf pusat.Otot otot skletal dan neuron-neuron menyusun
susunan neuromuskular voluntar, yaitu sistem yang mengurus dan
sekaligus melaksanakan gerakan yang dikendalika n oleh kemauan.
Secara anatomik sistem tersebut terdiri atas; (1) upper motor
neuron (UMN), (2) Lower motoneuron (LMN), (3) alat penghubung
antara unsur saraf dan unsur otot, dan (4) otot skeletal.Gaya saraf
yang disalurkan melalui lintasan lintasan neuronal adalah potensial
aksi, yang sejak dulu dijuluki impuls dan tidak lain berarti pesan.
Dan impuls yang disampaikan kepada otot sehingga menghasilkan gerak
otot yang dinamakan impuls motorik.Pemeriksaan sistem motorik
haruslah dikuasai. Sebagian besar manifestasi objektif kelainan
saraf bermanifestasi dalam gangguan gerak otot. Justru manifestasi
objektif inilah yang merupakan bukti riil adanya suatu kelainan
atau penyakit.
II. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM MOTORIKSusunan somatomotorik
(atau sistim motorik) ialah susunan yang mengurus hal yang
berhubungan dengan gerakan otot-otot skeletal. Susunan itu terdiri
dari 2 unsur yaitu unsur saraf dan otot. Unsur saraf terdiri dari
upper motoneurone(UMN) dan lower motoneurone (LMN). Dalam memulai
suatu gerakan, bagian UMN mengirim pesan kepada bagian LMN untuk
melakukan gerakan tertentu. Bagian LMN ini terdiri dari motor end
plate dan otot. Berdasarkan perbedaan anatomi dan fisiologi, UMN
dibagi lagi menjadi susunan piramidal dan ekstrapiramidal. (1)
Susunan piramidalUpper motoneuroneSusunan ekstrapiramidalUnsur
saraf Lower motoneurone
Susunan somatomotorik Motor end plate Unsur otot Sel otot
Gambar 1. Pembagian susunan somatomotorik (sistem motorik) (
diambil dari kepustakaan 1).Segala aktivitas susunan saraf pusat
yang dapat dilihat, didengar, direkam, dan diperiksa berwujud gerak
otot. Otot otot skeletal dan neuron neuron menyusun susunan
neuromuskular voluntar, yaitu sistem yang mengurus dan sekaligus
melaksanakan gerakan yang dikendalikan oleh kemauan. (2)Kerja
volunter dari otot, berkaitan dengan serat otot panjang yang
berasal dari neuron kortikal dan berjalan ke bawah ke sel kornu
anterior medulla spinalis. Serat serat ini membentuk traktus
kortikospinalis atau piramidalis. Serat serat ini adalah akson dari
neuron yang terletak dalam regio motorik yaitu girus presentralis,
lebih spesifik lagi adalah pada area sitoarsitektonik Brodmann 4.
Area ini adalah lapangan yang agak sempit yang memanjang sepanjang
fissura sentralis, dari lateral atau fissura sylvii ke arah
dorsomedial ke tepi dorsal hemisfer dan dari sini ke bagian
anterior lobulus parasentralis pada sisi medial hemisfer. Berjalan
tepat di depan korteks sensorik girus postsentralis.(3)
A. UMNSemua neuron yang menyalurkan impuls motorik dari korteks
motorik otak dan akson-aksonya yang berjalan dalam tractus
kortikospinalis/ traktus piramidalis sampai bersinaps dengan
sel-sel kornu anterior medula spinalis.(4) Berdasarkan perbedaan
anatomik dan fisiologik kelompok UMN dibagi dalam susunan piramidal
dan susunan ekstrapiramidal.(2)
1. Susunan PiramidalImpuls motorik untuk gerakan volunter
diawali di gyrus presentralis lobus frontalis otak (korteks motorik
primer, area 4 Broadmann).(3) Gerak otot seluruh belahan tubuh
dapat dipetakan pada seluruh kawasan korteks motorik sisi
kontralateral. Peta itu dikenal sebagai homunkulus motorik
(gambar3). Melalui aksonnya neuron korteks motorik menghubungkan
motoneuron yang membentuk inti motorik saraf kranial dan motoneuron
di kornu anterior medulla spinalis. Akson akson tersebut menyusun
jaras kortikobulbar kortikospinal . Sebagai berkas saraf yang
kompak, mereka turun dari korteks motorik ke capsula internayang
berada di antara talamus dan ganglia basalis. (2)
Gambar 3. Homunkulus motorik (diambil dari kepustakaan 5).
