BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANGSejarah perkembangan terapi organik dalam
psikiatri dimulai sejak pertengahan tahun 1800-an sampai sekarang,
walaupun pada tahun 1960 kumpulan obat psikiatri pada dasarnya
adalah yang diketahui saat ini. Dalam separuh kedua abad ke-20,
kemoterapi sebagai terapi untuk gangguan mental menjadi bidang
utama penelitian dan praktek. Hampir segera setelah
diperkenalkannya chlorpromazine pada tahun 1950-an, obat
psikoterapeutik menjadi inti terapi psikiatrik, khususnya untuk
pasien dengan penyakit mental yang serius.1Farmakoterapi untuk
gangguan mental adalah salah satu bidang yang paling cepat
berkembang dalam kedokteran klinis, tiap dokter yang meresepkan
obat harus tetap mengetahui literatur terakhir. Terapi obat dan
terapi organik lainnya terhadap gangguan mental dapat
diidentifikasikan sebagai suatu usaha untuk memodifikasi atau
mengkoreksi perilaku, pikiran, atau mood yang patologis dengan zat
kimia atau cara fisik lainnya. Hubungan antara keadaan fisik dan
otak pada satu sisi dan pada sisi lain, manifestasi fungsionalnya
(perilaku, pikiran, dan mood) adalah sangat kompleks, tidak
dimengerti seluruhnya dan diperbatasan pengetahuan biologi. Tetapi,
berbagai parameter perilaku normal dan abnormal seperti persepsi,
afek dan kognisi mungkin dipengaruhi oleh perubahan fisik dalam
sistem saraf pusat.2 Golongan obat psikofarmaka yang banyak
dipergunakan adalah obat antipsikosis, obat anti mania dan obat
antidepresi. Penggunaan jenis obat ini perlu pengawasan yang ketat
karena seringkali menimbulkan efek samping seperti ketergantungan
psikologis dan fisik yang dapat mengakibatkan keracunan obat,
depresi dan kehilangan sifat menahan diri, gangguan paru-paru,
gangguan psikomotoris dan iritatif (mudah marah, gelisah dan
ansietas bila obat dihentikan). Oleh sebab itu, banyak variable
yang melekat pada praktek psikofarmakologi, termasuk pemilihan
obat, peresepan, pemberian, arti psikodinamika bagi pasien dan
pengaruh keluarga serta lingkungan.2 Obat psikofarmaka adalah obat
yang mempunyai efek terapeutik langsung pada proses mental pasien
karena efeknya pada otak. Akan tetapi kita harus ingat pula bahwa
bila gangguan mentalitu disebabkan oleh suatu masalah psikologi
atau oun sosial, maka tidak ada obat apa pun yang dapat
menyelesaikan persoalan itu, kecuali pasien itu sendiri dan dokter
serta obat hanya sekedar membantunya ke arah penyelesaian atau ke
arah penyesuaian yang lebih baik. Kemanjuran pengobatan
psikotropik, seperti juga dalam farmakoterapi pada umumnya,
tergantung pada pemberian obat yang dapat mempengaruhi sasaran
pengobatan dalam dosis yang sesuai, dalam bentuk preparat yang
cocok, melalui jalan pemberian yang efektif dan dalam jangka waktu
yang tertentu.2
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang
bekerja secara selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai
efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk
terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas
hidup pasien.1
B. KLASIFIKASI Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa
golongan, diantaranya: antipsikosis, anti-depresi, anti-mania,
anti-ansietas, anti-insomnia, anti-panik, dan anti
obsesif-kompulsif,. Pembagian lainnya dari obat psikotropik antara
lain: transquilizer, neuroleptic, antidepressants dan
psikomimetika.1
C. ANTI PSIKOSISObat anti psikosis mempunyai beberapa sinonim
antara lain; neuroleptik dan tranquilizer mayor. Salah satunya
adalah chlorpromazine (CPZ), yang diperkenalkan pertama kali tahun
1951 sebagai premedikasi dalam anastesi akibat efeknya yang membuat
relaksasi tingkat kewaspadaan seseorang. CPZ segera dicobakan pada
penderita skizofrenia dan ternyata berefek mengurangi delusi dan
halusinasi tanpa efek sedatif yang berlebihan2.
