1 BAB I PENDAHULUAN Sinusitis adalah peradangan yang terjadi pada rongga sinus. Beberapa penyebab dapat menjadi pencetus terjadinya sinusitis, salah satunya adalah jamur, selain ada pula penyebab lain seperti bakteri, ataupun virus. 1 Jamur adalah suatu organisme yang mirip seperti tumbuhan namun tidak memiliki klorofil yang cukup oleh karena mereka tidak memiliki klorofil, jamur harus menyerap makanan dari bahan-bahan organik yang telah mati. Infeksi jamur pada sinus paranasal jarang terjadi dan biasanya terjadi pada individu dengan system imun tubuh yang kurang. Namun, baru-baru ini, terjadinya sinusitis jamur telah meningkat pada populasi imunokompeten. 1, 2, 3 Insidensi sinusitis jamur mempunyai angka yang beragam diseluruh dunia, di Eropa Grigoriu et al mendapatkan 81 kasus infeksi disebabkan jamur diantara 600 kasus rinosinosinositis maksila kronis, sedangkan di Asia, Chakrabarti et al mendapatkan 50 kasus ( 42 % ) kasus rinosinositis disebabkan infeksi jamur diantaranya 199 pasien. Sedangkan See Goh et al di Malaysia mendapatkan 16 kasus infeksi jamur pada 30 pasien sinusitis maksilaris kronis. 2 Infeksi sinus oleh jamur jarang terdiagnosis karena sering luput dari perhatian. Penyakit ini mempunyai gejala yang mirip dengan sinusitis kronik yang disebabkan oleh bakteri, adakalanya gejala yang timbul non-spesifik, bahkan tanpa gejala, oleh karenanya pemahaman lebih mendalam terhadap infeksi ini akan sangat membantu dalam menegakan diagnosis dan penentuan penatalaksanaan yang akan dilakukan. 1, 3
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
Sinusitis adalah peradangan yang terjadi pada rongga sinus. Beberapa penyebab
dapat menjadi pencetus terjadinya sinusitis, salah satunya adalah jamur, selain ada pula
penyebab lain seperti bakteri, ataupun virus. 1
Jamur adalah suatu organisme yang mirip seperti tumbuhan namun tidak
memiliki klorofil yang cukup oleh karena mereka tidak memiliki klorofil, jamur harus
menyerap makanan dari bahan-bahan organik yang telah mati. Infeksi jamur pada sinus
paranasal jarang terjadi dan biasanya terjadi pada individu dengan system imun tubuh
yang kurang. Namun, baru-baru ini, terjadinya sinusitis jamur telah meningkat pada
populasi imunokompeten.1, 2, 3
Insidensi sinusitis jamur mempunyai angka yang beragam diseluruh dunia, di
Eropa Grigoriu et al mendapatkan 81 kasus infeksi disebabkan jamur diantara 600 kasus
rinosinosinositis maksila kronis, sedangkan di Asia, Chakrabarti et al mendapatkan 50
kasus ( 42 % ) kasus rinosinositis disebabkan infeksi jamur diantaranya 199 pasien.
Sedangkan See Goh et al di Malaysia mendapatkan 16 kasus infeksi jamur pada 30
pasien sinusitis maksilaris kronis.2
Infeksi sinus oleh jamur jarang terdiagnosis karena sering luput dari perhatian.
Penyakit ini mempunyai gejala yang mirip dengan sinusitis kronik yang
disebabkan oleh bakteri, adakalanya gejala yang timbul non-spesifik, bahkan tanpa
gejala, oleh karenanya pemahaman lebih mendalam terhadap infeksi ini akan sangat
membantu dalam menegakan diagnosis dan penentuan penatalaksanaan yang akan
dilakukan.1, 3
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ANATOMI SINUS PARANASALIS
Gambar 11. Anatomi Sinus Paranasalis
Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga
terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam
rongga hidung. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus
maksila, sinus frontal, sinus etmoid, dan sinus sfenoid kanan dan kiri.1,4
Pembagian Sinus Paranasal
a. Sinus Maksila
Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus maksila
bervolume 6-8 ml, sinus kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai
ukuran maksimal, yaitu 15 ml saat dewasa. Sinus maksila berbentuk piramid.