Di tingkat medulla oblongata serabut serabut piramidal berkumpul
kembali di piramis medulla oblongata dan kemudian menyilang garis
tengah batang otak ( di decusatio pyramidalis) dan berakhir di
interneuron yang berada di sekitar inti motorik saraf
kontralateral. Sebagian dari serabut itu berakhir di inti motorik
saraf otak ipsilateral. Serabut piramidal yang tidak berakhir di
tingkat medulla oblongata melanjutkan perjalanannya ke medulla
spinalis dan mereka adalah serabut kortikospinal. Pada peralihan
antara medulla oblongata dan medulla spinalis, kira kira 85% dari
serabut kortikospinal membelok ke arah dorsolateral dan menyilang
garis tengah untuk kemudian menduduki tempat di funikulus
posterolateralis sisi kontralateral. Kelompok serabut ini disebut
traktus kortikospinalis lateralis atau traktus piramkidalis
lateralis. Serabut kortikospinal yang tidak menyilang, meneruskan
perjalanannya di bagian medial funikulus ventralis dan dinamakan
traktus kortikospinalis (piramidalis) ventralis (anterior). (1)
Gambar 4. Perjalanan traktus piramidalis ( diambil kepustakaan
3).
2. Susunan EkstrapiramidalKomponen ekstrapiramidal terdiri atas
: korpus striatum, globus pallidus, inti inti talamik, nukleus
subtalamikus, substansia nigra, formasio retikularis batang otak,
serebellum, dan korteks motorik tambahan yaitu area 4, area 6, area
8. Komponen tersebut dihubungkan satu dengan lain oleh akson masing
masing komponen itu, sehingga membentuk hubungan yang kompleks
(1).
Gambar 5. Sistem Ekstrapiramidal. Kontrol dimulai di daerah
korteks dan menyampaikan informasi ke ganglia basalis melalui COEPS
(cortically originating extrapyramidal system). Informasi kemudian
melewati caudatus, putamen, globus pallidus II dan I, melewati
nukleus subtalamik, substansia nigra pada red neuron dan akhirnya
turun ke medulla spinalis melalui traktus rubrospinalis (berlokasi
tepat di bawah traktus kortikospinalis). Input tambahan diperoleh
dari hubungan dengan nukleus thalamus dan hipothalamus. (diperoleh
dari kepustakaan 6).
B. LMNLMN adalah jaras akhir bersama (final common pathway)
sistem motorik, yaitu akson-akson yang keluar dari sel-sel kornu
anterior medula spinalis menuju otot volunter. (4) LMN menyusun
inti saraf otak motorik dan inti radiks ventralis saraf spinal.
Terdapat dua jenis LMN yaitu alfa motoneuron dan gamma motoneuron.
Dengan perantaraan kedua macam motoneuron itu, impuls motorik dapat
mengemudikan keseimbangan tonus otot yang diperlukan untuk
mewujudkan setiap gerakan tangkas.(2)
III. Pemeriksaan Sistem Motorik dan InterpretasinyaPemeriksaan
sistem motorik meliputi: inspeksi, palpasi, pemeriksaan gerakan
pasif dan aktif.A. InspeksiYang harus diperhatikan adalah :1. Sikap
Perhatikan sikap secara keseluruhan dan sikap tiap bagian tubuh.
Bagaimana sikap pasien waktu berdiri, duduk, berbaring, bergerak,
dan berjalan. Pasien dengan gangguan serebelum berdiri dengan muka
membelok ke arah kontralateral terhadap lesi, bahunya pada sisi
lesi agak lebih rendah, dan badannya miring ke sisi lesi. (7)
Gambar 6 ( diambil dari kepustakaan 5). Penderita penyakit
Parkinson berdiri dengan kepala dan leher dibungkukkan ke depan,
lengan, tungkai berada dalam keadaan fleksi. Bila ia jalan, tampak
seolah-olah hendak jatuh ke depan; gerakan asosisatifnya terganggu,
lengan kurang dilenggangkan, dan terlihat tremor kasar, terutama
ditangan. (7)
Gambar 7. Karakteristik gait pada penyakit Parkinson (diambil
dari kepustakaan 5). Pada penderita hemiparese oleh gangguan sistem
piramidal, lengan berada dalam sikap fleksi, sedangkan tungkai
dalam ekstensi. Bila ia berjalan, tungkai membuat gerak
sirkumdiksi. (7)
Gambar 8. Karakteristik gait pada hemiparese/lesi piramidal
(diambil dari kepustakaan 8). Pada pasien dengan paraparese jenis
sentral, cara berjalan seperti gunting, yaitu tungkai seolah-olah
menyilang.(5)
Gambar 9. Scissors Gait (diambil dari kepustakaan 9).