NoGolongan Nama GenerikNama DagangSediaanDosis anjuran
I. ANTIPSIKOSIS TIPIKAL
1.Phenothiazin
a.Rantai AliphaticChlorpromazine (
largactil)Chlorpromazine(indofarma) Tab. 25-100 mg PO: 150 - 600
mg/h IM: 50-100mg setiap 4-6 jam
Promacil (combhifar)Tab. 100 mg
Meprosetil (meprofarm)Tab. 100 mgAmp.50mg/2cc
b.Rantai PiperazinePerfenazinePerfenazine (indofarma)Tab. 4 mg12
- 24 mg/hari
Trifalon (Schering)Tab 2- 4 -8 mg
TrifluoperazineStelazine(GlaxoSmith-kline)Tab. 1 - 5 mg10 -15
mg/hari
FluphenazineAnatensol (B-M Squibb)Tab. 2,5 - 5 mg10 - 15
mg/hari
Fluphenazine deconoateModecate (B-M Squibb)Vial 25 mg/cc25 mg
(IM) setiap 2 - 4 mgg
c.Rantai PiperidineThioridazineMelleril (Novartis)Tab.50
-100mg150-300mg/hari
1. ButhirophenonHaloperidol Haloperidol (indofarma) Tab. 0,5 -
1,5 - 5mg
PO: 5-15mg/h IM: 5-10mg setiap 4-6jam 50mg setiap 2-4 minggu
Dores (pyridam)Cap. 5 mgTab. 1,5 mg
Serenace (pfizer-pharmacia)Tab. 0,5 -1,5 - 5 mgLiq. 2
mg/mlAmp.50 mg/cc
Haldol (jansen)Tab. 2 - 5 mg
Govotil (Guarian-pharmacia)Tab. 2 - 5 mg
Lodomer (Mersifarma)Tab. 2 - 5 mgAmp. 5 mg/cc
Haldol decanoas (Janssen)Amp. 50mg/cc
1. Diphenil-buthilpiperidinePimozideOrap forte (janssen)Tab. 4
mg2 4 mg/hari
II. ANTIPSIKOSIS ATIPIKAL
1.Benzamide Supiride Dogmatil Foerte (Delagrange)Tab. 200mgAmp.
100mg/2cc300 - 600mg/h3 - 6 amp/hari IM
2. Dibenzodiazapine Clozapine Clozaril
(Novartis)Sizoril(Meprofarm)Tab. 25 100 mg
Tab. 25-100mg25-100mg/hari
Olanzapine ZiprexaTab. 5-10mg10-20mg/hari
Quetiapine Seroquel (Astra Zeneca)Tab. 25 100
200mg50-100mg/hari
Zotepine Lodopin (Kalbe Farma)Tab. 25 - 50mg75-100mg/hari
3.Benzisoxxazole Risperidone Risperidone (Dexamedica)Tab. 1 - 2
- 3mg PO:2 6 mg/hari IM :
Risperdal (Janssen)Tab. 1 - 2 - 3mg
Risperdal constaVial 25 - 50mg/cc
Neripros (Pharos)Tab. 1 - 2 - 3mg
Persidal (Mersifarma)Tab. 1 - 2 - 3mg
Rizodal (Guardian-pharmatama)Tab. 1-2-3mg
Zopredal (Kalbefarma)Tab. 1-2-3mg
Aripiprazole Abilify (Otsuka)Tab. 5 10 15 mg10- 15 mg/hari
I. Golongan Fenotiazin 1. Farmakodinamik CPZ mempunyai farmako
dinamik yang luas. Beberapa diantanya ada pada organ-ogan
antaralain :2 Susunan saraf pusat: Menimbulkan efek sedasi yang
disertai sikap acuh-tak acuh terhadap rangsang dari lingkungan.
Pada pemakaian lama dapat timbul toleransi terhadap efek sedasi.
Berbeda dengan barbiturat, CPZ tidak dapat mencegah timbulnya
kejang. Otot rangka : CPZ dapat menimbulkan relaksasi otot skelet
yang berada dalam keadaan spastik. Cara kerja relaksasi diduga
bersifat sentral. Efek endokrin : CPZ dapat menghambat ovulasi dan
menstruasi. Semua fenotiazin kecuali klozapin dapat menimbulkan
hiperprolaktinemia lewat efek sentral penghambatan dopamin.
Kardiovaskuler : dapat menimbulkan hipotensi berdasarkan beberapa
mekanisme diantaranya timbulnya efek inotropik pada jantung.22.
Farmakokinetik Pada umumnya semua fenotiazin diabsorbsi dengan baik
bila diberikan peroral maupun parenteral. Penyebaran luas ke semua
jaringan dengan kadar tertinggi di paru-paru, hati dan limfa.
Sebagian fenotiazin mengalami hidroksilasi dan konjugasi sebagian
lain diubah menjadi sulfoksid yang kemudian diekskresi dalam feses
maupun urin. Setelah pemberian CPZ dosis besar, maka masih
ditemikan ekskresi CPZ atau metabolitnya selama 6-12 bulan.2
3. Efek Samping Beberapa efek samping obat yang dapat
ditimbulkan obat anti psikosis antara lain : Sedasi dan inhibisi
psikomotor Ganggua otonom( hipotensi, antikolinergik berupa mulut
kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur
dan tekanan intra okular meninggi serta gangguan irama jantung)
Efek samping lain adalah perluasan dari farmakodinamiknya. Gejala
idiosinkrasi mungkin timbul seperti, ikterus, dermatitis dan
leukopenia. Reaksi ini disertai eosinofilia dalam darah perifer.
Gangguan ekstrapiramidal (diskodia akut, akatisia dan sindrome
parkinson) Ganggua endokrin (amenore dan ginekomastia), biasanya
untuk pemakaian jangka panjang. Dan efek samping yang ireversibel;
tardive dyskinesia (gerakan involunter berulang pada lidah, wajah,
mulut / rahang dan anggota gerak dimana waktu tidur keluhan
tersebut menghilang).2,34. Indikasi Indikasi utama fenotiazin
adalah skizofrenia gangguan psikosis yang sering ditemukan.
