RADIKULOPATI I. Pendahuluan Radikulopati adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan gangguan fungsi dan struktur radiks akibat proses patologik yang dapat mengenai satu atau lebih radiks saraf dengan pola gangguan bersifat dermatomal. II. Etiologi Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya radikulopati, diantaranya yaitu proses kompresif, proses inflammatory, proses degeneratif sesuai dengan struktur dan lokasi terjadinya proses. a. Proses kompresif Kelainan-kelainan yang bersifat kompresif sehingga mengakibatkan radikulopati adalah seperti : hernia nucleus pulposus (HNP) atau herniasi diskus, tumor medulla spinalis, neoplasma tulang, spondilolisis dan spondilolithesis, stenosis spinal, traumatic dislokasi, kompresif fraktur, scoliosis dan spondilitis tuberkulosa, cervical spondilosis b. Proses inflammatori Kelainan-kelainan inflamatori sehingga mengakibatkan radikulopati adalah seperti : Gullain-Barre Syndrome dan Herpes Zoster
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
RADIKULOPATI
I. Pendahuluan
Radikulopati adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan gangguan fungsi dan
struktur radiks akibat proses patologik yang dapat mengenai satu atau lebih radiks saraf
dengan pola gangguan bersifat dermatomal.
II. Etiologi
Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya radikulopati, diantaranya yaitu proses
kompresif, proses inflammatory, proses degeneratif sesuai dengan struktur dan lokasi
terjadinya proses.
a. Proses kompresif
Kelainan-kelainan yang bersifat kompresif sehingga mengakibatkan radikulopati
adalah seperti : hernia nucleus pulposus (HNP) atau herniasi diskus, tumor medulla
spinalis, neoplasma tulang, spondilolisis dan spondilolithesis, stenosis spinal,
traumatic dislokasi, kompresif fraktur, scoliosis dan spondilitis tuberkulosa, cervical
spondilosis
b. Proses inflammatori
Kelainan-kelainan inflamatori sehingga mengakibatkan radikulopati adalah seperti :
Gullain-Barre Syndrome dan Herpes Zoster
b. Proses degeneratif
Kelainan-kelainan yang bersifat degeneratif sehingga mengakibatkan radikulopati
adalah seperti Diabetes Mellitus
III. Tipe-tipe radikulopati
a. Radikulopati lumbar
Radikulopati lumbar merupakan problema yang sering terjadi yang disebabkan oleh
iritasi atau kompresi radiks saraf daerah lumbal. Ia juga sering disebut sciatica. Gejala
yang terjadi dapat disebabkan oleh beberapa sebab seperti bulging diskus (disk
bulges), spinal stenosis, deformitas vertebra atau herniasi nukleus pulposus.
Radikulopati dengan keluhan nyeri pinggang bawah sering didapatkan (low back
pain)
b. Radikulopati cervical
Radikulopati cervical umunya dikenal dengan “pinched nerve” atau saraf terjepit
merupakan kompresi [ada satu atau lebih radix saraf uang halus pada leher. Gejala
pada radikulopati cervical seringnya disebabkan oleh spondilosis cervical.
c. Radikulopati torakal
Radikulopati torakal merupakan bentuk yang relative jarang dari kompresi saraf pada
punggung tengah. Daerah ini tidak didesain untuk membengkok sebanyak lumbal atau
cervical. Hal ini menyebabkan area thoraks lebih jarang menyebabkan sakit pada
spinal. Namun, kasus yang sering yang ditemukan pada bagian ini adalah nyeri pada
infeksi herpes zoster.
Pengetahuan anatomi, pemeriksaan fisik diagnostik dan pengetahuan berbagai
penyebab untuk radikulopati sangat diperlukan sehingga diagnosa dapat ditegakkan
secara dini dan dapat diberikan terapi yang sesuai.
Terdapat 5 ruas tulang vertebra lumbalis dan diantaranya dihubungkan dengan discus
intervertebralis. Vertebra lumbalis ini menerima beban paling besar dari tulang belakang
sehingga strukturnya sangat padat.
