BAB IPENDAHULUAN
Pada hampir semua mahkluk hidup suatu generasi baru dimulai dari
suatu telur yang telah difertilisasi (dibuahi), atau zigot yaitu
suatu sel hasil penggabungan dariovum dan spermatozoa, dimana
masing-masing berperan dalam menentukan sifat-sifat individu baru
tersebut.Pada proses perkembangan manusia melalui berbagai tahap
yang dimulai dari proes gametogenesis, dimanalaki-laki mengalami
spermatogenesis (proses pembentukan sperma) dan perempuan mengalami
oogenesis (proses pembentukan
ovum).1Setelahterjadifertilisasi(prosespeleburanduagametsehinggaterbentukindividudengansifatgenetikyangberasaldarikeduainduknya)makaakanterbentukzigot.Zigotakanmulaimembentuksuatuorganisme
yang multiseluler yang dilakukan dengan proses-proses
pembelahan.Pembelahan awalyang terjadi disebut
sebagaiblastulasi,dimanaselyangmerupakan hasil fertilisasi
mengalami pembelahan menjadi 2, 4,8, 16, 32, 64, 128, 256,
dsb.1Setelah beberapa kali mengalami pembelahan sinkron, embrio
kemudian membentuk suatu bola yang disebut morula. setelah embrio
menjalani tahap pembelahan dan pembentukan blastula, embrio akan
masuk kedalam suatu tahapan yang paling kritis selama masa
perkembangannya, yaitu stadium grastula. 1,2Grastulasi (proses
pembentukan grastula) ditandai dengan perubahan susunannya yang
sangat besar dan sangat rapi dari sel-sel embrio. grastulasi akan
menghasilkan suatu embrio yang mempunyai tiga lapisan lebaga yaitu
lapisan endoderm isebelah dalam, mesoderm disebelah tengah dan
ektoderm disebelah luar. dalam perkembangan selanjutnya, ketiga
lapisan lembaga akan membentuk jaringan-jaringan khusus dan
organ-organ tubuh dimana proses ini disebut organogenesis. Organ
pertama yang terbentuk adalah jantung.2Tahap awal dari
organogenesis adalah histogenesis. Histogenesis adalah suatu proses
diferensiasi dari sel yang semula belum mempunyai fungsi menjadi
sel yang mempunyai fungsi khusus. Dengan kata lain, histogenesis
adalah differensiasi kelompok sel menjadi jaringan, organ,atau
organ tambahan.1,2Setiap jaringan mengandung sekelompok sel yang
sama. Sel jaringan ini sudah merupakan sel khusus, kecuali sel
epitel dan jaringan ikat dipertimbangkan sebagai sel kurang khusus.
Bentuk umum dan struktur dari sel dimodifikasi selama perkembangan
sehingga setiap jaringan mengandung sel dengan fungsi khusus.
Ketiga lapisan benih akan mengalami spesifikasi selama periode ini
dan karena itu, setiap lapis benih menghasilkan sel yang fungsional
pada jaringan tempat yang berbeda.Organogenesis adalah proses
pembentukan organ tubuh atau alat tubuh, mulai dari bentuk primitif
(embrio) hingga menjadi bentuk definitif (fetus). 1,2
BAB IIPEMBAHASAN
II.A SPERMATOGENESISSpermatogenesis mencakup semua peristiwa
yang berlangsung pada saat spermatogonia berubah menjadi
spermatozoa.Para pria, diferensiasi sel benih primordial mulai pada
masa pubertas; tetapi pada wanita, proses ini mulai di uterus pada
trimester 3 perkembangan.Pada saat lahir, sel benih pada laki-laki
dapat dikenali di dalam tali benih testis sebagai sel yang besar,
pucat, dikelilingi sel Leydig. Sel Leydig ini berasal dari epitel
permukaan kelenjar testis seperti halnya sel folikuler dan menjadi
sel sustentakuler atau sel sertoli.3Sesaat sebelum masa pubertas,
tali benih menjadi berongga dan menjadi tubuli seminiferi.