Dinding anterior sinus ialah permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina,
dinding posteriornya adalah permukaan infratemporal maksila, dinding medialnya
ialah dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya ialah dasar orbita dan
dinding inferiornya ialah prosesus alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila
berada di sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris
melalui infundibulum etmoid.1,4
3
Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah 1)
dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu (P1 dan
P2), molar (M1 dan M2), kadang-kadang juga gigi taring (C) dan gigi molar M3,
bahkan akar-akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus, sehingga infeksi gigi
geligi mudah naik ke atas dan menyebabkan sinusitis; 2) Sinusitis maksila dapat
menimbulkan komplikasi orbita; 3) Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari
dasar sinus sehingga drainase hanya tergantung dari gerak silia, lagipula drainase
juga harus melalui infundibulum yang sempit. Infundibulum adalah bagian dari sinus
etmoid anterior dan pembengkakan akibat radang atau alergi pada daerah ini dapat
menghalangi drainase sinus maksila dan selanjutnya menyebabkan sinusitis.1,4
b. Sinus Frontal
Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan keempat
fetus, berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel infundibulum etmoid.
Sesudah lahir, sinus frontal mulai berkembang pada usia 6-10 tahun dan akan
mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20 tahun. Sinus frontal kanan dan kiri
biasanya tidak simetris, satu lebih besar daripada lainnya dan dipisahkan oleh sekat
yang terletak di garis tengah. Kurang lebih 15% orang dewasa hanya mempunyai
satu sinus frontal dan kurang lebih 5% sinus frontalisnya tidak berkembang.1,4
Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm tingginya, lebarnya 2,4 cm dan dalamnya 2
cm. Sinus frontal biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk. Tidak
adanya gambaran septum-septum atau lekuk-lekuk dinding sinus pada foto Rontgen
menunjukkan adanya infeksi sinus. Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relatif
tipis dari orbita dan fosa serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus frontal mudah
menjalar ke daerah ini. Sinus frontal berdrainase melalui ostiumnya yang terletak di
resesus frontal, yang berhubungan dengan infundibulum etmoid.1,4
c. Sinus etmoid
Dari semua sinus paranasal, sinus etmoid yang paling bervariasi dan dianggap
paling penting karena dapat merupakan fokus infeksi bagi sinus-sinus lainnya. Pada
orang dewasa bentuk sinus etmoid seperti piramid dengan dasarnya di bagian
posterior. Ukurannya dari anterior ke posterior 4-5 cm, tingginya 2,4 cm dan
lebarnya 0,5 cm di bagian anterior dan 1,5 cm di bagian posterior.1,4
4
Sinus etmoid berongga-rongga terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang
tawon, yang terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak di antara
konka media dan dinding medial orbita. Berdasarkan letaknya, sinus etmoid dibagi
menjadi sinus etmoid anterior yang bermuara di meatus medius dan sinus etmoid
posterior yang bermuara di meatus superior. Di bagian terdepan sinus etmoid anterior
ada bagian yang sempit disebut resesus frontal, yang berhubungan dengan sinus
frontal. Di daerah etmoid anterior terdapat suatu penyempitan yang disebut
infundibulum, tempat bermuaranya ostium sinus maksila. Pembengkakan atau
peradangan di resesus frontal dapat menyebabkan sinusitis frontal dan
pembengkakan di infundibulum dapat menyebabkan sinusitis maksila.1,4
Atap sinus etmoid yang disebut fovea etmoidalis berbatasan dengan lamina
kribrosa. Dinding lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis dan
membatasi sinus etmoid dari rongga orbita. Di bagian belakang sinus etmoid dari
rongga orbita. Di bagian belakang sinus etmoid posterior berbatasan dengan sinus
sfenoid.1,4
d. Sinus Sfenoid
Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid posterior.
Sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersfenoid. Ukurannya
adalah 2 cm tingginya, dalamnya 2,3 cm dan lebarnya 1,7 cm. Volumenya bervariasi
dari 5 sampai 7,5 ml. Batas-batasnya ialah, sebelah superior terdapat fosa serebri
media dan kelenjar hipofisis, sebelah inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral
berbatasan dengan sinus kavernosus dan a.karotis interna (sering tampak sebagai
indentasi) dan di sebelah posteriornya berbatasan dengan fosa serebri posterior di
daerah pons.1,4
Kompleks Osteomeatal
Pada sepertiga tengah dinding lateral hidung yaitu di meatus medius, ada muara-
muara saluran dari sinus maksila, sinus frontal, dan sinus etmoid anterior. Daerah ini
rumit dan sempit, dan dinamakan kompleks osteomeatal (KOM) terdiri dari
infundibulum etmoid yang terdapat di belakang prosesus unsinatus, resesus frontalis,
bula etmoid dan sel-sel etmoid anterior dengan ostiumnya dan ostium sinus maksila.1,4
5
Sistem Mukosilier
Seperti pada mukosa hidung, di dalam sinus juga terdapat mukosa bersilia dan
palut lendir di atasnya. Di dalam sinus silia bergerak secara teratur untuk mengalirkan
lendir menuju ostium alamiahnya mengikuti jalur-jalur yang sudah tertentu polanya.
Pada dinding lateral hidung terdapat 2 aliran transpor mukosiliar dari sinus. Lendir yang
berasal dari kelompok sinus anterior yang bergabung di infundibulum etmoid dialirkan
ke nasofaring di depan muara tuba Eustachius. Lendir yang berasal dari kelompok sinus
posterior bergabung di resesus sfenoetmoidalis, dialirkan ke nasofaring di postero-
superior muara tuba. Inilah sebabnya pada sinusitis didapati sekret pasca-nasal (post
nasal drpi), tetapi belum tentu ada sekret di rongga hidung.1,4
2.2 FISIOLOGI SINUS
Secara fisiologis sinus paranasalis memiliki peran yang sangat penting bagi
manusia. Beberapa fungsi sinus paranasal, antara lain:1
1. Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)
Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk mamanaskan dan mengatur
kelembaban udara inspirasi. Volume pertukaran udara dalam ventilasi sinus
kurang lebih 1/1000 volume sinus pada tiap kali bernafas, sehingga dibutuhkan
beberapa jam untuk pertukaran udara total dalam sinus
2. Sebagai panahan suhu (thermal insulators)
Sinus paranasal berfungsi sebagai (buffer) panas, melindungi orbita dan
fossa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah.
3. Membantu keseimbangan kepala
Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang
muka. Akan tetapi, bila udara dalam sinus diganti dengan tulang, hanya akan
memberikan pertambahan berat sebesar 1% dari berat kepala, sehingga teori ini
tidak dianggap bermakana.
4. Membantu resonansi udara
Sinus mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonansi udara dan
mempengaruhi kualitas udara. Akan tetapi ada yang berpendapat, posisi sinus
dan ostiumnya tidak memungkinkan sinus berfungsi sebagai resonansi yang
efektif.
6
5. Sebagai peredam perubahan tekanan udara
Fungsi ini akan berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan
mendadak, misalnya pada waktu bersin dan beringus.
6. Membantu produksi mukus
Mukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil
dibandingkan dengan mukus dari rongga hidung, namun efektif untuk
membersihkan partikel yang turut masuk dalam udara.