Gangguan yang sering diatasi oleh fenotiazin dan golongan
antipsikosis lain adalah: ketegangan, hiperaktivitas,
combativennes, hostality, halusinasi, delusi akut, anoreksia,
negativisme dan menarik diri.2Pengaruhnya terhadap insight,
judgement, daya ingat dan orientasi kurang. Pemberian antipsikotik
sangat memudahkan perawatan pasien. Domperidon secara invitro
merupakan antagonis dopamin, seperti CPZ. Obat ini diindikasikan
pada pasien mual dan muntah. Jadi efek obat ini mirip
metoclopramid. Walaupun antipsikosis sangat bermanfaat untuk
mengatasi gejala psikosis akut, namun penggunaan antipsikosi saja
tidak mencukupi untuk merawat pasien psikotik.3
5. Kontra Indikasi Kontra indikasi untuk obat ini adalah
penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris
yang tinggi, ketergantungan alkohol, penyakit susunan saraf pusat
dan gangguan kesadaran.3
II. Golongan ButirofenonHaloperidol mampu menenangkan keadaan
mania penderita psikosis yang karena hal tertentu tidak dapat
diberi fenotiazin. Reaksi ekstrapiramidal timbul pada 80% penderita
yang diobati haloperidol.3,61. Farmakodinamik Struktur haloperidol
berbeda dengan fenotiazin pada orang normal efek haloperidol mirip
fenotiazin piperazin. Haloperidol memperlihatkan antipsikotik yang
kuat dan efektif untuk fase mania penyakit manik depresif dan
skizofrenia. Efek fenotiazin, piperazin dan butirofenon berbeda
secara kuantitatif karena butirrofenon selain menghambat efek
dopamin juga meningkatkan turnover rate nya. Pada beberapa organ
golongan ini mempunyai efek diantaranya :3,6 Susunan saraf pusat :
haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur pada orang yang
eksitasi. Efek sedatif haloperidol kurang kuat dibanding CPZ namun
keduanya sama-sama memperlambat gelombang teta jika dilihat dengan
EEG. Keduanya juga sama-sama kuat dalam menurunkan ambang konvulsi.
Haloperidol menghambat dopamin dan juga hipotalamus, juga
menghambat muntah yang ditimbulkan apomorfin.2 Sistem
kardiovaskular dan respirasi : haloperidol menyebabkan hipotensi,
tapi tidak sesering dan sehebat yang diakibatkan CPZ. Halopaeridol
menyebabkan takikardi. Haloperidol dan CPZ dapat menimbulkan
potensiasi dengan obat penghambat respirasi. Endokrin : seperti
CPZ, haloperidol menyebabkan galaktore dan respon endokrin lain. 2.
Farmakokinetik Haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar
puncaknya dalam plasma tercapai dalam 2-6 jam sejak menelan obat,
menetap sampai 27 jam dan masih ditemukan dalam plasma sampai
berminggu-minggu. Obat ini ditimbun dalam hati dan 1% obat
diekskresikan lewat empedu. Ekskresinya lambat melalui ginjal.
Kira-kira 40% diekskresi dalam 5 hari setelah pemberian dosis
tunggal.23. Indikasi Indikasi utama adalah untuk psikosis.
Butirofenon merupakan obat pilihan untuk mengobati sindrome Gilles
dela tourette, suatu kelainan aneh yang ditandai dengan kejang otot
hebat grimace dan mengeluarkan kata-kata jorok.34. Efek samping
Menimbulkan rekasi ekstrapiramidal dengan insidensi yang tinggi
terutama pada penderita usia muda. Pengobatan dengan haloperidol
harus dimulai dengan hati-hati. Dapat terjadi depresi akibat
reversi keadaan mania atau sebagai efek samping yang sebenarnya.
Perubahan hematologik sering dilaporkan yaitu leukopenia dan
agranulositosis. Ikterus juga merupakan efek samping namun angka
kejadiannya rendah. Sebaiknya obat ini tidak diberikan pada wanita
hamil karena sifatnya yang teratogenik.6
III. Golongan Atypical Risperidone dibandingkan dengan semua
jenis antipsikotik atipikal, risperidone merupakan yang paling
banyak diteliti. Hal tersebut disebabkan efektifitas risperidone,
dapat ditoleransi pada dosis rendah (1,5-6mg/hari) dan memberikan
perbaikan yang nyata pada pasien skizofrenia usia lanjut. Rainer et
al meneliti penggunaan Risperidone dalam rentang dosis fleksibel
0,5-2mg/hari untuk mengatasi agresi, agitasi dan gangguan psikotik
pada 34 pasien demensia rawat inap dengan rata-rata usia 76
tahun.2Hasilnya terjadi perbaikan gejala yang dinilai dari Clinical
Global Impression (CGI) pada 82% responden penelitian. Frekuensi
dan keparahan halusinasi, waham, agresi dan iritabilitas juga
menurun, yang dilihat dari rating Neuropsychiatric Inventory (NPI).