Kira-kira pada saat yang sama, sel benih primordial berkembang
menjadi spermatogonia, yang terdiri dari dua jenis : spermatogonia
yang membelah secara mitosis untuk terus-menerus menyediakan sel
induk, dan spermatogonia yang berkembang menjadi spermatosit
primer. Bila peristiwa-peristiwa spermatogenesis tersebut
berlangsung normal, beberapa sel meninggalkan populasi sel induk
dan berkembang menjadi generasi spermatogonia berikutnya, yang
lebih terdiferensiasi daripada sel sebelumnya. Setelah pembelahan
terakhir sel selesai, spermatogonia lain terbentuk; jika sel-sel
ini selanjutnya mengalami mitosis, terbentuklah spermatosit
primer.3
Gambar 1.SpermatogenesisSpermatosit primer kemudian memasuki
masa profase yang panjang (22 hari), diikuti dengan selesainya
meiosis I dengan cepat dan pembentukan spermatosit sekunder.Sel-sel
ini segera mulai membentuk spermatid pada pembelahan meiosis kedua,
yang mengandung jumlah haploid 23 kromosom. Sepanjang rangkaian
peristiwa ini, dari saat sel jenis A meninggalkan populasi sel
induk sampai ke pembentukan spermatid, sitokinesis tidak selesai
sehingga generasi-generasi sel berikutnya saling dihubungkan oleh
jembatan-jembatan sitoplasma. Dengan demikian, progeny dari satu
spermatogonium jenis A membentuk sebuah kelompok sel benih yang
tetap saling menyatu di sepanjang diferensiasi. Selanjutnya,
spermatogonia dan spermatid tetap tertanam di lekukan-lekukan
sel-sel sertoli yang dalam di sepanjang perkembangan mereka. Dengan
cara ini, sel sertoli memberikan sokongan dan perlindungan bagi
sel-sel benih tersebut, ikut menunjang nutrisi mereka, dan membantu
dalam pelepasan spermatozoa matang.3II.A.1
SpermiogenesisSerangkaian perubahan yang menimbulkan transformasi
spermatid menjadi spermatozoa dikenal sebagai spermiogenesis.
Perubahan ini adalah : (a) pembentukan akrosom, yang menutupi lebih
dari setengah permukaan inti; (b) kondensasi inti; (c) pembentukan
leher, bagian tengah, dan ekor; dan (d) meluruhkan sebagian besar
sitoplasma. Pada manusia, waktu yang diperlukan oleh spermatogonium
untuk berkembang menjadi spermatozoa matang adalah sekitar 64
hari.Setelah terbentuk sempurna, spermatozoa memasuki lumen tubuli
seminiferi.Dari sini, spermatozoa di dorong ke arah epididimis oleh
bagian dinding tubuli seminiferi yang berkontraksi.Walaupun pada
mulanya gerakannya lambat, spermatozoa mendapatkan kemampuan gerak
penuhnya di dalam epididimis.4
II.B OOGENESISII.B.1 Pematangan intranatalGamet diperoleh dari
primordial germ cells (PGCS) , dibentuk di epiblast sepanjang
minggu yang kedua dan bergerak di dinding yolk sac. Sel-sel ini
berpindah dengan pergerakan menyerupai amuba dari kantung kuning
telur menuju gonad yang sedang berkembang (kelenjar kelainan
primitive).Mereka tiba disana pada akhir minggu keempat atau
permulaan minggu kelima.Begitu sel benih/primordial sampai pada
kelenjar kelamin wanita, akan membentuk oogonium/oogonia.3
Gambar 2. OogenesisOogonium mengalami pembelahan mitosis, sampai
akhir bulan ketiga, mereka tersusun dalam kelompok-kelompok yang
dikelilingi selapis epitel gepeng (folikel).Sedangkan sel epitel
gepeng yang dikenal sebagai sel folikel, berasal dari epitel
permukaan yang membungkus ovarium.Sebagian terus membelah mitosis,
sebagian berdiferensasi menjadi oosit primer, yang melipatgandakan
DNAnya dan siap memasuki tahap proses pada meiosis pertama.Dalam
bulan-bulan berikutnya, jumlah oogonia meningkat dengan cepat, dan
menjelang bulan kelima perkembangannya, jumlah keseluruhan sel
benih di dalam ovarium mencapai puncaknya, diperkirakan 7 juta.Pada
saat ini, mulai terjadi kematian sel, dan banyak oogonia maupun
oosit primer menjadi atretik. Semua oosit primer yang bertahan
hidup (tidak jadi atretik) sudah memasuki tahapan meiosis I, dan
sebagian besar diantaranya dikelilingi oleh selapis sel epitel
gepeng (folikel) atau Folikel Primordial.3II.B.2 Pematangan
PascanatalMenjelang saat kelahiran, semua oosit primer telah
memulai profase pembelahan meiosis pertama, tetapi tidak ke tahap
metafase, melainkan diploten, Fase Istirahat yang ditandai oleh
adanya jalinan halus kromatin sampai masa pubertas, karena adanya
oocyte maturation inhibitor (OMI).Jumlah oosit primer saat lahir