Tiap vertebra lumbalis terdiri dari korpus dan arkus neuralis. Korpus vertebra lumbal
paling besar dibandingkan korpus vertebra torakal dan cervikal. Arkus neuralis terdiri dari
Teknik Pemeriksaan LumbosakralPersiapan pemeriksaan pasiena.Persiapan Pasien1.Pasien ganti baju dan melepaskan benda-benda yang mengganggu gambaran radiograf.2.Petugas menjelaskan prosedur pemeriksaan kepada pasien.b.Persiapan Alat dan bahanAlat–alat dan bahan yang dipersiapkan dalam pemeriksaan vertebra lumbosakral antara lain :
1.Pesawat sinar-X siap pakai
2.Kaset dan film sinar-X sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan (30 x 40 atau 35 x 43)
5.Alat fiksasi bila diperlukan6.Alat pengolah film2.2.2Proyeksi pemeriksaana.Proyeksi Anteroposterior1.Tujuan : Untuk melihat patologi lumbal, fraktur dan scoliosis.2.Posisi Pasien : Pasien tidur supine, kepala di atas bantal, knee fleksi.3.Posisi Obyek : (a) Atur MSP tegak lurus kaset/meja pemeriksaan (jika pakai buki).(b) Letakkan kedua tangan diatas dada.(c) Tidak ada rotasi tarsal / pelvis.
4.SinarCR : Tegak lurus kasetCP : (a) Setinggi Krista iliaka (interspace L4-L5) untuk memperlihatkan lumbal sacrum dan posterior Cocygeus.(b) Setinggi L3 (palpasi lower costal margin/4 cm di atas crista iliaka) untuk memperlihatkan lumbal.SID : 100 cmEksposi : Ekspirasi tahan nafas.
Kriteria : Tampak vertebra lumbal, space intervertebra, prosessus spinosus dalam satu garis pada vertebra, prosessus transversus kanan dan kiri berjarak sama.
c.Proyeksi Lateral1.Tujuan : Untuk melihat fraktur, spondilolistesis dan osteoporosis.2.Posisi Pasien : Pasien lateral recumbent, kepala di atas bantal, knee fleksi, di bawah
knee dan ankle diberi pengganjal.3.Posisi Obyek : (a) Atur MSP tegak lurus kaset/meja pemeriksaan (jika pakai buki).(b) Pelvis dan tarsal true lateral(c) Letakkan pengganjal yang radiolussent di bawah pinggang agar vertebra lumbal sejajar pada meja (palpasi prosessus spinosus).
Tujuan utama foto polos Roentgen adalah untuk mendeteksi adanya kelainan
struktural. Seringkali kelainan yang ditemukan pada foto roentgen penderita radikulopati
juga dapat ditemukan pada individu lain yang tidak memiliki keluhan apapun.
b. MRI/CT Scan
Pemerisaan CT SCAN1. PengertianCT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari
berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak2. Indikasi1) Menemukan patologi otak dan medulla spinalis dengan teknik
scanning/pemeriksaan tanpa radioisotop2) Menilai kondisi pembuluh darah misalnya pada penyakit jantung koroner,
emboli paru, aneurisma (pembesaran pembuluh darah) aorta dan berbagai kelainan pembuluh darah lainnya.
3) Menilai tumor atau kanker misalnya metastase (penyebaran kanker), letak kanker, dan jenis kanker.
4) Kasus trauma/cidera misalnya trauma kepala, trauma tulang belakang dan trauma lainnya pada kecelakaan. Biasanya harusdilakukan bila timbul penurunan kesadaran, muntah, pingsan ,atau timbulnya gejala gangguan saraf lainnya.
5) Menilai organ dalam, misalnya pada stroke, gangguan organ pencernaan dll.6) Membantu proses biopsy jaringan atau proses drainase/pengeluaran cairan
yang menumpuk di tubuh. Disini CT scan berperan sebagai “mata” dokter untuk melihat lokasi yang tepat untuk melakukan tindakan.
7) Alat bantu pemeriksaan bila hasil yang dicapai dengan pemeriksaan radiologi lainnya kurang memuaskan atau ada kondisi yang tidak memungkinkan anda melakukan pemeriksaan selain CT scan.