2. BentukPerhatikan adanya deformitas.
3. Ukuran Panjang bagian tubuh sebelah kiri sama dengan yang di
kanan?.Orang dewasa yang mengalami lumpuh sejak masa kanak-kanak,
ukuran ekstremitas yang lumpuh lebih pendek daripada yang sehat.
Isi (kontur) otot apakah atrofi atau hipertrofi. Pada atrofi, besar
otot berkurang dan bentuknya berubah. Pada kelumpuhan jenis perifer
disertai dengan hipotrofi atau atrofi. Besar otot, bandingkan
dengan otot sisi lainnya. Bila dicurigai adanya atrofi, ukurlah
kelilingnya. Biasanya pada pengukuran digunakan tonjolan tulang
sebagai patokan. Misalnya 3 cm di atas olekranon atau patela.
Bentuk otot. Hal ini dilakukan dalam keadaan otot beristirahat dan
otot berkontraksi.
4. Gerakan Abnormal yang tidak terkendali Dapat berupa : tremor,
khorea, atetose, distonia, balismus, spasme, tik, fasikulasi, dan
miokloni. Gerakan abnormal dapat terjadi dalam berbagai bentuk dan
keadaan. Gerakan abnormal ini dapat mengenai tiap bagian tubuh.
Gerakan ini timbul karena terlibatnya berbagai bagian sistem
motorik, misalnya: korteks, serabut yang turun dari korteks,
ganglia basal, batang otak dan pusat-pusatnya, serebelum dan
hubungan-hubungannya, medula spinalis, serabut saraf perifer atau
ototnya sendiri. Sifat gerakan dipengaruhi oleh letak lesi dan
kelainan patologiknya. Lesi pada tempat yang berlainan kadang dapat
menyebabkan gerakan yang identik, dan proses patologis yang
berlainan kadang dapat menyebabkan gerakan yang identik, dan proses
patologis yang berlainan pada tempat yang sama kadang dapat
mengakibatkan bermacam bentuk gerakan abnormal.(7)
Informasi yang harus dicatat untuk semua jenis pergerakan
abnormal, yaitu : Segmen dan struktur yang terlibat Keadaan otot
saat terjadi gerakan abnormal tersebut : saat istirahat,
mempertahankan posisi, atau pada saat goal-directed movements
Deskripsi dari pergerakan, termasuk pola gerakan, durasi serta
frekuensinya Faktor yang meningkatkan atau mengurangi terjadinya
gerakan abnormal tersebut : istirahat, beraktivitas, kecemasan,
alkohol. (10)
B. PalpasiPasien disuruh mengistirahatkan ototnya. Kemudian otot
ini dipalpasi untuk menentukan konsistensi serta nyeri tekan.
Dengan palpasi kita dapat menilai tonus otot, terutama bila ada
hipotoni. Penentuan tonus dilakukan pada berbagai posisi anggota
gerak dan badan.
C. Pemeriksaan Gerak PasifPenderita disuruh mengistirahatkan
ekstremitasnya. Bagian dari ektremitas ini kita gerakkan pada
persendiannya. Gerakan dibuat bervariasi mula- mula cepat kemudian
lambat, cepat, lebih lambat, dan seterusnya. Sambil menggerakkan
kita nilai tahanannya. Dalam keadaan normal kita tidak menemuakan
tahanan yang berarti, jika penderita dapat mengistirahatkan
ekstremitasnya dengan baik. Kadang kadang tahanan didapatkan pada
satu jurusan saja, misalnya tungkai sukar difleksikan tetapi mudah
diekstensikan. Keadaan ini misalnya didapatkan pada lesi di traktus
piramidalis. Pada gangguan sistem ekstrapiramidal, dapat dijumpai
tahanan yang sama kuatnya (rigiditas). Kadang-kadang djumpai
keadaan tahanan yang hilang timbul (fenomena cogwheel).