antara 70.000 2 juta.Pada permulaan masa pubertas, kira-kira 40.000
bertahan, sisanya menjadi atretik. Kurang dari 500 oosit akan
mengalami ovulasi sepanjang masa reproduksi. 3Memasuki masa
pubertas, 5-15 Folikel primordial akan mencapai kematangan pada
setiap daur ovarium. Oosit primer (tetap dalam tahap diploten)
mulai membesar, sementara sel folikuler yang mengelilinginya
berubah bentuk dari gepeng menjadi sekarang disebut folikel
primer.Sel granulosa terletak di atas suatu membran basalis yang
memisahkan mereka dari sel stroma sekelilingnya yang membentuk teka
folikuli.Di samping itu, sel-sel granulosa dan oosit mengeluarkan
suatu lapisan glikoprotein pada permukaan oosit tersebut, sehingga
membentu zona pelusida (gambar 3).Karena folikel terus berkembang,
sel-sel teka folikuli menjadi tersusun menjadi satu lapisan dalam
sel sekretorik, tekainterna, dan satu lapisan luar jaringan ikat
yang mengandung sel-sel mirip fibroblas, tekaeksterna. Juga,
tonjol-tonjol kecil sel folikuler yang menyerupai jari-jari
menjulur melintasi zona pelusida dan saling terjalin dengan
mikrovilli membran plasma oosit tersebut. Tonjol-tonjol ini
diperkirakan penting untuk pengangkutan zat-zat daris sel folikuler
menuju ke oosit.3Lalu, terbentuklah ruang berisi cairan (antrum) di
antara sel granulosa dan folikel ini disebut folikel sekunder.Sel
granulosa di sekitar oosit tetap utuh dan membentuk kumulus
ooforus. Pematangan Folikel yang berjari-jari 10 mm dikenal sebagai
Folikel Tersier/Folikel de graaf/Fesikuler, yang dikelilingi oleh
theca interna/externa.3
Gambar 3.Follikel De GrafPada saat ovulasi metafase meiosis 2,
hanya 1 sel yang mengalami pematangan penuh, lalu ovulasi, apabila
ovum dibuahi, tahapan meiosis 2 baru dapat diselesaikan. Apabila
tidak dibuahi maka sel akan bergenarasi 24 jam setelah
ovulasi.4
II.C FERTILISASIFertilisasi adalah proses penyatuan ovum (oosit
sekunder) dan spermatozoa yang biasanya terjadi di daerah
ampulla-tuba. Fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam
ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi
genetik. Proses fertilisasi meliputi berbagai tahap yaitu :5a.
Kapasitasi Suatu proses bagi sperma untuk menembus lapisan-lapisan
sel di sekeliling oosit. Hanya sel sperma yang menjalani kapasitasi
yang dapat melewati sel korona & mengalami reaksi
akrosom.Selama kapasitas, selubung glikoprotein yang menempel pada
membran sel spermatozoa mulai dilepaskan, menyebabkan perubahan
pada permukaan membran sperma dan reorganisasi membran tersebut.
Sperma yang telah dikapasitasi mengubah gerakan ekornya dari
gerakan yang teratur menjadi gerakan yang menyerupai cambuk yang
menyentak dan mendorong sperma ke depan. Kapasitas membutuhkan
waktu beberapa jam baik secara in vivo maupun in vitro. Kapasitas
sperma memungkinkan terjadinya reaksi akrosom. Pada keadaan tidak
terdapatnya reaksi akrosom, sperma tidak mampu menembus zona
pelusida.6b. Reaksi AkrosomReaksi penyatuan membran plasma
spermatozoa dan membran luar akrosoma. Setelah dekat dengan oosit,
sel sperma yang telah menjalani kapasitas akan terpengaruh oleh
zat-zat dari corona radiaata ovum, sehingga isi akrosom dari daerah
kepala sperma akan terlepas dan berkontak dengan lapisan corona
radiata. Pada saat ini dilepaskan hialuronidase yang dapat
melarutkan corona radiata, trypsine-like agent dan lypsine-zone
yang dapat melarutkan dan membantu sperma melewati zona pellucida
untuk mencapai ovum.6,7,8
Gambar 4. Fertilisasic. Penembusan Korona Radiata dan Zona
PellusidaUntuk mencapai ovum, spermatozoa harus melewati korona
radiata (lapisan sel diluar ovum) dan zona pelusida (suatu bentuk
glikoprotein ekstraselular).Zona pellusida merupakan perisai
glikoprotein di sekeliling telur.Diketahui bahwa protein zona
pekusida yang dikeluarkan oleh oosit dalam bentuk ZP3, ZP2 dan ZP1
dengan ZP3 adalah yang paling dominan. Spermatozoa mengeluarkan dua
bentuk enzim protein yaitu pH 20 bertindak melakukan ikatan dengan
zona pelusida, sedangkan pH 30 disebut "fertilin" bertindak melebur
inti spermatozoa dengan oosit. PH 20 bersama dengan hialoronidase
bertindak ikut serta melepaskan korona radiata. Maka glikoprotein
di zona pelusida berkaitan satu sama lain membentuk suatu materi