Penggunaan risperidone pada kelompok tersebut juga tidak membuat
perubahan pada fungsi kognitif pasien yang dilihat melalui skor
Mini-Mental State Examination (MMSE), Age Concentration Test [AKT]
dan Brief Syndrome Test [SKT].2Risperidone juga secara umum dapat
ditoleransi dan tidak menimbulkan efek samping ekstra piramidial
yang bermakna. Penelitian yang melibatkan lebih banyak pasien dan
tempat dilakukan oleh Arriola et al pada 263 pasien dengan
rata-rata usia 75,5 tahun. Dosis risperidone yang digunakan pada
penelitian (rata-rata(SD)) adalah 1,4 (0,7) mg/day pada 1 bulan dan
1,5 (0,8) mg/hari pada 3 bulan. Perbaikan gejala diukur menggunakan
Neuropsychiatric Inventory (NPI) dan skala Clinical Global
Impression of Severity (CGI-S). Hasilnya terdapat penurunan skor
NPI dan CGI-S yang secara statistik bermakna. Perbaikan gejala
terutama pada gejala agitasi/ agresif dan ganguan tidur. Penelitian
tersebut juga mencatat adanya perbaikan dari gejala
ekstrapiramidal.2Penelitian lain melibatkan pengumpulan data dari
tiga penelitian acak dengan menggunakan plasebo (randomized,
placebo-controlled trials) untuk melihat efikasi dan keamanan
risperidone dalam mengobati agitasi, afresi dan gejala psikosis
pada pasien demensia usia lanjut pada panti werdha. Dosis rata-rata
yang digunakan adalah 1mg/hari. Ditemukan adanya perbaikan skor
CGI, Cohen-Mansfield agitation inventory (CMAI) dan behavioral
pathology in Alzheimers disease (BEHAVE-AD) pada semua responden
penelitian yang menggunakan risperidone dibandingkan
plasebo.2,4Penelitian tersebut seperti penelitian yang lain yang
menggunakan risperidone juga tidak menemukan adanya efek samping
ortostatik, antikolinergik, jatuh dan penurunan kognitif pada
penggunaan sesuai rentang dosis pada penelitian. Selain untuk
mengatasi gejala agresivitas, agitasi dan psikotik yang berkaitan
dengan demensia, risperidone juga digunakan pada pasien usia lanjut
yang menderita skizofrenia.5Kepustakaan mencatat risperidone dan
olanzapine adalah dua antipsikotik atipikal yang paling sering
digunakan pada populasi pasien usia lanjut. Penelitian tersamar
berganda dilakukan selama 8 minggu terhadap 175 pasien rawat jalan,
pasien rawat inap dan panti werdha yang berusia 60 tahun ke atas
menggunakan risperidone (1 mg to 3 mg/hari) atau olanzapine (5 mg
to 20 mg/hari). Hasilnya terdapat perbaikan pada nilai skor PANSS
pada kedua kelompok. Efek samping ektrapiramidal terlihat pada 9,2%
pasien kelompok risperidone dan 15,9% pasien kelompok olanzapine.
Secara umum skor total dari Extrapyramidal Symptom Rating Scale
menurun pada kedua kelompok di akhir penelitian. Peningkatan berat
badan juga didapatkan di dua kelompok namun lebih jarang terjadi
pada pasien yang menggunakan risperidone.1
D. ANTI ANSIETASObat anti-ansietas mempunyai beberapa sinonim,
antara lain psikoleptik, transquilizer minor dan anksioliktik.
Dalam membicarakan obat antiansietas yang menjadi obat racun adalah
diazepam atau klordiazepoksid.3Obat ini pada umumnya memiliki sifat
yang sama yaitu sebagai sedatif. Anti ansietas yang utama adalah
golongan benzodiazepin. Generik, golongan dan sediaan serta dosis
obat anti ansietas dapat dilihat pada tabel berikut :1No Generik
Golongan Sediaan Dosis
1Diazepam BenzodiazepinTab 10 mg
2-3 x 10mg/hr
2KlordiazepoksoidBenzodiazepinCap 5-10mg
2-3 x 5 mg / Hr
3Lorazepam BenzodiazepinTab0,25-0,5- 1 mg
3 x 0,25-0,5 mg/hr
4Clobazam BenzodiazepinTab 5 mg 2-3 x 5 mg/hr
5BrumazepinBenzodiazepinCap 50 mg
100-200 mg/hari
6Oksazolom
Benzodiazepin
Tab 10 mg
2-3 x 10 mg/hr
7KlorazepatBenzodiazepinCap 5-10mg
2-3 x 5 mg / Hr
8Alprazolam BenzodiazepinTab0,25-0,5-1 mg
3 x 0,25-0,5 mg/hr
9Prazepam BenzodiazepinTab 5 mg2-3 x 5 mg/hr
10SulpiridNon BenzodiazepinCap 50 mg
100-200 mg/hari
11Buspiron Non BenzodiazepinTab 10 mg 15-30 mg/hari
1. Farmakodinamik Cara kerja obat ini adalah potensiasi inhibisi
neuron dengan GABA sebagai mediatornya. Efek farmakodinamik derivat
benzodiazepin lebih luas daripada efek mepobramat dan barbiturat.
Klordiazepoksid tidak hanya bekerja sentral, tetapi juga perifer
pada susunan saraf kolinergik, adrenergik dan triptaminergik.2,42.
Farmakokinetik Setelah pemberian oral, klordiazepoksid mencapai
kadar tertinggi dalam 8 jam dan menetap tinggi sampai 24 jam.