D. Pemeriksaan Gerak AktifPada pemeriksaan ini kita nilai
kekuatan (kontraksi otot). Untuk memeriksa adanya kelumpuhan, kita
dapat menggunakan 2 cara berikut:1. Pasien disuruh menggerakkan
bagian ekstremitasnya atau badannya dan pemeriksa menahan gerakan
ini.2. Pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas atau badan pasien
dan ia disuruh menahan.Umumnya digunakan cara pertama yaitu
pemeriksa yang menahan, karena ditakutkan jika menggunakan cara
kedua kekuatan yang diberikan kepada pasien terlalu besar. Bila
pasien lumpuh total tidak sulit untuk memastikan sedangkan pada
pasien yang lumpuh sebagian atau parsial, tidak mudah memastikan
atau menilainya. Dalam praktek sehari- hari, kekuatan otot
dinyatakan dengan menggunakan angka 0-5. 0 : Tidak didapatkan
sedikitpun kontraksi otot; lumpuh total. 1 : Terdapat sedikit
kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan pada persendian yang
harus digerakkan oleh otot tersebut. 2 : Didapatkan gerakan, tetapi
gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat (gravitasi). 3 : Dapat
mengadakan gerakan melawan gaya berat. 4 : Disamping dapat melawan
gaya berat ia dapat pula mengatasi sedikit tahanan yang diberikan.
5 : Tidak ada kelumpuhan (normal).
KepalaPeriksa apakah terdapat tahanan jika kepala digerakkan
secara pasif. Pada radang selaput otak didapatkan kaku kuduk. Pada
tortikolis juga didapatkan tahanan, demikian juga pada spondilitis
servikal. Gerakan aktif diperiksa dengan menyuruh pasien menekukkan
kepala ke depan, ke belakang, ke samping kiri, dan kanan serta
melakukan gerakan rotasi. Pemeriksa menilai tenaganya, dan
membandingkan tenaga gerakan ke kiri dan ke kanan.Anggota gerak
atasPerhatikan apakah ada atrofi otot tenar, hipotenar, dan otot
intrinsik tangan. Periksa gerakan jari-jari; bagaimana tenaga
fleksi, ekstensi, abduksi, dan aduksi. Periksa tenaga menggenggam.
Hal ini dilakukan dengan menyuruh pasien menggenggam jari pemeriksa
dan kemudian pemeriksa menarik lepas jari tersebut. Gerakan di
pergelangan juga diperiksa, dan ditentukan tenaganya pada gerakan
pronasi dan supinasi. Fleksi dan ekstensi pada persendian siku,
juga diperiksa. Gerakan pada persendian bahu diperiksa dengan
menyuruh pasien menggerakkan lengan yang diekstensi, pada bidang
frontal dan sagital, dan juga melakukan rotasi pada persendian
bahu. Selain itu, juga gerakan bahu ke atas, bawah, depan, dan ke
belakang diperiksa. Setelah itu, periksalah otot pektoralis mayor,
latisimus dorsi, seratus magnus, deltoid, biseps, dan triseps.
Pemeriksaan pemeriksaan yang dapat dilakukan :1. Pemeriksaan otot
oponens digiti kuinti (C7,C8, T1 saraf ulnaris). Jari jari
diekstensikan, kemudian kelingking digerakkan menuju dasar ibu
jari.2. Pemeriksaan otot aduktor policis (C8, T1 saraf ulnaris).
Sepotong kertas dijepit antara ibu jari dan telapak tangan.3.
Pemeriksaan otot interosei palmaris (C8, T1, saraf ulnaris).
Telapak tangan ditaruh di atas meja. Telunjuk, jari manis dan
kelingking yang berada dalam posisi abduksi diaduksikan ke garis
tengah (sambil diberi tahanan).4. Pemeriksaan otot interosei
dorsalis (C8, T1, saraf ulnaris). Telapak tangan ditaruh di atas
meja. Telunjuk, jari manis dan kelingking yang berada dalam posisi
abduksi diaduksikan (sambil diberi tahanan).5. Pemeriksaan abduksi
ibu jari. (1) arah palmar, (2) arah radial (n. radialis).6.