yang keras dan tidak dapat ditembus oleh spermatozoa. Proses ini
mencegah ovum dibuahi lebih dari satu sperma.7d. Penyatuan Sel
Oosit SpermaPenyatuan terjadi antara selaput oosit dan selaput yang
meliputi bagian belakang dari kepala sperma (selaput plasma kepala
akrosom telah hilang saat reaksi akrosom). Ada tiga peristiwa
penting yang terjadi saat fusi antara membran sperma dan sel telur,
yakni:6 Membran sel telur berdepolarisasi, sehingga mencegah fusi
membran dengan spermatozoa lainya. Hal ini disebut sebagai blok
primer terhadap polispermia. Blok ini memastikan bahwa hanya satu
pronukleus pria yang dapat berfusi dengan pronukleus wanita dan
menjaga keadaan diploid pada zigot. Reaksi kortikal,
granula-granula kortikal berada sedikit di bawah membran sel telur,
dan bersama dengan reaksi kortikal ini mereka berfusi dengan
membran dan melepaskan isinya ke dalam zona pelusida. Reaksi ini
akan membuat zona menjadi keras dan mengganggu kemampuan sperma
lain untuk berikatan dengan zona, atau disebut juga dengan Blok
sekunder terhadap polispermia. Meiosis kedua dari sel telur. Badan
polar kedua terbentuk dan dikeluarkan dari sel telur sehingga
memastikan bahwa pronukleus wanita bersifat haploid. Hal ini akan
menjaga zigot tetap diploid. Kedua pronukleus dekat mendekati dan
bersatu membentuk zigot yang terdiri atas bahan genetik dari
perempuan dan laki-laki. Pada manusia terdapat 46 kromosom, ialah
44 kromosom otosom dan 2 kromosom kelamin, pada seorang laki-laki
satu X dan satu Y. Sesudah pembelahan kematangan, maka ovum matang
mempunyai 22 kromosom serta 1 kromosom X atau 22 kromosom otosom
serta 1 kromosom Y. Zigot sebagai hasil pembuahan yang memiliki 44
kromosom otosom serta 2 kromosom X akan tumbuh sebagai janin
perempuan, sedangkan yang memiliki 44 kromosom ototsom serta 1
kromosom X dan 1 kromosom Y akan tumbuh sebagai janin
laki-laki.5Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah
pembuahan zigot. Hal ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma
ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim. Segera setelah
pembelahan ini terjadi, pembelahn-pembelahan selanjutnya berjalan
dengan lancar, dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel yang
sama besarnya. Hasil konsepsi berada dalam stadium morula.Energi
untuk pembelahan ini diperoleh dari vitelus, hingga volume vitelus
makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh morula. Dengan demikian,
zona pelusida tetap utuh, atau dengan perkataan lain, besarnya
hasil konsepsi tetap sama. Dalam ukuran yang sama ini hasil
konsepsi disalurkan terus ke pars ismika dan pars interstisialis
tuba (bagian-bagian tuba yang sempit) dan terus disalurkan ke arah
kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel
tuba dan kontraksi tuba.5
II.D NIDASIDalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi,
mulailah pembelahan zigot. Hal ini dapat berlangsung oleh karena
sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim. Segera
setelah pembelahan ini terjadi, maka pembelahan pembelahan
selanjutnya berjalan dengan lancar, dan dalam 3 hari terbentuk
suatu kelompok sel-sel yang sama besarnya. Hasil konsepsi berada
dalam stadium morula. Energi untuk pembelahan ini diperoleh dari
vitellus hingga volume vitellus makin berkurang dan terisi
seluruhnya oleh morula. Dengan demikian, zona pellusida tetap utuh,
atau dengan perkataan lain, besarnya hasil konsepsi tetap
sama.5Dalam ukuran yang sama ini hasil konsepsi disalurkan terus ke
pars ismika dan pars interstisialis tuba (bagian-bagian tuba yang
sempit) dan terus ke arah kavum uteri oleh arus serta geteran silia
pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba. Dalam kavum uteri
hasil konsepsi mencapai stadium blastula. Pada stadium blastula ini
sel-sel yang lebih kecil yang membentuk dinding blastula, akan
menjadi trofoblas.5,7Dengan demikian, blastula diselubungi oleh
suatu simpai yang disebut trofoblas. Trofoblas yang mempunyai
kemampuan menghancurkan dan mencairkan jaringan menemukan
endometrium dalam masa sekresi, dengan sel-sel desidua.Sel-sel
desidua ini besar-besar dan mengandung lebih banyak glikogen serta
mudah dihancurkan oleh trofoblas.Blastula dengan lapisan yang