Ekskresi benzodiazepin melalui ginjal secara lambat. Setelah
pemberian satu dosis obat masih ditemukan dalam urin setelah
beberapa hari.2
3. Indikasi Derivat benzodiazepin digunakan untuk meimbulkan
sedasi, menghilangkan rasa cemas dan keadaan psikosomatik yang ada
hubungannya dengan rasa cemas. Selain sebagai anti ansietas derivat
benzodiazepin juga digunakan sebagai anti konvulsi, pelemas otot,
hipnotik dan induksi anestesi general.2
4. Kontra Indikasi Derivat benzodiazepin jangan diberikan
bersama alkohol, barbiturat atau fenotiazin. Kombinasi ini akan
menimbulkan efek depresi yang berlebihan.2,75. Cara Pemberian
Klobazam : untuk pasien dewasa dan lanjut usia yang ingin tetap
aktif Lorazepam : untuk pasien dengan kelainan fungsi hati dan
ginjal. Alprazolam efektif untuk anti ansietas antisipatorik, mula
kerja lebih cepat dan mempunyai efek antidepresan. Sulpirid -50
efektif untuk meredakan gejala somatik dari sindrome ansietas dan
paling kecil menimbulkan risiko ketergantungan.6
6. Efek Samping Efek samping dapat berupa : 1. Sedasi (rasa
mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor berkurang,
kemampuan kognitif melemah)2. Relaksasi otot (rasa lemas, cepat
lelah dll)3. Potensi menimbulkan ketergantungan lebih rendah dari
narkotika oleh karena at therapeutic dose dose they have low
reinforcing propertis 4. Potensi menimbulkan ketergantungan obat
dikarenakan obat yang masih dapat dipertahankan setelah dosis
terakhir berlangsung sangat singkat.5. Penghentian obat secara
mendadak akan menimbulkan gejala putus obat (rebound phenomen);
pasien menjadi iritable, bingung, gelisah, insomnia, tremor,
palpitasi, keringat dingin, konvulsi dan lain-lain.3
E. ANTI DEPRESIDepresi adalah gangguan yang heterogen. Ada
beberapa klasifikasi depresi menurut DSM-IVR yang dikeluarkan oleh
beberapa ahli psikiatri di Amerika. Secara sederhana pembagian
depresi adalah sebagai berikut :2,3,61. Depresi reaktif sekunder
Paling umum dijumpai sebagai respon terhadap penyebab nyata,
misalkan; penyakit dan kesedihan. Dulu dikenal sebagai depresi
eksogen. 2. Depresi endogen Merupakan gangguan biokimia yang
ditentukan secara genetik, bermanifestasi sebagai ketidakmampuan
untuk mengatasi sters yang biasa.3. Depresi yang berhubungan dengan
gangguan afektif bipolar, yaitu depresi dan mania yang terjadi
bergantian.Obat antidepresan mempunyai bebrap sinonim antaralain,
timoleptik atau psychic energizer. Yang akan dibahas dalam pustaka
ini adalah obat antidepresi golongsn penghambat MAO dan antidepresi
trisiklik. Penggolongan obat, sediaan dan dosis anjuran dapat
dilihat pada tabel berikut :1
I. Penghambat Mono Amin OksidaseA. Farmakodinamik Penghambat
mono amin oksidase digunakan sebagai antidepresi sejak 15 tahun
yang lalu. MAO dalam tubuh terdapat pada intraseluler tepatnya di
mitokondria. MAO dalam tubuh berfungsi dalam meningkatkan kadar
ephrineprin, norephrineprin dan 5-HT dalam otak. Sedangkan
hubungannya dengan proses psikis belum diketahui.2 MAOI bekerja di
sistem saraf pusat, sistem saraf simpatik, hati dan saluran
gastrointestinal. Pada dosis diatas 60mg/ hari dapat menghambat
pengambilan kembali atau meningkatkan pelepasan dopamin dan
norepinephrin serta serotonin hingga pada tingkat yang lebih
sedikit. Efek utama MAOI dalam psikiatri adalah pada SSP. Disamping
efeknya pada mood depresi, MAOI dikaitkan dengan gangguan tidur dan
arsitektur tidur yang bermakna secara klinis.2B. Farmakokinetik
Penhelzyn, tranylcyplomin, dan isocarboxazid mudah diabsorbsi di
saluran cerna dan mencapai konsentrasi puncak dalam 2 jam. Waktu
paruh dalam plasma berkisar antara 2 sampai 3 jam; waktu paruh
dalam jaringan lebih lama. Karena obat ini menonaktifan MAO secara
reversibel, efek terapuetik dosis tunggal MAOI ireversibel dapat
berlangsung selama 2minggu. Golongan penghambat reversibel monoamin
(RIMA) meclobemide cepat diabsorbsi dan memiliki waktu paruh selama
0,5-3,5 jam. Ini artinya memiliki efek yang lebih singkat daripada
MAOI.2,6 C. Indikasi Indikasi MAOI serupa dengan obat anti depresi
trisiklik dan tetrasiklik. MAOI terutama efektif pada gangguan
panik dengan agorafobia, stress pasca trauma, gangguan makan, fobia
sosial dan gangguan nyeri. Sejumlah penelitian mencatat bahwa obat
MAOI banyak digunakan sebagai pilihan untuk terapi depresi dengan
gejala hipersomnia, hiperfagia, ansietas dan tidak adanya gejala
vegetatif.2,3,6,7D. Kontra Indikasi MAOI harus digunaka sangat
hati-hati pada orang dengan penyakit ginjal, kardiovaskular dan
hipotiroidisme. Obat ini juga dikontra indikasikan bagi pasien
dengan kehamilan walaupun sedikit sekali dilaporkan bahwa obat ini
bersifat teratogenik.6E. Efek Samping Efek samping MAOI adalah
hipotensi ortostatik, insomnia, berat badan bertambah, edema, dan
disfungsi seksual. Efek simpang MAOI yang jarang terjadi
antaralain, krisis hipertensi spontan yang dicetuskan oleh bukan
tiramin, terjadi pertama setelah pajanan dengan obat. Parestesia,