3. Kontraindikasi1. Pasien dengan berat badan kurang dari145 kg.2. Pasien tidak mempunyai kesanggupan untuk diam tanpa mengadakan perubahan
selama 20-25 menit.3. Pasien dengan alergi iodine4. Persiapan alatPersiapan alat dan bahanAlat dan bahan yang digunakan untukpemeriksaan kepala
dibedakan menjadi dua, yaitu :a) Peralatan sterill meliputi:1. Alat-alat suntik2. Spuit.3. Kassa dan kapas 4. Alkoholb) Peralatan non-steril meliputi:1. Pesawat CT-Scan2. Media kontras 3. Tabung oksigen Persiapan Media kontras dan obat-obatan dalam pemeriksaan CT-scan kepala
pediatrik di butuhkan media kontras nonionik, karena untuk menekan reaksi terhadap media kontras seperti pusing, mual dan muntah serta obat anastesi jika diperlukan. Media kontras digunakan agar struktur-struktur anatomi tubuh seperti pembuluh darah dan orga-organ tubuh lainnya dapat dibedakan dengan jelas. Selain itu dengan penggunaan media kontras maka dapat menampakan adanya kelainan-kelainan dalam tubuh seperti adanya tumor.Teknik injeksi secara Intra Vena ( Seeram, 2001 ).
1. Jenis media kontras : omnipaque, visipaque2. Volume pemakaian : 2 – 3 mm/kg, maksimal 150 m3. Injeksi rate : 1 – 3 mm/sec.5. Persiapan pasiena. CT scan otak :1) Klien dan keluarga klien sebaiknya di berikan informasi mengenai
pemeriksaan yang akan dilakukan2) Inform concent3) Jelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan serta resiko-resiko yang
timbul akibat pemeriksaan tersebut, khususnya akibat pemakaian bahan kontras.4) Pasien di anjurkan untuk puasa .Pasien sebaiknya puasa minimal 6 – 8 jam
sebelum pemeriksaan. Hal ini bertujuan agar pasien pada saat pemeriksaan tidak mual sebagai akibat penyuntikan bahan kontras secara intra vena.
5) injeksi dengan 50 cc bolus injeksi dan dengan 100 cc drip infus melalui kontras intravena. tumor. Teknik injeksi secara Intra Vena ( Seeram, 2001 )
Jenis media kontras : omnipaque, visipaqueVolume pemakaian : 2 – 3 mm/kg, maksimal 150 m
Injeksi rate : 1 – 3 mm/secb. CT scan thorax :1) Klien dan keluarga klien sebaiknya di berikan informasi mengenai
pemeriksaan yang akan dilakukan2) Inform concent3) Jelaskan tujuan tindakan kepada klien dan keluarga4) Pasien di anjurkan untuk puasa .Pasien sebaiknya puasa minimal 6 – 8 jam
sebelum pemeriksaan. Hal ini bertujuan agar pasien pada saat pemeriksaan tidak mual sebagai akibat penyuntikan bahan kontras secara intra vena.
5) injeksi dengan 50 cc bolus injeksi dan dengan 100 cc drip infus melalui kontras intravena. tumor. Teknik injeksi secara Intra Vena ( Seeram, 2001 ).
c. CT Scan abdomen1) Klien dan keluarga klien sebaiknya di berikan informasi mengenai
pemeriksaan yang akan dilakukan2) inform consent3) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada klien4) Pasien meminum kontras :· Pasien minum kontras 300 cc 2 jam sebelum pemeriksaan.· Satu jam sebelum pemeriksaan pasien minum 200 cc yang kedua.· Ketika akan dilakukan pemeriksaan pasien minum bahan kontras ke tiga
sebanyak 200 cc, dimasukkan bahan kontras per anal sebanyak 500 cc.6. Prosedur1. Preinteraksi1. Lihat catatan keperawatan dan catatan medis2. Jelaskan tujuan dilakukan pemeriksaan kepada klien2. Interaksi1. Cuci tangan2. Memakai handscone3. Posisi terlentang dengan tangan terkendali.4. Meja elektronik masuk ke dalam alat scanner.5. Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari
beberapa sudut yang dicurigai adanya kelainan.6. Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama 20-45 menit.7. Pengambilan gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan pengaturan
komputer.8. Selama prosedur berlangsung perawat harus menemani pasien dari luar dengan
memakai protektif lead approan.9. Cuci tangan3. Terminasi1. Sesudah pengambilan gambar pasien dirapihkan.2. Evaluasi3. Dokumentasi7. Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Observasi keadaan alergi terhadap zat kontras yang disuntikan. Bila terjadi alergi dapat diberikan deladryl 50 mg.