mengandung inner-cell mass aktif mudah masuk ke dalam lapisan
desidua, dan luka pada desidua kemudian menutup
kembali.Kadang-kadang pada saat nidasi yakni masuknya ovum ke dalam
endometrium terjadi perdarahan pada luka desidua (tanda
Hartman).5Pada umumnya blastula masuk di endometrium dengan bagian
dimana inner-cell mass berlokasi. Dikemukan bahwa hal inilah yang
menyebabkan tali pusat berpangsal sentral atau para sentral.Bila
sebaliknya dengan blastula bagian lain memasuki endometrium, maka
terdapatlah tali pusat dengan insersio velamentosa. Umumnya nidasi
terjadi di dinding depan atau belakang uterus, dekat pada fundus
uteri. Jika nidasi ini terjadi, barulah dapat disebut adanya
kehamilan. Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi ke arah
kavum uteri disebut desidua kapsularis, yang terletak antara hasil
konsepsi dan dinding uterus disebut desidua basalis, disitu
plasenta akan dibentuk. Desidua yang meliputi dinding uterus yang
lain adalah desidua parietalis. Hasil konsepsi sendiri diselubungi
oleh jonjot-jonjot yang dinamakan vili koriales dan berpangkal pada
korion.Bila nidasi telah terjadi, mulailah diferensiasi sel-sel
blastula.5Sel sel yang lebih kecil, yang dekat pada ruang
eksoselom, membentuk entoderm dan yolk sac, sedangkan sel-sel yang
lebih besar menjadi ektoderm dan membentuk ruang amnion. Dengan
ini, di dalam blastula terdapat suatu embryonal plate yang dibentuk
antara dua ruangan, yakni ruang amnion dan yolk sac. Sel sel
fibroblas mesodermal tumbuh disekitar embrio dan melapisi pula
sebelah dalam fibroblas. Dengan demikian, terbentuk chorionic
membrane yang kelak menjadi korion. Trofoblas yang amat
hiperplastik itu tumbuh tidak sama tebalnya dan dalam dan 2
lapisan. Disebelah dalam dibentuk lapisan sitotrofoblas (terdiri
atas sel-sel yang monokleus) dan di sebelah luar lapisan
sinsisiotrofoblat, terdiri atas nukleus-nukleus, tersebar tak rata
dalam sitoplasma.5Selain itu villi korialis yang berhubungan dengan
desidua basalis tumbuh dan bercabang-cabang dengan baik, disini
korion disebut korion frondosum, yang berhubungan dengan desidua
kapsularis kurang mendapat makanan, karena hasil konsepsi bertumbuh
ke arah kavum uteri sehingga lambat laun menghilang, korion yang
gundul ini disebut korion laeva. Dalam tingkat nidasi trofoblas
antara lain menghasilkan hormon chorionic gonadotropoin. Produksi
human chorionic gonadotropin meningkat sampai kurang lebih hari ke
60 kehamilan untuk kemudian turun lagi.Diduga bahwa fungsinya ialah
mempengaruhi korpus luteum untuk tumbuh terus, dan menghasilkan
terus progesteron, sampai plasenta dapat membuat cukup progesteron
sendiri.Hormon korionik gonadotropin inilah yang khas untuk
menentukan ada tidaknya kehamilan.Hormon tersebut dapat ditemukan
didalam air kencing wanita yang hamil.5,6II.D.1 Pembentukan
MorulaSetelah zigot mencapai tingkat 2 sel, ia menjalani
serangkaian pembelahan mitosis yang mengakibatkan bertambahnya
jumlah sel dengan cepat. Sel yang semakin kecil pada setiap
pembelahan ini dikenal sebagai blastomer.Hubungan antara blastomer
semakin rapat, sehingga membentuk sebuah bola sel yang padat yang
disatukan oleh persambungan yang kuat. Proses ini dikenal sebagai
pemadatan. Kira-kira 3 hari setelah pembuahan, sel-sel embrio yang
memadat tersebut membelah lagi membentuk morula (arbei) dengan 16
sel. Sel-sel bagian dalam morula membentuk massa sel dalam,
sedangkan sel-sel sekitar membentuk massa sel luar. Massa sel dalam
akan membentuk jaringan-jaringan embrio yang sebenarnya, sementara
massa sel luar membentuk trofoblas, yang kemudian ikut membentuk
plasenta.3,4
Gambar 5. Pembelahan sel dari hasil konsepsi sampai stadium
morula
II.D.2 Pembentukan BlastokistaSetelah morula memasuki rongga
rahim, cairan mulai menembus zona pelusida masuk ke dalan ruang
antar sel yg ada di massa sel dalam. Berangsur-angsur ruang antar
sel menyatu dan akhirnya terbentuklah sebuah rongga dinamakan
blastokel.Pada saat ini mudigah dikenal sebagai blastokista. Sel di
dalam massa sel dalam, yang sekarang disebut embrioblas, terletak
pada salah satu kutub, sedangkan sel-sel di massa sel luar atau
trofoblas, menipis dan membentuk dinding epitel untuk blastokista.