mioklonus, dan nyeri otot kadang-kadang ditemukan pada orang yang
diterapi dengan MAOI. Parestesia disebabkan oleh adanya defisiansi
piridoksin yang dicetuskan oleh MAOI yang dapat berespon dengan
penambahan piridoksin 50-150 mg per oral per hari.6Efek samping
RIMA moclobemide yang paling lazim adalah mual, pusing, dan
gangguan tidur.2
II. Antidepresan Trisiklik 1. Farmakodinamik Umumnya yang
digunakan sekarang adalah dalam golongan trisiklik (misalnya
imipramin, amitriptilin, dothiepin dan lofepramin). Golongan obat
ini bekerja dengan menghambat ambilan kembali neurotransmiter di
otak. Dari beragam jenis anti depresi trisiklik terdapat perbedaan
beraneka perbedaan potensi dan selektivitas hambatan ambilan
kembali berbagai neurotransmiter. Ada yang sangat sensitiv terhadap
norepinephrin dan ada yang sensitif terhadap serotonin dan ada pula
yang dopamin.2 Pada orang normal obat ini memberikan efek lelah
obat tidak meningkatkan alam perasaan (elevation of mood) dan
meningkatnya rasa cemas. Pemberian jangka lama dapat menyebabkan
penurunan konsentrasi dan proses berfikir serupa yang ditimbulkan
oleh CPZ.2,3,6Sebaliknya, bila obat diberikan dalam jangka lama
bagi penderita depresi, terjadi peningkatan alam perasaan. Belum
dapat dijelaskan mengapa hilangnya gejala depresi baru terlihat
setelah pengobatan sekitar 2-3 minggu. Tidak jelas hubungan antara
efek obat dengan kadar dalam plasma. Mekanisme anti depresi
imaparin tidak jelas, tetapi terjadinya mania, euforia dan insomnia
pada penderita psikiatri menunjukkan bahwa obat ini berefek
stimulasi.2,6Trisiklik (TCA) memblokade reuptake dari noradrenalin
dan serotonin yang menuju neuron presinaps. SSRI hanya memblokade
reuptake dari serotonin. MAOI menghambat pengrusakan serotonin pada
sinaps. Mianserin dan mirtazapin memblokade reseptor alfa 2
presinaps. Setiap mekanisme kerja dari antidepresan melibatkan
modulasi pre atau post sinaps atau disebut respon
elektrofisiologis.12. Farmakokinetik Efek obat setelah pemberian
75-100 mg terbagi dalam beberapa kali pemberian dalam 2 hari dan 50
mg untuk hari selanjutnya sampai dosis tercapai 200-250mg akan
menimbulkan efek setelah 2-3 minggu pemberian.2 3. Kontra Indikasi
Penyakit jantung koroner, glaukoma, retensi urin, hiperplasi
prostat dan gangguan fungsi hati.3 4. Efek Samping Pada susunan
saraf pusat, imaparin menunjukkan efek muskarinik, sehingga dapat
terjadi efek penglihatan kabur, mulut kering, obstipasi dan retensi
urin. Imiparin sering menimbulkan ikterik ikterus kolestatik,
gejala akan hilang setelah pengobatan dihentikan. Selain itu kadang
timbul eksantema dan pada keadaan toksisk dapat terjadi hipertensi
dan hiperpireksia namun juga sering menimbulkan hipotensi
ortostatik.3
F. ANTI MANIA
Obat anti mania mempunyai beberapa sinonim antara lain mood
modulators, mood stabilizers dan antimanik. Dalam membicarakan obat
antimania yang menjadi acuan adalah litium karbonat. Berikut
berbagai obat anti mania dengan berbagai sediaan dan dosis
anjurannya.3
1. Farmakodinamik Litium tidak bersifat sedatif, depresif atau
suatu euforian. Mekanisme kerjanya sebagai mood stabilizing agent
belum diketahui dengan pasti walaupun ada dugaan berefek terhadap
membran biologik. Yang khas dari sifat litium adalah dapat menembus
membran biologik. Disini diduga litium dapat mengganti peran
natrium dalam menimbulkan potensial aksi neuron. Dalam suatu
percobaan, litium kadar rendah dapat membantu metabolisme monoamin
biogenik yang berperan dalam patofosiologi terjadinya gangguan
mood.4 2. Farmakokinetik Setelah dikonsumsi, litium sepenuhnya
diabsorbsi lewat saluran gastrointestinal. Puncak kadar serum dalam
1 hingga 1,5 jam untuk sediaan standar dan 4,5 jam untuk sediaan
lepas terkendali. Litium tidak tidak terikat dalam protein plasma,
tidak didistribusikan sama pada air tubuh. Litium tidak melintasi
sawar darah dengan cepat.4Waktu paruh 7 jam setelah asupan. Litium
hampir selurhnya diekskresi di ginjal. Dan menurun ekskresinya jika
ada kelainan ginjal.53. Indikasi dan PemberianKira-kira 80% pasien
manik berespon terhadap litium meskipun respon litium sendiri
membuthkan waktu 1-3 minggu terapi konsentrasi terapuetik. Untuk
mengatasi periode mania dengan segera, sebelum efek tercapai
diobati dulu dengan golongan benzodiazepin (klonopin) dan lorazepam
pada 1-3 minggu pertama. Gejala pada seperlima hingga setengah
pasien skizofrenia berkurang setelah diberikan litium bersamaan
dengan antipsiokotik.5 4. Kontra Indikasi Litium tidak boleh
diberikan pada perempuan hamil pada trimester pertama karena risiko
terjadinya defek lahir. Malformasi adalah kejadian tersering
terutama anomali Eibstein pada katub trikuspid. Pada perempuan
pasca melahirkan yang diterapi dengan obat ini, mempunyai risiko
toksisitas pada bayi dan ini dapat dikurangi risikonya dengan
hidrasi saat persalinan.55. Efek Samping2a) Gejala efek samping
dini pada pengobatan jangka panjang: Mulut kering, haus, saluran
cerna (mual, muntah dan diare), kelemahan otot, poliuria, tremor.