2. Mobilisasi secepatnya karena pasien mungkin kelelahan selama prosedur berlangsung.
3. Ukur intake dan out put. Hal ini merupakan tindak lanjut setelah pemberian zat kontras yang eliminasinya selama 24 jam. Oliguri merupakan gejala gangguan fungsi ginjal, memerlukan koreksi yang cepat oleh seorang perawat dan dokter
Pemeriksaan MRI1. Pengertian
1. Pemeriksaan MRI merupakan salah satu bentuk pemeriksaan radiologi yang menggunakan prinsip magnetisasi. Medan magnet digunakan untuk proses magnetisasi komponen ion hidrogen dari kandungan air di tubuh. MRI dapat menggambarkan dengan sangat jelas dan kontras berbagai bagian organ tubuh
2. Magnetic Resonance Imaging ( MRI ) adalah suatu alat diagnostik muthakhir untuk memeriksa dan mendeteksi tubuh dengan menggunakan medan magnet yang besar dan gelombang frekuensi radio, tanpa operasi, penggunaan sinar X, ataupun bahan radioaktif, yang menghasilkan rekaman gambar potongan penampang tubuh / organ manusia dengan menggunakan medan magnet berkekuatan antara 0,064 – 1,5 tesla (1 tesla = 1000 Gauss) dan resonansi getaran terhadap inti atom hydrogen (Satya Negara, dkk,2010).3. Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu teknik penggambaran penampang tubuh berdasarkan prinsip resonansi magnetik inti atom hydrogen (Eko Bastiansyah 2008)2. Tujuan1. MRI dapat mengidentifikasikan zat kimia yang terdapat pada area yang membedakan tumor otak dan abses otak2. Perfusi MRI dapat di gunakan untuk mengestiminasi aliran darah
3. Difusi MRI dapat digunakan untuk mendeteksi akumulasi cariran (edema) secara tiba-tiba.3. Indikasi1. Neoplasma2. Infection3. Infarction4. Di bidang saraf: stroke, tumor otak, kelainan mielinisasi otak, gangguan aliran cairan otak/hidrocephalus, beberapa bentuk infeksi otak, gangguan pembuluh darah otak, dsb.5. Di bidang muskuloskeletal: tumor jaringan tulang atau otot, kelainan saraf tulang belakang, tumor spinal, jeputan akar saraf tulang belakang, dsb.6. Di bidang kardiologi: pembuluh darah besar, pemeriksaan MRA (Magnetic Resonance Angiografi) carotis, dsb.4. Kontraindikasi1. Relatif :
a. Anemia hemolitikab. Riwayat alergi dengan bahan yodida
2. Mutlak :a. Kehamilan dan menyusuib. Gagal ginjal3. Untuk pasien yang menggunakan alat pacu jantung (pace marker),4. Pasien dengan alat bantu dengar5. pasien dengan alat/klip/protesa berupa logam, yang di pasang pada bagian tubuhnya, antara lain dapat berupa klippadaoperasi aniurisma, facemarker pada jantung, alat bantu dengar, gigi palsu dan sebagainya6. Pasien yang sedang menjalani kemoterapi, pasien dengan pompa insulin di mohon untuk melaporkan pada dokter. Pada kasus- kasus di atas, MRI dapat di batalkan dengan alas an trakut melukaipasien.
5. Persiapan alat1. Meja MRI2. Bel
6. Persiapan klien1. Pasien diharap tidak mengenakan aksesoris tubuh yang berasal dari
bahan logam secara berlebih. Hal ini penting karena MRI menggunakan prinsip magnetisasi.