2.3 SINUSITIS JAMUR
Sinusitis adalah merupakan keadaan inflamasi pada sinus paranasal yang
sebabkan oleh infeksi. Jamur adalah merupakan salah satu jenis mikroorganisme yang
dapat menyebabkan infeksi pada sinus paransal. Banyak hal yang dapat menimbulkan
infeksi jamur pada sinus paranasal diantaranya adalah pemakaian obat – obatan yang
tidak rasional seperti penggunaan antibiotika dan steriod yang berkepanjangan,
gangguan ventilasi sinus dan lingkungan yang lembab.5
2.4 EPIDEMIOLOGI
Telah menjadi suatu kesepakatan bahwa infeksi jamur pada hidung dan sinus
paranasal jarang, tapi dalam dua dekade terakhir ini hampir seluruh ahli setuju bahwa
telah terjadi peningkatan frekuensi rinosinusitis yang disebabkan oleh infeksi jamur.
Pada laporan terdahulu infeksi jamur diperkirakan terdapat pada 10% dari keseluruhan
pasien yang memerlukan pembedahan hidung dan sinus. Ponikau et al, dalam
penelitiannya menduga jamur ditemukan pada 96% pasien dengan sinusitis kronis. 5,6
Angka kejadian meningkat dengan meningkatnya penggunaan antibiotik,
kortikosteroid, imunosupresan, dan radioterapi. Kondisi predisposisi pada pasien
dengan diabetes mellitus, neutropenia, penderita AIDS, dan pasien yang lama dirawat di
rumah sakit. Jenis jamur yang paling sering menyebabkan sinusitis jamur adalah
Aspergillus dan Candida. 7
2.5 ETIOLOGI
Pada Sinusitis jamur non invasif ada dua bentuk yaitu allergic fungal sinusitis
dan sinus mycetoma/fungal ball. Kebanyakan penyebabnya adalah Curvularia lunata,
7
Aspergillus fumigatus, Bipolaris dan Drechslera. A. Fumigatus dan jamur dematiaceous
kebanyakan menyebabkan sinus mycetoma.
Pada sinusitis jamur invasif termasuk tipe akut fulminan, di mana mempunyai
angka mortalitas yang tinggi apabila tidak dikenali dengan cepat dan ditangani secara
agresif, dan tipe kronik dan granulomatosa.
Jamur Saprofit selain Mucorales, termasuk Rhizopus, Rhizomucor, Absidia,
Mucor, Cunninghammela, Mortierella, Saksenaea, dan Apophysomyces sp,
menyebabkan sinusitis jamur invasif akut. A. Fumigatus satu-satunya jamur yang
dihubungkan dengan sinusitis jamur invasif kronik. Aspergillus flavus khusus
dihubungkan dengan sinusitis jamur invasif granulomatosa. 4,5,8
Gambar . Mikroskopis Aspergillus fumigatus Gambar . Mikroskopis Curvularia lunata
2.6 FAKTOR PREDISPOSISI FUNGAL SINUSITIS
Terdapat beberapa faktor penyebab meningkatnya insiden infeksi jamur pada
sinusitis kronis, yaitu : 8
1. Kemajuan di bidang mikologi, serologi, dan radiologi yang dapat membantu
dalam menegakkan infeksi jamur pada hidung dan sinus paranasal.
2. Terjadinya peningkatan pertumbuhan jamur pada hidung dan sinus paranasal
yang disebabkan tingginya penggunaan antibiotika spektrum luas dan obat
topikal hidung yang tidak proporsional.
3. Terjadinya peningkatan frekuensi infeksi jamur invasif yang berhubungan
dengan peningkatan jumlah penderita dengan sistem imun yang rendah,
termasuk penderita diabetes melitus, penurunan sistem imun karena penggunaan
radiasi atau kemoterapi, AIDS, penggunaan obat-obatan yang dapat menurunkan
8
daya tahan tubuh setelah transplantasi organ dan penggunaan steroid yang
berkepanjangan.
2.7 KARAKTERISTIK FUNGAL SINUSITIS
Beberapa jamur yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia adalah
merupakan organisme safrofit normal tetapi menjadi patogen oleh karena suatu keadaan
yang tidak biasa. Netropil adalah merupakan faktor penting bagi pertahanan tubuh untuk
mencegah infeksi jamur, gangguan fungsi netropil dapat menjadi faktor predisposisi
infeksi jamur opurtunistik seperti yang terdapat pada penderita diabetes melitus dan