Pemeriksaan otot ekstensor digitorum (C7,C8, saraf radialis). Jari
diekstensikan pada persendian metakarpo-falang (sambil diberi
tahanan).7. Pemeriksaan otot pektoralis mayor. Inspeksi dada bagian
atas dan lipatan aksilaris anterior. Kemudian pasien disuruh
meluruskan lengannya ke depan, sambil menempatkan kedua telapak
tangan dan kemudian menekannya, sewaktu pasien menekankan kedua
telapak tangannya, kita palpasi otot pektoralis mayor. Untuk
menentukan tenaganya, daya tekannya dinilai.a. Pemeriksaan
pektoralis mayor bagian atas (C5-C8, saraf pektoralis lateralis dan
medialis). Lengan atas yang berada pada posisi horisontal dan depan
diaduksi.b. Pemeriksaan otot pektoralis mayor bagian bawah
(C5-C8,T1, saraf pektoralis lateralis dan medialis). Lengan yang
berada pada posisi depan dan di bawah horison diaduksi (sambil
pemeriksa memberi tahanan).
8. Pemeriksaan otot deltoid (C5,C6, saraf aksilaris).Pasien
disuruh mengangkat lengannya yang diluruskan ke samping sampai di
bidang horizontal. Nilailah tenaganya waktu melakukan gerakan
ini.9. Pemeriksaan otot biseps (C5,C6, saraf
muskulokutaneus).Lengan yang sudah disupinasi disuruh fleksi pada
persendian siku. Nilailah tenaga fleksi lengan bawah ini.10.
Pemeriksaan otot triseps (C6-C8, saraf radialis).Lengan bawah yang
sudah difleksi disuruh ekstensikan. Nilailah tenaga ekstensi ini.
(7)
Gambar 9. Pemeriksaan Kekuatan Otot Anggota Gerak Atas (diambil
dari kepustakaan 11).
Erektor spinaBila pasien sedang berdiri, suruh ia mengambil
suatu barang dari lantai. Jika pasien menderita kelemahan m.
erector spina, ia sukar berdiri kembali; dan ini dilakukannya
dengan bantuan tangannya, yaitu dengan menempatkan tangannya pada
lutut, paha, dan kemudian mendorongnya sampai ia dapat berdiri
lagi. Kadang terlihat juga adanya lordosis.Otot dinding perut.
Pasien yang sedang berbaring disuruh mengangkat kepalanya dan
perhatikan peranjakan dari pusar. Biasanya pusar beranjak ke arah
otot yang sehat. Suruh pasien batuk, otot yang lemah akan
membonjol. Perhatikan apakah pasien dapat duduk dari sikap
berbaring tanpa mendapat bantuan dari tangannya. Otot yang ikut
bekerja dalam hal ini ialah otot dinding perut dan otot
iliopsoas.Anggota gerak bawahUntuk ini diperiksa gerakan pada :
persendian jari-jari, pergelangan kaki, lutut, paha. Selain itu
juga diperiksa otot kuadriseps femoris, iliopsoas, aduktor,
abductor, dan fleksor tungkai bawah. Pemeriksaan yang dapat
dilakukan :1. Pemeriksaan otot kuadriseps femoris (L2-L4, saraf
femoralis). Lutut (tungkai bawah) diekstensikan sambil kita
tahan.2. Pemeriksaan otot iliopsoas (L1-L3, saraf femoralis).