Tidak ada gangguan sedasi maupun ekstrapiramidal.b) Efek samping
lain : Hipotiroidisme, peningkatan berat badan, edem tungkai,
gangguan daya ingat, konsentrasi dan pikiran, serta leukositosis.
c) Gejala intoksikasi : Gejala dini seperti, muntah, diare, tremor
kasar, mengantuk dan penurunan konsentrasi. Gejala semakin memberat
ditandai dengan, kesadaran menurun, oliguri dan kejang-kejang. Maka
perlu diadakan pengawasan yang ketat pada terapi ini.
G. ANTI INSOMNIAObat anti insomnia mempunyai beberapa sinonim
antaralain hipnotik, somnifacient, atau hipnotika hipnotik,
somnifacient, atau hipnotika dan somnifasien. Obat yang menjadi
acuan adalah fenobarbital. Obat- obat yang dapat dipakai sebagai
golongan anti insomnia antaralain seperti berikut dalam tabel.6
1. FarmakodinamikObat anti-insomnia bekerja pada reseptor BZ1 di
susunan saraf pusat yang berperan dalam memperantarai proses
tidur.62. Cara penggunaan Dosis anjuran untuk pemberian tunggal
15-30 menit sebelum tidur.Dosis awal dapat dinaikkan sampai
mencapai dosis efektif dan dipertahankan sampai 1-2 minggu,
kemudian secepatnya tapering off untuk mencegah timbulnya rebound
dan toleransi obat.6,7Pada usia lanjut, dosis harus lebih kecil dan
peningkatan dosis lebih perlahan-lahan untuk menghidari
oversedation dan intoksikasi.1,6Lama pemberian tidak lebih dari 2
minggu agar risiko ketergantungan kecil.
3. Kontra Indikasi2 Sleep apnoe syndrome Congestive heart
failure Chronic respiratory disease Wanita hamil dan menyusui
4. Efek Samping3,6 Supresi SSP pada saat tidur Rebound Phenomen
Disinhibiting efect yang menyebabkan perilaku penyerangan dan ganas
pada penggunaan golongan benzodiazepine dalam waktu yang lama.
H. ANTI OBSESIF-KOMPULSIObat yang menjadi acuan adalah
klompramine. Obat ini dapat digolongkan atas : obat anti osesi
kompulsi trisiklik (klompramine) dan obat anti obsesi kompulsi SSRI
(sentrali paroksin, flovokamin dan fluoksetin).6
1. Farmakodinamik Obat ini bekerja dengan menghambat re-uptake
neurotransmitter serotonin sehingga gejala mereda2,4
2. Cara Pemberian Sampai sekarang obat pilihan untuk gangguan
obsesi kompulsi adalah klomipramin. Terhadap meraka yang peka dapat
dialihkan ke golongan SSRI dimana efek samping relatif aman. Obat
dimulai dengan dosis rendah klomopramin mulai dengan 25-50 mg /hari
(dosis tunggal malam hari), dinaikkan secara bertahap dengan
penambahan 25 mg/hari sampai tercaapi dosis efektif (biasanya
200-300 mg/hari).2Dosis pemeliharan umumnya agak tinggi, meskipun
bersifat individual, klomipramin sekitar 100-200 mg/hari dan
sertralin 100 mg/hari. Sebelum dihentikan lakukan pengurangan dosis
secara tappering off. Meskipun respon dapat terlihat dalam 1-2
minggu, untuk mendapatkan hasil yang memadai setidaknya diperlukan
waktu 2- 3 bulan dengan dosis antara 75-225 mg/hari.4,63. Efek
Samping6a. Efek samping obat anti kompulsi trisiklik sama dengan
seperti obat anti depresan trisiklik, antara lain : b. Efek
antihistamin : sedasi, rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang,
kinerja psikomotor menurun, dan kemampuan kognitif yang menurun.c.