Zona pelusida kini sekarang sudah menghilang, sehingga implantasi
bisa dimulai.Sel trofoblas di atas kutub embrioblas mulai menyusup
diantara sel epitel mukosa rahim kira-kira pada hari ke-6.Sel
trofoblas menghasilkan enzim proteolitik, tetapi selaput lendir
rahim menunjang kegiatan proteolitik blastokista, sehingga
implantasi merupakan hasil kerjasama trofoblas dan
endometrium.3,4
BAGambar 6. Pertumbuhan dalam blastogenesis (A) Blastula dengan
inner-cell mass (B) Blastula dalam tingkat lebih jauh
Gambar 7. Proses dimana sel-sel embrio berkembang melalui
pembelahan sel
II.D.3 Uterus Saat ImplantasiDinding rahim terdiri atas tiga
bagian, yaitu :3,4a) endometrium (selaput lendir yang melapisi
dinding bagian dalam)b) miometrium (lapisan tebal otot polos)c)
perimetrium (peritoneum yang melapisi dinding sebelah
luar).Endometrium terbagi tiga lapisan, yaitu :a) lapisan kompakta
(lapisan permukaan)b) lapisan tengah (spongiosa)c) lapisan dasar
yang tipis.Biasanya blastokista berimplantasi di endometrium di
dinding posterior atau anterior korpus uteri dan menempel diantara
muara-muara kelenjar (bagian fundus).3,4
Gambar 8. Transpor ovum yang dibuahi melalui pars ismika dan
pars interstisialis tuba ke kavum uteri, untuk bernidasi ke dinding
uterus
II.E PERKEMBANGAN EMBRIO TRIMESTER ISetelah terjadi nidasi pada
uterus, maka embrio akan berbentuk sebagai berikut:3,4Hari
ke-8Sebagian blastokista terbenam di dalam stroma endometrium.
Trofoblas akan berdiferensiasi menjadi dua lapisan:1).
Sitotrofoblas (lapisan sel-sel berinti tunggal)2).
Sinsitiotrofoblas ( berinti banyak tanpa batas sel yang
jelas).Embrioblas juga berdiferensiasi menjadi dua lapisan :1).
Hipoblas (sel-sel kecil kuboid yang berdampingan dengan rongga
blastokista)2). Epiblas ( sel silindris tinggi bersebelahan dengan
amnion)Sel-sel dari masing-masing lapisan mudigah membentuk sebuah
cakram datar dan keduanya dikenal sebagai ckram mudigah bilaminer.
Pada saat yang sama, sebuah rongga kecil muncul di dalam epiblas,
disebut rongga amnion. Epiblas yang berdekatan dangan
sitiotrofoblas disebut amnioblas.3,4
Gambar 9. Blastokista 7 1/2 Hari
Hari ke-9Blastokista mulai terbenam di dalam endometrium, dan
luka bekas penembusan epitel ditutup oleh endapan fibrin. Vakuola
yang berada di sinsitium akan bergabung membentuk lakuna-lakuna
yang besar. Hipoblas membentuk suatu selaput tipis yang disebut
selaput eksoselom, yang melapisi permukaan dalam sitotrofoblas dan
membentuk lapisan untuk rongga eksoselom (kantung kuning telur
primitif).3,4
Gambar 10.Blastokista 9 hari
Hari ke-11 dan 12Blastokista telah terbenam seluruhnya di dalam
stroma endometrium, dan epitel permukaan menutupi hampir seluruh
luka bekas pada dinding rahim.Sel-sel sinsitiotrofoblas menembus
stroma lebih dalam dan merusak lapisan endotel pembuluh-pembuluh
kapiler ibu.Pembuluh-pembuluh rambut ini tersumbat dan melebar yang
dikenal sebagai sinusoid dan darah ibu mulai memasuki lakuna.Karena
trofoblas terus merusak sinusoid, darah ibu mulai mengalir melalui
sistem trofoblas, sehingga terjadilah sirkulasi
utero-plasenta.3,4Sel-sel yang berasal dari kuning telur membentuk
suatu jaringan penyambung yang halus dan longgar disebut mesoderm
ekstraembrional dan terbentuklah rongga baru antara sitotrofoblas
dan selaput eksoselom dan menyatu yang dinamakan selom
ekstraembrional(rongga khorion).Mesoderm ekstraembrional yang
membatasi sitotrofoblas dan amnion disebut mesoderm ekstraembrional
somatopleural; sedangkan yang menutupi kantung kuning telur dikenal
sebagai mesoderm ektraembrional splanknopleural.3,4
Gambar 11.Blastokista 12 hari
Hari ke-13Trofoblas ditandai dengan munculnya struktur-struktur