2. Pasien akan diminta diam untuk beberapa saat sampai prose magnetisasi selesai.
3. Memberikan kesempatan pada pasien melihat dulu alat MRI beberapa saat sebelum prosedur untuk menghindari ketakutan terhadap ruang sempit (klustrofobia
4. Memberikan inform cocent5. Berikan medikasi sebelum tes6. Kaji kemungkinan reaksi iodin
7. Prosedur1. Preinteraksi
1. Cuci tangan2. Jelaskan tujua dilakukan pemeriksaan pada klien
2. Interaksi1. Pasien berbaring terlentang dengan posisi kedua tangan disamping badan
2. Meja MRI akan bergerak maju kedalam posisi medan magnet yang tepat3. Pasien akan mendengar suara dari gelombang radio frekuensi,seperti suara ketukan selama jalannya pemeriksan4. Selama pemeriksaan MRI,pasien akan selalu dibawah pengawasan petugas,dan komunikasi dengan petugas MRI5. Pasien akan diberi bel ditangan dan dapat ditekan untuk memanggil petugas MRI,atau mengalami kondisi yang kurang nyaman6. Pada umumnya pemeriksaan ini membutuhkan waktu sekitar 40 menit7. Setelah pemeriksan MRI selesai pasien dapat melakukan aktifitas normal seperti biasa8. Cuci tangan
3. Terminasi1.Evaluasi2.Dokumentasi8. Hal-hal yang perlu diperhatikan1. Pada pemeriksaan MRI ini tidak boleh dilakukan pada wanita yang hamil muda(trisemester 1)2. Pasien memberikan informasi kepada petugas sebelum dilakukan pemeriksaan9. Diagnosa yang mungkin muncul1. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap prosedur pemeriksaan ditandai dengan klien nampak bingung dan tekanan darah klien meningkat.2. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan tingkat pendidikan yang rendah ditandai dengan klien tidak memahami prosedur pemeriksaan.
MRI merupakan pemeriksaan penunjang yang utama untuk mendeteksi kelainan
diskus intervertebra. MRI selain dapat mengidentifikasi kompresi medula spinalis dan
radiks saraf, juga dapat digunakan untuk mengetahui beratnya perubahan degeneratif
pada diskus intervertebra. Dibandingkan dengan CT Scan, MRI memiliki keunggulan,
yaitu adanya potongan sagital, dan dapat memberikan gambaran hubungan diskus
intervertebra dan radiks saraf yang jelas; sehingga MRI merupakan prosedur skrining
yang ideal untuk menyingkirkan diagnosa banding gangguan struktural pada medula
spinalis dan radiks saraf.
CT Scan dapat memberikan gambaran struktur anatomi tulang vertebra dengan baik,
dan memberikan gambaran yang bagus untuk herniasi diskus intervertebra. Namun
demikian sensitivitas CT Scan tanpa myelography dalam mendeteksi herniasi masih
kurang bila dibandingkan dengan MRI.
c. Myelografi
Pemeriksaan ini memberikan gambaran anatomik yang detail, terutama elemen osseus
vertebra. Myelografi merupakan proses yang invasif karena melibatkan penetrasi pada
ruang subarachnoid. Secara umum myelogram dilakukan sebagai test preoperatif,
seringkali dilakukan bersama dengan CT Scan.
d. Nerve Concuction Study (NCS), dan Electromyography (EMG)
NCS dan EMG sangat membantu untuk membedakan asal nyeri atau untuk
menentukan keterlibatan saraf, apakah dari radiks, pleksus saraf, atau saraf tunggal.
Selain itu pemeriksaan ini juga membantu menentukan lokasi kompresi radiks saraf.
Namun bila diagnosis radikulopati sudah pasti secara pemeriksaan klinis, maka
pemeriksaan elektrofisiologis tidak dianjurkan.
EMG / NCS dapat memberikan informasi tentang :
1. Adanya kerusakan pada saraf
2. Lama terjadinya kerusakan saraf ( akut atau kronik )
3. Lokasi terjadinya kerusakan saraf ( bagian proksimalis atau distal )
4. Tingkat keparahan dari kerusakan saraf
5. Memantau proses penyembyhan dari kerusakan saraf
Hasil dari EMG dan MRI dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi fisik pasien dimana
mungkin perlu dilakukan tindakan selanjutnya yaitu pambedahan.