Pasien berbaring dan lutut difleksikan. Kemudian paha difleksikan
lebih lanjut sambil ditahan.3. Pemeriksaan otot aduktor (L2-L4:
saraf obturatorius). Pasien berbaring pada sisinya dan tungkai
berada dalam ekstensi. Kemudian tungkai ini diaduksikan sambil
ditahan.4. Pemeriksaan otot abduktor. Tungkai diabduksikan melawan
tahanan.5. Pemeriksaan otot fleksor tungkai bawah. Tungkai bawah
difleksikan sambil ditahan.a. Pemeriksaan otot kelompok harmstring
(L4,L5,S1, S2, saraf siatika). Pasien tengkurap, kemudian lutut
disuruh fleksikan (sambil ditahan oleh pemeriksa)b. Pemeriksaan
otot gastroknemius 9L5,S1,S2, saraf tibialis). Pasien tengkurap,
kemudian disuruh memfleksi plantar kakinya.c. Pemeriksaan otto
fleksor digitorum longus (S1, S2, saraf tibialis). Jari-jari kaki
diplantar fleksikan (sambil diberi tahanan oleh pemeriksa).Dengan
demikian dapat pula dinilaiotot-otot yang memplantarfleksikan dan
mendorsofleksikan kaki dan jari-jari. Bila ditemukan kelumpuhan,
perlu dilakukan pemeriksaan yang lebih rinci. (7)
Gambar 10. Pemeriksaan Kekuatan Otot Anggota Gerak Bawah
(diambil dari kepustakaan 11).IV. PENUTUPSusunan somatomotorik
(atau sistem motorik) ialah susunan yang mengurus hal yang
berhubungan dengan gerakan otot-otot skeletal. Susunan itu terdiri
dari 2 unsur yaitu unsur saraf dan otot. Unsur saraf terdiri dari
upper motoneurone(UMN) dan lower motoneurone (LMN). Dalam memulai
suatu gerakan, bagian UMN mengirim pesan kepada bagian LMN untuk
melakukan gerakan tertentu. Bagian LMN ini terdiri dari motor end
plate dan otot. Berdasarkan perbedaan anatomi dan fisiologi, UMN
dibagi lagi menjadi susunan piramidal dan ekstrapiramidal. Pada
traktus piramidalis, semua neuron yang menyalurkan impuls motorik
dari korteks motorik otak dan akson-aksonya yang berjalan dalam
tractus kortikospinalis/ traktus piramidalis sampai bersinaps
dengan sel-sel kornu anterior medula spinalis. Komponen
extrapiramidal terdiri atas : korpus striatum, globus pallidus,
inti inti talamik, nukleus subtalamikus, substansia nigra, formasio
retikularis batang otak, serebellum, dan korteks motorik tambahan
yaitu area 4, area 6, area 8. Komponen tersebut dihubungkan satu
dengan lain oleh akson masing masing komponen itu, sehingga
membentuk hubungan yang kompleks. LMN adalah jaras akhir bersama
(final common pathway) sistem motorik, yaitu akson-akson yang
keluar dari sel-sel kornu anterior medula spinalis menuju otot
volunteer. LMN menyusun inti saraf otak motorik dan inti radiks
ventralis saraf spinal. Terdapat dua jenis LMN yaitu alfa
motoneuron dan gamma motoneuron. Dengan perantaraan kedua macam
motoneuron itu, impuls motorik dapat mengemudikan keseimbangan
tonus otot yang diperlukan untuk mewujudkan setiap gerakan tangkas.
Oleh karena itu jika ada lesi pada traktus dalam sistem motorik,
maka dapat mempengaruhi gerakan volunter dari seseorang dan dapat
menimbulkan berbagai gerakan abnormal. Sehingga harus dilakukan
pemeriksaan mulai dari inspeksi, palpasi, serta pemeriksaan gerakan
pasif dan aktif untuk menilai kenormalan dari sistem motorik
seseorang.
DAFTAR PUSTAKA(1) Sidharta, P. 1985. Tata Pemeriksaan Klinis
dalam Neurologi. Susunan somatomotorik. (Dian Rakyat, Jakarta). pp
351-371.(2) Mardjono,M. And Sidharta,P. 1994. Neurologi Klinis
Dasar. Susunan neuromuskular. (Dian Rakyat, Jakarta). pp 1-12.(3)
Duus, Peter. 1996. Diagnosis Topik Neurologi. Sistem Motorik. EGC.
Jakarta. pp 31-73, 56.(4) Ginsberg, Lionel. 2008. Lecture Notes
Neurologi. Jakarta : Airlangga. Pp. 41(5) Jones, Royden H. 2012.
Netters Neurology. Philadephia: Elsevier Saunders. Pp. 17-18.(6)
Anonim. Sistem Ekstrapiramidal. Available at
http://neuro.psyc.memphis.edu/neuropsyc/np-ugp-i-motor2.htm(7)
Lumbantobing, S.M. 2012. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan
Mental. FKUI, Jakarta. Pp.88-106.(8) Anonim. Karakteristik gait
pada hemiparese/lesi piramidal. Available at www.pinterest.com.(9)
Anonim. Scissors Gait. Available at
www.neurologycoffecup.wordpress.com(10) Walker, Kennet H.
Involuntary Movements. Available at
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK394/pdf/ch70.pdf(11) Lindsay,
Kenneth W, Ian Bone, Robin Callander. 1997. Neurology &
Neurosurgery Illustrated 3th Edition. London: Churchill
Livingstone. pp. 20-21, 25-26.