villi.Sel-sel dari sitotrofoblas berproleferasi dan menembus ke
dalam sinsitiotrofoblas, sehingga membentuk silinder-silinder sel
yang dikelilingi sinsitium.Silinder-silinder sel yang dibungkus
sinsitium ini dikenal sebagai villi primer.Hipoblas menghasilkan
sel-sel lain yang bermigrasi ke sisi dalam selaput
eksoselom.Sel-sel ini berproliferasi dan berangsur-angsur membentuk
rongga baru di dalam rongga eksoselom.Rongga baru ini dikenal
sebagai kantung kuning telur sekunder.3,4Sementara itu, selom
ekstraembrional meluas dan membentuk sebuah rongga besar yang
dikenal sebagai rongga korion. Mesoderm ekstraembrional yang
melapisi permukaan dalam sinsitiotrofoblas kemudian disebut sebagai
lempeng korion.Satu-satunya tempat dimana mesoderm ekstraenbrional
melintasi rongga korion adalah di tangkai penghubung. Dengan
berkembangnya pembuluh darah tangkai penghubung tersebut akan
menjadi tali pusat.3,4II.E.1 Cakram Mudigah Trilaminer Cakram
mudigah bilaminer sendiri berdiferensiasi menjadi embrio
trilaminer, terjadi proses epithelio-mesenchymal layer (gastrulasi
pada vertebrata kelas bawah). Gastrulasi dimulai dengan pembentukan
primitive streak (garis primitive) pada permukaan epiblast.Selama
periode ini embrio mengalami perubahan-perubahan yang cukup
menonjol.3,4Sel-sel epiblast berpindah mengikuti garis primitive
untuk membentuk mesoderm dan entoderm intraembrional.Setelah tiba
di daerah garis tersebut, sel-sel ini menjadi bentuk seperti botol,
memisahkan diri dari epiblast dan endoderm yang baru saja terbentuk
untuk membentuk mesoderm.Sel-sel yang tetap berada di epiblast
kemudian membentuk ectoderm. Dengan demikian epiblast, walaupun
terjadi proses gastrulasi, merupakan sumber dari semua lapisan
germinal pada embrio (yaitu, ektoderm, mesoderm, dan
endoderm).3,4Sel-sel prenotokord yang bergerak masuk ke dalam
lubang primitif, bergerak ke depan hingga mencapai lempeng
prekordal. Mereka menempatkan diri dalam endoderm sebagai lempeng
notokord.Pada perkembangan selanjutnya, lempeng ini mengelupas dari
endoderm, dan terbentuklah sebuah tali padat, notokord. Notokord
akan menentukan Sumbu tengah dari embrio yang akan menentukan
situasi ke depan mengenai dasar tulang belakang dan dapat
menyebabkan diferensiasi dari ektoblast untuk membetuk neural
plate. Karena itu, pada akhir minggu ke-3, terbentuklah 3 lapisan
mudigah yang terdiri dari ectoderm, mesoderm, dan endoderm yang
berdiferensiasi menjadi jaringan dan organ-organ.II.E.2 Embrio
Minggu ke 4 sampai 12Masa mudigah berlangsung dari perkembangan
minggu keempat hingga kedelapan dan merupakan masa terbentuk
jaringan dan system organ dari masing-masing lapisan
mudigah.Sebagai akibat pembrntukan organ, cirri-ciri utama bentuk
tubuh mulai jelas.3,4Lapisan mudigah ectoderm membentuk organ dan
struktur-struktur yang memelihara hubungan dengan dunia luar:3,4
Susunan saraf pusat System saraf tepi Epitel sensorik telinga,
hidung dan mata Kulit, termasuk rambut dan kuku Kelenjar hipofisis,
kelenjar mammae, dan kelenjar keringat serta email gigi.Lapisan
mudigah mesoderm memiliki bagian terpenting yaitu : mesoderm
paraksial, intermediate, dan lempeng lateral. Mesoderm paraksial
membentuk somitomer, yang membentuk mesenkim di kepala dan tersusun
sebagai somit-somit di setiap segmen aksipital dan kaudal.Somit
membentuk miotom (jaringan otot), sklerotom (tulang rawan dan
tulang), dan dermatom (jaringan subkutan kulit), yang semuanya
merupakan jaringan penunjang tubuh.Mesoderm juga membentuk
pembuluh, yaitujantung, pembuluh nadi, pembuluh balik, pembuluh
getah bening, dan semua sel darah dan sel getah bening. Di samping
itu, ia membentuk system kemih-kelamin : ginjal, gonad, dan