Efek anti kolinergik : mulut kering, keluhan lambung, retensi urin
sampai disuria, penglihatan kabur, konstipasi, gangguan fungsi
seksual dan takikardi.d. Efek anti adrenergik alfa : perubahan EKG
dan hipotensi ortostatik.e. Efek neurotoksik : tremor halus, kejang
epileptik, agitasi dan insomnia.
I. ANTI PANIKDalam membicarakan antipanik yang menjadi obat
acuan adalah imipramin. Penggolongan obat anti panik dibagi atas
:2,3,6 Obat anti panik trisiklik (contoh : imipramin, klomipramin)
Obat anti panik benzodiazepin ( contoh : alprazolam) Obat anti
panik RIMA (contoh : mokoblemid) Obat antipanik SSRI (contoh :
sertalin, fluoksetin, paroksetin dan fluoksamin)
1. Farmakodinamik Sindrom panik berkaitan dengan
hipersensitivitas dari serotonic reseptor di SSP. Mekanisme kerja
obat antipanik adalah menghambat reuptake serotonin pada celah
sinaptik antar neuron.2,62. Cara PemakaianSemua jenis obat sama
efektif dalam mengatasi panik pada taraf ringan maupun sedang.
Mulai dengan dosis rendah, tingkatkan secara perlahan dalam
beberapa minggu. Dosis efektif biasanya dicapai dalam 2-3 bulan.
Lamanya pemberian obat tergantung dari individual, umunya selama
6-12 bulan, kemudian dihentikan secara bertahap selama 3 bulan bila
kondisi penderita sudah memungkinkan.6Dalam waktu 3 bulan bebas
obat 75% penderita menunjukkan gejala kambuh. Dalam keadaan ini
maka pemberian obat dengan dosis semula diulangi selama 2 tahun.
Setelah itu dihentikan secara bertahap selama 3 bulan.63. Kontra
Indikasi Pada penggunaan fluoksatin, kontra indikasi terhadap
pasien yang telah menggunakan MAO selama 2 minggu terakhir. Tidak
dianjurkan pada anak-anak dan ibu hamil.6 4. Efek Samping Efek
samping obat anti panik golongan trisiklik antaralain sebagai
berikut :a) Efek samping obat anti kompulsi trisiklik sama dengan
seperti obat anti depresan trisiklik, antara lain : b) Efek
antihistamin : sedasi, rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang,
kinerja psikomotor menurun, dan kemampuan kognitif yang menurun.c)
Efek anti kolinergik : mulut kering, keluhan lambung, retensi urin
sampai disuria, penglihatan kabur, konstipasi, gangguan fungsi
seksual dan takikardi.d) Efek anti adrenergik alfa : perubahan EKG
dan hipotensi ortostatik.e) Efek neurotoksik : tremor halus, kejang
epileptik, agitasi dan insomnia.3,7
BAB IIIPENUTUP
Golongan obat psikofarmaka yang banyak dipergunakan adalah obat
antipsikosis, obat anti mania dan obat antidepresi. Penggunaan
jenis obat ini perlu pengawasan yang ketat karena seringkali
menimbulkan efek samping seperti ketergantungan psikologis dan
fisik yang dapat mengakibatkan keracunan obat, depresi dan
kehilangan sifat menahan diri, gangguan paru-paru, gangguan
psikomotoris dan iritatif (mudah marah, gelisah dan ansietas bila
obat dihentikan). Oleh sebab itu, banyak variable yang melekat pada
praktek psikofarmakologi, termasuk pemilihan obat, peresepan,
pemberian, arti psikodinamika bagi pasien dan pengaruh keluarga
serta lingkungan. Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat
yang bekerja secara selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan
mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku,
digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh
terhadap taraf kualitas hidup pasien.Obat psikotropik dibagi
menjadi beberapa golongan, diantaranya: antipsikosis, anti-depresi,
anti-mania, anti-ansietas, anti-insomnia, anti-panik, dan anti
obsesif-kompulsif,. Pembagian lainnya dari obat psikotropik antara
lain: transquilizer, neuroleptic, antidepressants dan
psikomimetika.
DAFTAR PUSTAKA
1. Andri. Tatalaksana Psikofarmaka dalam Manajemen Gejala
Psikosis Penderita Usia Lanjut Volume 59. Bagian Ilmu Kesehatan
Jiwa Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana.
Jakarta. 2009. Pp 444-49.2. Metta, Sinta Sari & Santoso,
Sarjono O. Psikotropik dalam Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Gaya Baru.
Jakarta. 2005. Hal 148-62.3. Mansjoer, Arif dkk. Terapi
Farmakologis Psikiatri dalam Kapita Selekta Kedokteran edisi 4.
Media Aesculapius. Jakarta. 2000. Hal 929-33. 4. Roni Shiloh,
Rafael S, etc. Atlas Of Psychiatric Pharmacotherapy. Second Ed.
United Kingdom. 2006.5. Katzung, Drugs That Act in the Central
Nervous. Dalam Basic And Clinical Pharmacology. 10th Ed. 2006.6.
Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
(Psychotropic Medication) edisi 3. Jakarta. Bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa FK Unika Atma Jaya. 20077. Shader R.I. Manual of Psychiatrics
Therapeutics. 3rd Ed. Lippincott Williams&Wilkins. 2003. P
241-83.
26