saluran-salurannya (tetapi tidak termasuk kandung kemih). Akhirnya,
limpa dan korteks adrenal juga merupakan devirat
mesoderm.3,4Lapisan mudigah endoderm menghasilkan lapisan epitel
saluran pencernaan, saluran pernafasan, dan kandung kemih.Lapisan
ini juga membentuk parenkim tiroid, kelenjar paratiroid, hati, dan
kelenjar pancreas.Akhirnya, lapisan epitel kavum timpani dan tuba
eustachius juga berasal dari endoderm.3,4Sebagai akibat dari
pembentukan system-sistem organ dan pertumbuhan system saraf pusat
yang cepat, cakram mudigah yang mula-mula datar mulai melipat
dengan arah sefalokaudal, sehingga terbentuklah lipatan kepala dan
ekor.Cakram ini juga melipat dengan arah melintang, sehingga
terdapat bentuk tubuh yang bulat.Hubungan dengan kantung kuning
telur dan plasenta dipertahankan masing-masing melalui duktus
vitellinus dan tali pusat.3,40-4 mingguPada saat ini, janin
memiliki panjang tubuh kurang lebih 2 mm. Perkembangannya juga
ditandai dengan munculnya cikal bakal otak, sumsum tulang belakang
yang masih sederhana, dan tanda-tanda wajah yang akan terbentuk.
Janin telah memiliki cikal bakal otak, sumsum tulang belakang yang
masih sederhana, dan tanda-tanda wajah yang akan terbentuk. Panjang
tubuhnya kurang lebih 2 mm.3,4
4-8 mingguPada saat kehamilan mulai memasuki minggu ke-6,
jantung janin mulai berdetak, dan semua organ tubuh lainnya mulai
terbentuk.Muncul tulang-tulang wajah, mata, jari kaki, dan tangan.
Ketika usia kehamilan mulai mencapai usia 6 minggu, jantung janin
mulai berdetak, dan semua organ tubuh lainnya mulai terbentuk.
Muncul tulang-tulang wajah, mata, jari kaki, dan tangan.3,48-12
mingguSaat memasuki minggu-minggu ini, organ-organ tubuh utama
janin telah terbentuk. Bentuk kepalanya pun kini lebih besar
dibandingkan dengan badannya, sehingga dapat menampung otak yang
terus berkembang dengan pesat. Ia juga telah memiliki dagu, hidung,
dan kelopak mata yang jelas. Di dalam rahim, janin mulai diliputi
cairan ketuban dan dapat melakukan aktifitas seperti menendang
dengan lembut.Organ-organ tubuh utama janin kini telah
terbentuk.Kepalanya berukuran lebih besar daripada badannya agar
dapat menampung otak yang terus berkembang dengan pesat.Ia telah
memiliki dagu, hidung, dan kelopak mata yang jelas. Di dalam rahim,
janin diliputi cairan ketuban.3,4
BAB IIIPENUTUPPerkembangan fetus dimulai proses fertilisasi
yaitu peleburan sperma dan ovum yang akan menghasilkan inti zigot
diploid dan setelah zigot terbentuk akan mengalami pembelahan
mitosis dan memulai tahapan perkembangan embrio. Tahap perkembangan
embrionik ini disebut juga embriogenesis yaitu proses perkembangan
dari zigot dengan perkembangan organ tubuh (organogenesis).
Sehingga terbentuk individu yang fungsional. Proses tersebut
meliputi proses pembelahan morulasi, blastulasi, gastrulasi, dan
organogenesis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Puja, I K etut etal. 2010. Embriologi Modern. Udayana
University Press : Denpasar. 2. Shadler W. T. 2014. Embriologi
Kedokteran. EGC : Jakarta3. Thomas W. Sadler, Jill Leland, Susan L.
Sadler. Langman's Embriology. 7th ed. William and Walkins; 1995.4.
Moore et, al. 2000. Embriologia Clinica. McGraw Hill : Jakarta5.
Saifudin A. Pembuahan, Nidasi dan Plasentasi. In: Ilmu Kebidanan
Sarwono Prawirohardjo. 4th ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2011.6. Heffner L, Schust D. Fertilisasi dan
Terjadinya Kehamilan. In: At A Glance Sistem Reproduksi. 2nd ed.
Jakarta: Erlangga; 2008.7. Manuaba, Manuaba C, Manuaba F. Fisiologi
Proses Kehamilan. In: Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC;
2007.8. Obstetri FKUNPAD. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar
ofset; 1984.
9